Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN KUARTAL VII

TIM NUSANTARA SEHAT

PUSKESMAS PASIKOLAGA
KABUPATEN MUNA

SULAWESI TENGGARA

TIM NUSANTARA SEHAT


KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2018
Laporan Kuartal VII 1

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatNya
Laporan Kuartal VII tim Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga ini dapat diselesaikan. Laporan
kuartal VII ini merupakan laporan triwulan yang secara berkala dilaporkan. Pada laporan kuartal VII
ini memuat laporan – laporan kegiatan yang berlangsung dari bulan Desember tahun 2017 hingga
Februari tahun 2018. Dalam proses penyusunan laporan, tim dihadapkan oleh berbagai kendala
sehingga laporan ini tidak dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Dalam kurun waktu tiga bulan tersebut, telah dilaksanakan berbagai kegiatan yang menyangkut
berbagai hal dalam peningkatan kualitas kesehatan manusia di Pasikolaga. Terdapat total kegiatan
yang telah dilaksanakan. Kegiatan tersebut meliputi bidang Promosi Kesehatan yakni Drama
Penyuluhan Bahaya HIV/AIDS (Hari Aids Sedunia), dan Lomba – lomba rangkaian peringatan Hari
Gizi Nasional 2018, yaitu Penyuluhan Gizi Seimbang, Rangking satu dan menu makanan Gizi
Seimbang. Dalam upaya kesehatn jiwa yaitu kegiatan Bebas Pasung ODGJ. Upaya Kesehatan
Pengendalian dan Pencegahan Penyakit yaitu POSBINDU PTM. Sedangkan dalam Upaya
Kesehatan Perorangan, Bantuan kaki palsu kepada penyandang disabilitas dan Pelayanan Kesehatan
Bergerak juga dilakukan.

Dalam laporan ini juga disertakan dokumentasi berupa foto – foto dan tautan video kegiatan.
Lampiran – lampiran memuat hasil – hasil yang berkaitan dengan dokumen kegiatan.

Berbagai kegiatan tersebut telah terlaksana dengan baik walaupun masih banyak kendala dan
kekurangan yang dihadapi. Namun demikian, demi terus meningkatkan pelayanan dan kualitas
kesehatan tim tetap berupaya dalam memberikan yang terbaik.

Pasikolaga, Maret 2018

Tim Nusantara Sehat Pasikolaga

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………………………………………… 1


DAFTAR ISI ……………………………………………………………………………………………………………..………….. 2
BAB I PEMETAAN PROGRAM BERKESINAMBUNGAN ……………………………………………………..………..... 3
BAB II PLAN OF ACTION ………………………………………………………………………………………………........... 3
BAB III PROGRAM INTERVENSI ……………………………………………………………………………………………… 4
III.1. PROMOSI KESEHATAN ……………………………………………..……………………………………………….. 5
1. DRAMA PENYULUHAN BAHAYA HIV/AIDS (HARI AIDS SEDUNIA)……………………………. 6
2. LOMBA PENYULUHAN GIZI SEIMBANG (HGN 2018)……………………………………………………….. 10
3. LOMBA RANKING 1 GIZI SEIMBANG (HGN 2018) …………………………………………………………. 14
4. LOMBA MENU MAKANAN GIZI SEIMBANG (HGN 2018) ………………………………………………….. 18
III.2. UPAYA KESEHATAN JIWA ……………………………………………………………………………………………… 21
1. PELAYANAN ODGJ BEBAS PASUNG ……………………………………………………………………………… 22
III.3. PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR ………………………………………………………………….. 26
1. POS BINAAN TERPADU PENYAKIT TDAK MENULAR (POSBINDU PTM)……………………………… 28
III.4. USAHA KESEHATAN PERORANGAN………………………………………………………………………………… 32
1. BANTUAN KAKI PALSU KEPADA PENYANDANG DISABILITAS……………………………………… 33
2. PELAYANAN KESEHATAN BERGERAK……………………………………………………………………….. 37

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 3

BAB I

PEMETAAN PROGRAM BERKESINAMBUNGAN


Pemetaan program telah dilaksanakan dan dilaporkan pada Laporan Awal.

BAB II

PLAN OF ACTION
Plan of Action (POA) telah dibuat dan dilaporkan pada Laporan Awal.

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 4

BAB III
PROGRAM INTERVENSI

III.1. PROMOSI KESEHATAN

III.1.A. Latar Belakang Utama

Promosi kesehatan menurut Piagam Ottawa diartikan sebagai suatu proses yang
memungkinkan seseorang untuk meningkatkan dan mengontrol derajat kesehatannya, baik
secara individu, kelompok, maupun masyarakat. sedangkan menurut Permenkes Nomor 74
tahun 2015, pasal 1 butir 3, Promosi Kesehatan adalah proses untuk memberdayakan
masyarakat melalui kegiatan menginformasikan, mempengaruhi dan membantu masyarakat
agar berperan aktif untuk mendukung perubahan perilaku dan lingkungan serta menjaga dan
meningkatkan kesehatan menuju derajat kesehatan yang optimal

Istilah dan pengertian promosi kesehatan adalah merupakan pengembangan dari istilah
pengertian yang sudah dikenal selama ini, seperti : Pendidikan Kesehatan, Penyuluhan
Kesehatan, KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi). Promosi kesehatan/pendidikan
kesehatan merupakan cabang dari ilmu kesehatan yang bergerak bukan hanya dalam proses
penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan semata, akan tetapi di dalamnya terdapat usaha untuk memfasilitasi dalam rangka
perubahan perilaku masyarakat. WHO merumuskan promosi kesehatan sebagai proses untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
Selain itu, untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial
masyarakat harus mampu mengenal, mewujudkan aspirasinya, kebutuhannya, serta mampu
mengubah atau mengatasi lingkungannya. Dapat disimpulkan bahwa promosi kesehatan
adalah program-program kesehatan yang dirancang untuk membawa perubahan (perbaikan),
baik di dalam masyarakat sendiri, maupun dalam organisasi dan lingkungannya.

Orientasi pelayanan kesehatan harus digeser dari pelayanan kesehatan yang konvensional
(paradigma sakit) ke pelayanan kesehatan yang sesuai dengan paradigma baru (paradigma
sehat). Paradigma Sehat itu sendiri merupakan Cara pandang atau pola fikir pembangunan
kesehatan bersifat holistik, proaktif antisipatif, Melihat masalah kesehatan sebagai masalah
yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral dalam suatu wilayah
dan Berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk
agar tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit.
Untuk itu, ujung tombak dari percepatan pembangunan kesehatan di DTPK adalah
Puskesmas, dan salah satu dari upaya kesehatan wajib puskesmas yang harus ditingkatkan
kinerjanya adalah promosi kesehatan.

III.1.B. Tujuan Utama

 Tujuan Umum
Meningkatnya kemampuan individu, keluarga dan masyarakat untuk berperilaku hidup
bersih dan sehat, serta berperan aktif dalam setiap gerakan kesehatan masyarakat dalam

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 5

mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatannya secara mandiri melalui


pengembangan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat.

