Anda di halaman 1dari 10

GANGGUAN KEPRIBADIAN OBSESIF KOMPULSIF

PENDAHULUAN
Setiap orang memiliki gaya berperilaku dan cara tertentu dalam menjalin
relasi dengan orang lain. Diantaranya seperti memiliki tipe kepribadian teratur, ada
yang memilih mengerjakan tugas sendirian, sedangkan yang lain lebih memilih
bekerja kelompok, beberapa memiliki tipe pengikut, sedangkan yang lain
memimpin. Saat pola perilaku menjadi begitu tidak fleksibel sehingga dapat
menyebabkan distress personal yang mengganggu fungsi sosial dan pekerjaan,
maka pola perilaku tersebut dapat didiagnosis sebagai gangguan kepribadian.
Gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah gangguan kepribadian yang
ditandai oleh kekakuan psikologis umum, seperti kaku untuk aturan dan prosedur,
perfeksionisme, kode moral, dan ketertiban berlebihan. Obsessive-Compulsive
Personality Disorder atau gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah
gangguan kepribadian yang melibatkan suatu obsession (ide menetap yang tidak
diinginkan) tentang kesempurnaan, aturan, dan pengaturan. Individu ini akan
merasa cemas saat mengetahui sesuatu tidak berjalan dengan baik. Ini akan
membuat kebiasaan dan aturan dalam mengerjakan sesuatu, apakah untuk dirinya
sendiri atau keluarganya.
Gangguan kepribadian obsesif kompulsif ini sangat berpengaruh terhadap
kehidupan individu yang dapat menimbulkan stres dan kecemasan yang
memengaruhi pikiran dan perilaku. Individu dengan gangguan obsesif kompulsif
adalah individu yang kaku dan pencemas yang tidak fleksibel, mereka merasa tidak
mampu bergerak akibat dari ketidakmampuan mereka untuk membuat keputusan.
Dalam usaha untuk memenuhi kesempurnaan yang tidak tercapai, mereka menjadi
terjebak dalam cara berpikir yang penuh kekhawatiran, dan perilaku mereka
menjadi tidak fleksibel hingga menjadi kaku. Individu dengan gangguan ini
cenderung memiliki hubungan interpersonal yang buruk.
Permasalahan tentang gangguan obsesif kompulsif ini menjadi menarik
dibahas karena sebenarnya ada banyak orang yang memiliki gangguan kepribadian
obsesif kompulsif namun permasalahan ini tidak banyak diketahui oleh banyak
orang dan menganggap bahwa gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah
masalah biasa yang tidak membutuhkan penanganan khusus. Padahal gangguan
kepribadian obsesif kompulsif sangat menghambat kehidupan interpersonal dan
menyebabkan seseorang memiliki kemampuan yang buruk dalam mengekspresikan
emosinya.
Kriteria diagnostik gangguan gangguan kepribadian obsesif kompulsif
adalah sebagai berikut:
1. Terpaku pada detail, aturan, urutan, organisasi, atau jadwal hingga inti
dari suatu kegiatan
2. Perfeksionis hinngga mempengaruhi penyelesaian tugas
3. Kesetiaan berlebih terhadap pekerjaan dan produktivitas hingga
menghilangkan kegiatan bersenang-senang dan pertemanan (bukan
karena keterbatasan ekonomi)
4. Kecenderungan untuk menjadi sangat teliti, cermat, dan tidak
fleksibel dalam masalah moral, etika,dan nilai-nilai
5. Ketidakmampuan untuk melepaskan benda-benda yang tidak penting
atau telah digunakan
6. Menolak untuk menyerahkan tugas kepada orang lain kecuali jika
mereka setuju untuk melakukan suatu hal dengan cara tertentu
7. Pelit terhadap diri dan orang lain
8. Kaku dan keras kepala

Prevalensi Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif berkisar antara 2.1-


