PUSKESMAS PASIKOLAGA
KABUPATEN MUNA
SULAWESI TENGGARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya
Laporan Kuartal VI tim Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga ini dapat diselesaikan. Laporan kuartal
VI ini merupakan laporan triwulan yang secara berkala dilaporkan. Pada laporan kuartal VI ini
memuat laporan – laporan kegiatan yang berlangsung dari bulan September hingga November tahun
2017. Dalam proses penyusunan laporan, tim dihadapkan oleh berbagai kendala sehingga laporan ini
tidak dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Dalam kurun waktu tiga bulan tersebut, telah dilaksanakan berbagai kegiatan yang menyangkut
berbagai hal dalam peningkatan kualitas kesehatan manusia di Pasikolaga. Terdapat total 8 kegiatan
yang telah dilaksanakan. Kegiatan tersebut meliputi bidang Promosi Kesehatan yakni Penyuluhan
Bahaya Narkoba, Senam Sehat Bersama dalam rangka peringatan HKN 53, Pekan Kesadaran
Antibiotuk, dan Apoteker Cilik. Dalam Bidang PTM dilaksanakan Posbindu PTM dan Bakti Sosial Hari
Dokter Nasional. Sedangkan dalam Upaya Kesehatan Perorangan, Pelayanan Kesehatan Bergerak
juga dilakukan. Dalam Upaya Kesehatan Tradisional dilakukan kegiatan Mini Workshop Pengolahan
TOGA.
Dalam laporan ini juga disertakan dokumentasi berupa foto – foto dan tautan video kegiatan.
Lampiran – lampiran memuat hasil – hasil yang berkaitan dengan dokumen kegiatan.
Berbagai kegiatan tersebut telah terlaksana dengan baik walaupun masih banyak kendala dan
kekurangan yang dihadapi. Namun demikian, demi terus meningkatkan pelayanan dan kualitas
kesehatan tim tetap berupaya dalam memberikan yang terbaik.
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
PLAN OF ACTION
Plan of Action (POA) telah dibuat dan dilaporkan pada Laporan Awal.
BAB III
PROGRAM INTERVENSI
Promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa diartikan sebagai suatu proses yang
memungkinkan seseorang untuk meningkatkan dan mengontrol derajat kesehatannya, baik
secara individu, kelompok, maupun masyarakat. sedangkan menurut Permenkes Nomor 74
tahun 2015, pasal 1 butir 3, Promosi Kesehatan adalah proses untuk memberdayakan
masyarakat melalui kegiatan menginformasikan, mempengaruhi dan membantu masyarakat
agar berperan aktif untuk mendukung perubahan perilaku dan lingkungan serta menjaga dan
meningkatkan kesehatan menuju derajat kesehatan yang optimal
Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan dari istilah
pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan
Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi kesehatan/pendidikan
kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses
penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka
perubahan perilaku masyarakat. WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial
masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu
mengubah atau mengatasi lingkungannya. Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan
adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan),
baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.
Orientasi pelayanan kesehatan harus digeser dari pelayanan kesehatan yang konvensional
(paradigma sakit) ke pelayanan kesehatan yang sesuai dengan paradigma baru (paradigma
sehat). Paradigma Sehat itu sendiri merupakan Cara pandang atau pola fikir pembangunan
kesehatan bersifat holistik, proaktif antisipatif, Melihat masalah kesehatan sebagai masalah
yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral dalam suatu wilayah
dan Berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk
agar tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit.
Untuk itu, ujung tombak dari percepatan pembangunan kesehatan di DTPK adalah
Puskesmas, dan salah satu dari upaya kesehatan wajib puskesmas yang harus ditingkatkan
kinerjanya adalah promosi kesehatan.
Tujuan Umum
Meningkatnya kemampuan individu, keluarga dan masyarakat untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat, serta berperan aktif dalam setiap gerakan kesehatan masyarakat dalam
Tujuan Khusus
Meningkatkan komitmen pembangunan berwawasan kesehatan dari para penentu
kebijakan dari berbagai pihak
Meningkatkan kerjasama antar masyarakat, antar kelompok, serta antar lembaga
dalam rangka pembangunan berwawasan kesehatan.
