Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Seiring dengan berkembangnya zaman, ilmu pengetahuan dan teknologi
kian menunjukkan eksistansinya sebagai pembawa perubahan di zaman yang
serba maju. Sebagai imbas dari ini, banyak sektor – sektor industri yang
menggunakan fasilitas atau peralatan dengan teknologi yang canggih guna
mendapatkan hasil yang lebih optimal dan efisien.
Perkembangan teknologi dan komunikasi yang begitu cepat telah banyak
memberikan kemudahan bagi manusia terutama untuk melakukan komunikasi dan
mendapatkan informasi tanpa dibatasi oleh waktu. Dalam aktifitas kehidupan
sehari-hari banyak tergantung dari penggunaan informasi. Seperti halnya
penggunaan pesawat penerima radio yang menjadi barang yang biasa dimiliki
setiap orang. Komunikasi dengan menggunakan radio adalah salah satu cara
bertukar informasi yang cukup banyak dimanfaatkan.
Dilihat dari jenis modulasinya radio penerima dibedakan menjadi radio AM
dan radio FM. Namun, untuk sekarang ini radio yang sering digunakan yaitu radio
FM. Pada awalnya radio FM hanya digunakan untuk menyalurkan sinyal suara
saja tetapi seiring berkembangnya teknologi ternyata radio FM juga mampu
menyalurkan sinyal data, sinyal data tersebut terlebih dahulu harus ditumpangkan
ke sinyal gelombang pembawa, yang biasanya gelombang sinusoidal dan di
penerima data tersebut diubah kembali sesuai data yang dikirim, proses ini yang
dinamakan modulasi-demodulasi. Frekuensi FM secara luas digunakan pada
perangkat telekomunikasi untuk mengirimkan suara tanpa noise (gangguan).
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai sistem modulasi pada aplikasi
modulasi gelombang (Radio FM), dengan kata lain konsep dari radio FM. Dari
makalah ini kita dapat mengetahui teori yang mendasari aplikasi modulasi
gelombang khususnya pada radio FM serta bagian – bagiannya sehingga dapat
menambah perbendaharaan pengetahuan yang kita miliki tentang aplikasi
modulasi gelombang.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain
yaitu
1. Apakah yang dimaksud dengan Modulasi Frekuensi (FM)?
2. Bagaimana prinsip dasar atau teknik penyiaran pada radio FM?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang disebutkan di atas, maka tujuan dari
pembuatan makalah ini yaitu
1. Mengetahui dan memahami tentang Modulasi Frekuensi (FM)
2. Mengetahui prinsip dasar atau teknik penyiaran pada radio FM
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Modulasi dan Demodulasi


