Anda di halaman 1dari 31

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING

TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA


KELAS X MAN 1 TANAH BUMBU
PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN

Proposal ini Disusun Sabagai Tugas Mata Kuliah


Metodologi Penelitian Pendidikan Biologi

Dosen Pembimbing : Dr. Ramdiah, M.Pd

Disusun Oleh :

VINA RENIKA
NPM (3061524019)

SEKOLAH TINGGI ILMU KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
(STKIP PGRI) BANJARMASIN
2018/2019
JUDUL : “ PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING
TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF SISWA KELAS X MAN 1 TANAH
BUMBU PADA MATERI SISTEM PENCERNAAN ”

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pesatnya perkembangan zaman menuntut setiap manusia untuk dapat

bersaing dan bertahan sehingga memiliki kualitas sumber daya manusia yang baik.

Salah satu upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah melalui

pendidikan. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan bagi kehidupan umat manusia

merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan

merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan disetiap Negara.

Pendidikan di Indonesia memang mengalami situasi yang terus berkembang. Hal ini

dapat dilihat melalui perkembangan kurikulum yang berlaku di Indonesia sejak awal

kemerdekaan hingga saat ini. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan

pengetahuan, wawasan, keterampilan, keahlian tertentu kepada individu guna

mengemban bakat serta kepribadian mereka (Oemar Hamalik, 2009).

Pendidikan diharapkan mampu membentuk sifat seseorang yang

bertanggung jawab, rajin, disiplin, suka menolong, atau menghormati sesama.

Pendidikan membuat manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga mampu

menghadapi setiap perubahan yang terjadi akibat adanya kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Pendidikan dapat memberikan dampak positif pada diri

seseorang misalnya pendidikan sebagai kualitas diri ditunjukkan dengan prestasi

akademik disekolah, sikap yang baik, dikeluarga dan masyarakat. Setiap manusia

yang menjalani hidup tidak akan lepas dari pendidikan, pendidikan bertujuan untuk

menjadikan manusia sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah
SWT dan mempunyai akhlak yang mulia, sehat, dan kreatif. Seperti yang dijabarkan

UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3

menyebutkan : “ Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

pembentuk watak serta peradaban dunia yang bermanfaat dalam rangka

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan perkembangan peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab” (UU RI No. 20, 2003).

Berdasarkan dengan tujuan Pendidikan Nasional di atas kemampuan lulusan

suatu jenjang pendidikan dapat dikelompokkan menjadi 3 : Aspek pengetahuan

(kognitif) meliputi berilmu dan cakap. Aspek keterampilan (psikomotor) meliputi

kreatif. Aspek sikap (afektif) meliputi beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat,

mandiri, dan demokratis. Jadi tujuan Pendidikan Nasional ini harus tercermin pada

perencanaan pembelajaran pada semua jenjang pendidikan, sehingga dapat

mengembangkan potensi siswa secara optimal menjadi kemampuan untuk hidup

dimasyarakat dan ikut mensejahterakan masyarakat. Siswa yang mempunyai

pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang baik mampu mendemonstrasikan

pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya tersebut sesuai dengan standar yang

ditetapkan.

Sejalan dengan tujuan Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan biologi dalam

kurikulum biologi SMA/MA antara lain dapat memahami konsep dan proses sains,

keterampilan dalam mengamati, mengajukan hipotesis, menggali dan memilih

informasi faktual yang relevan untuk menguji gagasan-gagasan atau memecahkan

masalah sehari-hari, menggunakan alat dan bahan secara baik dan benar dengan

selalu mempertimbangkan keamanan dan keselamatan kerja serta membentuk sikap


positif terhadap biologi. Berdasarkan tujuan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

biologi memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif. Kemampuan

kognitif yaitu penampilan yang dapat diamati dari aktivitas mental (otak) untuk

memperoleh pengetahuan melalui pengalaman sendiri (Anas Sudijono, 2011).

Mengenai hal ini untuk mengukur kemampuan kognitif siswa dilakukan

dengan proses pembelajaran. Proses pembelajaran adalah serangkaian aktivitas yang

terjadi pada pusat saraf individu yang belajar. Proses pembelajaran hanya dapat

diamati jika ada perubahan perilaku dari seseorang yang berbeda dengan

sebelumnya. Perubahan perilaku tersebut bisa dalam hal pengetahuan, afektif,

maupun psikomotor (Baharuddin & Esa Nur Wahyuni, 2015).

Pada hakikatnya, pembelajaran biologi adalah interaksi antara komponen-

komponen pembelajaran dalam bentuk proses pembelajaran untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang berbentuk kompetensi yang telah ditetapkan. Proses

pembelajaran biologi terdapat tiga tahap, yaitu perencanaan proses pembelajaran,

pelaksanaan proses pembelajaran, dan penilaian hasil belajar (Asih Widi

Wisudawati, 2014). Salah satu permasalahan dalam pendidikan biologi yaitu masih

rendahnya rata-rata hasil belajar kognitif siswa. Masih banyak siswa yang belum

bisa memahami teori yang disampaikan oleh pendidik. Hal ini dikarenakan teori

yang disampaikan oleh pendidik masih menggunakan pendekatan ekspositori.

Strategi pembelajaran ekspositori adalah starategi yang menekankan kepada proses

penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa

dengan maksud siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal (M Chalish,

2011).

