Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jenis imunisasi Yang Dibutuhkan Wanita Hamil

 Tetanus (Tetanus Toksoid) : vaksin ini dianjurkan pada wanita hamil untuk mencegah
tetanus neonatorum (tetanus pada bayi) dan sebaiknya diberikan pada wanita yang tidak
melengkapi 3 kali imunisasi dasar atau 10 tahun boster
Tetanus pada bayi baru lahir-begitu umum di seluruh Amerika-dicegah jika ibu
sudah diimunisasi. Hal ini karena ibu yang melewati kekebalan antibodi kepada bayi di
plasenta. Sang ibu yang kebal jika dia telah diimunisasi sebelum hamil atau selama
kehamilan. Seorang ibu hamil yang status imunisasi tetanus tidak pasti atau yang terakhir
imunisasi lebih dari 10 tahun yang lalu harus diimunisasi terhadap tetanus. Hal ini
biasanya diberikan dikombinasikan dengan vaksin difteri toksoid (produk yang disebut
Td). Baru-baru ini vaksin Td baru yang juga berisi vaksin pertusis telah dilisensi untuk
orang dewasa (Tdap) termasuk untuk digunakan bagi wanita di kelompok usia subur.
Kehamilan bukan merupakan kontraindikasi untuk Tdap imunisasi. Namun, pada saat ini,
CDC merekomendasikan bahwa wanita hamil yang menerima terakhir toksoid tetanus
vaksin yang mengandung kurang dari 10 tahun yang lalu menerima Tdap dalam periode
pasca-melahirkan sesuai dengan rekomendasi vaksinasi rutin. Jika dosis terakhir toksoid
tetanus-vaksin yang mengandung lebih dari 10 tahun sebelumnya, mereka lebih suka
bahwa ia akan diimunisasi dengan Td selama trimester kedua dan ketiga bukan Tdap.
 Hepatitis B : untuk wanita dengan risiko tinggi Hepatitis B (memiliki > 1 pasangan
seksual dalam 6 bulan terakhir, memiliki riwayat Penyakit Menular Seksual, penggunaan
narkoba suntik)
Hepatitis B adalah suatu penyakit infeksi hati yang disebabkan oleh virus,
penyakit ini bisa mengakibatkan kerusakan hati berat seperti hati yang mengeras atau
sirosis hati dan bahkan kanker hati dan menyebabkan kematian pada
akhirnya. Sebelum menjadi hamil, seharusnya calon ibu memeriksakan diri untuk
memastikan bahwa dirinya tidak sedang terinfeksi dengan virus Hepatitis B. Karena
untuk bayi yang lahir ini akan terinfeksi juga dari ibu yang positif terinfeksi virus

1
Hepatitis B, maka begitu bayi dilahirkan, kita harus segera memberikannya vaksin
Hepatitis B ditambah dengan zat immunoglobulin anti Hepatitis B, untuk melawan
infeksi virus Heppatitis B dari ibunya.
Hepatitis B (HBV) infeksi selama kehamilan dapat mengakibatkan penyakit berat
baik bagi ibu, janin, dan akhirnya untuk neonate. Imunisasi dianjurkan universal di
Amerika Serikat untuk semua orang di bawah usia 18 tahun dan mereka lebih tua dari
yang yang mengalami peningkatan risiko eksposur.
Kehamilan bukan merupakan kontraindikasi untuk imunisasi HBV dan vaksin
harus diberikan kepada orang-orang dengan risiko pekerjaan atau gaya hidup, kelompok
risiko khusus pasien (seperti yang menjalani hemodialisis), mereka yang memiliki
penyakit menular seksual lainnya, rumah tangga dan kontak seksual pembawa HBV,
penjara tahanan, dan untuk pelancong internasional untuk daerah-daerah endemik. Semua
wanita hamil harus memiliki skrining prenatal dini untuk kekebalan tubuh dan, jika
rentan dan jika mereka memiliki faktor risiko, harus diimunisasi.