Suatu informasi dapat ditransmisikan dari satu tempat ke tempat lain untuk
beracam – macam tujuan. Sebuah contoh yang paling umum adalah komunikasi
telepon. Keterbatasan komunikasi lewat jaringan telepon adalah perlu adanya
terminal control dan jaringan kabel telepon yang menghubungkan rumah-rumah,
kantor, dan tempat – tempat lainnya ke pusat kontrol. Bentuk lain komunikasi
yang tidak memerlukan adanya jaringan kabel adalah melalui teknik modulasi.
Modulasi adalah suatu proses dimana parameter dari suatu gelombang
divariasikan secara proposional terhadap gelombang lain. Parameter yang diubah
tergantung pada besarnya modulasi yang diberikan. Proses modulasi
membutuhkan dua buah sinyal pemodulasi yang berupa sinyal informasi dan
sinyal pembawa (carrier) dimana sinyal informasi tersebut ditumpangkan oleh
sinyal carrier.
Maka secara garis besar dapat diasumsikan bahwa modulasi merupakan
suatu proses dimana gelombang sinyal termodulasi ditransmisikan dari transmitter
ke receiver. Pada sisi receiver sinyal modulasi yang diterima dikonversikan
kembali kebentuk asalnya, proses ini disebut dengan demodulasi. Rangkaian yang
digunakan untuk proses modulasi disebut dengan modulator, sedangkan rangkaian
yang digunakan untuk proses demodulasi disebut demodulator. Contoh modulasi
adalah proses penyiaran suara atau musik yang dipancarkan melalui sebuah
pemancar radio. Sedangkan contoh demodulasi adalah proses penerimaan suara
atau musik oleh sebuah pesawat penerima radio.
Modulasi terbagi menjadi dua bagian yaitu modulasi sinyal analog dan
modulasi sinyal digital.
2.1. 1 Modulasi Analog
Modulasi analog adalah proses pengiriman sinyal data yang masih berupa
sinyal analog atau berbentuk sinusoidal. Adapun yang termasuk kedalam
modulasi analog adalah Amplitude Modulation (AM), Frequency Modulation
(FM), dan Phase Modulation (PM).
1. Amplitude Modulation (AM)
Amplitude Modulation (AM) adalah modulasi yang paling sederhana.
Gelombang pembawa (carrier wave) diubah amplitudonya sesuai dengan signal
informasi yang akan dikirimkan. Modulasi ini disebut juga linear modulation,
artinya bahwa pergeseran frekuensinya bersifat linier mengikuti signal informasi
yang akan ditransmisikan.
2. Frequency Modulation (FM)
Frequency Modulation (FM) adalah nilai frekuensi dari gelombang
pembawa (carrier wave) diubah-ubah menurut besarnya amplitudo dari sinyal
informasi. Karena noise pada umumnya terjadi dalam bentuk perubahan
amplitudo, FM lebih tahan terhadap noise dibandingkan dengan AM.
3. Phase Modulation (PM)
Phase Modulation (PM) adalah proses modulasi yang mengubah fasa
sinyal pembawa sesuai dengan sinyal pemodulasi atau sinyal pemodulasinya.
Sehingga dalam modulasi PM amplitudo dan frekuensi yang dimiliki sinyal
pembawa tetap, tetapi fasa sinyal pembawa berubah sesuai dengan informasi.
2.1. 2 Modulasi Digital
Sedangkan modulasi digital adalah teknik pengkodean sinyal dari sinyal
analog ke dalam sinyal digital (bit-bit pengkodean). Pada teknik ini, sinyal
informasi digital yang akan dikirimkan dipakai untuk mengubah frekuensi dari
sinyal pembawa. Dalam komunikasi digital, sinyal informasi dinyatakan dalam
bentuk digital berupa biner ”1” dan ”0”, sedangkan gelombang pembawa
berbentuk sinusoidal yang termodulasi disebut juga modulasi digital. Adapun
yang termasuk kedalam modulasi digital adalah Amplitude Shift Keying (ASK),
Frequency Shift Keying (FSK), dan Phase Shift Keying (PSK). Karena pokok
bahasan kita adalah tentang sistem modulasi pada radio FM, maka fokus dalam
makalah ini modulasi frekuensi (FM).
2.2 Radio FM
Sejak diketemukannya tabung triode oleh Lee De Forest di tahun 1904,
maka per-kembangan teknik radio maju pesat. Bentuk lahirnya yang mula-mula
primitif, semakin lama, semakin komplex menuju ke arah kesempurnaan. Di awal
perkembangannya, radio broadcasting memakai sistem transmisi AM (Am-
plitude Modulasi) seperti diuraikan diatas, tetapi karena sinyal transmissi AM
mem-punyai banyak kelemahan, antara lain mudah terganggu oleh sumber medan
listrik-magnit luar seperti, dinamo, petir, lampu neon, dsb, maka tidak cocok
untuk menya-lurkan informasi Audio yang mempunyai kualitas Hi-Fi.
Tetapi kemudian di tahun 1936, Armstrong menemukan sistem transmisi
baru yang kemampuannya jauh lebih baik dari sistem AM, terutama dalam
kekebalan terhadap gangguan luar dan kesanggupan menyalurkan informasi
suara-musik bebas dari noise. Sistem ini diberi nama Modulasi Frekuensi
disingkat FM. Dengan sistem FM, penyaluran musik menjadi jauh lebih sempurna
dibanding AM, dimana dapat direproduksi suara musik yang jernih, tajam sesuai
dengan aslinya. Komposisi bass dan treble terpadu harmonis dalam siaran FM
tersebut, berbeda dengan siaran AM yang menyajikan musik dengan treble tumpul
serta noissy.
Radio AM jika modulasi yang digunakan modulasi amplitudo yang
mempunyai sifat amplitudo sinyal termodulasi bervariasi mengikuti variasi
amplitudo sinyal informasi. Radio Sedangkan radio FM jika modulasi yang
digunakan modulasi frekuensi, yaitu sinyal termodulasi frekuensi bervariasi
mengikuti variasi amplitudo sinyal infotmasi. Frekuensi pembawa radio modulasi
amplitudo (AM) dalam cakupan 535 sampai 1605 kHz. Pembawa frekuensi dari
540 sampai 1600 kHz ditandai dengan interval 10 kHz. Radio FM mempunyai
band dari 88 sampai 108 MHz antara televisi kanal 6 dan 7 VHF. Stasiun FM
ditandai dengan frekuensi senter pada 200 kHz pemisahan dimulai pada 88,1 MHz
untuk maksimum 100 stasiun. Stasiun FM ini mempunyai deviasi maksimum 75
kHz dari frekuensi senter upper 25 kHz dan lower “jalur pemandu’ untuk
meminimkan interaksi dengan pengaturan band frekuensi.
2.2. 1 Modulasi Frekuensi
Pada modulasi frekuensi sinyal informasi mengubah-ubah frekuensi
gelombang pembawa, sedangkan amplitudanya konstan selama proses modulasi.
Proses modulasi frekuensi digambarkan sebagai berikut:

