SKRIPSI
Oleh :
MAULINA JUWITA
NIM : 050600141
Departemen Ortodonsia
Tahun 2009
Maulina Juwita
xi + 51 halaman
Maloklusi Klas III merupakan salah satu masalah ortodonti yang paling sukar
untuk dirawat. Pada maloklusi Klas III, dijumpai profil wajah pasien cekung. Hal ini
terjadi karena individu dengan maloklusi Klas III memiliki kombinasi masalah
Pesawat Twin Block merupakan salah satu alat ortodonti yang diciptakan
untuk memperbaiki maloklusi Klas III. Pesawat Twin Block berupa bite block
sederhana yang didesain untuk dipakai sepanjang hari. Alat ini dapat mengoreksi
maloklusi lebih cepat, dengan cara meneruskan kekuatan oklusal ke occlusal inclined
plane terbalik yang menutupi gigi-geligi posterior. Perawatan dengan pesawat Twin
Block mempunyai keunggulan yang lebih baik dibandingkan pesawat fungsional lain,
yaitu nyaman dipakai, estetis cukup baik, dan efisien. Namun, pesawat Twin Block
Perawatan maloklusi Klas III dengan pesawat Twin Block dapat memberikan
efek terhadap skletal, dental, dan muskular. Perubahan dental yang tampak selama
sudut SNA serta penurunan sudut SNB. Efek terhadap muskular juga terlihat secara
signifikan, dimana terjadi perubahan yang cepat pada perawakan wajah pasien selama
Pesawat Twin Block Klas III sangat efektif untuk merawat maloklusi pseudo
Klas III tanpa disertai gigi berjejal yang parah, serta kelainan pertumbuhan maksila
OLEH :
Pembimbing
Mengetahui
PERNYATAAN PERSETUJUAN
MAULINA JUWITA
050600141
Ketua Penguji
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas berkat rahmat
mestinya untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di
teristimewa kepada Ibunda tercinta Hj. Nur Asma dan Ayahanda H. Abdullah B.R,
dengan sepenuh hati sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik,
serta Abangnda Abdul Azis, SP., MM. dan Abdul Malik, ST. yang juga turut membantu
dan memberi semangat, doa dan dukungan yang tiada henti-hentinya kepada penulis
bimbingan dan motivasi serta saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam
kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima
1. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D, Sp.Pros (K) selaku Dekan Fakultas
2. Prof. Nazruddin, drg., Ph.D., C.Ort, sebagai dosen pembimbing dan penguji
yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing,
skripsi ini.
Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan dosen penguji.
6. Gema Nazriyanti, drg. selaku dosen wali yang telah membimbing penulis
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, khususnya Mimi Marina Lubis, drg,
8. Keluarga dan kerabat, Kak Siah, Kak Indah, Kak Dian, Tante Tatik, om
Nasrun, Mami, Waled, Mak Po, Kak Ucha, dr. Irzal H dan lain-lain, yang tak henti-
9. D’Zero ( Fantok, Lala, Uput, Lily, dan Beby ) dan Aya, yang selalu bersama
penulis dan selalu setia baik suka maupun duka dalam menjalani hari-hari di Fakultas
Meilysa, Dian P, Dina, Bang Khadafi, Linni, Ratna, Kak Trixy, Kak Nidya, Def,
Pipit, Ririn, Beby Dona, Opi, Kak Ade, Adi Praja, Nuni, Ivana 70, Reren, Andi, Fiza,
Indri dan teman-teman stambuk 2005 FKG USU yang tidak bisa disebutkan satu-
persatu.
yang senatiasa selalu mendukung penulis dalam doa dan motivasi walau terbentang
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat berguna bagi fakultas,
Penulis,
( Maulina Juwita )
NIM: 050600141
Halaman
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................ 4
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................. 4
1.4 Manfaat Penulisan ................................................................ 4
1.5 Ruang Lingkup ..................................................................... 4
Gambar Halaman
2 Profil wajah, dental dan skeletal pada maloklusi Klas III .............. 6
4 Skrup ekspansi tiga arah pada Twin Block Klas III rahang atas ..... 16
Tabel Halaman
Departemen Ortodonsia
Tahun 2009
Maulina Juwita
xi + 51 halaman
Maloklusi Klas III merupakan salah satu masalah ortodonti yang paling sukar
untuk dirawat. Pada maloklusi Klas III, dijumpai profil wajah pasien cekung. Hal ini
terjadi karena individu dengan maloklusi Klas III memiliki kombinasi masalah
Pesawat Twin Block merupakan salah satu alat ortodonti yang diciptakan
untuk memperbaiki maloklusi Klas III. Pesawat Twin Block berupa bite block
sederhana yang didesain untuk dipakai sepanjang hari. Alat ini dapat mengoreksi
maloklusi lebih cepat, dengan cara meneruskan kekuatan oklusal ke occlusal inclined
plane terbalik yang menutupi gigi-geligi posterior. Perawatan dengan pesawat Twin
Block mempunyai keunggulan yang lebih baik dibandingkan pesawat fungsional lain,
yaitu nyaman dipakai, estetis cukup baik, dan efisien. Namun, pesawat Twin Block
Perawatan maloklusi Klas III dengan pesawat Twin Block dapat memberikan
efek terhadap skletal, dental, dan muskular. Perubahan dental yang tampak selama
sudut SNA serta penurunan sudut SNB. Efek terhadap muskular juga terlihat secara
signifikan, dimana terjadi perubahan yang cepat pada perawakan wajah pasien selama
Pesawat Twin Block Klas III sangat efektif untuk merawat maloklusi pseudo
Klas III tanpa disertai gigi berjejal yang parah, serta kelainan pertumbuhan maksila
PENDAHULUAN
Maloklusi adalah suatu bentuk oklusi yang menyimpang dari bentuk standar
yang diterima sebagai bentuk normal. Hal tersebut dapat disebabkan karena tidak ada
