PUSKESMAS PASIKOLAGA
KABUPATEN MUNA
SULAWESI TENGGARA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya
Laporan Kuartal VII tim Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga ini dapat diselesaikan. Laporan
kuartal VII ini merupakan laporan triwulan yang secara berkala dilaporkan. Pada laporan kuartal VII
ini memuat laporan – laporan kegiatan yang berlangsung dari bulan Desember tahun 2017 hingga
Februari tahun 2018. Dalam proses penyusunan laporan, tim dihadapkan oleh berbagai kendala
sehingga laporan ini tidak dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Dalam kurun waktu tiga bulan tersebut, telah dilaksanakan berbagai kegiatan yang menyangkut
berbagai hal dalam peningkatan kualitas kesehatan manusia di Pasikolaga. Terdapat total kegiatan
yang telah dilaksanakan. Kegiatan tersebut meliputi bidang Promosi Kesehatan yakni Drama
Penyuluhan Bahaya HIV/AIDS (Hari Aids Sedunia), dan Lomba – lomba rangkaian peringatan Hari
Gizi Nasional 2018, yaitu Penyuluhan Gizi Seimbang, Rangking satu dan menu makanan Gizi
Seimbang. Dalam upaya kesehatn jiwa yaitu kegiatan Bebas Pasung ODGJ. Upaya Kesehatan
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit yaitu POSBINDU PTM. Sedangkan dalam Upaya
Kesehatan Perorangan, Bantuan kaki palsu kepada penyandang disabilitas dan Pelayanan Kesehatan
Bergerak juga dilakukan.
Dalam laporan ini juga disertakan dokumentasi berupa foto – foto dan tautan video kegiatan.
Lampiran – lampiran memuat hasil – hasil yang berkaitan dengan dokumen kegiatan.
Berbagai kegiatan tersebut telah terlaksana dengan baik walaupun masih banyak kendala dan
kekurangan yang dihadapi. Namun demikian, demi terus meningkatkan pelayanan dan kualitas
kesehatan tim tetap berupaya dalam memberikan yang terbaik.
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
PLAN OF ACTION
Plan of Action (POA) telah dibuat dan dilaporkan pada Laporan Awal.
BAB III
PROGRAM INTERVENSI
Promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa diartikan sebagai suatu proses yang
memungkinkan seseorang untuk meningkatkan dan mengontrol derajat kesehatannya, baik
secara individu, kelompok, maupun masyarakat. sedangkan menurut Permenkes Nomor 74
tahun 2015, pasal 1 butir 3, Promosi Kesehatan adalah proses untuk memberdayakan
masyarakat melalui kegiatan menginformasikan, mempengaruhi dan membantu masyarakat
agar berperan aktif untuk mendukung perubahan perilaku dan lingkungan serta menjaga dan
meningkatkan kesehatan menuju derajat kesehatan yang optimal
Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan dari istilah
pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan
Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi kesehatan/pendidikan
kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses
penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka
perubahan perilaku masyarakat. WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial
masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu
mengubah atau mengatasi lingkungannya. Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan
adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan),
baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.
Orientasi pelayanan kesehatan harus digeser dari pelayanan kesehatan yang konvensional
(paradigma sakit) ke pelayanan kesehatan yang sesuai dengan paradigma baru (paradigma
sehat). Paradigma Sehat itu sendiri merupakan Cara pandang atau pola fikir pembangunan
kesehatan bersifat holistik, proaktif antisipatif, Melihat masalah kesehatan sebagai masalah
yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral dalam suatu wilayah
dan Berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk
agar tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit.
Untuk itu, ujung tombak dari percepatan pembangunan kesehatan di DTPK adalah
Puskesmas, dan salah satu dari upaya kesehatan wajib puskesmas yang harus ditingkatkan
kinerjanya adalah promosi kesehatan.
Tujuan Umum
Meningkatnya kemampuan individu, keluarga dan masyarakat untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat, serta berperan aktif dalam setiap gerakan kesehatan masyarakat dalam
Tujuan Khusus
Meningkatkan komitmen pembangunan berwawasan kesehatan dari para penentu
kebijakan dari berbagai pihak
Meningkatkan kerjasama antar masyarakat, antar kelompok, serta antar lembaga
dalam rangka pembangunan berwawasan kesehatan.
Meningkatkan peran masyarakat termasuk swasta sebagai subjek atau
penyelenggara upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan.