Meningkatkan peran masyarakat termasuk swasta sebagai subjek atau
penyelenggara upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan.
Meningkatkan upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan yang efektif
dengan mempertimbangan kearifan lokal.
Metode
o Metode Promosi Individual
bimbingan, penyuluhan, wawancara
o Metode Promosi Kelompok
Kelompok Besar : Ceramah,Seminar;
Kelompok Kecil : Diskusi, Brain Storming, Snow Ball, Role Play,
permainan Simulasi
Masa remaja merupakan masa transisi, yaitu suatu fase perkembangan antara masa anak-
anak dan masa dewasa. Masalah utama remaja pada umumnya adalah pencarian jati diri.
Mereka mengalami krisis identitas karena untuk dikelompokkan ke dalam kelompok anak-
anak merasa sudah besar, namun kurang besar untuk dikelompokkan dalam kelompok
dewasa. Hal ini merupakan masalah bagi setiap remaja. Oleh karena itu, seringkali memiliki
dorongan untuk menampilkan dirinya sebagai kelompok tersendiri. Dorongan ini disebut
sebagai dorongan originalitas. Namun dorongan ini justru seringkali menjerumuskan remaja
pada masalah-masalah yang serius, seperti nakoba.
Pada awalnya remaja, berkeinginan untuk mencoba-coba, mengikuti trend dan gaya hidup,
serta bersenang-senang sebagai bentuk kebutuhan sosialisasi terhadap kelompoknya.
Walaupun sebenarnya kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa justru
memudahkan remaja untuk terdorong menyalahgunakan narkoba. Data menunjukkan bahwa
jumlah pengguna narkoba yang paling banyak adalah kelompok usia remaja.
Masalah menjadi lebih gawat lagi bila karena penggunaan narkoba, para remaja tertular dan
menularkan HIV/AIDS di kalangan remaja. Hal ini telah terbukti dari pemakaian narkoba
melalui jarum suntik secara bergantian. Bangsa ini akan kehilangan remaja yang sangat
banyak akibat penyalahgunaan narkoba dan merebaknya HIV/AIDS. Kehilangan remaja
sama dengan kehilangan sumber daya manusia bagi bangsa.
Oleh karena itu dalam kerentanan di masa remaja, dibutuhkan pengertian dan dukungan
orangtua dan keluarga. Bila kebutuhan remaja kurang diperhatikan, maka remaja akan
terjebak dalam perkembangan pribadi yang "lemah", bahkan dapat dengan mudah terjerumus
ke dalam belenggu penyalahgunaan narkoba. Fakta berbicara bahwa tidak semua keluarga
mampu menciptakan kebahagiaan bagi semua anggotanya, terutama bagi anak yang
menginjak remaja. Banyak keluarga mengalami problema-problema tertentu. Salah satunya
ketidakharmonisan hubungan keluarga. Banyak keluarga berantakan yang ditandai oleh
relasi orangtua yang tidak harmonis dan kurangnya komunikasi antara mereka. Berhadapan
dengan situasi demikian, remaja merasa bimbang, bingung dan ketiadaan pegangan dalam
hidupnya. Apalagi ditambah dengan sikap dan watak orangtua yang otoriter. Remaja akhirnya
terdorong untuk mencari sendiri pegangan hidupnya. Dalam pencarian inilah mereka akhirnya
terjerumus ke dalam narkotika.
D.1.2. Tujuan
1. Memberikan informasi tentang bahaya penyalahgunaan narkoba
2. Mencegah penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar
3. Sebagai panggung latihan kader penyuluh muda dalam meningkatkan kemampuan
public speaking.
4. Tindak lanjut dari lomba penyuluhan bahaya narkoba sebelumnya
D.1.4. Sasaran
Siswa – Siswi SMPN 1 Pasikolaga.
