PUSKESMAS PASIKOLAGA
KABUPATEN MUNA
SULAWESI TENGGARA
KATA PENGANTAR
Sampailah sudah di akhir penugasan, Tim Nusantara Sehat di Kec. Pasikolaga, Kab Muna, Provinsi
Sulawesi Tenggara. Selama dua tahun tim telah bekerja melakukan berbagai kegiatan dalam
mendukung peningkatan derajat kesehatan di Pasikolaga. Dalam perjalanannya, banyak tantangan
dan hambatan yang dihadapi oleh tim, baik tantangan internal tim, puskesmas, dinas kesehatan,
masyarakat, hingga keadaan geografis. Namun, berbagai hambatan tersebut tidak menghalangi tim
untuk bekerja dan melakukan yang terbaik. Meskipun, tidak sedikit juga program – program yang
dicanangkan oleh tim akhirnya tidak berjalan maskimal akibat dari kurangnya dukungan dari
puskesmas.
Mengenai puskesmas pasikolaga, dengan berbagai masalah yang ada didalamnya, baik kualitas SDM,
manajamen, hingga sarana prasarana yang ada, tim sudah berupaya untuk tetap bisa bekerja
maksimal. Namun, meskipun sudah mencoba budaya kerja yang sudah berlaku sulit untuk dirubah.
Staff puskesmas cenderung pasif dan anti terhadap hal – hal yang baru. Begitu juga dengan
pimpinan yang tidak tegas dan cenderung membiarkan.
Dalam laporan akhir ini kami suguhkan data capaian program serta hasil pendataan keluarga sehat di
desa tampunabale beserta perbandingannya sebelum dan sesudah adanya intervensi oleh tim
nusantara sehat selama dua tahun ini.
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Program Indonesia sehat adalah salah satu program dari agenda kelima nawa cita, yaitu
meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Terdapat tiga pilar dalam menunjang program
Indonesia Sehat yakni Paradigma Sehat, Penguatan Pelayanan Kesehatan, dan JKN. Ketiga pilar ini
fokus utama perhatiannya adalah Keluarga Sehat. Dalam paradigma sehat kegiatan promotif dan
preventif serta berbagai kegiatan proaktif menjangkau masyarakat diluar puskesmas menjadi yang
utama. Pendekatan yang diambil adalah Pendekatan Keluarga.
Terdapat empat prioritas program, yaitu menurunkan kematian ibu dan bayi, perbaikan gizi khusunya
balit pendek (stunting), pencegahan penyakit menular (HIV/AIDS, Tuberculosis, dan malaria), dan
pengendalian penyakit tidak menular (Hipertensi, diabetes mellitus, obesitas, gangguan jiwa, dan
kanker). Diharapkan dengan pendekatan keluarga, upaya promotif dan preventif yang dilakukan
dapat berperan dalam mengatasi masalah tersebut.
Dalam mewujudkan Indonesia Sehat, salah satu upayanya adalah mendekatkan akses pelayanan
kesehatan (tenaga kesehatan) kepada masyarakat. Terutama bagi masyarakat di daerah terpencil,
perbatasan, dan kepulauan (DTPK) yang sulit akan akes pelayanan kesehatan. Untuk itu Nusantara
Sehat menjadi salah satu program yang diharapkan bisa memfalisitasi kesenjangan permasalahan
akses pelayanan kesehatan yang selama ini dihadapi oleh masyarakat di DTPK.
Pasikolaga merupakan daerah yang berada di pulau Buton, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi
Tenggara. Daerah ini relatif masih baru karena mulai menjadi kecamatan sejak pemekeran delapan
tahun lalu. Kondisi geografisnya dominan pesisir, wilayah daratan didaerah tanjung yang dikelilingi
pantai/pesisir. Sebagian besar daratan berbatu kapur dan karang, akses jalan penghubung belum
semua diaspal. Sebagain besar masih tanah berbatu dan berlumpur. Listrik menyala malam hari
selama 12 jam. Mayoritas sumber air bersih dari sumur. Permukiman warga mayoritas di daerah
pesisir. Sebagian besar lahan perkebunan dan hutan.
Secara demografi jumlah kepala keluarga sebanyak 1.336 KK dengan sebaran jumlah penduduk
sebesar 4.518 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki 2.156 jiwa dan perempuan berjumlah 2.362 jiwa.
Masyarakat mayoritas berkerja sebagai petani kebun dan nelayan. Terdapat satu puskesmas dengan
tiga puskesmas pembantu. Permasalahan kesehatan masih berupa masalah kesehatan dasar berupa
BAB tidak di jamban, sarana air bersih yang tidak selalu tersedia, kasus ISPA yang masih tinggi,
persalinan tidak di fasyankes, belum optimalnya asi eksklusif, dll.
Dua tahun sudah masa penugasan Tim Nusantara Sehat di puskesmas pasikolaga. Banyak hal yang
telah dilakukan namun tidak sedikit yang masih menjadi PR. Sebanyak 61 kegiatan baru dan
pengembangan yang telah dilaksanakan dengan frekuensi tidak kurang dari 250 kali selama dua
tahun ini. Dengan berbagai tantangan dan hambatan ada capaian yang bisa dibilang membaik dan
ada pula yang masih stagnan serta belum mengalami perubahan.
Dalam laporan akhir ini kami sampaikan perkembangan yang telah dicapai oleh tim selama dua tahun
penugasan. Data – data yang kami sampaikan bersumber dari data capaian program di puskesmas
dan data hasil pendataan keluarga sehat (PIS-PK). Laporan ini juga berisi evaluasi serta rekomendasi
kedepan mengenai perbaikan upaya kesehatan di puskesmas pasikolaga.
1.2. TUJUAN
Mengetahui capaian hasil kinerja Tim Nusantara Sehat selama penugasan di pasikolaga
Sebagai bahan evaluasi tim dan puskesmas pasikolaga mengenai program – program yang
telah dijalankan.
1.3. MANFAAT
BAB II
ANALISA SITUASI
2.1.1. Geografis
Perikanan tangkap : Ya
Perikanan budidaya : Tidak
Tambak garam : Tidak
Wisata bahari : Tidak
Transportasi umum : Ya
Batas-batas Wilayah
Sebelah Utara : Kec. Pasir Putih
Sebelah Timur : Kec. Pasir Putih
Sebelah Barat : Selat Buton
Sebelah Selatan : Selat Buton
2.1.2. Demografi
WUS :
2.1.3.2. Pendidikan
Dari 4.518 jiwa jumlah penduduk Kecamatan Pasikolaga, terdapat ± 315 (± 6,97 %)
yang tidak tamat Sekolah Dasar.
Data Puskesmas
Pustu : 3 (Tiga)
Bidan desa : 4 orang
Pusling : -
Poskesdes : -
Polindes : -
Desa siaga : -
Posyandu : 4 (empat)
Rumah singgah ibu bersalin : 1 (satu)
Rumah Dinas
Kendaraan Transportasi
ada
Ketersediaan Listrik
Ongkos transportasi :-
Daftar ketersediaan obat esensial : ada lengkap
Obat emergensi dan peralatan medis : ada, tidak lengkap
Daftar ketersediaan peralatan nonmedis : ada, tidak lengkap
Daftar ketersediaan vaksin puskesmas : ada, lengkap
Daftar ketersediaan alat kontrasepsi : ada, tidak lengkap
Apo
R. Kesling tek
R. Bersalin
R. P2P &
R.Promkes
Loket/RM
WC
Jenis
Status
No Nama Ketenag NIP Jabatan
Kepegawaian
aan
1 Hasim Mbonahali, Perawat 19681231 PNS Kepala Puskesmas
S.Kep 1990 02 1
024
2 Rasim, S.Kep Perawat 19790606 PNS Kasubag Tata
200604 Usaha
1025
3 Devi Anggraini, Bidan Pengabdi Simpus
Amd.Keb Pj. Poli Umum
4 Laode Antia, AMK Perawat 19830615 PNS Bendahara BOK
201412 1 Koord. P2
002
Am.Keb 201705 2
002
Pj. UGD
24 Rusma Pekarya Pengabdi Cleaning service
25 dr. Ida Md Hrisikesa Dokter Tenaga NS Dokter Umum
WJG
26 Nur Idiani Islami, Apoteker Tenaga NS Apoteker
S.Farm, Apt.
27 Fransiskus M. Perawat Tenaga NS Perawat
Fernandez, Amd.Kep
28 Evi Nurwidya, Bidan Tenaga NS Bidan
Amd.Keb
29 Lina Citra S. AMKL Sanitarian Tenaga NS Kesling
30 Adil Haq, AMAK Analis Tenaga NS Laboran
Pembiayaan Puskesmas Pasikolaga bersumber dari BOK, DAK, dan JKN (kapitasi).