Prevalensi maloklusi Klas III bervariasi diantara berbagai etnik suku bangsa. Pada
kawasan Asia, kasus maloklusi Klas III karena kurang berkembangnya maksila mengalami
frekuensi yang lebih tinggi dibanding etnik bangsa lain. Insiden ini terjadi antara 4%
sampai 5% pada masyarakat Jepang, dan 4% sampai 14% pada masyarakat China.2,3,4,5
Prevalensi maloklusi pada anak umur 9 sampai 15 tahun di China mencapai 2,3% untuk
pseudo Klas III dan 1,7% untuk maloklusi Klas III sejati.3 Dengan demikian, perawatan
maloklusi Klas III mempunyai masalah-masalah yang signifikan dalam perawatan secara
ortodontik dan ortopedik pada beberapa negara seperti Jepang, China, Korea dan Indonesia.6,7
Pada maloklusi Klas III Angle dijumpai profil wajah pasien dari samping
terlihat cekung atau konkaf. Hal ini terjadi karena individu dengan maloklusi Klas III
Kombinasi ini menyebabkan variasi diantara maloklusi Klas III, antara lain dapat
terjadi lengkung maksila normal dan mandibulanya prognasi, maksila retrusi dan
mandibulanya normal, maksila dan mandibulanya normal, atau maksila retrognasi dan
fungsi dan estetis yang disebabkan oleh beberapa kelainan seperti otot dagu yang
tebal, mandibula lebih besar dari maksila, maksila kurang berkembang, gigitan
Perawatan maloklusi Klas III adalah salah satu perawatan yang paling sukar
maloklusi Klas III skeletal dengan pertumbuhan mandibula yang berlebihan adalah
maksila.11,12 Perawatan pada maloklusi Klas III sebaiknya dilakukan pada masa gigi
bercampur karena pada waktu ini anak sedang dalam masa pertumbuhan aktif, sehingga
koreksi kraniodentofasial.10,13,14
dalam mengoreksi maloklusi Klas III.2 Kelainan posisi rahang yang terjadi dalam masa
pertumbuhan akan lebih cepat terkoreksi dengan pesawat fungsional. Hal ini karena
prinsip kerja pesawat fungsional sesuai dengan sifat adaptive response dari tulang
yang mempengaruhi perubahan profil jaringan lunak wajah terutama disekitar bibir,
hidung dan dagu.13,15 Konsep pesawat fungsional didesain sebagai pesawat lepas
Dengan demikian, kondisi fungsional yang baru menjadi lebih baik untuk mendukung
Twin Block adalah salah satu pesawat fungsional yang dapat memperbaiki
maloklusi. Pesawat Twin Block merupakan bite block sederhana yang didesain untuk
dipakai sepanjang hari. Alat ini dapat mengoreksi maloklusi dengan cepat dengan
posterior.10,16,17,18
menyenangkan untuk dipakai serta secara estetis dapat diterima oleh pasien.10,16,17
Perawatan maloklusi Klas III dilakukan dengan mengubah posisi occlusal inclined
plane menjadi berlawanan terhadap bentuk occlusal inclined plane pada perawatan
Klas III dan perawatannya dengan pesawat Twin Block menjadi sebuah tulisan skripsi
karena akan sangat bermanfaat sebagai pertimbangan bagi dokter gigi dalam
melakukan perawatan yang efektif dan efisien untuk maloklusi Klas III.
Bagaimana mekanisme kerja dan efek perawatan maloklusi Klas III dengan
kerja dan efek pemakaian Twin Block pada perawatan maloklusi Klas III.
maloklusi Klas III dengan pesawat Twin Block, sehingga diharapkan dapat menjadi
pertimbangan bagi dokter gigi dalam melakukan perawatan yang efektif dan efisien
Pada tulisan ini akan diuraikan tentang maloklusi Klas III, Twin Block,
2.1 Pengertian
hubungan lengkung rahang dari model studi. Menurut Angle, oklusi Klas I terjadi
apabila tonjol mesio bukal molar pertama permanen atas beroklusi dengan groove
bukal dari molar pertama permanen bawah.5,30 Maloklusi Klas III ditandai dengan
groove bukal molar pertama permanen mandibula berada di sebelah anterior dari
tonjol mesio bukal molar pertama permanen maksila sebagai hubungan yang mesio-
hubungannya dengan maksila, maka sudah dapat digolongkan sebagai maloklusi Klas
III Angle.16
Tweed membagi maloklusi Klas III dalam 2 kategori. Pertama, pseudo Klas
III dengan mandibula normal dan maksila yang kurang berkembang. Kedua,
maloklusi Klas III sejati (true Class III) dengan ukuran mandibula yang besar. Cara
mandibula pada relasi sentrik normal dan habitual. Pada Pseudo Klas III, saat relasi
sentrik diperoleh overjet yang normal atau posisi insisivus yang edge to edge.
Maloklusi pseudo Klas III dapat ditandai dengan terjadinya gigitan terbalik habitual
dari seluruh gigi anterior, tanpa kelainan skeletal, dan dihasilkan dari pergeseran
fungsional mandibula saat menutup. Hal tersebut menjadi kunci dalam diagnosa
untuk membedakan antara pseudo dan true pada maloklusi Klas III.11
b. Gigi insisivus dalam hubungan edge to edge atau dapat juga terjadi crossbite
anterior.
sehingga dapat terjadi anterior open bite. Pada beberapa pasien dapat juga terjadi deep
overbite.
g. Pada maloklusi pseudo Klas III ditandai dengan oklusi yang prematur akibat
Gambar 2. Profil wajah, dental dan skeletal pada maloklusi Klas III.35
Moyers membagi maloklusi Klas III berdasarkan faktor etiologi, yaitu: skeletal,
dental, dan muskular.3 Beberapa faktor yang berhubungan dengan maloklusi Klas III
sagital-skeletal yang jelas. Sudut ANB tidak melebihi ukuran yang normal. Masalah
utama biasanya karena insisivus maksila miring (tipping) ke lingual dan insisivus
Pada mandibula dijumpai hubungan insisivus Klas III seperti insisal edge yang
terletak di depan lereng singulum insisivus maksila. Hal tersebut bertentangan dengan
Overbite sangat bervariasi antara satu kasus dengan kasus yang lain.