Semua wanita hamil harus diskrining untuk infeksi hepatitis virus B aktif karena
kebanyakan perempuan yang terinfeksi tidak tahu dan, jika mereka memiliki infeksi
hepatitis B, bayi baru lahir harus menerima kelahiran dosis vaksin hepatitis B dan
hepatitis B globulin imun -memberikan baik di dalam jam lahir mengurangi
kemungkinan bahwa anak akan menjadi terinfeksi virus hepatitis B dan, jika terinfeksi,
mengurangi kemungkinan bahwa bayi akan terinfeksi secara kronis.
 Influenza (Inaktif) : vaksin ini dapat mencegah penyakit serius pada ibu hamil namun
sebaiknya diberikan setelah minggu ke-14
Ibu hamil yang terinfeksi dengan virus influenza akan meningkatkan risiko rawat
inap, komplikasi medis yang serius, dan hasil kehamilan yang merugikan. Imunisasi
wanita hamil dengan vaksin virus influenza inaktif yang efektif dalam mengurangi
infeksi saluran pernapasan demam pada wanita hamil. Imunisasi ibu selama kehamilan
juga melindungi bayi yang baru lahir karena dia melewati antibodi kekebalan di plasenta
(antibodi influenza sebenarnya lebih tinggi di dalam darah tali pusat daripada di darah
ibu). Bayi dengan account infeksi virus influenza untuk rawat inap banyak dan cenderung
untuk infeksi pernafasan bakteri. Kematian Anak Usia berhubungan dengan infeksi virus

2
influenza terjadi paling sering pada bayi kurang dari usia 6 bulan. Sayangnya, selama 6
bulan pertama kehidupan, tidak ada vaksin atau obat anti-virus influenza yang tersedia.
Untuk alasan ini, perempuan hamil harus menerima vaksin virus influenza dan mereka
yang akan membantu untuk merawat bayi baru lahir harus divaksinasi juga. Studi tentang
vaksinasi influenza lebih dari 2.000 wanita hamil telah menunjukkan tidak ada efek
samping untuk janin dari vaksin. Namun, vaksin influenza hidung tidak boleh diberikan
kepada wanita hamil karena merupakan vaksin virus hidup.

2.2 Jenis imunisasi yang dipertimbangkan diberikan pada wanita hamil dengan pajanan
infeksi spesifik

 Pneumokokus : diberikan pada triwulan kedua atau ketiga pada wanita dengan risiko
tinggi infeksi pneumokokus atau dengan penyakit kronik (wanita dengan gangguan
jantung, paru, atau penyakit hati; penurunan kekebalan tubuh; diabetes)
 Rabies : direkomendasikan bagi mereka yang terpajan dengan rabies
 Hepatitis A : belum banyak penelitian mengenai keamanan imunisasi ini selama
kehamilan, namun risikonya rendah (karena vaksin berasal dari virus inaktif)
 Vaksin Polio Oral & Vaksin Polio Inaktif

2.3 Jenis imunisasi yang tidak direkomendasikan pada wanita hamil


1. MMR (Mumps, Measles, Rubella) : merupakan kontraindikasi bagi kehamilan
karena kemungkinan risiko kelainan bawaan pada janin. Wanita sebaiknya
menunggu selama 3 bulan sebelum hamil setelah menerima vaksin virus hidup ini
2. Varisela : tidak dianjurkan selama kehamilan karena kemungkinan infeksi varisela
pada janin (vaksin merupakan virus hidup). Diberikan minimal 1 bulan sebelum
kehamilan
3. HPV (Human Papiloma Virus) : memiliki kaitan efek samping terhadap janin dan
ibu hamil. Data vaksinasi pada wanita hamil terbatas

3
2.4 Efek samping imunisasi

Efek samping bervariasi baik reaksinya maupun waktu terjadinya efek samping.
 Hepatitis A : nyeri dan kemerahan di tempat suntikan, sakit kepala, kelelahan, reaksi
alergi
 Hepatitis B : nyeri di tempat suntikan, demam
 Influenza : kemerahan dan bengkak pada tempat suntikan yang dapat berlangsung
hingga 2 hari, demam
 Tetanus-difteri : demam, nyeri dan bengkak di tempat suntikan
 MMR : rash, pembengkakan kelenjar getah bening leher, nyeri dan kaku pada sendi 1
atau 2 minggu setelah vaksinasi
 Varisela : demam, nyeri dan kemerahan di tempat suntikan, rash sampai 3minggu
setelah imunisasi
 Pneumokokus : demam, nyeri di tempat suntikan
 Vaksin Polio Oral : tidak ada
 Vaksin Polio Inaktif : kemerahan, rasa tidak nyaman di tempat suntikan
Yang Harus Diperhatikan
 Semua vaksin yang mengandung bakteri / virus hidup tidak dianjurkan bagi wanita hamil,
kehamilan sebaiknya dicegah untuk 28 hari setelah penyuntikan vaksin hidup (varisela,
MMR, BCG) namun vaksinasi virus hidup < 28 hari sebelum kehamilan bukan alasan
untuk mengakhiri kehamilan
 Vaksin virus / bakteri mati dapat diberikan pada wanita hamil namun waktu ideal untuk
pemberian tergantung dari waktu konsepsi
 Kehamilan tidak mengganggu efisiensi dari vaksin

2.5 Jenis vaksin yang tidak boleh diberikan kepada wanita hamil

Sebagai panutan umum, bahwa setiap vaksin yang mengandung antigen hidup yang
dilemahkan (life attenuated vaccines) adalah KONTRA INDIKASI bagi wanita hamil, karena
resiko (meskipun secara teoritis dan kebenarannya belum terbukti) kemungkinan transmisi virus
atau bakteri yang berasal dari vaksin ke janin dan terjadi gangguan perkembangan janin.

