Anda di halaman 1dari 32

DIKLAT DESAIN TEKNIK PERKERASAN JALAN

MODUL 2
ANALISA LALU LINTAS JALAN

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT


BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSDIKLAT JALAN, PERUMAHAN,PERMUKIMAN, DAN PENGEMBANGAN
INFRASTRUKTUR WILAYAH

BANDUNG
2016
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas perkenan-Nya Modul
Diklat Perencanaan Teknik Perkerasan Jalan ini dapat diselesaikan. Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
modul ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan peserta pendidikan dan
pelatihan (Diklat) Perencanaan Teknik Perkerasan Jalan dalam rangka
meningkatkan kemampuan aparatur sipil negara (ASN) khususnya yang tupoksinya
berkaitan dengan Analisa Lalu Lintas. Dengan mengikuti seluruh modul dalam ini,
para peserta akan dibekali dengan kemampuan untuk menganalisis dan
merencanakan kegiatan yang berkaitan perencanaan teknik perkerasan jalan.
Kemampuan ini diharapkan akan membantu ASN dalam menjalankan perannya
dalam merancang, membangun, dan merehabilitasi jalan di Indonesia.
Modul ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Bandung, 2016

Kepala Pusdiklat Jalan, Perumahan, Permukiman,


dan Pengembangan Infrastruktur Wilayah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI .........................................................................................................ii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ iiiii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL ................................................................... iiv
PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Deskripsi Singkat ............................................................................................ 1
C. Tujuan Pembelajaran Umum ......................................................................... 2
D. Tujuan Pembelajaran Khusus ......................................................................... 2
E. Pokok Bahasan ............................................................................................... 2
F. Estimasi Waktu............................................................................................... 2
KEGIATAN BELAJAR 1 : ANALISA LALU LINTAS .................................................... 3
1.1 Analisis Volume Lalu Lintas ............................................................................ 3
1.2 Jenis Kendaraan ............................................................................................. 4
1.3 Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas .................................................................... 4
1.4 Pengaruh Alihan Lalu Lintas (Traffic Diversion) ............................................. 4
1.5 Faktor Distribusi Lajur dan Kapasitas Lajur .................................................... 5
1.6 Perkiraan Faktor Ekivalen Beban (Vehicle Damage Factor = VDF) ................ 5
1.7 Pengendalian Beban Sumbu .......................................................................... 8
1.8 Beban Sumbu Standar.................................................................................... 8
1.9 Sebaran Kelompok Sumbu Kendaraan niaga ................................................. 8
1.10 Beban Sumbu Standar Kumulatif ................................................................... 8
1.11 Perkiraan Lalu Lintas untuk Jalan dengan Lalu Lintas Rendah ....................... 9
1.12 RAFFIC MULTIPLIER – LAPISAN ASPAL ......................................................... 12
RANGKUMAN ..................................................................................................14
LATIHAN SOAL .................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................19
GLOSARIUM.....................................................................................................20
LAMPIRAN .......................................................................................................21

ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 - Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas (i) Minimum untuk Desain ...................... 4
Tabel 2 - Faktor Distribusi Lajur (DL) .......................................................................... 5
Tabel 3 - Ketentuan Cara Pengumpulan Data Beban Lalu Lintas ............................... 7
Tabel 4 – VDF Gabungan ............................................................................................ 7
Tabel 5 - Perkiraan Lalu Lintas untuk Jalan dengan Lalu Lintas Rendah .................. 10
Tabel 6 - Klasifikasi Kendaraan dan Nilai VDF Standar............................................. 11

iii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

1. Baca pendahuluan modul untuk mengetahui latar belakang, deskripsi singkat,


standar kompetensi, kompetensi dasar, materi dan sub materi, dan estimasi
waktu modul ini.
2. Baca dan pelajari dengan seksama setiap kegiatan belajar yang ada dalam
modul ini.
3. Kerjakan setiap latihan soal untuk meningkatkan pemahaman peserta
mengenai materi yang disampaikan.
4. Apabila peserta mengalami kesulitan dalam memahami materi dan
mengerjakan soal modul ini, peserta dapat berdiskusi dengan teman atau
Widyaiswara yang bersangkutan.

iv
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk memperhitungkan/ merancang Tebal Perkerasan Jalan, diperlukan hitungan
perancangan volume lalulintas pada periode waktu tertentu yang dinyatakan
dalam istilah lalulintas rancangan (Design Traffic.). Pertimbangan-pertimbangan
yang harus diperhatikan, mencakup besarnya beban gandar, konfigurasi dan
jumlah pengulangan beban atau jumlah beban gandar total.
Dalam perancangan perkerasan jalan baru, estimasi volume lalulintas pada saat
jalan dibuka pertama kali sangat penting, untuk ini dibutuhkan data survey
lalulintas yaitu pencatatan kendaraan yang lewat untuk arah yang berbeda dengan
memperhatikan jenis kendaraannya.
Data dan parameter lalulintas yang diperlukan untuk perancangan tebal
perkerasan meliputi : Volume Lalu Lintas, Jenis Kendaraan, Faktor Pertumbuhan
Lalu Lintas, Pengaruh Alihan Lalu Lintas (Traffic Diversion), Faktor Distribusi Lajur
dan Kapasitas Lajur, Perkiraan Faktor Ekivalen Beban (Vehicle Damage Factor),
Pengendalian Beban Sumbu, Beban Sumbu Standar, Sebaran Kelompok Sumbu
Kendaraan niaga, Perkiraan Lalu Lintas Volume Rendah.
Rancangan lalu lintas tersebut akan mempengaruhi tebal perkerasan jalan karena
beban yang ditimbulkan oleh lalu lintas akan dipikul oleh perkerasan jalan yang
harus diperhitungkan sehingga kontruksi jalan tersebut kuat menahan beban lalu
lintas yang terjadi.

