Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
(RPP)
Berdasarkan Permen Dikbud No.22 Tahun 2016
G. Kompetensi Inti
KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya”; kompetensi sikap
sosial
KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli
(gotong royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif dan
menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
KI 3 : Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural
berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural
pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
KI 4: Mengolah, menalar, menyaji, dan mencipta dalam ranah konkret dan ranah abstrak
terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta
bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
keilmuan
I. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan : Saintifik
2. Metode : diskusi
3. Model : Numered Heads Together
J. Media Pembelajaran
Media : Teks Laporan Hasil Observasi
Alat : LCD, laptop, papan tulis, spidol, penghapus papan.
K. Sumber Belajar
Alwi, Hasan. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Balai Bahasa.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2010. Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
L. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan 1
Tahapan Kegiatan Alokasi Waktu
Pendahuluan 1. Peserta didik berdoa dan membaca Alquran 15’
2. Pendidik mempersiapkan peserta didik secara
fisik dan psikis
3. Peserta didik merespon salam dan pertanyaan
dari pendidik berhubungan dengan kondisi dan
pembelajaran sebelumnya.
4. Peserta didik menerima informasi tentang
keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
5. Peserta didik menerima informasi kompetensi,
materi, tujuan, manfaat, dan langkah
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
6. Peserta didik menerima cakupan materi
mengenai karakteristik laporan hasil observasi
7. Peserta didik menerima pengarahan bahwa
melalui tema pembelajaran ini agar dapat
mengembangkan sikap jujur, disiplin, peduli,
dan santun
Kegiatan Inti 1. Siswa dibagi dalam kelompok setiap siswa 60’
dalam kelompok mendapatkan nomor
2. Guuru memberikan tugas dan masing-masing
kelompok mengerjakannya
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benr
dan memastikan setiap anggota kelomok
dapat mengerjakan/mengetahui jawabannya
4. Guru memanggil salah satuu nomorsiswa
dengan nomor yang di panggil melapporjkan
hasil kerja sama mereka
5. Tanggapan dari teman yang lain kemudian
guru menunjuk nomor yang lain
6. Peserta didik menuliskan laporan hasil
diskusi.
7. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi.
8. Peserta didik menanggapi hasil diskusi
9. Peserta didik menyimpulkan hasil presentasi
10. Peserta didik menerima konfirmasi dari
peserta didik
Pertemuan 2
Tahapan Kegiatan Alokasi Waktu
Pendahuluan 1. Peserta didik berdoa dan membaca Alquran 15’
2. Pendidik mempersiapkan peserta didik secara
fisik dan psikis
3. Peserta didik merespon salam dan pertanyaan
dari pendidik berhubungan dengan kondisi
dan pembelajaran sebelumnya.
4. Peserta didik menerima informasi tentang
keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
5. Peserta didik menerima informasi kompetensi,
materi, tujuan, manfaat, dan langkah
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
6. Pesert didik menerima cakupan materi tentang
Menjelaskan teks laporan hasil observasi
7. Peserta didik menerima pengarahan bahwa
melalui tema pembelajaran ini agar dapat
mengembangkan sikap jujur, disiplin, peduli,
dan santun
Kegiatan Inti 1. Siswa dibagi dalam kelompok setiap siswa 60’
dalam kelompok mendapatkan nomor
2. Guuru memberikan tugas dan masing-masing
kelompok mengerjakannya
3. Kelompok mendiskusikan jawaban yang benr
dan memastikan setiap anggota kelomok
dapat mengerjakan/mengetahui jawabannya
4. Guru memanggil salah satuu nomorsiswa
dengan nomor yang di panggil melapporjkan
hasil kerja sama mereka
5. Tanggapan dari teman yang lain kemudian
guru menunjuk nomor yang lain
6. Peserta didik membentuk kelompok belajar
sesuai arahan pendidik.
7. Peserta didik membaca teks Laporan Hasil
Observasi yang berjudul “Wayang”.
8. Peserta didik bertanya jawab tentang teks
Laporan Hasil Observasi”Wayang”.
9. Peserta didik mendiskusikan pertanyaan
sesuai dengan isi teks yang dibaca.
10. Peserta didik menuliskan laporan hasil
diskusi.
11. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi.