Apabila ruang intermaksilaris anterior besar, maka akan terjadi open bite
Gigitan silang (crossbite) juga sering terjadi pada maloklusi Klas III
khususnya pada segmen bukal. Gigitan silang dapat terjadi baik secara unilateral
silang dapat disebabkan karena maksila lebih sempit daripada mandibula atau
biasanya karena terdapat pertumbuhan abnormal yang dilihat dari segi ukuran, bentuk
atau karena terdapat prognasi tulang kraniofasial. Apabila bagian tulang wajah
tumbuh tidak normal karena terlambat, terlalu cepat atau karena tidak seimbang,
maka bentuk penyimpangan ini dapat menyebabkan masalah ortodonti. Penyebab lain
dari maloklusi Klas III adalah pertumbuhan mandibula yang berlebihan. Hal ini
tercermin pada kasus prognasi mandibula atau maloklusi Klas III skeletal yang
hingga kini diakui sebagai salah satu kelainan fasial yang paling nyata.4
Pada pasien Klas III skeletal biasanya sudut ANB negatif dengan sudut SNA
yang lebih kecil dari normal. Namun, dapat pula terjadi karena sudut SNB yang
lebih besar dari normal.3 Maloklusi Klas III skeletal jarang disebabkan oleh satu
beberapa faktor seperti ukuran dan posisi mandibula, maksila, tulang alveolar,
dalam batas normal, namun dapat bergabung membentuk pola skeletal Klas
III.3,8,25,26
Ada tiga aspek penting bentuk skeletal yang mempengaruhi hubungan oklusi:
Meskipun demikian, maloklusi Klas III juga dapat berhubungan dengan pola skeletal
Klas I. Pada keadaan tersebut, inklinasi gigi-geligi atau letak dasar skeletal sangat
hubungan oklusal Klas III dan overjet yang terbalik. Pada beberapa kasus,
penyimpangan skeletal ini berhubungan dengan gigitan yang terbalik pada gigi-geligi
pada lebar rahang. Crossbite bilateral biasanya disebabkan oleh sempitnya tulang
basal atau karena terdapat hubungan skeletal Klas III yang simetris dengan lintasan
sentral dari penutupan mandibula. Sedangkan pada crossbite unilateral, ciri asimetris
mandibula.31
Tinggi wajah bagian bawah dibentuk dari tinggi rahang dan gigi-geligi. Tinggi
wajah juga dipengaruhi oleh sudut gonial mandibula. Sudut gonial yang besar
cenderung menimbulkan wajah yang panjang, sedangkan sudut gonial yang kecil
cenderung menghasilkan wajah yang pendek pada dimensi vertikal. Keadaan ini
tercermin pada hubungan oklusi karena terdapat variasi pada overbite insisal. Wajah
bervariasi, seperti pada bentuk dan fungsi bibir akan sedikit berpengaruh terhadap
penyimpangan skeletal yang ada. 31 Apabila tinggi intermaksilaris anterior besar, maka
fungsi bibir sering kurang sempurna. Pada kasus seperti ini sering terjadi openbite anterior
yang bersifat skeletal dan terjadi variasi adaptasi dari cara menelan yang ditandai dengan
Lidah yang melekat pada tepi bagian dalam mandibula, biasanya sesuai
dengan ukuran lengkung gigi mandibula. Jika lengkung maksila lebih kecil daripada
lengkung mandibula, ukuran lidah dan fungsinya akan berpengaruh hingga terbentuk
adaptasi jaringan lunak, bukan semata-mata untuk mendapatkan oklusi yang ideal.
Kesinambungan jaringan lunak pada dua proporsi yang seimbang antara kulit wajah
dengan gigi-geligi yang berhubungan terhadap bibir dan wajah adalah faktor utama
yang menentukan penampilan wajah seseorang. Oleh karena itu, adaptasi jaringan
lunak terhadap posisi gigi akan menentukan apakah hasil perawatan ortodonti akan
dalam upaya mencapai keberhasilan perawatan.15 Hal tersebut penting karena untuk
memilih perawatan yang paling tepat tergantung dari tingkat maloklusi mana yang dapat
etiologinya serta melakukan usaha untuk menghilangkan keadaan yang sama dari
sebelumnya. Hal tersebut sangat bermanfaat untuk menunjang usaha preventif dan
interseptif yang memungkinkan maloklusi dapat dicegah atau dihindari dengan cara
masih dalam pertumbuhan tahap dini dan mandibula serta pola pertumbuhan wajah
pembungkus oklusi yang sedang berkembang. Twin Block sebagai salah satu pesawat
fungsional, mampu memperbaiki keadaan maloklusi Klas III yang diakui sebagai
3.1 Pengertian
pada tahun 1982 oleh seorang berkebangsaan Skotlandia bernama William J Clark.
Pesawat Twin Block pada dasarnya terdiri dari bite-block atas dan bite-block bawah.
Kedua bite-block tersebut saling mengunci pada sudut 70° terhadap dataran oklusal
apabila maksila dan mandibula beroklusi. Twin Block yang terpisah antara rahang
atas dan rahang bawah, saling berkontak pada occlusal inclined plane. Modifikasi
occlusal inclined plane ini akan menuntun dan menahan mandibula ke depan atau ke
Pada saat Twin Block pertama kali diciptakan, alat ini lebih diindikasikan
untuk merawat maloklusi Klas II divisi 1 yang disebabkan oleh retrognasi mandibula
Block pada perawatan maloklusi Klas II divisi 1 adalah untuk menghasilkan suatu
Penampilan wajah pasien secara jelas diperbaiki saat Twin Block dipasang.
Efek perawatan dengan pesawat Twin Block dapat memuaskan pasien dan operator,
sehingga alat ini dapat disebut sebagai pesawat fungsional yang paling bersahabat
kekuatan oklusal pada mandibula dengan tujuan untuk memberikan gaya ke bawah
dan ke belakang oleh inclined plane yang terbalik. Gerakan tersebut tidak merusak
digerakkan ke bawah dan ke depan di dalam fossa, serta inclined plane pada gigi-
geligi mandibula dituntun ke bawah dan ke belakang secara bersamaan. Arah tekanan
pada mandibula melewati molar bawah ke arah sudut gonial. Area ini merupakan
bagian terbaik dari mandibula untuk menyerap tekanan oklusal yang merugikan.
