Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan embriologi rongga mulut dan faring penting agar dokter
mengerti patofisiologi dari berbagai kelainan kongenital yang dapat terjadi di
daerah tersebut. Rongga mulut, faring dan esofagus berasal dari foregut embrionik.
Foregut nantinya akan berkembang juga menjadi rongga hidung, gigi, kelenjar liur,

hipofise anterior, tiroid dan laring, trakea, bronkus, dan alveoli paru.1 Seluruh
sistem pernafasan merupakan hasil pertumbuhan faring primitif.1
Faring merupakan saluran yang memiliki panjang kurang lebih 13 cm.
Menghubungkan nasal dan rongga mulut kepada laring pada dasar tengkorak.
Faring terdiri dari nasofaring, orofaring, dan laringofaring. 2 Nasofaring terletak
diatas palatum mole, orofaring terletak di antara palatum mole dan tulang hioid,
laringofaring yang meluas dari tulang hioid sampai ke batas bawah kartilago
krikoid.3
Nasofaring dibentuk oleh korpus sfenoid dan prosesus basilaris os oksipital
di sebelah atas, koana dan palatum mole di sebelah anterior, dan vertebra
servikalis di sebelah posterior. Terdapat orofisium dari tuba Eustachius di dinding
lateral dan jaringan adenoid di sekitarnya. Pada atap dan dinding posterior
nasofaring terdapat faringeal tonsil (adenoid) dimana jaringan tersebut sering
mencapai ukuran besar pada usia anak-anak.3
Orofaring merupakan bagian tengah faring antara palatum lunak dan
tulang hyoid. Terdapat tonsil lingual, dan cincin Waldeyer yang berperan serta
pada reaksi imunologi. Laringofaring merupakan posisi terendah dari faring pada
bagian bawahnya sistem respirasi dan terdapat banyak kelenjar mukosa dan
jaringan lifoid.3
Pada saat embrio berusia 3,5 minggu suatu alur yang disebut laringotrakeal
groove tumbuh dalam embrio pada bagian ventral foregut. Alur ini terletak

1
2

disebelah posterior dari eminensia hipobronkial dan terletak lebih dekat dengan
lengkung ke IV daripada lengkung ke III.1
Selama masa pertumbuhan embrional ketika tuba yang single ini menjadi
dua struktur, tuba yang asli mula-mula mengalami obliterasi dengan proliferasi
lapisan epitel, kemudian epitel diresopsi, tuba kedua dibentuk dan tuba pertama
mengalami rekanulisasi. Berbagai malformasi dapat terjadi pada kedua tuba ini,
misalnya fistula trakeoesofageal. Pada maturasi lanjut, kedua tuba ini terpisah
menjadi esofagus dan bagian laringotrakeal.1
Otot-otot laring pada mulanya muncul sebagai suatu sfingter intrinsik yang
terletak dalam tunas kartilago tiroid dan krikoid. Selama perkembangan
selanjutnya, sfingter ini terpisah menjadi massa otot-otot tersendiri (mudigah 13 –
16 mm). Otototot laring pertama yang dikenal adalah interaritenoid, ariepiglotika,
krikoaritenoid posterior dan krikotiroid. Otot-otot laring intrinsik berasal dari
mesoderm lengkung brakial ke 6 dan dipersarafi oleh N. Rekuren Laringeus. M.
Krikotiroid berasal dari mesoderm lengkung brakial ke 4 dan dipersarafi oleh N.
Laringeus Superior. Kumpulan otot ekstrinsik berasal dari eminensia epikardial
dan dipersarafi oleh N. Hipoglosus.3,4
Tulang hyoid akan mengalami penulangan pada enam tempat, dimulai
pada saat lahir dan lengkap setelah 2 tahun. Katilago tiroid akan mulai mengalami
penulangan pada usia 20 sampai 23 tahun, mulai pada tepi inferior. Kartilago
krikoid mulai usia 25 sampai 30 tahun inkomplit, begitu pula dengan aritenoid.5
Faring memiliki empat fungsi utama yaitu respirasi, menelan, resonansi
suara, dan artikulasi. Laring juga memiliki peranan penting dalam respiasi. Selain
respirasi, laring juga memiliki peranan penting lainnya yaitu untuk proteksi, batuk,
sirkulasi, menelan, emosi, dan fonasi. Kedua orang tersebut dapat terjadi kelainan
yang disebabkan beberapa sebab yaitu kelainan kongenital, infeksi, neoplasma,
trauma, dan sebab lainnya. Apabila terjadi kelainan pada kedua organ tersebut
maka fisiologi keduanya akan terganggu dan dapat memengaruhi gangguan pada
kualitas hidup pasien.6,7,8
3

1.2 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan
mengenai penyakit pada faring dan laring termasuk didalamnya definisi,
epidemiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, diagnosis dan diagnosis
banding, penatalaksanaan serta prognosis penyakit.

1.3 Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi penulis maupun
pembaca mengenai penyakit pada faring dan laring, termasuk didalamnya definisi,
epidemiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala, diagnosis dan diagnosis
banding, penatalaksanaan serta prognosis penyakit.

Anda mungkin juga menyukai