4
Berikut ini adalah jenis vaksin hidup yang dilemahkan (life attenuated vaccines) yang tidak
boleh diberikan kepada wanita hamil, kecuali dalam keadaan luar biasa atau keadaan darurat
medis :
3 Vaksin influenza hidup (bentuk vaksin influenza semprot hidung), bentuk vaksin influenza
ini belum beredar di Indonesia
4 Oral Polio Vaccine (OPV), vaksin polio tetes kedalam mulut
5 Vaksin yang mengandung antigent virus campak
6 Vaksin yang mengandung antigent virus gondongan
7 Vakisn yang mengandung antigent virus campak Jerman
8 Vaksin MMR yang mengandung antigent virus campak, campak Jerman dan gondongan
9 Vaksin cacar air Variola
10 Vaksin typhus oral yang mengandung bakteri hidup yang dilemahkan (Ty21a)
11 Vaksin Varicella dengan antigent virus hidup yang dilemahkan
12 Vaksin Demam Kuning atau Yellow fever
Tabel 1. Imunisasi pada Wanita Hamil
Agen Tipe Agen Indikasi Kontra Jadwal
Imunobiologi Imunisasi Imunisasi indikasi Dosis Keterangan
selama
Kehamilan
Tetanus Toksoid X Diberikan
Toksoid 3 kali, 2
terakhir
ketika
hamil
Hepatitis A Vaksin virus Dua dosis Direkomendasikan
inaktif pada wanita
dengan risiko
tinggi
Hepatitis B Hepatitis B X Tergantung Umumnya
imunoglobulin pajanan diberikan dengan
vaksin virus

5
Hepatitis B, bayi
baru lahir yang
terpajan
membutuhkan
profilaksis
Influenza Vaksin virus X (musim Dosis
(inaktif) inaktif influenza) tunggal IM
MMR(campak, Vaksin virus X Dosis Vaksinasi
gondong, hidup tunggal, terhadap wanita
rubella) Subkutan risiko tinggi
sebaiknya
dilakukan setelah
melahirkan,
imunisasi sebelum
kehamilan
Varisela (cacar Varisela- X Dosis
air) zoster tunggal IM
imunoglobulin dalam 96
jam setelah
pajanan

6
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal. Anak diimunisasi, berarti diberikan
vaksin untuk merangsang timbulnya kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu sesuai
dengan jenis vaksin yang diberikan. Oleh karena itu, seseorang yang divaksinasi kebal
terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang lain.
Vaksin ialah suatu perbenihan kuman-kuman yang sudah dibunuh atau dilemahkan.
Imunisasi bertujuan untuk merangsang timbulnya kekebalan dari dalam tubuh dengan
memasukkan vaksin. Bila seseorang mendapat suntikan vaksin TCD (Tifus, kolera dan
Disentri), maka tubuh orang itu akan mengadakan reaksi terhadap vaksin tersebut, yakni
dengan membuat antibodi. Setelah antibodi tersebut terdapat dalam tubuh dalam kadar yang
cukup, maka untuk waktu yang tertentu orang itu akan kebal terhadap penyakit tifus, cholera
dan disenteri. Jadi tujuan vaksinasi dengan vaksin ialah untuk mendapatkan kekebalan
terhadap penyakit yang bersangkutan.
b. Saran
Dalam pembuatan makalah ini tentunya banyak kekurangan, kami mohon kritik dan
sarannya untuk lebih membangun dan memperbaiki makalah kami. Semoga makalah ini
bermanffaat bagi pembaca

7
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal : klik dokter
http://m.klikdokter.com/ekonsultasi/read/15377/imunisasi-dalam-kehamilan
Jurnal : National Network for Immunization Information
http://www.immunizationinfo.org/issues/general/vaccines-pregnant-women
Jurnal : Seluk Beluk Vaksin
http://selukbelukvaksin.com/vaksin-untuk-wanita-hamil-vaccines-for-pregnant-woman/

Anda mungkin juga menyukai