Selama ini hasil belajar kognitif siswa masih rendah dikarenakan pada saat

belajar masih banyak siswa kurang aktif memperhatikan guru yang menjelaskan
serta keterlibatan siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang masih kurang.

Keadaan proses pembelajaran selalu gurulah yang menjadi pusat dalam kegiatan

belajar mengajar, tidak ada respon balik antara siswa dengan gurunya. Kondisi ini

diduga dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan oleh guru hanya

ceramah saja yang menyebabkan siswa didalam kelas hanya mendengarkan guru

menjelaskan materi, menghafal informasi, tanpa dihubungkan dengan kehidupan

sehari-hari. Kegiatan guru dalam proses pembelajaran pun cenderung monoton. Guru

juga belum pernah menggunakan metode lain dengan tekhnik pembelajaran yang

lain yang lebih menarik, misalnya dengan mencoba menggunakan model

pembelajaran lainnya yang mampu memacu kemampuan kognitifnya bisa

berkembang (Yatim Riyanto, 2009).

Pengetahuan itu tidak dapat dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke

siswa, namun secara aktif dibangun oleh siswa sendiri melalui pengalaman nyata.

Pada subkonsep sistem pencernaan di kelas X MAN 1 Tanah Bumbu, yang

mendeskripsikan bagaimana proses pencernaan yang sulit untuk dihafalkan oleh

siswa, dan siswa cenderung malas untuk membuat catatan. Oleh karena itu,

diperlukan metode tekhnik mencatat yang menarik dan efektif agar siswa mudah

memahami konsep tersebut. Salah satu tekhnik mencatat yang efektif yaitu mind

mapping. Mind mapping dapat membantu kita dalam membuat catatan yang

menyeluruh dalam satu halaman, dengan menggunakan citra visual dan perangkat

grafis lainnya.

Pembelajaran mind mapping merupakan salah satu bentuk pembaruan yang

dapat diterapkan oleh guru-guru secara individual dalam proses belajar mengajar

sebagai pendukung keberhasilan metode yang digunakan. Pebelajaran mind mapping

merupakan salah satu cara belajar yang menggunakan instrumen-instrumen tertentu


yang menjadi kata kunci dari suatu konsep, seperti symbol, gambar, serta warna

yang bervariasi. Hal ini didasarkan pada prinsip kerja sistem otak kanan.otak

manusia sangat menakjubkan, yaitu dapat menyimpan segala sesuatu yang dilihat,

didengar, dan dirasakan. Memori otak manusia seperti kerja memori komputer. Jika

kita dapat menggunakan memori tersebut dengan baik, maka untuk memanggilnya

kembali sangat mudah. Salah satu cara penyuimpanan data yang paling baik dan

sistematis didalam otak yaitu dengan menggunakan mind mapping. Mind mapping

dapat membantu dalam membuat catatan singkat dengan kata kunci, gambar disertai

warna yang menarik. Menggunakan mind mapping membuat fungsi kerja otak kanan

dan otak kiri bekerja secara seimbang (Bobbi De Porter, 1999).

Cara mengatasi permasalahan pada pembelajaran biologi di MAN 1 Tanah

Bumbu dengan model pembelajaran mind mapping inilah yang tepat digunakan

dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran mind mapping merupakan salah

satu teknik mencatat kreatif yang memudahkan dalam mengingat banyak informasi.

Informasi berupa materi pelajaran yang diterima siswa dapat diingat dengan bantuan

catatan. Penerapan model pembelajaran mind mapping memiliki peranan yang

sangat penting, dimana proses pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif

untuk membangun sendiri pengetahuannya, guru lebih bersifat sebagai fasilitator dan

mediator pembelajaran. Karena keberhasilan belajar bukan hanya bergantung pada

lingkungan atau kondisi belajar saja melainkan juga pada pengetahuan awal siswa

(Ngalimun, 2014).
B. Rumusan Masalah

Bedasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan masalah penelitian

sebagai berikut

1. Adakah pengaruh penerapan model pembelajaran mind mapping terhadap hasil

belajar kognitif siswa kelas X MAN 1 Tanah Bumbu pada materi sistem

pencernaan ?

2. Bagaimanakah respon siswa kelas X IPA 2 MAN 1 Tanah Bumbu dalam

penerapan model pembelajaran Mind Mapping untuk meningkatkan hasil belajar

pada materi sistem pencernaan ?

C. Batasan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, maka penelitian hanya akan

membahas masalah sebagai berikut :

1. Model pembelajaran yang digunakan peneliti adalah Mind Mapping terhadap

hasil belajar Biologi siswa kelas X IPA 2 MAN 1 Tanah Bumbu.

2. Konsep materi yang diajarkan tentang konsep sistem pencernaan sebagai kelas

eksperimen adalah siswa kelas X IPA 1 MAN 1 Tanah Bumbu, dan sebagai

kelas control adalah siswa kelas X IPA 2 MAN 1 Tanah Bumbu.

3. Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian adalah hasil belajar kognitif.

Kemampuan kognitif yang diukur adalah mengingat (C1), memahami (C2),

mengaplikasikan (C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta

(C6).

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui pengaruh dan respon

siswa dengan penerapan model pembelajaran mind mapping terhadap hasil belajar

kognitif siswa kelas X MAN 1 Tanah Bumbu pada materi sistem pencernaan.
E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa, penelitian dengan menggunakan metode pembelajaran mind

mapping diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar kognitif siswa, daya pikir

kreatif, motivasi dan minat siswa untuk belajar, dan melatih kemampuan

membuat pertanyaan dan mempermudah memahami materi yang diberikan.