7.9% dari populasi umum dan merupakan salah satu gangguan kepribadian yang
paling banyak ditemui. Lebih banyak terjadi pada laki-laki. Penyebabnya adalah
multifaktorial meliputi faktor biologis, faktor perilaku dan faktor psikososial.
Gangguan kepribadian obsesif kompulsif ini sangat sulit untuk disembuhkan dan
meskipun sudah ditangani, gangguan kecenderungan obsesif dan kompulsif ini
masih tetap ada dalam suatu titik tertentu. Penelitian tentang gangguan kepribadian
obsesif kompulsif ini selain dari bidang psikologi, juga terdapat penelitian yang
berkaitan dengan faktor biologis, dan juga neurologis, dimana ditemukan bahwa
struktur otak penderita gangguan kepribadian obsesif kompulsif ini memiliki
perbedaan dengan orang pada umumnya. Penelitian-penelitian tentang gangguan
kepribadian obsesif kompulsif ini masih terus berkembang sampai saat ini.
Gangguan ini bisa berkembang pada masa dewasa awal dan terdapat resiko atau
kemungkinan-kemungkinan tentang perkembangan gangguan kepribadian obsesif
kompulsif ini ke arah gangguan yang lain apabila gangguan ini tidak tertangani
dengan serius.

Definisi Gangguan Kepribadian Obsesif-Kompulsif

Kepribadian adalah totalitas sifat emosional dan perilaku yang menandai kehidupan
seseorang dari hari ke hari dalam kondisi yang biasanya; kepribadian relatif stabil
dan dapat diramalkan. Sedangkan gangguan kepribadian adalah suatu varian dari
sifat karakter tersebut yang diluar rentang yang ditemukan pada sebagian besar
orang. Hanya jika sifat kepribadian tidak fleksibel dan maladaptif dan dapat
menyebabkan gangguan fungsional yang bermakna atau penderitaan subjektif maka
dimasukkan sebagai kelas gangguan kepribadian. Orang yang mengalami
kepribadian biasanya memiliki tingkah laku yang kompleks dan berbeda-beda.
Istilah obsesi menunjuk pada suatu idea yang mendesak ke dalam pikiran.
Istilah kompulsi menunjuk pada dorongan atau impuls yang tidak dapat ditahan
untuk melakukan sesuatu (Maramis, W.F., 2005). Suatu obsesi adalah pikiran,
perasaan, gagasan atau sensasi yang berulang dan mengganggu. Suatu kompulsi
adalah pikiran atau perilaku yang disadari, standar, dan berulang, seperti
menghitung, memeriksa atau menghindar (Sadock B.J. and Virginia, A.S., 2010).
Terdapat beberapa persamaan antara obsesi dan kompulsi, yaitu : Suatu pikiran atau
dorongan mendesak ke alam sadar secara gigih dan terus menerus; timbul perasaan
takut yang hebat dan penderita berusaha untuk menghilangkan pikiran atau
dorongan itu ;Obsesi dan kompulsi itu dirasakan sebagai asing, tidak disukai, tidak
dapat diterima dan tidak dapat ditekan ; Penderita tetap sadar akan gangguan ini, ia
tetap mengenal bahwa hal ini tidak wajar dan tidak rasional, biarpun obsesi atau
kompulsi itu sangat hebat; Penderita merasakan suatu kebutuhan yang besar untuk
melawan obsesi dan kompulsi itu.
Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif ditandai oleh penyempitan
emosional, ketertiban, kekerasan hati, sikap keras kepala dan kebimbangan.
Gangguan ini sering terjadi pada pria dan sering pada anak tertua. Orang dengan
gangguan kepribadian obsesif-kompulsif memiliki keasyikan dengan keteraturan,
kebersihan, perincian dan pencapaian kesempurnaan. Biasanya orang tersebut
resmi dan serius dan seringkali tidak memiliki rasa humor. Mereka memaksakan
aturan supaya diikuti secara kaku dan tidak mampu untuk mentoleransi apa yang
dirasakannya sebagai pelanggaran. Karena takut mereka melakukan kesalahan,
mereka mengalami kebimbangan dan berpikir dalam waktu yang lama untuk
mengambil suatu keputusan.
Orang dengan gangguan obsesif-kompulsif dapat bekerja dengan baik
dalam posisi yang membutuhkan pekerjaan metodologis, deduktif atau terperinci.
