Anda di halaman 1dari 18

PENGAMATAN KROMOSOM RAKSASA PADA

KELENJAR SALIVA Drosophila melanogaster

LAPORAN KLASIKAL
Disusun untuk memenuhi tugas matakuliah Genetika I
Yang dibimbing oleh Prof. Dr. A. D. Corebima, M.Pd. & Prof.Dr.Siti
Zubaidah,M.Pd

Oleh :
Kelompok 13 Offering A 2017
Alfia Nur Anisa (170341615060)
Dliya Amaliya (160341606104)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
MARET 2019
A. TOPIK
Pengamatan Kromosom Raksasa (Giant Chromosome) pada Kelenjar Ludah
Lalat Buah (Drosophila melanogaster)
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana bentuk dan ukuran kromosom raksasa dari Drosophila
melanogaster?
2. Bagaimana bagian-bagian dari kromosom raksasa dari Drosophila
melanogaster ?
3. Bagaimana perbedaan kromosom raksasa dengan kromosom biasa?
4. Bagaimana fungsi dari kromosom raksasa?
C. TUJUAN
1. Mengetahui dan memahami bentuk dan ukuran kromosom raksasa dari
Drosophila melanogaster
2. Mengetahui dan memahami bagian-bagian kromosom raksasa dari
Drosophila melanogaster
3. Mengetahui dan memahami perbedaan kromosom raksasa dengan
kromosom biasa
4. Mengetahui dan memahami fungsi dari kromosom raksasa
D. DASAR TEORI
Drosophila sp. atau lalat buah merupakan genus lalat yang berukuran kecil
yang dapat bermetamorfosis dalam 4 tahapan yaitu telur, larva, pupa dan hewan
dewasa (Tyagi, 2009). Tahap telur berlangsung selama 1 hari, kemudianpada
hari ketujuh hingga kedelapan telur sudah menetas menjadi larva (Reece et
al,2010). Larva tersebut akan tumbuh menjadi instar yang tubuhnya sudah
memiliki kurva, mulut dan spirakel. Tahap larva ini terjadi penambahan ukuran
dan terjadi repiklasi DNA untuk membentuk kromosom politen atau kromosom
raksasa. Adapun pada larva instar III kutikula berubah menjadi puparium yang
berkembang dan terus mengalami pembelahan (Tyagi, 2009).
Kromosom politen atau kromosom raksasa biasa dimiliki seragga bersayap
dua seperti pada genus Drosophila sp. tepatnya pada tahap larva karena
oraganel dan kromosom hasil replikasi DNA. Kromosom politen dapat
ditemukan pada beberapa jaringan seperti ludah, midgut, rektum, dan tubulus
ekskretoris malpighi. Permulaan pertumbuhan kromosom raksasa sama dengan
kromosom biasa, namun kromosom tersebut DNA nya membelah pada fase S
(Interfase) tanpa diimbangi dengan pembelahan sentromer & pembelahan sel.
Hal tersebut yang menyebabkan DNA kromosom berlimpah sehingga terlihat
lebih besar dari kromosom biasa (Tamarin, 2001). Berbeda dengan Wilkins
(1993) yang menyatakan bahwa pada kelenjar saliva terjadi pelewatan fase
mitotis setelah fase S, sehingga terjadi penggandaan untai kromosom homolog
yang bersinapsis kemudia terbentuk kromosom politen yang ukurannya besar
dan jumlahnya banyak.
Fungsi adanya kromosom politen untuk pemenuhan kebutuhan protein sel
pada fase larva hingga menjadi lalat dewasa. Jumlah protein melimpah yang
terdapat di dalam kromosom politen disebabkan karena banyaknya jumlah
salinan molekul DNA yang telah direplikasi sehingga salinan DNA untuk
transkripsi & produksi protein juga banyak (Fairbanks & Andersen, 1999).
E. ALAT DAN BAHAN
a) Alat
1. Mikroskop stereo
2. Mikroskop cahaya
3. Kaca benda
4. Kaca penutup
5. Jarum pentul
b) Bahan
1. Larva instar ke III Drosophila melaogaster
2. Larutan fisiologis NaCl 0,9% (50 mL)
3. Larutan FAA (50 mL)
4. Laturan acetokarmin (50 mL)
5. Kertas hisap
6. Tissue