12. Peserta didik menanggapi hasil diskusi
13. Peserta didik menyimpulkan hasil presentasi
14. Peserta didik menerima konfirmasi dari
peserta didik
Pertemuan 3
Tahapan Kegiatan Alokasi Waktu
Pendahuluan 1. Peserta didik berdoa dan membaca Alquran 15’
2. Pendidik mempersiapkan peserta didik secara
fisik dan psikis
3. Peserta didik merespon salam dan pertanyaan
dari pendidik berhubungan dengan kondisi
dan pembelajaran sebelumnya.
4. Peserta didik menerima informasi tentang
keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
5. Peserta didk menerima cakupan materi
tentang menemukan struktur teks laporan
hasil observasi
6. Peserta didik menerima pengarahan bahwa
melalui tema pembelajaran ini agar dapat
mengembangkan sikap jujur, disiplin, peduli,
dan santun
Kegiatan Inti 1. Peserta didik duduk berkelompok sesuai 60’
dengan kelompok pada pembelajaran
sebelumnya.
2. Peserta didik membaca kembali teks Laporan
Hasil Observasi yang berjudul “Ada Apa di
D’topeng Museum Angkut”.
3. Peserta didik berdiskusi tentang struktur teks
eksposisi
4. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi.
5. Peserta didik menanggapi hasil diskusi
6. Peserta didik menyimpulkan hasil presentasi
7. Peserta didik menerima konfirmasi dari
peserta didik
Pertemuan 5
Tahapan Kegiatan Alokasi Waktu
Pendahuluan 1. Peserta didik berdoa dan membaca Alquran 15’
2. Pendidik mempersiapkan peserta didik secara
fisik dan psikis
3. Peserta didik merespon salam dan pertanyaan
dari pendidik berhubungan dengan kondisi dan
pembelajaran sebelumnya.
4. Peserta didik menerima cakupan materi
tentang Menyusun ringkasan isi teks laporan
hasil observasi.
5. Peserta didik menerima informasi tentang
keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan
pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Kegiatan Inti 1. Peserta didik duduk berkelompok sesuai 60’
dengan kelompok pada pembelajaran
sebelumnya.
2. Peserta didik membaca kembali teks Laporan
Hasil Observasi yang berjudul “Wayang”.
3. Peserta didik berdiskusi tentang Kalimat
utama dan kalimat penjelas
4. Peserta didik berdiskusi tentang Ide pokok
dalam paragraph
5. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi.
6. Peserta didik menanggapi hasil diskusi
7. Peserta didik menyimpulkan hasil presentasi
8. Peserta didik menerima konfirmasi dari
peserta didik
2. Penilaian Keterampilan
Penilain Proses Penilaian Hasil
Penilaian proses aspek keterampilan Teknik Penilaian : tes tulis dan praktik
dapat dilakukan sejak kegiatan Bentuk Instrumen: uraian dan unjuk kerja
Mengonstruksi Terbimbing dan
Mengonstruksi Mandiri. Instrumen
1. Bacalah teks Laporan Hasil Observasiyang
Catatan terhadap peserta didik pada berjudul “Kehidupan Sosial Anak pengamen”
kegiatan tersebut dapat dijadikan 2. Temukan kalimat utama tiap pargraf teks tersebut!
penilaian sikap selama mengikuti 3. Tentukan ide pokok tiap pargaraf dalam teks
pembelajaran dan mengerjakan tugas tersebut!
(bendel portofolio): ketekunan, 4. Berdasarkan ide pokok, tuliskanlah ringkasan isi
kerjasama, semangat, ketelitian, teks tersebut!
kerapihan, kebersihan, keseriusan. 5. Bacakanlah hasil pekerjaanmu di depan kelas!
Penilaian Sikap
Penilaian sikap dilakukan selama proses pembelajaran (termasuk informasi dari portofolio) atau
di luar pembelajaran dengan melalui observasi dengan isian lembar pengamatan dengan menggunakan
lembar jurnal.
