Anda di halaman 1dari 17

SUMMARY DOKUMEN ANALISIS DAMPAK

LINGKUNGAN
PEMBANGUNAN PT. BIMA FEROINDO

Disusun oleh :
Christophorus Ivander ( 1623063 )
Charly Djingga ( 1623081 )

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
BANDUNG
2018
1. PENDAHULUAN
PT. Bima Feroindo merupakan salah satu perusahaan swasta penambangan
bijih besi yang berlokasi di Desa Karampi dan sekitarnya, Kecamatan
Langgudu Kabupaten Bima. Dalam rangka melaksanakan kegiatan eksploitasi /
penambangan, akan memberikan dampak terhadap lingkungan, baik yang
bersifat positif maupun negative. Oleh karena itu, selain untuk memenuhi UU
Republik Indonesia dan peraturan – peraturan resmi mengenai pengelolaan
lingkungan hidup, pemrakarsa berusaha memperhatikan aspek pelestarian
lingkungan dengan cara mengkaji dan menyusun dokumen AMDAL untuk
mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan serta berwawasan lingkungan.
PT. Bima Feroindo memiliki luas kuasa pertambangan sebesar 19.430 Ha (
Hektar ). Oleh karena itu ,menurut UU yang berlaku seperti UU no 23 tahun
1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup dan Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup no 11 thn 2006 tentang Jenis Rencana Usaha dan / atau
Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi Dengan AMDAL, rencana kegiatan
penambangan bijih besi yang akan dilakukan oleh PT. Bima Feroindo wajib
dilengkapi dengan AMDAL.
Bagi pemrakarsa proyek, penyusunan dokumen amdal dilakukan untuk
menjaga daya dukung areal yang baik dari aspek fisik, biologi, dan sosial
ekonomi budaya kesehatan masyarakat sehingga kegiatan penambangan bjih
besi dapat dilaksanakan dengan aman dan berkesinambungan. Hal tersebut juga
dilakukan untuk mengamankan investasi yang telah dan akan diinvestasikan
pada proyek tersebut melalui keuntungan ekonomis yang didapat yang
berkesinambungan.
Bagi pemerintah, dokumen analisis mengenai dampak lingkungan ini
dibuat sebagai tindakan untuk mengamankan sumberdaya alam yag merupakan
aset negara, dan juga sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan mengenai proyek tersebut. Sedangkan bagi masyarakat, dokumen ini
disusun sebagai tindakan untuk menjamin bahwa PT. Bima Feroindo tidak
merugikan masyarakat sekitar proyek yang akan dilaksanakan, dan justru
memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu,
pembuatan dokumen ini dapat meningkatkan pemahaman masyarakat akan
proyek tersebut sehingga dapat terjalin kerjasama yang baik dan saling
menguntungkan.

2. EVALUASI DAMPAK BESAR DAN PENTING


 Komponen Lingkungan Fisik-Kimia
Kegiatan penambangan bijih besi yang dilakukan PT. Feroindo
diperkirakan tidak menimbulkan perubahan iklim mikro yang mendasar
akibat pembukaan lahan untuk areal penambangan dan houling road, yang
kemudian akan berdampak lanjutan terhadap komponen ekosistem lain.
Kegiatan penambangan yang berupa pengupasan tanah pucuk, dan lain-
lain ini cenderung hanya mengubah bentang alam, dan tidak mempunyai
dampak majemuk terhadap komponen lingkungan lainnya.
Untuk pembangunan sarana dan prasarana, PT. Bima Feroindo akan
meningkatkan kadar debu di sekitar lokasi konstruksi. Hal tersebut dapat
berdampak pada kesehatan pekerja konstruksi serta flora dan fauna yang
terletak disekitar area pembangunan sarana tersebut.salah satu dampak
yang ditimbulkan oleh peningkatan kadar debu in adalah terhalangnya
sinar matahari yang membuat daya pandang menurun dan proses
fotosintesis menjadi terganggu, serta menyebabkan korosi pada material
yang terbuat dari logam yang tidak tahan karat. Namun, hal ini akan
muncul hanya pada saat proses pembangunan sarana dan prasarana PT.
Bima Feroindo. Untuk itu, debu dapat dikurangi dengan cara
penyemprotan air selama masa konstruksi.
Selain itu, ada pula peningkatan kebisingan, penurunan kualitas air,
memungkinkan adanya laju erosi yang dapat muncul selama kegiatan
penambangan. Untuk itu, pergerakan alat berat yang dapat menyebabkan
kebisingan akan diusahakan diadakan pada siang hari, dan juga para
pekerja akan diberi Alat Pelindung Diri ( APD ) untuk menanggulangi
kebisingan yang muncul.
Pada kegiatan pasca operasi akan dilakukan kegiatan reklamasi dan
rehabilitasi untuk mengembalikan kembali beberapa parameter kualitas air
seperti sebelumnya. Selain akan dilakukan revegetasi dalam reklamasi
lahan ada pula alternatif lain yakni membuat ekosistem perairan danau
pada daerah terbuka.