 Tujuan Khusus
 Meningkatkan komitmen pembangunan berwawasan kesehatan dari para penentu
kebijakan dari berbagai pihak
 Meningkatkan kerjasama antar masyarakat, antar kelompok, serta antar lembaga
dalam rangka pembangunan berwawasan kesehatan.
 Meningkatkan peran masyarakat termasuk swasta sebagai subjek atau
penyelenggara upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan.
 Meningkatkan upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan yang efektif
dengan mempertimbangan kearifan lokal.

III.1.C. Metode Pelaksanaan


 Strategi
o Advokasi
o Pemberdayaan Masyarakat
o Kemitraan

 Metode
o Metode Promosi Individual
 bimbingan, penyuluhan, wawancara
o Metode Promosi Kelompok
 Kelompok Besar : Ceramah,Seminar;
 Kelompok Kecil : Diskusi, Brain Storming, Snow Ball, Role Play,
permainan Simulasi

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 6

III.1.D. Uraian Kegiatan

D.1. DRAMA PENYULUHAN BAHAYA HIV/AIDS (HARI AIDS SEDUNIA)


D.1.1. Latar Belakang

Terdapat 35 juta orang hidup dengan HIV yang meliputi 16 juta perempuan dan 3,2 juta
anak berusia<15 tahun pada tahun 2013 di seluruh dunia. Jumlah infeksi baru HIV pada
tahun 2013 sebesar 2,1 juta yang terdiri dari 1,9 juta dewasa dan 240.000 anak berusia <15
tahun. Jumlah kematian akibat AIDS sebanyak 1,5 juta yang terdiri dari 1,3 juta dewasa dan
190.000 anak berusia <15 tahun.

Di Indonesia, HIV AIDS pertama kali ditemukan di provinsi Bali pada tahun 1987. Hingga saat
ini HIV AIDS sudah menyebar di 386 kabupaten/kota di seluruh provinsi di Indonesia.
Pengidan HIV meningkat dari 21.511 tahun 2012 menjadi 29.037 tahun 2013. Penderita AIDS
menurun dari 8.610 tahun 2012 menjadi 5.608 tahun 2013.

Infeksi HIV paling banyak terjadi pada kelompok usia produktif 25 – 49 tahun, diikuti
kelompok usia 20 – 24 tahun. Infeksi HIV dominan terjadi pada heteroseksial, diikuti
kelompok “lain – lain”, pengguna napza suntik dan kelompok homoseksual.

Perkembangan penularan HIV yang terus meningkat dari tahun ke tahun tersebut sangat
menghawatirkan. Berbagai upaya untuk mengurangi angka penularan infeksi HIV telah
dilakukan. Salah satu aspek tersebut adalah dengan upaya promotif dan preventif.

Penularan HIV kini sangat mengkhawatirkan dengan kelompok muda usia 20 – 29 tahun yang
banyak tertular. Dengan perjalanan alamiah penyakit yang panjang dan tanpa gejala, besar
kemungkinan bahwa penularan sesungguhnya telah terjadi di usia yang lebih muda, yaitu
pada usia remaja. Fakta tersebut tentu saja tidak bisa dilepaskan dari peranan masyarakat,
utamanya yang berusia lebih dewasa, karena dari kelompok masyarakat dewasa mereka
memperoleh informasi tentang HIV-AIDS. Selama ini informasi tersebut selalu dibalut atau
dikaitkan dengan norma, moral dan agama. Hal tersebut menyebabkan fakta medis tentang
HIV-AIDS menjadi kabur dan bahkan memunculkan mitos tentang penularan, sehingga
pemahaman terhadap cara pencegahannya juga menjadi salah.

Oleh karena itu pemahaman sedini mungkin tentang HIV-AIDS sangat diperlukan bagi
kelompok usia muda, yaitu remaja. Sehingga, dengan meningkatnya pemahaman tentang
HIV-AIDS para remaja dapat melakukan upaya pencegahan dengan menerapkan perilaku dan
gaya hidup sehat yang jauh dari resiko terkena infeksi HIV.

D.1.2. Tujuan
1. Meningkatkan pengetahuan siswa mengenai HIV/AIDS
2. Memberikan pemahaman bagaimana penularan HIV
3. Memberikan pemahaman pentingnya pencegahan HIV/AIDS
4. Memberikan pemahaman tentang ODHA
5. Mengajak siswa untuk menerapkan gaya hidup sehat

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 7

D.1.3. Pihak yang Dilibatkan dan Peranan


 Kepala sekolah sebagai pimpinan berperan dalam memberikan izin kegiatan dan
bertanggung jawab atas kesiapan sekolah dalam persiapan sarana dan prasarana.
 Guru yang bersentuhan langsung dengan siswa berperan untuk membimbing dan
mendidik siswa. Dalam kegiatan ini guru membantu mengatur para siswa untuk
mengikuti kegiatan dangan tertib.

D.1.4. Sasaran
Seluruh siswa kelas VII, VIII, IX SMP N 1 Pasikolaga.

D.1.5. Rincian Kegiatan


Kegiatan Drama penyuluhan HIV/AIDS ini melibatkan anggota Tunas Muda Tampunabale
yang juga merupakan siswi SMPN 1 Pasikolaga. Metode Drama dipilih untuk penyuluhan
dirasa tepat sebagai media untuk menyampaikan informasi bahaya HIV/AIDS dikalangan
remaja. Diawali dengan membuat skenario/alur cerita drama, kemudian melakukan latihan
drama agar saat pementasan berjalan lancar. Pada bulan Desember 2018 dilakukan
pementasan Drama bahaya HIV/AIDS di SMPN 1 Pasikolaga. Siswa –siswa SMPN 1 pasikolaga
berkumpul di ruang aula. Setelah diberi arahan oleh guru pendamping, pementasan
dilaksanakan. Siswa – siswi antusias dalam menyaksikan pementasan. Pada akhir acara
ditampilkan juga Dance ABAT (aku bangga aku tahu). Selain pementasan Drama, Tunas
Muda Tampunabale juga berpartisipasi dalam pembuatan iklan bahaya HIV/AIDS.

D.1.6. Metode Pelaksanaan


Drama

D.1.7. Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut


 Capaian Indikator Keberhasilan
o Kegiatan berlangsung dengan lancar

 Rencana Tindak Lanjut


o Melaksanakan kegiatan penyuluhan dengan menggunakan metode kreatif
lainnya

D.1.8. Evaluasi dan Rekomendasi

No Evaluasi Rekomendasi

Walaupun lancar, saat drama berlangsung


1. Latihan drama dimaksimalkan
para pemain masih ada yang lupa dialog

2. Tidak ada instrumen untuk evaluasi peserta Perlu adanya pre dan post test

3. Tidak ada dukungan dari Puskesmas 

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 8

D.1.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan : https://youtu.be/2DOOr6isCLk

Tunas Muda Tampunabale sedang mementaskan Drama bahaya HIV/AIDS

Tunas Muda Tampunabale sedang menampilkan Dance ABAT

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 9

Tunas Muda Tampunabale sedang menampilkan Dance ABAT

Tunas Muda Tampunabale sedang berlatih Drama

Foto bersama Tunas Muda Tampunable

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 10

D.2. LOMBA PENYULUHAN GIZI SEIMBANG (HGN 2018)


D.2.1. Latar Belakang
Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini, selain masih
menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi persoalan yang
harus ditangani dengan serius. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2010-2014, perbaikan status gizi masyarakat merupakan salah satu prioritas dengan
menurunkan prevalensi balita gizi kurang (underweight) menjadi 15% dan prevalensi balita
pendek (stunting) menjadi 32% pada tahun 2014. Hasil Riskesdas dari tahun 2007 ke tahun
2013 menunjukkan fakta yang memprihatinkan dimana underweight meningkat dari 18,4%
menjadi 19,6%, stunting juga meningkat dari 36,8% menjadi 37,2%, sementara wasting
(kurus) menurun dari 13,6% menjadi 12,1%. Riskesdas 2010 dan 2013 menunjukkan bahwa
kelahiran dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) <2500 gram menurun dari 11,1%
menjadi 10,2%.