B. Deskripsi Singkat
Mata Diklat ini menjelaskan tentang analisa lalulintas untuk perhitungan
perkerasan jalan, meliputi , Volume Lalu Lintas, Jenis Kendaraan , Faktor
Pertumbuhan Lalu Lintas , Pengaruh Alihan Lalu Lintas (Traffic Diversion), Faktor
Distribusi Lajur dan Kapasitas Lajur, Perkiraan Faktor Ekivalen Beban (Vehicle
Damage Factor), Pengendalian Beban Sumbu, Beban Sumbu Standar, Sebaran
Kelompok Sumbu Kendaraan niaga, Perkiraan Lalu Lintas Volume Rendah.

1
C. Tujuan Pembelajaran Umum
Setelah selesai mengikuti mata diklat ini peserta diharapkan mampu memahami
analisa lalulintas untuk perhitungan perkerasan jalan.

D. Tujuan Pembelajaran Khusus


Setelah selesai mengikuti mata diklat ini peserta diharapkan mampu memahami
dan menghitung analisa lalulintas untuk perhitungan perkerasan jalan, meliputi ,
Volume Lalu Lintas, Jenis Kendaraan , Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas , Pengaruh
Alihan Lalu Lintas (Traffic Diversion), Faktor Distribusi Lajur dan Kapasitas Lajur,
Perkiraan Faktor Ekivalen Beban (Vehicle Damage Factor), Pengendalian Beban
Sumbu, Beban Sumbu Standar, Sebaran Kelompok Sumbu Kendaraan niaga,
Perkiraan Lalu Lintas Volume Rendah.

E. Pokok Bahasan
a. Volume Lalu Lintas,Jenis Kendaraan,Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas
b. Pengaruh Alihan Lalu Lintas (Traffic Diversion)
c. Faktor Distribusi Lajur dan Kapasitas Lajur
d. Perkiraan Faktor Ekivalen Beban (Vehicle Damage Factor)
e. Pengendalian Beban Sumbu, Beban Sumbu Standar
f. Sebaran Kelompok Sumbu Kendaraan niaga
g. Perkiraan Lalu Lintas Volume Rendah.

F. Estimasi Waktu
6 jam pelajaran x 45 menit = 270 menit

2
1 KEGIATAN BELAJAR 1

ANALISA LALU LINTAS


Indikator Keberhasilan :
Peserta mampu menjelaskan komponen analisa lalu lintas.

1.1 Analisis Volume Lalu Lintas


Analisis volume lalu lintas didasarkan pada survey faktual. Untuk keperluan desain,
volume lalu lintas dapat diperoleh dari :
1. Survey lalu lintas aktual, dengan durasi minimal 7 x 24 jam. Pelaksanaan survey
agar mengacu pada Pedoman Survei Pencacahan Lalu Lintas dengan cara
Manual Pd T-19-2004-B atau dapat menggunakan peralatan dengan
pendekatan yang sama.
2. Hasil – hasil survey lalu lintas sebelumnya.
3. Untuk jalan dengan lalu lintas rendah dapat menggunakan nilai perkiraan dari
nomor 1.11 Perkiraan Lalu Lintas untuk Jalan dengan Lalu Lintas Rendah.
Dalam analisis lalu lintas, terutama untuk penentuan volume lalu lintas pada jam
sibuk dan lintas harian rata – rata tahunan (LHRT) agar mengacu pada Manual
Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). LHRT yang dihitung adalah untuk semua jenis
kendaraan kecuali sepeda motor ditambah 30% jumlah sepeda motor.
Sangat penting untuk memperkirakan volume lalu lintas yang realistis. Terdapat
kecenderungan secara historis untuk menaikkan data lalu lintas serta
meningkatkan analisa Benefit Cost Ratio dan justifikasi ekonomi. Hal ini tidak boleh
dilakukan untuk kebutuhan apapun. Desainer (perancang Perkerasan jalan) harus

Desain Teknik Perkerasan Jalan 3


Modul Analisa Lalu Lintas

membuat survey secara independen untuk memverifikasi data lalu lintas jika
terdapat keraguan terhadap data.

1.2 Jenis Kendaraan


Sistem klasifikasi kendaraan dinyatakan di dalam Tabel 6. Dalam melakukan survey
lalu lintas harus menggunakan pembagian jenis kendaraan dan muatannya seperti
yang tertulis di dalam tabel tersebut.

