PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pergerakan. Komponen Utama dalam sistem Muskuloskeletal adalah tulang dan jaringan
ikat yang menyusun kurang lebih 25% berat badan dan otot menyusun kurang lebih
50%. System ini terdiri dari tulang, sendi, otot, rangka, tendon, ligament, dan jaringan-
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan atau tulang
penyebab fraktur diantaranya cidera atau benturan, faktor patologik,dan yang lainnya
karena faktor beban. Selain itu fraktur akan bertambah dengan adanya komplikasi yang
arteri, infeksi, dan avaskuler nekrosis. Komplikasi lain dalam waktu yang lama akan
terjadi mal union, delayed union, non union atau bahkan perdarahan. (Price, 2002)
Kejadian fraktur di Indonesia sebesar 1.3 juta setiap tahunnya dengan jumlah
penduduk 238 juta jiwa, merupakan terbesar di Asia Tenggara. Kejadian fraktur di
Indonesia yang dilaporkan depkes RI (2007) menunjukan bahwa sekitar 8 juta orang
mengalami fraktur dengan jenis fraktur yang berbeda. Insiden fraktur di Indonesia 5,5%
Berdasarkan data dari ruang Bedah RSUD Raden Mattaher Jambi diketahui jumlah
pasien yang akan melakukan operasi pada tahun 2008 sebanyak 933 orang dan yang
mengalami penundaan operasi sebanyak 58 orang sedangkan pada tahun 2009 jumlah
pasien yang akan melakukan operasi sebanyak 1.128 dan pada tahun 2010 sebanyak
1.129 orang dan yang mengalami penundaan operasi sebanyak 70 orang. Beberapa
1
alasan terjadinya penundaan operasi yaitu sedikitnya jumlah dokter sehingga jadwal
pelaksanaan operasi yang ditunda serta kecemasan yang datang dari diri pasien sendiri
dilaksanakan operasi.
Dampak yang sering terjadi pada klien yang mengalami fraktur yaitu adanya atropi
atau pemendekan tulang. Operasi adalah tindakan pengobatan yang menggunakan cara
invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani Prosedur
pembedahan yang sering dilakukan pada pasien fraktur meliputi reduksi terbuka dengan
fiksasi interna (Open reduction and internal fixation/ORIF). Sasaran pembedahan yang
Peran perawat pada kasus fraktur meliputi sebagai pemberi asuhan keperawatan
pendidikan kesehatan untuk mencegah komplikasi. Dari latar belakang diatas maka
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat pada makalah ini adalah bagaimana
pelaksanaan asuhan keperawatan padaTn. L dengan Kasus Pemicu Fraktur Femur Dextra
C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
dengan Kasus Pemicu Fraktur di Ruang Bedah RSUD Raden Mattaher Jambi.
2
2. Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Tn. L dengan Kasus Pemicu Fraktur
dengan pada Tn. L dengan Kasus Pemicu Fraktur Femur Dextra di Ruang Bedah
Tn. L dengan Kasus Pemicu Fraktur Femur Dextra di Ruang Bedah RSUD Raden
Mattaher Jambi.
rangka penerapan asuhan keperawatan pada Tn. L dengan Kasus Pemicu Fraktur
asuhan keperawatan pada Tn. L dengan Kasus Pemicu Fraktur Femur Dextra di
D. Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
keperawatan pada klien dengan Fraktur Femur Dextra di Ruang Bedah RSUD
Sebagai tambahan informasi dan bahan pustaka bagi Sekolah Tinggi Kesehatan
Harapan Ibu Jambi (Stikes HI) mengenai asuhan keperawatan pada pasien Fraktur.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Anatomi Tulang
Tulang terdiri dari sel-sel yang berada pada ba intra-seluler. Tulang berasal dari
tulang. Proses ini dilakukan oleh sel-sel yang disebut “Osteoblast”. Proses
Menurut (Syaifudin B.A 2005) Ada 206 tulang dalam tubuh manusia, Tulang
1). Tulang panjang (Femur, Humerus) terdiri dari batang tebal panjang yang
disebut diafisis dan dua ujung yang disebut epifisis. Di sebelah proksimal dari
tulang rawan yang tumbuh, yang disebut lempeng epifisis atau lempeng
lempeng epifisis. Tulang rawan digantikan oleh sel-sel tulang yang dihasilkan
oleh osteoblas, dan tulang memanjang. Batang dibentuk oleh jaringan tulang
yang padat. Epifisis dibentuk dari spongi bone (cancellous atau trabecular).