Meningkatkan upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan yang efektif
dengan mempertimbangan kearifan lokal.
Metode
o Metode Promosi Individual
bimbingan, penyuluhan, wawancara
o Metode Promosi Kelompok
Kelompok Besar : Ceramah,Seminar;
Kelompok Kecil : Diskusi, Brain Storming, Snow Ball, Role Play,
permainan Simulasi
Terdapat 35 juta orang hidup dengan HIV yang meliputi 16 juta perempuan dan 3,2 juta
anak berusia<15 tahun pada tahun 2013 di seluruh dunia. Jumlah infeksi baru HIV pada
tahun 2013 sebesar 2,1 juta yang terdiri dari 1,9 juta dewasa dan 240.000 anak berusia <15
tahun. Jumlah kematian akibat AIDS sebanyak 1,5 juta yang terdiri dari 1,3 juta dewasa dan
190.000 anak berusia <15 tahun.
Di Indonesia, HIV AIDS pertama kali ditemukan di provinsi Bali pada tahun 1987. Hingga saat
ini HIV AIDS sudah menyebar di 386 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia.
Pengidan HIV meningkat dari 21.511 tahun 2012 menjadi 29.037 tahun 2013. Penderita AIDS
menurun dari 8.610 tahun 2012 menjadi 5.608 tahun 2013.
Infeksi HIV paling banyak terjadi pada kelompok usia produktif 25 – 49 tahun, diikuti
kelompok usia 20 – 24 tahun. Infeksi HIV dominan terjadi pada heteroseksial, diikuti
kelompok “lain – lain”, pengguna napza suntik dan kelompok homoseksual.
Perkembangan penularan HIV yang terus meningkat dari tahun ke tahun tersebut sangat
menghawatirkan. Berbagai upaya untuk mengurangi angka penularan infeksi HIV telah
dilakukan. Salah satu aspek tersebut adalah dengan upaya promotif dan preventif.
Penularan HIV kini sangat mengkhawatirkan dengan kelompok muda usia 20 – 29 tahun yang
banyak tertular. Dengan perjalanan alamiah penyakit yang panjang dan tanpa gejala, besar
kemungkinan bahwa penularan sesungguhnya telah terjadi di usia yang lebih muda, yaitu
pada usia remaja. Fakta tersebut tentu saja tidak bisa dilepaskan dari peranan masyarakat,
utamanya yang berusia lebih dewasa, karena dari kelompok masyarakat dewasa mereka
memperoleh informasi tentang HIV-AIDS. Selama ini informasi tersebut selalu dibalut atau
dikaitkan dengan norma, moral dan agama. Hal tersebut menyebabkan fakta medis tentang
HIV-AIDS menjadi kabur dan bahkan memunculkan mitos tentang penularan, sehingga
pemahaman terhadap cara pencegahannya juga menjadi salah.
Oleh karena itu pemahaman sedini mungkin tentang HIV-AIDS sangat diperlukan bagi
kelompok usia muda, yaitu remaja. Sehingga, dengan meningkatnya pemahaman tentang
HIV-AIDS para remaja dapat melakukan upaya pencegahan dengan menerapkan perilaku dan
gaya hidup sehat yang jauh dari resiko terkena infeksi HIV.
D.1.2. Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan siswa mengenai HIV/AIDS
2. Memberikan pemahaman bagaimana penularan HIV
3. Memberikan pemahaman pentingnya pencegahan HIV/AIDS
4. Memberikan pemahaman tentang ODHA
5. Mengajak siswa untuk menerapkan gaya hidup sehat
D.1.4. Sasaran
Seluruh siswa kelas VII, VIII, IX SMP N 1 Pasikolaga.
No Evaluasi Rekomendasi
2. Tidak ada instrumen untuk evaluasi peserta Perlu adanya pre dan post test
D.1.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan : https://youtu.be/2DOOr6isCLk
Stunting terjadi karena kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kemiskinan dan pola
asuh tidak tepat, yang mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal,
mudah sakit dan berdaya saing rendah, sehingga bisa terjebak dalam kemiskinan. Seribu hari
pertama kehidupan seorang anak adalah masa kritis yang menentukan masa depannya, dan
pada periode itu anak Indonesia menghadapi gangguan pertumbuhan yang serius.
Salah satu faktor terjadinya permasalahan gizi adalah karena rendahnya pengetahuan
tentang gizi seimbang. Masyarakat masih menomorduakan masalah gizi dalam kebutuhan
sehari – hari. Pemahaman yang salah mengenai jumlah, jenis, dan jadwal makan turut serta
mempengaruhi terjadinya gizi kurang dan stunting.