Sebelum memulai perawatan Twin Block Klas III, sangat penting untuk memastikan
terlebih dahulu letak kondilus pasien tidak lebih superior atau lebih posterior dari
fossa glenoidalis pada saat oklusi penuh. Hal tersebut dilakukan untuk menjamin
Nyaman dan estetis adalah dua faktor yang paling penting dalam mendisain
suatu pesawat. Pesawat Twin Block rahang atas dan rahang bawah adalah suatu
Pesawat Twin Block bekerja di lingkungan gigi-geligi dan jaringan. Pesawat ini
pada perawatan. Pada awalnya, Twin Block didesain dengan komponen dasar sebagai
berikut:10
Labial Bow
Bite block
Klamer Adam
A B
Gambar 3. Desain Twin Block Klas III. A. Twin Block rahang atas. B. Twin Block rahang bawah.19
Pada Twin Block Klas III, skrup ekspansi didesain secara sagital untuk
memajukan insisivus atas sehingga oklusi lingual dapat dikoreksi. Pada banyak kasus,
mandibula. Oleh karena itu, desain pesawat pada maksila seharusnya mengikuti
syarat ekspansi tiga arah untuk menambah ukuran maksila pada dimensi sagital dan
transversal. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan menggunakan tiga buah skrup
sagital, termasuk skrup midline untuk mengimbangi kerja dari skrup sagital.10
baik sehingga dapat dibuka pada arah yang sama. Selain untuk melebarkan maksila,
mekanisme skrup ekspansi tiga arah ini juga sangat efektif untuk mengoreksi oklusi
lingual pada maloklusi Klas III jika dikombinasikan dengan inclined plane terbalik.10
insisivus lateralis untuk memajukan keempat insisivus maksila. Posisi potongan pada
bagian mesial molar atas akan menyebabkan proses distalisasi molar-molar tersebut
semakin meningkat. Hal tersebut dapat dicegah dengan adanya tahanan oklusi dari
bite block bawah sehingga akan memperluas seluruh bagian dari lengkung rahang
Pada tahap awal perkembangan pesawat Twin Block Klas III, pesawat rahang
bawah selalu digabungkan dengan labial bow. Berdasarkan penelitian, labial bow
fungsional jaringan mulut. Namun, labial bow tidak selalu diperlukan dalam perawatan
kecuali untuk memperbaiki insisivus dengan kasus proklinasi berat. Labial bow tidak
boleh diaktifkan terlebih dahulu sampai perbaikan fungsional seluruhnya selesai dan
Klamer retensi yang sering digunakan pada pesawat ini adalah klamer Adams.
Klamer ini merupakan retensi utama yang diletakkan pada molar pertama permanen
rahang atas. Klamer Delta yang dikembangkan oleh Clark (1985) dapat juga
digunakan sebagai retensi pesawat Twin Block. Klamer Delta mempunyai prinsip
tiap kontrol. Hal ini disebabkan karena bentuk dari klamer Delta adalah triangle yang
tidak mengalami perubahan meskipun pesawat dilepas dan dipasang secara berulang-
kerusakan kawat. Keuntungan lainnya adalah klamer Delta memberikan retensi yang
sangat baik pada premolar bawah dan cocok digunakan untuk semua gigi posterior
Klamer ball-ended pada interdental dan klamer jari atau klamer C dapat digunakan
untuk menambah retensi, serta meningkatkan daya tahan gigi-geligi terhadap gerakan
bawah dan di premolar atas atau pada regio molar desidui untuk memperoleh retensi
interdental pada gigi-geligi yang berdekatan. Klamer C sangat baik digunakan pada
masa gigi bercampur, karena dapat dimanfaatkan sebagai pegangan perifer bagi
geligi secara alamiah. Cuspal inclined plane memegang peranan penting dalam
angulasi yang efisien dari occlusal inclined plane sangat berpengaruh dalam
dapat dicapai pada perawatan Twin Block dengan cara membalikkan angulasi inclined
plane. Karena jika dibandingkan dengan pesawat Twin Block Klas II, posisi bite
block pada pesawat Twin Block Klas III adalah terbalik. Occlusal block ditempatkan
di seluruh molar desidui atas dan molar pertama permanen bawah. Hal tersebut dapat
fungsional.10
Occlusal inclined plane yang bekerja pada angulasi 70°, menuntun gigi-geligi
rahang atas untuk bergerak ke depan dengan bantuan kekuatan oklusi dan pada saat
menempatkan pesawat sehingga kontak yang terjadi hanya pada inclined plane,
berbentuk kerucut yang dipasang pada upper block atau lebih dikenal sebagai skrup
mandibula yang asimetris. Apabila sudah menggunakan skrup jenis ini, trimming
bagian upper block yang berguna untuk memudahkan proses erupsi molar bawah
pada perawatan deep bite tidak boleh dilakukan. Hal tersebut menjadi kekurangan
Peran utama manget pada perawatan Twin Block adalah mepercepat koreksi
hubungan rahang. Magnet berguna untuk memperbesar terjadinya kontak oklusi pada bite block
Pada kasus maloklusi Klas III skeletal dengan crossbite tetap yang sulit diperbaiki
dengan perawatan mekanik yang konvensional, ternyata dapat berhasil dirawat dengan
Twin Block magnetik.10 Gaya magnet menjadi suatu sumber tarikan yang khas dalam
perawatan ortodonti. Menurut Xu Yun et al, gaya magnet sebesar 2,5 T tidak akan
buruk terhadap ligamen periodontal, tulang alveolar dan sementum. Penggunaan gaya
magnetik sangat menguntungkan dalam hal perbaikan jaringan dan pergerakan gigi. Selain
itu, kekuatan magnet dapat memperlancar sistem peredaran darah di sekitar jaringan gigi,
perawatan.20,24
Twin Block Klas III magnetik yang disertai dengan penambahan komponen ekspansi
sagital, bekerja dengan menggunakan kekuatan ortopedik untuk memperbaiki posisi mandibula
dan melebarkan maksila (Gambar 8). Hal tersebut sangat efektif dalam memperbaiki posisi
mandibula dengan cepat. Prognosis Twin Block magnetik pada koreksi Klas III adalah sangat
baik.10,24
Gambar 8. Twin Block magnetik pada maloklusi Klas III. A. Batangan magnet pada
bite block rahang atas. B. Batangan magnet pada bite block rahang bawah.10
Face Mask atau Facial Mask dengan tarikan terbalik merupakan komponen
elastik. Mekanisme ini dapat juga dilekatkan pada Twin Block rahang atas untuk
Kekuatan elastik yang dipakai harus ditingkatkan secara bertahap sejak Face
Mask dipasang dan sejak pasien sudah beradaptasi terhadap tekanan yang
ditimbulkan. Jika pasien merasakan sakit atau terjadi iritasi pada jaringan lunak,
maka kekuatan elastik harus dikurangi hingga ke level yang lebih nyaman.10,33
hanya dalam periode yang pendek, yaitu selama 4 sampai 6 bulan pemakaian. Alat
tambahan ini tidak wajib dipakai sepanjang hari, melainkan dapat dipakai sebagai
Gambar 9. Penggunaan Face Mask sebagai kekuatan tambahan pada Twin Block Klas II di
malam hari.10
Untuk meningkatkan pergerakan ke depan pada segmen labial atas, lip pads
dapat ditambahkan untuk mendukung bibir atas agar bebas dari insisivus sama seperti
pada Frankel’s III. Lip pads yang berisi kawat berdiameter tebal tidak perlu
diikutsertakan pada bagian midline, agar frenulum terhindar dari iritasi. Penting untuk
melekatkan lip pads ke segmen anterior pesawat, sehingga lip pads akan ikut maju
ketika skrup dibuka. Dalam hal ini, lip pads harus disesuaikan agar bebas ke depan
dari ginggiva ketika insisivus dimajukan untuk menghindari gingiva tertekan pada
segmen labial.10
Gambar 10. A,B Lip pads harus tidak boleh berkontak dengan gingiva.