Pada akhir tahun-tahun remaja tulang rawan habis, lempeng epifisis berfusi,
sumsum tulang.
4
2). Tulang pendek (carpals) bentuknya tidak teratur dan inti dari cancellous
3). Tulang pendek datar (tengkorak) terdiri atas dua lapisan tulang padat dengan
4). Tulang yang tidak beraturan (vertebrata) sama seperti dengan tulang pendek.
5). Tulang sesamoid merupakan tulang kecil, yang terletak di sekitar tulang yang
berdekatan dengan persediaan dan didukung oleh tendon dan jaringan fasial,
Tulang tersusun atas sel, matriks protein dan deposit mineral. Sel-selnya terdiri
atas tiga jenis dasar-osteoblas, osteosit dan osteoklas. Osteoblas berfungsi dalam
ditimbun. Osteosit adalah sel dewasa yang terlibat dalam pemeliharaan fungsi tulang
dan terletak dalam osteon (unit matriks tulang ). Osteoklas adalah sel multinuclear (
berinti banyak) yang berperan dalam penghancuran, resorpsi dan remosdeling tulang.
osteon terdapat kapiler. Dikelilingi kapiler tersebut merupakan matriks tulang yang
melalui prosesus yang berlanjut kedalam kanalikuli yang halus (kanal yang
menghubungkan dengan pembuluh darah yang terletak sejauh kurang dari 0,1 mm).
5
pembuluhdarah, dan limfatik. Lapisan yang paling dekat dengan tulang mengandung
melarutkan tulang untuk memelihara rongga sumsum, terletak dekat endosteum dan
endapan garam. Bahan organik disebut matriks, dan terdiri dari lebih dari 90 % serat
kolagen dan kurang dari 10 % proteoglikan (protein plus sakarida). Deposit garam
terutama adalah kalsium dan fosfat, dengan sedikit natrium, kalium karbonat, dan ion
6
tensif (resistensi terhadap tarikan yang meregangkan). Sedangkan garam-garam
hidup. Pembentukan tulang ditentukan oleh rangsangn hormon, faktor makanan, dan
jumlah stres yang dibebankan pada suatu tulang, dan terjadi akibat aktivitas sel-sel
pertama kali dibentuk, matriks tulang disebut osteoid. Dalam beberapa hari garam-
garam kalsium mulai mengendap pada osteoid dan mengeras selama beberapa
minggu atau bulan berikutnya. Sebagian osteoblast tetap menjadi bagian dari osteoid,
dan disebut osteosit atau sel tulang sejati. Seiring dengan terbentuknya tulang,
Kalsium adalah salah satu komponen yang berperan terhadap tulang, sebagian
ion kalsium di tulang tidak mengalarni kristalisasi. Garam nonkristal ini dianggap
sebagai kalsium yang dapat dipertukarkan, yaitu dapat dipindahkan dengan cepat
dengan pembentukan tulang. Penyerapan tulang terjadi karena aktivitas sel-sel yang
disebut osteoklas. Osteoklas adalahsel fagositik multinukleus besar yang berasal dari
berbagai asam dan enzim yang mencerna tulang dan memudahkan fagositosis.
7
Osteoklas biasanya terdapat pada hanya sebagian kecil dari potongan tulang, dan
memfagosit tulang sedikit demi sedikit. Setelah selesai di suatu daerah, osteoklas
menghilang dan muncul osteoblas. 0steoblas mulai mengisi daerah yang kosong
tersebut dengan tulang baru. Proses ini memungkinkan tulang tua yang telah
terus menerus diperbarui atau mengalami remodeling. Pada anak dan remaja,
panjang dan menebal. Aktivitas osteoblas juga melebihi aktivitas osteoklas pada
tulang yang pulih dari fraktur. Pada orang dewasa muda, aktivitas osteoblas dan
osteoklas biasanya setara, sehingga jumlah total massa tulang konstan. Pada usia
aktivitas osteoklas dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh sehingga mudah patah.