2. Bagi Guru, memberikan masukan tentang model pembelajaran yang dapat

meningkatkan hasil belajar kognitif serta keterampilan berpikir kreatif siswa

yaitu dengan menggunakan model mind mapping. Sehingga model pembeajaran

mind mapping dapat digunakan guru sebagai solusi alternatifdaam

menggunakan model pembelajaran biologi.

3. Bagi Peneliti, memberikan rujukan pengetahuan untuk menambah wawasan

mengenai model pembelajaran Mind Mapping serta sebagai bahan referensi bagi

pembaca untuk bahan kajian selanjutnya.


KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Mind Mapping

1. Pengertian Mind Mapping

Mind mapping adalah cara mencatat yang kreatif, efektif, dan secara

harpiah akan memetakan pikiran-pikiran kita. Mind mapping merupakan cara

termudah untuk menempatkan informasi kedalam otak dan mengambil

informasi ke luar dari otak (Tony Buzan 2010).

Pemetaan pikiran (mind mapping) adalah tekhnik pemanfaatan seluruh

otak dengan menggunakan citra visual dan prasarana grafis lainnya untuk

membentuk kesan. Otak seringkali mengingatkan informasi dalam bentuk

gambar, symbol, suara, bentuk-bentuk dan prasarana. Peta pikiran menggunakan

pengingat-pengingat visual dan sensorik ini dalam suatu pola dari ide-ide yang

berkaitan seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasi dan

merencanakan. Peta ini dapat membangkitkan ide-ide orisinil dan memicu

ingatan yang mudah. Ini jauh lebih mudah dari pada metode pencatatan

tradisional karena ia mengaktifkan kedua belah otak cara ini juga menenangkan,

menyenagkan dan kreatif ( Aris Shoimin, 2014).

Berikut ini disajikan perbadaan antara catatn tradisional (catatan biasa)

dengan catatan pemetaan pikiran (mind mapping).

Catatan Biasa Mind Mapping


Hanya berupa tulisan-tulisan saja Berupa tulisan, symbol, dan gambar
Hanya dalam satu warna Berwarna-warni, lebih bervariasi
Untuk mereview ulang memerlukan Untuk mereview ulang diperlukan
waktu yang lama waktu yang sebentar
Waktu yang diperlukan untuk belajar Waktu yang diperlukan untuk belajar
lebih lama lebih cepat dan efektif
Statis Membuat individu menjadi lebih
kreatif.
Sumber : Sugiarto (2004 : 76)
Dari uraian tersebut, mind mapping adalah satu teknik mencatat yang

mengembangkan gaya belajar visual. Mind mapping memadukan dan

mengembangkan potensial kerja otak yang terdapat di dalam diri seseorang.

Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka akan memudahkan

seseorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara

tertulis maupun secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan

sebagainya memudahkan otak dalam menyerap informasi yang diterima. Metode

mencatat yang baik harus membantu mengingat perkataan dan bacaan,

meningkatkan pemahaman terhadap materi, membantu mengorganisasi materi

dan memberikan wawasan baru. Mind mapping dapat memungkinkan terjadinya

semua hal itu, karena mind mapping merupakan tekhnik mencatat kreatif yang

memudahkan dalam proses mengingat banyak informasi. (Robbi DePorter,

Reardon, dan Nourie, 2002).

Dengan memanfaatkan gambar dan teks ketika mencatat atau

mengeluarkan sesuatu yang ada di dalam diri maka telah menggunakan dua

belah otak secara sinergis. Apalagi jika dalam mind mapping itu kemudian

ditambahkan warna-warna dan hal-hal yang memperkuat emosi. Dalam proses

pembelajran penyampaian informasi seringkali dianggap sebagai suatu kegiatan

yang paling penting, padahal bagian ini hanya merupakan salah satu komponen

dari strategi pembelajaran. Sebagian besar informasi diberikan kepada siwa

melalui presentasi dan demonstrasi. Pembuatan catatan membantu siswa dalam

mempelajari informasi secara singkat dan padat untuk menghadapi ulangan yang

akan dihapal kelak. Jika dilakukan dengan benar, pembuatan catatan juga

membantu mengognaisasikan informasi sehingga informasi itu dapat diproses


dan dikaitkan dengan pengetahuan yang telah ada secara efekitif (David N,

Hyerle, dan Larry Alper, 2012).

Dalam mencatat tidak sekedar mencatat, tetapi mencatat yang dapat

menunjang pencapaian tujuan belajar. Oleh karena itu membuat catatan tidak

boleh sembarangan, karena dapat mendatangkan kerugian material dan

pemikiran. Selain itu akan sia-sia catatan tersebut, karena didak dapat digunakan

untuk kepentingan kemajuan dan kesuksesan belajar. Catatan berguna untuk

beberapa hal antara lain :

a. Membuat informasi menjadi tertulis dan permanen.

b. Mengetahui ide utama dari bahan pelajaran.

c. Membantu mengingat informasi.

d. Sewaktu-waktu dapat ditunjukkan kepada orang lain.