No Waktu Nama Kejadian/Perilaku Butir Sikap +/-
Pedoman Penskoran
a. Pengetahuan
No. Aspek yang dinilai Kriteria Jawaban Skor
1. Menjawab pertanyaan Menjawab enampertanyaan dengan rinci dan dilengkapi 5
sehubungan dengan isi dengan argument yang tepat
teks Menjawab enam pertanyaan kurang rinci dan kurang 4
dilengkapi dengan argumen yang tepat
Hanya menjawab 4-5 pertanyaan 3
skor maksimal 8
b. Keterampilan
No. Aspek yang dinilai Ktriteria Jawaban Skor
1 Menemukan kalimat Kalimat utama tepat 2
utama Kalimat utama kurang tepat 1
2 Menemukan ide pokok Ide pokok sesuai dengan kalimat utama 2
Ide pokok tidak sesuai dengan kalimat utama 1
3 Menyusun ringkasan Ringkasan sesuai dengan ide pokok dan menggunakan 2
konjungsi yang tepat
Ringkasan kurang sesuai dengan ide pokok dan 1
konjungsi yang digunakan tidak bervariasi
Skor maksimal 6
Adapun struktur lainnya dari teks laporan ini adalah sebagai berikut.
1. Definisi Umum, adalah pembukaan yang berisi pengertian tentang sesuatu yang dibahas
didam teks.
2. Definisi Bagian, adalah bagian yang berisi ide pokok dari setiap paragraf (penjelasan rinci).
3. Definisi Manfaat, bagian yang menjelaskan manfaat dari sesuatu yang dilaporkan
4. Penutup, adalah bagian rincian akhir dari teks.
Wayang adalah seni pertunjukan yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya asli Indonesia.
UNESCO, lembaga yang membawahi kebudayaan dari PBB, pada 7 November 2003 menetapkan
wayang sebagai pertunjukan bayangan boneka tersohor dari Indonesia, sebuah warisan mahakarya
dunia yang tidak ternilai dalam seni bertutur (Masterpiece of Oral and Intangible Heritage of
Humanity).Para wali songo, penyebar agama Islamdi Jawa sudah membagi wayang menjadi tiga.
Wayang kulit di timur, wayang wong atau wayang orang di Jawa Tengah, dan wayang golek atau
wayang boneka di Jawa Barat. Penjenisan tersebut disesuaikan dengan penggunaan bahan
wayang.Wayang kulit dibuat dari kulit hewan ternak, bisa berupa kerbau, sapi, atau kambing. Wayang
wong berarti wayang yang ditampilkan atau diperankan oleh orang. Wayang golek adalah wayang
yang menggunakan boneka kayu sebagai pemeran tokoh. Selanjutnya, untuk mempertahankan budaya
wayang agar tetap dicintai, seniman mengembangkan wayang dengan bahan-bahan lain, antara lain
wayang suket dan wayang motekar.
Wayang kulit dilihat dari umur, dan gaya pertunjukannya pun dibagi lagi menjadi bermacam jenis.
Jenis yang paling terkenal, karena diperkirakan memiliki umur paling tua adalah wayang purwa.
Purwa berasal dari bahasa Jawa, yang berarti awal. Wayang ini terbuat dari kulit kerbau yang ditatah,
dan diberi warna sesuai kaidah pulasan wayang pendalangan, diberi tangkai dari bahan tanduk kerbau
bule yang diolah sedemikian rupa dengan nama cempurit yang terdiri dari: tuding dan gapit. Cerita
yang biasanya digunakan adalah Ramayana dan Mahabharata. Wayang purwa terdiri atas beberapa
gaya atau gagrak seperti, gagrak Kasunanan, Mangkunegaraan; Ngayogyakarta, Banyumasan,
Jawatimuran, Kedu, Cirebon dan sebagainya. Selain wayang purwa jenis wayang kulit yang lain
yaitu: wayang madya wayang gedog wayang dupara, wayang wahyu, wayang suluh, wayang kancil,
wayang calonarang, wayang krucil; wayang ajen; wayang sasak, wayang sadat, wayang parwa
wayang arja, wayang gambuh, wayang cupak dan wayang beber yang saat ini masih berkembang di
Pacitan
Wayang wong (bahasa Jawa yang berarti ‘orang’) adalah salah satu pertunjukan wayang yang
diperankan langsung oleh orang. Wayang orang yang dikenal di suku Banjar adalah wayang gung,
sedangkan yang dikenal di suku Jawa adalah wayang topeng. Wayang topeng dimainkan oleh orang
yang menggunakan topeng. Wayang tersebut dimainkan dengan iringan gamelan dan tari-tarian.