1.3 Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas


Faktor pertumbuhan lalu lintas didasarkan pada data – data pertumbuhan historis
atau formulasi korelasi dengan faktor pertumbuhan lain yang valid, bila tidak ada
maka pada Tabel 1 digunakan sebagai nilai minimum.
Tabel 1 - Faktor Pertumbuhan Lalu Lintas (i) Minimum untuk Desain

2011 – 2020 > 2021 – 2030


arteri dan perkotaan (%) 5 4
Kolektor rural (%) 3.5 2.5
Jalan desa (%) 1 1
Sumber : Manual desain perkerasan jalan Nomor 02/M/BM/2013

Untuk menghitung pertumbuhan lalu lintas selama umur rencana dihitung sebagai
berikut:

(1+0,01i)UR -1
R=
0,01i

Keterangan
R : faktor pengali pertumbuhan lalu lintas
I : tingkat pertumbuhan tahunan (%)
UR : umur rencana (tahun)

1.4 Pengaruh Alihan Lalu Lintas (Traffic Diversion)


Untuk analisis lalu lintas pada ruas jalan yang didesain harus diperhatikan faktor
alihan lalu lintas yang didasarkan pada analisis secara jaringan dengan

Desain Teknik Perkerasan Jalan 4


Modul Analisa Lalu Lintas

memperhitungkan proyeksi peningkatan kapasitas ruas jalan yang ada atau


pembangunan ruas jalan baru dalam jaringan tersebut, dan pengaruhnya terhadap
volume lalu lintas dan beban terhadap ruas jalan yang didesain.

1.5 Faktor Distribusi Lajur dan Kapasitas Lajur


Faktor distribusi lajur untuk kendaraan niaga(truk dan bus) ditetapkan dalam Tabel
2 Beban rencana pada setiap lajur tidak boleh melamp aui kapasitas lajur pada
setiap tahun selama umur rencana. Kapasitas lajur mengacu kepada Permen PU
No.19/PRT/M/2011 mengenai Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan
Teknis Jalan berkaitan Rasio Volume Kapasitas (RVK) yang harus dipenuhi.
Kapasitas lajur maksimum agar mengacu pada MKJI.
Tabel 2 - Faktor Distribusi Lajur (DL)

Jumlah Lajur Kendaraan niaga pada lajur rencana


setiap arah (% terhadap populasi kendaraan niaga)
1 100
2 80
3 60
4 50
Sumber : Manual desain perkerasan jalan Nomor 02/M/BM/2013

1.6 Perkiraan Faktor Ekivalen Beban (Vehicle Damage Factor = VDF)


VDF adalah perbandingan antara daya rusak oleh muatan sumbu suatu kendaraan
terhadap daya rusak oleh beban sumbu standar. Perbandingan ini tidak linier,
melainkan exponensial sbb:

Desain Teknik Perkerasan Jalan 5


Modul Analisa Lalu Lintas

Penambahan beban sumbu pada single axle dual wheel menjadi 2 kali Beban
Standar, akan mengakibatkan pertambahan daya rusak sebanyak 16 kali. Jika
Beban sumbu menjadi 3 kali, maka daya rusak menjadi 81 kali
Perhitungan beban lalu lintas yang akurat sangatlah penting. Beban lalu lintas
tersebut diperoleh dari :
1. Studi jembatan timbang (timbang statis) lainnya khusus untuk ruas jalan yang
didesain;
2. Studi jembatan timbang yang pernah dilakukan sebelumnya dan dianggap
cukup representatif untuk ruas jalan yang didesain;
3. Menggunakan Tabel 6
4. Data WIM Regional yang dikeluarkan oleh Direktorat Bina Teknik.
Ketentuan untuk cara pengumpulan data beban lalu lintas dapat dilihat dalam
Tabel 3.

Desain Teknik Perkerasan Jalan 6


Modul Analisa Lalu Lintas

Tabel 3 - Ketentuan Cara Pengumpulan Data Beban Lalu Lintas

Spesifikasi Penyediaan
Sumber Data Beban Lalu Lintas
Prasarana Jalan
Jalan Bebas Hambatan 1 atau 21
Jalan Raya 1 atau 2 atau 4
Jalan Sedang 1 atau 2 atau 3 atau 4
Jalan Kecil 1 atau 2 atau 3 atau 4
Sumber : Manual desain perkerasan jalan Nomor 02/M/BM/2013

Data yang diperoleh dari metode 1,2 atau 4 harus menujukkan konsistensi dengan
data pada Tabel 6.
Jika survey beban lalu lintas menggunakan sistem timbangan portable, maka
sistem tersebut harus mempunyai kapasitas beban satu pasangan roda minimum
18 ton atau kapasitas beban satu sumbu minimum 35 ton.Data yang diperoleh dari
sistem Weigh in Motion hanya bisa digunakan bila alat timbang tersebut telah
dikalibrasi secara menyeluruh terhadap data jembatan timbang.
LAMPIRAN B memberikan prosedur sederhana untuk menentukan karakteristik
nilai rata – rata faktor ekivalen beban (VDF) untuk setiap kendaraan niaga.
Dengan menggunakan MDP 2013 Revisi maka untuk menetapkan VDF dapat
menggunakan VDF gabungan seperti terlihat pada tabel 4 yang berdasarkan dari
hasil penelitian dari beberapa daerah yang tersebar di Indonesia yaitu ; Jawa,
Sumatra, Kalimatan, Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua.
Tabel 4 – VDF Gabungan

Sumber : Manual desain perkerasan jalan Nomor 02/M/BM/2013

1
Untuk kasus alinyemen baru dimana tidak ada jalan eksisting.
Desain Teknik Perkerasan Jalan 7
Modul Analisa Lalu Lintas

1.7 Pengendalian Beban Sumbu


Untuk keperluan desain, tingkat pembebanan saat ini (aktual) diasumsikan
berlangsung sampai tahun 2020. Setelah tahun 2020, diasumsikan beban berlebih
terkendali dengan beban sumbu nominal 120 kN. Bina Marga dapat menentukan
waktu implementasi efeketif alternatif dan mengendalikan beban ijin kapan saja.