 Komponen Lingkungan Biologi


Dilihat dari rona lingkungan pada lokasi proyek PT. Bima Feroindo,
lahan tersebut ditutupi oleh vegetasi kebun, hutan sekunder dan semak
belukar yang mempunyai fungsi ekonomis ataupun ekologis bagi
kehidupan masyarakat sekitarnya, walaupun kualitasnya tergolong tidak
baik. Dan juga, lokasi tersebut juga bukan merupakan relung dan habitat
bagi komponen biologi fauna. Dengan adanya proyek pertambangan
komponen tersebut akan berubah. Dengan adanya pembukaan dan
pembersihan lahan, pembuatan jalan, sarana dan prasarana lainnya dapat
mempengaruhi komponen lingkungan pada daerah tersebut. Namun,
kegiatan pasca operasi berupa rehabilitasi dan revegetasi diharapkan dapat
mengembalikan kualitas lingkungan ataupun meningkatkan kualitas
lingkungan dari rona awal.

 Komponen Sosekbudkesmas
Dampak penting yang dapat muncul adalah adanya persepsi
masyarakat sekitar tentang proyek penambangan tersebut. Persepsi ini
bergantung pada apakah masyarakat sekitar mendapatkan manfaat dari
kegiatan penambangan yang dilakukan, ataupun justru dirasa merugikan
masyarakat sekitarnya. Selain itu, konflik dapat muncul karena adanya
kegiatan pembebasam lahan, perubahan status lahan, yang berpengaruh
pada hilangnya mata pencaharian ataupun penghasilan tetap yang dimiliki
masyarakat sekitar.
Dan juga, penurunan kualitas lingkungan yang dapat terjadi karena
proyek tersebut dapat mengakibatkan pada kemungkinan penyebaran
penyakit. Oleh karena itu, untuk menelaah pengelolaan perlu dicari dasar-
dasar pengelolaan kesehatan masyarakat dengan adanya penyuluhan-
penyuluhan.

3. PENDEKATAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP


Kegiatan penambangan bijih besi akan menimbulkan dampak terhadap
lingkungan, baik positif maupun negatif. Maka dari itu, agar dampak negatif
dapat diminimalisir dan positif dimaksimalisasi maka perlu adanya pengelolaan
lingkungan. Upaya ini dapat berupa tindakan preventif ataupun represif, yang
kemudian layak secara teknis dan ekonomis serta dapat dilakukan oleh
pemrakarsa proyek. Pendekatan yang dapat dilaukan dapat berupa pendekatan
teknologi, sosial ekonomi maupun institusi, baik secara individu maupun
bersama.
 Pendekatan Teknologi
Hal pertama yang perlu dilakukan dalam pengelolaan lingkungan
adalah menentukan sasaran pengelolaan lingkungan sehingga dapat
ditentukan metode pengelolaan lingkungan yang sesuai. Dengan
penggunaan metode yang sesuai, pengelolaan pun akan menjadi lebih
efektif dan efisien. Pendekatan teknologi dapat diterapkan pada dampak-
dampak yang tercakup dalam komponen lingkungan fisik-kimia serta
biologi.