Aktivitas osteoblas dan osteoklas dikontrol oleh beberapa faktor fisik dan hormon.
dan stres beban akibat arus listrik yang terbentuk sewaktu stres mengenai tulang.
promotor kuat bagi aktivitas osteoblas dan pertumbuhan tulang. Pertumbuhan tulang
8
tulang). Sewaktu kadar estrogen turun pada masa menopaus, aktivitas osteoblas
dengan bekerja pada osteoblas dan secara tidak langsung dengan merangsang
penyerapan kalsium di usus. Hal ini meningkatkan konsentrasi kalsium darah, yang
vitamin D dalam jumlah besar tanpa diimbangi kalsium yang adekuat dalam
oleh hormon paratiroid. Hormon paratiroid dilepaskan oleh kelenjar paratiroid yang
umpan balik negatif untuk menurunkan pengeluaran hormon paratiroid lebih lanjut.
ion fosfat oleh ginjal sehingga menurunkan kadar fosfat darah. Pengaktifan vitamin
hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar tiroid sebagai respons terhadap peningkatan
kadar kalsium serum. Kalsitonin memiliki sedikit efek menghambat aktivitas dan
9
pernbentukan osteoklas. Efek-efek ini meningkatkan kalsifikasi tulang sehingga
b. Fisiologi Tulang
2). Melindungi organ tubuh (misalnya jantung, otak, dan paru-paru) dan jaringan
lunak.
pergerakan).
4). Membentuk sel-sel darah merah didalam sum-sum tulang belakang (hema
topoiesis).
B. Defenisi
Frakturatau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau
Patah Tulang Tertutupadalah patah tulang dimana tidak terdapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar. Pendapat lain menyatakan bahwa patah tulang
tertutup adalah suatu fraktur yang bersih (karena kulit masih utuh atau tidak robek) tanpa
C. Etiologi
Menurut Smeltzer & Bare 2002 menyebutkan penyebab fraktur dapat dibagi menjadi
10
1. Trauma langsung
Fraktur demikian demikian sering bersifat fraktur terbuka dengan garis patah
Kekerasan tidak langsung menyebabkan patah tulang ditempat yang jauh dari
tempat terjadinya kekerasan. Yang patah biasanya adalah bagian yang paling lemah
Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi.Kekuatan dapat berupa
penarikan.
4. Proses Penyakit
D. Manifestasi Klinik
Menurut Smeltzer & Bare (2002) manifestasi klinik pada pasien Fraktur yaitu:
1. Deformitas
Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya,
perubahan keseimbangan dan kontur terjadi seperti rotasi pemendekan tulang dan
penekanan tulang.
2. Bengkak
Edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstrakviksasi darah dalam jaringan yang
11
3. Spasme otot, spasme involunter dekat dengan Fraktur
4. Tenderness
Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan
kerusakan struktur didaerah yang berdekatan. Kehilangan sensasi seperti mati rasa
5. Shock Hipovolemik
6. Krepitasi
E. Patofisiologi
Dari etiologi yang dapat menyebabkan fraktur diatas, fraktur dibagi menjadoi dua
yaitu fraktur tertutup dan frkatur terbuka. Pada fraktur tertutup akan terjadi kerusakan
pada kanalis havers dan jaringan lunak diarea fraktur, akibat kerusakan jaringan tersebut
akan terbentuk bekuan darah dan benang-benang fibrin serta hematoma yang akan
membentuk jaringan nekrosis. Maka terjadilah respon informasi informasi fibroblast dan
kapiler-kapiler baru tumbuh dan membentuk jaringan granulasi. Pada bagian ujung
jaringan penunjang fibrosa. Selanjutnya akan dibentuk fiber-fiber kartilago dan matriks
tulang yang menghubungkan dua sisi fragmen tulang yang rusak, sehingga terjadi
2005)
Sedangkan pada fraktur terbuka terjadi robekan pada kulit dan pembuluh darah,
maka terjadilah perdarahan, darah akan banyak keluar dari ekstra vaskuler dan terjadilah
syok hipovolemik, yang ditandai dengan penurunan tekanan darah atau hipotensi syok
hipovolemik juga dapt menyebabkan cardiac output menurun dan terjadilah hipoksia.
12
Karena hipoksia inilah respon tubuh akan membentuk metabolisme an aerob adalah
asam laktat, maka bila terjadi metabolisme an aerob maka asam laktat dalam tubuh akan
meningkat.
Fraktur
Benang-benang fibrin
Output
13
Fibroblast dan kapiler-kapiler Hipoksia
jaringan granulasi
F. Penatalaksanaan
14
Fisioterapi yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Medis
1) Traksi
arah tarikan segaris dengan sumbu tarikan tulang yang patah. Kegunaan traksi
Jenis traksi ada dua macam yaitu : Traksi kulit, biasanya menggunakan
kirshner yang lebih halus, biasanya disebut kawat k yang ditusukan pada tulang
2) Reduksi
Jenis reduksi ada dua macam, yaitu : Reduksi tertutup, merupakan metode
pada reduksi ini insisi dilakukan dan fraktur diluruskan selama pembedahan
b. Fisiotherapi
15
Alat untuk reimobilisasi mencakup exercise terapeutik, ROM aktif dan pasif.