1.8 Beban Sumbu Standar


Beban sumbu 100 kN diijinkan di beberapa ruas yaitu untuk ruas jalan Kelas I.
Namun demikian nilai CESA selalu ditentukan berdasarkan beban sumbu standar
80 kN.

1.9 Sebaran Kelompok Sumbu Kendaraan niaga


Dalam pedoman desain perkerasan kaku Pd T-14-2003,desain perkerasan kaku
didasarkan pada distribusi kelompok sumbu kendaraan niaga (heavy vehicle axle
group HVAG) dan bukan pada nilai CESA. Karakteristik proporsi sumbu dan
proporsi beban untuk setiap kelompok sumbu dapat menggunakan data hasil
survey jembatan timbang atau mengacu pada LAMPIRAN A .Sebaran kelompok
sumbu digunakan untuk memeriksa hasil desain dengan pedoman desain Pd T-14-
2003.

1.10 Beban Sumbu Standar Kumulatif


Beban sumbu standar kumulatif atau Cumulative Equivalent Single Axle Load
(CESA) merupakan jumlah kumulatif beban sumbu lalu lintas rencana pada lajur
rencana selama umur rencana, yang ditentukan sebagai :

ESATH-1 = (ΣJenis Kendaraan LHRT x VDFJK) x DL


CESA = ESATH-1 x 365 x R

Keterangan :
ESATH-1 : lintasan sumbu standar ekivalen (equivalent standard axle)
rata-rata per hari pada tahun pertama

Desain Teknik Perkerasan Jalan 8


Modul Analisa Lalu Lintas

LHRT : lintas harian rata – rata tahunan untuk jenis kendaraan


niaga tertentu pada lajur rencana
VDFJK : Vehicle Damage Factor untuk jenis kendaraan tertentu
DL : Faktor distribusi lajur (Tabel 2)
CESA : Kumulatif beban sumbu standar ekivalen selama umur
rencana
R : faktor pengali pertumbuhan lalu lintas

(1+0,01i)UR -1
R=
0,01i

Keterangan
R : faktor pengali pertumbuhan lalu lintas
I : tingkat pertumbuhan tahunan (%)
UR : umur rencana (tahun)

1.11 Perkiraan Lalu Lintas untuk Jalan dengan Lalu Lintas Rendah
Untuk jalan dengan lalu lintas rendah, jika data lalu lintas tidak tersedia atau
diperkirakan terlalu rendah untuk mendapatkan desain yang aman, maka nilai
perkiraan dalam Tabel berikut dapat digunakan :

Desain Teknik Perkerasan Jalan 9


Modul Analisa Lalu Lintas

Tabel 5 - Perkiraan Lalu Lintas untuk Jalan dengan Lalu Lintas Rendah

(Kasus Beban Berlebih)


Kend
Lalin
berat Kelompok
LHRT Umur Pertumbuhan Pertumbuhan Desain
Deskripsi (% Sumbu/ Kumulatif ESA/HVAG
dua Rencana Lalu Lintas lalu lintas Indikatif
Jalan dari Kendaraan HVAG (overloaded)
arah (th) (%) kumulatif (Pangkat 4)
lalu Berat
Overloaded
lintas)
Jalan desa
minor dg
akses 30 3 20 1 22 2 14.454 3,16 4,5 x 104
kendaraan
berat terbatas
Jalan kecil 2
90 3 20 1 22 2 21.681 3,16 7 x 104
arah

Jalan lokal 500 6 20 1 22 2,1 252.945 3,16 8 x 105

Akses lokal
daerah
500 8 20 3.5 28,2 2,3 473.478 3,16 1,5 x 106
industri atau
quarry

Jalan kolektor 2000 7 20 3.5 28,2 2,2 1.585.122 3,16 5 x 106

Sumber : Manual desain perkerasan jalan Nomor 02/M/BM/2013

Desain Teknik Perkerasan Jalan 10


Modul Analisa Lalu Lintas

Tabel 6 - Klasifikasi Kendaraan dan Nilai VDF Standar

Distribusi tipikal (%) Faktor Ekivalen Beban


Jenis Kendaraan (VDF)
Semua
Kelom (ESA / kendaraan)
Konfigurasi Semua kendaraan
Uraian pok kendaraan bermotor
Klasifi sumbu
Alterna sumbu bermotor kecuali VDF4 VDF5
kasi
tif sepeda Pangkat 4 Pangkat 5
Lama Muatan2 yang
diangkut motor
1 1 Sepeda Motor 1.1 2 30.4