Kegiatan menulis mempunyai peran penting bagi siswa dalam

mengembangkan keterampilan berpikir dan mendalami bahan ajar. Oleh karena

itu, sudah selayaknya kegiatan menulis menjadi aktivitas penting dalam setiap

pembelajaran disekolah. Menulis tidak hanya bergantung pada proses kognitif

siswa tetapi juga dapat meberi penguat afektif terhadap proses membaca. Jadi

menulis merupakan alat belajar yang perlu mendapat perhatian serius disekolah.

2. Langkah-langkah Pembuatan Mind Mapping

Bentuk dari mind mapping sangat variatif tergantung cara berfikir

seseorang, tetapi ada suatu syarat bahwa sebuah mind mapping dapat dikatakan

mind mapping yang “baik”. Syarat-syaratnya yaitu, mengandung gambar,

menggunakan berbagai macam warna, konektor/ penghubung tidak saling

berpotongan, hanya mengandung kata topik saja bukan kalimat yang panjang

(Muhammad Iqbal Faruqi, 2010).


Menurut Tony Buzan (2010 : 15-16) Adapun langkah-langkah cara

pembuatan mind mapping adalah sebagai berikut :

a. Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya diletakkan

mendatar (landscape). Karena memulai dari tengah memberi kebebasan

kepada otak untuk menyabar ke segala arah

b. Gunakan gambar atau simbol untuk ide utama. Karena sebuah gambar

bermakna seribu kata dan membantu menggunakan imajinasi. Sebuah

gambar sentral akan lebih menarik, mebuat kita tetap terfokus, membantu

konsentrasi, dan mengaktifkan otak

c. Gunakan berbagai warna, karena bagi otak warna sama menariknya dengan

gambar. Warna membuat mind mapping lebih hidup da menyenangkan

d. Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-

cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya. Hal ini

berkaitan dengan prinsip kerja otak, dimana otak bekerja menurut asosiasi,

yaitu mengaitkan dua hal atau lebih sekaligus. Bila kita menghubungkan

cabang-cabang konsep,kita akan lebih mudah mengartikan dan mengingat

suatu konsep.

e. Buatlah garis hubung yang melengkung, bukan garis lurus. Karena garis

lurus akan membosankan.

f. Gunakan satu kata kunci untuk setiap garis. Karena kata kunci tungal

memberikan lebih banyak daya dan fleksibilitas kepada mind mapping

g. Gunakan gambar, karena seperti gambar sentral, setiap gambar bermakna

seribu makna.
Adapun contoh mind mapping dapat dilihat pada gambar dibawah ini :

3. Kegunaan Mind Mapping

Dengan menggunakan konsep mind mapping guru dapat menyampaikan

materi pembelajaran yang rumit menjadi mudah, selain itu anak didik pun

mampu menyerap materi pelajaran karena disampaikan dengan cara yang sangat

sederhana. Menurut Tony Buzan yang dikutip buku andi saleh kegunaan konsep

mind mapping dalam proses pembelajaran dikelas adalah (Andri saleh, 2008) :

a. Mampu melatih anak didik untuk memilih berbagai informasi yang

disampaikan

b. Mampu meningkatkan daya ingat dan berkonsentrasi terhadap informasi

yang disampaikan

c. Mind mapping merupakan teknik mencatat yang sangat praktis dan

sederhana

d. Memahami pokok permasalahan secara detail yang dibahas dalam suatu

pokok pembelajaran.
e. Mampu berimajinasi menggunakan kebebeasan berekspresi seorang anak

didik dalam menuangkan pemikirannya

f. Mampu memusatkan pikiran anak-anak terhadap materi pelajaran yang

disampaikan.

4. Kelebihan dan Kekurangan Mind Mapping

Menurut Aris Shoimin (2014 : 107) Adapun kelebihan dan kekurangan

mind mapping adalah :

a. Cara ini termasuk cepat dalam penyampaian maupun pengerjaannya

b. Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul

dalam pemikiran

c. Proses menggambar diagram bias memunculkan ide-ide lain terkait

pembelajaran

d. Diagram yang sudah terbentuk bias menjadi panduan untuk menulis.

Adapun kekurangan mind mapping adalah :

a. Hanya siswa yang aktif saja yang terlibat

b. Tidak seluruh murid belajar

c. Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan

Mind mapping membantu peserta didik untuk belajar, menyusun, dan

menyimak sebanyak mungkin informasi yang diinginkan, dan

mengelompokkannya dengan cara yang alami, memberi akses yang mudah dan

langsung (ingatan yang sempurna) kepada apapun yang kita inginkan.

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif,

afektif, maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai siswa setelah


mengikuti proses belajar mengajar (Kunandar, 2015). Jadi dapat disimpulkan

hasil belajar adalah keseluruhan proses yang dilakukan siswa dari awal proses

pembelajaran sampai akhir proses pembelajaran.

2. Indikator Hasil Belajar

Menurut Syarifudin Bahri Djamarah dan Asman Zain (2010 : 106) Yang

menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah

hal-hal sebagai barikut :

a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi

tinggi, baik secara individu atau secara kelompok

b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran/ instruksional khusus

(TIK) telah dicapai oleh siswa, baik secara individu maupun kelompok

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Muhibbin Syah (2005 : 145) Secara global, faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :

a. Faktor internal (factor dari dalam siswa), yakni keadaan/ kondisi jasmani

dan rohani siswa. Faktor yang berasal dari dalam siswa meliputi dua aspek,

yakni aspek fisologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang

bersifat rohaniah)

b. Faktor eksternal (factor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar

siswa. Factor eksternal terdiri atas dua macam, yakni : factor lingkungan

social dan factor social nonsosial. Lingkungan social yaitu orang tua dan

keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan

keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah) dapat memberi dampak

baik ataupun buruk terhadap kegiatan belajar dan prestasi yang dicapai oleh

siswa. Factor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah


dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat

belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa.

c. Faktor pendekatan belajar, yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi

stategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan

mempelajari materi-materi pembelajaran.