Besar perubahan frekuensi (deviasi), δ, dari sinyal pembawa sebanding dengan


amplituda sesaat sinyal pemodulasi, sedangkan laju perubahan frekuensinya sama
dengan frekuensi sinyal pemodulasi. Persamaan sinyal FM dapat dituliskan
sebagai berikut:
𝑒𝐹𝑀 = 𝑉𝑐 sin( 𝜔𝑐 𝑡 + 𝑚𝑓 sin 𝜔𝑚 𝑡)
Dimana,
𝑒𝐹𝑀 : Nilai sesaat sinyal FM
𝑉𝑐 : Amplituda maksimum sinyal pembawa
𝜔𝑐 : 2 𝜋 𝑓𝑐 dengan 𝑓𝑐 adalah frekuensi sinyal pembawa
𝜔𝑚 : 2 𝜋 𝑓𝑚 dengan 𝑓𝑚 adalah frekuensi sinyal pemodulasi

𝑚𝑓 = : Indeks modulasi frekuensi
𝑓𝑚

Modulasi frekuensi juga dikenal sebagai modulasi fase ketika modulasi


dari gelombang pembawa di integralkan terhadap waktu pada sinyal FM. FM
biasanya digunakan pada broadcasting musik and pidato, sitem radio, sistem pada
tape recorder dan beberapa sistem pada video transmisis. Pada sistem radio
modulasi frekuensi menyebabkan pengurangan gangguan dan lebih
mengefisienkan bandwith.
2.2. 2 Spektrum Frekuensi Sinyal FM
Spektrum frekuensi sinyal FM dapat digambarkan sebagai berikut.

Untuk mengetahui seberapa lebar spektrum frekuensi sinyal termodulasi FM,


tentu saja dimulai dari persamaan gelombang FM yang berbentuk fungsi sinus
dari fungsi sinus. Penyelesaiannya memasukkan fungsi Bessel), yaitu,

v = A { J0 (mf ) sin ωCt


+ J1 (mf ) [ sin (ωC + ωm) t – sin (ωC - ωm) t]
+ J2 (mf ) [ sin (ωC + 2ωm) t + sin (ωC - 2ωm) t]
+ J3 (mf ) [ sin (ωC + 3ωm) t – sin (ωC - 3ωm) t]
+ J4 (mf ) [ sin (ωC + 4ωm) t + sin (ωC - 4ωm) t] .... }

Dalam persamaan di atas nampak simbol Jn (mf ), yang maksudnya adalah,


koefisien fungsi Bessel ke-n sebagai fungsi index modulasi mf. Selengkapnya
nilai koefisien tersebut ditunjukkan pada Tabel-1, yang diturunkan dari rumus
fungsi Bessel sebagai berikut.