F. PROSEDUR KERJA
Dipilih larva Drosophila melanogaster instar III yang berukuran paling besar agar
mudah diamati

Diteteskan laurat fisiologis NaCL 0,9% pada larva Drosophila melanogaster instasr
III sebanyak 1 tetes

Dicari bagian kepala,leher, dan ekor larva di bawah mikroskop stereo

Dipisahkan kepala dengan ekor Drosophila melanogaster dengan cara jarum pentul
ditusuk pada bagian kepala dan ekor, kemudian ditarik secara perlahan sampai
terputus

Dicari kelenjar ludah pada bagian kepala, kelenjar ludah berbentuk saccus
transparan

Dipisahkan kelenjar ludah dari lemak-lemak yang menempel

Ditetesi kelenjar ludah dengan FAA secukupnya sampai warna kelenjar ludah berubah
menjadi putih

Dibersihkan sisa FAA dengan cara menghisapnya dengan kertas hisap, kemudian
ditetesi dengan acetokarmin

Ditutup preparat dengan kaca penutup, lalu ditekan-tekan agar preparat


hancur,sehingga kromosom dapat keluar dan dapat diamati

G. DATA DAN HASIL


No Gambar Keterangan

1. Gambar Amatan Anatomi Drosophila 1. Kelenjar saliva bentuk


melanogaster Larva Instar III seperti ginjal
Perbesaran 40 x 10 2. Mulut
3. Esofagus
4. Otak
5.Usus
6.Lubang genital

2
3 5
4 1

Sumber: Dokumentasi Pribadi


2. Gambar Literatur Struktur Anatomi Diagram skematik larva
Drosophila melanogaster Larva Instar III Drosophila melanogaster
instar III

Sumber: (Tyler, 2012)


3. Gambar Amatan Kromosom Raksasa 1. Kromosom Politen
Drosophila melanogaster Larva Instar III
Perbesaran 100 x 10

Sumber: Dokumentasi Pribadi

4. Gambar Literatur Kromosom Raksasa Struktur Kromosom


Drosophila melanogaster Politen
Sumber : (Reece et all, 2010)
H. ANALISIS DATA
Praktikum ini bertujuan untuk mengamati adanya kelenjar saliva pada
Drosophila melanogaster larva instar III. Selain itu, dari praktikum diketahui
bentuk dari kelenjar saliva Drosophila melanogaster larva instar III
menyerupai ginja berjumlah 1 pasang dan berwarna kuning kecoklatan
sebelum diberi FAA. Kelenjar saliva terletak di dekat esofagus. Setelah diberi
larutan tersebut maka warna menjadi putih dan ditetesi asetokarmin dan
ditunggu sekala 1 menit lalu diamati dengan mikroskop cahaya. Hasil dari
praktikum ini dalam pengamatan kromosom raksasa atau kromosom politen
dari kelenjar saliva Drosophila melanogaster ini kurang jelas karena yang
terlihat hanya kromosom politen yang masih berada di dalam sel. Menurut
Suryo (1995) kromosom politen memiliki 4 lengan lengan panjang dan satu
lengan pendek. Lengan terpanjang yaitu kromosom X, sepasang lengan 2,
sepasang lengan 3, dan satu lengan 4. Lengan 2 diberi notasi 2R (right arm)
dan 2L (left arm). Lengan 3 diberi notasi 3R (right arm) dan 3L (left arm).
Kromosom X, 2R, 2L, 3R, dan 3L mengalami duplikasi sebanyak 20 kali.
Kromosom 4 sulit dibedakan karena ukurannya sangat kecil (Suryo, 2004).
I. PEMBAHASAN