Bertepatan dengan Hari Gizi Nasional yang jatuh pada 25 Januari mendatang, maka
dipandang perlu mengajak semua lapisan masyarakat bersama – sama bergerak
meningkatkan gizi keluarga. Salah satu upaya tersebut adalah dengan mengajak serta anak
muda untuk menjadi pelopor dalam mensosialisasikan gizi seimbang. Lomba penyuluhan
dipilih sebagai salah satu cara menyebarkan informasi manfaat gizi seimbang dengan peran
aktif anak muda.
D.2.2. Tujuan
1. Sebagai ajang sosialiasi Gizi Seimbang dikalangan pelajar
2. Menjaring pelajar untuk menjadi kader penyuluh muda
3. Sebagai peringatan Hari Gizi Nasional
D.2.4. Sasaran
Siswa SMP/MTs di Pasikolaga.
No Evaluasi Rekomendasi
Peserta lomba masih terpaku dengan modul Memberikan saran dan mendorong peserta
1.
yang diberikan dan terkesan menghapal untuk terus berlatih
D.2.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan :
Stunting terjadi karena kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kemiskinan dan pola
asuh tidak tepat, yang mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal,
mudah sakit dan berdaya saing rendah, sehingga bisa terjebak dalam kemiskinan. Seribu hari
pertama kehidupan seorang anak adalah masa kritis yang menentukan masa depannya, dan
pada periode itu anak Indonesia menghadapi gangguan pertumbuhan yang serius.
Salah satu faktor terjadinya permasalahan gizi adalah karena rendahnya pengetahuan
tentang gizi seimbang. Masyarakat masih menomorduakan masalah gizi dalam kebutuhan
sehari – hari. Pemahaman yang salah mengenai jumlah, jenis, dan jadwal makan turut serta
mempengaruhi terjadinya gizi kurang dan stunting.
Bertepatan dengan Hari Gizi Nasional yang jatuh pada 25 Januari, maka dipandang perlu
mengajak semua lapisan masyarakat bersama – sama bergerak meningkatkan gizi keluarga.
Salah satu upaya tersebut adalah dengan mengajak serta anak muda untuk menjadi pelopor
dalam mensosialisasikan gizi seimbang. Lomba Ranking Satu dipilih sebagai salah satu cara
menyebarkan informasi manfaat gizi seimbang dengan peran aktif anak - anak. Selain
bermanfaat bagi peserta, juga menarik sebagai ajang berkompetisi.
D.3.2. Tujuan
1. Sebagai ajang sosialiasi Gizi Seimbang dikalangan anak – anak
2. Sebagai peringatan Hari Gizi Nasional
D.3.4. Sasaran
Siswa SD se-Pasikolaga
No Evaluasi Rekomendasi
D.3.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan :
D.4.2. Tujuan
Sosialisasi Gizi Seimbang kepada ibu-ibu PKK
Implementasi Gizi Seimbang dalam menu makanan sehari-hari keluarga
Peringatan HGN 2018
D.4.4. Sasaran
Ibu – Ibu PKK Kecamatan Pasikolaga
oleh dewan juri sesuai dengan kriteria dari gizi seimbang, kemudian ditentukan pemenangnya
serta diberikan bingkisan.
No Evaluasi Rekomendasi
D.4.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan :
Menurut WHO, pada tahun 2020, depresi akan berada diurutan penyakit dunia dan lebih
banyak dialami perempuan dibandingkan laki- laki. Sepertiga dari penyandang disabilitas
mengalami gangguan depresi dan dapat berdampak buruk memicu upaya bunuh diri
Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan yang signifikan di dunia, termasuk
Indonesia. Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta
orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena demensia. Di
Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, piskologis dan sosial dengan keanekaragaman
penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada
penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang.
Data riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukan
dengan gejala depresi dan kecemasn untuk usia 15 tahun keatas mencapai sekitar 14 juta
orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat,
seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau 1,7 per 100.000 penduduk
Tindakan pemasungn sebenarnya telah melanggar Undang – Undang nomor 18 tahun 2014
tentang Kesehatan Jiwa.
Terkait dengan hal tersebut pemerintah telah mencanangkan Program Indonesia Bebas
Pasung. Namun, dalam pelaksanaannya dilapangan masih ditemukan kendala. Seperti halnya
kurang aktifnya petugas kesehatan setempat untuk mencari dan mengkoordinasikan bila
terdapat ODGJ yang dipasung.