Mekanisme kerjanya sama seperti pada Frankel’s III.10
pecahnya Twin Block rahang bawah.22 Twin Block digunakan pada saat makan, oleh
karena itu, oral hygiene merupakan faktor yang sangat penting selama perawatan.10,22
berkarbonasi dan disertai dengan oral hygiene yang buruk, penambahan incisal
capping pada Twin Block cekat dapat memungkinkan terjadinya resiko dekalsifikasi
pada gigi. Hal tersebut menjadi kekurangan dari pemakaian incisal capping.10,22
Pada setiap awal penggunaan teknik baru, sangat penting untuk menyeleksi
Hal ini sangat penting dilakukan bagi operator yang belum berpengalaman dalam
3.3.1 Indikasi
Seleksi kasus untuk penggunaan Twin Block Klas III pada tahap awal dapat
Kasus seperti ini lebih mudah untuk dirawat dibandingkan pada kasus maloklusi yang
disertai crowded.10,11
2. Lengkung rahang dalam keadaan baik atau dapat dikoreksi dengan mudah.10,11
6. Overjet dan deep overbite yang terbalik pada maloklusi Klas III.19
3.3.2 Kontraindikasi
Hal-hal yang menjadi kontraindikasi perawatan Twin Block Klas III, yaitu:
a. Nyaman. Pasien memakai Twin Block selama 24 jam sehari dan dapat makan
b. Estetis. Twin Block dapat didisain dengan kawat yang tidak tampak di bagian
c. Fungsi. Occlusal inclined planes adalah mekanisme yang paling alami daripada
d. Kooperatif pasien. Twin Block dapat dicekatkan ke gigi secara sementara ataupun
permanen untuk menjamin kooperatif pasien. Twin Block lepasan dapat dicekatkan di
dalam mulut pada minggu pertama atau selama 10 hari perawatan untuk memastikan
pasien dapat beradaptasi dengan baik sehingga dapat memakainya sepanjang hari.10,16
diperbaiki. Tidak ada pads pada bibir, pipi ataupun pada lidah seperti yang digunakan pada
beberapa pesawat lainnya, menjadikan tidak ada batasan baginya pada fungsi normal serta
f. Pasien dapat berbicara secara normal. Pesawat Twin Block tidak mengganggu
fungsi fonetik akibat terhalangnya lidah, bibir ataupun mandibula jika dibandingkan
kuat dan tidak mudah patah. Waktu kerja dapat dikurangi dengan melakukan koreksi
ortopedi mayor.10
rahang atas dan bawah secara tersendiri. Desain pesawat dapat dimodifikasi dengan mudah
j. Kontrol vertikal. Twin Block dapat mengontrol dimensi vertikal dengan sangat
baik pada perawatan deep overbite dan openbite anterior. Kontrol vertikal secara signifikan
k. Asimetri wajah. Aktivasi pesawat untuk mengoreksi asimetri wajah dan asimetri
l. Aman. Twin block dapat dipakai selama berolah raga kecuali berenang dan olah
pesawat fungsional lain yang hanya terdiri dari satu unit, karena Twin Block dipakai
n. Lama perawatan. Hubungan lengkung rahang dapat dikoreksi mulai dari masa
kanak-kanak sampai dewasa. Namun, perawatan akan lebih lama pada pasien dewasa dan
o. Kerjasama dengan pesawat cekat. Kerjasama Twin Block dengan pesawat cekat
digunakan untuk memperbaiki oklusi secara detail. Pesawat Twin Block tidak memerlukan
kawat di bagian anterior sehingga breket dapat dipasang pada gigi bagian anterior untuk
memperbaiki susunan gigi secara bertahap, dengan cara mengoreksi hubungan lengkung
rahang selama fase ortopedik. Selama fase pendukung, suatu transisi dapat mudah
p. Perawatan terhadap disfungsi TMJ. Twin block dapat difungsikan sebagai splint
yang efektif pada pasien yang mengalami disfungsi TMJ dengan memindahkan kondilus
bagian distal ke disc articulare. Pemakaian sepanjang hari menjadikan disc articulare pada
TMJ yang mungkin bermasalah akan berkurang pada stadium awal dan akan kembali ke
posisi normal. Pada saat yang sama, perkembangan lengkung rahang secara sagital, vertikal
3.4.2 Kerugian
1. Alat ini hanya benar-benar efektif jika digunakan untuk merawat anomali
4. Pemakaian Twin Block cekat pada pasien yang mempunyai oral hygiene yang
Perawatan Twin Block dideskripsikan dalam tiga fase. Twin Block digunakan
pada fase aktif untuk mengoreksi hubungan antero-posterior dan dimensi vertikal.
Pada fase selanjutnya Twin Block diganti dengan pesawat tipe Hawley pada rahang
atas yang terdapat anterior inclined plane untuk membantu mengoreksi posisi seperti
gigi posterior menuju oklusi yang penuh. Perawatan diakhiri dengan fase retensi
untuk mempertahankan posisi gigi yang sudah diperbaiki.10 Mekanisme kerja akan
a. Pengepasan pesawat
Hal pertama yang paling penting dilakukan oleh operator adalah memastikan
bahwa pasien dapat menggigit secara nyaman pada gigitan retrusif saat inclined plane
beroklusi. Untuk menghindari iritasi selama pemakaian pesawat pada minggu pertama,
penting untuk membebaskan sedikit bagian palatal gingiva insisivus atas dari pesawat
rahang atas. Klamer-klamer diatur agar dapat meretensikan pesawat dengan aman tanpa
mengenai gingival margin. Jika memakai labial bow, sebaiknya tidak berkontak dengan
inisisvus bawah.10
Pasien harus dapat memakai pesawat dengan nyaman termasuk pada saat makan.