Pada praktikum pengamatan kromosom raksasa ini menggunakan kelenjar


ludah larva instar III D. melanogaster, penggunaan larva instar tiga karena
ukurannya yang besar sehingga mudah untuk mengisolasi DNA. Menurut Borror
(1992) ludah larva instar III D. melanogaster memiliki ciri berbentuk lonjong
pipih, berwarna putih, berukuran ± 3-4 mm, bersegmen, berbentuk dan bergerak
seperti cacing, memiliki mulut dan gigi berwarna hitam lebih besar dan jelas terlihat
dibanding larva instar II, memiliki spirakel anterior dan terdapat beberapa tonjolan
pada spirakel anteriornya. Kelenjar ludah larva D. melanogaster berjumlah dua
buah atau sepasang dengan bentuk seperti ginjal. Kelenjar ludah D. melanogaster
digunakan dalam praktikum pengamatan kromosom raksasa karena mengandung
seribu kali DNA lebih banyak dari kromosom biasa dan setiap kromosom raksasa
dibuat dari banyak untai DNA. Menurut Zhimulev dan Koryakov (2009) Pada
kelenjar ludah larva Drosophila melanogaster, derajat kromosom politen (C)
sebesar 1024-2048 (bereplikasi minimal 10 kali), sedangkan pada midgut 512-1024
(bereplikasi minimal 9 kali), dan pada kelenjar protoraks sebesar 64-512
(bereplikasi minimal 8 kali). Tyler (2012) menambahkan pertumbuhan organ tubuh
yang lebih pesat pada larva instar 3 dan tubuh larva instar 3 transparan,
memudahkan proses isolasi kromosom politen pada kelenjar ludah. Kelenjar ludah
larva instar 3 berjumlah sepasang berbentuk seperti ginjal bening dan berada di
bagian anterior tubuh larva seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Bentuk Skematis Larva Instar 3 Drosophila melanogaster

(Sumber: Tyler, 2012)

Pada praktikum, proses pertama adalah pemisahan kelenjar ludah, larva


instar 3 Drosophila melanogaster ditetesi dengan cairan garam NaCl 0,9% yang
bersifat isotonis pada sel-sel larva. Selanjutnya dilakukan fiksasi menggunakan
larutan FAA dan kelenjar ludah mengalami perubahan warna dari transparan
menjadi putih yang menurut Elgin (1991), tujuan fiksasi adalah
mengakomodasi peregangan kromosom sehingga terdapat resolusi yang tinggi
dari banding structure yang merupakan bagian kromosom politen. Selanjutnya
diberi setetes Asetocarmin yang merupakan pewarna kromosom (Tonzetich,
2004) lalu memencet sediaan kelenjar ludah yang ditutup oleh kaca benda.
Saat dilakukan pengamatan menggunakan mikroskop pada preparat
tersebut tidak ditemukan kromosom politen pada jaringan kelenjar ludah
Drosophila melanogaster, hal ini bertentangan dengan pendapat Kimball
(1990), yang menyatakan kromosom raksasa merupakan kromosom interfase
yang memiliki ukuran lebih panjang (100 kali) daripada kromosom metaphase
sehingga dapat dilihat (pada fase interfase) dimana pada kondisi tersebut semua
kromosom lain tidak terlihat. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain: (1) pemilihan larva instar 3 yang salah, menurut Tyler (2012), larva
instar 3 tumbuh pada waktu 3 hari setelah terjadinya fertilisasi (suhu 25ºC),
dan memiliki ukuran tubuh paling besar dan merangkak naik pada bagian botol
kultur. (2) Kurang kuatnya penekanan pada sediaan, menurut Tyler (2012),
penekanan yang baik akan membuka membran sel dan mampu melebarkan
lengan-lengan kromosom.