Seperti halnya di Desa Tampunabale, setelah mendapatkan informasi mengenai adanya dua
ODGJ yang dipasung selama 27 tahun dan 3 tahun saat pendataan keluarga sehat. Tim NS
berinisiatif untuk bagaimana caranya agar kedua ODGJ tersebut dapat dibawa ke RSJ untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih layak.
D.1.2. Tujuan
Memberikan pelayanan kesehatan kepada ODGJ yang dipasung
Merujuk ODGJ yang di pasung ke RSJ
D.1.4. Sasaran
ODGJ yang terlantar dan ODGJ yang dipasung
No Evaluasi Rekomendasi
D.1.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan : https://youtu.be/7vfaycHzNhM
https://youtu.be/qp0dvB3YwVE
Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama sebesar 36 juta
(63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh dunia, di mana sekitar 29 juta
(80%) justru terjadi di negara yang sedang berkembang (WHO, 2010). Peningkatan kematian
akibat PTM di masa mendatang diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15% ( 44 juta
kematian) dengan rentang waktu antara tahun 2010 dan 2020. Kondisi ini timbul akibat
perubahan perilaku manusia dan lingkungan yang cenderung tidak sehat terutama pada
negara-negara berkembang.
Pada awal perjalanan PTM seringkali tidak bergejala dan tidak menunjukkan tanda klinis
secara khusus sehingga datang sudah terlambat atau pada stadium lanjut akibat tidak
mengetahui dan menyadari kondisi kelainan yang terjadi pada dirinya. Riset Kesehatan Dasar
pada tahun 2013 menunjukan bahwa 69,6% dari kasus diabetes melitus dan 63,2% dari
kasus hipertensi masih belum terdiagnosis. Keadaan ini mengakibatkan penanganan menjadi
sulit, terjadi komplikasi bahkan berakibat kematian lebih dini. Dalam kurun waktu tahun 1995
-2007, kematian akibat PTM mengalami peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%. Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit Stroke 12,1 per 1000,
Penyakit Jantung Koroner 1,5%, Gagal Jantung 0,3%, Diabetes Melitus 6,9%, Gagal Ginjal
0,2%, Kanker 1,4 per 1000, Penyakit Paru Kronik Obstruktif 3,7% dan Cidera 8,2%. Menurut
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi merokok 36,3%, (dibagi menjadi perokok laiki-
laki dan perokok wanita) kurang aktifitas fisik 26,1%, kurang konsumsi sayur dan buah
93,6%, asupan makanan yang berisiko PTM seperti makanan manis 53,1%, makanan asin
26,2%, makanan tinggi lemak 40,7%, makanan berpenyedap 77,3% serta gangguan mental
emosional 6,0%. obesitas umum 15,4%,dan obesitas sentral 26,6%.
Tujuan Umum :
Terlaksananya pencegahan dan pengendalian faktor risiko PTM berbasis peran serta
masyarakat secara terpadu, rutin dan periodik
Tujuan khusus :
a. Terlaksananya deteksi dini faktor risiko PTM
b. Terlaksananya monitoring faktor risiko PTM
c. Terlaksananya tindak lanjut dini
Penyakit tidak menular (PTM) dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risikonya, yaitu
merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan konsumsi minuman beralkohol.
Mencegah dan mengendalikan faktor risiko relatif lebih murah bila dibandingkan dengan biaya
pengobatan PTM. Pengendalian faktor risiko PTM merupakan upaya untuk mencegah agar
tidak terjadi faktor risiko bagi yang belum memiliki faktor risiko, mengembalikan kondisi
faktor risiko PTM menjadi normal kembali dan atau mencegah terjadinya PTM bagi yang
mempunyai faktor risiko, selanjutnya bagi yang sudah menyandang PTM, pengendalian
bertujuan untuk mencegah komplikasi, kecacatan dan kematian dini serta meningkatkan
kualitas hidup.
Salah satu strategi pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah pemberdayaan dan
peningkatan peran serta masyarakat. Masyarakat diberikan fasilitas dan bimbingan untuk ikut
berpartisipasi dalam pengendalian faktor risiko PTM dengan dibekali pengetahuan dan
keterampilan untuk melakukan deteksi dini, monitoring faktor risiko PTM serta tindak
lanjutnya. Kegiatan ini disebut dengan Pos pembinaan terpadu (Posbindu) PTM. Posbindu
PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan
monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya yang dilaksanakan secara terpadu, rutin,
dan periodik.