ROM pasif mencegah kontraktur pada sendi dan mempertahankan ROM normal
pada sendi. ROM dapat dilakukan oleh therapist, perawat atau mesin CPM
G. Komplikasi
Menurut Iskandar (2008) komplikasi yang dapat terjadi pada pasien fraktur adalah
sebagai berikut:
1) Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada
b. Kompartement Syndrom
terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini
disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan
pembuluh darah. Selain itu karena tekanan dari luar seperti gips dan embebatan
16
c. Fat Embolism Syndrom
Fat Embolism Syndrom (FES) adalah komplikasi serius yang sering terjadi
pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma
orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke dalam. Ini
biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga karena penggunaan
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau
terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya
Volkman’s Ischemia.
f. Shock
pada fraktur.
a. Delayed Union
17
b. Nonunion
sambungan yang lengkap, kuat, dan stabil setelah 6-9 bulan. Nonunion ditandai
dengan adanya pergerakan yang berlebih pada sisi fraktur yang membentuk
sendi palsu atau pseudoarthrosis. Ini juga disebabkan karena aliran darah yang
kurang.
c. Malunion
H. Tes Diagnostik
tulang, temogram, scan CI: memperlihatkan fraktur juga dapat digunakan untuk
e. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, transfusi multiple,
(Iskandar. 2008).
18
I. Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini terbagi atas:
a. Pengumpulan Data
1) Anamnesa
a) Identitas Klien
b) Keluhan Utama
Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah rasa nyeri.
Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan lamanya serangan.
digunakan:
(2) Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
menusuk.
(3) Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
19
(4) Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
20
kanker tulang yang cenderung diturunkan secara genetik (Ignatavicius,
Donna D, 2005).
f) Riwayat Psikososial
Donna D,2005).
yang tidak adekuat terutama kalsium atau protein dan terpapar sinar
21
matahari yang kurang merupakan faktor predisposisi masalah
warna, bau, dan jumlah. Pada kedua pola ini juga dikaji ada kesulitan
atau tidak.
sehingga hal ini dapat mengganggu pola dan kebutuhan tidur klien.
dibantu oleh orang lain. Hal lain yang perlu dikaji adalah bentuk
22
Klien akan kehilangan peran dalam keluarga dan dalam
Donna D, 2005).
2005).
distal fraktur, sedang pada indera yang lain tidak timbul gangguan.
keterbatasan gerak serta rasa nyeri yang dialami klien. Selain itu
23
11) Pola Tata Nilai dan Keyakinan
2) Pemeriksaan Fisik
perlu untuk dapat melaksanakan total care karena ada kecenderungan dimana
mendalam.
a) Gambaran Umum
Perlu menyebutkan:
tanda, seperti:
maupun bentuk.
24
(2) Secara sistemik dari kepala sampai kelamin
(b) Kepala
(c) Leher
menelan ada.
(d) Muka
(e) Mata
(f) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi
(g) Hidung
25
(h) Mulut dan Faring
(i) Thoraks
(j) Paru
(1) Inspeksi
(2) Palpasi
(3) Perkusi
lainnya.
(4) Auskultasi
(k) Jantung
(1) Inspeksi
(2) Palpasi
(3) Auskultasi
26
Suara S1 dan S2 tunggal, tak ada mur-mur.
(l) Abdomen
(1) Inspeksi
(2) Palpasi
(3) Perkusi
(4) Auskultasi
(m)Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan
BAB.
b) Keadaan Lokal
muskuloskeletal adalah:
(a) Cicatriks (jaringan parut baik yang alami maupun buatan seperti
bekas operasi).
27
(c) Fistulae.
diperbaiki mulai dari posisi netral (posisi anatomi). Pada dasarnya ini
ukurannya.
28
(3) Move (pergerakan terutama lingkup gerak)
nyeri pada pergerakan. Pencatatan lingkup gerak ini perlu, agar dapat
dicatat dengan ukuran derajat, dari tiap arah pergerakan mulai dari
3) Pemeriksaan Diagnostik
a) Pemeriksaan Radiologi
29
biomekanik atau juga rotasi.
Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya
seperti:
yang lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan
yang rusak.
b) Pemeriksaan Laboratorium
penyembuhan tulang.
30
pada tahap penyembuhan tulang.
c) Pemeriksaan lain-lain
(2) Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan
diakibatkan fraktur.
(4) Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena
pada tulang.
J. Diagnosa Teoritis
Menurut Doengoes. 1999 diganosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien yang
a. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitasr fraktur, kerusakan rangka
neuromuskuler
d.