Kegiatan penyuluhan bahaya penyalahgunaan narkoba ini merupakan tindak lanjut dari
kegiatan lomba penyuluhan bahaya narkoba yang telah dilakukan pada Hari Anal Nasional
yang lalu. Lima orang peserta lomba yang berasal dari SMPN 1 Pasikolaga berkewajiban
untuk melakukan penyuluhan kepada teman – teman nya di sekolah mengenai bahaya
penyalahgunaan narkoba. Sebelum penyuluhan dilaksanakan para penyuluh yang tergabung
dalam kader penyuluh muda ini dilatih berbicara dan bagaimana teknik – teknik penyampaian
materi yang baik. Latihan beberapa kali ini dilaksanakan sore hari di Taman Baca Impian
Pasikolaga.
Pada hari pelaksanaan Bulan Oktober 2017, setelah jam pelajaran usai. Siswa – siswi SMPN 1
Pasikolagaa berkumpul di Aula. Sambutan singkat dari kepala sekolah mengawali kegiatan ini.
Selanjutnya pemaparan materi dari lima penyuluh muda yaitu, Fifen Nilam Sari, Karfika, WD.
Marshanda, Nur Syahrini, Kasih Nilam Mayu, yang masing – masing memaparkan materi
definisi dan jenis – jenis narkoba, dampak dan efek, tanda – tanda, gejala, serta tips
menghindari penyalahgunaan narkoba.
No Evaluasi Rekomendasi
D.1.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan : https://youtu.be/onI9b2C-7ps
Tema HKN ke 53 tahun ini yaitu Sehat Keluargaku Sehat Indonesiaku, seiring dengan
Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PIS-PK) yang menekankan pada
pentingnya peran keluarga dalam pembangunan kesehatan.
Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) merupakan suatu tindakan sistematis dan
terencana yang dilakukan oleh sekuruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan
kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Pelaksanaan GERMAS
harus dimulai dari keluarga.
Germas dapat dilakukan dengan cara: Melakukan aktifitas fisik, mengkonsumsi sayur dan
buah, TIdak merokok, Tidak mengonsumsi alkohol, Memeriksa kesehatan secara rutin,
Membersihkan lingkungan, dan menggunakan jamban. Pada tahap awal, GERMAS secara
nasional dimulai dengan berfokus pada tiga kegiatan yaitu, : 1) Melakukan aktivitas fisik 30
menit perhari, 2) Mengonsumsi buah dan sayur, dan 3) Memeriksakan kesehatan secara rutin
Dalam kesempatan peringatan Hari Kesehatan Nasional Ke-53 yang baik ini dilaksanakan juga
salah satu kegiatan GERMAS yaitu senam sehat, mensosialisasikan pentingnya aktivitas fisik
untuk menjaga kesehatan. Selain itu, dalam kesempatan ini pula dilakukan peresmian
Gedung Posyandu Desa Tampunabale. Gedung Posyandu ini merupakan bentuk kerjasama
yang baik antar lintas sektoral. Dengan alokasi dana desa oleh pemerintah desa Tampunabale
untuk membangun gedung posyandu sangat menunjang kegiatan posyandu setiap bulannya.
D.2.2. Tujuan
Peringatan Hari Kesehatan Nasional ke-53
Peresmian Gedung Posyandu Desa Tampunabale
Sosiasilasi GERMAS
D.2.4. Sasaran
Seluruh Masyarakat Desa Tampunabale
dilakukan dengan acara adat tradisi muna setempat bersama kepala desa, kader kesehatan,
tokoh dan masyarakat setempat.
No Evaluasi Rekomendasi
D.2.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan :
Proses tradisi adat muna dalam peresmian Gedung posyandu desa Tampunabale
Proses tradisi adat muna dalam peresmian Gedung posyandu desa Tampunabale
Foto bersama kader, Toma, Toga, aparat Desa saat peresmian Gedung Posyandu
Hasil evaluasi terhadap penggunaan obat pasien, rata-rata pasien tidak paham dengan aturan
pakai obat yang tertera pada etiket, sehingga obat-obatan dengan aturan pakai khusus tidak
memberikan efek terapi pada pasien, karena kesalahan dalam penggunaan obat. Akibatnya
mereka menganggap obat yang diperoleh dari puskesmas tidak bagus dan tidak
menyembuhkan penyakitnya. Khususnya untuk obat golongan antibiotik rata-rata pasien
menghentikan penggunaannya ketika sudah merasa sehat.