Stunting terjadi karena kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kemiskinan dan pola
asuh tidak tepat, yang mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal,
mudah sakit dan berdaya saing rendah, sehingga bisa terjebak dalam kemiskinan. Seribu hari
pertama kehidupan seorang anak adalah masa kritis yang menentukan masa depannya, dan
pada periode itu anak Indonesia menghadapi gangguan pertumbuhan yang serius.

Salah satu faktor terjadinya permasalahan gizi adalah karena rendahnya pengetahuan
tentang gizi seimbang. Masyarakat masih menomorduakan masalah gizi dalam kebutuhan
sehari – hari. Pemahaman yang salah mengenai jumlah, jenis, dan jadwal makan turut serta
mempengaruhi terjadinya gizi kurang dan stunting.

Bertepatan dengan Hari Gizi Nasional yang jatuh pada 25 Januari mendatang, maka
dipandang perlu mengajak semua lapisan masyarakat bersama – sama bergerak
meningkatkan gizi keluarga. Salah satu upaya tersebut adalah dengan mengajak serta anak
muda untuk menjadi pelopor dalam mensosialisasikan gizi seimbang. Lomba penyuluhan
dipilih sebagai salah satu cara menyebarkan informasi manfaat gizi seimbang dengan peran
aktif anak muda.

D.2.2. Tujuan
1. Sebagai ajang sosialiasi Gizi Seimbang dikalangan pelajar
2. Menjaring pelajar untuk menjadi kader penyuluh muda
3. Sebagai peringatan Hari Gizi Nasional

D.2.3. Pihak yang Dilibatkan dan Peranan


1. Kepala sekolah : Memberikan rekomendasi siswa yang iktu berlomba
2. Guru : Mendampingi siswa yang berlomba
3. Tunas Muda Tampunabale : Sebagai pelaksana kegiatan

D.2.4. Sasaran
Siswa SMP/MTs di Pasikolaga.

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 11

D.2.5. Rincian Kegiatan


Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 14 Januari 2018 di Taman Baca Impian Pasikolaga.
Kegiatan ini diikuti oleh 9 peserta masing – masing 5 peserta dari SMPN 1 Pasikolaga dan 4
peserta dari MTs 5 Muna. Diawali dengan pembukaan, kemudian pengambilan nomor urut,
peserta selanjutnya menyampaikan materi gizi seimbang kepada peserta lain dan juri. Materi
gizi seimbang sebelumnya sudah diberikan kepada peserta untuk dipelajari. Setiap selesai
tampil, masing- masing peserta diberikan masukan dan saran atas penampilannya oleh juri.

D.2.6. Metode Pelaksanaan


Lomba penyuluhan

D.2.7. Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut


 Capaian Indikator Keberhasilan
o Baik SMPN 1 Pasikolaga dan MTsN 5 Muna mengirimkan perwakilannya mengikuti
lomba
o Sembilan peserta lomba tampil dengan baik
 Rencana Tindak Lanjut
o Melaksanakan kegiatan penyuluhan melibatkan peserta lomba

D.2.8. Evaluasi dan Rekomendasi

No Evaluasi Rekomendasi

Peserta lomba masih terpaku dengan modul Memberikan saran dan mendorong peserta
1.
yang diberikan dan terkesan menghapal untuk terus berlatih

Merupakan lomba penyuluhan yang kedua


 Agar terus dilakukan pembinaan terhadap
2. kali digelar bertujuan menjaring penyuluh
peserta yang telah mengikuti lomba
muda

3. Tidak ada dukungan dana dari Puskesmas 

D.2.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan :

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 12

Salah satu peserta saat mengikuti lomba menggunakan media poster

Salah satu peserta saat mengikuti lomba

Peserta Lomba Penyuluhan

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 13

Suasana saat berlangsungnya lomba

Foto bersama peserta dan panitia

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 14

D.3. LOMBA RANKING 1 GIZI SEIMBANG (HGN 2018)


D.3.1. Latar Belakang
Perkembangan masalah gizi di Indonesia semakin kompleks saat ini, selain masih
menghadapi masalah kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi juga menjadi persoalan yang
harus ditangani dengan serius. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
2010-2014, perbaikan status gizi masyarakat merupakan salah satu prioritas dengan
menurunkan prevalensi balita gizi kurang (underweight) menjadi 15% dan prevalensi balita
pendek (stunting) menjadi 32% pada tahun 2014. Hasil Riskesdas dari tahun 2007 ke tahun
2013 menunjukkan fakta yang memprihatinkan dimana underweight meningkat dari 18,4%
menjadi 19,6%, stunting juga meningkat dari 36,8% menjadi 37,2%, sementara wasting
(kurus) menurun dari 13,6% menjadi 12,1%. Riskesdas 2010 dan 2013 menunjukkan bahwa
kelahiran dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) <2500 gram menurun dari 11,1%
menjadi 10,2%.

Stunting terjadi karena kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kemiskinan dan pola
asuh tidak tepat, yang mengakibatkan kemampuan kognitif tidak berkembang maksimal,
mudah sakit dan berdaya saing rendah, sehingga bisa terjebak dalam kemiskinan. Seribu hari
pertama kehidupan seorang anak adalah masa kritis yang menentukan masa depannya, dan
pada periode itu anak Indonesia menghadapi gangguan pertumbuhan yang serius.

Salah satu faktor terjadinya permasalahan gizi adalah karena rendahnya pengetahuan
tentang gizi seimbang. Masyarakat masih menomorduakan masalah gizi dalam kebutuhan
sehari – hari. Pemahaman yang salah mengenai jumlah, jenis, dan jadwal makan turut serta
mempengaruhi terjadinya gizi kurang dan stunting.

Bertepatan dengan Hari Gizi Nasional yang jatuh pada 25 Januari, maka dipandang perlu
mengajak semua lapisan masyarakat bersama – sama bergerak meningkatkan gizi keluarga.
Salah satu upaya tersebut adalah dengan mengajak serta anak muda untuk menjadi pelopor
dalam mensosialisasikan gizi seimbang. Lomba Ranking Satu dipilih sebagai salah satu cara
menyebarkan informasi manfaat gizi seimbang dengan peran aktif anak - anak. Selain
bermanfaat bagi peserta, juga menarik sebagai ajang berkompetisi.

