Anda di halaman 1dari 5

SEJARAH SINGKAT PUSDIKLAT MIGAS CEPU

Lapangan minyak yang ada di Indonesia termasuk cukup banyak di berbagai daerah,
dan salah satunya yang sudah lama adalah lapangan minyak di daerah Cepu. Cepu merupakan
daerah yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur. Pada awal tahun 1870,
ditemukan minyak di daerah Cepu dan sekitarnya oleh BPM (Bataafsche Petroleum
Maatschappij) yang merupakan perusahaan minyak dan gas yang ditemukan berjumlah 24
buah dan sekarang hanya tinggal 2 buah saja, yaitu lapangan minyak Kawengan dan Ledok.

Sejarah mencatat bahwa perkembangan perminyakan di Cepu dapat diuraikan dalam 3


periode, yaitu:

1. Periode Jaman Hindia Belanda (Tahun 1870-1942)

Pada jaman ini tercatat peristiwa penemuan rembesan minyak di daerah Jawa yaitu Kuwu,
Mrapen, Watudakon, Mojokerto, serta penemuan minyak dan gas di Sumatera dan Jawa.
Ekplorasi minyak bumi di Indonesia dimulai tahun 1870 oleh P. Vandijk, seorang insinyur
Belanda di daerah Purwodadi Semarang, melalui pengamatan rembesan minyak dipermukaan.

Di daerah Cepu Jawa Tengah terdapat konsesi minyak, yaitu suatu kota kecil di tepi
Bengawan Solo, yang bernama Panolan, diresmikan pada tanggal 28 Mei 1893 atas nama AB.
Versteegh. Kemudian beliau menyewakannya kepada perusahaan DPM (Dordtsche Petroleum
Maatschappij) di Surabaya dengan membayar ganti rugi sebesar F.10000 dan F.0,1 untuk setiap
peti (37,5 liter minyak tanah dari hasil pngilanganya). Penemuan sumur minyak bumi bermula
di desa Ledok oleh Mr. Adrian Stoop pada Januari 1893, ia menyusuri Bengawan Solo dengan
rakit dari Ngawi menuju Ngareng (Cepu), dan akhirnya memilih Ngareng (Cepu) sebagai
tempat pabrik penyulingan minyak dan sumurnya di bor pada bulan Juli 1893. Daerah tersebut
kemudian dikenal dengan nama Kilang Cepu. Selanjutnya berdasarkan akta No. 56 tanggal 17
Maret 1923 DPM diambil alih oleh BPM (Bataafsche Petroleum Maarschappij) yaitu
perusahaan minyak Belanda.

2. Periode Jaman Jepang (Tahun 1942 s/d 1945)


Pada periode jaman Jepang dulu terjadi suatu peristiwa penyerbuan tentara jepang ke
Indonesia pada perang Asia Timur, yaitu keinginan Jepang untuk menguasai daerah-daerah
yang kaya akan minyak. Untuk keperluan perang dan kebutuhan minyak dalam negeri Jepang.
Pada saat terjadi perebutan kekuasaan Jepang terhadap Belanda, para pegawai perusahaan
minyak Belanda ditugaskan untuk menangani taktik bumi hangus instalasi penting, terutama
kilang minyak yang ditujukan untuk menghambat laju serangan Jepang. Namun akhirnya
Jepang menyadari bahwa pemboman atas daerah minyak segera dibangun bersama oleh tenaga
sipil Jepang, tukang-tukang sumur tawanan perang dan tenaga Indonesia yang berpengalaman
dan ahli dalam bidang perminyakan, serta tenaga kasar diambil dari penduduk Cepu dan daerah
lainnya dalam jumlah yang besar. Lapangan minyak Cepu masih dapat beroperasi secara
maksimal seperti biasa pada saat itu Jepang pernah melakukan pengeboran baru di lapangan
minyak Kawengan, Ledok, Nglobo dan Semanggi.