Tetapi mereka rentan terhadap perubahan yang tidak diharapkan. Dilihat dari teori
kognitif-behavioral, pasien gangguan ini mempunyai perhatian yang tidak realistik
mengenai perfeksitas dan penolakan terhadap kesalahan. Jika gagal dalam
mencapai sebuah kesempurnaan, ia akan menganggap bahwa dirinya tidak
berharga.
Individu dengan gangguan obsesif kompulsif memiliki kemampuan yang
buruk dalam mengekspresikan emosi mereka. Mereka juga hanya memiliki
hubungan akrab dengan sedikit orang. Individu dengan gangguan ini berbeda
dengan seorang pekerja keras yang berusaha menyelesaikan pekerjaannya dengan
benar, mereka hanya menjadikan usaha untuk meraih kesempurnaan sebagai senjata
mereka dan bukan sebuah energi yang membangun diri mereka.
Gejala dari Obsesive-Compulsive personality disorder secara umum
memperlihatkan persamaan dengan Obsesive-Compulsive disorder. Perbedaannya
adalah bahwa dalam gangguan kepribadian obsesif-kompulsif lebih
memperlihatkan gejala-gejalanya dalam hubungan dengan interaksi sosial dan
lingkungannya. Pada kondisi normal, tidak sednag kumat, mereka adalah orang-
orang yang workaholic dan tampak sebagai seorang yang tidak membutuhkan
kegiatan senang-senang atau persahabatan. Biasanya ditemukan juga bahwa mereka
tampak sebagai seorang yang sangat moralistik, formal, dan posesif. Meskipun
sangat mempedulikan efisiensi, namun perfeksionisme dan obsesi terhadap
mengikuti aturan sering mengganggu penyempurnaan pelaksanaan tugas.
Gejala Gangguan Kepribadian Obsesif Kompulsif
Gejala utama dari gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah keasyikan
dengan detail, aturan, daftar, perintah, pengaturan, dan jadwal, menjadi sangat kaku
dan tidak luwes dalam keyakinan, menunjukkan kesempurnaan yang
mempengaruhi penyelesaian tugas, perhatian yang berlebihan pada hasil dengan
waktu mereka, menjadi sangat teliti, memiliki moral, etika, dan nilai yang teguh,
penyimpanan hal yang tidak akan lama memiliki nilai, dan enggan mempercayai
tugas atau pekerjaan kepada orang lain karena takut bahwa standar mereka tidak
akan ketemu.
Penyelesaian tugas atau masalah oleh pribadi gangguan kepribadian obsesif
kompulsif dapat dipengaruhi ketika waktu yang berlebihan digunakan untuk
memperoleh sesuatu yang dianggap benar. Hubungan pribadi dan sosial sering
dalam ketegangan serius karena pribadi gangguan kepribadian obsesif kompulsif
meminta dengan tegas tanggungjawab dan satu-satunya orang yang mengetahui apa
yang benar.
Ketidakbersihan terlihat pada pribadi gangguan kepribadian obsesif
kompulsif sebagai bentuk kurang sempurna, sebagai ketidakrapian. Mereka biasa
menghabiskan waktu dengan sikap yang tepat, sebagai contoh menempatkan
sesuatu secara tepat di tempat yang tepat dengan sikap yang tepat. Gangguan
kepribadian obsesif kompulsif menderita kecemasan tentang potensi kesalahan
pada kehidupan mereka.
Terdapat wilayah moral abu-abu bagi orang yang terkena gangguan
kepribadian obsesif kompulsif. Kegiatan dan keyakinannya harus selalu benar.
Seperti yang diketahui, hubungan antar pribadi sulit karena harapan yang
berlebihan pada teman, pasangan, dan anak-anak. Individu dengan gangguan ini
suatu saat dapat frustasi dengan orang lain karena tidak mengerjakan apa yang
mereka inginkan, sehingga mereka menumpahkan kemarahan mereka bahkan juga
melakukan kekerasan. Orang dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif
sering memiliki pandangan negatif kehidupan (pesimis) dengan sedikit bentuk
depresi. Ini menjadi saat yang serius untuk percobaan bunuh diri sebagai resiko
yang nya. Mereka menjaga rumah mereka secara sempurna, atau merasa cemas
untuk menugaskan pekerjaan kepada orang lain kecuali akan dikerjakan secara
sempurna.