 Pendekatan Sosial Ekonomi


Suatu kegiatan yang dilakukan dapat memunculkan tanggapan
sosial dari suatu lingkungan terhadap rencana kegiatan dapat berbeda-
beda. Untuk itu, pendekatan sosial penting agar pengelolaan lingkungan
dapat telaksana dengan baik dan didukung oleh semua yang terlibat secara
langsung dan tidak langsung. Selain itu, rencana pengelolaan yang
ditawarkan perlu dipertimbangkan pula dari segi biayanya. Dengan begitu,
penilaian ekonomi diperlukan untuk mendapatkan suatu nilai yang wajar
dan tidak merugikan semua pihak yang terlibat dan terkait dengan rencana
kegiatan.

 Pendekatan Institusi
Pengelolaan lingkungan bukan hanya menjadi tanggung jawab pemrakarsa
semata, melainkan juga tanggung jawab masyarakat dan institusi /
lembaga yang terkait. Untuk itu perlu adanya partisipasi aktif pihak lain
dalam pengelolaan lingkungan hidup pada proyek ini.

4. RENCANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP ( RPL )


a. Bidang Fisik-Kimia
a. Perubahan Fungsi Lokasi Lahan Masyarakat Menjadi Lokasi
Penambangan Bijih Besi PT. Bima Feroindo
 Sumber Dampak, Lokasi rencana proyek penambangan bijih besi
yang berada didalam kawasan lahan masyarakat tersebut.
 Dampak Besar dan Penting, Apabila tidak dilakukan penyelesaian
tentang ganti rugi terhadap pemilik lahan, dapat menimbulkan
opini publik yang negatif dan juga dapat menimbulkan kegagalan
dalam pembangunan proyek.
 Tolak Ukur, Adanya penyelesaian secara sah terhadap masyarakat
yang lahannya digunakan untuk proyek penambangan bijih besi.
 Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup, Agar tidak ada
pelanggaran yang berkaitan dengan lahan secara hukum dan
proyek dapat berjalan lancar.
 Pengelolaan Lingkungan Hidup, proses penyelesaian ganti rugi
terhadap lahan masyarakat akan dilakukan dengan
mengikutsertakan Kepala Desa, Camat Langgudu dan dinas
instansi terkait.
 Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup, pengelolaan dilakukan di
areal penambangan tambang bijih besi dan houling road.
 Jangka waktu pengelolaan, penyelesaian ganti rugi akan
diselesaikan secepatnya atau sebelum kegiatan penambangan
berlangsung.
 Pembiayaan Pengelolaan Lingkungan Hidup, pembiayaan dari
kegiatan ini akan berasal sepeuhnya dari pemrakarsa proyek.

b. Hilangnya Fungsi Pengendalian Iklim Mikro


 Sumber Dampak, pembukaan lahan untuk areal penambangan dan
houling road serta sarana dan prasarana lainnya.
 Dampak Perubahan Iklim Mikro, tidak terdapat perubahan yang
signifikan terhadap iklim mikro terutama mengenai suhu dan
kelembaban, yang kemudian tidak berdampak juga pada
komponen ekosistem.
 Tolak Ukur, Berdasarkan data rona awal bahwa suhu di lokasi
penambangan berkisar antara 25-31oC dengan rata-rata 27,8oC
 Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup, agar suhu dan
kelembaban pada lokasi penambangan tidak berubah drastis
sehingga tidak mempengaruhi komponen lainnya.
 Pengelolaan Lingkungan Hidup,sesuai dengan pendekaan
teknologi adalah dengan melakukan pembukaan lahan secara
bertahap dan efektif, tidak mengganggu komponen di luar areal
tambang efektif dan melakukan penghijauan di sekitar kantor.
Menurut pendekatan sosial ekonomi perlu diberikan pengetahuan
pada karyawan dan buruh mengenai cara pembukaan lahan yang
benar. Menurut pendekatan institusional, melakukan pemantauan
suhu dan kelembaban setiap 6 bulan sekali oleh lembaga
independen serta instansi terkait.
 Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup, dilakukan di areal yang
merupakan areal kewajiban dari PT. Bima Feroindo.
 Jangka Waktu Pengelolaan Lingkungan Hidup, dilakukan sejak
awal pembukaan lahan hingga tahap pasca operasi penambangan.
 Pembiayaan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dilakukan oleh
pemrakarsa.