31
BAB III
TINJAUAN KASUS
Nama Tn. L umur 39 tahun jenis kelamin laki-laki Agama Islam Suku bangsa melayu
Pekerjaan swasta Alamat RT 15 Telanai Pura jambi masuk Rumah sakit diruangan Bedah
melalui IGD denganAlasan masuk rumah sakit yaitu nyeri pada bagian paha kanan akibat
kecelakaan motor dijalan raya. Saat pengkajian klien mengeluh nyeri pada bagian paha kanan
skala nyeri 6 dan nyeri bertambah saat klien menggerakan kakinya. Nyeri dirasakan seperti
ruam merah pada paha kanan. TD 110/80 Nadi 80x/menit RR 21x/menit Suhu 36oC.
Aktivitas klien tampak dibantu keluarga. Klien tampak cemas dengan kondisinya. Pada
ekstremitas bawah pada bagian dekstra sulit digerakan. Jika digerakan terasa nyeri dan klien
tidak dapat melawan hambatan. Dari hasil pemeriksaan Labor didapatkan HB 11 gr/dl,
dilakukan Operasi ORIF pada daerah Femur dekstra. Karena dari hasil Rontgen terdapat
32
A. PENGKAJIAN
Unit : III
Ruang : IGD
1. Identitas
a. Klien
Nama : Tn. L
Umur : 39 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : swasta
b. Penaggung jawab
Nama : Ny. S
2. Data Medik
Diagnosa Medis
33
b. Saat Pengkajian : Fraktur Femur Dextra Post ORIF
Alasan masuk rumah sakit yaitu nyeri pada bagian paha kanan akibat kecelakaan
4. Riwayat Kesehatan
Saat pengkajian klien mengeluh nyeri pada bagian paha kanan skala nyeri 6 dan
nyeri bertambah saat klien menggerakan kakinya. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-
ruam merah pada paha kanan. TD 110/80 Nadi 80x/menit RR 21x/menit Suhu
36oC. Aktivitas klien tampak dibantu keluarga. Klien merasa sedikit cemas karena
nyeri yang dirasakannya terus bertambah dan juga saat dokter memberitahu kalau
Klien tidak pernah mengalami patah tulang sebelumnya dan juga tidak pernah
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan ataupun penyakit
menular lainnya.
Keterangan
: Laki-laki :Penderita
34
.
Kebiasaan sehari-hari
1) Keadaan sebelum sakit nafsu makan klien ada, jumlah makan 3x sehari yang
masuk satu porsi, klien tidak ada merasakan nyeri ulu ati dan mual. Jumlah
minum klien kurang lebih 6-7 gelas/ hari dengan air mineral.
2) Keadaan sejak sakit nafsu makan klien relative baik juga, jumlah makan 3x/ hari
yang masuk kurang dari 1 porsi kadang satu porsi habis, tidak ada nyeri ulu hati.
Tidak ada mual tidak ada muntah. Jumlah minum klien kurang lebih 5 gelas/hari
air putih.
b. Eliminasi
1) Keadaan sebelum sakit : frekuensi BAB hanya 1 x 24 jam, waktu BAB sering
pagi hari, bentuk feses lunak / padat, klien tidak ada keluhan saat BAB.
35
Frekuensi BAK 3x / 24 jam atau 4x/ 24 jam, warna urine kuning bening,
volumenya kurang lebih 800 cc, baunya khas, pasien BAK lancar.
2) Keadaan sejak sakit : frekuensi BAB 1 x/ 48 jam, waktu BAB pagi terkadang
malam hari, bentuk feses lembek, dan tidak ada keluhan BAB. Frekuensi BAK
4x / 24 jam, warna urin kuning, volumenya kurang lebih 600 cc, baunya khas.
c. Aktifitas – Latihan
2) Keadaan sejak sakit : perawatan diri pasien makan, minum, mandi, berpakaian,
d. Tidur / istirahat
1) Keadaan sebelum sakit : klien ada tidur siang kurang lebih sekitar 11/2 jam, tidur
malam kurang lebih sekitar 7 jam, sebelum tidur kebiasaan klien sering nonton
TV.
2) Keadaan sejak sakit : klien ada tidur siang kurang lebih sekitar 1 jam, tidur
malam kurang lebih sekitar 6 jam, ekspresi wajah mengantuk (-) , tampak
menguap (-).