Pasien telah dapat beradaptasi dengan baik sehingga ketidaknyamanan dalam memakai
pesawat seperti pertama kali sudah teratasi dan pasien dapat menggigit dengan gigitan
retrusif secara konsisten. Pasien diintruksikan untuk memutar skrup midline pada
meretrusikan inclined plane secara konstan ketika melakukan oklusi. Apabila pasien
sulit melakukannya, hal tersebut dapat menjadi indikasi bahwa pesawat sudah
diaktifkan melewati tingkat toleransi jaringan muskular. Hal yang perlu dilakukan
adalah mengurangi aktivasi pesawat dengan cara melakukan grinding pada incline
planes sampai didapatkan posisi oklusi yang nyaman bagi pasien. Angulasi inclined
planes dapat dikurangi menjadi 45° jika pasien gagal untuk mengoklusikan bite
blocks ke belakang secara benar. Hal tersebut dapat menjadi pertanda awal bahwa
progress perawatan akan lebih lambat jika dibandingkan dengan inclined planes
angulasi 70°.10
signifikan yaitu terjadi perubahan keseimbangan wajah menjadi lebih baik. Kemajuan
perawatan juga ditandai dengan berkurangnya overjet yang diukur secara intraoral
pesawat pada mulut. Hal tersebut dilakukan agar pasien mudah beradaptasi terhadap
pemakaian pesawat selama 24 jam sehari. Teknik untuk memfiksasi pesawat pada
tempatnya cukup sederhana. Gigi-geligi pertama kali harus di fissure sealent dan
dirawat dengan topical fluoride untuk mencegah kerusakan gigi pada waktu
pemakaian. Ada dua cara untuk memfiksasi Twin Block. Pertama, dengan
memasukkan semen di atas permukaan gigi dari pesawat. Kedua, teknik bonding
perawatan, hal yang perlu dilakukan adalah memeriksa kerja skrup serta mencocokkan
klamer-klamer yang mendukung retensi jika perlu. Apabila labial bow termasuk sebagai
komponen pesawat, pastikan agar tetap tidak berkontak dengan insisivus bawah.10
dalam mengoreksi hubungan fungsional yang benar terhadap maksila, yaitu dari Klas
III yang protrusi menjadi relasi rahang Klas I secara skeletal dengan cepat. Pada
Pada perawatan deep over bite, bite blocks bawah digrinding secara selektif menjauhi
molar atas sehingga menyisakan ruang sebesar 1-2 mm agar erupsi molar tidak terhambat.
Di sepanjang rentetan proses grinding, penting untuk tidak mengurangi pinggiran penuntun
dari inclined plane, sehingga dukungan fungsional oklusal yang adekuat tetap dapat
A B C
D E
Gambar 12. Rentetan proses grinding pada perawatan deep bite dengan pesawat Twin Block.
block tidak dikurangi dan tetap utuh selama perawatan. Hal tersebut menghasilkan efek
intrusi pada gigi posterior, sementara gigi anterior dapat erupsi secara utuh. Hal
tersebut dapat membantu mencapai overbite yang normal dan membawa gigi anterior
beroklusi.10,30
Pola kontrol alat yang sama seperti sebelumnya tetap terus dilakukan untuk
mengoreksi oklusi mesial dan mengurangi overjet. Lebar lengkung rahang atas selalu
diperiksa tiap kunjungan, sampai proses ekspansi cukup untuk membantu rahang
bawah berada pada posisi yang benar, sehingga tidak diperlukan lagi pemutaran
skrup.10
Pada akhir fase aktif perawatan Twin Block, tujuan selanjutnya adalah
mencapai perbaikan oklusi menjadi oklusi Klas I dan mengontrol dimensi vertikal
hingga mencapai kontak oklusi di tiga titik ketika insisivus dan molar beroklusi. Pada
tahap ini, overjet, overbite, dan oklusi mesial harus seluruhnya diperbaiki.10,16
A B C
Gambar 13. A,B,C Perubahan yang terjadi sebelum, saat, dan sesudah perawatan Twin Block Klas III.10
sudah terkoreksi sampai oklusi pada segmen bukal berinterdigitasi dengan baik.
Sebuah pesawat fungsional rahang atas lepasan dicocokkan dengan anterior inclined
plane beserta labial bow untuk menjaga posisi insisivus dan caninus bawah.10,16
Pesawat Twin Block bawah dilepaskan pada fase ini. Bite block bagian
posterior dihilangkan untuk memberi jalan erupsi gigi posterior. Pemakaian pesawat
secara rutin sangat penting untuk mendukung terjadinya perubahan tulang internal
dalam memperbaiki oklusi seperti yang telah terjadi pada segmen bukal.10
Kontrol vertikal merupakan hal utama yang dilakukan pada fase ini setelah
pengurangan overbite selesai. Untuk mencapai vertikal dimensi yang baik, sebuah occlusal
stop datar dari akrilik yang bermula dari inclined plane diperluas ke depan untuk menahan
insisivus bawah. Occlusal stop adalah komponen tambahan yang penting untuk mengontrol
tinggi intergingival yang benar saat gigi posterior erupsi mencapai oklusi. Bukal geligi-gigi
pada rahang atas dan bawah harus dituntun mencapai oklusi yang normal dalam 2-6 bulan,
sepanjang waktu untuk mencegah relapse pada fase kritis perawatan. Kuncinya
adalah pesawat yang nyaman dan didesain dengan baik dapat diterima oleh pasien
inclined plane pada rahang atas. Pemakaian pesawat retensi hanya digunakan pada
malam hari ketika oklusi penuh telah dicapai. Pada perawatan dini kelainan skeletal
sejati, pesawat tipe monoblock dapat dipakai sebagai retainer. Pesawat tersebut
respon ortopedik terhadap perawatan yang diberikan selama masa transisi gigi-
geligi.10
adalah berkisar 18 bulan. Fase aktif sekitar 6-9 bulan untuk mendapatkan pengurangan
overjet ke hubungan insisivus yang normal dan mengoreksi oklusi bagian distal. Fase
pendukung berkisar 3-6 bulan sampai gigi premolar dan molar mencapai oklusi yang
terjadi perpindahan aktif sampai gigi-geligi bukal beroklusi dengan baik. Oklusi
segmen bukal yang baik ditandai dengan adanya landasan yang stabil setelah
mengoreksi hubungan antar lengkung rahang. Fase retensi lebih kurang 9 bulan dan
Seorang gadis berumur 8 tahun 2 bulan, menderita pola maloklusi Klas III
pada keempat insisivus atas. Kedua insisivus lateralis atas linguoversi. Retroklinasi
mm. Lip pads ditambahkan pada Twin Block rahang atas dengan skrup twin sagital
A B C
tergantung pada rotasi mandibula yang searah jarum jam disertai dengan rotasi yang
signifikan dari sumbu fasial. Hal tersebut merubah sudut sumbu fasial dari 26 o saat
sebelum perawatan, menjadi 19o setelah perawatan, dan 22o ketika dilakukan follow
up 1 tahun 3 bulan kemudian. Perubahan yang sama juga didapatkan pada sudut
profil wajah. Perawatan dengan menggunakan pesawat Twin Block yang terbalik ini,
oklusi lingual terkoreksi setelah 5 bulan dan perawatan selesai setelah 12 bulan.