c. Perubahan Bentang Alam


 Sumber Dampak, pengupasan tanah pucuk, penggalian batuan
penutup, penimbunan tanah penutup dan penggalian bijih besi.
 Dampak Besar dan Penting, perubahan bentang alam yang terjadi
cenderung tidak dapat kembali seperti semula, yang kemudian
dapat mempengaruhi komponen lingkungan lain.
 Tolak Ukur, perbandingan kondisi bentang alam sebelum dan
sesudah kegiatan penambangan bijih besi
 Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup, agar perubahan
bentang alam yang terjadi akibat aktivitas yang dilakukan menjadi
seminimal mungkin
 Pengelolaan Lingkungan Hidup, dengan pendekatan teknologi,
kegiatan penggalian dilakukan berjenjang dengan memperhatikan
faktor keamanan serta menerapkan sistem penambangan terbuka
dengan penataan drainase, dan melakukan back filling system,
melakukan reklamasi dan revegetasi secepatnya pada lahan yang
gundul. Pendekatan sosial ekonomi dengan memberikan
bimbingan pada operator mengenai penerapan metode dalam
penambangan. Pendekatan institusional dengan melakukan
kerjasama dengan instansi pertambangan perihal pelatihan dan
bimbingan.
 Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup, pada areal tambang
efektif
 Jangka Waktu Pengelolaan Lingkungan Hidup, dilakukan dari
awal pembangunan hingga pasca operasi berlangsung.
 Pembiayaan Pengelolaan, berasal dari pemrakarsa

d. Penurunan Kualitas Udara


 Sumber Dampak, berasal dari kegiatan pembukaan lahan dan
pembangunan sarana prasarana serta kegiatan penambangan baik
sebelum maupun saat penambangan berlangsung.
 Dampak Besar dan Penting, peningkatan kadar debu di udara
yang menghalangi sinar matahari, daya pandang menurun,
menghambat fotosintesis. Adapula gas sulfur pada debu yang
menyebabkan korosi pada material logam tidak tahan karat, dan
mengganggu kesehatan pekerja.
 Tolak Ukur, hasil analisa kandungan debu di udara sebelum
kegiatan yaitu 12,64-46,17
 Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup, meminimalkan
kadar debu yang muncul karena aktivitas dalam areal
penambangan
 Pengelolaan Lingkungan Hidup, dengan pendekatan teknologi,
dapat dilakukan penyiraman air di lokasi penggalian dan jalur
transportasi secara berkala, dan mewajibkan pekerja
menggunakan penutup hidung. Pendekatan sosial ekonomi adalah
dengan melakukan sosialisasi pada masyarakat disekitar houling
road agar berantisipasi dan menggunakan masker. Pendekatan
institusional adalah dengan melibatkan instansi luar dalam
pemantauan kadar debu.
 Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup, pada areal penambangan,
houling road, kantor, mess karyawan.
 Jangka Waktu Pengelolaan Lingkungan Hidup, dilakukan dari
awal pembangunan hingga pasca operasi berlangsung.
 Pembiayaan Pengelolaan, berasal dari pemrakarsa

e. Peningkatan Kebisingan
 Sumber Dampak, berasal dari pengoperasian alat dan sarana
prasarana selama proyek berlangsung
 Dampak Besar dan Penting, mengganggu kenyamanan
masyarakat sekitar, mengganggu komunikasi antar pekerja dan
merusak pendengaran pekerja.
 Tolak Ukur, tingkat kebisingan sebelum kegiatan yakni 52,55-
68,04 dB.
 Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup, agar
kebisingan yang dihasilkan selama tahap persiapan hingga pasca
operasi minim.
 Pengelolaan Lingkungan Hidup, dengan pendekatan teknologi,
pekerja diwajibkan mengenakan penutup telinga serta
mempertahankan pepohonan dan penghijauan. Pendekatan
sosial ekonomi adalah dengan melakukan monitoring pada
setiap karyawan dan masyarakat sekitar agar dapat mengatasi
dampak negatif. Pendekatan institusional adalah dengan
memantau kebisingan secara berkala dengan bantuan
pemerintah
 Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup, pada areal tambang,
houling road, kantor dan mess
 Jangka Waktu Pengelolaan Lingkungan Hidup, dilakukan dari
awal pembangunan hingga pasca operasi berlangsung.
 Pembiayaan Pengelolaan, berasal dari pemrakarsa