2 , 3, 4 2, 3, 4 Sedan / Angkot / pickup / station wagon 1.1 2 51.7 74.3

5a 5a Bus kecil 1.2 2 3.5 5.00 0.3 0.2

5b 5b Bus besar 1.2 2 0.1 0.20 1.0 1.0

6a.1 6.1 Truk 2 sumbu–cargoringan 1.1 muatan umum 2 0.3 0.2


4.6 6.60
6a.2 6.2 Truk 2 sumbu- ringan 1.2 tanah, pasir, besi, semen 2 0.8 0.8

6b1.1 7.1 Truk 2 sumbu–cargo sedang 1.2 muatan umum 2 0.7 0.7
- -
KENDARAAN NIAGA

6b1.2 7.2 Truk 2 sumbu- sedang 1.2 tanah, pasir, besi, semen 2 1.6 1.7

6b2.1 8.1 Truk 2 sumbu- berat 1.2 muatan umum 2 0.9 0.8
3.8 5.50
6b2.2 8.2 Truk 2 sumbu- berat 1.2 tanah, pasir, besi, semen 2 7.3 11.2

7a1 9.1 Truk 3 sumbu - ringan 1.22 muatan umum 3 7.6 11.2
3.9 5.60
7a2 9.2 Truk 3 sumbu - sedang 1.22 tanah, pasir, besi, semen 3 28.1 64.4

7a3 9.3 Truk 3 sumbu - berat 1.1.2 3 0.1 0.10 28.9 62.2

7b 10 Truk 2 sumbudan trailer penarik 2 sumbu 1.2-2.2 4 0.5 0.70 36.9 90.4

7c1 11 Truk 4 sumbu - trailer 1.2 - 22 4 0.3 0.50 13.6 24.0

7c2.1 12 Truk 5 sumbu- trailer 1.22 - 22 5 19.0 33.2


0.7 1.00
7c2.2 13 Truk 5 sumbu- trailer 1.2 - 222 5 30.3 69.7

7c3 14 Truk 6 sumbu- trailer 1.22 - 222 6 0.3 0.50 41.6 93.7

Catatan : Data didasarkan pada survey beban lalu lintas Arteri Pulau Jawa – 2011. Lihat hasil survey WIM 2011 untuk informasi lebih lanjut
Sumber : Manual desain perkerasan jalan Nomor 02/M/BM/2013

2
Perhitungan lalu lintas untuk desain perkerasan harus meliputi semua kelas kendaraan dalam daftar dengan sub kelompok muatan seperti yang dicantumkan.
Desain Teknik Perkerasan Jalan 11
Modul Analisa Lalu Lintas

1.12 RAFFIC MULTIPLIER – LAPISAN ASPAL


Untuk perkerasan lentur, kerusakan yang disebabkan lalu lintas rencana
dinyatakan dalam ekivalen Sumbu Standar 80 kN. Berdasarkan jalan percobaan
AASHTO, faktor ekivalen beban dihitung sebagai berikut:

( )

Keterangan
Lij : beban pada sumbu atau kelompok sumbu
SL : beban standar untuk sumbu atau kelompok sumbu (nilai SL mengikuti
ketentuan dalam pedoman desain Pd T-05-2005).

Kinerja perkerasan lentur dipengaruhi oleh sejumlah faktor,namun tidak semua


faktor tersebut tercakup di dalam persamaan diatas. Misalnya faktor
kelelahan.Hubungan kelelahan lapisan aspal (asphalt fatigue) untuk lapis beraspal
tebal berkaitan dengan regangan (strain) sebagaimana terlihat dalam persamaan
berikut:

( )

Keterangan
RF = tingkat kepercayaan (diambil nilai 1 untuk reliabilitas 95%)
Vb = volume bitumen
Smix = kekakuan aspal
μɛ = regangan

Kerusakan yang diakibatkan oleh lalu lintas yang dinyatakan dalam ESA4
memberikan hasil yang lebih rendah dibandingkan kerusakan akibat kelelahan
lapisan aspal (asphalt fatigue) akibat overloading yang signifikan. Traffic multiplier
(TM) digunakan untuk mengoreksi ESA4 akibat kelelahan lapisan aspal:
Kerusakan lapisan aspal = ESAaspal = ESA5
= TMlapisan aspal x ESA4
Keterangan