5. Data Sosial
Tempat tinggal klien : Telanai Pura Jambi, Jambi. Hubungan klien dengan
keluarga/kerabat dan orang lain terjalin baik, Hubungan klien dengan dengan perawat
6. Data psikologis
36
Klien tampak cemas dengan kondisinya. Apa lagi setelah dokter memberitahu
7. Data Spiritual
Klien menganut agama islam, klien tampak memahami agamanya dan klien sering
8. Pemeriksaan Fisik
a. TTV
Kesadaran pasien komposmetis, GCS: E4, V5, M6. Pasien masih dalam kesadaran
normal.
1) TD : 110/80 mmHg
3) RR : 21 x / menit
b. Antropometri
lingkaran tangan atas : 27 cm, lipat kulit triceps: 23,5cm, TB : 170 cm, BB : 59
c. Kepala
Bentuk kepala simetris, warna rambut hitam, keadaan rambut lebat, kulit kepala
d. Mata/Penglihatan
Ketajaman penglihatan normal, alis mata simetris, bulu mata berwarna hitam, dan
simetris, kelopak mata klien normal, isokor, sclera jernih/putih,, palpebra berwarna
37
gelap, pandangan mata baik, mata klien tidak ada peradangan serta pasien tidak
e. Hidung/Penciuman
Bentuk hidung mancung, simetris, warna stuktur dalam hidung merah muda.
Fungsi penciuman baik. Tidak ada perdarahan dan pembengkakan pada hidung.
f. Telinga/Pendengaran
Warna telinga sawo matang, Tidak terdapat lesi, fungsi pendengaran baik, tidak
g. Mulut/Pengecapan
kering), gigi bersih, gigi lengkap, tidak menggunakan gigi palsu, keadaan gigi dan
gusi baik, fungsi mengunyah baik, fungsi mengecap baik, fungsi bicara baik.
h. Leher
Saat diraba tidak terdapat pembengkakan kelenjar getah bening klien. Kelenjar
thyroid dan submandibularis klien normal/baik, kaku kuduk klien tidak ada.
i. Dada
I : bentuk dada simetris, kualitas napas klien cepat, pasien tidak ada batuk dan
j. Kardiovaskuler
38
A : Bunyi jantung normal Lub Dub (tidak ada bunyi tambahan)
k. Abdomen
l. Neurologi
m. Ekstremitas
Extremitas Atas : Tangan kiri dan tangan kanan normal dapat bergerak sesuai
fungsi. Tidak ada nyeri saat digerakan. Konsistensi otot klien baik
39
Extremitas Bawah : kaki kiri klien normal dapat digerakan sesuai fungsi tidak ada
nyeri tekan dan dapat bergerak normal. Tonus otot klien dengan konsistensi
kekenyalan baik. Pada kaki kanan terpasang Bidai pada daerah Femur. Dan
5555 5555
5555 2222
n. Integumen /Kulit
Warna kulit sawo matang, pada kaki kanan terdapat ruam merah dan sedikit
pembengkakan.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. HB : 11 gr/dl ( P : 14 - 18 gr dan W : 12 - 16 gr )
10. Terapi
a. IVFD RL : 20 tetes/menit
e. Ranitidine 2x1 IV
40
ANALISA DATA
Nama : Tn. L
Umur : 39 tahun
(pergesaran Fragmen
Klien mengeluh nyeri pada bagian paha
Tulang)
sebelah kanan.
kanannya
dirasakannya 6 (1-10)
kaki digerakan
tusuk
DO :
paha
Tampak kemerahan
41
DS : Diskontinuitas Tulang Gangguan mobilitas
(Fraktur) Fisik
Klien mengatakan sulit untuk
DO :
keluarga
menggerakan kakinya
Kekuatan Otot
5555 5555
5555 2222
tentang pengobatan
Klien mengatakan kalau takut akan
(Operasi Pemasangan
dioperasi
ORIF)
Klien mengatakan tidak mengetahui
42
DO:
pemasangan ORIF
pemasangan ORIF
43
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. L
Umur : 39 tahun
Keperawatan
Berhubungan
Setelah 1. Pertahankan 1. Menghilangkan
dengan
dilakukan imobilisasi bagian nyeri dan
Trauma
intervensi 1 x 24 yang sakit dengan mencegah
Langsung
jam diharapkan tirah baring, gips kesalahan posisi
keperluan. 4. Menurunkan
5. Kolaborasi edema/
44
pemberian analgetik pembentukan
sensasi nyeri
5. Untuk menurunkan
otot
Mobilitas
Setelah 1. Kaji derajat 1. Pasien mungkin
fisik
dilakukan imobilitas yang dibatasi oleh
berhubungan
intervensi 3 x 24 dihasilkan oleh persepsi diri
dengan
jam diharapkan cedera tentang
diskontinuita
aktivitas klien 2. Berikan papan kaki, keterbatasan fisik
s jaringan
bisa dilakukan bebat pergelangan actual, memerlukan
tulang
secara mandiri. 3. Bantu mobilisasi informasi
(fraktur)
dengan kursi roda, 2. Berguna untuk
KH :
kruk, tongkat mempertahankan
a. Klien
sesegera mungkin, fungsi fungsional
melakukan
intruksikan ekstremitas
aktivitas
keamanan dalam tangan/kaki
secara
menggunakan alat mencegah
mandiri.