D.3.2. Tujuan
1. Sebagai ajang sosialiasi Gizi Seimbang dikalangan anak – anak
2. Sebagai peringatan Hari Gizi Nasional

D.3.3. Pihak yang Dilibatkan dan Peranan


1. Kepala sekolah : Memberikan rekomendasi siswa yang iktu berlomba
2. Guru : Mendampingi siswa yang berlomba
3. Tunas Muda Tampunabale : Sebagai pelaksana kegiatan

D.3.4. Sasaran
Siswa SD se-Pasikolaga

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 15

D.3.5. Rincian Kegiatan


Lomba ranking satu ditujukan untuk siswa sekolah dasar untuk berkompetisi dalam rangkaian
kegiatan Hari Gizi Nasional 2018. Lomba ranking satu ini dipilih karena dirasa tepat untuk
diterapkan kepada siswa sekolah dasar. Seperti halnya lomba cerdas cermat namun
dibungkus dengan suasana yang lebih menarik. Peserta lomba yang telah didaftarkan
diberikan modul materi gizi seimbang. Seluruh soal – soal lomba diambil dari modul tersebut.
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 28 Januari 2018 peserta lomba kemudian memasuki
arena lomba dan duduk sesuai tempat yang telah disediakan. Peserta lomba diberikan kertas
dan alat tulis. Kemudian pertanyaan dibacakan oleh pembawa acara. Peserta lomba
kemudian menulis jawaban dikertas yang telah diberikan. Selanjutnya dengan aba – aba
pembawa acara, peserta lomba dinstruksikan untuk mengangkat kertas yang berisi jawaban
di atas kepala. Bagi peserta yang menjawab salah dikeluarkan dari arena permainan. Begitu
seterusnya sampai mendapat juara lomba.

D.3.6. Metode Pelaksanaan


Lomba Ranking Satu

D.3.7. Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut


 Capaian Indikator Keberhasilan
o Tiga SD mengirimkan wakilnya mengikut lomba.
o 30 peserta lomba mengikuti kegiatan dengan antusias
o Kegiatan lomba berjalan dengan lancar
 Rencana Tindak Lanjut

D.3.8. Evaluasi dan Rekomendasi

No Evaluasi Rekomendasi

Peserta diawal –awal lomba masih belum


1. Perlu diadakannya technical meeting
mengerti tata cara lomba

3. Tidak ada dukungan dana dari Puskesmas 

D.3.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan :

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 16

Undangan dan penonton antusias menyaksikan lomba

Suasana lomba Ranking 1

Suasana lomba Ranking 1

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 17

Piala dan Hadiah lomba

Penampilan Tunas Muda Tampunabale menarikan senam Gizi Seimbang

Suasana peringatan HGN 2018

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 18

D.4. LOMBA MENU MAKANAN GIZI SEIMBANG (HGN 2018)


D.4.1. Latar Belakang
Menu makanan adalah susunan makanan yang dimakan oleh seseorang untuk sekali makan
atau untuk sehari. Menu makan seimbang adalah menu yang terdiri dari beranekaragam
makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi
seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan prose kehidupan serta
pertumbuhan dan perkembangan. Tidak ada satu jenis makanan yang mengandung semua
zat gizi secara lengkap. Untuk bisa hidup sehat dan produktif, kita harus mengonsumi
beranekaragam makanan sehingga bisa saling melengkapi dan menjadi zat gizi secara
lengkap.
Kesalahpahaman yang terjadi di masyarakat mengenai makan sehari-hari adalah yang
penting kenyang. Dimana porsi nasi (karbohidrat) paling banyak, sedangkan lauk dan sayur
mayur sedikit. Bahkan lebih jarang lagi buah-buahan. Dahulu, 4 sehat 5 sempurna menjadi
pedoman masyarakat dalam mengkonsumi dan menyajikan makanan. Namun, sekarang
konsep tersebut telah berubah menjadi Gizi Seimbang. Dimana, keanekaragaman makanan
sangat diperhatikan.

D.4.2. Tujuan
 Sosialisasi Gizi Seimbang kepada ibu-ibu PKK
 Implementasi Gizi Seimbang dalam menu makanan sehari-hari keluarga
 Peringatan HGN 2018

D.4.3. Pihak yang Dilibatkan dan Peranan


Tim Penggerak PKK Kecamatan : Bekerjasama dengan Tim Penggerak PKK Kecamatan
menggerakan ibu –ibu PKK untuk mengikuti kegiatan lomba.

D.4.4. Sasaran
Ibu – Ibu PKK Kecamatan Pasikolaga

D.4.5. Rincian Kegiatan


Lomba menu makanan gizi seimbang ini merupakan salah satu rangkaian lomba dalam
peringatan Hari Gizi Nasional tahun 2018. Peringatan HGN 2018 ini tetap berfokus dalam
mensosialisasikan Gizi Seimbang kepada masyarakat luas. Dipilihnya lomba menu makanan
gizi seimbang karena mengingat yang memiliki peran utama dalam menyediakan kebutuhan
gizi keluarga adalah ibu-ibu di rumah tangga. Untuk itu, dirasa tepat melibatkan para ibu
untuk berpartisipasi dalam kegiatan lomba ini. Untuk melibatkan ibu-ibu di kecamatan
pasikolaga, kami bekerjasama dengan Tim Penggerak PKK Kecamatan Pasikolaga. Setelah
menyepakati poin-poin dan persayaratan lomba, kami memberikan modul gizi seimbang yang
berisi materi dan penjelasan mengenai gizi seimbang kepada masing-masing perwakilan TP
PKK Desa yang mengikuti lomba. Kemudian, saat hari pelaksanaan. Para peserta lomba telah
menyiapkan masakannya dari rumah masing –masing dan dinilai saat pelaksanaan lomba
pada tanggal 28 Januari 2018 bertempat di Desa Tampunabale. Setelah dilakukan penilaian

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 19

oleh dewan juri sesuai dengan kriteria dari gizi seimbang, kemudian ditentukan pemenangnya
serta diberikan bingkisan.

D.4.6. Metode Pelaksanaan


Lomba

D.4.7. Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut


 Capaian Indikator Keberhasilan
o Kegiatan lomba diikuti oleh seluruh perwakilan TP PKK desa
o
 Rencana Tindak Lanjut
o Agar kegiatan sejenis bisa dilakukan tiap tahun

D.4.8. Evaluasi dan Rekomendasi

No Evaluasi Rekomendasi

Masih ada beberapa peserta lomba yang


Perlu diadakannya penyuluhan/ sosialisasi
1. menyajikan menu makanan tidak sesuai
awal Gizi Seimbang bersama ibu-ibu PKK
dengan pedoman gizi seimbang

3. Tidak ada dukungan dana dari Puskesmas 

D.4.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan :

Salah satu juri menilai makanan yang disajikan peserta

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 20

Salah satu juri menilai makanan yang disajikan peserta

Salah satu juri menilai makanan yang disajikan peserta

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 21

III.2. UPAYA KESEHATAN JIWA

III.2.A. Latar Belakang Utama


Menurut WHO, kesehatan jiwa didenifisikan sebagai kondisi sehat dimana seseorang dapat
menyadari potensi diri sendiri, mengatasi tekanan hidup, bekerja secara produktif, dan
berkontribusi pada masyarakat. seiring dengan dinamika sosial dan tekanan dari lingkungan
sekitarm resiko gangguan jiwa ringan hingga berat semakin meningkat. Stigma yang timbul
menyebabkan ketidakpedulian dan diskriminasi pada penderita di lingkungan kerja, fasilitas
pelayanan kesehatan dan komunitas.