Visi
Misi
2.3.1. Mortalitas
2.3.2. Morbiditas
a. ISPA
Dari data tahun 2015 didapatkan jumlah kasus ISPA sebanyak 674 kasus dengan
prevalensi 14,82 % dan januari sampai juni 2016 sebanyak 290 kasus dengan
periode prevalensi 6,42%.
Tabel 2.3.1. Data kesakitan (Morbiditas) ISPA tahun 2015 dan 2016
Tahun
Bulan
2016 2017
Januari 4 47
Februari 39 75
Maret - 67
April 93 126
Mei 56 81
Juni 98 126
Juli 82 108
Agustus 75 76
September 50 53
Oktober 50 70
November 32 68
Desember 29 37
Jumlah 608 934
Period Prevalens
Sumber data : Buku Register Pasien Puskesmas Pasikolaga
b. Diare
Dari data register pasien puskesmas didapatkan jumlah penderita diare tahun
2015 sebanyak 260 kasus (prevalensi diare 5,7 %) dan tahun 2016 dari bulan
januari - juni sebanyak 79 kasus (periode prevalensi diare 1,7%).
Tabel 2.3.2. Data kesakitan (Morbiditas) Diare tahun 2014 dan 2015
Tahun
Bulan
2016 2017
Januari 25 6
Februari 15 11
Maret - 17
April 20 12
Mei 14 14
Juni 5 12
Juli 11 4
Agustus 10 12
September 12 9
Oktober 6 9
November 9 15
Desember 7 6
Jumlah 134 127
Period Prevalens 1.75
Sumber data : Buku Register Pasien Puskesmas Pasikolaga
c. TB Paru
Penderita TB paru pada tahun 2015 sebanyak 13 orang (prevalensi 0,29%) dan
pada periode bulan januari – juni tahun 2016 sebanyak 2 orang (perode
prevalensi 0,04%).
Tabel 2.3.3. Data kesakitan (Morbiditas) TB Paru tahun 2015 dan 2016
Tahun
Bulan
2016 2017
Januari - 0
Februari - 0
Maret - 0
April - 0
Mei 1 0
Juni 1 0
Juli - 0
Agustus - 0
September 1 0
Oktober - 0
November - 0
Desember - 0
Jumlah 3 0
Period Prevalens
Sumber data : Buku Register Pasien Puskesmas Pasikolaga
d. Kusta
a. Campak
d. Difteri
a. Malaria
a. Hipertensi
Sebanyak 106 kasus Hipertensi (prevalensi 2,35%) pada tahun 2015 dan 145
kasus (periode prevalensi 3,2%) pada bulan januari – juni tahun 2016.
Tabel 2.3.4. Data kesakitan (Morbiditas) Hipertensi tahun 2015 dan 2016
Tahun
Bulan
2016 2017
Januari 2 14
Februari 70 20
Maret - 27
April 24 13
Mei 9 23
Juni 40 13
Juli 20 34
Agustus 25 26
September 22 22
Oktober 32 31
November 14 17
Desember 10 14
Jumlah 268 254
Period Prevalens 3.20
Sumber data : Buku Register Pasien Puskesmas Pasikolaga
b. Diabetes Melitus
c. Asma
Tahun
Bulan
2016 2017
Januari 3 1
Februari 15 8
Maret - 5
April 6 3
Mei 3 3
Juni 6 3
Juli 4 1
Agustus 13 5
September 4 0
Oktober 1 0
November 1 1
Desember - 2
Jumlah 56 32
Period Prevalens 0.73
Sumber data : Buku Register Pasien Puskesmas Pasikolaga
d. PPOK
Terjadi 6 kasus KLL (prevalensi 0,13%) pada tahun 2015 dan pada periode bulan
januari – juni tahun 2016 sebanyak 1 kasus (periode prevalensi 0,02%).
Tabel 2.3.6. Data kesakitan (Morbiditas) kasus KLL tahun 2015 dan 2016
Tahun
Bulan
2016 2017
Januari 0 0
Februari 0 0
Maret - 0
April 1 0
Mei 0 0
Juni 0 0
Juli 0 0
Agustus 0
September 0 7
Oktober 0 2
November 0 0
Desember 0 8
Jumlah 1 17
Period Prevalens 0.02
Sumber data : Buku Register Pasien Puskesmas Pasikolaga
Dari kunjungan rawat jalan pada tahun 2017, sebanyak 4389 kunjungan yang tersebar di
Puskesmas, Posyandu, Posyandu Lansia, PKB dan Pustu, 10 penyakit terbesar adalah Infeksi
saluran pernafasan atas 934 kasus, Penyakit otot sendi dan tulang 632 kasus, Dispepsia 299
kasus, Alergi kulit 280 kasus, Hipertensi 254 kasus, Diare 127 kasus, Infeksi kulit 92 kasus,
Caries 88 kasus, asma bronkial 32 kasus, Inf. Telinga tengah 24 kasus.
Chart Title
1000
900
800
700
Axis Title
600
500
400
300
200
100
0
Peny.
Inf.
Otot,
Infek Asma Telin
Sendi Dispe Alergi Hiper Carie
ISPA Diare si Bron ga
, sia Kulit tensi s
Kulit kial Teng
Tulan
ah
g
Series1 934 632 299 280 254 127 92 88 32 24
Pada tahun 2017 total sebanyak 4389 kunjungan mendapat pelayanan kesehatan yang tersebar di
Puskesmas, Posyandu, Posyandu Lansia, PKB, dan Pustu. Bila dirata –rata per bulannya maka
sebanyak 365,7 kunjungan.
500
400
300
Jumlah Pasien
200
100
0
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
BAB III
CAPAIAN PROGRAM
1. Manajemen
UKM Essensial
2. Promosi Kesehatan
4. Kesehatan Lingkungan
5. P2P
(%)
- Penemuan kasus TB BTA+ 1 Orang Yang Tuntas Tidak Ada Pasien TB yg di
(jumlah kasus) pengobatan Obati
- Pneumonia balita 0 12 kasus
ditemukan dan ditangani
(jumlah kasus)
- Diare ditemukan dan 144 Kasus 127 Kasus ditemukan dan
ditangani (%) 100% ditangani
- PD3I (uraikan sesuai 0 0
kasusnya)
- API malaria (per 1000) 0 0
- Cakupan pengukuran 100 % 100 %
tekanan darah (%)
- POSBINDU PTM Tidak ada Ada (1 Desa)
6. Gizi
7. UKM Pengembangan
Selama dua tahun bertugas di Puskesmas Pasikolaga tim telah melakanakan 61 jenis kegiatan
dengan frekuensi kegiatan tidak kurang dari 250 kali. Kegiatan – kegiatan tersebut termasuk
kegiatan baru, pengembangan serta peningkatan. Untuk kegiatan pengembangan dan
peningkatan berfokus pada kegiatan yang sudah dan rutin dilaksanakan namun belum maksimal
seperti pelayanan di puskesmas, posyandu lansia, pemeriksaan antropometri, lokakarya lintas
sektoral, pelatihan P3K UKS termasuk kelas ibu hamil dan pelayanan KIA-KB pada Posyandu.
Sedangkan kegiatan lainnya adalah kegiatan baru yang belum pernah dilakukan sama sekali.
Terdapat kegiatan yang sifatnya mengikuti momen – momen hari kesehatan dan ada juga yang
rutin setiap bulan dilaksanakan. Berikut kegiatan – kegiatan kami selama dua tahun bertugas di
Pasikolaga beserta timelinenya. Untuk laporan perkegiatan, rincian evaluasi hingga dokumentasi,
telah kami laporkan pada laporan kuartal sebelum ini.