mobilisasi kontraktur
45
4. Awasi TD dengan 3. Menurunkan
penyembuhan
fungsi organ
4. Hipertensi pertural
adalah masalah
umum menyertai
dan dapat
memerlukan
intervensi khusus
5. Untuk
merencanakan
program terapi
yang tepat
berhubungan
Setelah 1. Kaji tingkat 1. Untuk mengetahui
dengan
dilakukan kecemasan klien tingkat kecemasan
prosedur
intervensi 1 x 24 2. Meminta keluarga klien
pemasangan
jam diharapkan untuk selalu 2. Agar klien merasa
ORIF
tingkat mendampingi klien aman dan nyaman
46
menurun. support system dan koping yang
tingkat kecemasan
47
CATATAN KEPERAWATAN DAN PERKEMBANGAN
Nama : Tn. L
Umur : 39 tahun
Keperawatan
ke perkembangan
keperluan. besok 11
5. Berkolaborasi pemberian
analgetik
48
H: pasien mengatakan nyeri
pemasangan ORIF
H: skala nyeri 6
S : klien
2. Memberikan papan kaki, bebat
mengata
pergelangan
kan
H: pasien tidak bsa
masih
menggerakan kaki dengan
DX. II sangat
luluasa
sulit
3. Membantu mobilisasi dengan
untuk
kursi roda, kruk, tongkat
beraktivi
sesegera mungkin, intruksikan
tas
keamanan dalam menggunakan
sendiri
alat mobilisasi
O : aktivitas
H: pasien hanya bergerak pada
tampak
daerah sekitar kamar saja
dibantu
4. Mengawasi TD dengan
keluarga
melakukan aktivitas
49
fisioterapi terataasi
P : intervensi
1. Mengkaji tingkat kecemasan
1 – 5
klien
dilanjutk
H: klien mengatakan cemas saat
an
tahu akan dilakukan
pemasangan ORIF
ORIF ORIF
O : klien
tampak
tenang.
Tidak
gelisah
50
lagi
A : masalah
keperaw
atan
teratasi
P : intervensi
dihentik
an
51
keperluan. 2,3,45
analgetik 12 agustus
nyeri 5
pemasangan ORIF
H: pemasangan ORIF
H: skala nyeri 5
pergelangan mengatakan
luluasa bantuan
52
alat mobilisasi klien tampak
4. Mengawasi TD dengan
A: masalah
melakukan aktivitas
keperawatan
H: TD 110/80 mmHg
belum teratasi
5. Berkolaborasi dengan ahli
P: intervensi
fisioterapi
1-5
H: diinstruksikan untuk
dilanjutkan
melakukan gerakan ringan
besok 12
setelah post Operasi
agustus 2015
53
5. Berkolaborasi pemberian P: intervensi
analgetik dihentikan.
H: skala nyeri 4
pergelangan S: keluarga
fisioterapi
A: intervensi
54
H: diinstruksikan untuk teratasi
ruangan
P: intervensi
dihentikan
pasien
melakukan
rawat jalan
dan segera
pulang.
55
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Pengkajian pada Tn. L dilakukan dengan dengan cara anamnesa (keluhan utama,
diagnostik.