Sehingga dengan adanya gerakan ini, diharapkan masyarakat bisa bijak dalam menggunakan
obat, baik yang didapatkan di fasilitas kesehatan, apotek, maupun toko terdekat. Dengan
adanya gerakan ini, masyarakat diedukasi untuk peduli terhadap obat-obatan yang mereka
gunakan dan mengetahui bahaya dari obat tersebut jika tidak digunakan sesuai dengan
aturan pakainya. Sehingga paradigma masyarakat akan berubah dan kesalahan-kesalahan
dalam penggunaan obat dapat dihindari, khususnya dalam menggunakan antibiotik.
D.3.2. Tujuan
1. Mewujudkan masyarakat yang bijak dan cerdas menggunakan menggunakan antibiotik
2. Meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai cara penggunaan antibiotik yang
benar
3. Menurunkan faktor resiko resistensi antibiotik
4. Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap obat-obatan yang diperoleh dari fasilitas
pelayanan kesehatan, apotek, maupun toko obat.
D.3.4. Sasaran
Masyarakat di Kecamatan Pasikolaga.
Disesi terakhir diberikan kesempatan kepada peserta untuk mengajukan pertanyaan jika ada
yang belum dimengerti.
No Evaluasi Rekomendasi
.
1. Metode penyampaian berupa ceramah Sebaiknya dikombinasikan dengan demo
cendrung membuat peserta kurang DAGUSIBU, dan praktek langsung di depan
tertarik untuk mendengarkan dan susah peserta.
dimengerti.
2. Seringkali peserta lupa dengan materi Sebaiknya peserta juga diberikan brosur/
yang disampaikan, ketika di evaluasi leaflet mengenai materi yang disampaikan
pada pertemuan selanjutnya. dan bisa dibawa pulang.
D.3.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan : https://youtu.be/g_zP9CiILJA
World Pharmacist Day di peringati setiap tanggal 25 September setiap tahun. Banyak
kegiatan yang dapat dilakukan untuk memperingati hari farmasi sedunia ini. Apalagi akhir-
akhir ini sangat banyak terjadi penyalahgunaan obat, penjualan obat secara illegal, dan
kasus-kasus lainnya yang berkaitan dengan obat-obatan. Sangat wajar hal tersebut terjadi
ditengah-tengah masyarakat karena ketidak tahuannya akan dunia obat tersebut. Namun hal
ini tidak boleh dibiarkan secara terus menerus, dan sebagai orang yang professional dibidang
obat kita harus mengambil langkah dalam mengatasi hal ini.
Dengan memperingati hari farmasi sedunia ini, maka diadakan kegiatan Apoteker Cilik yang
bertujuan untuk mengedukasi masyarakat mengenai cara menggunakan obat yang
benar.Kegiatan ini ditujukan untuk siswa sekolah SD dan SMP/MTs agar mereka mengenal
dan mengetahui cara penggunaan obat yang baik dan benar sejak dini.
Kegiatan ini memiliki peranan yang sangat penting dalam mewujudkan masyarakat yang bijak
dalam penggunaan obat dan dimulai dari usia dini. Karena dewasa ini, peredaran obat-obatan
ditengah masyarakat sudah sulit untuk dipantau, pada umumnya mereka bisa mendapatkan
obat di warung dan kios terdekat tanpa mengetahui apa sebenarnya fungsi dari obat yang
dikonsumsi. Bahkan obat-obat golongan keras dan antibiotik diperjualbelikan dengan bebas.
