Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TEKNOLOGI KEJURUAN
Herminarto Sofyan
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 28 TAHUN 2014
TENTANG HAK CIPTA
PASAL 2
Undang-Undang ini berlaku terhadap:
a. Semua ciptaan dan produk Hak Terkait warga negara, penduduk, dan badan hukum
Indonesia;
b. Semua ciptaan dan produk Hak Terkait bukan warga negara Indonesia, bukan
penduduk Indonesia, dan bukan badan hukum Indonesia yang untuk pertama kali
dilakukan Pengumuman di Indonesia;
c. Semua ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dan pengguna Ciptaan dan/atau
produk Hak Terkait bukan warga negara Indonesia, bukan penduduk Indonesia, dan
bukan badan hukum Indonesia dengan ketentuan:
1. Negaranya mempunyai perjanjian bilateral dengan negara Republik Indonesia
mengenai pelindungan Hak Cipta dan Hak Terkait; atau
2. Negaranya dan negara Republik Indonesia merupakan pihak atau peserta
dalam perjanjian multilateral yang sama mengenai pelindungan Hak Cipta dan
Hak Terkait.
Herminarto Sofyan
2018
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
© 2018 Herminarto Sofyan
ISBN: 978-602-....-....-....
Edisi Pertama
HERMINARTO SOFYAN
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
-Ed.1, Cet.1.- Yogyakarta: UNY Press, 2018
xiv + 218 hlm; 16 x 23 cm
ISBN: 978-602-.....-....-....
1. PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
v
KATA PENGANTAR
Herminarto Sofyan
vi
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR v
vii
DAFTAR ISI
viii
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
ix
DAFTAR ISI
x
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
xi
DAFTAR TABEL
DAFTAR TABEL
xii
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
xiii
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GAMBAR
xiv
BAB I
PENGANTAR PENDIDIKAN
TEKNOLOGI KEJURUAN
BAB I
PENGANTAR PENDIDIKAN
TEKNOLOGI KEJURUAN
A. Pendahuluan
Pada awal pemerintahan Presiden Joko Widodo mengeluarkan
sembilan program kebijakan yang disebut dengan Nawa Cita. Pro-
gram ini digagas untuk menunjukkan prioritas jalan perubahan
menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri
dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan
(www.kpu.go.id). Dari sembilan program kebijakan tersebut dua di
antaranya pada butir (5) dan (6) adalah:
3
BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
4
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
5
BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
6
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
7
BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
8
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
9
BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
10
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
11
BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
12
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
13
BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
14
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
15
BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
16
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
17
BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
1. Orientasi Pendidikannya
Pendidikan kejuruan fokus utamanya adalah untuk memberi-
kan bekal keterampilan tertentu kepada peserta didik sebagai bekal
mereka untuk memasuki dunia kerja. Dengan demikian, orientasi
pendidikan kejuruan adalah untuk mempersiapkan lulusan yang
mempunyai kompetensi sebagaimana diharapkan oleh dunia kerja.
Oleh karena itu, penguasaan kemampuan dan keterampilan kerja
menjadi tuntutan utama penyelenggaraan program pendidikan
kejuruan.
18
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
3. Fokus Kurikulumnya
Stimuli dan pengalaman belajar yang disajikan melalui pen-
didikan kejuruan mencakup rangsangan dan pengalaman belajar
yang mengembangkan domain afektif, kognitif, dan psikomotor.
Kurikulum pendidikan kejuruan didesain untuk memberikan bekal
kemampuan di bidang teori kejuruan, sikap dan nilai-nilai, dan
kemampuan praktik kejuruan. Ketiga ranah tersebut harus dapat
dicapai secara terintegrasi menjadi kemampuan yang utuh yang
tercermin dalam kompetensi lulusannya.
4. Kriteria Keberhasilannya
Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria untuk menentu-
kan keberhasilan pendidikan kejuruan meliputi dua hal, yaitu
inschool success dan out of school success. Kriteria pertama meliputi
aspek keberhasilan siswa dalam memenuhi persyaratan kurikuler
yang sudah diorientasikan ke persyaratan dunia kerja. Sedangkan
kriteria kedua diindikasikan oleh keberhasilan atau penampilan
lulusan setelah berada di dunia kerja yang sebenarnya. Keberhasilan
pendidikan kejuruan juga dapat dilihat dari banyaknya lulusan
yang dapat dihasilkan, dan banyaknya lulusan yang langsung dapat
diterima di lapangan pekerjaan atau dunia kerja sesuai dengan
kompetensinya.
19
BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
6. Perbekalan Logistiknya
Dilihat dari segi peralatan belajar, maka untuk mewujudkan
situasi atau pengalaman belajar yang dapat mencerminkan situasi
dunia kerja diperlukan sarana dan prasarana, peralatan praktik, serta
kebutuhan bahan-bahan praktik. Sarana bengkel dan laboratorium
merupakan kebutuhan utama yang harus tersedia pada sekolah
kejuruan.
20
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
21
BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
22
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
23
BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
24
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
25
BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
26
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
dalam proses produksi baik barang maupun jasa, karena itu men-
duduki peranan penting dalam menentukan tingkat mutu dan biaya
produksi.
Di Indonesia, tenaga terampil masih menjadi kebutuhan negara
karena masih banyak industri yang menggunakan tenaga kerja
manusia. Pemerintah menjadikan program pendidikan kejuruan
sebagai lembaga untuk melahirkan sumber daya manusia yang te-
rampil sebagai aset dan investasi bangsa. Tenaga terampil sangat
diperlukan untuk mendukung pertumbuhan industrialisasi suatu
negara. Di era persaingan global dengan kemajuan teknologi yang
sangat canggih, sangat dibutuhkan peran tenaga kerja yang terampil
yang mampu, cekatan dan cakap menguasai dan mengaplikasikan
teknologi tersebut. Oleh sebab itu, orang yang mempunyai kete-
rampilan pada zaman modern ini akan memiliki peluang tinggi
untuk bekerja dan produktif. Jika dihitung secara kuantitas, bangsa
yang memiliki banyak tenaga kerja yang terampil akan semakin kuat
dari segi aspek ekonomi dan dibutuhkan dunia internasional sebab
memiliki aset tenaga terampil. Sebaliknya, jika suatu bangsa minim
tenaga kerja yang terampil maka tingkat pengangguran akan semakin
tinggi dan menjadi beban ekonomi bagi bangsa tersebut.
Dalam konteks dunia kerja abad ke-21, peralatan secanggih
apapun bukan lagi menjadi aset utama tanpa adanya sumber daya
manusia yang terampil menggunakan dan mengaplikasikannya.
Pengembangan, pengelolaan dan peningkatan mutu sumber daya
manusia melalui tenaga kerja yang terampil dan terdidik merupakan
prioritas utama yang menjadi aset utama. Sejalan dengan tuntutan
global tersebut, pemerintah Indonesia menjadikan pendidikan ke-
juruan sebagai lembaga penggerak untuk menyiapkan tenaga kerja
terampil, terdidik dan profesional dengan skill yang tinggi agar
dapat mudah untuk memasuki pasar tenaga kerja dan berkembang
karirnya.
27
BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
28
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
Gambar 1.1
Sistem Persekolahan di Indonesia Berdasarkan UU Nomor 20 Tahun 2003
29
BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
30
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
31
BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
Gambar 1.2.
Piramida Ketenagakerjaan dan Jenjang Pendidikan Sekolah
32
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
33
BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
siap kerja. Di sisi lain dunia kerja dalam hal ini pengusaha juga tidak
lagi terlalu dibebani dengan pelatihan menyiapkan tenaga kerjanya
karena setiap lulusan sudah siap kerja bukan lagi siap latih.