 1 (m f / 2)2 (m f / 2)4 (m f / 2)6 


n
 mf 
Jn (mf ) =        .......
 2   n! 1!(n  1)! 2!(n  2)! 3!(n  1)! 
Dari persamaan di ata nampak bahwa spektrum gelombang FM menjadi
tidak terbatas walaupun spektrum yang berada simetris terhadap frekuensi carrier,
fC, mempunyai amplitudo yang makin lama mengecil sesuai koefisien fungsi
Bessel yang bersesuaian. Nilai spektrum terjauh dapat dilihat dari Tabel-1, yaitu
pada nilai koefisien J yang terakhir untuk nilai index modulasi tertentu.
Sementara pada sistem AM, spektrum hanya terbatas pada LSB dan USB-nya.
Tetapi dalam praktek pengoperasiannya, pembatasan bandwidth RF tersebut
dilakukan yang merupakan satu rekomendasi ITU-R, yang diterapkan pada bidang
penyiaran misalnya.
Dari Tabel-1, nampak bahwa sangat mungkin melakukan penilaian ukuran
carrier dan setiap sideband untuk nilai tertentu index modulasi, mf, sehingga kita
dapat menggam-barkan spektrum tersebut pada berbagai nilai index modulasi
seperti ditunjukkan pada gambar di bawah. Index modulasi akan berubah oleh
dua peubah, yaitu, nilai deviasi frekuensi, δ, dan frekuensi sinyal pemodulasi, fm.
Nampak pada gambar di bawah, bahwa perubahan dua peubah itu akan
menghasilkan spektrum yang berbeda walaupun nilai index modulasi yang
dihasilkan sama. Ini dapat dilihat pada nilai mf = 0,5 untuk dua kondisi (a) dan (b)
Gambar Spektogram sinyal FM
(a) fm konstan, δ bertambah; (b) δ konstan, fm bertambah