B. Promosi Kesehatan
1. Penyuluhan Cuci Tangan Pakai Sabun & Cara Sikat Gigi yang Benar
2. Layar Suluh
3. Lomba Senam CTPS (Perayaan HKN Ke-52)
4. Gema Cermat
5. Penyuluhan Kesehatan Pada Posyandu dan Posyandu Lansia
6. Penyuluhan HIV/AIDS (Hari AIDS Sedunia 2016)
7. Penyuluhan Aku Bangga Aku Tahu (ABAT) (Hari Aids Sedunia 2016)
8. Penyuluhan ASI-Eksklusif (HGN 2017)
9. Penyuluhan Gizi Seimbang (HGN 2017)
10. Lomba Mewarnai Makanan Bergizi Tingkat PAUD (HGN 2017)
11. Lomba Cerdas Cermat Gizi Seimbang Tingkat SD (HGN 2017)
12. Sarapan Sehat Bersama (HGN 2017)
13. Seminar Gizi Seimbang (Gerakan Masyarakat Sadar Gizi) (HGN 2017)
14. Pembinaan Kader Kesehatan
15. Penyuluhan Kanker
16. Penyuluhan Anemia Pada Remaja Putri
17. Pembinaan Kader (Hari Posyandu 2017)
18. Pembentukan Komunitas Remaja Sehat (Tunas Muda Tampunabale)
19. Kampanye Bahaya Merokok (HTTS 2017)
20. Penyuluhan Dan Pemeriksaan Golongan Darah Pada Ibu Ibu Majelis Ta’lim
21. Lomba Penyuluhan Bahaya Narkoba (HAN 2017)
22. Lomba Senam Sehat Tingkat Sekolah Dasar (HAN 2017)
23. Penyuluhan Bahaya Narkoba (Peer Education)
24. Penyuluhan Kesehatan Reproduksi
25. Peringatan HKN 53
26. Penyuluhan Penggunaan Antibiotik (
C. Kesehatan lingkungan
1. Pemisahan Sampah infeksius, Non Infeksius, dan Pemusnahan Sampah
2. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat Dengan Metode Pemicuan
3. Inspeksi Sanitasi Tempat-Tempat Umum
4. Inspeksi Rumah Sehat
5. Pemantauan Jentik Nyamuk
6. Abatisasi
7. Jambanisasi
D. KIA-KB
1. Kelas Ibu Hamil
2. Pemeriksaan ANC Terpadu
3. Pemantauan Ibu Hamil Resiko Tinggi
4. P4K (Program Perencanaan Persalinan Pencegahan Komplikasi)
5. Menggalakkan IMD Dan ASI Eksklusif
6. Kemitraan Bidan dan Dukun
E. Gizi Masyarakat
1. Pemeriksaan Antropometri Balita & Siswa Sekolah & Pengolahan Data
2. Pemantauan Status Gizi
3. Pemanfaatan Bahan Panganan Lokal (Kelor)
F. P2P
1. Pos Binaan Terpadu Penyakit Tidak Menular (POSBINDU PTM)
G. UKM Pengembangan
A. Kesehatan Tradisional
1. Pembinaan Tanaman Obat Keluarga (Toga)
2. Workshop TOGA (World Pharmacist Day 2017)
B. Usaha Kesehatan Sekolah
1. Pelatihan P3K
2. Pembinaan UKS
3. Pelatihan APOCIL (World Pharmacist Day 2017)
C. Upaya Kesehatan Perorangan
1. Pelayanan Kesehatan Bergerak (PKB)
D. Kesjiwa
1. Pelayanan Kesehatan ODGJ bebas pasung
H. Manajemen Puskesmas
I. Kefarmasian
1. Revitaliasi Manajemen Kefarmasian
2. Pelayanan Farmasi Klinis
3. Pemusnahan Obat Dan Bahan Medis Habis Pakai
BAB IV
PROGRAM INTERVENSI (EVALUASI KINERJA)
Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program Agenda ke-5 Nawa Cita, yaitu
meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia. Sasaran dari program Indonesia Sehat
adalah meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan
pemerataan pelayanaan kesehatan. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan
menegakkan tiga pilar utama, yaitu: (1) penerapan paradigma sehat, (2) penguatan
pelayanan kesehatan, dan (3) pelaksanaan jaminan kesehatan nasional (JKN). Penerapan
paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam
pembangunan, penguatan upaya promotif dan preventif, serta pemberdayaan masyarakat.
Penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan
kesehatan, optimalisasi sistem rujukan, dan peningkatan mutu menggunakan pendekatan
continuum of care dan intervensi berbasis resiko kesehatan. sedangkan pelaksanaan JKN
dilakukan dengan strategi perluasan sasaran dan manfaat, serta kendali mutu dan biaya.
Kesemuanya itu ditujukan kepada tercapainya keluarga – keluarga sehat.
Dalam sebuah proses pekerjaan, proses perencanaan menjadi sangat penting. Hal itu juga
berlaku bagi tim NS yang menjalankan berbagai program kesehatan di lapangan. Tetapi, agar
program yang dilaksanakan tepat sasaran pada masalah kesehatan yang ada di masyarakat
maka diperlukan data awal. Sebenarnya, saat pembekalan dan pelatihan di Jakarta, data awal
dari puskesmas penempatan sudah diberikan. Namun, tetap saja, bukan berarti meremehkan
data yang ada di puskesmas, hanya saja ketika tim sampai di puskesmas pada awal
penugasan dan melihat kenyataan yang ada dilapangan. Data –data yang diberikan
sepenuhnya tidak bisa memberikan gambaran kesehatan yang cukup akurat. Oleh karena itu,
selain sudah diberi pelatihan mengenai pendataan keluarga sehat, maka tim di awal
penugasan bergerak mengumpulkan data kesehatan keluarga di masyarakat sebagai bahan
untuk berdiskusi mengenai permasalahan kesehatan yang terjadi nyata dilapangan.
Namun, karena keterbatasan sumber daya, kami hanya bisa melakukan pendataan secara
menyeluruh pada satu desa, yaitu Desa Tampunabale, sedangkan untuk lainnya kami lakukan
survei/ sampling. Dengan data yang sudah terkumpul selanjutnya menentukan masalah yang
ada dan menyusun program dan kegiatan kesehatan untuk dilakukan.
Hasil analisa dan saran yang kami olah dari pendataan tersebut kami sampaikan juga kepada
stakeholder di kecamatan saat kegiatan lokakarya lintas sektor. Dimana lokakarya lintas
sektor tersebut menghasilkan komitmen bersama yang ditandatanganni oleh para stakeholder
yang hadir.
Tidak sia-sia, dari penyampaian kami mengenai gambaran kesehatan dari hasil pendataan
yang kami lakukan, pihak pemerintah desa menyambut baik dan mendukung beberapa
program kesehatan yang menjadi masalah kesehatan di desa tersebut.
Diakhir masa penugasan, kami kembali melakukan pendataan keluarga sehat. Tujuannya
mencari tahu apakah ada perubahan yang terjadi setelah kami melakukan berbagai program
kesehatan. Karena keterbatasan sumber daya, yang menjadi fokus kami adalah desa
Tampunabale. Dimana saat awal penugasan kami mendata seluruh keluarga yang ada dan di
akhir penugasan kami lakukan hal yang sama.
D.1.2. Tujuan
Sebagai bahan evaluasi kinerja Tim Nusantara Sehat
Sebagai laporan situasi drajat kesehatan kepada pihak Desa dan Puskesmas
Self assesment masalah kesehatan bagi masing – masing keluarga
Kepala Desa : memberikan izin dalam melaksanakan program pendataan keluarga sehat di
wilayahnya.
D.1.4. Sasaran
No Evaluasi Rekomendasi
2.
3.
D.1.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan :
No Evaluasi Rekomendasi
1.
2.
3.
D.2.9. Dokumentasi
Tautan video kegiatan :
BAB V
ANALISA HASIL PENDATAAN KELUARGA SEHAT (PIS – PK)
Kategori Jumlah
ART 0-11 bulan 16
ART 12-59 bulan 76
ART 5-9 tahun 104
ART 10-54 tahun 471
ART > 54 tahun 101
Jumlah ART 768
Jenis Kelamin
43%
Laki-laki
57%
Perempuan
3. Status Perkawinan
Status Responden
1% 7%
38% Kawin
Belum Kawin
54%
Cerai Hidup
Cerai Mati
4. Status Kehamilan
Status Hamil
3%
Ya
97% Tidak
5. Tingkat Pendidikan
Tingkat Pendidikan
1% 3% 6%
Tidak pernah sekolah
18% Tidak tamat SD/MI
27%
Tamat SD/MI
14%
Tamat SLTP/MTS
6. Agama
7. Pekerjaan
Kategori Jumlah
Tidak kerja 177
Sekolah 176
TNI/Polri 1
PNS/ Peg 21
Wiraswasta/ jasa 49
Petani 119
Nelayan 9
Buruh 2
Lainnya 18
Total 572
Pekerjaan
0%
2% Tidak kerja
3%
Sekolah
21% 31% TNI/Polri
PNS/ Peg
8% Wiraswasta/ jasa
31% Petani
4% Nelayan
0%
Buruh
Lainnya
Berikut hasil olah data pendataan keluarga sehat (PIS –PK) pada 220 keluarga dengan 768
orang di Desa Tampunabale. Data tersebut kami tampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.