Peran pendidikan kejuruan dalam menyiapkan tenaga terampil
akan terwujud bila pendidikan menggunakan wawasan link and
match, yaitu proses pendidikan yang memiliki:
2. Wawasan Mutu
Tenaga terampil dihasilkan adalah lulusan yang memilki
etos kerja dan cara kerja industri. Mereka terbiasa dengan ukuran
produktivitas industri dengan kualitas kerja standar. Muncul per-
ilaku standar dengan hasil kerja yang memenuhi kriteria industri.
Ukuran hasil kerja industri adalah go dan not go. Mereka dilatih
dengan pelatihan didasarkan pada hal-hal yang diharapkan siswa
di tempat kerja, seperti cara kerja dengan persyaratan teknis, tidak
gagap teknologi, sehingga terjadi kebiasaan-kebiasaan menggunakan
sikap kerja, apa yang dapat dilakukan oleh seseorang sebagai hasil
pelatihan, bukan kuantitas dari jumlah pelatihan.
34
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
3. Wawasan Keunggulan
Tenaga yang unggul adalah tenaga terampil yang bermutu tinggi.
Mereka harus memiliki keunggulan kompetitif dan siap bersaing
dengan tenaga lain di tingkat global. Mereka harus dibekali kom-
petensi kunci, pembelajaran terjadi dalam situasi yang sehat untuk
kreatif, bersaing dalam konteks kerja, membentuk sikap positif. Hal
ini penting, untuk menghadapi era keterbukaan tenaga kerja, maka
tenaga kerja harus bersaing dengan tenaga kerja asing.
4. Wawasan Profesionalisme
Wawasan ini dilakukan dengan membentuk perilaku profesional
sebagai karakter tenaga kerja, seperti peduli mutu, menjaga reputasi,
bekerja cepat, efisien, dan produktif. Bekerja tanpa pengawasan ber-
tanggung jawab pada kualitas kerja.
6. Wawasan Efisiensi
Efisiensi dilihat dari lulusan dengan kemampuan, jumlah, mutu
sesuai dengan kebutuhan pembangunan, dan investasi dana dilihat
dari rate of return.
35
BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
36
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
37
BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
Gambar 1.3
Keterkaitan Pendidikan Kejuruan untuk Masyarakat dan Dunia Kerja
(Adaptasi dari Putu Sudira, 2009)
38
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
39
BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
40
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
Tabel 1.1
Sistem Pendidikan Vokasi yang Diterapkan di Dunia
1 2 3
Pendidikan Pemagangan
Sistem Ganda
Menengah Vokasi Formal
Merupakan Mencakup Merupakan sistem
bagian pokok dari pemagangan dan yang mengadopsi
pendidikan menengah pelatihan formal kurikulum sesuai
lanjutan antara institusi kebutuhan industri
pendidikan
(sekolah)
dengan industri
(penguasaha)
Memiliki kurikulum Skema insentif, Semua pemangku
Konsep kombinasi antara durasi kontrak kepentingan
Dasar pengetahuan umum dan pemberian menyusun
dan skill spesifik kualifikasi kurikulum
namun mudah kompetensi
diajarkan menjadi hal
Menjadi salah satu mendasar dalam Sekolah menyiapkan
alternatif jalur sistem ini sarana yang
pendidikan mendukung
pemagangan
Industri harus
memenuhi standar
41
BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
1 2 3
Pendidikan Pemagangan
Sistem Ganda
Menengah Vokasi Formal
Negara yang Indonesia, Spanyol, Inggris, Australia, Austria, Jerman,
menerapkan Perancis, Belanda, Amerika Serikat Denmark, Swiss
Italia
Beberapa negera yang Salah satu isu Sistem ganda ini
mengadopsi sistem utama yang menuntut kesiapan
ini, seperti Spanyol, menjadi poin baik di sisi pasokan
masih memiliki penting dalam (sekolah) maupun
tingkat pengangguran skema ini adalah permintaan
yang tinggi mengenai siapa (industri) dalam hal
yang membayar infrastruktur
biaya training
42
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
Tabel 1.2.
Jumlah Lulusan SMK dan Kebutuhan Tanaga Kerja per Bidang
43
BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
Jenjang
Uraian
Kualifikasi
Mampu melaksanakan tugas sederhana, terbatas, bersifat
1
umum, dengan menggunakan alat, aturan, dan proses yang
Pendidikan
telah ditetapkan, serta di bawah bimbingan, pengawasan, dan
Dasar
tanggung jawab atasannya.
Mampu melaksanakan satu tugas spesifik, dengan manggunakan
alat, dan informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan,
serta menunjukkan kinerja dengan mutu yang terukur, di bawah
2 pengawasan langsung atasannya.
Pendidikan
Memiliki pengetahuan operasional dasar dan pengetahuan
Menengah
faktual bidang kerja yang spesifik, sehingga mampu memilih
Kejuruan
penyelesaian yang tersedia terhadap masalah yang lazim timbul.
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab membimbing orang lain.
Mampu melaksanakan serangkaian tugas spesifik, dengan
menerjemahkan informasi dan menggunakan alat, berdasarkan
sejumlah pilihan prosedur kerja, serta mampu menunjukkan
kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur, yang sebagian
merupakan hasil kerja sendiri dengan pengawasan tidak
langsung.
3 Memiliki pengetahuan operasional yang lengkap, prinsip-
Pendidikan prinsip serta konsep umum yang terkait dengan fakta bidang
Diploma 1 keahlian tertentu, sehingga mampu menyelesaikan berbagai
masalah yang lazim dengan metode yang sesuai.
Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi dalam
lingkup kerjanya.
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab atas kuantitas dan mutu hasil kerja orang lain.
44
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
Jenjang
Uraian
Kualifikasi
Mampu menyelesaikan tugas berlingkup luas dan kasus spesifik
dengan menganalisis informasi secara terbatas, memilih metode
yang sesuai dari beberapa pilihan yang baku, serta mampu
menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur.
4 Menguasai beberapa prinsip dasar bidang keahlian tertentu dan
Pendidikan mampu menyelaraskan dengan permasalahan faktual di bidang
Diploma 2 kerjanya.
Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi, menyusun
laporan tertulis dalam lingkup terbatas, dan memiliki inisiatif.
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab atas hasil kerja orang lain.
Mampu menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas, memilih
metode yang sesuai dari beragam pilihan yang sudah
maupun belum baku dengan menganalisis data, serta mampu
menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur.
5 Menguasai konsep teoretis bidang pengetahuan tertentu secara
Pendidikan umum, dan mampu memformulasikan penyelesaian masalah
Diploma 3 prosedural.
Mampu mengelola kelompok kerja dan menyusun laporan
tertulis secara komprehensif.
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok.
6 Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan
Pendidikan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni
Sarjana/ pada bidangnya dalam penyelesaian masalah serta mampu
Diploma 4 beradaptasi terhadap situasi yang dihadapi.
Mampu merencanakan dan mengelola sumber daya di bawah
tanggung jawabnya, dan mengevaluasi secara komprehensif
kerjanya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan atau seni untuk menghasilkan langkah-langkah
7 pengembangan strategis organisasi.
Pendidikan Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan,
Profesi teknologi, dan atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui
pendekatan monodisipliner.
Mampu melakukan riset dan mengambil keputusan strategis
dengan akuntabilitas dan tanggung jawab penuh atas semua
aspek yang berada di bawah tanggung jawab bidang keahliannya.