D.4.2. Tujuan
1. Mewujudkan masyarakat yang bijak dan cerdas menggunakan obat dimulai sejak dini
2. Meningkatkan pengetahuan peserta pelatihan mengenai cara penggunaan obat yang
benar
3. Menurunkan faktor resiko resistensi antibiotik
4. Meningkatkan kepedulian peserta pelatihan terhadap obat-obatan yang diperoleh dari
fasilitas pelayanan kesehatan, apotek, maupun toko obat.
D.4.4. Sasaran
Komunitas Tunas Muda Tampunabale.
Kegiatan ini dilakukan untuk mengedukasi para peserta dan memicu kepeduliannya terhadap
obat-obatan dan bagaimana cara menggunakan obat yang baik dan benar.
a. Penggolongan Obat
Kegiatan dilakukan dengan santai dan menarik sehingga peserta menjadi tidak bosan dalam
mengikuti kegiatan ini. Dan diakhir kegiatan dilakukan post test untuk mengukur pemahaman
mereka mengenai materi yang disampaikan.
D.4.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan : https://youtu.be/IurdzashkeU
Saat ini pelayanaan kesehatan tradisional semakin diminati masyarakat dan menjadi salah
satu pilihan dalam menyelesaikan masalah kesehatan. Berbagai jenis dan cara pengobatan
tradisional telah berkembang dengan pesat , baik yang berasal dari Indonesia maupun luar
negeri meskipun belum mempunyai cukup bukti ilmiah. Kebijakan Kementrian kesehatan
dalam pengembangan dan pembinaan pelayanan kesehatan tradisional mengarahkan bahwa
pelayanan kesehatan tradisional harus aman, bermanfaat, dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Pemerintah telah menetapkan Undang Undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan,
dalam pasal 48 mengatur bahwa salah satu penyelenggaraan upaya kesehatan adalah
pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan keterampilan dan ramuan.
Indonesia merupakan Negara yang kaya akan keanekaragaman hayati (A Mega Biodiversity
Country) dimana terdapat lebih kurang 30.000 jenis tanaman yang tersebar diseluruh tanah
air, sekitar 9.600 spesies berkhasiat obat dan kurang lebih 300 spesies digunakan sebagai
bahan pengobatan tradisional oleh industry obat tradisional. Oleh karena itu keanekaragaman
hayati yang ada di Indonesia merupakan aset dan sumber daya yang harus dipelihara dan
dikelola untuk dapat menjadi warisan leluhur dan bermanfaaat bagi masyarakat untuk
pemeliharaan kesehatan.
Pemerintah telah menetapkan kebijakan dalam upaya pelayanan kesehatan masyarakat yaitu
Primary Health Care (PHC). Pelayanan kesehatan tradisional merupakan suatu bentuk PHC
dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang diselenggarakan melalui pendekatan
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif secara terpadu, menyeluruh, dan
berkesinambungan. Wujud peran serta masyarakat dibidang kesehatan diantaranya adalah
Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) melalui Tanaman Obat
Keluarga(TOGA).
Keberadaan TOGA pernah dikembangkan diberbagai daerah mulai dari pedesaan sampai
diperkotaan dengan pembudidayaan berbagai jenis tanaman obat yang tumbuh sesuai
spesifikasi daerah masing-masing. Namun demikian keberadaan TOGA di daerah masih
mempunyai permasalahan dan hambatan, diantaranya pengelolaan dan pemanfaatan TOGA
yang belum optimal. Oleh karena itu revitalisasi TOGA perlu dilakukan, agar TOGA dapat
berkembang secara optimal dan dimanfaatkan seluas-luasnya oleh masyarakat sebagai bahan
ramuan yang berkhasiat.
D.1.2. Tujuan
a. Tujuan Umum : Meningkatkan kualitas hidup melalui pemberdayaan masyarakat dengan
pemanfaatan TOGA sebagai bagian dari upaya kesehatan dalam rangka meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
b. Tujuan Khusus:
1. Meningkatkan kreatifitas masyarakat dalam memanfaatkan tumbuhan yang
berkhasiat di lingkungan sekitar
2. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam menggunakan tanaman obat untuk
pemeliharaan kesehatan
3. Membuka peluang usaha bagi masyarakat dengan memanfaatkan tumbuhan yang
berkhasiat dilingkungan sekitar.