Bandwidth FM dapat diperkirakan secara cepat dengan menggunakan rumusan


Carson’s rule, yang menentukan nilainya merupakan dua kali jumlah deviasi dan
frekuensi tertinggi sinyal pemodulasi seperti ditunjukkan pada persamaan
BFM = 2 (δ + fm )
2.2. 3 Penerima Radio FM
Lebar band masing-masing stasiun FM cukup lebar untuk menyiarkan
fidelitas tinggi. Frekuensi senter secara langsung dimodulasi dijumlahkan dari
sinyal audio kanal kiri dan kanan. Sinyal subpembawa 38 kHz dimodulasikan
dengan pembawa dan sinyal sub pembawa dimodulasi untuk membedakan sinyal
audio kiri-kanan. FM tuner mengkodekan sinyal dan memisahkan kanal audio kiri
dan kanan. Radio FM menggunakan penggambaran listrik dari sumber suara
untuk memodulasi frekuensi gelombang pembawa. Pada penerima berakhir dalam
proses pendeteksian gambaran dilepaskan dari pembawa dan dikembalikan ke
dalam suara oleh speaker. Pada saat informasi siaran dari stasiun radio FM,
gambaran listrik suara (yang diambil dari mikrophon atau sumber program lain)
digunakan untuk memodulasi frekuensi pembawa yang dipancarkan dari antena
pemancar stasiun radio. Ini sangat berbeda dengan radio AM dimana sinyal
digunakan untuk memodulasi amplitudo sinyal pembawa.
Band FM spektrum elektromagnetik berada diantara 88 MHz dan 108
MHz, gelombang pembawa untuk stasiun secara individu dipisahkan 200
kHzmaksmimum untuk 100 stasiun. Stasiun FM mempunyai deviasi maksmimum
75 kHz dari frekuensi senter, yang berada 25 kHz di atas dan dibawah band
pemandu untuk untuk meminimkan interaksi dengan bidang frekuensi yang
bersebelahan. Pemisahan stasiun FM lebih lebar dari pada untuk stasiun AM,
memungkinkan band frekuensi siaran lebih lebar untuk menyiarkan music
fidelitas lebih tinggi. Ini juga mengijinkan penggunaan sub pembawa yang
memungkinkan sinyal siaran FM stereo.
Pada penerima FM (yang juga ada di pesawat televisi), sinyal radio yang
hilang akan menyebabkan terdengar suara desis noise yang cukup keras. Karena
mengganggu, sebagian besar penerima FM dilengkapi dengan rangkaian squelch
yang berfungsi untuk mematikan audio jika tidak terdeteksi adanya sinyal siaran.
Pada radio komunikasi VHF dan UHF (yang juga menggunakan FM), rangkaian
squelch dapat diatur sedemikian rupa sehingga masih dapat mendengarkan sinyal
suara yang volumenya sedikit di atas desis noise.
2.2. 4 Pemancar FM
Tujuan dari pemancar FM adalah untuk merubah satu atau lebih sinyal
input yang berupa frekuensi audio (AF) menjadi gelombang termodulasi dalam
sinyal RF (Radio Frekuensi) yang dimaksudkan sebagai output daya yang
kemudian diumpankan ke sistem antena untuk dipancarkan. Dalam bentuk
sederhana dapat dipisahkan atas modulator FM dan sebuah power amplifier RF
dalam satu unit. Sebenarnya pemancar FM terdiri atas rangkaian blok subsistem
yang memiliki fungsi tersendiri, yaitu:
1. FM exciter merubah sinyal audio menjadi frekuensi RF yang sudah
termodulasi
2. Intermediate Power Amplifier (IPA) dibutuhkan pada beberapa pemancar
untuk meningkatkan tingkat daya RF agar mampu menghandle final stage
3. Power Amplifier di tingkat akhir menaikkan power dari sinyal sesuai yang
dibutuhkan oleh sistem antenna
4. Catu daya (power supply) merubah input power dari sumber AC menjadi
tegangan dan arus DC atau AC yang dibutuhkan oleh tiap subsistem
5. Transmitter Control System memonitor, melindungi dan memberikan
perintah bagi tiap subsistem sehingga mereka dapat bekerja sama dan
memberikan hasil yang diinginkan
6. RF lowpass filter membatasi frekuensi yang tidak diingikan dari output
pemancar
7. Directional coupler yang mengindikasikan bahwa daya sedang dikirimkan
atau diterima dari sistem antenna
Pada sistem pemancar FM terdapat tiga bagian penting yaitu Voltage
Controlled Oscillator (VCO), penyangga atau buffer dan penguat akhir atau
tranducer. Frekuensi pemancar FM berada pada rentang 88 MHz-108 MHz.
2.2. 5 Diagram Blok Sistem Pemancar FM
Pada dasarnya diagram blok sistem pemancar FM sama dengan diagram
blok sistem AM, yaitu terdapat dua jalur pengolahan sinyal, sinyal pemodulasi
dan sinyal carrier. Perbedaan pengolahan hanya berbeda proses modulasinya serta
pengolahan sinyal pemodulasinya yang berkaitan dengan proses modulasi FM.
Tetapi jalur pengolahan sinyal carrier pada dasarnya sama. Diagram sisi
pemancar sistem FM ditunjukkan seperti pada gambar di bawah