Menurut WHO, pada tahun 2020, depresi akan berada diurutan penyakit dunia dan lebih
banyak dialami perempuan dibandingkan laki- laki. Sepertiga dari penyandang disabilitas
mengalami gangguan depresi dan dapat berdampak buruk memicu upaya bunuh diri

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan yang signifikan di dunia, termasuk
Indonesia. Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta
orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena demensia. Di
Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, piskologis dan sosial dengan keanekaragaman
penduduk, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada
penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang.

Data riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukan
dengan gejala depresi dan kecemasn untuk usia 15 tahun keatas mencapai sekitar 14 juta
orang atau 6% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat,
seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau 1,7 per 100.000 penduduk

III.2.B. Tujuan Utama


 Terwujudnya derajat kesehatan jiwa yang optimal bagi seluruh masyarakat
 Memberikan pelayanan kesehatan jiwa kepada masyarakat secara umum
 Memberiksan pelayanan kesehatan jiwa kepada Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
 Tidak ada ODGJ yang terlantar

III.2.C. Metode Pelaksanaan


 Strategi
o Advokasi
o Pemberdayaan Masyarakat
o Kemitraan
 Metode
o Pelayanan kesehatan

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 22

III.2.D. Uraian Kegiatan

D.1. PELAYANAN ODGJ BEBAS PASUNG


D.1.1. Latar Belakang
Menurut data kemensos, sekitar 57.000 orang pernah mengalami pemasungan. Selain itu
kurang dari 10 persern yang telah berobat. Biasanya orang yang dipasung mengalami
gangguan skizofrenia, bipolar, juga dapat dialami oleh penyandang autisme, keterbelakangan
mental atau yang mengalami gangguan mental organik.

Pemasungan masih dilakuka masyarakat di Indonesia karena kesulitan ekonomi, pendidikan


dan pemaham yang rendah serta rendahnya akses terhadap layanan kesehatan.

Tindakan pemasungn sebenarnya telah melanggar Undang – Undang nomor 18 tahun 2014
tentang Kesehatan Jiwa.

Terkait dengan hal tersebut pemerintah telah mencanangkan Program Indonesia Bebas
Pasung. Namun, dalam pelaksanaannya dilapangan masih ditemukan kendala. Seperti halnya
kurang aktifnya petugas kesehatan setempat untuk mencari dan mengkoordinasikan bila
terdapat ODGJ yang dipasung.

Seperti halnya di Desa Tampunabale, setelah mendapatkan informasi mengenai adanya dua
ODGJ yang dipasung selama 27 tahun dan 3 tahun saat pendataan keluarga sehat. Tim NS
berinisiatif untuk bagaimana caranya agar kedua ODGJ tersebut dapat dibawa ke RSJ untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih layak.

D.1.2. Tujuan
 Memberikan pelayanan kesehatan kepada ODGJ yang dipasung
 Merujuk ODGJ yang di pasung ke RSJ

D.1.3. Pihak yang Dilibatkan dan Peranan


 Keluarga
 Kepala Desa
 BPJS

D.1.4. Sasaran
ODGJ yang terlantar dan ODGJ yang dipasung

D.1.5. Rincian Kegiatan


Setelah mendapatkan informasi kedua ODGJ yang dipasung, kemudian mengadvokasi
keluarga tentang rencana membawa ODGJ tersebut ke RSJ. Setelah diberikan pemahaman,
pihak keluarga pun setuju. Selanjutnya, mengusahakan kedua ODGJ tersebut ikut dalam
kepesertaan JKN-KIS. Dengan dibantu Pihak BPJS, kartu JKN-KIS keduanya keluar. Kemudian,
mengkomunikasikan kepada Kepala Desa untuk membantu dalam transportasi dan akomodasi
ke RSJ. Dua ODGJ tersebut dilepas pasungnya dengan dibantu warga kemudian dibawa ke
RSJ dalam dua tahap, yaitu pada tanggal 2 Desember 2017 dan tanggal 13 Desember 2017.

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 23

D.1.6. Metode Pelaksanaan


Advokasi

D.1.7. Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut


 Capaian Indikator Keberhasilan
o Dua ODGJ di Desa tampunabale dilepas dari pasungnya
o Dua ODGJ di Desa Tampunabale mendapat pelayanan medis (di rujuk) di RSJ
Kendari
 Rencana Tindak Lanjut
o Pihak keluarga diberikan pemahaman bahwa setelah selesai dirawat di RSJ, harus
tetap kontrol ke puskesmas/RS untuk mendapatkan pengobatan

D.1.8. Evaluasi dan Rekomendasi

No Evaluasi Rekomendasi

Perlu adanya pendataan dan mendorong agar


1. ODGJ yang terlantar tidak memiliki NIK
ODGJ yang terlantar memiliki NIK

 Petugas BPJS di Puskesmas memprioritaskan


2. ODGJ yang terlantar tidak memiliki BPJS ODGJ tsb untuk mendapat BPJS bantuan
pemerintah

Petugas kesehatan cenderung acuh dengan


 Agar di puskesmas ditunjuk programer kesjiwa
ODGJ dan menyusun program tentang kesjiwa

Kurang mendapat dukungan dari pihak


3. 
Puskesmas

D.1.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan : https://youtu.be/7vfaycHzNhM
https://youtu.be/qp0dvB3YwVE

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 24

Proses Pembebasan Pasung Bpk. LDJ

Proses Pembebasan Pasung Bpk. LDJ

Proses Pembebasan Pasung Bpk. LS

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 25

Proses Pembebasan Pasung Bpk. LS

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 26

III.3. PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR

III.3.A. Latar Belakang Utama

Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama sebesar 36 juta
(63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh dunia, di mana sekitar 29 juta
(80%) justru terjadi di negara yang sedang berkembang (WHO, 2010). Peningkatan kematian
akibat PTM di masa mendatang diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15% ( 44 juta
kematian) dengan rentang waktu antara tahun 2010 dan 2020. Kondisi ini timbul akibat
perubahan perilaku manusia dan lingkungan yang cenderung tidak sehat terutama pada
negara-negara berkembang.

Pada awal perjalanan PTM seringkali tidak bergejala dan tidak menunjukkan tanda klinis
secara khusus sehingga datang sudah terlambat atau pada stadium lanjut akibat tidak
mengetahui dan menyadari kondisi kelainan yang terjadi pada dirinya. Riset Kesehatan Dasar
pada tahun 2013 menunjukan bahwa 69,6% dari kasus diabetes melitus dan 63,2% dari
kasus hipertensi masih belum terdiagnosis. Keadaan ini mengakibatkan penanganan menjadi
sulit, terjadi komplikasi bahkan berakibat kematian lebih dini. Dalam kurun waktu tahun 1995
-2007, kematian akibat PTM mengalami peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%. Riset
Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit Stroke 12,1 per 1000,
Penyakit Jantung Koroner 1,5%, Gagal Jantung 0,3%, Diabetes Melitus 6,9%, Gagal Ginjal
0,2%, Kanker 1,4 per 1000, Penyakit Paru Kronik Obstruktif 3,7% dan Cidera 8,2%. Menurut
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi merokok 36,3%, (dibagi menjadi perokok laiki-
laki dan perokok wanita) kurang aktifitas fisik 26,1%, kurang konsumsi sayur dan buah
93,6%, asupan makanan yang berisiko PTM seperti makanan manis 53,1%, makanan asin
26,2%, makanan tinggi lemak 40,7%, makanan berpenyedap 77,3% serta gangguan mental
emosional 6,0%. obesitas umum 15,4%,dan obesitas sentral 26,6%.