Desain Teknik Perkerasan Jalan 12


Modul Analisa Lalu Lintas

ESAaspal = jumlah pengulangan sumbu standar untuk desain lapisan aspal


total dengan tebal lebih besar dari 50 mm (tidak berlaku untuk
lapisan yang tipis).
ESA4 = jumlah pengulangan sumbu standar dihitung dengan menggunakan
rumus pangkat 4 yang digunakan untuk desain Pondasi jalan.
Nilai TM kelelahan lapisan aspal (TM lapisan aspal) untuk kondisi pembebanan
yang berlebih di Indonesia adalah berkisar 1,8 - 2. Niai yang akurat berbeda-beda
tergantung dari beban berlebih pada kendaraan niaga di dalam kelompok truk.
LAMPIRAN B memberikan dasar untuk VDF kelompok kendaraan dan perhitungan
TM untuk Indonesia.
Nilai CESA tertentu (pangkat 4) untuk desain perkerasan lentur harus dikalikan
dengan nilai TM untuk mendapatkan nilai CESA5, CESA5 = (TM x CESA4).
Sama halnya juga untuk mengakomodasi deformasi tanah dasar dan lapis
perkerasan dengan pengikat semen juga mengikuti aturan pangkat 7 dan pangkat
12 (berurutan), sehingga juga dibutuhkan penggunaan faktor TM untuk desain
mekanistik.
Chart Desain dalam manual ini didasarkan pada nilai CESA pangkat 4 dan 5 yang
sesuai. Karena itu sangat penting untuk menggunakan nilai CESA yang benar
sebagai masukan dalam penggunaan Chart Desain.
 Pangkat 4 digunakan untuk chart desain pelaburan tipis (DBST) dan perkerasan
tanpa penutup
 Pangkat 5 digunakan untuk perkerasan lentur
 Chart Desain perkerasan kaku membutuhkan jumlah kelompok sumbu
kendaraan berat dan bukan nilai CESA
 Nilai TM dibutuhkan hanya untuk desain dengan CIRCLY

Desain Teknik Perkerasan Jalan 13


RANGKUMAN

Untuk mengetahui jumlah lalu lintas harian rata rata tahunan diperoleh
dari survey lalu lintas aktual dengan durasi 7 x 24 jam dan mengacu Manual
Pd T-19-2004-B, bisa juga dari hasil-hasil survey lalulintas sebelumnya, melalui
survey lalu lintas tersebut akan diperoleh lalu lintas harian rata-rata (LHR).
Dalam melakukan survey lalu lintas harus membagi jenis-jenis kendaraan
dan muatannya seperti tabel.
Selajutnya untuk menghitung pertumbuhan lalu lintas selama umur
rencana dihitung dengan rumus :

(1+0,01i)UR -1
R=
0,01i

Keterangan
R : faktor pengali pertumbuhan lalu lintas
I : tingkat pertumbuhan tahunan (%)
UR : umur rencana (tahun)
Menentukan i (tingkat pertumbuhan tahunan ) bisa diambil dari tabel. 1,
sedangkan umur rencana di tetapkan sesuai dengan rencana konstruksi perkerasan
jalan. Faktor pengali pertumbuhan lalu lintas diatas akan digunakan menghitung
besaran ESA dengan rumus :

ESATH-1 = (ΣJenis Kendaraan LHRT x VDFJK) x DL

Keterangan :
ESATH-1 : lintasan sumbu standar ekivalen (equivalent standard axle)
rata-rata per hari pada tahun pertama
LHRT : lintas harian rata – rata tahunan untuk jenis kendaraan
niaga tertentu pada lajur rencana
VDFJK : Vehicle Damage Factor untuk jenis kendaraan tertentu
DL : Faktor distribusi lajur Adapun untuk menghitung CESA

Desain Teknik Perkerasan Jalan 14


Modul Analisa Lalu Lintas

Adapun untuk menghitung CESA

CESA = ESATH-1 x 365 x R

Keterangan :
CESA : Kumulatif beban sumbu standar ekivalen selama umur
rencana
R : faktor pengali pertumbuhan lalu lintas

Dengan telah diketahuinya jumlah CESA selanjutnya dapat menentukan


prosedur perhitungan tebal perkerasan menggunakan bagan yang terdapat pada
Manual Desain Perkerasan Jalan.

Desain Teknik Perkerasan Jalan 15


LATIHAN SOAL

Diketahui :1. Suatu jalan dua lajur - dua arah akan dibangun di Pulau Sumatera;
2. Lintas Harian rata-rata jalan tersebut adalah seperti ditunjukkan didalam tabel dibawah ini;
ua arah akan dibangun di Pulau Sumatera;
3. Angka pertumbuhan lalu lintas adalah 3% per tahun. Selama 5 tahun pertama diperkirakan
lan tersebut adalah seperti ditunjukkan didalam tabel dibawah ini;
masih berlaku
lintas adalah 3% per tahun. Selama kelebihan
5 tahun muatan
pertama kendaraan (Overload);
diperkirakan
uatan kendaraan (Overload); 4. Mulai tahun ke-6 diperkirakan peraturan mengenai batasan beban kendaraan dapat
ditegakkan
rakan peraturan mengenai batasan sepenuhnya
beban sehingga
kendaraan secara umum kasus kelebihan muatan tidak terjadi;
dapat
5. Jalan terletak
ingga secara umum kasus kelebihan muatanpada medan
tidak yang rata dengan gesekan samping (side friction) sedang, lebar jalur
terjadi;
an yang rata dengan gesekan samping (side friction) sedang, lebar jalur
lalu lintas 7 m dan bahu jalan 2 x 1,5 m.
an 2 x 1,5 m.
6. Data Lalu Lintas
T : 500 KendaraanKendaraan ringan 2T : 500 Kendaraan
: 100 KendaraanBus 8T : 100 Kendaraan
: 50 Kendaraan
Truk 2 As 13 T : 50 Kendaraan
: 30 Kendaraan
: 20 KendaraanTruk 3 As 20 T : 30 Kendaraan
ung kepasiran. Truk 5 As 30 T : 20 Kendaraan
00 mm 7. Tanah dengan jenis lempung kepasiran.
8. Finish Surface Level < 1000 mm
Umur Rencana 20 Tahun;

Tentukan : 1. Beban Lalu Lintas untuk Umur Rencana 20 Tahun;

Desain Teknik Perkerasan Jalan 16


Modul Analisa Lalu Lintas

Penyelesaian :

I.2 Tentukan beban lalu lintas untuk umur rencana 20 tahun.