2.2. 6 FM Exciter
Jantung dari pemancar siaran FM terletak pada exciter-nya. Fungsi dari
exciter adalah untuk membangkitkan dan memodulasikan gelombang pembawa
dengan satu atau lebih input (mono, stereo, SCA) sesuai dengan standar FCC.
Gelombang pembawa yang telah dimodulasi kemudian diperkuat oleh wideband
amplifier ke level yang dibutuhkan oleh tingkat berikutnya. Direct FM merupakan
teknik modulasi dimana frekuensi dari oscilator dapat diubah sesuai dengan
tegangan yang digunakan. Seperti halnya oscilator, disebut voltage tuned oscilator
(VTO) dimungkinkan oleh perkembangan dioda tuning varaktor yang dapat
merubah kapasitansi menurut perubahan tegangan bias reverse (disebut juga
voltage controlled oscillator atau VCO). Kestabilan frekuensi dari oscillitor direct
FM tidak cukup bagus, untuk itu dibutuhkan automotic frekuensi control system
(AFC) yang menggunakan sebuah Kristal oscillator stabil sebagai frekuensi
referensi. Komponen AFC berperan sebagai pengatur frekuensi yang dibangkitkan
oscillator lokal untuk dicatukan ke mixer, sehingga frekuensi oscillator menjadi
stabil.
BAB III
METODE DAN PEMBAHASAN

Seperti yang telah disebutkan, pada modulasi frekuensi maka frekuensi


sinyal pembawa diubah-ubah sehingga besarnya sebanding dengan besarnya
amplitudo sinyal pemodulasi. Semakin besar amplitudo sinyal pemodulasi, maka
semakin besar pula frekuensi sinyal termodulasi FM. Besar selisih antara
frekuensi sinyal termodulasi FM pada suatu saat dengan frekuensi sinyal
pembawa disebut deviasi frekuensi. Deviasi frekuensi maksimum didefinisikan
sebagai selisih antara frekuensi sinyal termodulasi tertinggi dengan terendahnya.
Indeks modulasi FM (mf) merupakan perbandingan antara deviasi

frekuensi maksimum dengan frekuensi sinyal pemodulasi mf = δ / fm . Besarnya

indeks modulasi FM dapat dipilih sebesar mungkin sejauh tersedia bandwidth


(lebar bidang) untuk keperluan transmisinya. Biasanya besarnya indeks modulasi
ini akan dimaksimalkan dengan cara mengatur besarnya deviasi frekuensi
maksimal yang diijinkan.
Kemudian untuk persamaan gelombang FM dinyatakan sebagai berikut.

𝑒𝐹𝑀 = 𝑉𝑐 sin( 𝜔𝑐 𝑡 + 𝑚𝑓 sin 𝜔𝑚 𝑡)


Penyelesaian untuk komponen-komponen frekuensi gelombang FM
membutuhkan penggunaan suatu alat matematika yaitu Fungsi Bessel. Fungsi
Bessel memperlihatkan bahwa modulasi frekuensi suatu signal pembawa dengan
gelombang sinus asli secara aktual membangkitkan suatu bilangan tidak hingga
sideband-sideband (komponen-komponen) dijarakkan di majemuk frekuensi
signal informasi, fi, diatas dan dibawah signal pembawa. Solusi fungsi Bessel
untuk persamaan FM adalah:

+ Vc {J1 (mf) [sin (ωc + ωm )t - sin (ωc - ωm )t]}

+ V {J (m ) [sin (ω + 2ω )t - sin (ω - 2ω )t]}


c 2 f c m c m

+ Vc {J3 (mf) [sin (ωc + 3ωm )t - sin (ωc - 3ωm )t]}


+ Vc {J4 (mf) [sin (ωc + 4ωm )t - sin (ωc - 4ωm )t]}

+ ………
dengan
eFM : amplitudo sesaat gelombang termodulasi FM

Vc : amplitudo puncak pembawa

J : penyelesaian fungsi Bessel orde ke-n untuk indeks modulasi


n

mf : indeks modulasi FM

dan
Vc J0 (mf) sin ωc t = komponen frekuensi pembawa

Vc{J1 (mf) [sin (ωc+ωm)t - sin (ωc - ωm)t]} = komp. bid. sisi pertama

Vc {J2 (mf) [sin (ωc + 2ωm )t - sin (ωc - 2ωm )t]} = komp. bid. sisi ke-dua

vc {J3 (mf) [sin (ωc + 3ωm )t - sin (ωc - 3ωm )t]} = komp. bid. sisi ke-tiga

Vc {J4 (mf) [sin (ωc + 4ωm )t - sin (ωc - 4ωm )t]} = komp. bid. sisi ke-empat

Vc {J4 (mf) [sin (ωc + 5ωm )t - sin (ωc - 5ωm )t]} = komp. bid. sisi ke-lima

Penyelesaian fungsi Bessel orde ke-n untuk berbagai indeks modulasi dapat
dilihat pada gambar di bawah
Dengan memasukkan nilai-nilai indeks modulasi, frekuensi pembawa, dan
frekuensi pemodulasinya maka dapat ditentukan pula penyelesaian fungsi Bessel
yang bersangkutan. Selanjutnya dapat digambarkan spektrum frekuensi sinyal
termodulasi FM yang bersangkutan.
Lebar-bidang yang dibutuhkan untuk mentransmisikan sinyal FM adalah
sebagai berikut
BW = 2 ( n . fm )
Dengan n adalah nilai tertinggi komponen bidang-sisi dan fm adalah frekuensi
tertinggi pemodulasi. Oleh karena pada kenyataannya nilai n mencapai tak hingga,
maka secara teoritis lebar bidang yang dibutuhkan adalah tak hingga pula. Namun,
amplitudo komponen bidang sisi untuk n yang bernilai besar menjadi tidak terlalu
signifikan sehingga kontribusinya dapat diabaikan. Dengan pertimbangan ini,
maka nilai n yang digunakan untuk menentukan lebar bidang adalah nilai n yang
masih memberikan kontribusi signifikan pada amplitudo komponen bidang
sisinya. Kontribusi yang dapat dianggap signifikan adalah yang memberikan
tegangan sebesar minimal 1% atau – 40 dB. Hal ini dapat dilihat pada tabel fungsi
Bessel, misalnya untuk mf sebesar 5 maka jumlah n yang signifikan adalah 8
(sampai dengan J8 , untuk n > 8 diabaikan). Pada tahun 1938 J.R. Carson
menyatakan bahwa untuk mentransmisikan sinyal termodulasi FM dibutuhkan
lebar bidang minimal dua kali jumlahan deviasi frekuensi dengan frekuensi
maksimum sinyal termodulasi. Selanjutnya hal ini dikenal dengan Carson’s rule
dan dapat dinyatakan sebagai:
BW = 2 ( δ + fm )
Pada FM (Frekuensi Modulation) merupakan kasus khusus dari modulasi
sudut (angular modulation). Dalam sistem modulasi sudut frekuensi dan fasa dari
gelombang pembawa berubah terhadap waktu menurut fungsi dari sinyal yang
dimodulasikan (ditumpangkan). Misal persamaan gelombang pembawa
dirumuskan sebagai berikut :
Uc = Ac sin (wc θ + c)
Dalam modulasi amplitudo (AM) maka nilai ‘Ac‘ akan berubah-ubah menurut
fungsi dari sinyal yang ditumpangkan. Sedangkan dalam modulasi sudut, yang
diubah - ubah adalah salah satu dari komponen ‘wc θ+ c‘. Jika yang diubah-ubah
adalah komponen ‘wcθ‘ maka disebut Frekuensi Modulation (FM). Jadi dalam
sistem FM sinyal modulasi (yang ditumpangkan) akan menyebabkan frekuensi
dari gelombang pembawa berubah-ubah sesuai perubahan frekuensi dari sinyal
modulasi.
Pada siaran radio, dalam pengoperasiannya menggunakan teknik modulasi,
di mana sinyal yang menumpang adalah sinyal suara, sedangkan yang ditumpangi
adalah sinyal radio yang disebut sinyal pembawa (carrier). Teknik modulasi yang
sering dipakai adalah FM. Gelombang/sinyal carrier adalah gelombang radio yang
mempunyai frekuensi jauh lebih tinggi dari frekuensi sinyal informasi. Berbeda
dengan sinyal suara yang mempunyai frekuensi beragam dengan rentang 20 Hz
hingga 20 kHz, sinyal carrier ditentukan pada satu frekuensi saja. Di Indonesia,
alokasi frekuensi sinyal carrier untuk siaran FM ditetapkan pada frekuensi 87,5
MHz - 108 MHz.
Sinyal radio dipancarkan menggunakan gelombang pembawa. Pemancar
radio mengubah, atau melakukan modulasi gelombang radio agar dapat
menyampaikan informasi. Pada pemancar radio dengan teknik modulasi FM,
frekuensi gelombang carrier akan berubah seiring perubahan sinyal suara atau
informasi lainnya. Amplitudo gelombang carrier relatif tetap. Setelah dilakukan
penguatan daya sinyal (agar bisa dikirim jauh), gelombang yang telah tercampur
tadi dipancarkan melalui antena. Gelombang ini akan mengalami redaman oleh
udara dan mendapat interferensi dari frekuensi-frekuensi lain, noise, atau bentuk-
bentuk gangguan lainnya. Tetapi, karena gangguan itu umumnya berbentuk
variasi amplitudo, kecil kemungkinan dapat memengaruhi informasi yang
menumpang dalam frekuensi gelombang carrier. Pesawat penerima radio
menangkap sinyal ini, memperkuat dan kemudian mengartikannya. Akibatnya,
mutu informasi yang diterima tetap baik. Dan kualitas audio yang diterima juga
lebih. Namun, FM memiliki jangkauan siaran terbatas (75 km), dibalik
gunung/bukit tidak bisa ditangkap siarannya.
BAB IV
KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan yang telah disebutkan, maka dapat diambil