4. Tujuan dalam Ranah Kognitif

Dalam ranah kompetensi pengetahuan atau kognitif terdapat enam jenjang

proses berpikir yaitu :

a. Mengingat (C1)

Kategori Mengingat adalah mengambil pengetahuan yang dibutuhkan

dari memori jangka panjang seorang siswa. Dua proses kognitif yang

berkaitan dengan kategori ini adalah menyadari atau recoqnizing dan

mengingat kembali atau recalling. Jenis pengetahuan yang relevan dengan

kategori ini adalah pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual,

pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif, serta kombinasi-

kombinasi yang mungkin dari beberapa pengetahuan ini (Anderson, &

Kratwhol; 2001).

b. Memahami (C2)

Seorang peserta didik dikatakan memahami jika mereka dapat

mengkonstruksi makna dari pesan-pesan pembelajaran baik dalam bentuk

lisan, tertulis dan grafik (gambar) yang disampaikan melalui pengajaran,

penyajian dalam buku, maupun penyajian melalui layar komputer. Peserta

didik dapat memahami jika mereka menghubungkan pengetahuan baru yang

sedang mereka pelajari dengan pengetahuan yang sebelumnya telah mereka

miliki. Lebih tepatnya, pengetahuan baru yang sedang mereka pelajari itu di
padukan dengan skema-skema dan kerangka-kerangka kognitif yang telah

ada. Lantaran konsep–konsep di otak seumpama blok–blok bangunan yang

di dalamnya berisi skema–skema dan kerangka–kerangka kognitif. maka

pengetahuan konseptual (conceptual knowledge) merupakan dasar dari

proses memahami. Proses-proses kognitif yang termasuk dalam kategori

Memahami meliputi proses menginterpretasikan, mencontohkan,

mengklasifikasikan, merangkum, menduga, membandingkan, dan

menjelaskan (Anderson, et al. 2001).

c. Mengaplikasikan (C3)

Kategori mengaplikasikan ini sangat erat kaitannya dengan

pengetahuan prosedural atau procedural knowledge. Soal latihan atau

exercises merupakan jenis tugas yang prosedur penyelesaiannya telah

diketahui siswa, sehingga siswa dapat menggunakannya secara rutin. Suatu

masalah merupakan jenis tugas yang penyelesaiannya belum diketahui

siswa, sehingga mereka harus menemukan prosedur yang tepat untuk

memecahkan permasalahan tersebut (Anderson, et al. 2001).

d. Menganalisis (C4)

Yang termasuk dalam kategori menganalisis adalah proses mengurai

suatu materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan

hubungan antara bagian -bagian tersebut dan hubungan antara bagian-

bagian tersebut dengan materi tersebut secara keseluruhan. Kategori proses

menganalisis ini mencakup proses-proses membedakan (differentiating),

mengorganisasi (organizing), dan menghubungkan (attribute). (Anderson, et

al. 2001).
e. Mengevaluasi (C5)

Kategori mengevaluasi diartikan sebagai tindakan membuat suatu

penilaian (judgement) yang didasarkan pada kriteria dan standar tertentu.

Kriteria yang paling sering digunakan adalah kualitas, efektivitas, dan

konsistensi. Kriteria–kriteria ini ditentukan sendiri oleh siswa. Standar yang

bisa digunakan bisa berupa standar kuantitatif maupun standar kualitatif.

Standar-standar tersebut kemudian diterapkan pada kriteria-kriteria yang

dipilih tadi. Kategori mengevaluasi mencakup sejumlah proses kognitif,

yaitu memeriksa (checking), dan mengkritik (critiquing). Proses memeriksa

atau checking merupakan proses membuat penilaian terhadap suatu kriteria

internal, sementara proses mengkritik atau critiquing merupakan proses

membuat penilaian yang didasarkan pada kriteria-kriteria eksternal

(Anderson, et al. 2001).

f. Mencipta (C6)

Proses menyusun sejumlah elemen tertentu menjadi satu kesatuan yang

koheren atau fungsional. Tujuan-tujuan pengajaran yang termasuk kedalam

kategori mencipta ini adalah mengajarkan pada para siswa agar mampu

membuat suatu produk baru dengan mengorganisasi sejumlah elemen atau

bagian jadi suatu pola atau struktur yang belum pernah ada atau tidak

pernah diprediksi sebelumnya. Proses-proses kognitif yang termasuk

kedalam kategori ini biasanya juga dikoordinasikan dengan pengalaman

belajar yang sudah dimiliki oleh para siswa sebelumnya. Meskipun kategori

menciptakan ini mengharuskan adanya suatu pola pikir kreatif dari pihak

siswa, pola pikir kreatif tersebut tidak sepenuhnya terbebas dari tuntutan-
tuntutan atau batasan-batasan yang telah ditentukan dalam suatu pengajaran

pelajaran atau batasan-batasan yang terjadi dalam situasi tertentu

(Anderson, et al. 2001).