Peningkatan prevalensi PTM berdampak terhadap peningkatan beban pembiayaan kesehatan


yang harus ditanggung Negara dan masyarakat. Penyandang PTM memerlukan biaya yang
relatif mahal, terlebih bila kondisinya berkembang menjadi kronik dan terjadi komplikasi. Data
Pusat Pemeliharaan Jaminan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2012
memperlihatkan bahwa PTM menghabiskan biaya pengobatan yang cukup besar bila
dibandingkan dengan biaya pengobatan tertinggi dari seluruh penyakit menular. Pembiayaan
Hemodialisis pada kasus Gagal Ginjal Kronik sebesar Rp. 227.493.526.119,- dan pada
penyakit kanker sebesar Rp. 144.689.231.240 sementara pembiayaan untuk TBC sebesar Rp.
106.502.636.171.

III.3.B. Tujuan Utama

 Tujuan Umum :

Terlaksananya pencegahan dan pengendalian faktor risiko PTM berbasis peran serta
masyarakat secara terpadu, rutin dan periodik

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 27

 Tujuan khusus :
a. Terlaksananya deteksi dini faktor risiko PTM
b. Terlaksananya monitoring faktor risiko PTM
c. Terlaksananya tindak lanjut dini

III.3.C. Metode Pelaksanaan


Metode yang digunak meliputi penyuluhan, pemeriksaan kesehatan umum dan konseling
kesehatan.

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 28

D.1. POS BINAAN TERPADU PENYAKIT TDAK MENULAR (POSBINDU PTM)

D.1.1. Latar Belakang

Penyakit tidak menular (PTM) dapat dicegah dengan mengendalikan faktor risikonya, yaitu
merokok, diet yang tidak sehat, kurang aktifitas fisik dan konsumsi minuman beralkohol.
Mencegah dan mengendalikan faktor risiko relatif lebih murah bila dibandingkan dengan biaya
pengobatan PTM. Pengendalian faktor risiko PTM merupakan upaya untuk mencegah agar
tidak terjadi faktor risiko bagi yang belum memiliki faktor risiko, mengembalikan kondisi
faktor risiko PTM menjadi normal kembali dan atau mencegah terjadinya PTM bagi yang
mempunyai faktor risiko, selanjutnya bagi yang sudah menyandang PTM, pengendalian
bertujuan untuk mencegah komplikasi, kecacatan dan kematian dini serta meningkatkan
kualitas hidup.

Salah satu strategi pengendalian PTM yang efisien dan efektif adalah pemberdayaan dan
peningkatan peran serta masyarakat. Masyarakat diberikan fasilitas dan bimbingan untuk ikut
berpartisipasi dalam pengendalian faktor risiko PTM dengan dibekali pengetahuan dan
keterampilan untuk melakukan deteksi dini, monitoring faktor risiko PTM serta tindak
lanjutnya. Kegiatan ini disebut dengan Pos pembinaan terpadu (Posbindu) PTM. Posbindu
PTM merupakan wujud peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan
monitoring faktor risiko PTM serta tindak lanjutnya yang dilaksanakan secara terpadu, rutin,
dan periodik.
Kegiatan Posbindu PTM diharapkan dapat meningkatkan sikap mawas diri masyarakat
terhadap faktor risiko PTM sehingga peningkatan kasus PTM dapat dicegah. Sikap mawas diri
ini ditunjukan dengan adanya perubahan perilaku masyarakat yang lebih sehat dan
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan tidak hanya pada saat sakit, melainkan juga pada
keadaan sehat. Dalam menyelenggarakan Posbindu PTM diperlukan suatu pedoman yang
dapat menjadi panduan bagi penyelenggaraan kegiata bagi para pemangku kepentingan
serta pelaksana di lapangan.

D.1.2. Tujuan
1. Terlaksananya deteksi dini faktor risiko PTM masyarakat desa Tampunabale
2. Terlaksananya monitoring faktor risiko PTM masyarakat desa Tampunabale
3. Terlaksananya tindak lanjut dini masyarakat desa Tampunabale

D.1.3. Pihak yang Dilibatkan dan Peranan


Kader Kesehatan sebagai pelaksana kegiatan Posbindu PTM

D.1.4. Sasaran
Masyarakat umum dengan sasaran utama Lansia.

D.1.5. Rincian Kegiatan


Pelaksanaan Posbindu PTM di Desa Tampunabale dilaksanakan setiap hari kamis minggu ke-4
setiap bulannya yang dimulai pada bulan Maret tahun 2017. Kegiatannya meliputi
wawancara, pengukuran, pemeriksaan dan tindak lanjut. Untuk pertama kalinya masyarakat
yang datang mengisi kartu kontrol posbindu PTM. Setelah mengisi data peserta posbindu

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 29

kemudian diwawancara mengenai riwayat penyakit dan faktor resiko masalah kesehatannya.
Kemudian peserta diperiksa tekanan darah, tinggi badan, berat badan, dan lingkar perut.
Oleh petugas dan kader kesehatan hasil pengukuran dicatat pada lembar kontrol yang dibawa
peserta. Selanjutnya, peserta melakukan pengecekan gula darah, kolesterol dan asam urat.
Terakhir peserta berkonsultasi dengan petugas kesehatan mengenai hasil wawancara dan
pengukuran yang telah dilakukan sebelumnya. Selain dari tahapan kegiatan posbindu PTM,
peserta Posbindu diajak senam dan pemberian penyuluhan kesehatan.

D.1.6. Metode Pelaksanaan


Wawancara, Pemeriksaan Kesehatan, Konseling, Penyuluhan.

D.1.7. Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut


 Capaian Indikator Keberhasilan
o Masyarakat desa Tampunabale terutama sasaran utama (Lansia) hadir saat
Posbindu PTM
o Terpantaunya faktor resiko peserta Posbindu PTM
 Rencana Tindak Lanjut
o Secara bertahap kader kesehatan berperan penuh pada pelaksanaan Posbindu
PTM
D.1.8. Evaluasi dan Rekomendasi

No Evaluasi Rekomendasi

1. Jumlah kunjungan menurun Sosialisasi kegiatan posbindu yang lebih baik

2. Kader belum mampu mandiri  Melakukan pendampingan terus menerus

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 30

 Terus mengingatkan kader untuk melakukan


3. Pencatatan yang masih belum baik
pencatatan hasil kegiatan posbindu

D.1.9. Dokumentasi

Suasana pelayanan saat Posbindu PTM di Desa Tampunabale

Suasana pelayanan saat Posbindu PTM di Desa Tampunabale

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 31

Suasana pelayanan saat Posbindu PTM di Desa Tampunabale

Jumlah Kunjungan
60

50

40

30
Jumlah Kunjungan
20

10

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 32

III.4. USAHA KESEHATAN PERORANGAN

III.4.A. Latar Belakang Utama


Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan
secara terpadu, eterintegrasu dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan,
pengobatan penyakit dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat.