beberapa kesimpulan yaitu
1. Modulasi Frekuensi (FM) merupakan salah satu contoh modulasi analog yang
nilai frekuensi dari gelombang pembawa (carrier wave) diubah-ubah menurut
besarnya amplitudo dari sinyal informasi. Atau dapat didefinisikan sebagai
deviasi frekuensi sesaat sinyal pembawa (dari frekuensi tak termodulasinya)
sesuai dengan amplitudo sesaat sinyal pemodulasi.
2. prinsip dasar atau teknik penyiaran pada radio FM yaitu sinyal radio
dipancarkan menggunakan gelombang pembawa. Pemancar radio mengubah,
atau melakukan modulasi gelombang radio agar dapat menyampaikan
informasi. Kemudian, frekuensi gelombang carrier akan berubah seiring
perubahan sinyal suara atau informasi lainnya. Amplitudo gelombang carrier
relatif tetap. Setelah dilakukan penguatan daya sinyal, gelombang yang telah
tercampur tadi dipancarkan melalui antena. Gelombang ini akan mengalami
redaman oleh udara. Pesawat penerima radio menangkap sinyal ini,
memperkuat dan kemudian mengartikannya.
DAFTAR PUSTAKA

Budi P, Arjuni. 2010. “Dasar Sistem Telekomunikasi”. (Online)


http://file.upi.edu/Direktori/FPTK/JUR._PEND._TEKNIK_ELEKTRO/196406071
995122ARJUNI_BUDI_PANTJAWATI/EK_462_Sistem_Komunikasi_Digital/MO
DUL_DASAR_TELEKOMUNIKASI.pdf diakses pada tanggal 4 Desember 2014
Handayani, Rif’ati Dina. 2013. “Modul Gelombang”. Jember : Universitas
Jember
Nasir, Muhammad. 2012. “Gelombang Fm Dan Am”. (Online)
http://masnasir.files.wordpress.com/2012/02/gelombang-fm-dan-am.pdf diakses
pada tanggal 29 November 2014
Rayun, Nimas. http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/543/jbptunikompp-gdl-
nimasrayun-27125-5-unikom_n-i.pdf diakses pada tanggal 29 November 2014
Waluyanti, Sri. 2008. “Teknik Audio Video” . (Online)
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/BAB%20IV%20PRODUKSI%20SINYAL%
20AUDIO.pdf diakses pada tanggal 4 Desember 2014

Anda mungkin juga menyukai