Kromosom politen merupakan kromosom berukuran raksasa relatif


terhadap ukuran kromosom pada umumnya saat waktu interfase. Struktur
kromosom politen dibagi menjadi tiga bagian, yaitu band, interband, puff, dan
chromocenter (Pierce 2004). Selain itu kromosom raksasa hanya mengalami 2
fase sel yakni fase S dan fase G (Wilkins et al., 1993). Pembentukan kromosom
raksasa karena terjadi replikasi kromosom berulang hingga 10 kali tanpa
pembelahan sel (endomitosis) dan menghasilkan seikat kromosom yang
pararel. Sebelum pembentukan kromosom politen, sel Drosophila
melanogaster yang bersifat diploid (mengandung 2 set kromosom yang
masing-masing tersusun atas 4 kromosom), saat bereplikasi, 4 kromosom
tersebut saling menyatu/agregasi membentuk satu kromosom politen dengan
banyak lengan melalui endoreplikasi. Bagian tengah tempat kromosom
beragregasi disebut chemocenter seperti yang terlihat pada gambar 2. Lengan
kromosom raksasa terdiri atas satu kromosom X, sepasang lengan 2, sepasang lengan
3, dan satu lengan 4. Lengan 2 diberi notasi 2R (right arm) dan 2L (left arm). Lengan
3 diberi notasi 3R (right arm) dan 3L (left arm). Kromosom X dan lengan 4 tersusun
secara telosentrik, sedangkan kromosom lengan 2 dan lengan tiga tersusun metasentrik
(Tyagi, 2009). Menurut Kimball (1990), Jumlah pita pada kromosom raksasa
dapat digolongkan menjadi 537 pita untuk kromosom X, 1032 pita pada
kromosom kedua, 1047 pita pada kromosom ketiga, dan 34 pita pada
kromosom keempat. Sehingga total pita adalah 2650 untuk satu genome. Pada
beberapa penelitian lain disebutkan bahwa jumlah pitanya adalah 3286.

Gambar 2. Kromosom Raksasa Drosophila melanogaster (Sumber:


Alberts et al., 2002 {atas}, Klug,2012 {bawah})

Bagian band merupakan heterokromatin yang berwarna gelap karena


berisi DNA yang terpadatkan, heterokromatin tidak aktif dalam melakukan
transkripsi. Sementara bagian interband atau eukromatin adalah bagian yang
tidak terkondensasi dan terlihat berwarna terang. Hal tersebut terjadi karena
eukromatin tidak mengalami pemadatan. Eukromatin mengandung gen-gen
yang aktif dan hampir mengandung semua gen yang ditranskripsi sehingga
menjadi bagian yang aktif dalam melakukan replikasi (Klug, 2012). Pada saat
tertentu, misalnya, setelah diberi perlakuan kejut suhu, juga terdapat bagian
yang terdifusi yang disebut puffs/balbioni ring (Lihat gambar 3) yang
merupakan daerah yang secara aktif melakukan transkripsi. Tahap spesifik dari
bentuk puffs ini muncul pada kondisi perkembangan tertentu seperti saat
molting. Hormon edikson yang disekresi kelenjar protoraks serangga
bertambah bersamaan dengan perubahan ola puffs, molting bisa jadi berkaitan
dengan sequencial transcription pada sekuens kromosom politen.

Gambar 3. Puffs pada kromosom politen Drosophila melanogaster

(Sumber: Tamarin, 2001)