43%
Ya
57%
Tidak
Ya 4 4
Tidak 10 10
N 206
Total 220 14
29%
Ya
71% Tidak
Ya 14 16
Tidak 0 0
N 206
Total 220 16
Ya 7 7
Tidak 12 14
N 201
Total 220 21
37%
Ya
63%
Tidak
33%
Ya
67%
Tidak
Ya 47 59
Tidak 14 18
N 159
Total 220 77
23%
Ya
77% Tidak
28%
Ya
72%
Tidak
Ya 1 1
Tidak 2 3
N 217
Total 220 4
33%
Ya
67%
Tidak
Grafik 5.13 Jumlah Penderita TB paru yang berobat sesuai standar (keluarga)
25%
Ya
75% Tidak
Grafik 5.14 Jumlah Penderita TB paru yang berobat sesuai standar (org)
Ya 5 7
Tidak 52 56
N 163
Total 220 63
Ya
91% Tidak
Grafik 5.15 Jumlah Penderita hipertensi yang berobat secara teratur (keluarga)
Ya
89% Tidak
Grafik 5.16 Jumlah Penderita hipertensi yang berobat secara teratur (org)
ODGJ di pasung 0 0
Ya 116 305
47%
53% Ya
Tidak
29%
Ya
71% Tidak
Dari 220 keluarga yang diwawancara, sebanyak 64 keluarga (29%) telah menjadi anggota
JKN dan sisanya 156 keluarga (71%) belum menjadi anggota JKN.
Ya 64
Tidak 156
Total 220
29%
Ya
71% Tidak
Ya 220
Tidak 0
Total 220
Ya
90% Tidak
Sedangkan untuk kepemilikan jamban. Sebanyak 26 keluarga (12%) belum tersedia jamban
dirumahnya.
Ya 194
Tidak 26
Total 220
Ya
88% Tidak
Sedangkan dari 194 keluarga yang memiliki jamban dirumahnya, sebanyak 4 keluarga (2%)
jamban yang dimiliki tidak saniter (kloset cemplung).
Ya 190
Tidak 4
Total 194
Ya
98% Tidak
SEHAT 27 12.3%
14% 12%
SEHAT
PRA SEHAT
TIDAK SEHAT
74%
V.2. Perbandingan Hasil Pendataan Keluarga (PIS-PK) Awal Dan Akhir Penugasan (Pre
Berikut adalah gambaran perubahan sebelum dan sesudah tim NS melakukan intervensi
program/kegiatan kesehatan di desa Tampunabale. Untuk menggambarkan perubahan apa
saja yang ada kami memakai 12 indikator dari Keluarga Sehat. Data yang disajikan adalah data
dari pendataan keluarga sehat yang dilakukan pada awal masa penugasan yaitu Juni – juli
2016 dan menjelang akhir masa penugasan April 2018. Perbandingan data dari kedua belas
indikator tersebut kami sajikan dalam tabel dan grafik berikut :
Juli April
No Indikator
2016 2018
1 Keluarga mengikuti KB 22% 57%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Jul-16 Apr-18
Dari dua belas indikator yang ada, sebagian besar terjadi perbaikan, namun terlihat dari data
yang telah disajikan hanya tiga indikator yang menurun, yaitu Bayi diberi ASI Eksklusif selama
6 bulan, Penderita TB paru berobat sesuai standar, dan penderita HT berobat teratur.
Untuk indikator yang pertama, Keluarga Mengikuti KB, terjadi peningkatan sebesar 35%. Dari
22% menjadi 55%. Yang menjadi kendala dalam penggunaan KB pada masyarakat adalah,
kebanyakan pasangan suami dan istri terpisah karena merantau. Selain itu juga anggapan
masyarakat terhadap ketidaknyamanan penggunaan KB baik hormonal maupun non hormonal.
Pada indikator kedua, Ibu bersalin di fasyankes terjadi kenaikan sebesar 16%. Sebenarnya,
sebelum tahun 2018 pelayanan persalinan belum dilakukan difasyankas. Data 13% pada 2016
merupakan data ibu hamil yang bersalin di rumah sakit karena dirujuk, yang mana di desa
tampunabale (kec pasikolaga) proses persalinan dilakukan dirumah. Pada tahun 2018
persalinan bulin baru pertama kali dilakukan di puskesmas, sehingga tercapai angka 29%
tersebut. Kedepannya, dengan sudah berfungsinya ruang bersalin di pusksesmas, maka
diharapkan persalinan ibu di fasyankes bisa 100%.
Berikutnya, indikator ketiga, Bayi mendapat imunisasi dasar lengkap. Pada indikator ini
sebenarnya sudah baik dilaksanakan. Masyarakat juga sudah sangat memahami akan
pentingya bayi mendapatkan imunisasi dasar yang lengkap.
Untuk indikator keempat, bayi diberi ASI Eksklusif selama 6 bulan masih menjadi masalah.
Bahkan terjadi penurunan persentase. Kegiatan penyuluhan tentang pentingnya ASI-Eksklusif,
kelas Ibu hamil dan pendampingan sudah dilakukan, namun kendala yang dihadapi adalah
selain pengetahuan yang rendah, kebiasaan masyarakat yang memberikan minum/makan
sebelum 6 bulan sulit dirubah. Hal lain juga terkendala karena petugas kesehatan yang
memiliki bayi juga memberikan susus formula sebelum 6 bulan. Sehingga menjadi
kontraproduktif terhadap pandangan masyarakat.
Pada indikator kelima, Pertumbuhan balita dipantau tiap bulan, juga sudah membaik. Setiap
bulan dilaksanakan posyandu balita di dua pos di desa tampunabale. Hal tersebut mendekatkan
akses terhadap masyarakat, sehingga memudahkan masyarakat pergi ke posyandu. Adanya
makanan tambahan pada posyandu juga menjadi daya tarik. Pemerintah desa juga
berkontribusi dalam membangun gedung posyandu yang baru yang membuat pelayanan
semakin membaik.
Pada indikator ke enam, Penderita TB Paru berobat sesuai standar mengalami penurunan, dari
56% pada tahun 2016 menjadi 33%. Dari hasil wawancara kami ditemukan bahwa adanya
penderita yang mengalami gejala TB namun belum diperiksa, ataupun yang sudah diperiksa
namun tidak ada tindaklanjut dari petugas yang menangani program TB ini.
Untuk Penderita hipertensi yang berobat sesuai standar juga mengalami penurunan dari 26%
pada 2016 menjadi 9% pada tahun 2018. Dari segi jumlah penderita hipertensi semakin
meningkat. Karena makin banyaknya masyarakat yang memeriksakan diri ke puskesmas dan
saat posyandu. Sedangkan, disisi lain stok obat hipertensi berkurang. Walaupun sudah
meminta ke dinas, namun tetap stok obat hipertensi yang diberikan tidak mencukupi. Bahkan,
stok obat hipertensi di puskesmas sempat kosong. Sehingga, pasien yang sudah pernah
didiagnosis tidak mendapatkan obat secara teratur.
Saat pendataan keluarga sehat di tahun 2016 ditemukan dua ODGJ yang dipasung di Desa
Tampunabale. Salah satu ODGJ telah dipasung lebih dari 20 tahun. Dengan bantuan berbagai
pihak akhirnya kedua ODGJ tersebut telah dirujuk ke RSJ di Kendari untuk mendapat
penanganan. Selain dari dua ODGJ yang dipasung, terdapat juga dua ODGJ yang tidak
dipasung namun telah mendapatkan pengobatan.
Pada indikator ke sembilan, terjadi peningkatan keluarga yang anggota keluarganya tidak
merokok dari 42% menjadi 53%. Memang, merokok masih menjadi masalah pelik karena
sebagian besar laki-laki remaja dan dewasa di desa ini adalah perokok. Walaupun telah
dilakukan kampanye bahaya merokok. Yang bisa diharapkan adalah menurunnya angka
perokok pemula dari berbagai kampanya bahaya merokok yang telah dilakukan.
Saat ini Desa Tampunabale termasuk dalam desa yang mendapat bantuan PAMSIMAS. Dengan
adanya bantuan tersebut, penyediaan air bersih ke rumah – rumah warga dapat didistribusikan
seluruhnya dari sumur bor dengan pipanisasi. Selain jaringan air bersih oleh PAMSIMAS,
beberapa rumah juga memiliki sumur gali. Sehingga masyarakat secara keseluruhan dapat
memenuhi kebutuhan air bersih dengan mudah.