45
BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
Jenjang
Uraian
Kualifikasi
Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan atau
8
seni di dalam bidang kelimuannya atau praktik profesionalnya
Pascasarjana
melalui riset, hingga menghasilkan karya inovatif dan teruji.
Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan/
9
atau seni baru di dalam bidang keilmuannya atau praktik
Program
profesionalnya melalui riset, hingga menghasilkan karya
Doktor
kreatif, original, dan teruji.
Tabel 1.4
Komposisi Tenaga Kerja berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tahun
No. Pendidikan
2010 2015 2025
1 SD 50,4 % 40 % 20 %
2 SLTP 19,1 % 24 % 20 %
3 SLTA Kejuruan 14,7 % 16 % 20 %
4 SLTA Umum 8,2 % 10 % 18 %
5 Diploma 2,8 % 4% 8%
6 Perguruan Tinggi 4,8 % 6% 8%
Sumber: Diolah dari Dir. PSMK
46
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
47
BAB I PENGANTAR PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
Tabel 1.5
Persentase Penduduk Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama
Tabel 1.6
Persentase Penduduk Bekerja menurut Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan
48
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
Tabel 1.7
Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Pendidikan Tertinggi
No. Februari 2017 Agustus 2017 Februari 2018
yang Ditamatkan
1 Tidak/belum pernah 92.331 62.984 42.039
sekolah
2 Tidak/belum tamat SD 546.897 404.435 446.812
3 SD 1.292.234 904.561 967.630
4 SLTP 1.281.240 1.274.417 1.249.761
5 SLTA/Umum/SMU 1.552.894 1.910.829 1.650.636
6 SLTA Kejuruan/SMK 1.383.022 1.621.402 1.424.428
7 Akademi/Diploma 249.705 242.937 300.845
8 Universitas 606.939 618.758 789.113
Total 7.005.262 7.005.262 6.871.264
49
BAB II
MODEL PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN KEJURUAN
BAB II
MODEL PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN KEJURUAN
1. Landasan Hukum
Beberapa produk hukum yang dapat digunakan sebagai landasan
penyelenggaraan pendidikan kejuruan adalah sebagai berikut.
a. UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 Bagian Pertama Pasal
14 Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar,
pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
b. Pasal 15 Jenis pendidikan mencakup pendidikan umum,
kejuruan, akademik, profesi, vokasi, keagamaan, dan khusus.
c. Pasal 16 Jalur, jenjang, dan jenis pendidikan dapat diwujud-
kan dalam bentuk satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat.
53
BAB II MODEL PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEJURUAN
2. Landasan Filosofi
Makna kata pendidikan kejuruan sama dengan makna kata pen-
didikan vokasional. Kata kejuruan merupakan terjemaahan dari
bahasa Inggris yaitu vocational. Istilah pendidikan vokasi merupakan
istilah dalam penugasan kerja yang sangat sempit dan statis. Pen-
didi-kan vokasi menjadi bagian kecil dari pendidikan vokasional.
Pendidikan vokasional atau pendidikan kejuruan sendiri memi-
liki cakupan yang luas serta dinamis jika dibandingkan pendidi-
kan vokasi. Dalam penyelenggaraanya pendidikan kejuruan selalu
mengalami pengembangan pada sifat-sifat, karakteristik, dan cara
pengembangannya.
54
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
3. Landasan Ekonomi
Pendidikan kejuruan diselenggarakan atas dasar prinsip-prinsip
efisiensi, baik internal maupun eksternal. Pendidikan kejuruan
dijalankan atas dasar prinsip investasi (human capital), hal ini dapat
55
BAB II MODEL PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEJURUAN
4. Landasan Psikologi
Pada ranah bahasan filosofi bicara tentang “apa” yang seharus-
nya diajarkan kepada peserta didik; seangkan psikologi mem-
persoalkan tentang “bagaimana” cara mengajarkan “apa” pada
peserta didik. Pendidikan kejuruan melandaskan diri pada keyaki-
nan bahwa manusia itu memiliki perbedaan dalam dimensi fisik,
intelektual, emosional, dan spiritualnya. Hal ini berkaitan dengan
sistem belajar pendidikan kejuruan yang lebih berorientasi pada
pengorganisasian diri baik secara individu maupun kelompok.
Sehingga pada pendidikan kejuruan cenderung menggunakan pem-
belajaran dengan cara penyampaian yang berbeda-beda sesuai
dengan tujuan pembelajaran tiap-tiap satuan pendidikan.
5. Landasan Sosiologi
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang memusatkan per-
hatian pada hubungan antarmanusia, antarkelompok, serta antar-
sistem. Pendidikan kejuruan sendiri mendasarkan pada sosiologi,
oleh kerena itu segala upaya yang dilakukan harus selalu berpegang
teguh pada keharmonisan hubungan antarsesama individu, antar-
sistem pendidikan dengan sistem yang lain (ekonomi, sosial, politik,
religi, dan moral). Sosiologi yang disisipkan ini akan bermanfaat
sebagai pengetahuan dalam pengelolaan maupun pengorganisasian
prinsi-prinsip kerja serta kolaborasi.
56
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
B. Definisi Istilah
Sebelum membicarakan lebih lanjut tetang model penyeleng-
garaan pendidikan kejuruan, perlu kiranya diberikan penjelasan
beberapa istilah yang berkaitan dengan istilah model, strategi,
metode, dan pendekatan yang biasa digunakan dalam pembelajaran
kejuruan.
1. Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi-
kan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu yang berfungsi sebagai pedoman para perancang, dan
pengembang pembelajaran dan pengajar dalam merancang dan
melaksanakan aktivitas pembelajaran. Menurut Joyce and Weil
(2000), model pembelajaran merupakan deskripsi dari lingkungan
belajar yang menggambarkan perencanaan kurikulum, rancangan
unit pembelajaran, dan media pembelajaran. Pola yang digunakan
dalam proses penyelenggaraan pembelajaran mempunyai konsep
yang jelas yang terdiri atas struktur, komponen, isi komponen,
langkah-langkah penggunaan, serta memiliki spesifikasi. Model
pembelajaran juga merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan
suatu metode, strategi dan pendekatan pembelajaran. Contoh model
pembelajaran seperti model pembelajaran contextual teaching and
learning (CTL), inquiry, mastery learning, quantum teaching, dan
lain-lain.
57
BAB II MODEL PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEJURUAN
2. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah cara-cara tertentu yang diguna-
kan secara sistematis dan prosedural dalam kegiatan pembelajaran
untuk menigkatkan kualitas proses dan hasil belajar. Strategi pem-
belajaran juga diartikan sebagai suatu kegiatan pembelajaran yang
harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat
dicapai secara efektif dan efisien (Sanjaya, 2010). Strategi pembela-
jaran terkandung makna perencanaan yang masih bersifat konsep-
tual tentang keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu
pelaksanaan pembelajaran. Contoh strategi pembelajaran seperti
exposition, discovery learning, group-individual learning, problem
based learning, dan lain-lain.
3. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk meng-
implementasikan rencara yang sudah disusun dalam bentuk kegia-
tan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam
pengertian lain Nana Sudjana (2005) menjelaskan bahwa metode
pembelajaran adalah cara yang dipergunakan guru dalam meng-
adakan komunikasi dengan siswa pada saat berlangsungnya proses
pembelajaran. Pengertian yang lain metode pembelajaran adalah
cara-cara menyajikan materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik
agar terjadi proses pembelajaran pada diri siswa dalam upaya men-
capai tujuan pembelajaran (Sutikno, 2009). Contoh metode pembela-
jaran seperti metode ceramah, metode diskusi, metode demonstrasi,
debat, simposium, brainstorming, dan lain-lain.
4. Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran adalah titik tolak atau sudut pan-
dang terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada pandangan
tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum,
58
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
1. Model Sekolah
Pemberian pelajaran dimana seluruh kegiatan dilaksanakan
di sekolah. Pada model ini diasumsikan bahwa seluruh pembela-
jaran, transfer ilmu, segala hal yang berkaitan ditempat kerja serta
sumber belajar dilakukan di lingkungan sekolah. Model ini telah
banyak menuai kritikan dari berbagai pihak terutama jika dikaitkan
dengan pendidikan kejuruan. Namun pada kenyataan di lapangan
masih didapati sekolah-sekolah yang masih menggunakan metode
ini sebagai rutinitas di sekolah. Banyak masalah-masalah yang harus
diselesaikan berdasarkan pada masalah ini. Oleh karenanya peme-
rintah mengadakan tentang revitalisasi SMK guna meratakan mutu
pendidikan di Indonesia.
59
BAB II MODEL PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEJURUAN
pengetahuan peserta didik tentang dunia kerja yang sarat akan nilai
pengetahuan. Model ini merupakan model yang tersistem, terpadu,
nyata dan konkret. Walaupun pada kenyataan di lapangan masih
ditemui kendala-kendala di lapangan, diharapkan dengan adanya
model ini dapat memberikan pengalaman lebih tentang zona kerja
sesungguhnya pada peserta didik.
3. Model Magang
Pada model ini hampir sama dengan praktik kerja lapangan
dimana siswa diserahkan sepenuhnya pada pihak DU/DI untuk
dilatih dengan keadaan yang sesungguhnya. Model magang mem-
berikan siswa pengalaman nyata tentang gambaran DU/DI yang
akan dihadapi.
60
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
61
BAB II MODEL PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEJURUAN
62
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
63
BAB II MODEL PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEJURUAN
64
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
65
BAB II MODEL PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEJURUAN
SMK Industri
SMK Industri
66
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
SMK Industri
67
BAB II MODEL PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEJURUAN
68
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
69
BAB II MODEL PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEJURUAN
70
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
1) Pembelajaran
a) Alur belajar dan bahan ajar, yang bertujuan untuk men-
capai kompetensi, merupakan sesuatu yang multiguna. Bagi
paket keahlian yang tidak menghasilkan produk/jasa dapat
diarahkan pada simulasi dari situasi kerja riil di lapangan.
b) Sistem penilaian berbasis teaching factory dan dimungkin-
kan untuk dilakukan uji kompetensi dan sertifikasi.
c) Sistem pembelajaran schedule blok dan kontinyu.
3) Fasilitas
a) Memenuhi rasio 1:1 (peserta didik : alat) untuk tempat kerja
status tunggal (work station tunggal-WST) sesuai dengan
hasil analisis block system dan rotasi.
b) Penerapan maintenance repair and calibration (MRC).
c) Kesesuaian dan kelengkapan alat bantu proses.
d) Pengembangan alat secara terus menerus (penambahan alat).
71
BAB II MODEL PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN KEJURUAN
72
BAB III
KURIKULUM PENDIDIKAN
KEJURUAN
BAB III
KURIKULUM PENDIDIKAN
KEJURUAN
A. Pengertian Kurikulum
Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab I pasal 1 ayat (19) dikatakan bahwa: Kuri-
kulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pen-
didikan nasional. Kurikulum mempunyai lima komponen, yaitu (1)
tujuan kurikulum, yaitu kurikulum mengacu kepada sesuatu yang
hendak dicapai, (2) materi kurikulum, atau isi kurikulum, memuat
bahan pelajaran, materi yang mengacu pada pencapaian tujuan,
materi yang mengacu pada pencaiapan tujuan pendidikan nasional,
(3) metode, cara yang ditempuh untuk mencapai tujuan pendidikan,
(4) organisasi kurikulum, yaitu bentuk pengelompokan mata pela-
jaran untuk memudahkan dalam pencapaian tujuan pembelajaran,
(5) evaluasi, yaitu melakukan penilaian terhadap keberhasilan penye-
lenggaraan pembelajaran dan keberhasilan belajar peserta didik.
Selanjutnya pengertian kurikulum tersebut diperjelas lagi dalam
Peraturan Pemerintah Tahun 2013 Nomor 32 tentang Perubahan
Permen Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidi-
kan disebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan
75
BAB III KURIKULUM PENDIDIKAN KEJURUAN
76
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
ences which the learner encounters under the direction of the school.”
Selanjutnya dikatakan “…curriculum is the totality of learning expe-
riences provided to students so that they can attain general skills and
knowledge at a variety of learning sites.”
Pendapat lain diungkapkan oleh Scott (2001: 8) bahwa “…the
curriculum is a field of enquiry and action on all that bears on
schooling, including content, teaching, learning and resources.”
Scott menjelaskan kurikulum adalah semua penyelidikan dan
tindakan ada di sekolah, termasuk konten, mengajar, belajar dan
sumber daya yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan pertanyaan
Mc Kernan (2008: 4) yang menyatakan “…the curriculum is con-
cerned with what is planned, implemented, taught, learned, evalua-
ted and researched in schools at all levels of education.” Kurikulum
berkaitan dengan apa yang direncanakan, dilaksanakan, diajarkan,
belajar, dievaluasi dan diteliti di sekolah pada semua tingkat pen-
didikan. Selain definisi yang telah dijelaskan oleh para pakar di atas,
kurikulum akan lebih lengkap apabila terdapat muatan life skill. Hal
ini sesuai dengan penyataan Jacobs (2010: 46) yang menyatakan
“…the curriculum is predicated on the belief that all students should
graduate from high school with the knowledge, skills, and behaviors
to be fit, healty, and active for life.”
Kurikulum dalam pengertian yang juga didefinisikan sebagai
perencanaan untuk mencapai tujuan. Perencanaan tersebut meliputi
urutan langkah-langkah, kurikulum berkaitan dengan pengalaman
belajar peserta didik. Berdasarkan definisi ini maka hampir segala
sesuatu yang direncanakan di dalam dan di luar sekolah adalah
bagian dari kurikulum. Sejalan dengan definisi tersebut, Sukamto
(1998: 5-6) menjelaskan bahwa beberapa batasan cenderung menem-
patkan kurikulum sekolah sebagai wahana untuk mengembangkan
anak didik menjadi orang dewasa dalam artian tingkah laku dan
peranan yang diharapkan. Batasan ini masih belum memperhatikan
77
BAB III KURIKULUM PENDIDIKAN KEJURUAN
potensi anak didik dan kegiatan belajarnya dan masih fokus pada
aspek mengajar saja. Selanjutnya pada batasan yang lain terdapat
penekanan pada aspek belajar dengan segala perangkatnya. Batasan
yang lainnya juga menekankan pada unsur pengembangan potensi
anak didik. Menurut Sukamto, dalam hal ini dapat dimaknai kuri-
kulum sebagai produk, sebagai proses, sebagai rencana belajar, dan
sebagai pengalaman belajar. Secara konsepsional, klasifikasi tersebut
menggambarkan adanya pergeseran orientasi kurikulum dari kutub
orientasi pada sekolah ke kutub orientasi pada anak didik. Konsep
ini sangat membantu dalam proses perencanaan dan pengembangan
kurikulum karena kenyataannya kedua hal tersebut akan menen-
tukan corak, warna, dan efektivitas suatu kurikulum.