J. KESIMPULAN
1. Kromosom raksasa berbentuk seperti untaian pita yang terdiri dari 4
lengan, lengan terpanjang yaitu kromosom X, sepasang lengan 2,
sepasang lengan 3, dan satu lengan 4. Ukuran kromosom raksasa seratus
kali lebih besar dari pada ukuran kromosom normal
2. Bagian-bagian dari kromosom raksasa diantarnya ada chromocenter,
interbands zone, dan band
3. Perbedaan kromosom raksasa dengan kromosom biasa yaitu ukuran nya
seratus kali lebih besar dari pada ukuran kromosom normal. Kromosom
raksasa juga menunjukkan detail struktur yang lebih jelas dari kromosom
normal. Berbeda dengan kromosom normal, kromosom raksasa ini dapat
diamati pada mikroskop dengan perbesaran lemah.
4. Fungsi kromosom raksasa adalah untuk memenuhi kebutuhan sel pada
larva yang membutuhkan banyak protein. Protein tersebut digunakan
untuk melanjutkan pertumbuhan D.melanogaster menjadi lalat dewasa.
K. DISKUSI
1. Bagaimana kenampakan kromosom struktur kromosom raksasa ?
Sebutkan dan jelaskan juga bagian dari kromosom raksasa!
Jawaban :
Kromosom politen atau raksasa memiliki empat lengan panjang dan
satu lengan pendek. Lengan tersebut terdiri atas lengan terpanjang
yaitu kromosom X, sepasang lengan 2, sepasang lengan 3, dan satu
lengan 4. Lengan 2 diberi notasi 2R (right arm) dan 2L (left arm).
Lengan 3 diberi notasi 3R (right arm) dan 3L (left arm). Kromosom X,
2R, 2L, 3R, dan 3L mengalami duplikasi sebanyak 20 kali. Kromosom
4 sulit dibedakan karena ukurannya sangat kecil (Suryo, 1995).
Adapun bagian-bagian dari kromosom raksasa yaitu kromosenter,
band, dan interband. Kromosenter adalah bagian block besar pada
heterokromatin di dekat sentromer. Band adalah daerah gelap pada
kromosom, sedangkan interband merupakan daerah terang pada
kromosom (Kimball, 1999)
2. Analisislah fungsi dari pita terang dan pita gelap pada pada kromosom
raksasa Drosophila melanogaster!
Jawaban :
Kromosom raksasa ini terdiri dari dua daerah yaitu daerah pita yang
gelap(band) dan pita terang (interband) yang terletak berselang-seling
secara bergantian. Pada daerah pita yang gelap(band) terdapat banyak
DNA. Pada daerah ini, kromatin mengalami kondensasi atau pelipatan
secara maksimal yang disebut sebagai heterokromatin yang berperan
aktif pada saat terjadi pembelahan. Heterokromatin adalah gen yang
tidak terekspresi (Kimball, 1999).
Sedangkan pada interband atau pita terang tidak terjadi kondensasi.
Pada pita terang ini terdapat eukromatin (gen yang tidak diaktifkan).
Heterokromatin tidak aktif dalam melakukan transkripsi karena
tidak mengandung gen-gen yang aktif. Eukromatin mengandung gen-
gen yang aktif dan hampir mengandung semua gen yang ditranskripsi
sehingga menjadi bagian yang aktif dalam melakukan replikasi. Pita
gelap aktif dalam melakukan transkripsi sedangkan bagian
mengandung gen yang aktif dan hampir mengandung semua gen yang
ditranskripsikan maka dari ini pita terang aktif dalam melakukan
replikasi (Kimball, 1990).
3. Mengapa pada praktikum menggunakan larva instar III? Analisislah
jawaban Anda secara logis!
Jawaban :
Penggunaan larva instar III pada praktikum ini bertujuan untu
memudahkan pengamatan kromosom raksasa pada kelenjar ludah
karena perkembangan struktur tubuhnya yang pesat sehingga organ-
organ nya sudah terbentuk dengan sempurna dibanding fase
metamorfosis lainnya. Tubuh larva instar III yang transparan sehingga
memudahkan dalam proses pengisolasian kromosom politen pada
kelenjar ludah dan memudahkan pengamatan di bawah mikroskop
stereo untuk mencari letak kelenjar ludah.
4. Buatlah tabel yang membedakan kromosom raksasa pada kelenjar
ludah dengan kromosom tubuh yang lain!
Kromosom Raksasa pada kelenjar Kromosom biasa
ludah
 Kromosom yang terdapat dalam  Kromosom yang terdapat pada
sel kelenjar ludah besarnya 100 bagian tubuh lain lebih kecil
kali lebih besar dari kromosom dibandingkan dengan
biasa (kromosom pada tubuh kromosom yang terdapat pada
yang lain) kelenjar ludah
 Memiliki garis pita gelap dan  Tidak memiliki garis pita
pita terang terang dan gelap
 Memiliki 4 lengan yaitu  Memiliki 2 lengan
kromosom X, sepasang lengan
2, sepasang lengan 3, dan satu
lengan 4.