Selanjutnya, perawatan juga diikuti dengan fase retensi hingga 12 bulan. Laporan
terakhir menunjukkan keadaan oklusi pasien 1 tahun setelah lepas dari fase retensi,
A B
Gadis berumur 7 tahun 5 bulan menderita maloklusi Klas III dental berat yang
terjadi segera setelah erupsi insisivus permanen. Kedua insisivus lateralis atas
bergerak ke lingual dari kedua insisivus sentaralis di sebelahnya, dan terdapat oklusi
A B C
yang tetap bertahan selama 6 tahun setelah seluruh fase perawatan selesai dilakukan,
A B
Gambar 21. A. Oklusi setelah 8 bulan perawatan. B. Oklusi 6 tahun kemudian saat
follow up (umur 14 tahun 3 bulan).10
UMUR ( tahun )
Jenis Pengukuran
7,5 7,10 14,3
(sebelum perawatan) (sesudah perawatan) (Follow Up)
Sudut Basis Kranii 29 29 30
Sudut Fasial (Npog-FH) 28 27 31
MP-FH 27 27 21
Sudut Kraniomandibular 56 56 52
Bidang Palatal/Maksila -4 -1 0
Konveksitas -1 0 -4
I atas : Vertikal 11 29 30
I bawah : Vertial 26 26 18
Sudut Interinsisal 143 125 132
I bawah : A/Po (mm) 3 2 2
LI : GRS-E (mm) -5 -3 -8
Molar atas : Pt Vertikal 8 10 20
Seorang pasien perempuan berumur 8 tahun dengan keluhan utama yaitu tidak
teraturnya gigi-geligi anterior atas dan bawah. Pada pemeriksaaan ekstraoral, tampak
profil wajah cekung dan menunjukkan masalah pertumbuhan maksila yang terhambat
( Gambar 25 A ).11
Pada pemeriksaan intraoral menunjukkan bahwa pasien dalam masa awal gigi
bercampur yang ditandai dengan telah erupsinya insisivus sentralis atas dan bawah
serta molar pertama permanen. Seluruh gigi maksila mulai dari kaninus desidui kanan
(53) hingga molar pertama desidui kiri (64) mengalami crossbite dengan molar
pertama desidui rahang bawah pada sisi kanan (84) sampai molar pertama desidui sisi
kiri (74), kecuali insisivus lateralis desidui kanan maksila (52) yang sebagian
terkunci. Relasi molar pada kedua sisi rahang berkembang menjadi maloklusi Klas
maksila. Tidak ada riwayat keluarga yang menderita maloklusi Klas III.11
fungsional yang terjadi, sehingga menyebabkan oklusi yang prematur pada relasi rahang
terjadinya perubahan postural pada mandibula menjadi posisi Klas III Angle. Pada
foto sefalogram lateral menunjukkan bahwa titik A masih pada kisaran yang normal.
Sebaliknya, pada titik B sedikit lebih besar dari normal. Berdasarkan penemuan-
bagian anterior. Karena tidak terdapat hambatan pada pertumbuhan maksila, dan
dibuat keputusan untuk merawat pasien dengan menggunakan pesawat Twin Block
Klas III. Hal tersebut diharapkan dapat memposisikan mandibula ke belakang dan
Metode perawatan terdiri dari pembuatan gigitan kerja dari wax dalam posisi
retrusi maksimal. Kemudian, bite blocks atas dan bawah dibuat dari bahan heat cured
mandibula. Bite blocks dibuat menutupi molar pertama dan kedua desidui atas dan
molar pertama permanen bawah dengan arah inclined plane yang terbalik. Labial bow
pasif pada rahang bawah juga ditambahkan yang berguna sebagai retensi. Pasien
Adaptasi pasien terhadap pemakaian pesawat saat makan sangat buruk pada
dua bulan pertama perawatan. Namun, keadaan tersebut teratasi setelah dilakukan
motivasi dan penyuluhan pada pasien dan orang tua. Membaiknya profil wajah pada
saat memakai pesawat juga menjadi salah satu faktor motivasi yang positif.11
akrilik pada inclined plane bite block.10,34 Selama dua bulan pemakaian pesawat,
pasien telah mampu menghasilkan penutupan yang habitual pada mandibula ke posisi
bulan ke-10, diperoleh perubahan pada profil pasien yang signifikan (gambar 24 B).11
A B
Gambar 26. Perubahan profil wajah pasien. A. Profil sebelum perawatan.