Pada indikator terakhir ini, keikutsertaan masyarakat desa Tapunabale dalam JKN/KIS memang
masih rendah. Selain dari pemahaman yang belum baik tentang manfaat ikut dalam JKN/KIS
juga karena faktor rendahnya kondisi ekonomi masyarakat. Dimana sebagian besar masyarakat
desa tampunabale berprofesi sebagai nelayan dan petani kebun. Sehingga sulit untuk
mendorong menjadi peserta mandiri. Sehingga, peningkatan yang terjadi dari sebelumnya 22%
menjadi 29% di tahun 2018 karena adanya masyarakat yang menjadi peserta PBI dari
pemerintah.
Keduabelas indikator yang ada dalam penilaian keluarga sehat kemudian disimpulkan menjadi
tiga kategori yaitu, tidak sehat, pra sehat dan sehat. Data hasil pendataan keluarga yang
telah diakumulasi dalam satu desa juga disimpulkan menjadi tiga kategori tersebut, sehingga
desa memiliki penilaian dari pendataan keluarga sehat. Untuk desa Tampunabale sebelum
dan sesudah intervensi terjadi perubahan persentase kategori dari yang tidak sehat menjadi
pra sehat dan sehat. Terlihat pada tabel dan grafik dibawah, pada tahun 2016 sebelum
intervensi terdapat 37,32% keluarga yang masuk kategori tidak sehat, 57,89% keluarga yang
pra sehat dan 4,78% yang masuk dalam kategori sehat. Sedangkan pada tahun 2018,
setelah intervensi, untuk keluarga tidak sehat berkurang menjadi 13,6%, keluarga pra sehat
meningkat menjadi 74,09% dan begitu juga dengan keluarga sehat meningkat menjadi
12,27%.
Data tersebut menunjukan bahwa setelah dilakukan intervensi berbagai program kesehatan
dan lintas sektor telah berkontribusi terhadap perbaikan dalam hal pembangunan kesehatan
di Desa Tampunabale. Meskipun masih banyak PR yang harus diselesaikan sehingga bisa
lebih meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
70.00
60.00
50.00
40.00
30.00
20.00
10.00
0.00
Sehat Pra Sehat Tidak Sehat
2016 2018
BAB V
A. Evaluasi
Dalam dua tahun masa tugas tim nusantara sehat di puskesmas pasikolaga terdapat berbagai
kendala yang dihadapi sehingga program - program yang direncanakan tidak berjalan dengan
maksimal. Berbagai hal tersebut menjadi penting untuk dilakukan evaluasi agar kedepan apabila
terdapat tim nusantara sehat yang ditugaskan lagi di puskesmas pasikolaga mampu melaksanakan
tugasnya dengan baik.
Berbicara program nusantara sehat, yang merupakan salah satu program andalan pemerintah dalam
menunjang program Indonesia Sehat terutama untuk mendorong pembangunan kesehatan di daerah
terpencil, terluar, dan tertinggal, tidak serta merta dibarengi dengan kesatuan visi antara pusat
dengan daerah. Ketidaksamaan visi dalam memandang program nusantara sehat oleh pusat dan
daerah turut andil menjadi kendala tim nusantara sehat dalam menjalankan tugasnya. Karena, kami
merasakan, tim NS pasikolaga dan Batukara, tim NS di Muna, tidak mendapat dukungan yang cukup
untuk melakukan berbagai kegiatan yang diharapkan. Seperti misalnya, sikap acuh dari dinas
kesehatan kabupaten ketika kami berkonsultasi, tidak adanya solusi terhadap permasalahan yang
kami hadapi di puskesmas, dan cenderung menyalahkan kami bila masalah di puskesmas terjadi.
Tidak adanya pembinaan dan pengawasan serta kepedulian yang dilakukan oleh pihak dinkes
kabupaten menegaskan bahwa tim nusantara sehat ada hanya untuk melengkapi kekurangan tenaga
di puskesmas. Seperti halnya saat tim berkonsultasi mengenai pengintegrasian RUK NS dan
Puskesmas. Setelah tidak mendapatkan titik temu di puskesmas, tim berkonsultasi ke dinas. Namun,
lagi – lagi tidak ada solusi yang kami dapatkan, hingga akhirnya RUK NS tidak pernah berintegrasi
dengan RUK Puskesmas. Dengan adanya dana BOK tambahan yang dialokasikan ke puskesmas yang
ada tim NS, kami berupaya mengusulkan kegiatan dan untuk mendapatkan dukungan agar dana
tersebut kami bisa maksimalkan penggunaannya. Namun, setelah kami konsultasi ke dinas, dana
yang seharunya kami bisa gunakan untuk menunjang kegiatan inovasi, tidak juga diberikan dukungan
dan solusinya, hingga kami melakukan berbagai kegiatan tanpa dukungan dana yang ada. Sehingga,
kami berkesimpulan bahwa apa yang menjadi harapan dengan adanya tim nusantara sehat tidak
sejalan dengan pihak dinas kesehatan yang juga tidak mendukung eksistensi dari tim nusantara sehat
itu sendiri.
Kendala yang dihadapi lebih banyak lagi di internal Puskesmas. Kepemimpinan yang tidak tegas, SDM
yang kurang berkualitas, manajamen yang buruk, serta pengelolaan dana yang tidak transparan
menjadi kendala utama. Etos dan budaya kerja yang rendah yang ditunjukan oleh tenaga kesehatan
di puskesmas menjadi kendala tim dalam melibatkan berbagai kegiatan bersama. Ketika kami
merencanakan hingga melaksanakan kegiatan, partisipasi aktif dari staff puskesmas yang ada sangat
rendah, seringkali acuh, meskipun kami telah aktif mengajak serta. Salah satu program gizi yang
menjadi fokus kami, telah kami lakukan berbagai upaya, contohnya untuk meningkatkan kualitas dari
pencatatan kami bantu pengadaan poster dan lembar SKDN serta pembinaan kader. Namun, berkali –
kali dikomunikasikan dengan petugas gizi yang ada tidak ditindaklanjuti dengan baik. Hingga akhirnya
sampai saat ini program gizi masih menjadi masalah yang belum ditangani dengan baik. Tidak hanya
itu pelayanan medis di puskesmas juga tidak berjalan baik dikarenakan tidak disiplinnya staff
puskesmas. Staff seakan –akan tidak mengerti tupoksi yang ada, sehingga tidak jarang pasien
terbengkalai.
Manajemen puskesmas belum dilakukan semestinya. Walaupun mini lokakarya sudah rutin dilakukan,
namun pembahasan RUK masih sebatas formalitas. RUK NS yang kami usulkan pun tidak terintegrasi
dengan RUK Puskesmas. Karena memang sejatinya, yang berlaku di puskesmas pasikolaga, RUK dari
tahun ke tahun sama. Melakukan kegiatan atau program di puskesmas tidak berdasar atas RUK
tersebut. Jadi RUK tidak menjadi pedoman, kegiatan dilakukan kapan saja tanpa berdasar waktu,
target dan sasaran sesuai dengan RUK. Dengan manajemen yang berlaku seperti itu, tim kesulitan
dalam menjalankan kegiatan yang sifatnya baru dan inovatif. Karena, tim tidak mendapat jaminan
apakah kegiatan yang dilakukan tim sesuai nantinya dan mendapat dukungan BOK. Tim sudah
berupaya untuk membahas RUK di puskesmas namun tidak mendapat dukungan, setelah
berkonsultasi dengan pihak dinas kesehatan kabupaten juga tidak mendapatkan solusi.
Pengelolaan Dana yang tidak transparan menambah keruh permasalahan di puskesmas. Sebagai tim
yang ditugaskan untuk melakukan berbagai kegiatan demi menunjang pembangunan kesehatan,
dana menjadi hal pasti yang dibutuhkan. Namun, dengan tidak berintegrasinya RUK NS dengan
puskesmas, dan pengelolaan dana yang cenderung koruptif, menjadikan kami seperti macan
ompong. Dana tambahan yang dikhususkan kepada tim NS tidak dapat kami nikmati untuk
menunjang kegiatan kami.
Dan pada akhirnya seluruh masalah mengerucut pada ketegasan dari pimpinan. Sayangnya, pimpinan
di puskesmas juga tidak tegas dalam menghadapi berbagai isu masalah yang ada. Seperti
permasalahan yang telah dijabarkan diatas. Belum lagi kebijakan pimpinan yang menempatkan mobil
ambulance di kecamatan lain, bukan di puskesmas pasikolga. Sehingga, sudah pasti pelayanan
kesehatan yang berkaitan dengan mobil ambulance menjadi tidak efketif dan efisien. Tidak ada
ketegasan berefek terhadap pembiaran dan pembiasaan kesalahan – kesalahan yang ada. Sehingga
kinerja dari tenaga puskesmas dan capaian – capaian program tidak membaik. Malah cenderung
stagnan dan menurun.