Data WIM tidak tersedia Gunakan VDF Regional (MDP Bagian 1: Tabel 4.1)

Langkah - 1: Hitung volume lalu lintas kendaraan niaga


Jumlah kendaraan bermotor roda 4 atau lebih (sepeda motor tidak termasuk) : 700
Jumlah kendaraan niaga (dengan 6 roda tau lebih dan berat kosong minimum 2,5 ton): 200
Persentase Kendaraan Niaga (PKN) : (200/700) × 100% = 29 %

Langkah - 2: Dapatkan nilai VDF.


Untuk Pulau Sumatera VDF5 beban berlebih dan beban normal masing-masing adalah 8.8 dan 4.4 (rujuk Tabel 4.1 – MDP Bagian – 1)

Bali, Nusa
Tenggara,
Sumatera Jawa Kalimantan Sulawesi
Maluku dan
Papua
VDF 4

VDF 5

VDF 4

VDF 5

VDF 4

VDF 5

VDF 4

VDF 5

VDF 4

VDF 5
Normal MST 12T 3.4 4.4 4.5 5.9 3.6 5.0 3.3 4.3 2.6 3.1

Beban berlebih 5.4 8.8 7.2 12.0 5.2 9.2 6.0 10.0 3.1 4.2

Beban sangat
8.6 18.9 10.0 18.5 7.5 15.2 7.5 14.5 - -
berlebih*

Langkah – 3: Hitung Kumulatif ESA pada tahun pertama dan tahun ke-6
•ESAth 1 = LHRT x 365 x 0.5 x PKN x VDF5
= 700 x 365 x 0,5 x 0,29 x 8.8
= 326,018

•LHRT tahun ke-6 = LHRTth-1 x (1 + r)(6-1) = 700 x 1.03 5 = 812

•ESAth 6 = LHRT6 x 365 x 0.5 x PKN x VDF5


= 812 x 365 x 0,50 x 0,29 x 4,4
= 189,090

Langkah – 4: Hitung factor pertumbuhan, R, untuk 5 tahun pertama (periode beban berlebih) dan 15
tahun berikutnya dengan angka pertumbuhan i = 3% per tahun.

Langkah – 5: Hitung CESAL untuk 5 tahun pertama dan 15 tahun berikutnya.


CESA5th = ESAth-1 x R = 326,018 x 5,31 = 1,731,156
CESA15th = ESAth-6 x R = 189,090 x 18,06 = 3,414,973
Total CESAL untuk umur rencana 20 tahun = 1.731.156 + 3.414.973 = 5,146,129 » 5.200.000

Desain Teknik Perkerasan Jalan 17


Modul Analisa Lalu Lintas

I.3 Periksa nisbah volume terhadap kapasitas jalan (V/C) pada akhir umur rencana (20 th)
Langkah – 6: Tentukan kapasitas jalan (C). Rujuk MKJI untuk menentukan:
(i) kapasitas dasar jalan dua arah (C0) ; (ii) Satuan Mobil Penumpang (EMP) dari masing-masing golongan
kenderaan; (iii) Faktor penyesuaian lebar (FCw); (iv) Faktor penyesuaian arah lau lintas (FCSP); (v) Faktor
penyesuaian gesekan samping (FCSF). Sejumlah tabel yang diperlukan untuk menghitung kapasitas (luar
kota) dapat dilihat di dalam Lampiran I-1.
C0 = 3100 SMP (tabel c-1-2) Datar : FCw = 1.0 ( tabel C-2:1) ; FCSP = 1.0 ( tabel C-3:1);
FCSF = 0,94 ( tabel C-:1)
C = C0 x FCW x FCSP x FCSF = 3100 x 1 x 1 x 0,94 = 2914 SMP

Langkah – 7: Tentukan LHRT pada akhir tahun ke-20.

•Jenis kendaraan LHRTi EMPi EMPi x LHRTi LHRTT20th


Kendaraan ringan 2T 500 1 500 875
Bus 8T 100 1.5 150 263
Truk 2 As 13 T 50 2.2 110 193
Truk 3 As 20 T 30 2.2 66 116
Truk 5 As 30 T 20 2.2 44 77
AADT1st year 870 1524

= 500 (1 + 0,03) 20-1 = 875

Langkah – 8: Tentukan arus lalu lintas pada jam sibuk pada tahun ke 20.
Dengan asumsi bahwa arus lalu lintas pada jam sibuk sama dengan 10% LHRT -->
= 1524 x 10% = 153 kendaraan per jam

Langkah – 9: V/C ratio pada tahun ke-20 = 153/2914 = 0.05 < 0.85 --> Ok, kapasitas belum terlampaui pada tahun ke-20.