B. Profil setelah perawatan.11
pada SNA sebesar 2o, yaitu dari 82o menjadi 84 o dan tidak terdapat perubahan pada
sudut SNB. Sudut ANB berubah dari -2o sebelum perawatan, menjadi 0o pasca
perawatan. Meskipun ANB masih 0o, namun telah terjadi perbaikan pada profil wajah
yang diharapkan akan meningkat lebih jauh lagi sehingga kemudian berpengaruh
pertumbuhan maksila tidak mengalami hambatan. Hal tersebut diikuti perbaikan gigi
anterior yang terkunci serta terjadi perubahan posisi mandibula menjadi normal ke
belakang. Pada pembacaan FMA sebelum perawatan dan sesudah perawatan adalah
26o dan 27o secara berurutan. Pada pemeriksaan intraoral setelah dua tahun kontrol,
menggunakan pesawat Twin Block Klas III dapat memberikan efek skeletal dan
dental.10,18,24,29 Hal tersebut dapat terjadi karena pesawat Twin Block menghasilkan
yang tampak selama perawatan adalah terjadinya proklinasi pada insisivus atas dan
selama beberapa bulan pertama perawatan Twin Block. Karakteristik perubahan ini
dapat dilihat dari perkembangan bentuk bibir dan perbaikan harmonisasi wajah yang
lebih menunjukkan perubahan yang signifikan pada jaringan lunak jika dibandingkan
dengan hasil perawatan yang menggunakan pesawat fungsional lain.28 Pada anak-
anak yang sedang dalam masa pertumbuhan aktif, otot-otot wajah beradaptasi sangat
cepat terhadap perubahan fungsi oklusal. Hal tersebut sangat menguntungkan karena
Bentuk bibir yang kompeten selalu diperoleh dari fungsi normal pesawat Twin
Block tanpa diperlukan lagi latihan bibir. Apabila overjet atau crossbite telah
dihilangkan dengan memakai pesawat tetap pada mulutnya pada waktu makan dan
minum, maka pasien akan dengan mudah mengadaptasikan bibirnya. Hal tersebut
sangat membantu untuk mendapatkan posisi bibir yang kompeten, sehingga secara
5.1 Kesimpulan
Perawatan maloklusi Klas III adalah salah satu perawatan yang paling sukar
untuk ditangani, baik secara ortodontik maupun ortopedik. Kunci utama pada
dilakukan pada masa gigi bercampur karena pada waktu ini anak sedang dalam masa
Salah satu pesawat fungsional yang digunakan untuk merawat maloklusi Klas
III adalah Twin Block. Twin Block terdiri dari bite-block rahang atas dan rahang
bawah. Kedua bite-block tersebut saling mengunci pada sudut 70o terhadap dataran
oklusal bila maksila dan mandibula saling berkontak pada occlusal inclined plane
yang terbalik jika dibandingkan dengan Twin Block pada perawatan Klas II.
Modifikasi occlusal inclined plane ini akan menuntun dan menahan mandibula ke
depan atau ke belakang pada posisi oklusi yang tepat. Twin Block didisain agar
nyaman dipakai, estetis cukup baik, dan efisien. Berdasarkan prinsip ini, Twin Block
memuaskan pasien dan operator, sehingga alat ini dapat disebut alat fungsional yang
terhadap skeletal, dental, dan muskular. Perubahan dental yang tampak selama
perawatan adalah terjadinya proklinasi pada insisivus atas, retroklinasi pada insisivus
sudut ANB serta penurunan sudut SNB akibat meningkatnya vertikal dimensi di
bagian anterior. Efek terhadap muskular juga didapatkan secara signifikan, dimana
terjadi perubahan yang cepat pada perawakan wajah pasien selama beberapa bulan
pertama perawatan Twin Block. Karakteristik perubahan ini dapat dilihat dari
perkembangan bentuk bibir dan perbaikan harmonisasi wajah yang seimbang. Hal
Pesawat Twin Block Klas III sangat efektif jika digunakan untuk merawat
maloklusi pseudo Klas III tanpa disertai gigi berjejal yang parah. Hal tersebut karena
pada maloklusi pseudo Klas III biasanya disebabkan oleh kombinasi masalah antara
faktor dental dan skeletal serta kelainan pertumbuhan maksila dan mandibulanya
minimal.
5.2 Saran
dibandingkan dengan pesawat fungsional lainnya, alat ini lebih sederhana dari segi
375-87.
4. Pan JY, Chou ST, Chang HP, Liu PH. Morphometric Analysis of The Mandible in
Subjects with Class III Malocclusion. Kaohsiung J Med Sci 2006; 22(7): 331-8.
7. Bhalajhi. Orthodontics: The Art and Science. 1st ed. New Delhi: Arya (Medy)
orthopaedics. 2nd ed. Edinburgh: Mosby, 2002: 6-7, 13-5, 18, 31-2, 75-87, 100-
11. Kapur A, Chawla HS, Utreja A, Goyal A. Early Class III Occlusal Tendency in
Children and Its Selective Management. J Indian Soc Pedod Prevent Dent. 2008:
26(3): 107-13.
13. Maheswari S, Gupta ND, Rohtak. Early Treatment of Skeletal Class III: A Case
14. Meikle MC. Remodelling the Dentofacial Skeleton : The Biological Basis of
15. Hendro K. Soft Tissue Profile Changes After Orthodontic Treatment in Class III
16. Nazruddin. Perawatan Anomali Klas II dengan Pesawat Twin Block. Diktat
17. Clark WJ. The Twin Block Technique: A Functional Orthopaedic Appliance
18. Proffit WR, Fields HW, Sarver DM. Contemporary Orthodontics. 4th ed. Canada:
19. Kidner G, Dibiase A, Dibiase D. Class III Twin Block : A Case Series. J Orthod
22. Dixon M, Jones Y, Mackie IE. Mandibular Incisal Edge Demineralization and
Caries Associated with Twin Block Appliance Design. J Orhod 2005; 32: 3-10.
25. Hong PC, Treatment of Mandibular Prognathism. J Formos Med Assoc 2006;
105(10): 781-90.
26. Houston WJB. Ortodonti Walther. Alih bahasa Drg. Lilian Yuwono. Ed.4.
28. Lee RT, Kyi CS, Mack GJ. A Controlled Clinical Trial of The Effects of Twin
Block and Dynamax Appliances on The Hard and Soft Tissues. Eur J Orthod
29. Illing HM, Morris DO, Lee RT. A Prospective Evaluation of Bass, Bionator and
Twin Block Appliances Part I - The Hard Tissues. Eur J Orthod 1998; 20: 501-16.
35(1): 105-11.
31. Foster TD. A Textbook of Orthodontics. Alih bahasa Drg. Lilian Yuwono ( Buku
33. Chang C, Chang HP, Chen YJ. Evaluation of The Changes in Midfacial
Configuration After Face Mask Therapy in Skeletal Class III Growing Patients by
34. Brennan JA, Littlewood SJ. Twin block Re-activation. J of Orthod 2006; 33: 3-6.