D.1.4. Sasaran
Tim Penggerak PKK Kec. Pasikolaga.
3. Pembuatan minuman instan ekstrak kunyit, jahe, daun sirsak, dan serbuk kelor.
No Evaluasi Rekomendasi
1.
. Demo pengolahan TOGA hanya Selanjutnya, ibu-ibu peserta dapat dibentuk
menggunakan beberapa tanaman saja. menjadi beberapa kelompok, dan masing-
masing kelompok mengolah beberapa jenis
tanaman. Sehingga satu kali kegiatan
jumlah tanaman yang diolah menjadi
banyak.
D.1.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan : https://youtu.be/g_zP9CiILJA
Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama sebesar 36 juta
(63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh dunia, di mana sekitar 29 juta
(80%) justru terjadi di negara yang sedang berkembang (WHO, 2010). Peningkatan kematian
akibat PTM di masa mendatang diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15% ( 44 juta
kematian) dengan rentang waktu antara tahun 2010 dan 2020. Kondisi ini timbul akibat
perubahan perilaku manusia dan lingkungan yang cenderung tidak sehat terutama pada
negara-negara berkembang.
Pada awal perjalanan PTM seringkali tidak bergejala dan tidak menunjukkan tanda klinis
secara khusus sehingga datang sudah terlambat atau pada stadium lanjut akibat tidak
mengetahui dan menyadari kondisi kelainan yang terjadi pada dirinya. Riset Kesehatan Dasar
pada tahun 2013 menunjukan bahwa 69,6% dari kasus diabetes melitus dan 63,2% dari
kasus hipertensi masih belum terdiagnosis. Keadaan ini mengakibatkan penanganan menjadi
sulit, terjadi komplikasi bahkan berakibat kematian lebih dini. Dalam kurun waktu tahun 1995
-2007, kematian akibat PTM mengalami peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%. Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit Stroke 12,1 per 1000,
Penyakit Jantung Koroner 1,5%, Gagal Jantung 0,3%, Diabetes Melitus 6,9%, Gagal Ginjal
0,2%, Kanker 1,4 per 1000, Penyakit Paru Kronik Obstruktif 3,7% dan Cidera 8,2%. Menurut
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi merokok 36,3%, (dibagi menjadi perokok laiki-
laki dan perokok wanita) kurang aktifitas fisik 26,1%, kurang konsumsi sayur dan buah
93,6%, asupan makanan yang berisiko PTM seperti makanan manis 53,1%, makanan asin
26,2%, makanan tinggi lemak 40,7%, makanan berpenyedap 77,3% serta gangguan mental
emosional 6,0%. obesitas umum 15,4%,dan obesitas sentral 26,6%.
Tujuan Umum :
Terlaksananya pencegahan dan pengendalian faktor risiko PTM berbasis peran serta
masyarakat secara terpadu, rutin dan periodik
Tujuan khusus :
a. Terlaksananya deteksi dini faktor risiko PTM
b. Terlaksananya monitoring faktor risiko PTM
c. Terlaksananya tindak lanjut dini
Penyakit tidak menular (PTM) dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risikonya, yaitu
merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan konsumsi minuman beralkohol.
Mencegah dan mengendalikan faktor risiko relatif lebih murah bila dibandingkan dengan biaya
pengobatan PTM. Pengendalian faktor risiko PTM merupakan upaya untuk mencegah agar
tidak terjadi faktor risiko bagi yang belum memiliki faktor risiko, mengembalikan kondisi
faktor risiko PTM menjadi normal kembali dan atau mencegah terjadinya PTM bagi yang
mempunyai faktor risiko, selanjutnya bagi yang sudah menyandang PTM, pengendalian
bertujuan untuk mencegah komplikasi, kecacatan dan kematian dini serta meningkatkan
kualitas hidup.