Desain Teknik Perkerasan Jalan 18


DAFTAR PUSTAKA

Manual Desain Perkerasan Jalan Nomor: 02/M/BM/2013


Pedoman Desain Tebal Perkerasan Jalan lentur : PD.T-01-2002-B
Pedoman Desain Tebal Perkerasan Jalan Kaku : PD.T-14-2003
Pedoman Desain Perkerasan Lentur dengan Metode Lendutan Austroads : PD.T-05-
2005
Pedoman Survei Pencacahan Lalu-lintas dengan cara Manual PD.T-19-2004-B
Austroads, Pavement Design,A Guide to the Struktural Design of Pavements, 2008
Austroads, Pavement Design,A Guide to the Struktural Design of Pavements, 2008

Desain Teknik Perkerasan Jalan 19


GLOSARIUM

(Design Traffic.).lalulintas rancangan


(Traffic Diversion), Pengaruh Alihan Lalu Lintas
(Vehicle Damage Factor = VDF),Faktor Ekivalen Beban
(LHRT) lintas harian rata – rata tahunan)
(MKJI)Manual Kapasitas Jalan Indonesia
Cumulative Equivalent Single Axle Load (CESA) = Beban sumbu standar kumulatif

Desain Teknik Perkerasan Jalan 20


LAMPIRAN
Lampiran

LAMPIRAN A

Distribusi Beban Kelompok Sumbu Kendaraan Niaga untuk Jalan


Lalu Lintas Berat
(untuk desain perkerasan kaku)
TERMASUK BUS – Halaman 1 dari 2
Beban Jenis Kelompok Sumbu Kendaraan Niaga
kelompok
Sumbu STRT STRG STdRT STdRG STrRG
(kN) Kelompok sumbu sebagai persen dari kendaraan niaga
10 - 20 7.6
20 - 30 16.5 0.2
30 - 40 18.4 0.5
40 - 50 11.8 1.1
50 - 60 19.0 2.2
60 - 70 7.6 4.9
70 - 80 10.2 7.4
80 - 90 0.7 6.9
90 - 100 1.1 2.6
100 - 110 1.8 1.8
110 - 120 1.6 0.3
120 - 130 3.0 0.1
130 - 140 3.3 1.8 0.4
140 - 150 1.5 1.8 0.7
150 - 160 0.3 1.8 1.0
160 - 170 3.6 1.1
170 - 180 0.1 1.1
180 - 190 0.5
190 - 200 1.6
200 - 210 0.4 2.7 0.13
210 - 220 2.4 0.8
220 - 230 0.1 1.0
230 - 240 0.1 0.9
240 - 250 0.7
250 - 260 0.3
260 - 270 1.9
270 - 280 1.0

Desain Teknik Perkerasan Jalan 22


Lampiran

Beban Jenis Kelompok Sumbu Kendaraan Niaga


kelompok
Sumbu STRT STRG STdRT STdRG STrRG
(kN) Kelompok sumbu sebagai persen dari kendaraan niaga
280 - 290 1.2
290 - 300 0.1
300 - 310
310 - 320 0.7 0.13
320 - 330 0.4 0.13
330 - 340

Desain Teknik Perkerasan Jalan 23


Lampiran

Beban Jenis Kelompok Sumbu


kelompok
Sumbu STRT STRG STdRT STdRG STrRG

(kN) Kelompok sumbu sebagai persen dari kendaraan niaga

340 - 350
350 - 360 0.4
360 - 370
370 - 380 0.9 0.13
380 - 390 0.4
390 - 400 0.26
400 - 410 0.26
410 - 420 0.13
420 - 430
430 - 440
440 - 450 0.40
450 - 460 0.13
460 - 470
470 - 480 0.13
480 - 490
490 - 500
500 - 510
510 - 520 0.13
520 - 530
530 - 540
540 - 550
550 - 560 0.13

Proporsi 55.8% 26.4% 4.3% 12.2% 1.3%


Sumbu
Catatan:
Berlaku untuk perhitungan desain ketebalan pelat perkerasan kaku.
Sumber data RSDP3 Activity #201 studi sumbu kendaraan niaga di Demak , Jawa
Tengah Tahun 2011 (PANTURA)

Desain Teknik Perkerasan Jalan 24


Lampiran

Catatan :
STRT : Sumbu tunggal roda tunggal
STRG : Sumbu tunggal roda ganda
STdRT : Sumbu tandem roda tunggal
STdRT : Sumbu tandem roda ganda
STrRG : Sumbu tridem roda ganda

Desain Teknik Perkerasan Jalan 25


Lampiran

LAMPIRAN B

KalkulatorFaktor Ekivalen Beban (VDF) untuk Kendaraan Niaga


Tersedia lembar kerja excel yang digunakan untuk menentukan VDF kumulatif
(CESA 4 and5) dan nilai TM dari LHRT hasil survey lalu lintas. Perhitungan lalu lintas
harus termasuk semua jenis kendaraan. Akurasi terbaik dapat diperoleh jika jenis
kargo diidentifikasikan pada saat survey.

Desain Teknik Perkerasan Jalan 26


TIM PENYUSUN
Dr. Ir. TB Hisni, M.Si
Ir. Ajang Zaenal Affandi, MT
Ir. Eduard Pauner, MT
Ir. Saktyanu PSD, M.Eng.Sc
Ir. Herjanto Djaelan
Ir. Adiwijaya, PhD
Ir. Tontro Prastowo, M.Eng.Sc

Anda mungkin juga menyukai