3. Periode Jaman Kemerdekaan RI (1945 s/d sekarang)


Pada jaman kemerdekaan, kilang minyak Cepu mengalami beberapa perkembangan
sebagai berikut :
 Periode 1945-1950
Pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada sekutu. Hal ini menyebabkan
terjadinya kekosongan pemerintahan di Indonesia. Pada tanggal 17 Agustus 1945,
Indonesia memproklamirkan kemedekaannya sehingga kilang minyak Cepu diambil alih
oleh Indonesia. Pemerintahan kemudian mendirikan perusahaan Tambang Minyak
Nasional (PTMN) berdasarkan maklumat menteri kemakmuran No. 5 pada bulan
Desember 1949 dan menjelang tahun 1950, setelah adanya penyerahan dan diusahakan
kembali oleh BPM.
 Periode 1950-1961
Kilang Cepu dan lapangan minyak Kawengan dikuasai oleh BPM, sedangkan lapangan
minyak lainnya seperti Ledok, Nglobo, dan semanggi tetap dipertahankan oleh
Pemerintahan RI dan pelaksanaanya dilakukan oleh ASM (Administrasi Sumber Minyak),
akan tetapi pada tahun 1951 diserahkan kembali kepada pemerintah RI. Pada tahun 1951
didirikan PTMRI (Perusahaan Tambang Minyak Republik Indonesia), tetapi kemudian
diganti dengan tambang minyak Ngloo CA(Combie Anexis).
 Periode tahun 1951-1965
Pada tahun 1961, tambang minyak Nglobo diganti menjadi PERMIGAN (Perusahaan
Minyak dan Gas Negara). Pemurnian minyak di lapangan minyak Ledok dan Nglobo
dihentikan. Pada tahun 1962, kilang cepu dan lapangan minyak Kawengan dibeli oleh
perusahaan RI dari shell dan diserahkan ke PN PERMIGAN.
 Periode 1965-1978
Pada tanggal 4 Januari 1966, kilang Cepu dan lapangan ,minyak Kawengan dan ex PN
PERMIGAs dijadikan Pusat Pendidikan dan Latihan Lapangan Perindustrian Minyak dan
Gas Bumi (PUSDIK MIGAS). Kemudian pada tanggal 7 Februari 1967 berdiri Akademi
Minyak dan Gas (AKAMIGAS) Cepu angkatan 1.
 Periode tahun 1978-1984
Berdasarkan SK menteri pertambangan dan energi No.646 tanggal 26 Desember 1977,
LEMIGAS diubah menjadi bagian Dirktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi LEMIGAS
(PPT MGB LEMIGAS), dan berdasarkan SK Presiden No.15 tanggal 15 Maret 1984 pasal
107, Cepu ditetapkan sebagai pusat pengembangan tenaga perminyakan dan gas bumi
(PPT MIGAS).
 Periode 1984-2001
Berdasarkan SK Menteri Pertambangan dan Energi No. 0177/1987 tanggal 5 Maret
1987, dimana wilayah PPT MIGAS yang dimanfaatkan oleh Diklat Operational.
Laboratorium Lapangan Produksi diserahkan ke PERTAMINA UEP III Lapangan Cepu,
sehingga kilang Cepu mengoperasikan pengolahan crude oil milik PERTAMINA.

Kedudukan PPT MIGAS dibawah Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi,
departemen Pertambangan dan Energi, yang merupakan pelaksana teknis MIGAS di
bidang pengembangan tenaga perminyakan dan gas bumi. Keberadaan PPT MIGAS
ditetapkan berdasarkan Kepres No. 15/1984 tanggal 18 Maret 1984 dan struktur
organisasinya ditetapkan berdasarkan surat Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi
No. 1092 tanggal 5 November 1984.

 Periode 2001-Sekarang

Berdasarkan SK Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 150 tahun 2001
tertanggal 2 Maret 2001 nama PPT MIGAS berubah menjadi Pusat Pendidikan dan
Pelatihan Minyak dan Gas Bumi (Pusdiklat Migas).Yang telah diperbaharui dengan
peraturan Menteri ESDM No. 18 Tahun 2010 tanggal 22 November 2010.