Salah satu strategi pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah pemberdayaan dan
peningkatan peran serta masyarakat. Masyarakat diberikan fasilitas dan bimbingan untuk ikut
berpartisipasi dalam pengendalian faktor risiko PTM dengan dibekali pengetahuan dan
keterampilan untuk melakukan deteksi dini, monitoring faktor risiko PTM serta tindak
lanjutnya. Kegiatan ini disebut dengan Pos pembinaan terpadu (Posbindu) PTM. Posbindu
PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan
monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya yang dilaksanakan secara terpadu, rutin,
dan periodik.
Kegiatan Posbindu PTM diharapkan dapat meningkatkan sikap mawas diri masyarakat
terhadap faktor risiko PTM sehingga peningkatan kasus PTM dapat dicegah. Sikap mawas diri
ini ditunjukan dengan adanya perubahan perilaku masyarakat yang lebih sehat dan
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan tidak hanya pada saat sakit, melainkan juga pada
keadaan sehat. Dalam menyelenggarakan Posbindu PTM diperlukan suatu pedoman yang
dapat menjadi panduan bagi penyelenggaraan kegiata bagi para pemangku kepentingan
serta pelaksana di lapangan.
D.1.2. Tujuan
1. Terlaksananya deteksi dini faktor risiko PTM masyarakat desa Tampunabale
2. Terlaksananya monitoring faktor risiko PTM masyarakat desa Tampunabale
3. Terlaksananya tindak lanjut dini masyarakat desa Tampunabale
D.1.4. Sasaran
Masyarakat umum dengan sasaran utama Lansia.
wawancara, pengukuran, pemeriksaan dan tindak lanjut. Untuk pertama kalinya masyarakat
yang datang mengisi kartu kontrol posbindu PTM. Setelah mengisi data peserta posbindu
kemudian diwawancara mengenai riwayat penyakit dan faktor resiko masalah kesehatannya.
Kemudian peserta diperiksa tekanan darah, tinggi badan, berat badan, dan lingkar perut.
Oleh petugas dan kader kesehatan hasil pengukuran dicatat pada lembar kontrol yang dibawa
peserta. Selanjutnya, peserta melakukan pengecekan gula darah, kolesterol dan asam urat.
Terakhir peserta berkonsultasi dengan petugas kesehatan mengenai hasil wawancara dan
pengukuran yang telah dilakukan sebelumnya. Selain dari tahapan kegiatan posbindu PTM,
peserta Posbindu diajak senam dan pemberian penyuluhan kesehatan.
No Evaluasi Rekomendasi
D.1.9. Dokumentasi
Jumlah Kunjungan
60
50
40
30
Jumlah Kunjungan
20
10
Kesehatan merupakan salah satu hal utama mendasar bagi seseorang dalam beraktivitas
sehari – hari. Tanpa tubuh dan jiwa yang sehat sudah tentu seseorang tidak dapat
menjalankan aktivitasnya dengan baik. Dalam hal menjaga kesehatan, ada berbagai cara
yang dapat dilakukan, baik itu dari segi pencegahan, pemeliharan dan pengobatan terhadap
suatu penyakit. Namun, selain dari upaya upaya sendiri dalam meningkatkan kualitas
kesehatan, ada juga faktor lain yang berperan penting, yaitu fasilitas pelayanan kesehatan
dan tenaga kesehatan itu sendiri.
Permasalahan yang terjadi hingga saat ini adalah tidak meratanya persebaran sumber daya
kesehatan tersebut, terutama di daerah – daerah pelosok. Apakah fasilitas pelayanan
kesehatan yang kurang memadai seperti gedung puskesmas/pustu, alat kesehatan, obat –
obatan hingga tenaga kesehatannya. Belum lagi dengan kendala geografis daerah pelosok
yang sullit dijangku. Sehingga, tidak jarang keluhan masyarakat tersebut dalam mengakses
pelayanan kesehatan karena sulitnya akses dan mahalnya transportasi.