Perkembangan wayang orang pun saat ini beragam, tidak hanya digunakan dalam acara ritual, tetapi
juga digunakan dalam acara yang bersifat menghibur.
Selanjutnya, jenis wayang yang lain adalah wayang golek yang mempertunjukkan boneka kayu.
Wayang golek berasal dari Sunda. Wayang ini disebut juga sebagai wayang thengul. Selain wayang
golek Sunda, wayang yang terbuat dari kayu adalah wayang menak atau sering juga disebut wayang
golek menak karena cirinya mirip dengan wayang golek. Wayang tersebut pertama kali dikenalkan di
Kudus. Selain golek, wayang yang berbahan dasar kayu adalah wayang klithik. Wayang klithik
berbeda dengan golek. Wayang tersebut berbentuk pipih seperti wayang kulit. Akan tetapi, cerita yang
diangkat adalah cerita Panji dan Damarwulan. Wayang lain yang terbuat dari kayu adalah wayang
papak atau cepak, wayang timplong, wayang potehi, wayang golek techno, dan wayang ajen.
Perkembangan terbaru dunia pewayangan menghasilkan kreasi berupa wayang suket. Disebut
wayang suket karena wayang yang digunakan terbuat dari rumput yang dibentuk menyerupai wayang
kulit. Wayang suket merupakan tiruan dari berbagai figur wayang kulit yang terbuat dari rumput
(bahasa Jawa: suket). Wayang suket biasanya dibuat sebagai alat permainan atau penyampaian cerita
pewayangan kepada anak-anak di desa-desa Jawa.
Dalam versi lebih modern, terdapat wayang motekar atau wayang plastik berwarna. Wayang
motekar adalah sejenis pertunjukan teater bayang-bayang atau serupa wayang kulit. Akan tetapi, jika
wayang kulit memiliki bayangan yang berwarna hitam saja, wayang motekar menggunakan teknik
terbaru hingga bayang-bayangnya bisa tampil dengan warna-warni penuh. Wayang motekar
ditemukan dan dikembangkan oleh Herry Dim setelah melewati eksperimen lebih dari delapan tahun
(1993 – 2001). Wayang tersebut menggunakan bahan plastik berwarna, sistem pencahayaan teater
modern, dan layar khusus.
Semua jenis wayang di atas merupakan wujud ekspresi kebudayaan yang dapat dimanfaatkan
dalam berbagai kehidupan antara lain sebagai media pendidikan, media informasi, dan media
hiburan. Wayang bermanfaat sebagai media pendidikan karena isinya banyak memberikan ajran-
ajaran kehidupan kepada manusia. Pada era modern ini, wayang juga banyak digunakan sebagai
media informasi. Ini antara lain dapat kita lihat dari pagelaran wayang yang disisipi informasi tentang
program pembangunan seperti keluarga berencana (KB), pemilihan umum, dan sebagainya.Yang
terakhir, meski semakin jarang, wayang masih tetap menjadi media hiburan.
Bacaan 2 :
D’topeng Museum Angkut
D’topeng adalah salah satu tempat wisata yang terletak di Kota Batu, Jawa Timur. Keberadaan
D’topeng tidak dapat dipisahkan dengan Museum Angkut karena kedua tempat ini berada di satu
tempat yang sama. Tempat wisata ini seringkali disebut pula sebagai museum topeng karena memang
berisi topeng dengan berbagai model dan bentuk.Namun, D’topeng tidak hanya berisi topeng, tetapi
juga berisi pameran benda-benda berupa barang tradisional dan barang antik. Topeng, barang
tradisional, dan barang antik dalam museum ini dapat dikelompokkan menjadi lima jenis berdasarkan
bahan pembuatannya, yaitu berbahan kayu, batu, logam, kain, dan keramik.
Benda paling diminati pengunjung untuk diamati dan paling mendominasi tempat ini adalah
topeng.Ada beragam jenis topeng di museum ini.Topeng-topeng tersebut dapat dikelompokkan
menjadi dua bagian berdasarkan bahan dasarnya, yaitu yang berbahan dasar kayu dan batu. Topeng
berbahan kayu sebagian besar berasal dari daerah Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta,
Jakarta, dan Jawa Barat. Sementara itu, topeng yang berbahan batu berasal dari daerah sekitar
Sulawesi dan Maluku.