f. Penurunan Kualitas Air


 Sumber Dampak, proses penggalian bijih besi, penimbunan
tanah.
 Dampak Besar dan Penting, menyebabkan laju erosi dan
membentuk air rembesan yang mempengaruhi air.
 Tolak Ukur, hasil analisa kualitas air teluk Waworada pada saat
studi dilakukan
 Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup, untuk
meminimalkan dampak negatif dari penurunan kualitas air
 Pengelolaan Lingkungan Hidup, dengan pendekatan teknologi,
pengelolaan dan peningkatan fasilitas pengolahan air, serta
membuat saluran drainase. Pendekatan sosial ekonomi dengan
memberikan penjelasan pada masyarakat akan limbah.
Pendekatan institusional dengan melakukan kerjasama dengan
instansi pertambangan untuk pemantauan.
 Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup, pada areal tambang,
KPL, lokasi penimbunan.
 Jangka Waktu Pengelolaan Lingkungan Hidup, dilakukan dari
awal pembangunan hingga pasca operasi berlangsung.
 Pembiayaan Pengelolaan, berasal dari pemrakarsa

g. Penurunan Kualitas Tanah


 Sumber Dampak, berasal dari pembersihan lahan, penimbunan
tanah
 Dampak Besar dan Penting, peningkatan erosi yang
menyebabkan penurunan kualitas tanah, terangkutnya unsur hara
dan bahan organik tanah.
 Tolak Ukur, tanaman pioner yang ditanam dapat tumbuh dengan
baik
 Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup, untuk
menciptakan kondisi tumbuh tanaman sesuai teanaman pioner.
 Pengelolaan Lingkungan Hidup, dengan pendekatan teknologi,
melakukan revegetasi oada areal bekas tambang. Pendekatan
sosial ekonomi memberikan pengetahuan dan keterampilan cara
penanaman cover croops. Penmdekatan institusionalnya dengan
membuat block management practical.
 Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup, pada seluruh areal
pertambangan.
 Jangka Waktu Pengelolaan Lingkungan Hidup, dilakukan dari
awal pembangunan hingga pasca operasi berlangsung.
 Pembiayaan Pengelolaan, berasal dari pemrakarsa

b. Bidang Biologi
a. Flora
 Sumber Dampak, berasal dari pembukaan dan pembersihan
lahan, pembangunan jalan dan prasarana
 Dampak Besar dan Penting, berkurangnya populasi flora baik
vegetasi kebun maupun hutan sekunder.
 Tolak Ukur, perubahan setelah dan sebelum dalam hal kualitas
lingkungan flora.
 Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup, melindungi
dan menjaga flora serta menghijaukan areal bekas tambang.
 Pengelolaan Lingkungan Hidup, dengan pendekatan teknologi,
melakukan revegetasi/reboisasi, memberikan larangan untuk
areal tertentu. Pendekatan sosial ekonomi adalahg dengan
memberikan penyuluhan terkait flora di areal proyek.
Pendekatan institusional dengan integrasi dan koordinasi dengan
instansi terkait, pembinaan kawasan konservasi.
 Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup, pada kawasan
konservasi sempadan teluk, akses jalan, perkantoran, sarana
prasarana lainnya, lahan terbuka.
 Jangka Waktu Pengelolaan Lingkungan Hidup, penetapan
kawasan konservasi dan pemasangan pal batas pada tahun
pertama, penanaman / penghijauan pada tahap awal operasi,
reklamasi dilakukan setelah backfilling pertama, patroli setiap
bulan
 Pembiayaan Pengelolaan, berasal dari pemrakarsa