Upaya – upaya dalam mendekatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat pelosok sudah
dilaksanakan, namun sayangnya upaya tersebut tidak jarang menemui kendala. Disaat
masyarakat kota dengan mudah pergi ke klinik atau rumah sakit, masyarakat pelosok ketika
sakit masih diobati dengan semburan ramuan – ramuan dari dukun setempat.
Ketidakadilan dalam kesehatan ini sesungguhnya bertentangan dengan pasal 28H ayat 1 UUD
RI 1945 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan. Dimana Negara bertanggung jawab atas penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan yang layak sesuai dengan pasal 34 ayat 3 UUD RI 1945.
Dokter sebagai salah satu profesi dalam tenaga kesehatan memiliki kewenangan dalam
melakukan pelayanan kesehatan, seperti melakukan wawancara, pemeriksaan fisik, membuat
resep, terhadap pasien. Namun, diluar daripada tugas – tugas tersebut, seorang dokter
sudah semestinya selalu berupaya yang terbaik untuk meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat.
Sejarah telah mencatat, kiprah dokter – dokter Indonesia dalam perjuangan kebangkitan
nasional bangsa Indonesia. Dr. wahidin, dr. Sutomo, dr. Cipto Mangunkusumo, dan lainnya
merupakan tokoh – tokoh yang berperan penting dalam pendirian organisasi Budi Utomo
sebagai organsisasi modern pertama kali di Indonesia yang memberi arah baru dari
perjuangan rakyat Indonesia saat itu. Bermula dari Budi Utomo inilah maka mulai bangkit
organisasi – organisasi yang bergerak demi kepentingan nasional. Tidak lain latar belakang
dalam pendirian Budi Utomo adalah keprihatinan para dokter tersebut melihat kondisi rakyat
Indonesia yang masih tertindas. Dengan kondisi tersebut sudah pasti sangat sulit
meningkatkan kualitas kesehatan rakyat Indonesia.
Mementum 24 Oktober sebagai Hari Dokter Nasional semestinya dimaknai bagi seluruh
dokter di Indonesia untuk terus berkarya bagi negeri dalam bidang kesehatan. Para dokter
Oleh karena itu, memperingati Hari Dokter Nasional, menjadi momentum yang tepat bagi
para dokter di Indonesia keluar sejenak dari meja periksa untuk melihat dan melayani
masyakarat yang ada di pelosok, sebagai bentuk salah satu kepedulian hati melayani
kesehatan masyarakat.
D.2.2. Tujuan
Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat pelosok
Screening permasalahan kesehatan masyarakat pelosok
Memperingati Hari Dokter Nasional
D.2.4. Sasaran
Masyarakat Desa Labulawa
No Evaluasi Rekomendasi
D.2.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan :
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas
untuk ememlihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan.
D.1.2. Tujuan
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
2. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan bagi desa yang jauh dari fasilitas kesehatan dan
terhalang kondisi geografis
3. Memudahkan masyarakat untuk berobat
D.1.4. Sasaran
Masyarakat Mataindaha dan Kolese.
No Evaluasi Rekomendasi
Fasilitas yang belum lengkap, seperti meja Melengkapi fasilitas yang belum ada, dan
3. dan kursi, serta alat kesehatan dan obat- bekerjasama dengan pihak aparat desa dalam
obatan. melengkapi peralatan tersebut.
D.1.9. Dokumentasi
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Tabel Jumlah Kunjungan Pasien Pelayanan Kesehatan Bergerak (PKB) Desa Mataindaha dan
Desa Kolese
Oktober 2016 - 9
November 2016 - 72
Desember 2016 - 26
Januari 2017 - 25
Februari 2017 9 25
Maret 2017 21 24
April 2017 4 21
Mei 2017 6 20
Juni 2017 1 6
Juli 2017 51 11
Agustus 2017 31 10
September 2017 25 27
Oktober 2017 29 20
November 2017 22 22
Total 199 318
Grafik kunjungan pasien Pelayanan Kesehatan Bergerak Desa Mataindaha dan Kolese