5. Apakah fungsi khusus dari kromosom raksasa?


Jawaban:
Kromosom politen atau kromosom raksasa berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan sel pada larva yang membutuhkan banyak
protein (Fairbanks & Andersen 1999). Protein tersebut digunakan
untuk melanjutkan pertumbuhan D.melanogaster menjadi lalat dewasa
(Suryo, 1995). Kromosom politen mengandung banyak sekali salinan
molekul DNA yang telah direplikasi beberapa kali sehingga
memberikan salinan tambahan DNA untuk transkripsi dan produksi
protein semakin banyak (Fairbanks & Andersen, 1999).
L. DAFTAR RUJUKAN
Alberts, Bruce: Alexander Johnson, Julian Lewis, Martin Raff, Keith
Roberts, and Peter Walter. 2012. Molecular Biology of the Cell. 4th
edition. USA: Garland Sciences

A. P. Kaufman, 1939 “Induced Chromosome Rearrangements in


Drosophila melanogaster,” Journalof Heredity, 30:178–90

Elgin, S. C. 1991.Functional Organization of The Nucleus : A Laboratory


Guide. SanDieogo : Academic Press Inc.

Fairbanks, D.J. & W.R. Andersen. 1999. Genetics: The Continuity of Life.
California : Brooks/Cole Publishing Company.
Kimball, John W. 1990. BIOLOGI Edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
Klug, W.S. & M.R. Cummings. 1994. Concepts of Genetics. 4th ed.
Engelwood Cliffs: Prentice Hall Inc.
Reece et al.2010.Campbell Biology Tenth Edition. USA: Pearson
Education,Inc.
Suryo, H. 1995. Sitogenetika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Suryo. 2004. Genetika. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Tamarin.2001.Principles of Genetics, Seventh Edition.USA: Pearson
Education, Inc.
Tonzetich, J. 2004. Orcein Staining and The Identification of Polytene
Chromosome. Methods Mol Biol. 47 (24) : 9-16.[10] Manhattan.
2007. Aceto Orcein Staining .
http://www.kstate.edu/wgrc/protocols/cytogenetics/aetoorcein.html.
(diakses 16 Maret 2019 )

Tyagi, Rajiv.2009.Understanding Genetics.New Delhi: Discovery Publishing


House.
Tyler, Mary S. 2012 . Developmental Biology,A Guide for Experimental
Study. Sunderland : Sinauer Associates.
Wilkins,Adam.1993.Genetics Analysis of Animal Development Second
Edition.New York: Willey-Liss, Inc.
Wolfe, S.L. 1993. Molecular and Cellular Biology. California: Wadsworth,
Inc
Zhimulev and Koryakov. 2009. Polytene Chromosomes. ELS: Genetics and
Molecular Biology. DOI: 10.1002/9780470015902.a0001183.pub2.
(diakses 21 Maret 2017)

.
.
.
.
Lanjutkan kalau ada tambahan ya Mbak 

LAMPIRAN
GAMBAR KETERANGAN
Struktur Tubuh Drosophila
melanogaster larva instar III

Perbesaran 40 x10
Kromosom Raksasa pada
Kelenjar Saliva Drosophila
melanogaster larva instar III

Perbesaran 100 x 10

Anda mungkin juga menyukai