Selain topeng, barang-barang tradisional juga dipamerkan di D’topeng.Barang-barang
tradisional yang mengisi etalase-etalase museum ini adalah senjata tradisional, perhiasan wanita
zaman dahulu yang berbahan dasar logam, batik-batik motif lama, dan hiasan rumah kuno.
Berdasarkan bahan dasarnya, barang-barang tersebut juga dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu
berbahan dasar kayu seperti hiasan rumah berupa kepala kerbau asal Toraja, berbahan dasar batu
seperti alat penusuk jeruk asal Batak, berbahan dasar logam seperti pisau sunat dan perhiasan logam
asal Sumba, dan yang berbahan dasar kain seperti batik berbagai motif asal Yogyakarta dan Jawa
Tengah.
Benda terakhir yang mengisi museum ini adalah barang kuno yang sampai saat ini masih
dianggap bernilai seni tinggi atau biasa kita sebut barang antik.Barang-barang antik seperti guci tua,
kursi antik, bantal arwah, mata uang zaman kerajaan-kerajaan, dan benda-benda lain dapat dijumpai
di dalam museum D’topeng. Barang-barang tersebut dapat pula digolongkan menjadi dua jenis
berdasarkan bahan pembuatannya, yaitu keramik dan logam. Barang antik berbahan dasar keramik di
museum ini adalah guci-guci tua peninggalan salah satu dinasti di China dan bantal yang digunakan
untuk bangsawan Dinasti Yuan (China) yang sudah meninggal. Sementara itu, barang antik yang
berbahan dasar logam adalah jinggaran coin (Kerajaan Gowa), mata uang kerajaan majapatih, koin
VOC, dan kursi antik asal jawa Tengah.
Selain untuk dipamerkan, benda-benda di D’topeng ini juga dimanfaatkan sebagai media
pelestarian budaya.Selanjutnya, D’topeng berfungsi pula sebagai museum, yaitu sebagai konservasi
benda-benda langka agar terhindar dari perdagangan illegal.
Bacaan 3 :
Suku Baduy
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang
rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni. Bahasa, sebagaimana juga budaya, merupakan bagian tak terpisahkan dari diri manusia
sehingga banyak orang cenderung menganggapnya diwariskan secara genetis. Ketika seseorang
berusaha berkomunikasi dengan orang-orang yang berbada budaya dan menyesuaikan perbedaan-
perbedaannya, membuktikan bahwa budaya itu dipelajari dan Indonesia memiliki beragam kesenian
dan berbagai macam upacara adat mulai dari sabang sampai merauke. Provinsi Banten memiliki
masyarakat tradisional yang masih memegang teguh adat tradisi yaitu suku baduy yang tinggal di
Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak.Perjalanan saya dengan teman-
teman berangkat dari kampus kami UNJ menuju ke Baduy menggunakan alat trasportasi kereta Api,
Rangkas Jaya tujuan Tanah Abang –Rangkas bitung, kereta api kami berangkat Pukul 08.00 kami pun
sudah menunggu kereta mulai dari jam 06.00. Setelah kereta datang kami langsung naik kedalam dan
mencari tempat duduk yang sesuai pada tiket kereta dan perjalanan yang akan ditempuh selama 2 jam
untuk menuju kestasiun Rangkas bitung.
Setelah kami sampai diStasiun Rangkas bitung, kami sudah di sambut oleh salah satu warga Desa
Baduy Luar yaitu mang Arji. MangArji sebagai pemandu kami mulai dari stasiun Rangkas bitung
hingga ke DesaBaduy, keluar dari stasiun Rangkas bitung kami pun langsung naik elf yang sudah
disewa oleh kami. Baduy atau biasa disebut juga dengan masyarakat kanekes adalah nama sebuah
kelompok masyarakat adat Sunda di Banten. Suku Baduy tinggal di pedalaman Jawa Barat, desa
terakhir yang bisa di jangkau oleh kendaraan adalah DESA Ciboleger (jawa barat). Dari desa ini kita
baru bisa memasuki wilayah suku baduy luar. Tetapi sebelum kita masuk kewilayah suku baduy kita
harus melapor dulu dengan pimpinan adatnya yang di sebut Jaro. Masyarakat Kanekes secara umum
terbagi menjadi tiga kelompok yaitu tangtu, panamping :
Kelompok tangtu (baduy dalam) suku Baduy Dalam tinggal di pedalaman hutan dan masih
terisolir dan belum masuk kebudayaan luar.selain itu orang baduy dalam merupakan yang paling
patuh kepada seluruh ketentuan maupun aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Pu’un (Kepala
Adat). Orang Baduy dalam tinggal di 3 kampung,yaitu Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik. Ciri khas
Orang Baduy Dalam adalah pakaiannya berwarna putih alami dan biru tua serta memakai ikat kepala
putih dan golok. Pakaian mereka tidak berkerah dan berkancing, mereka juga tidak beralas kaki.