Pada pengkajian yang telah dilakukan pada tanggal 10 Agustus 2015 didapatkan
bahwa klien mengalami tiga masalah keperawatan. Masalah keperawatan tersebut adalah
Terkait dengan masalah keperawatan nyeri, hal tersebut terjadi karena kondisi
perubahan fragmen tulang sehingga terjadi kerusakan pada jaringan dan pembuluh darah
mengakibatkan perdarahan local atau terjadi hematoma pada daerah fraktur. Sehingga
mengakibatkan aliran darah pada daerah distal berkurang atau terhambat. Ditandai
dengan warna jaringan pucat nadi lemah dan terjadinya sianosis. Disebut juga dengan
yang dialami. Klien terlihat cemas dan gelisah. Klien maupun keluarga klien sering
56
bertanya dengan dokter yang memeriksa dan perawat yang merawat tentang prognosis
diagnostik yang menyatakan terdapat adanya Fraktur pada bagian 1/3 distal femur
dekstra, dapat disimpulkan bahwa klien mengalami Penyakit Fraktur Femur Dekstra
Tertutup. Sehingga asuhan keperawatan yang diberikan pada klien lebih difokuskan dan
B. Diagnosa
Pada kasus terdapat 3 diagnosa yaitu : Nyeri berhubungan dengan trauma langsung,
pergesaran fragmen tulang, yang kedua yaitu Gangguan Mobilitas fisik berhubungan
dengan diskontinuitas tulang dan yang terakhir yaitu Ansietas berhubungan dengan
Yang menjadi pembeda antara kasus pemicu dan teoritis yaitu diteoritis terdapat
kerusakan integritas jaringan akan tetapi di kasus pemicu tudak ada. Dikarenakan data-
data untuk menunjang tegaknya diagnose kerusakan integritas jaringan sangat minim
sekali. Akan tetapi di kasus muncul masalah baru yaitu tingkat kecemasan klien terhadap
C. Intervensi
keparawatan yang mengacu kepada teori yang ada, namun disesuaikan dengan kondisi
pasien serta sarana dan prasarana yang ada. Rencana yang disusun untuk masing-masing
57
Ada beberapa rencana yang ada pada teori tetapi tidak diangkat pada kasus karena
disesuaikan dengan kondisi pasien serta sarana dan prasarana yang ada
D. Implementasi
Pada tahap implementasi hampir semua rencana tindakan dapat dilaksanakan sesuai
pada diagnosa pertama adalah Mempertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan
tirah baring, gips atau pembidaian, Meninggikan dan dukung ekstremitas yang terkena,
Pada diagnose kedua intervensi yang diberikan yaitu: Mengkaji derajat imobilitas yang
dihasilkan oleh cedera, Memberikan papan kaki, bebat pergelangan, Membantu mobilisasi
dengan kursi roda, kruk, tongkat sesegera mungkin, intruksikan keamanan dalam
Pada Diagnosa ketiga intervensi yang diberikan yaitu : Mengkaji tingkat kecemasan
klien, Meminta keluarga untuk selalu mendampingi klien, Memberikan support system
Dari ketiga diagnosa tersebut semua intervensi dapat dilaksanakan sesuai yang telah
belum teratasi. Pada saat setelah selesai klien menjalani operasi pemasangan ORIF
keluarga ingin Tn. L dirawat diruangan yang lebih baik. Jadi keluarga memindahkan
58
pasien dari kelas 3 ke kelas 1. Dan intervensi dilanjutkan oleh perawat yang bertugas
disana
E. EVALUASI
Tahap evaluasi adalah menilai keberhasilan dari asuhan keperawatan yang telah
dilakukan berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan. Dari diagnosa keperawatan yang
telah ditegakkan, dan implementasi yang telah dilakukan sesuai dengan rencana tindakan
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada Tn. L, maka dapat
yakni nyeri, Gangguan mobilitas fisik, dan ansietas. Gejala yang ditemukan pada
klien yaitu nyeri pada ekstremitas bawah pada bagian Femur Dekstra, tampak
bengkak dan muncul ruam merah, klien tampak lemah. Pada pengkajian
psikologis terdapat kecemasan yang dialami klien terhadap penyakit yang diderita.
Fraktur Femur Dekstra Tertutup yakni pada bagian Femur dekstra sulit dan terasa
nyeri saat digerakan. Dan hasil rontgen menunujukan Patahan pada bagian 1/3
langsung, pergesaran fragmen tulang, yang kedua yaitu Gangguan Mobilitas fisik
3. Rencana asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien dilakukan secara intensif
teori Maslow yang disesuaikan dengan situasi dengan kondisi rumah sakit.
4. Implementasi secara umum dapat dilakukan sesuai dengan rencana. Klien dapat
60
dexametason), obat-obatan golongan antasida, IVFD RL 20 tetes/menit.
pada klien terhadap kondisi penyakit yang dialami klien dan yakin dalam
pemasangan ORIF
B. Saran
1. Bagi mahasiswa
telah didapatkan secara teoritis yang telah disajikan dalam penulisan kasus ini dan
2. Bagi Akademik
Fraktur Femur tertutup sehingga para mahasiswa dapat lebih terarah/terfokus dalam
61
Daftar Pustaka
Syaifudin B.A (2005) Anatomi Fisiologi Bagi Mahasiswa Perawat. Jilid II. Jakarta :
EGC
62