Penyebab
Salah satu penyebab gangguan kepribadian obsesif kompulsif adalah faktor genetik.
Orang yang memiliki gen DRD3 akan berkembang menjadi gangguan kepribadian
obsesif kompulsif dan depresi, terutama pada laki-laki. Secara genetik, gangguan
kepribadian obsesif kompulsif belum akan muncul sampai ada pemicu oleh
peristiwa tertentu yang menjadi predisposisi gangguan kepribadian obsesif
kompulsif. Meskipun begitu, anak yang lahir dengan predisposisi (respon tubuh
terhadap penyakit yang sifatnya laten dan dapat muncul dalam keadaan tertentu)
genetik ini, tidak akan sepenuhnya memunculkan gangguan kepribadian obsesif
kompulsif. Gangguan ini juga tergantung pada konteks dimana anak-anak
dibesarkan. Jika gangguan kepribadian obsesif kompulsif muncul pada konteks
dimana anak-anak yang memiliki predisposisi genetik yang tinggi, gangguan
kepribadian obsesif kompulsif akan dipicu, dan kemudian berkembang pada anak-
anak. Sebagai contoh, jika anak-anak dibesarkan dalam keluarga yang menderita
gangguan kepribadian obsesif kompulsif, predisposisi anak akan terungkap dengan
sendirinya melalui sikap dan tingkah laku.

Kriteria Diagnostik (DSM V)


The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder fifth edition,
sebuah panduan yang digunakan secara luas untuk mendiagnosa gangguan
penyakit, mendefinisikan gangguan kepribadian obsesif kompulsif (obsessive-
compulsive personality disorder) (pada Axis II Cluster C) sebagai :
Sebuah pola keasyikan dengan keteraturan, kesempurnaan, dan kontrol
mental dan interpersonal dengan mengorbankan kebebasan, keterbukaan, dan
efisiensi. Dimulai pada saat awal dewasa dan ditunjukkan dalam konteks yang
bervariasi, dengan indikasi empat atau lebih dari daftar.
1. Keasyikan dengan detail, daftar, perintah, pengaturan, atau jadwal pada batas
dimana titik utama dari kegiatan menjadi hilang.
2. Mempertontonkan kesempurnaan yang mempengaruhi penyelesaian tugas
(seperti contoh, tidak dapat menyelesaikan proyek karena standar diri sendiri yang
kaku dan tidak bertemu).
3. Berlebih-lebihan bekerja dan produksi dengan pengecualian kegiatan waktu
senggang dan persahabatan (tidak dihitung sebagai keperluan yang bernilai
ekonomi).
4. Sangat teliti, kesopanan, dan keteguhan moral, etika, atau nilai (tidak dinilai oleh
identifikasi kultur atau agama).
5. Tidak dapat membiarkan objek usang atau tidak berguna bahkan ketika mereka
tidak memiliki nilai yang sentimental.
6. Enggan mendelegasikan tugas atau pekerjaan kepada orang lain jika mereka tidak
mengajukan secara tepat caranya mengerjakan.
7. Mengadopsi gaya pengeluaran yang kikir baik terhadap diri sendiri maupun
orang lain, uang dianggap sebagai sesuatu yang harus disimpan untuk masa depan
yang kacau.
8. Menunjukkan kekakuan dan keras kepala.

Perspektif menurut aliran-aliran


1. Perspektif psikoanalisis
Menurut pandangan psikoanalisa, obsesif-kompulsif timbul dari daya-
daya instinktif seperti seks dan agresivitas, yang tidak berada di bawah
kontrol individu karena toilet-training yang kasar. Sedangkan Adler
memandang gangguan kepribadian obsesif kompulsif ini sebagai hasil dari
perasaan tidak kompeten.
2. Perspektif kognitif-perilaku
Teori kognitif-perilaku memandang individu dengan gangguan ini
memiliki harapan yang tidak realistis tentang kesempurnaan dan selalu
menghindari kesalahan. Jika mereka gagal dalam mencapai diri ideal
mereka, maka mereka menganggap diri mereka tidak berharga. Dari sudut
pandang ini, mereka menilai keberhargaan dirinya melalui keberhasilan
mereka. Sehingga, orang dengan gangguan ini sebenarnya bermaslah
dalam hal penilaian terhadap diri mereka sendiri.