C. Kerangka Berpikir

Dalam proses pembelajaran, guru dituntut untuk dapat memilih pendekatan

pembelajaran yang dapat memicu semangat setiap siswa untuk secara aktif ikut

terlibat dalam pengalaman belajarnya. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran

yang dapat membuat siswa aktif ikut terlibat dalam pembelajaran adalah model

pembelajaran Mind Mapping.

Pembelajaran yang menggunakan model Mind Mapping menuntut siswa agar

aktif dan kreatif dalam proses pembelajaran. Dapat menuntut siswa agar kreatif

dalam membuat catatan pada materi pelajaran, sehingga catatn tersebut dapat

membantu siswa dalam memahami materi biologi. Selain itu, model pembelajaran

Mind Mapping diharapkan mampu menjadikan siswa sebagai subjek belajar dan

guru berperan sebagai fasilitator, organisator, dan motivator bagi siswa. Dengan

demikian diduga bahwa model pembelajaran Mind Mapping dapat meningkatkan

hasil belajar kognitif siswa.

Kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1


Gambar 1. Bagan kerangka berpikir

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data-data yang terkumpul.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :

1. Hipotesis Penelitian :

“Terdapat pengaruh pada penerapan model pembelajaran mind mapping

terhadap hasil belajar kognitif siswa kelas X MAN 1 Tanah Bumbu pada materi

sistem pencernaan”.

2. Hipotesis Statistik :

H0 : “Tidak terdapat pengaruh variable bebas terhadap variable terikat”

H1 : “Terdapat pengaruh variable bebas terhadap variable terikat”.


METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen semu (Quasi Eksperiment). Penelitian eksperiment semu (Quasi

Eksperiment) adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Metode ini

dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dicapai dengan mengetahui

perbedaan, yaitu hasil belajar Biologi dengan perlakuan yang berbeda.

B. Rancangan Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan eksperimen semu (Quasi Experiment)

dengan menggunakan rancangan yang dikenal dengan Control Group Pretest-

Postest. Struktur desain penelitian ini adalah sebagai berikut : (Frangkel, R. Dan

Wallen, 2007).

Tabel 3.
Struktur desain penelitian Control Group Pretest-Postest
Kelompok Pretest Perlakuan Postest
Kelas Eksperimen T1 X T2
Kelas Kontrol T1 Y T2

Keterangan :
X = Perlakuan dengan model pembelajaran mind mapping
Y = Perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran ekspository
T1 = Hasil pretest kelas eksperimen dan kontrol
T2 = Hasil postest kelas eksperimen dan kontrol

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Negeri Tanah Bumbu

Jl.H.M.Nurung RT.III Kode Pos 72173 Kelurahan Kota Pagatan, Kecamatan Kusan

Hilir Kabupaten Tanah Bumbu Tel 051838286. Penelitian ini akan dilakukan selama

± satu bulan disemester ganjil tahun pelajaran 2018/2019.


D. Variabel Penelitian

Penelitian kuasi eksperimen yang dilakukan melibatkan variable bebas,

variable teriket dan variable control. Variable bebas berupa model pembelajaran,

variable terikatnya adalah hasil pengukuran hasil belajar kognitif siswa pada konsep

sistem pencernaan, sedangkan variable kontrolnya adalah materi ajar, pengajar,

media dan jumlah jam mengajar (Sugiyono, 2013)

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X MAN 1 Tanah Bumbu

sebanyak 4 kelas yang terdiri dari X IPA 1, X IPA 2, X IPA 3. Populasi

penelitian dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 4
Data siswa kelas X MAN 1 Tanah Bumbu
No Kelas Jumlah
1 X IPA 1 35
2 X IPA 2 36
3 X IPA 3 36
Jumlah Populasi 107

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Sampel dalam penelitian ini diambil dengan teknik

pengambilan secara acak (cluster random sampling) dari populasi kelas yang

ada diambil acak. Dari kelas X MAN 1 Tanah Bumbu akan diambil dua kelas

sebagai sampel yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan nomor

undian yang dilakukan oleh peneliti, maka diperoleh kelas X IPA 2 sebagai

kelas eksperimen dan kelas X IPA 1 sebagai kelas kontrol.


F. Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah tes belajar. Tes tertulis yang digunakan

untuk mengukur hasil belajar siswa dan ketuntasan belajar peserta didik dalam

memahami materi system pencernaan menggunakan model pembelajaran min

mapping dan pengajaran ekspository. Instrument penelitian dibedakan menjadi dua

jenis instrument, yaitu jenis tes pretest dan postest. Berupa soal pilihan ganda

digunakan untuk pretest dan postest pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

G. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran yang dibuat untuk melaksanakan penelitian ini

adalah Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Pesrta

Didik (LKPD) dan tes. Sebagai data pendukung dibuat pedoman wawancara

terhadap peserta didik dan wawancara guru terhadap model pembelajaran yang

diterapkan.

H. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas

siswa dan pengolahan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

mind mapping. Mencatat hasil pengamatan/ observasi tersebut dalam lembar

observasi.