Meraka pergi kemana-mana hanya berjalan kaki tanpa alas dan tidak pernah membawa uang. mereka
tidak mengenal sekolah, huruf yang mereka kenal adalah Aksara Hanacara dan bahasanya Sunda.
Mereka tidak boleh mempergunakan peralatan atau sarana dari luar. Jadi bisa di bayangkan mereka
hidup tanpa menggunakan listrik, uang, dan mereka tidak mengenal sekolahan. Salah satu contoh
sarana yang mereka buat tanpa bantuan dari peralatan luar adalah Jembatan Bambu. Mereka membuat
sebuah Jembatan tanpa menggunakan paku, untuk mengikat batang bambu mereka menggunakan ijuk,
dan untuk menopang pondasi jembatan digunakan pohon-pohon besar yang tumbuh di tepi sungai.
Kelompok masyarakat panamping (baduy Luar). Mereka tinggal di desa Cikadu, Kaduketuk,
Kadukolot, Gajeboh, Cisagu, yang mengelilingi wilayah baduy dalam. Masyarakat Baduy Luar berciri
khas mengenakan pakaian dan ikat kepala berwarna hitam.suku Baduy Luar biasanya sudah banyak
berbaur dengan masyarakat Sunda lainnya. selain itu mereka juga sudah mengenal kebudayaan luar,
seperti bersekolah.
Sebagaimana yang telah terjadi selama ratusan tahun, maka mata pencaharian utama masyarakat
Kanekes adalah bertani padi huma. Selain itu mereka juga mendapatkan penghasilan tambahan dari
menjual buah-buahan yang mereka dapatkan di hutan seperti durian, rambutan, pisang dan asam
keranji, serta madu hutan. Masyarakat Kanekes hayati dari bertani.Selain itu, hutan di daerah Kanekes
juga sangat menghasilkan.Berbagai macam buah tumbuh di hutan mereka. Karena itu, mereka hayati
dari berjualan hasil bumi dan buah-buahan yang mereka peroleh dari hutan, serta membuat kerajinan
koja atau tas dari kulit kayu, mengolah gula aren, tenun dan sebagian kecil telah mengenal berdagang.
Jika semua ketentuan adat ini di langgar maka akan kena getahnya yang disebut kuwalat atau pamali
adalah suku Baduy sendiri. Adapun sebutan suku Baduy menurut cerita adalah asalnya dari kata
Badui, yakni sebutan dari golongan/ kaum Islam yang maksudnya karena suku itu tidak mau
mengikuti dan taat kepada ajaran agama Islam, sedangkan disaudi Arabia golongan yang seperti itu
disebut Badui maksudnya golongan yang membangkang tidak mau tunduk dan sulit di atur sehingga
dari sebutan Badui inilah menjadi sebutan Suku Baduy. Hingga saat ini, masyarakat Kanekes masih
melakukan upacara seba.Yaitu upacara tanda patuh pada penguasa.Upacara seba ini dilakukan setahun
sekali. Dalam upacara itu, masyarakat memberikan hasil bumi mereka kepada Gubernur Banten, nan
dianggap sebagai penguasa setempat.