LOKASI PUSDIKLAT MIGAS


Pusat Pendidikan Dan Pelatihan Minyak dan Gas Bumi berlokasi di :
Desa : Karangboyo

Kecamatan : Cepu

Kabupaten : Blora

Propinsi : Jawa Tengah

Tepatnya di Jalan Sorogo No.1 Cepu

UNIT POWER PLANT


Power plant adalah suatu unit di Pusdiklat Migas Cepu yang menangani penyediaan tenaga
listrik. Unit ini sangat penting karena tidak hanya digunakan di unit kilang saja tetapi juga
digunakan di PERTAMINA. Sebagai pembangkit tenaga listrik, power plant menggunakan
tenaga diesel, dengan perimbangan teknis antara lain :
a. Bahan bakar yang dipakai adalah solar, yang dapat disediakan oleh Pusdiklat Migas
Cepu dari Refinery Fuel,
b. Sistem awalnya lebi mudah dan mesinnya kuat.
c. Tidak ada ketergantungan terhadap instansi lain.

Pusdiklat Migas Cepu menyediakan kebutuhan tenaga pembangkit listrik sendiri sebab
perlu adanya kontinyuitas pelayanan tenaga listrik yang ada di Pusdiklat Migas Cepu sehingga
dapat menunjang operasi kilang dan pendidikan.

Semakin besar kebutuhan tenaga listrik yang digunakan untuk keperluan operasional dalam
rangka operasi kilang dan semakin majunya pendidikan yang ada di Pusdiklat Migas.

1. Fungsi Power Plant

Fungsi PLTD yang ada di Pusdiklat Migas Cepu adalah untuk melyani kebutuhan
tenaga listrik di beberapa daerah, antara lain :

a. Pusdiklat Migas
 Kebutuhan dalam pabrik , yaitu kebutuhan untuk operasi kilang, unit Water
Treatment, kantor, unit Wax Plant, unit Boiler Plant, laboratorium, bengkel-
bengkel operasional dan bengkel pendidikan.
b. PT PERTAMINA
 PT PERTAMINA EP Region Jawa Area Cepu
 PT PERTAMINA Depot Cepu
2. Tugas Power Plant

Tugas dari Power Plant yaitu melayani kebutuhan praktikan khususnya mahasiswa
AKAMIGAS, peserta kursus dan praktikan dari luar. PLTD di Pusdiklat Migas Cepu
mulai didirikan pada tahun 1973 dan hingga kini telah memiliki 8 buah generator
sebagai mesin yang digunakan untuk pembangkit listrik dan terdiri dari :

a. Tiga buah mesin Diesel MAN dari Jerman berkapasitas 820 KVA, mulai
dioperasikan pada tahun 1973
b. Dua buah mesin Diesel Mitsubishi dari Jepang berkapasitan 400 KVA, mulai
dioperasikan pada tahun 1992 yang merupakan bantuan dari PERTAMINA.
c. Tiga buah mesin Diesel Coumen’s berkapasitas 1000 KVA, mulai dioperasikan pada
tahun 1995/1997/1998

Genset yang beroprasi ada 5 buah, tetapi pada siang hari menjadi 6 buah dengan
mengoprasikan 1 buah genset berkapasitas 400 KVA. Total kapasitas dari genset adalah 6260
KVA dengan beban terpasang sebesar 3678 KW. Sedangkan 1buah genset lagi sebagai
cadangan apabila ada genset yang diperbaiki. Generator yang beroprasi dipasang secara
pararel. Service dilakukan setiap 250 jam sekali untuk generator 1,5,6,7 dan 8. Sedangkan
untuk generator 2, 3 dan 4 service dilakukan setiap 1000 jam sekali. Pelumas yang digunakan
adalah Mediteran S-40 untuk semua mesin diesel.

Distribusi tenaga listrik dari generator ke beban tersebut melalui transformator yang
jumlahnya adalah 16 buah dengan menggunakan instalasi bawah tanah (kabel bawah tanah).
Hal ini disebakan karena diinginkan kontinuitas tenaga listrik yang tinggi. Bahan bakar yang
digunakan adalah solar dimana untuk operasi selama 24 jam membutuhkan sebanyak 9000-
1000 liter/hari dan minyak pelumas yang dibutuhkan sebanyak 150 liter/hari. System operasi
secara kontinyu (24 jam) dan dijaga oleh 4 shift, dengan masing-masing shift terdiri atas 3
orang karyawan.

Anda mungkin juga menyukai