b. Fauna Darat
 Sumber Dampak, berasal dari pembersihan lahan, pembangunan
sarana prasarana
 Dampak Besar dan Penting, berkurangnya kelimpahan dan
keanekaragaman fauna sekitar lokasi proyek.
 Tolak Ukur, perubahan kualitas lingkungan fauna setelah
kegiatan dibandingkan dengan rona awal.
 Tujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup, untuk menjaga
kelestarian keanekaragaman dan kelimpahan fauna baik yg
dilindungi maupun tidak.
 Pengelolaan Lingkungan Hidup, dengan pendekatan teknologi,
memberlakukan larangan, membangun pos penjagaan, dan
pemantauan. Pendekatan sosial ekonomi dengan
mensosialisasikan kepada maysarakat dan karyawan tentang
satwa liar perlu dilestarikan. Penmdekatan institusionalnya
dengan berkoordinasi dengan instansi terkait.
 Lokasi Pengelolaan Lingkungan Hidup, pada kawasan berhutan
dalam lokasi konsensi.
 Jangka Waktu Pengelolaan Lingkungan Hidup, dilakukan di
awal proyek dijalankan
 Pembiayaan Pengelolaan, berasal dari pemrakarsa

c. Biota Air
Pada identifikasi biota air sama seperti flora dan fauna, yang
membedakan hanyalah lokasinya yakni di teluk wawurada dan teluk
teluk sekitarnya.

c. Komponen Sosekbudkesmas
a. Persepsi Masyarakat
Persepsi masyarakat terhadap perusahaan tersebut cukup baik
hanya saja perlu diaadakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi
kedua belah pihak, dan pengolahan tanah harus dirundingkan
bersama-sama dengan masyarakat

b. Konflik Sosial
Konflik ini terjadi karena kegiatan sosialisasi , pembebasan lahan,
penerimaan tenaga kerja , pembuatan jalan , pembangunan sarana
dan prasarana , reklamasi dan revegetasi serta penagannan tenaga
kerja pada paska operasi.
Dampak pada konflik timbulkan dampak negatif berupa konflik
sosial antara masyarakat dengan pemarkasa antara masyarakat lokal
dengan tenaga kerja pendatang, maupun antara masyarakat
sendiri.karena itu harus dilakukan kegiatan yang meminimalisir
maupun menimbulkan dampak positif seperti berupa pembebasan
lahan ,pengandaan lahan ,proses penambangan ,penanganan limba
serta memperhatikan kondisi sosial ekonomi dan budaya masyarakat.

c. Kesempatan kerja dan berusaha


Kegiaatan penambangan biji besi akan membuka lapangan kerja
dan peluang berusaha bagi masyarakat Sumber kesempatan kerja
bisa berasal dari kegiatan pembebasan lahan ,penerimaan tenaga
kerja ,pengakutan bijih besi , reklamasi dan revegetasi ,
pemberdayaan masyarakat , reklamasi dan rehabilitasi lahan serta
penanganan tenaga kerja tahap pasca operasi .
Hal ini memberi dampak positif bagi masyarakat , karena membuka
peluang kerja bagi masyarakat yang bisa mengurangi tingkat
pengangguran

d. Pendapatan rumah tangga


Dengan adanya penambangan peningkatan pendapatan rumah
tangga akan sangat terbuka bagi masyarakat di wilayah tersebut.hal
ini bisa mendorong pendapatan rumah tangga dengan terbukanya
usaha-usaha ekonomi produktif,sebagai dampak dari keberadaan
pertambangan .pendapatan rumah tangga bisa berasal juga dari
sosialisai ,kegiatan pembebasan lahan ,penerimaan tenaga kerja
,pengakutan bijih besi , reklamasi dan revegetasi , pemberdayaan
masyarakat , reklamasi dan rehabilitasi lahan serta penanganan
tenaga kerja tahap pasca operasi .
Dengan adanya penambangan ini peningkatan pendapatan rumah
tangga terus meningkat dengan rata-rata 16.328.333/tahun.