Kemudian pada sekitar abad ke XV dengan masuknya ajaran Agama Islam yang
dikembangkan oleh saudagar-saudagar Gujarat dari Saudi Arabia dan Wali Songo dalam hal ini
adalah SUNAN GUNUNG JATI dari Cirebon, dari mulai Pantai Utara sampai ke selatan daerah
Banten, sehingga kekuasaan Raja semakin terjepit dan rapuh dikarenakan rakyatnya banyak yang
memasuki agama Islam. Akhirnya raja beserta senopati dan para ponggawa yang masih setia
meninggalkan keraan masuk hutan belantara kearah selatan dan mengikuti Hulu sungai, mereka
meninggalkan tempat asalnya dengan tekad seperti yang diucapkan pada pantun upacara Suku Baduy
“ Jauh teu puguh nu dijugjug, leumpang teu puguhnu diteang , malipir dina gawir, nyalindung dina
gunung, mending keneh lara jeung wiring tibatan kudu ngayonan perang jeung paduduluran nu
saturunan atawa jeung baraya nu masih keneh sa wangatua”
Artinya : jauh tidak menentu yang tuju ( Jugjug ),berjalan tanpa ada tujuan, berjalan ditepi
tebing, berlindung dibalik gunung, lebih baik malu dan hina dari pada harus berperang dengan sanak
saudara ataupun keluarga yang masih satu turunan “ Suku baduy masih setia dengan adat istiadatnya
yang menjalani kehidupan seperti leluhurnya.
Prinsip kearifan yang dipatuhi secara turun temurun oleh masyarakat Baduy ini membuat
mereka tampil sebagai sebuah masyarakat yang mandiri, baik secara sosial maupun secara ekonomi.
Karena itu, ketika badai krisis keuangan global melanda dunia, dan merontokkan pertahanan ekonomi
kita di awal tahun milennium ini, suku Baduy terbebas dari kesulitan itu. Hal itu berkat kemandirian
mereka yang diterapkan dalam prinsip hidup sehari-hari. Orang Baduy tak saja mandiri dalam
memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan. Mereka tak membeli beras, tapi menanam sendiri.
Mereka tak membeli baju, tapi menenun kain sendiri. Kayu sebagai bahan pembuat rumah pun
mereka tebang di hutan mereka, yang keutuhan dan kelestariannya tetap terjaga. “Dari 5.136,8 hektar
kawasan hutan di Baduy, sekitar 3.000 hektar hutan dipertahankan untuk menjaga 120 titik mata air”,
kata Jaro Dainah, kepala pemerintahan (jaro pamarentah) suku Baduy. Kemandirian mereka dari
hasrat mengonsumsi sebagaimana layaknya orang kota, antara lain tampak pada beberapa hal lainnya.
Untuk penerangan, mereka tak menggunakan listrik. Dalam bercocok tanam, mereka tak
menggunakan pupuk buatan pabrik. Mereka juga membangun dan memenuhi sendiri kebutuhan untuk
pembangunan insfrasuktur seperti jalan desa, lumbung padi, dan sebagainya.
“Mereka memang tak bersekolah. Belajar di ladang dan menimba kearifan hidup di alam
terbuka adalah sekolah mereka”, tutur Boedihartono, antropolog dari Universitas Indonesia, yang
pernah meneliti suku Baduy selama beberapa tahun. “Yang amat menggembirakan, tingkah laku yang
meneladani moralitas utama, menjadi acuan utama bagi kepribadian dan perilaku orang Baduy dalam
kehidupan mereka sehari-hari. Perkataan dan tindakan mereka pun polos, jujur tanpa basa-basi,
bahkan dalam berdagang mereka tidak melakukan tawar-menawar. Karena itu, banyak merasa senang
jika berurusan dengan orang Baduy karena mereka pantang merugikan orang lain”, ujarnya lagi.
Untuk menjaga kemurnian adat dari pencemaran budaya luar yang dibawa para wisatawan dalam
mengunjungi kawasan pemukiman kaum Baduy, sesekali jaro (kepala desa) Baduy Dalam melakukan
sidak ke desa Baduy Luar. Itu untuk meneliti apakah ada benda-benda yang bisa melunturkan
kepercayaan mereka. Mereka kadang menyita radio yang dianggap melunturkan kepercayaan adat
mereka. Selama ini, tanpa bunyi sepeda motor, radio, televisi dan mesin apa saja apa saja yang
menimbulkan asap dan bunyi-bunyian, maka desa-desa Baduy adalah titik tenang. Bunyi gemeletak
alat penenun menjadi irama lembut yang menemani keheningan alam di sana. Orang baduy menjual
hasil pertaniannya dan buah-buahan melalui para tengkulak. Mereka juga membeli kebutuhan hidup
yang tidak diproduksi sendiri di pasar. Pasar bagi orang Kanekes terletak di luar wilayah Kanekes
seperti pasar Kroya, Cibengkung, dan Ciboleger.