2. Test

Test adalah salah satu metode pengumpulan data dimana peneliti

memperoleh informasi dari nilai siswa. Nilai hasil belajar diperoleh melalui

pretest dan posttest. Test sebagai instrument pengumpulan data adalah

serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur

keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki


oleh individu atau kelopmpok. Secara umum test diartikan sebagai alat yang

dipergunakan untuk mengukur pengetahuan atau penguasaan objek ukur

terhadap seperangkat konten atau meteri tertentu. Peneliti menggunakan pretest

dan posttest sebagai alat pengumpul data dari respons/ peserta didik. Test

diberikan pada tahap awal dan tahap akhir. Test awal digunakan untuk

mengetahui kemampuan awal siswa dalam pelajaran Biologi dan tes akhir

digunakan untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh siswa.

3. Dokumentasi

Dalam penelitian ini dokumentasi yang diperoleh adalah silabus, jadwal

pelajaran, data-data siswa (absen siswa) kelas X IPA 1, X IPA 2 MAN 1 Tanah

Bumbu, jumlah siswa, foto-foto, nilai siswa, dengan menggunakan model

pembelajaran Mind Mapping.

4. Angket

Angket ini langsung diberikan kepada siswa pada akhir pelaksanaan

pembelajaran Mind Mapping untuk mendapatkan jawaban langsung. Dari

jawaban yang diberikan siswa ini maka dapat diperoleh gambaran tanggapan

siswa tentang pelaksanaan metode ini.

I. Teknik Analisis Data

Tahap ini dilaksanakan setelah peneliti mendapatkan data hasil nilai pretest

dan posttest baik pada kelas eksperimen ataupun pada kelas kontrol. Data nilai

kognitif dimulai dari rentang 10 sampai dengan 100. Nilai dibagi menjadi lima

kategori yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang dan kurang sekali. Berikut tabel

standar penilaian siswa :

Nilai
Kategori
Huruf Angka
A 86-100 Sangat Baik
B 76-85 Baik
C 65-75 Cukup
D 50-64 Kurang
E ≤ 49 Kurang Sekali

Data nilai afektif menggunakan instrument berupa rubrik. Rubrik digunakan

agar penilaian yang subjektif atau tidak adil dapat dihindari atau paling tidak

dikurangi. Rubrik terdiri dari dua hal yaitu skor dan kriteria yang harus dipenuhi

untuk mencapai skor tersebut. Gradasi skor yang digunakan dalam penilaian adalah

gradasi 4 skor (4, 3, 2, 1).

1. Analisis Data Deskriptif

Pengolahan data dengan teknik deskriptif dilakukan dengan tujuan untuk

mendeskripsikan dan mengetahui hasil belajar siswa setelah penerapan model

Mind Mapping. Hasil belajar dan ketuntasan belajar peserta didik ditentukan

berdasarkan penilaian acuan patokan. Skor yang didapat oleh siswa akan

digunakan untuk menentukan hasil belajar, ketuntasan individual dan ketuntasan

klasikal peserta didik terhadap Kompetensi Dasar yang telah ditetapkan.

Ketuntasan belajar individual tiap peserta didik ditentukan dengan rumus :

𝑆𝑖
P= × 100 %
𝑆𝑡

Keterangan :

P = Persen ketuntasan belajar perindividu


Si = Jumlah skor yang dicapai peserta didik terhadap seluruh butir soal
St = Jumlah skor total seluruh butir soal

Peserta didik dikatakan tuntas belajar jika persen ketuntasan belajarnya

dalam belajar apabila mencapai daya serap minimal 75% terhadap pemahaman

materi yang dipelajari berdasarkan tolak ukur kriteria ketuntasan minimal

(KKM). Menurut yamin (2008) suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya jika di
kelas tersebut terdapat 85% peserta didik yang telah mencapai ketuntasan

individual.

2. Analisis Data Inferensial

Analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian.

Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas

dan uji homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya

sebaran data yang akan dianalisis dan uji homogenitas untuk memastikan

kelompok data berasal dari populasi yang homogen. Dengan langkah

sebagai berikut:

1) Hipotesis

H0 : Data sampel berasal dari populasi berdistrubusi normal

H1 : Data sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal.

2) Taraf Signifikasi (𝛼) = 0,05

a) Urutan data sampel dari kecil ke besar.

xi−x
b) Menentukan nilai Zi dari tiap-tiap data dengan rumus 𝑍 =
S

Keterangan :
S : Simpanan baku dan tunggal
Xi : Data tunggal
X : Rata-rata data tunggal

c) Tentukan besar peluang untuk masing-masing nilai Z berdasarkan

tabel Z

d) Hitung frekuensi komulatif dari masing-masing nilai Z sebut S (Z)


e) Tentukan nilai L0 dengan rumus f(Z) – S(Z) kemudian tentukan

nilai mutlaknya. Ambil yang paling besar dan bandingkan dengan Lt

dari tabel liliefors.

f) Adapun kreteria pengujiannya adalah sebagai berikut:

Tolak H0 jika L0 > Lt

Terima H0 jika L0 ≤ Lt

b. Uji Homogenitas

Setelah uji normalitas, dilakukan juga diuji homogenitas. Uji ini untuk

mengetahui kesamaan antara dua keadaan atau populasi. Uji homogenits

yang digunakan adalah uji homogenitas dua varians atau uji Fisher yaitu :

𝑆1 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝐹=
𝑆2 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙

Keterangan :
F : Homogenitas
S1 : Nilai standar deviasi pretest yang nilainya paling besar
S2 : Nilai standar deviasi posttest yang nilainya paling besar
Adapun kriteria uji homogenitas yaitu :

Jika Fhitung < Ftabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima.