Evaluasi Program
1. Manajamen
Manajemen puskesmas belum terlaksana dengan baik, seperti RUK tidak dilakukan
pembahasan hingga tuntas.
Pengelolaan dana yang tidak transparan.
Sistem informasi puskesmas belum berjalan.
Mini Loka karya tiap bulan sebatas rutinitas, Evaluasi program tidak dilaksanakan dengan
baik.
Tidak adanya SOP (walaupun draft SOP pernah diajukan oleh tim NS namun tidak mendapat
respon).
2. Promosi Kesehatan
Masih sebatas melakukan kegiatan secara formalitas dan berdasar laporan.
Penyuluhan di posyandu telah dilaksanakan namun masih banyak yang perlu ditingkatkan
seperti metode, bahan dan cara penyuluhan (kurang inovatif).
Program Indonesia Sehat dengan pendekatan Keluarga belum dilaksanan, walaupun tim NS
sudah mengkomunikasikan dengan petugas promkes namun karena belum ada perintah dari
dinas untuk melaksanakan, PIS-PK belum terlaksana.
Program PHBS rumah tangga hanya dilakukan survei belum dilakukan pembinaan.
Belum pernah dilakukan SMD dan MMD oleh petugas Promkes.
Belum adanya Desa Siaga
3. KIA – KB
Untuk tahun ini persalinan sudah di Puskesmas, namun baik sarana dan prasana perlu
ditingkatkan.
Bidan yang menolong persalinan belum rutin menggunakan partograf.
P4K belum dilakukan dengan baik karena masih adanya ibu hamil dan bersalin yang
meninggal.
4. Gizi Masyarakat
Stunting dan gizi kurang masih menjadi masalah.
Penimbangan saat posyandu hanya rutinitas, konseling tentang perkembangan gizi anak
belum dilakukan.
Angka kunjungan balita ke posyandu yang masih rendah.
Sistem informasi posyandu (SKDN) belum terlaksana dengan baik.
5. P2P
Program TB tidak berjalan dengan baik. rendahnya angka penemuan kasus
ISPA masih tinggi
Diare
Imunisasi sudah berjalan baik, namun Cold Chain masih harus mendapat perhatian khusus.
6. Kesehatan Lingkungan
Masih banyak rumah tangga yang belum memiliki jamban.
Proses pemicuan, monitoring, dan evaluasi belum dilakukan secara berkesinambungan
7. UKS
Belum terbentuknya struktur pembina UKS tingkat kecamatan dan sekolah
8. Kesehatan Jiwa
Selain Desa Tampunabale, masih ada ODGJ yang belum mendapatkan pelayanan.
9. Kesehatan Tradisional
10. UKP
Belum baiknya kelengkapan dan pelaksanaan administrasi pelayanan di puskesmas (Rekam
medis, Buku register)
Alkes yang masih kurang di poli umum, kia-kb, UGD, bersalin.
Staff (Perawat, Bidan, petugas loket etc.) puskesmas belum paham tupoksi yang ada
11. Farmasi
B. Rekomendasi
Perlunya pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan yang masih kurang seperti dokter umum,
dokter gigi, apoteker dan ahli gizi.
Sistem pengawasan (penilaian kerja puskesmas) dilaksanakan dan diterapkan dengan
sungguh –sungguh.
Perlu dilaksanakannya akreditasi puskesmas.
Dipertimbangkannya puskesmas menjadi puskesmas perawatan (rawat inap).
Mengimplementasikan dan mengaplikasikan manajemen puskesmas dengan baik
Mengawal program kesehatan yang didanai dana desa seperti: Program jambanisasi,
pembangunan dan renovasi gedung posyandu, dukungan transportasi kader kesehatan,
pengadaan makanan tambahan balita dan lansia, dukungan sarana posbindu ptm dan
lainnya.
Petugas Promkes mendapatkan pelatihan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga agar dapat melaksanakan program tersebut.
Melaksanakan program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga.
Terus membina kerjasama dengan tim Penggerak PKK di kecamatan dan desa dalam
mendukung program kesehatan seperti : pelaksanaan posyandu dan TOGA/TAGI.
Melengkapi sarana alkes yang masih kurang
Mengaktivkan penggunaan Rumah Tunggu Ibu Bersalin
Mobil ambulance harus berada di Puskesmas Pasikolaga
Lampiran
SITUASI KESEHATAN
DI DESA TAMPUNABALE
(LAPORAN HASIL PENDATAAN KELUARGA SEHAT DAN PEMERIKSAAN
ANTROPOMETRI BALITA)
OLEH :
Kata Pengantar
Dalam merencakan sebuah program, data yang menjadi dasar dan acuan sudah tentu harus tersedia.
Dengan data yang valid dan terkini permasalahan yang ada dapat digambarkan secara akurat dan
sesuai dengan kondisi masyarakat. Seperti juga halnya kebijakan dalam program – program upaya
kesehatan. Setiap tempat memiliki karakteristik dan perbedaan dalam masalah kesehatannya. Untuk
itu data yang diambil diharapkan dapat mewakilii permasalahan yang ada pada masing-masing
tempat.
Demikian halnya dengan situasi kesehatan yang ada di Desa Tampunabale. Data kesehatan yang ada
dapat menjadi gambaran mengenai derajat kesehatan masyarakat. Namun, dalam pelaksanaannya
seringkali dalam pembuatan program kesehatan tidak mengacu dengan data kondisi kesehatan
masyarakat saat ini. Untuk itu diperlukan pendataan yang dapat mewakili gambaran kesehatan
masyarakat, sehingga program yang dirancang menjawab permasalahan yang ada.
Pendataan yang dilakukan terhadap 209 KK di desa Tampunabale bertujuan untuk menggambarkan
situasi kesehatan masyarakat Tampunabale saat ini. Ada duableas indikator yang termasuk dalam
penilaian keluarga sehat, yaitu: Keluarga mengikuti KB, Ibu bersalin di yanfaskes, Bayi mendapat
imunisasi dasar lengkap, Bayi diberi ASI eksklusif selama 6 bulan, Pertumbuhan balita dipantau tiap
bulan, Penderita TB Paru berobat sesuai standar, Penderita hipertensi berobat teratur, Gangguan jiwa
berat tidak ditelantarkan, Tidak ada anggota keluarga yang merokok, Keluarga memiliki/memakai air
bersih, Keluarga memiliki/memakai jamban sehat, dan sekeluarga menjadi anggota JKN/askes. Dari
keduabelas indikator tersebut kemudian indeks keluarga sehat akan muncul dan dibagi menjadi tiga
kategori yaitu Tidak Sehat, Pra Sehat, dan Sehat. Data - data yang ada kemudian dilakukan analisa
masalah, selanjutnya disusun rekomendasi untuk penyelesaian masalah tersebut.
BBAB I
Sesuai dengan Program Indonesia Sehat dengan pendekatan Keluarga, ada 12 indikator keluarga
sehat yang perlu dipantau. Kedua belas indikator tersebut adalah :
Dengan pendekatan keluarga, program kesehatan yang direncanakan pada akhirnya akan berbasis
pada keluarga, baik kegiatan promotif dan preventif. Dalam membuat sebuah perencanaan kegiatan
diperlukan data-data yang dapat mempresentasikan kondisi kesehatan keluarga saat ini. Untuk itu
pendataan sangat penting dilakukan sebagai acuan dalam perencanaan kegiatan.
Pendataan Keluarga Sehat di Tampunabale menjadi penting untuk mendapatkan gambaran situasi
kesehatan masyarakat sesungguhnya. Dengan pendataan, permasalahan kesehatan yang tercakup
dalam duabelas indikator dapat diketahui. Sehingga, masalah yang didapat menjadi dasar untuk
melakukan berbagai upaya kesehatan sebagi intervensi kesehatan.
Terdapat 209 KK yang didata di desa Tampunabale. Pendaatan dilakukan dari bulan Juni hingga
September 2016. Dengan menggunakan Kuesioner Keluarga Sehat, wawancara dilakukan dengan
wawancara terpimpin. Berikut hasil pendataan Keluarga Sehat di Tampunabale.