Berdasarkan berbagai definisi kurikulum yang diajukan para
pakar di atas, maka pengertian kurikulum dapat dideskripsikan
sebagai program pendidikan yang terdiri atas pengalaman belajar
dan bahan ajar yang direncanakan, dirancang untuk dilaksanakan
dengan cara yang sistematis dalam rangka untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Dengan melihat pengertian pendidikan kejuruan
dan Keputusan Mendikbud Nomor 0490/U/1990 tentang tujuan
SMK, maka pengertian kurikulum SMK dapat dinyatakan sebagai
program pendidikan yang berupa pengalaman pekerjaan di dunia
kerja yang direncanakan, dan dirancang untuk dilaksanakan oleh
peserta didik dengan cara yang sesuai dengan suasana dunia kerja,
dalam rangka mencapai tujuan program tersebut yaitu berupa kom-
petensi dunia kerja yang dimiliki oleh peserta didik.
B. Fungsi Kurikulum
Ditinjau dari konteks Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kuri-
kulum SMK dapat dinyatakan sebagai program pendidikan yang
berupa pengalaman pekerjaan di dunia kerja yang direncanakan,
dan dirancang untuk dilaksanakan oleh peserta didik dengan cara
78
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
79
BAB III KURIKULUM PENDIDIKAN KEJURUAN
80
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
81
BAB III KURIKULUM PENDIDIKAN KEJURUAN
3. Model Beauchamp
Model pengembangan kurikulum menurut Beauchamp (Sholeh
Hidayat, 2013) bahwa dalam pengembangan kurikulum terdapat
lima tahap, yaitu menetapkan wilayah atau area pengembangan
82
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
4. Model Olive
Model pengembangan kurikulum, menurut Olive (1992: 171)
bahwa dalam pengembangan kurikulum harus bersifat sederhana,
komprehensif, dan sistematis. Pengembangan kurikulum menurut
menurut Olive terdiri atas 12 (dua belas) komponen yang saling
berkaitan, yaitu sebagai berikut: (a) menetapkan dasar filsafat yang
digunakan, (b) menganalisis kebutuhan masyarakat dimana se-
kolah itu berada, (c) merumuskan tujuan umum kurikulum yang
didasarkan kepada kebutuhan, (d) merumuskan tujuan khusus kuri-
kulum, (e) mengorganisasikan rancangan implementasi kurikulum,
(f) menjabarkan kurikulum dalam bentuk perumusan tujuan umum
pembelajaran, (g) merumuskan tujuan khusus pembelajaran, (h)
menetapkan dan menyeleksi strategi pembelajaran, (i) menyeleksi
dan menyempurnakan tenik penilaian yang digunakan, (j) meng-
implementasikan strategi pembelajaran, (k) mengevaluasi pembe-
lajaran, dan (l) mengevaluasi kurikulum.
83
BAB III KURIKULUM PENDIDIKAN KEJURUAN
84
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
85
BAB III KURIKULUM PENDIDIKAN KEJURUAN
Tabel 3.1
Cakupan Kelompok Mata Pelajaran
Kelompok
No. Cakupan
Mata Pelajaran
86
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
87
BAB III KURIKULUM PENDIDIKAN KEJURUAN
88
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
89
BAB III KURIKULUM PENDIDIKAN KEJURUAN
90
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
91
BAB III KURIKULUM PENDIDIKAN KEJURUAN
92
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
Tabel 3.2
Elemen Perubahan Kurikulum 2013
Elemen Deskripsi
93
BAB III KURIKULUM PENDIDIKAN KEJURUAN
94
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
95
BAB III KURIKULUM PENDIDIKAN KEJURUAN
STRUKTUR KURIKULUM
96
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
ALOKASI
MATA PELAJARAN
WAKTU
A. Muatan Nasional
1. Pendidikan Agama dan Budi Pekerti 318
2. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 212
3. Bahasa Indonesia 320
4. Matematika 424
5. Sejarah Indonesia 108
6. Bahasa Inggris dan Bahasa Asing Lainnya*) 352
Jumlah A 1.734
B. Muatan Kewilayahan
1. Seni Budaya 108
2. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 144
Jumlah B 252
C. Muatan Peminatan Kejuruan
C1. Dasar Bidang Keahlian
1. Simulasi dan Komunikasi Digital 108
2. Fisika 108
3. Kimia 108
C2. Dasar Program Keahlian
1. Gambar Teknik Otomotif 144
2. Teknologi Dasar Otomotif 144
3. Pekerjaan Dasar Teknik Otomotif 180
C3. Kompetensi Keahlian
1. Pemeliharaan Mesin Kendaraan Ringan 594
2. Pemeliharaan Sasis dan Pemindah Tenaga Kendaraan 560
Ringan
3. Pemeliharaan Kelistrikan Kendaraan Ringan 560
4. Produk Kreatif dan Kewirausahaan 524
Jumlah C 3.030
Total 5.016
97
BAB III KURIKULUM PENDIDIKAN KEJURUAN
Tabel 3.3
Penyebaran Mata Pelajaran pada Kelas dan Semester pada Kompetensi
Keahlian Teknik Kendaraan Ringan Otomotif (3 Tahun)
98
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
99
BAB III KURIKULUM PENDIDIKAN KEJURUAN
100
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
101
BAB III KURIKULUM PENDIDIKAN KEJURUAN
102
BAB IV
KOMPETENSI
BAB IV
KOMPETENSI
1. Standar Kompetensi
Standar Kompetensi mata pelajaran adalah deskripsi pengeta-
huan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai setelah siswa
mempelajari mata pelajaran tertentu pada jenjang pendidikan ter-
tentu pula.
2. Kompetensi Inti
Merupakan gambaran secara kategorial mengenai kompetensi
dalam aspek sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus di-
pelajari peserta didik untuk suatu jenjang sekolah, kelas dan mata
pelajaran.
105
BAB IV KOMPETENSI
3. Kompetensi dasar
Merupakan kemampuan spesifik yang mencakup sikap, penge-
tahuan, dan keterampilan yang terkait muatan atau mata pelajaran;
Kompetensi dasar adalah pengetahuan, keterampilan dan siap
minimal yang harus dicapai atau dimiliki oleh peserta didik untuk
menunjukkan bahwa peserta didik tersebut telah mampu me-
nguasai standar kompetensi yang telah ditetapkan. Oleh karena itu,
kompetensi dasar dapat dikatakan sebagai penjabaran dari standar
kompetensi.
4. Kompetensi Kerja
Kompetensi kerja merupakan kemampuan kerja setiap indi-
vidu yang mencakup aspek pengetahuan, sikap kerja dan kete-
rampilan teknis yang sesuai dengan standar yang telah ditetap-
kan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan. Kompetensi kerja
dapat dibagi ke dalam tiga kelompok kompetensi, yaitu kognitif
(pengetahuan), psikomotor (keterampilan), dan afektif (sikap, nilai,
minat). Berdasarkan hal ini, maka kompetensi kerja didefinisi-
kan sebagai kualifikasi pekerja yang mencakup sikap, pengetahuan,
dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yang disepakati.
5. Indikator
Indikator merupakan penanda pencapaian Kompetensi Dasar
yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Indikator di-
kembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pela-
jaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam
kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
106
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
B. Arti Kompetensi
Sebelum menjelaskan arti kompetensi, perlu kiranya diketahui
perbedaan kompeten dan kompetensi. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, pengertian kompeten adalah: (1) berwewenang berkuasa
(memutuskan, menentukan) sesuatu, (2) cakap (mengetahui).
