Anda di halaman 1dari 2

1. Sebagai pusat pemerintahan dan politik.

Pada Zaman Rasulullah, sebagai Kepala Pemerintah


dan Kepala Negara Rasululah Muhammad SAW tidak mempunyai istana seperti halnya para
raja pada waktu itu, beliau menjalankan roda pemerintahan dan mengatur umat Islam di
Masjid, permasalahan-permasalahan umat beliau selesaikan bersama-sama dengan para
sahabat di Masjid bahkan hingga mengatur strategi peperangan.

Tradisi ini kemudian tetap dilestarikan oleh para khulafaur Rasyidin dan khalifah-khalifah
setelahnya, namun pada perkembanganya di bidang pemerintahan masjid hanya di jadikan
simbol pemerintahan Islam, walaupun terletak biasanya di pusat pemerintahan berdampingan
dengan pusat kekuasaan.

Di penghujung abad ke-20, peranan masjid sebagai tempat berpolitik mulai meningkat. Saat
ini, partisipasi kepada masyarakat mulai menjadi agenda utama masjid-masjid di daerah
Barat. Karena melihat masyarakat sekitar adalah penting, masjid-masjid digunakan sebagai
tempat dialog dan diskusi damai antara umat Islam dengan non-Muslim.

2. Pusat pendidikan dan pelatihan. Saat sumber daya manusia menjadi salah satu ikon penting
dari proses peletakan batu pertama pembangunan umat. Proses menuju kearah pemberdayaan
umat dimulai dengan pendidikan dan pemberian pelatihan-pelatihan.

Pada zaman Rasulullah, beliau menggunakan masjid untuk mengajarkan para sahabat agama
Islam, membina mental dan akhlak mereka, seringkali dilakukan setelah sholat berjama’ah,
dan juga dilakukan selain waktu tersebut. Masjid pada waktu itu mempunyai fungsi sebagai
“sekolah” seperti saat ini, gurunya adalah Rasulullah dan murid-muridnya adalah para
sahabat yang haus ilmu dan ingin mempelajari Islam lebih mendalam. Tradisi ini juga
kemudian di ikuti oleh para sahabat dan penguasa Islam selanjutnya, bahkan dalam
perkembangan keilmuan Islam, proses “ta’lim” lebih sering dilakukan di masjid, tradisi ini
dikenal dengan nama “halaqah”, banyak ulama-ulama yang lahir dari tradisi halaqah ini.
3. Pusat perekonomian rakyat. Koperasi dikenal sebagai guru perekonomian rakyat Indonesia.
Namun dalam kenyataannya justru koperasi menjadi barang yang tidak laku. Terlepas dari
berbagai macam alasan mengenai koperasi, tak ada salahnya bila masjid mengambil alih
sebagai koperasi yang positif bagi umat.

Di bidang ekonomi pada zaman Rasulullah, masjid pada awal perkembangan Islam di
gunakan sebagai “Batiul Mal” yang mendistribusikan harta zakat, sedekah, dan rampasan
perang kepada fakir miskin dan kepentingan Islam. Golongan lemah pada waktu itu sangat
terbantu dengan adanya baitul mal.

Anda mungkin juga menyukai