22%
T
78% Y
N 193
T 14
Y 2
Total 209
87% Y
94% Y
50%
50% T
Y
36%
T
64%
Y
44%
T
56%
Y
26%
T
74% Y
99% Y
Tabel 1.9 Jumlah KK yang tidak ada anggota keluarga yang merokok
Kategori Jumlah (KK)
N 0
T 87
Y 122
Total 209
42%
T
58%
Y
28%
T
72% Y
93% Y
42%
T
58%
Y
Kategori Sehat
5%
37% Sehat
Salah satu program kesehatan prioritas nasional dalam bidang gizi adalah menurunkan angka
stunting (pendek). Untuk mengetahui dan melakukan upaya kesehatan bidang gizi diperlukan data
status gizi balita dan anak sekolah. Kegiatan penjaringan status gizi dilakukan dengan cara
melakukan pengukuran antropometri diantaranya pengukuran berat badan dan tinggi badan/panjang
badan. Pengukuran status gizi balita dilakukan pada saat pelaksanaan posyandu sedangkan siswa
sekolah saat penjaringan kesehatan di sekolah masing-masing. Kegiatan tersebut dilakukan dari bulan
agustus – september 2016. Sebanyak 297 Balita dan 513 Anak sekolah yang telah diukur. Untuk anak
sekolah yang diukur BB dan TB nya adalah kelas 1, 2, dan 3 siswa SD, SMP, SMA. Data yang
terkumpul tersebut kemudian di input ke dalam aplikasi Anthro dan Anthro plus dari WHO. Hasil z-
score yang muncul pada aplikasi tersebut kemudian di rekap dan di interpretasikan status gizinya.
Berikut hasil rekapitulasi status gizi balita dan anak sekolah di Pasikolaga :
Jumlah Balita
Jumlah Balita Jumlah total Balita
No Desa dengan status Gizi
dengan Masalah Gizi yang diukur
baik
1 Kolese 35 48 83
2 Mataindaha 28 35 63
3 Lambelu 33 45 78
4 Tampunabale 31 42 73
5 Pasikolaga 127 170 297
Kolese Mataindaha
Lambelu Tampunabale
Pasikolaga
43%
Jumlah Balita dengan Masalah Gizi
57%
Jumlah Balita dengan status Gizi baik
1 Kolese 6 6 43 1
2 Mataindaha 0 3 57 1
3 Lambelu 1 4 66 5
4 Tampunabale 4 7 57 2
5 Pasikolaga 11 20 222 9
Kolese Mataindaha
2% 2%
0%5%
10%
11% Sangat Kurus Sangat Kurus
Kurus Kurus
77%
Normal 93% Normal
Gemuk Gemuk
Lambelu Tampunabale
3% 6%
7%1% 5% 10%
Sangat Kurus Sangat Kurus
Kurus Kurus
87% Normal 81% Normal
Gemuk Gemuk
Pasikolaga
3% 4% 8%
Sangat Kurus
Kurus
Normal
85%
Gemuk
balita gizi baik (71%), dan 6 balita gizi lebih (8%). Untuk desa Tampunabale 5 balita gizi buruk (7%),
10 balita dengan gizi kurang (14%), 53 balita (72%) gizi baik, dan 5 balita gizi lebih (7%). Secara
keseluruhan untuk kecamatan Pasikolaga 19 balita (6%) gizi baik, 42 balita gizi kurang (14%), 221
balita gizi baik (75%), dan 14 balita (5%) dengan gizi lebih.
1 Kolese 8 14 59 2
2 Mataindaha 3 9 50 1
3 Lambelu 3 9 60 6
4 Tampunabale 5 10 53 5
5 Pasikolaga 19 42 221 14
Kolese Mataindaha
2% 5%
2% 10% 14%
17% Gizi Buruk Gizi Buruk
Gizi Kurang Gizi Kurang
71% Gizi Baik 79% Gizi Baik
Gizi Lebih Gizi Lebih
Lambelu Tampunabale
7% 7%
8% 4% 11% 14%
Gizi Buruk Gizi Buruk
Gizi Kurang Gizi Kurang
77% Gizi Baik 72% Gizi Baik
Gizi Lebih Gizi Lebih
Pasikolaga
5% 6%
14%
Gizi Buruk
Gizi Kurang
Gizi Baik
75%
Gizi Lebih
1 Kolese 5 11 40
2 Mataindaha 11 11 39
3 Lambelu 9 12 56
4 Tampunabale 6 8 56
5 Pasikolaga 31 42 190
Kolese Mataindaha
9% 18%
20% Sangat Pendek Sangat Pendek
18%
71% Pendek 64% Pendek
Normal Normal
Lambelu Tampunabale
9%
12% 11%
15%
Sangat Pendek Sangat Pendek
Pasikolaga
12%
16%
Sangat Pendek
Pendek
72%
Normal
Sebanyak enam sekolah dasar yang ada di kecamatan Pasikolaga yang dilakukan penjaringan
kesehatan. Dari enam SD tersebut, siswa kelas 1, 2, dan 3 yang dilakukan pengukuran antropometri
sebanyak 293 siswa. Kecuali siswa kelas 1 SD 1 Pasikolaga tidak dapat dilakukan penghitungan status
gizi dikarenakan belum ada data tanggal lahir untuk seluruh siswa kelas 1. Untuk SD 1 sebanyak 19
siswa (37%) yang memiliki masalah gizi sedangkan 33 siswa (63%) dengan status gizi baik. untuk SD
2 Pasikolaga sebanyak 37 siswa (52%) dengan masalah gizi dan 34 siswa (48%) dengan status gizi
baik. Untuk SD 3 Pasikolaga 21 siswa 68% memiliki permasalahan gizi sedangkan 10 siswa (32%)
dengan status gizi baik. Untuk SD 4 Pasikolaga sebanyak 21 siswa (54%) memiliki permasalahan gizi
dan 18 siswa (46%) dengan status gizi baik. Untuk SD 5 Pasikolaga 21 siswa (44%) memiliki
permasalahan gizi dan 27 siswa (56%) dengan status gizi baik. Untuk SD 6 Pasikolaga sebanyak 34
siswa (65%) memiliki permasalahan gizi sedangkan 18 siswa (65%) dengan status gizi baik. Secara
keseluruhan untuk semua SD sebanyak 153 siswa memiliki permasalahan gizi (52%) sedangkan 140
siswa (48%) dengan status gizi baik.
SD 1 Pasikolaga SD 2 Pasikolaga
SD 3 Pasikolaga SD 4 Pasikolaga
SD 5 Pasikolaga SD 6 Pasikolaga
Total
Berdasarkan indeks Berat badan menurut umur, kategori status gizi dikelompokan menjadi gizi buruk,
gizi kurang, gizi baik, dan gizi lebih. Untuk SD 1 Pasikolaga sebanyak 3 siswa (6%) gizi buruk, 8 siswa
gizi kurang (15%), 40 siswa (77%) gizi baik, dan 1 siswa gizi lebih (2%). Untuk SD 2 Pasikolaga
sebanyak 3 siswa (5%) gizi buruk, 18 siswa (27%) gizi kurang, 45 siswa gizi baik (68%), dan tidak
ada yang gizi lebih. Untuk SD 3 Pasikolaga sebanyak 2 siswa (7%) gizi buruk, 10 siswa (32%) gizi
kurang, 19 siswa (61%) gizi baik, dan tidak ada siswa dengan status gizi lebih. Untuk SD 4
Pasikolaga sebanyak 1 siswa yang gizi buruk (3%), 15 siswa gizi kurang (38%), 23 siswa gizi baik
(59%) dan tidak ada siswa dengan status gizi lebih. Untuk SD 5 Pasikolaga sebanyak 3 siswa (6%)
gizi buruk, 11 siswa (23%) gizi kurang, 22 siswa (71%) dengan gizi baik, dan tidak ada siswa dengan
gizi lebih. Untuk SD 6 Pasikolaga sebanyak 10 siswa (20%) gizi buruk, 18 siswa (36%) gizi kurang, 22
siswa (44%) gizi baik, dan tidak ada gizi lebih. Secara keseluruhan untuk semua SD, sebanyak 22
siswa (8%) gizi buruk, 80 siswa (28%) gizi kurang, 183 siswa (64%) dengan gizi baik, dan satu siswa
dengan gizi lebih.