Sedangkan pengertian kompetensi adalah: (1) mempunyai kemam-
puan dalam menguasai tata bahasa suatu bahasa secara abstrak atau
batiniah, (2) kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memu-
tuskan sesuatu). Keduanya diadaptasi dari bahasa Inggris competent
dan competence. Kompeten merupakan kata sifat, sedangkan kom-
petensi merupakan kata benda (www.pengertianmenurutparaahli.
net/pengertian-kompeten-dan-kompetensi, diakses pada 20 Oktober
2018, jam 21.00). Lebih lanjut dari sumber yang sama, Kravetz
mengatakan kompetensi adalah sesuatu yang seseorang tunjuk-
kan di tempat kerja setiap hari yang mencakup perilaku, bukan
sifat-sifat kepribadian maupun keterampilan dasar yang ada di
dalam ataupun di luar tempat kerja. Dengan demikian, kompetensi
mencakup melakukan sesuatu, bukan hanya pengetahuan yang
pasif. Kompetensi tidak hanya mengetahui apa yang harus dilakukan
tetapi melakukan apa yang diketahui. Lebih lanjut dapat dika-
patan Kompetensi adalah keterampilan, pengetahuan, sikap dasar
serta nilai yang dicerminkan kedalam kebiasaan berpikir dan ber-
tindak yang sifatnya berkembang, dinamis, kontinyu atau terus-
menerus, serta dapat diraih setiap waktu. Kebiasaan berpikir serta
bertindak dengan konstan, konsisten dan dilakukan secara terus
menerus akan menjadikan seseorang kompeten.
Sementara itu Wibowo (2016: 271) mendefinisikan kompetensi
sebagai kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu
pekerjaan atau tugas yang dilandasi oleh keterampilan dan penge-
tahuan kerja dan didukung oleh sikap kerja yang ditetapkan oleh
pekerjaan. Kompetensi menunjuk pada aspek perilaku kerja yang
107
BAB IV KOMPETENSI
108
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
C. Kompetensi Kejuruan
Dalam konteks pendidikan, kompetensi mencakup tiga aspek,
yakni aspek pengetahuan keterampilan (motorik) dan sikap (Wen-
rich, 1974: 38). Untuk mengetahui sejauh mana kompetensi yang
dicapai peserta didik sebagai hasil pendidikan yang diperolehnya,
ketiga aspek ini menjadi objek pengukurannya. Dalam konteks
pendidikan kejuruan, aspek tersebut difokuskan pada bidang
kejuruan yang diinginkan. Dengan kata lain aspek pengetahuan
yang dimaksud adalah pengetahuan dalam bidang kejuruan, ke-
terampilan dalam bidang kejuruan dan sikap kerja dalam bidang
kejuruan. Penjelasan tentang konsep pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja disajikan berikut ini.
1. Pengetahuan
Boyett & Boyett (1998: 85) memaknai pengetahuan sebagai
pengetahuan tentang mengapa sesuatu itu bekerja. Dengan kata lain,
pengetahuan berkaitan erat dengnn prinsip kcrja scsuatu. Pengeta-
huan prinsip kerja berkaitan langsung dengan apa, mengapa dan
bagaimam mengerjakan sesuatu. Boyett & Boyett memaknai ket-
erampilan sebagai kemampuan menggunakan pengetahuan untuk
membuat sesuatu terjadi. Ini berarti kemampuan membuat sesuatu
terjadi perlu didukung oleh pengetahuan yang bersifat prosedural.
2. Keterampilan
Menurut Dunette (1976), keterampilan berarti mengembangkan
pengetahuan yang didapatkan melalui training dan pengalaman
109
BAB IV KOMPETENSI
3. Sikap
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan sese-
orang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau
memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak
memihak (unfavorable) pada objek tersebut (Azwar, 2002). Beberapa
pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan peru-
bahannya bila seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat
tinggi (Sudjiono, 2001). Menurut Azwar (2002), struktur sikap terdiri
atas tiga komponen, yaitu:
a. Komponen kognitif berisi kepercayaan seseorang mengenai
apa yang berlaku atau apa yang benar bagi objek sikap.
b. Komponen afektif menyangkut masalah emosional subjektif
seseorang terhadap suatu objek sikap, secara umum kom-
ponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki terhadap
sesuatu.
110
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
111
BAB IV KOMPETENSI
Tabel 4.1
Domain yang dikembangkan dalam Pembelajaran Dettmer (2006)
112
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
113
BAB IV KOMPETENSI
1. Sikap
Sesuai dengan karakteristik sikap, maka salah satu alternatif
yang dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima, menjalan-
kan, menghargai, menghayati, hingga mengamalkan. Seluruh akti-
vitas pembelajaran berorientasi pada tahapan kompetensi yang
mendorong peserta didik untuk melakuan aktivitas tersebut.
2. Pengetahuan
Pengetahuan dimiliki melalui aktivitas mengetahui, memahami,
menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta. Karak-
teritik aktivitas belajar dalam domain pengetahuan ini memiliki
perbedaan dan kesamaan dengan aktivitas belajar dalam domain
keterampilan. Untuk memperkuat pendekatan saintifik, tematik
terpadu, dan tematik sangat disarankan untuk menerapkan belajar
berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning).
Untuk mendorong peserta didik menghasilkan karya kreatif dan
kontekstual, baik individual maupun kelompok, disarankan yang
menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based
learning).
114
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
3. Keterampilan
Keterampilan diperoleh melalui kegiatan mengamati, menanya,
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Seluruh isi materi (topik
dan subtopik) mata pelajaran yang diturunkan dari keterampilan
harus mendorong peserta didik untuk melakukan proses pengama-
tan hingga penciptaan. Untuk mewujudkan keterampilan tersebut
perlu melakukan pembelajaran yang menerapkan modus belajar
berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning) dan
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masa-
lah (project based learning).
Karaktersitik kompetensi beserta perbedaan lintasan per-
olehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar proses.
Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu
(tematik antar mata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata
pelajaran) perlu diterapkan pembelajaran berbasis penyingkapan/
penelitian (discovery/inquiry learning). Untuk mendorong kemam-
puan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik
individual maupun kelompok maka sangat disarankan mengguna-
kan pendekatan pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis
pemecahan masalah (project based learning) (Permendikbud Nomor
22 Tahun 2016). Dengan demikian, pembelajaran pada pendidikan
kejuruan mengutamakan pembelajaran berbasis kerja dalam bentuk
proyek-proyek yang menghasilkan produk atau karya. Produk
yang dihasilkan disesuaikan dengan standar produk yang ber-
laku di industri. Dengan demikian, pembelajaran pada pendidikan
kejuruan berperan sebagai media pembentukan kompetensi kerja
bagi peserta didik, dan mengembangkan potensinya serta mem-
buka wawasan kerja yang selalu berkembang menyesuaikan dengan
tuntutan kebutuhan industri.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pen-
didikan kejuruan atau vokasional yang bertugas untuk menyiapkan
115
BAB IV KOMPETENSI
E. Kompetensi Kerja
Pendidikan kejuruan atau vokasional fokus pada pembentukan
kompetensi kerja. Hal ini selaras dengan arah dan tujuan pendi-
dikan kejuruan untuk mengembangkan potensi diri peserta didik
agar mampu bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup dan peng-
hidupannya. Kemampuan untuk mengembangkan potensi dan
bekerja itulah yang dikenal dengan kompetensi. Oleh karena itu,
peserta didik jika telah menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan
sekolah dan dinyatakan lulus dari pendidikan kejuruan, mereka
harus mampu dan siap untuk memasuki lapangan kerja. Dunia
kerja mempunyai standar kerja artinya setiap jenis pekerjaan
mempunyai standar kualitas hasil kerja yang harus dipenuhi oleh
setiap pekerja, standar kerja tersebut ditentukan berdasarkan jenis
kompetensi yang dibutuhkan oleh jenis pekerjaan tersebut. Oleh
karenanya dalam dunia kerja lebih dikenal dengan standar kompe-
tensi.