Treatment
Treatmemt untuk gangguan kepribadian obsesif kompulsif biasanya
melibatkan psikoterapi, farmakoterapi dan SSRI. Pada apembahasan ini akan
dibahas mengenai terapi-terapi untuk gangguan kepribadian obsesif-kompulsif.
1. Psikoterapi
Pasien dengan gangguan kepribadian obsesif kompulsif sering kali tahu
mereka sakit, dan mencari pengobatan atas kemauan sendiri. Cara yang
dipakai yaitu (1) asosiasi bebas, terapi yang tidak mengarahkan adalah hal
sangat dihargai oleh pasien gangguan kepribadian obsesif kompulsif yang
berlatih untuk bersosialisasi dan tidak berperilaku berlebihan, (2) terapi
Kelompok dan terapi prilaku.
2. Dialectical behavioral therapy
DBT menekankan pada saling memberi dan adanya negosiasi antara terapis
dan klien; antara rasional dan emosional, penerimaan dan perubahan. Target
yang ingin dicapai adalah penyesuaian antara berbagai permasalahan yang
sedang dihadapi klien dengan pengambilan keputusan secara tepat. Hal-hal
lain yang didapatkan klien dalam terapi ini adalah; pemusatan konsentrasi,
hubungan interpersonal (seperti keinginan asertif dan ketrampilan sosial),
menghadapi dan adaptasi terhadap distress, identifikasi dan mengatur reaksi
emosi secara tepat
3. Cognitive behavioral therapy
Cognitive behavioral therapy (CBT), secara umum CBT membantu
individu mengenali sikap dan perilaku yang tidak sehat, kepercayaan dan
pikiran negatif dan mengembalikannya secara positif.

Analisis P-Factor
Individu dengan Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif pada masa kanak-
kanaknya, apabila dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang memiliki gangguan
ini, maka akan sangat rentan terkena gangguan kepribadian ini. Karena, gen, pola
asuh yang diberikan orangtua akan sangat mempengaruhi perkembangan anak.
Gangguan kepribadian obsesif-kompulsif lebih memperlihatkan gejala-gejalanya
dalam hubungan dengan interaksi sosial dan lingkungannya, seperti pengekspresian
emosi yang tidak baik dan juga hanya memiliki sedikit hubungan interpersonal
dengan orang lain. Meskipun gangguan kecemasan obsesif kompulsif dan
gangguan kepribadian obsesif kompulsif sama-sama memiliki kekacauan dalam
kepribadiannya, tetapi dalam gangguan kecemasan obsesif kompulsif tidak
ditemukan pola perilaku yang ada pada gangguan kepribadian obsesif kompulsif.
Gangguan kepribadian obsesif kompulsif ini, memiliki karakteristik yang sama
dengan karakteristik gangguan kepribadian tipe A (skizotipal, skizoid, dan
paranoid) yaitu seperti keasyikkan dengan pekerjaan, kompetitif, waktu yang
mendesak. Gangguan kepribadian obsesif kompulsif ini juga memiliki
kemungkinan berhubungan dengan depresi, gangguan bipolar dan gangguan
makan.
Suatu gangguan yang muncul pada individu biasanya tidak semata-mata
merupakan sebuah gangguan tunggal. Akan tetapi terdapat pula gangguan yang
menyertainya. Baik gangguan yang sudah dimiliki sedari awal, yang dapat memicu
timbulnya gangguan selanjutnya, maupun gangguan lain yang muncul karena
akibat dari gangguan sebelumnya.
Individu yang menderita gangguan kepribadian biasanya akan selalu
didiagnosa dengan simtom-simtom depresi. Individu yang mengalami gangguan
kepribadian obsesif kompulsif apabila tidak mampu mencapai kesempurnaan dan
mendapatkan kegagalan akan cenderung mengembangkan simtom-simtom depresi.
Pada individu yang menderita bipolar, simtom-simtom dari obsesif kompulsif ini
juga ditemukan. Sementara itu, pada individu yang mengalami gangguan anoreksia
nervosa juga ditemukan simtom-simtom dari gangguan kepribadian obsesif
kompulsif.
Referensi
The relationship between obsessive-compulsive personality disorder traits,
obsessive-compulsive disorder and excessive exercise in patients with anorexia
nervosa: a systematic review
Sarah Young,corresponding author1 Paul Rhodes,1 Stephen Touyz,1 and Phillipa
Hay2,3

Anda mungkin juga menyukai