e. Pendapatan negara dan daerah


Kegiatan pertambangan ini mampu meningkatkan pendapatan
negara dan daerah yang berasal dari pajak dan retrebusi .beberapa
penerimaan pemerintah pusat juga bisa berasal dari iuran tetap
pertambangan umum ,iuran eksplorasi dan dana alokasi umum ,
pajak pertambahan nilai dan pajak penghasilan . mengingat masa
operasi pertambangan yang lama maka diperkirakan dampak
pendapatan negara akan cukup besara dan memegang peranan
penting dalam memacu pembangunan daerah

f. Kesehatan Masyarakat
Kegiatan pemerkaraan ini berdampak dari adalah kemungkinan
gangguan terhadapat pada kesehatan masyarakat . operasi ini secara
langusung dan tidak langsung menimbulkan dampak kesehatan bagi
masyarakat seperti polusi udara , air, kebisingan dan tanah .oleh
karena itu pengurangan dampak-dampak tersebut harus dilakukan
misalnya dengan pengelolaan dilakukan dengan baik, pembangunan
dan penyediaan sarana dan prasarana serta bantuan kesehatan
mungkin dibutuhkan, pemanfaatkan teknologi ramah lingkungan.
g. Kerusakan jalan
Kerusakan jalan berasal dari mobilisasi peralatan dan material serta
pengangkutan bijih besi . kegiatan pertambangan akan membawa
kemacetan lalu lintas dan kerusakan pada jalan hal ini disebabkan
karena banyaknya kendaraan yang melewati jalan-jalan di sekitar
pertambangan.
Oleh karena itu dilakukan pendekatan teknologi berupa pemasangan
rambu-rambu lalu lintas dan peringatan di tempat-tempat yang di
butuhkan , membatasi tosane kendaraan pemkarasa sesuai dengan
kelas yang dlewati dan mengatur bergilir kendaraan perusahaan yang
melewati jalur.

h. Aksesibilitas dan mobilitas masyarakat


Penerimaan tenaga kerja menyebabkan peluang untuk berusaha dan
bekerja menjadi meningkat ,sehingga mobilitas masyarakat juga
akan meningkat ,disamping itu masuknya tenaga kerja diluar daerah
mengakibatkan terjadinya peningkatan pergerakan dan arus keluar
masuk orang dan barang yang cukup besar yang berarti mobilitas
masyarakat juga meningkat dengan begitu dinamika masyarakat
dengan peningkatan aksesibilitas dan mobilitas masyarakat dalam
artian positif karena ada kegiatan pemrakarsa.
Dan sebab pembuatan dan perawatan jalan sangat lah penting agar
pemraksaan dan juga kepentingan masyarakat dapat berjalan dengan
baik.

i. Pemberdayaan masyarakat
Untuk menjaga dan keberlanjutan serta kelancaran perusahaan
maka hal yang di perlukan adalah pemberdayan masyarakat maka
diharapkan kegiatan community development akan mampu
membawa dampak positif bagi masyarakat.
5. INSTITUSI DAN PELAKSANA PENGELOLAAN LINGKUNGAN
HIDUP
 Pelaksanaan Pengolahan Lingkungan Hidup
Bagian yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan dan pembiyaan
pengolahaan lingkungan hidup ini adalah pihak pemraksa.

 Pengawasan Pengolahan Lingkungan Hidup


Sebagai pengawasan kegiatan pengolahan lingkungan hidup ini
adalah kantor lingkungan hidup kabupaten bima dan instansi terkait yakni
badan pertanahan nasional , dinas energi dam sumber daya mineral , dinas
nakertrans, dinas perndapatan daerah dan kekayaan daerah, dinas
perhubungan dan dinas pembangunan masyarakat desa , dinas kesehatan
kabupaten sarolo=agun dan pemerintah kecamatan langgudu bima serta
SKPD terkait.
 Pelaporan Hasil Pengelolaan Lingkungan Hidup
Laporan pengelolaan lingkungan disampaikan kepada bapedalda
provinsi nusa tenggara barat , kantor lingkungan hidup kabupaten bima
dan pemerintah kecamatan langgudu kabupaten bima

Anda mungkin juga menyukai