Kegiatan Posbindu PTM diharapkan dapat meningkatkan sikap mawas diri masyarakat
terhadap faktor risiko PTM sehingga peningkatan kasus PTM dapat dicegah. Sikap mawas diri
ini ditunjukan dengan adanya perubahan perilaku masyarakat yang lebih sehat dan
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan tidak hanya pada saat sakit, melainkan juga pada
keadaan sehat. Dalam menyelenggarakan Posbindu PTM diperlukan suatu pedoman yang
dapat menjadi panduan bagi penyelenggaraan kegiata bagi para pemangku kepentingan
serta pelaksana di lapangan.
D.1.2. Tujuan
1. Terlaksananya deteksi dini faktor risiko PTM masyarakat desa Tampunabale
2. Terlaksananya monitoring faktor risiko PTM masyarakat desa Tampunabale
3. Terlaksananya tindak lanjut dini masyarakat desa Tampunabale
D.1.4. Sasaran
Masyarakat umum dengan sasaran utama Lansia.
kemudian diwawancara mengenai riwayat penyakit dan faktor resiko masalah kesehatannya.
Kemudian peserta diperiksa tekanan darah, tinggi badan, berat badan, dan lingkar perut.
Oleh petugas dan kader kesehatan hasil pengukuran dicatat pada lembar kontrol yang dibawa
peserta. Selanjutnya, peserta melakukan pengecekan gula darah, kolesterol dan asam urat.
Terakhir peserta berkonsultasi dengan petugas kesehatan mengenai hasil wawancara dan
pengukuran yang telah dilakukan sebelumnya. Selain dari tahapan kegiatan posbindu PTM,
peserta Posbindu diajak senam dan pemberian penyuluhan kesehatan.
No Evaluasi Rekomendasi
D.1.9. Dokumentasi
Jumlah Kunjungan
60
50
40
30
Jumlah Kunjungan
20
10
Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan.
D.1.2. Tujuan
Membantu penyandang disabilitas mendapat protesa (alat bantu)
Meningkatkan derajat kesehatan penyandang disabilitas
Meningkatkan kualitas hidup penyandang disabilitas
D.1.4. Sasaran
Penyandang Disabilitas
IZI di tempat perwakilan IZI. Kebetulan tempat yang dekat adalah perwakilan IZI Makassar.
Setelah dilakukan pengukuran, selanjutnya menunggu kaki palsu tersebut selesai dibuat.
Kurang lebih dua bulan kaki palsu tersebut dibuat. Setelah selesai, kaki palsu dikirim kepada
kami dan kami menyerahkan kaki palsu tersebut kepada Bapak H dan disaksikan oleh bapak
camat, kepala desa, dan masyarakat setempat.
No Evaluasi Rekomendasi
D.1.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan : https://youtu.be/gRLw_a1GndM
D.3.2. Tujuan
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
1. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan bagi desa yang jauh dari fasilitas kesehatan dan
terhalang kondisi geografis
2. Memudahkan masyarakat untuk berobat
D.3.4. Sasaran
Masyarakat Mataindaha dan Kolese.
No Evaluasi Rekomendasi
Fasilitas yang belum lengkap, seperti meja Melengkapi fasilitas yang belum ada, dan
3. dan kursi, serta alat kesehatan dan obat- bekerjasama dengan pihak aparat desa dalam
obatan. melengkapi peralatan tersebut.
D.3.9. Dokumentasi
LAMPIRAN – LAMPIRAN
Tabel Jumlah Kunjungan Pasien Pelayanan Kesehatan Bergerak (PKB) Desa Mataindaha dan
Desa Kolese
Oktober 2016 - 9
November 2016 - 72
Desember 2016 - 26
Januari 2017 - 25
Februari 2017 9 25
Maret 2017 21 24
April 2017 4 21
Mei 2017 6 20
Juni 2017 1 6
Juli 2017 51 11
Agustus 2017 31 10
September 2017 25 27
Oktober 2017 29 20
November 2017 22 22
Desember 2017 20 17
Januari 2018 50 33
Februari 2018 43 25
Total 312 329
Rata-rata/bulan 24 19,35
Grafik kunjungan pasien Pelayanan Kesehatan Bergerak Desa Mataindaha dan Kolese