Puskesmas wajib berpartisipasi dalam penanggulangan bencana, wabah penyakit, pelaporan


penyakit menular dan penyakit lain yang ditetapkan oleh tingkat nasional dan daerah serta
dalam melaksanakan program prioritas pemerintah. Lingkup upaya kesehatan Puskesmas
meliputi Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) yang
saling berkaitan.

Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas
untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan
penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan.

III.4.B. Tujuan Utama


Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui peningkatan, pencegaran, penyembuhan
penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan.

III.4.C. Metode Pelaksanaan


Metode yang digunakan dalam melaksanakan upaya kesehatan perseorangan meliputi
penyuluhan, pemeriksaan kesehatan umum, pelayanan laboratorium sederhana, kefarmasian,
dan konseling kesehatan.

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 33

D.1. BANTUAN KAKI PALSU KEPADA PENYANDANG DISABILITAS

D.1.1. Latar Belakang


Difabel atau disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan aktivitas dan
pembatasan partisipasi. Penyandang disabailitas adalah setiap orang yang mengalami
keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan/atau sensorik dalam jangka waktu lama yang
dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk
berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga negara lainnya berdasarkan kesamaan
hak.
Dampak disabilitas di berbagai sektor telah menjadikannya sebuah fenomena yang kompleks:
ketika kebutuhan individu dengan keterbatasan fungsi tidak dapat terakomodasi oleh
lingkungannya, maka akses untuk mendapatkan pelayanan publik pun akan terbatas dan
akan menghambat partisipasi penyandang disabilitas, terutama dalam kegiatan sosial
ekonomi. Rendahnya tingkat partisipasi berimplikasi terhadapat tingginya angka kemisikinan
yang selanjutnya akan meningkatkan risiko penyandang disabilitas.
Peran serta negara untuk membantu kehidupan kaum disabilitas sangat penting. Penyandang
disabilitas memerlukan perlakuan khusus dalam mengakses layanan umum seperti
pendidikan, pekerjaan, kesehatan, sarana transportasi umum dan lain sebagainya.

D.1.2. Tujuan
 Membantu penyandang disabilitas mendapat protesa (alat bantu)
 Meningkatkan derajat kesehatan penyandang disabilitas
 Meningkatkan kualitas hidup penyandang disabilitas

D.1.3. Pihak yang Dilibatkan dan Peranan


Camat : Membantu dalam menerbitkan surat rekomendasi
Kepala Desa : membantu dalam pendanaan akomodasi dan transportasi ke makassar
Inisiatif Zakat Indonesia : Lembaga sosial swasta yang membantu menyediakan Kaki Palsu

D.1.4. Sasaran
Penyandang Disabilitas

D.1.5. Rincian Kegiatan


Mengetahui adanya warga yang mengalami disabilitas, yaitu amputasi salah satu kaki akibat
infeksi yang meluas, kami kemudian berinisiatif untuk mencari informasi mengenai
program/bantuan yang dapat memberikan kaki palsu gratis. Kami juga telah berkomunikasi
dengan dinas sosial setempat. Pada bulan agustus 2017 kami mendapat kabar bahwa pihak
Inisiatif Zakat Indonesia (IZI) menyelenggarakan program 1000 kaki palsu gratis. Tidak
menyianyiakan kesempatan ini, kami mencoba menghubungi pihak IZI dan menanyakan
berbagai persayaratannya. Setelah itu, kami menghubungi bapak H yang mengalami
disabilitas untuk menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan. Setelah terkumpul berkas
persyaratan tersebut kami kirim ke IZI. IZI kemudian melakukan verifikasi dan menentukan
apakah calon penerima bantuan kaki palsu layak untuk mendapatkan bantuan. Setelah
diverifikasi, kami kemudian diinformasikan oleh pihak IZI kami mendapatkan bantuan kaki
palsu tersebut. Tahap selanjutnya adalah pengukuran kaki yang akan dibuatkan oleh pihak

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 34

IZI di tempat perwakilan IZI. Kebetulan tempat yang dekat adalah perwakilan IZI Makassar.
Setelah dilakukan pengukuran, selanjutnya menunggu kaki palsu tersebut selesai dibuat.
Kurang lebih dua bulan kaki palsu tersebut dibuat. Setelah selesai, kaki palsu dikirim kepada
kami dan kami menyerahkan kaki palsu tersebut kepada Bapak H dan disaksikan oleh bapak
camat, kepala desa, dan masyarakat setempat.

D.1.6. Metode Pelaksanaan


Advokasi, Fasilitasi,

D.1.7. Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut


 Capaian Indikator Keberhasilan
o Penyandang disabilitas mendapat bantuan kaki palsu
o Penyandang disabiltas dapat beraktivitas dengan baik menggunakan kaki palsu
 Rencana Tindak Lanjut
o Kunjungan rumah kepada penderita disabilitas
o Mengusahakan bantuan kaki palsu bagi penderita disabilitas yang belum
mendapatkan bantuan

D.1.8. Evaluasi dan Rekomendasi

No Evaluasi Rekomendasi

Lapor pada pihak terkait agar penderita


Sulitnya mendapat bantuan kaki palsu bagi
1. disabilitas mendapat kemudahan bantuan kaki
penderita disabilitas
palsu

3. Tidak ada dukungan dari Puskesmas 

D.1.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan : https://youtu.be/gRLw_a1GndM

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 35

Proses Penyerahan Kaki Palsu oleh pihak IZI

Proses Penyerahan Kaki Palsu ke Bpk H

Proses Penyerahan Kaki Palsu ke Bpk H

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 36

Foto Bersama Camat Pasikolaga, Kades Kolese, dan Bpk H sekeluarga

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 37

D.2. PELAYANAN KESEHATAN BERGERAK

D.3.1. Latar Belakang


Pelayanan Kesehatan Bergerak merupakan sebuah terobosan yang dilakukan dalam rangka
meningkatkan akses dan ketersediaan pelayanan kesehatan di daerah yang sulit diakses
karena terhalang oleh kondisi geografis. Selain itu PKB juga ditujukan untuk daerah yang
sangat jauh dari fasilitas pelayanan kesehatan.

Kebanyakan masyarakat terutama di daerah Pasikolaga, sangat jarang ke Puskesmas, karena


mereka lebih memilih menunggu pelayanan yang dilakukan saat Posyandu (1 kali dalam
sebulan) untuk memeriksakan kesehatannya. PKB terutama ditujukan untuk pasien hipertensi
yang harus mendapatkan obat dan pemeriksaan berkelanjutan dan jumlah kasusnya lumayan
banyak di Desa Mataindaha dan Kolese. Desa ini terletak di sepanjang pantai dan cukup jauh
dari Puskesmas. Sehingga PKB ini akan sangat membantu bagi pasien disana.