Gizi
No Sekolah Gizi Buruk Gizi Baik Gizi Lebih
Kurang
1 SD 1 Pasikolaga 3 8 40 1
2 SD 2 Pasikolaga 3 18 45 0
3 SD 3 Pasikolaga 2 10 19 0
4 SD 4 Pasikolaga 1 15 23 0
5 SD 5 Pasikolaga 3 11 34 0
6 SD 6 Pasikolaga 10 18 22 0
Total 22 80 183 1
SD 1 Pasikolaga SD 2 Pasikolaga
0% 5%
2% 6%
15% Gizi Buruk Gizi Buruk
27%
Gizi Kurang Gizi Kurang
77% 68%
Gizi Baik Gizi Baik
Gizi Lebih Gizi Lebih
SD 3 Pasikolaga SD 4 Pasikolaga
0% 0% 3%
7%
Gizi Buruk Gizi Buruk
38%
32% Gizi Kurang Gizi Kurang
61% 59%
Gizi Baik Gizi Baik
Gizi Lebih Gizi Lebih
SD 5 Pasikolaga SD 6 Pasikolaga
0% 0%
6%
23% Gizi Buruk 20% Gizi Buruk
44%
Gizi Kurang Gizi Kurang
71% 36%
Gizi Baik Gizi Baik
Gizi Lebih Gizi Lebih
Total
0%
8%
28% Gizi Buruk
Gizi Kurang
64%
Gizi Baik
Gizi Lebih
Berdasarkan indeks Tinggi/panjang badan menurut umur, terdapat tiga kategori status gizi meliputi
sangat pendek, pendek, normal. Untuk SD 1 Pasikolaga sebanyak 3 siswa (6%) sangat pendek, 10
siswa (19%) pendek, 39 siswa (75%) normal. Untuk SD 2 Pasikolaga sebanyak 1 siswa (1%) sangat
pendek, 6 siswa (9%) pendek, 64 siswa (90%) normal. Untuk SD 3 Pasikolaga sebanyak 1 siswa
(3%) sangat pendek, 2 siswa (7%) pendek, dan 28 siswa normal (90%). Untuk SD 4 Pasikolaga
sebanyak 3 siswa (8%) sangat pendek, 17 siswa (43%) pendek, dan 19 siswa (49%) normal. Untuk
SD 5 Pasikolaga tidak ada siswa yang sangat pendek, 10 siswa (21%) pendek, dan 38 siswa (79%)
normal. Untuk SD 6 Pasikolaga seabanyak 2 siswa (4%) sangat pendek, 8 siswa (15%) pendek, dan
42 siswa (81%) normal. Secara keseluruhan SD sebanyak 10 siswa (3%) sangat pendek, 53 siswa
(18%) pendek, dan 230 siswa (79%) normal.
1 SD 1 Pasikolaga 3 10 39
2 SD 2 Pasikolaga 1 6 64
3 SD 3 Pasikolaga 1 2 28
4 SD 4 Pasikolaga 3 17 19
5 SD 5 Pasikolaga 0 10 38
6 SD 6 Pasikolaga 2 8 42
Total 10 53 230
SD 1 Pasikolaga SD 2 Pasikolaga
1% 9%
6%
19%
Sangat Pendek Sangat Pendek
SD 3 Pasikolaga SD 4 Pasikolaga
8%
3% 7%
Sangat Pendek 49% Sangat Pendek
Pendek 43% Pendek
Normal Normal
90%
SD 5 Pasikolaga SD 6 Pasikolaga
4%
0% 21% 15%
Sangat Pendek Sangat Pendek
Total
3%
18%
Sangat Pendek
Pendek
79%
Normal
Berdasarkan indeks IMT menurut umur kategori status gizi dibagi menjadi sangat kurus, kurus,
normal, gemuk, dan obese. Untuk SD 1 Pasikolaga tidak ada siswa yang sangat kurus, 3 siswa (6%)
kurus, 47 siswa (90%) normal, dan masing-masing 1 siswa (2%) gemuk dan obese. Untuk SD 2
Pasikolaga sebanyak 6 siswa (8%) sangat kurus, 21 siswa (30%) kurus, 43 siswa (61%) normal,
tidak ada siswa yang gemuk, dan 1 siswa (1%) obese. Untuk SD 3 Pasikolaga sebanyak 3 siswa
(10%) sangat kurus, 6 siswa (19%) kurus, 22 siswa (71%) normal, dan masing-masing tidak ada
siswa gemuk dan obese. Untuk SD 4 Pasikolaga tidak ada siswa dengan sangat kurus dan kurus, 37
siswa (95%) normal, 2 siswa (5%) gemuk, dan tidak ada siswa dengan obese. Untuk SD 5 Pasikolaga
sebanyak 2 siswa (4%) dengan status gizi sangat kurus, 5 siswa (11%) kurus, 39 siswa (81%)
normal, 2 siswa (4%) gemuk, dan tidak ada siswa dengan obese. Untuk SD 6 Pasikolaga sebanayk 9
siswa (17%) sangat kurus, 18 siswa (35%) kurus, 24 siswa (46%) normal, dan 1 siswa (2%) gemuk,
dan tidak ada siswa yang obese. Secara keseluruhan untuk semua SD sebanyak 20 siswa (7%)
sangat kurus, 53 siswa (18%) kurus, 212 siswa (72%) normal, 6 siswa (2%) gemuk, dan 2 siswa
(1%) obese.
1 SD 1 Pasikolaga 0 3 47 1 1
2 SD 2 Pasikolaga 6 21 43 0 1
3 SD 3 Pasikolaga 3 6 22 0 0
4 SD 4 Pasikolaga 0 0 37 2 0
5 SD 5 Pasikolaga 2 5 39 2 0
6 SD 6 Pasikolaga 9 18 24 1 0
Total 20 53 212 6 2
SD 1 Pasikolaga SD 2 Pasikolaga
2%2%
0%6% 0% 1% 8%
Sangat Kurus Sangat Kurus
Kurus Kurus
30%
Normal 61% Normal
90%
Gemuk Gemuk
Obese Obese
SD 3 Pasikolaga SD 4 Pasikolaga
0% 5%0%
0%
0% 10% Sangat Kurus Sangat Kurus
19%
Kurus Kurus
71% Normal
95% Normal
Gemuk
Gemuk
Obese
Obese
SD 5 Pasikolaga SD 6 Pasikolaga
0% 0%
4% 2% 17%
4% Sangat Kurus Sangat Kurus
11%
Kurus Kurus
46%
81% Normal 35% Normal
Gemuk Gemuk
Obese Obese
Total
2%
1% 7%
Sangat Kurus
18%
Kurus
Normal
72%
Gemuk
Obese
BAB II
ANALISA MASALAH
2.1. Keluarga Sehat
1. Keluarga mengikuti KB
Dari 209 KK yang di data terdapat 131 KK yang tidak mengikuti KB (78%) dan 37 KK yang
mengikuti KB (22%). Dari data ini menunjukan bahwa masih sangat banyak pasangan usia
subur yang tidak menggunakan/ mengikuti KB. Memang dari beberapa responden yang di
data alasan tidak menggunakan KB karena pasangan nya pergi merantau sehingga
berkontribusi terhadap angka ketidakikutsertaan KB.
Secara umum untuk Desa Tampunabale sebanyak 21 Balita (42%) yang mengalami masalah gizi.
Sedangkan untuk anak sekolah sebanyak 34 siswa (65%) yang mengalami permasalahan gizi.
Dengan kondisi tersebut, masalah gizi yang melanda balita dan anak sekolah tidak bisa dianggap
remeh.
BAB IV
REKOMENDASI
1. Posyandu
Posyandu sebagai suatu upaya kesehatan yang bersumber masyarakat berperan penting
dalam meningkatkan derajat kesehatan. Hal ini dapat dicapai karena sasaran posyandu
adalah ibu hamil dan balita. Dengan pelaksanaan posyandu yang terstandar, tujuan
untuk meningkatkan kualitas kesehatan ibu dan anak pun akan tercapai. Terdapat tiga
hal yang perlu dilakukan untuk menunjang kegiatan posyandu sesuai standar yaitu :
a. Melengkapi Sarana dan Prasarana : meliputi Gedung Posyandu, Meja, Kursi dan
kelengkapan lainnya,
c. Peran aktif pemerintah desa, tokoh, dan masyarakat dalam mendukung dan
sosialisasi kegiatan
2. Posbindu PTM
Seiring dengan semakin meningkatnya angka kesakitan penyakit tidak menular,
diperlukan upaya promotif, preventif, dan kuratif yang terintegrasi. Untuk itu perlu
diadakan suatu kegiatan yang menaungi kegiatan tersebut. Salah satunya dengan Pos
binaan terpadu penyakit tidak menular (PTM). Dukungan kegiatan ini dapat berupa,
peningkatan sarana dan prasarana, pelatihan dan insentif kader.
3. Keluarga Sehat
Dari hasil pendataan didapatkan masih sedikit keluarga yang masuk dalam kategori
Sehat. Untuk itu diperlukan upaya untuk meningkatkan kesdaran dan kemauan keluarga
dalam melakukan kegiatan peningkatan kualitas kesehatan keluarga. Komunitas keluarga
sehat dibentuk dengan harapan keluarga yang masuk dalam kategori Tidak Sehat dan
Pra Sehat menjadi sadar dan mau melakukan perubahan menuju perilaku hidup bersih
dan sehat.
Dengan komunitas generasi muda aktif dan sehat berbagai program promotif dan
preventif kesehatan dapat dilaksanakan secara terfouks.