1. Standar Kompetensi
Pengertian Standar Kompetensi berdasar pada arti bahasa,
standar kompetensi terbentuk atas kata standar dan kompetensi.
Standar diartikan sebagai "ukuran" yang disepakati, sedangkan
kompetensi telah didefinisikan sebagai kemampuan seseorang yang
mencakup atas pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menye-
lesaikan suatu pekerjaan atau tugas sesuai dengan standar per-
forma yang ditetapkan. Dengan demikian, dapatlah disepakati
bahwa standar kompetensi merupakan kesepakatan-kesepakatan
116
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
117
BAB IV KOMPETENSI
tinggi saat ini, maka standar kompetensi kerja juga harus semakin
tinggi menyesuaikan dengan tuntutan industri berteknologi tinggi.
Adapun cara peningkatan kompetensi kerja tersebut adalah melalui
pendidikan, pelatihan, dan pengalaman kerja. Pendidikan dilakukan
dalam rangka meningkatkan pengetahuan, pelatihan diberikan
dalam rangka meningkatkan keterampilan kerjanya, dan penga-
laman kerja hendaknya dapat dilakukan melalui program magang
di industri terutama di industri-industri yang berteknologi tinggi.
Kompetensi kerja SMK sangat dinamis, menyesuaikan dengan
perkembangan tuntutan kebutuhan industri. Industri rekayasa
teknologi berkembang sangat cepat mengikuti dengan perkemba-
ngan teknologi dan tuntutan pasar. Industri dituntut menghasil-
kan produk yang berkualitas, oleh karena itu industri juga berusaha
untuk mendapatkan tenaga kerja yang mempunyai kompetensi
mampu untuk bekerja cepat, tepat, dan akurat.
Pembentukan kompetensi kerja di SMK melalui program SMK
program 3 tahun dan SMK program 4 tahun dilakukan secara ber-
tahap mulai kelas X sampai dengan kelas XIII. Pada SMK program
3 Tahun dan SMK 4 Tahun, pembetukan kompetensi kerja dimulai
kelas X melalui kegiatan praktik keterampilan kejuruan. Pada kelas
XI melalui kegiatan praktik keterampilan kerja selama 6 bulan, dan
praktik realisasi produk di teaching factory selama 6 bulan (pada
SMK 3 tahun), sedangkan pada SMK 4 tahun melalui praktik kom-
petensi kerja. Pada kelas XII melalui kegiatan praktik magang
industri selama 6 bulan dan transisi jenjang karier, Ujian Sekolah,
dan Sertifikasi selama 6 bulan berikutnya. Sedangkan bagi SMK
4 Tahun melalui kegiatan praktik magang industri selama 6 bulan
dan praktik realisasi produk di teaching factory selama 6 bulan
berikutnya. Pada kalas XIII bagi SMK 4 Tahun melalui kegiatan
praktik magang industri selama 6 bulan dan transisi jenjang karier,
ujian sekolah, dan sertifikasi.
118
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
119
BAB IV KOMPETENSI
Tabel 4.2
Sepuluh Kemampuan yang Perlu Dimiliki oleh Lulusan SMK
Menurut Guru
No. Kompetensi/Kemampuan
1 Jujur
2 Disiplin
3 Tanggung jawab
4 Keselamatan Kerja
5 Percaya Diri
6 Kerjasama
7 Menguasai Bidang Keahlian
8 Kemampuan Komunikasi
9 Etos Kerja
10 Kreatif, Menguasai Teknologi Informasi, Kesehatan dan
Kebugaran, Produktif, dan Berpikir Logis
Tabel 4.3
Sepuluh Kemampuan yang Perlu Dimiliki oleh Lulusan SMK
Menurut DU/DI
No. Kompetensi/Kemampuan
1 Jujur
2 Disiplin
3 Tanggung jawab
4 Kerjasama
120
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
No. Kompetensi/Kemampuan
5 Etos Kerja
6 Keselamatan Kerja
7 Kesehatan
8 Produktif
9 Menguasai bidang keahlian
10 Inisiatif, Adaptif, Berpikir Logis
Tabel 4.4
Sepuluh Kompetensi Guru Abad ke-21
Persentase
No. Aspek Kompetensi
Kemunculan (%)
1 Kompetensi Pedagogik 84,62
2 Kompeten dan menguasai materi sesuai 76,92
dengan bidangnya
121
BAB IV KOMPETENSI
Persentase
No. Aspek Kompetensi
Kemunculan (%)
3 Kemampuan Teknologi dan Komunikasi 53,85
4 Kreatif 38,46
5 Inovatif 38,46
6 Kompetensi profesional 30,77
7 Kemampuan berkomunikasi lisan dan 30,77
tulis
8 Mengenal dan memahami karakter 23,08
siswa/peserta didik
9 Religius, ibadah baik, iman dan taqwa 23,08
10 Menguasai IPTEK, disiplin, kompetensi 15,38
kepribadian, kemampuan bahasa asing
Tabel 4.5
Sepuluh Aspek Hard Skill bagi Guru SMK
Persentase
No. Aspek Hard Skill Skor Kemunculan (%)
1 Mengelola pembelajaran praktik/ 4,00 100,00
prektikum
2 Menguasai bidang studi praktik 3,92 98,08
3 Mengelola pembelajaran 3,92 98,08
4 Menguasai bidang studi teori 3,85 96,15
5 Menguasai materi pembelajaran 3,85 96,15
6 Memahami karakteristik peserta didik 3,77 94,23
122
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
Persentase
No. Aspek Hard Skill Skor Kemunculan (%)
7 Menggunakan media dan alat 3,77 94,23
pembelajaran
8 Melakukan inovasi pembelajaran 3,77 94,23
9 Memanfaatkan teknologi informasi dan 3,77 94,23
komunikasi
10 Memahami standar kompetensi mata 3,77 94,23
pelajaran
Tabel 4.6
Sepuluh Aspek Soft Skill Guru SMK
123
BAB IV KOMPETENSI
Tabel 4.7
Sepuluh Aspek Hard Skill bagi Calon Guru SMK dengan Skor Tertinggi
(Menurut Guru)
124
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
125
BAB IV KOMPETENSI
126
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
127
BAB IV KOMPETENSI
128
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
Gambar 4.1
Penjenjangan kualifikasi kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan,
pelatihan, dan pengalaman kerja.
129
BAB IV KOMPETENSI
Gambar 4.2
Peran KKNI
130
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
131
BAB IV KOMPETENSI
Gambar 4.3
Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)
Tabel 4.9
Deskripsi Jenjang Kualifikasi Lulusan Berdasarkan KKNI
Jenjang
Uraian
Kualifikasi
a. Bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.
b. Memiliki moral, etika dan kepribadian yang baik di dalam me-
nyelesaikan tugasnya.
Deskripsi
c. Berperan sebagai warga negara yang bangga dan cinta tanah air
Umum
serta mendukung perdamaian dunia.
d. Mampu bekerja sama dan memiliki kepekaan sosial dan
kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat dan lingkungannya.
132
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
Jenjang
Uraian
Kualifikasi
e. Menghargai keanekaragaman budaya, pandangan, kepercayaan,
dan agama serta pendapat/temuan original orang lain.
Deskripsi
f. Menjunjung tinggi penegakan hukum serta memiliki semangat
Umum
untuk mendahulukan kepentingan bangsa serta masyarakat
luas.