D.3.2. Tujuan
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
1. Mendekatkan akses pelayanan kesehatan bagi desa yang jauh dari fasilitas kesehatan dan
terhalang kondisi geografis
2. Memudahkan masyarakat untuk berobat

D.3.3. Pihak yang Dilibatkan dan Peranan


a. Kepala desa, Mendukung terlaksananya Pelayanan Kesehatan Bergerak serta
memfasilitasi tempat PKB.
b. Kader kesehatan, Mensosialisasikan kegiatan kepada masyarakat untuk berobat pada
jadwal yang telah disepakati.
c. Bidan desa, Bekerjasama dengan Tim PKB untuk melakukan pelayanan dan
mensosialisasikan kegiatan ini.
d. Tim PKB (Dokter, Aopoteker, Perawat, Analis Laboratorium), melakukan pelayanan
kesehatan.

D.3.4. Sasaran
Masyarakat Mataindaha dan Kolese.

D.3.5. Rincian Kegiatan


Kegiatan PKB dilakukan setiap bulan yaitu pada minggu pertama dan minggu ketiga. Karena
pada minggu kedua dilaksanakan posyandu balita dan minggu keempat dilaksanakan
posyandu lansia. Sehingga masyarakat yang jauh dari puskesmas dan terhalang oleh akses
yang susah ke fasilitas kesehatan bisa mendapatkan pelayanan tiap minggu. PKB desa Kolese
dilaksanakan pada hari Kamis dan PKB desa Mataindaha dilaksanakan pada hari Jumat.
Tempat Pelayanan Kesehatan Bergerak untuk desa Mataindaha adalah di Pustu minggu
pertama dan di Bata (SDN 5 Pasikolaga) pada minggu ketiga. Sedangkan untuk Desa Kolese
Pelayanan Kesehatan Bergerak dilaksanakan di Kampung Baru pada minggu pertama dan di
perbatasan Mataindaha Kolese sesuai dengan tindak lanjut sebelumnya.

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 38

Kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan adalah:


a. Registrasi Pasien
Pasien yang mendaftar untuk berobat dibuatkan rekam medisnya, dan dicantumkan
nomor urut, agar memudahkan saat berobat selanjutnya.
b. Pengukuran berat badan, tinggi badan, dan Tekanan Darah
Perawat melakukan penimbangan berat badan, tinggi badan (jika diperlukan), dan
pengukuran tekanan darah sebelum diperiksa oleh dokter.
c. Pemeriksaan dan Konsultasi dengan Dokter
Selanjutnya pasien masuk ke ruang dokter dan membawa rekam medis. Dokter
melakukan pada pemeriksaan dan memberikan resep kepada pasien.
d. Pelayanan kefarmasian (Penyerahan Obat, Pemberian Informasi Obat, dan Konseling)
Pasien menyerahkan resep dan rekam medis kepada apoteker untuk disiapkan obatnya.
Kemudian apoteker menjelaskan obat yang didapat oleh pasien, jika termasuk kedalam
kriteria konseling maka dilakukan konseling dan dicatat. Pelayanan pada pasien di catat
dalam Patient Medical Record (PMR)
e. Pemeriksaan Laboratorium (Gula darah, Kolesterol, Asam Urat, dan Hb)
Bagi pasien yang ingin melakukan pemeriksaan darah, atau yang direkomendasikan oleh
dokter, maka diperiksakan terlebih dahulu oleh analis, kemudian hasilnya diserahkan ke
dokter untuk ditindaklanjuti.

D.3.6. Metode Pelaksanaan


 Penyuluhan Kesehatan
 Pengobatan
 KIE (Konseling, Informasi, dan Edukasi)
 Pelayanan Farmasi Klinik

D.3.7. Capaian Indikator Keberhasilan dan Rencana Tindak Lanjut


 Capaian Indikator Keberhasilan
Rata-rata kunjungan pasien relatif meningkat setiap bulannya terutama di Desa Kolese
dan pelayanan lebih merata disepanjang pesisir pantai desa Mataindaha dan Kolese.
Serta lebih terpantaunya masyarakat yang menderita hipertensi dengan adanya
pelayanan yang berkesinambungan tiap minggu di desa Mataindaha dan Kolese.

 Rencana Tindak Lanjut


PKB di Desa Mataindaha dan Desa Kolese tetap dilaksanakan secara berkelanjutan
walaupun Tim Nusantara Sehat tidak bertugas lagi di Puskesmas Pasikolaga. Petugas
kesehatan yang ada di kedua Desa ini tetap melakukan pelayanan kesehatan bergerak
seperti biasanya. Sehingga masyarakat di sepanjang pesisir pantai Matandaha Kolese bisa
mendapatkan pelayanan kesehatan secara optimal dan berkesinambungan.

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 39

D.3.8. Evaluasi dan Rekomendasi

No Evaluasi Rekomendasi

Ada beberapa pasien yang tidak bisa


datang ke tempat PKB karena kondisi Diharapkan ambulance Puskesmas bisa
tertentu (tidak bisa bangun, susah standby selama PKB, karena jika ada pasien
bergerak,dll) dan harus dilihat kerumahnya. yang tidak bisa datang ke tempat pelayanan
1.
Sedangkan semua peralatan dan obat- karena kondisi tertentu dapat dijemput
obatan yang diperlukan ada ditempat menggunakan ambulance sehingga pelayanan
pelayanan dan susah untuk dibawa bolak- lebih efektif dan efisien.
balik.

Masih ada masyarakat yang datang mencari


Meningkatkan sosialisasi ke masyarakat untuk
petugas kesehatan untuk datang
2. datang saat PKB. Apalagi dengan ditambahnya
kerumahnya pada hari yang bersamaan
tempat pelayanan dimasing-masing desa.
dengan kegiatan PKB, setelah jam kerja.

Fasilitas yang belum lengkap, seperti meja Melengkapi fasilitas yang belum ada, dan
3. dan kursi, serta alat kesehatan dan obat- bekerjasama dengan pihak aparat desa dalam
obatan. melengkapi peralatan tersebut.

D.3.9. Dokumentasi

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Tabel Jumlah Kunjungan Pasien Pelayanan Kesehatan Bergerak (PKB) Desa Mataindaha dan
Desa Kolese

Bulan Tahun Kolese Mataindaha

Oktober 2016 - 9
November 2016 - 72
Desember 2016 - 26
Januari 2017 - 25
Februari 2017 9 25
Maret 2017 21 24
April 2017 4 21
Mei 2017 6 20
Juni 2017 1 6
Juli 2017 51 11
Agustus 2017 31 10
September 2017 25 27
Oktober 2017 29 20

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 40

November 2017 22 22
Desember 2017 20 17
Januari 2018 50 33
Februari 2018 43 25
Total 312 329

Rata-rata/bulan 24 19,35

Grafik kunjungan pasien Pelayanan Kesehatan Bergerak Desa Mataindaha dan Kolese

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 41

Suasana pelayanan di Desa Mataindaha

Suasana pelayanan di Desa Mataindaha

Suasana pelayanan di Desa Mataindaha

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 42

Suasana pelayanan di Desa Kolese

Suasana pelayanan di Desa Kolese

Suasana pelayanan di Desa Kolese

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga


Laporan Kuartal VII 43

Suasana pelayanan di Desa Kolese

Nusantara Sehat Puskesmas Pasikolaga

Anda mungkin juga menyukai