Anda di halaman 1dari 1

Gunung Ijen adalah sebuah gunung berapi aktif yang terletak di perbatasan antara Kabupaten

Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, Indonesia. Gunung ini memiliki
ketinggian 2.443 mdpl dan terletak berdampingan dengan Gunung Merapi. Gunung Ijen terakhir
meletus pada tahun 1999. Salah satu fenomena alam yang paling terkenal dari Gunung Ijen
adalah kawah yang terletak di puncaknya.

GEOLOGI

G. Ijen terletak di bagian ujung timur Pulau Jawa mulai dari selat Bali sampai daerah Bondowoso
meliputi luas 500 km2, terdiri dari endapan vulkanik antara lain abu gunungapi, lapili, bom
gunungapi dan leleran lava. Letusan yang menghancurkan puncak gunungapi di pegunungan Ijen
adalah G. Raung dan G. Ijen.

Batuan G. Ijen

Erupsi G. Ijen mengeluarkan gas, material piroklastik yang terdiri dari pasir, abu dan bom
gunungapi yang semuanya bersifat batuapungan. Jenis batuan gunungapi Ijen menurut Brouwer
(dalam Kemmerling,1921) terdiri dari andesit augit hipersten.

Struktur Geologi

Kawah Ijen dan G. Merapi merupakan dua gunungapi kembar (Taverne, 1926, hal.99), sedangkan
Neuman Van Padang (1951, hal. 157) menulis bahwa Kawah Ijen dibentuk oleh gunungapi kembar
dengan G. Merapi yang telah padam, yang terdapat di tepi timur dari pinggir kaldera besar Ijen.
Kawah Ijen berbentuk elips karena perpindahan pipa kepundan. Dinding kawah yang terendah
terletak di sebelah barat dan merupakan hulu Kali Banyupait. Sekarang kawah berukuran 1160 m
x 1160 m pada ketinggian antara 2386 dan 2148 m diatas muka laut. Danau kawah Ijen berukuran
910 m x 600 m pada ketinggian 2148 dan kedalaman 200 m. Volume air danau sekitar 30 juta m3
(Takano,dkk, 1996).

Komplek Solfatara

Komplek solfatara G. Ijen terdapat di sebelah tenggara dan merupakan bagian dari dinding danau
itu sendiri. Batuan yang terdapat di areal solfatara sudah teraltrasi secara intensif yang didominasi
warna putih sampai kuning. Suhu gas solfatara yang diukur dengan thermokopel pada bulan
Agustus 2001 mencapai 200 - 202 °C.

Di komplek solfatara G. Ijen yang semula terdapat lima lubang solfatara besar, yaitu solfatara I,
II, III IV dan IV (Penomoran Vulkanologi). Sekarang, Agustus 2001, jumlah solfatara bertambah
menjadi delapan buah. Pegawai solfatara PT Candi Ngrimbi memberi nama solfatara menjadi
solfatara Kodim, Tahar, Goblog, Tugu dan Taham serta untuk satu solfatara baru diberi nama
Sarinem dan yang dua belum diberi nama.

Anda mungkin juga menyukai