Jika Fhitung > Ftabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak.

c. Uji Hipotesis (Uji t)

Setelah dilakukan pengujian populasi data dengan menggunakan uji

normalitas dan uji homogenitas, maka selanjutnya melakukan uji hipotesis

dengan menggunakan uji-t. Uji-t adalah salah satu test statistik yang

digunakan untuk menguji kebenaran atau kepalsuan hipotesis nihil yang

menyatakan bahwa diantara dua buah mean sampel yang diambil

secara random dari populasi yang sama, tidak terdapat perbedaan yang
signifikan (Anas Sudijono, 2011). Adapun langkah-langkah uji-t sebagai

berikut :

1) Merumuskan hipotesis nol dan hipotesis alternatifnya :

H0 : μ1 ≤ μ2 (Rata-rata hasil belajar kognitif siswa mendapat

pembelajaran melalui pendekatan kostruktivisme dengan teknik mind

mapping kurang dari atau sama dengan rata-rata kemampuan hasil

belajar kognitif siswa yang tidak mendapatkan pembelajaran tersebut).

H1 : μ1 > μ2 (Rata-rata hasil belajar kognitif biologi siswa yang

mendapat pembelajaran melalui pendekatan kostruktivisme dengan

teknik mind mapping lebih baik dari rata-rata hasil belajar kognitif

biologi siswa yang tidak mendapatkan pembelajaran tersebut).

2) Menentukan nilai thitung yang dihitung dengan rumus :

𝑥1 − 𝑥2
𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 =
1 1
𝑆𝑔𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛√𝑛1 + 𝑛2

Dengan :

(𝑛1 − 1)𝑆12 + (𝑛2 − 1)𝑆22


𝑆𝑔𝑎𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 = √
𝑛1 + 𝑛2 − 2

Keterangan :
x2 = rata-rata nilai kelas eksperimen
x2 = rata-rata nilai kelas kontrol
S = simpangan baku gabungan
n1 = banyaknya peserta didik kelas eksperimen
n2 = banyaknya peserta didik kelas kontrol
S12 = variansi kelas eksperimen
S22 = variansi kelas kontrol
3) Menentukan nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 = 𝑡∝ (𝑑𝑘 = 𝑛1 + 𝑛2 − 2)

4) Kriteria pengujian hipotesis : jika thitung ≥ ttabel maka H0 ditolak

dan jika thitung < ttabel maka H0 diterima dengan taraf signifikan

5%.15

3. Analisis Aspek Respon Peserta Didik

Data yang berupa tanggapan peserta didik terhadap sejumlah pertanyaan

pada wawancara dengan peserta didik, langsung dideskripsikan apa adanya

untuk menggambarkan kesan peserta didik terhadap model pembelajaran yang

telah diujikan. Analisis respon siswa data respon siswa diperoleh dari angket

dan menggunakan persentase setiap pilihan dengan rumus sebagai berikut :


𝑛
P= × 100 %
𝑁

Keterangan :
P = Persentase tiap pilihan.
n = Banyaknya siswa yang menjawab suatu pilihan “Ya” atau “Tidak”.
N = Banyaknya siswa yang mengisi angket.

J. Jadwal Penelitian

Februari Maret April Mei


No Jenis Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penyusunan
proposal
2 Pengurusan izin
3 Penyusunan
instrumen
4 Pengujicobaan
instrumen
5 Pengumpulan
data
6 Pengolahan dan
analisis data
7 Penyusunan
laporan penelitian
8 Penyajian laporan
DAFTAR PUSTAKA

Anas Sudijono. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo. Rajawali

Pers.

Andri Saleh. 2008. Kreatif Mengajar dengan Mind Mapping. Bandung : Tinta Emas.

Aris Shoimin. 2014. Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum. Yogyakarta : Ar

Ruzz Media.

Asih Widi Wisudawati. 2014. Metodologi Pembelajaran IPA. Jakarta : Bumi Aksara.

Baharuddin dan Esa Nur Wahyuni. 2015. Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta :

Ar Ruzz Media.

Bobbi De Porter, dkk. 1999. Quantum Learning. Bandung : Kaifa.

David N. Hyerle dan Larry Alper. 2012. Peta Pemikiran. Jakarta : PT. Indeks.

Karwono dan Heni Mularsih. 2012. Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan

Sumber Belajar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Kunandar. 2013. Penilaian Autentik Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rajawali Pers.

M. Challish. 2011. Strategi Pembelajaran Berbasis Kompetensi. Jakarta : PT Bumi

Aksara.

Muhammad Iqbal Faruqi. 2010. Penggunaan Graf dalam Mind Mapping serta

Kegunaannya dalam Kehidupan Sehari-hari. (Online) http://www. Informatika.

org/rinaldi/Matdist/makalah.pdf. diakses tanggal 23 Februari 2010.

Muhibbin Syah. 2005. Psikolog Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung :

Rosda Karya.

Ngalimun. 2014. Strategi dan Model Pembelajaran. Yogyakarta : CV Asswaja Pressido.

Oemar Hamalik. 2009. Kurikulum Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara.


Syarifudin Bahri Djamarah dan Asman Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar.

Jakarta : Rineka Cipta.

Tony Buzan. 2010. Buku Pintar Mind Mapping. Jakaeta : Gramedia Pustaka Utama.

Yatim Riyanto. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi

Pendidikan dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas.

Jakarta : Kencana Prenda Media Group.

Anda mungkin juga menyukai