Mampu melaksanakan tugas sederhana, terbatas, bersifat umum,
dengan menggunakan alat, aturan, dan proses yang telah ditetap-
1
kan, serta di bawah bimbingan, pengawasan, dan tanggung jawab
atasannya.
Mampu melaksanakan satu tugas spesifik, dengan manggunakan
alat, dan informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan,
serta menunjukkan kinerja dengan muutu yang terukur, di bawah
pengawasan langsung atasannya.
2 Memiliki pengetahuan operasional dasar dan pengetahuan faktual
bidang kerja yang spesifik, sehingga mampu memilih penyelesaian
yang tersedia terhadap masalah yang lazim timbul.
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab membimbing orang lain.
Mampu melaksanakan serangkaian tugas spesifik, dengan mener-
jemahkan informasi dan menggunakan alat, berdasarkan sejumlah
pilihan prosedur kerja, serta mampu menunjukkan kinerja dengan
mutu dan kuantitas yang terukur, yang sebagian merupakan hasil
kerja sendiri dengan pengawasan tidak langsung.
Memiliki pengetahuan operasional yang lengkap, prinsip-prinsip
3 serta konsep umum yang terkait dengan fakta bidang keahlian
tertentu, sehingga mampu menyelesaikan berbagai masalah yang
lazim dengan metode yang sesuai.
Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi dalam lingkup
kerjanya.
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab atas kuantitas dan mutu hasil kerja orang lain.
Mampu menyelesaikan tugas berlingkup luas dan kasus spesifik
dengan menganalisis informasi secara terbatas, memilih metode
4
yang sesuai dari beberapa pilihan yang baku, serta mampu
menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur.
133
BAB IV KOMPETENSI
Jenjang
Uraian
Kualifikasi
Menguasai beberapa prinsip dasar bidang keahlian tertentu dan
mampu menyelaraskan dengan permasalahan faktual di bidang
kerjanya.
4 Mampu bekerja sama dan melakukan komunikasi, menyusun
laporan tertulis dalam lingkup terbatas, dan memiliki inisiatif.
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab atas hasil kerja orang lain.
Mampu menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas, memilih
metode yang sesuai dari beragam pilihan yang sudah
maupun belum baku dengan menganalisis data, serta mampu
menunjukkan kinerja dengan mutu dan kuantitas yang terukur.
Menguasai konsep teoritis bidang pengetahuan tertentu secara
5 umum, serta mampu memformulasikan penyelesaian masalah
prosedural.
Mampu mengelola kelompok kerja dan menyusun laporan tertulis
secara komprehensif.
Bertanggung jawab pada pekerjaan sendiri dan dapat diberi
tanggung jawab atas pencapaian hasil kerja kelompok.
Mampu mengaplikasikan bidang keahliannya dan memanfaatkan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni pada bidangnya dalam
6
penyelesaian masalah serta mampu beradaptasi terhadap situasi
yang dihadapi.
Mampu merencanakan dan mengelola sumber daya di bawah
tangung jawabnya, dan mengevaluasi secara komprehensif
kerjanya dengan memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
atau seni untuk menghasilkan langkah-langkah pengembangan
strategis organisasi.
7 Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan atau seni di dalam bidang keilmuannya memalui pendekatan
monodisipliner.
Mampu melakukan riset dan mengambil keputusan strategis
dengan akuntabilitas dan tanggung jawab penuh atas semua aspek
yang berada di bawah tanggung jawab bidang keahliannya.
Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan atau seni
8 di dalam bidang kelimuannya atau praktik profesionalnya melalui
riset, hingga menghasilkan karya inovatif dan teruji.
134
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
Jenjang
Uraian
Kualifikasi
Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi,
dan atau seni di dalam keilmuannya melalui pendekatan inter atau
multidisipilner.
8
Mampu mengelola riset dan pengembangan yang bermanfaat
bagi masyarakat keilmuan, serta mampu mendapat pengakuan
nasional dan internasional.
Mampu mengembangkan pengetahuan, teknologi, dan/atau seni
baru di dalam bidang keilmuannya atau praktik profesionalnya
melalui riset, hingga menghasilkan karya kreatif, original, dan
teruji.
Mampu memecahkan permasalahan ilmu pengetahuan, teknologi,
9 dan/atau seni di dalam bidang keilmuannya melalui pendekatan
inter, multi, dan transdisipliner.
Mampu mengelola, memimpin, dan mengembangkan riset
dan pengembangan yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat
manusia, seta mampu mendapat pengakuan nasional dan
internasional.
Sumber: Lampiran Peraturan Presiden Republik Indonesia
Nomor 8 Tahun 2012. Tanggal 17 Januari 2012.
135
BAB IV KOMPETENSI
136
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
137
BAB IV KOMPETENSI
138
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
139
BAB IV KOMPETENSI
140
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
b. Kompatibilitas
Memiliki kompatibilitas dengan standar-standar yang berlaku
di dunia usaha/dunia industri untuk bidang pekerjaan yang sejenis
dan kompatibel dengan standar sejenis yang berlaku di negara lain
ataupun secara internasional.
c. Fleksibilitas
Memiliki sifat generik yang mampu mengakomodasi perubahan
dan penerapan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang
diaplikasikan dalam bidang pekerjaan yang terkait.
d. Keterukuran
Meskipun bersifat generik standar kompetensi harus memiliki
kemampuan ukur yang akurat, untuk itu standar harus:
1) Terfokus pada apa yang diharapkan dapat dilakukan pekerja
di tempat kerja.
2) Memberikan pengarahan yang cukup untuk pelatihan dan
penilaian.
3) Diperlihatkan dalam bentuk hasil akhir yang diharapkan.
4) Selaras dengan peraturan perundang-undangan terkait yang
berlaku, standar produk dan jasa yang terkait serta kode etik
profesi bila ada.
141
BAB IV KOMPETENSI
f. Transferlibilitas
1) Terfokus pada keterampilan dan pengetahuan yang dapat
dialihkan ke dalam situasi maupun di tempat kerja yang baru.
2) Aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja teru-
muskan secara holistik (menyatu).
(Sumber: http://jadhie.blogspot.com/2011/12/standar-kompetensi-
kerja-nasional.html,) diunduh pada 15 Juli 2018, jam 10:48)
4. Struktur SKKNI
142
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
143
BAB IV KOMPETENSI
• Deskripsi unit
• Elemen kompetensi
• Kriteria unjuk kerja
• Batasan variabel
• Panduan penilaian
• Kompetensi kunci
144
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
145
BAB IV KOMPETENSI
8. Kompetensi Kunci
Kompetensi Kunci merupakan persyaratan kemampuan yang
harus dimiliki seseorang untuk mencapai unjuk kerja yang di-
persyaratkan dalam pelaksanaan tugas pada unit kompetensi ter-
tentu yang terdistribusi dalam 7 (tujuh) kriteria kompetensi kunci
antara lain:
a. Mengumpulkan, menganalisis dan mengorganisasikan infor-
masi.
b. Mengomunikasikan informasi dan ide-ide.
c. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan.
d. Bekerja sama dengan orang lain dan kelompok.
e. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis.
f. Memecahkan masalah.
g. Menggunakan teknologi.
146
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
Tabel 4.10
Gradasi (Tingkatan) Kompetensi Kunci
147
BAB IV KOMPETENSI
Sumber: http://jadhie.blogspot.com/2011/12/standar-kompetensi-
kerja-nasional.html, diunduh pada 15 Juli 2018, jam 09:58
148
PENDIDIKAN TEKNOLOGI KEJURUAN
149
BAB IV KOMPETENSI
2. Kekhususan/Pilihan