Anda di halaman 1dari 24

PROPOSAL SKRIPSI

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAWASLU


TERHADAP TRANSPARANSI MONEY
POLITIK SAAT PEMILIHAN KEPALA
DAERAH DI KOTA KEDIRI
Dosen Pembimbing

IMAM SUKADI,S.H,. M.H

Penyusun

RISKA FEBRIANA
(16230049)

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAHUNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2018

1
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN BAWASLU
TERHADAP TRANSPARANSI MONEY
POLITIK SAAT PEMILIHAN KEPALA
DAERAH DI KOTA KEDIRI
Diajukan untuk Penelitian Skripsi
Pada Fakultas Hukum dan Syariah Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang

Penyusun

RISKA FEBRIANA
(16230049)

JURUSAN HUKUM TATA NEGARA


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK
IBRAHIM
MALANG
2018

2
KERANGKA PROPOSAL SKRIPSI PENELITIAN

HUKUM EMPIRIS

Sampul cover depan


Sampul judul dalam
Lembar persetujuan

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penelitian

BAB II. KAJIAN PUSTAKA


2.1 Orisinalitas Penelitian
2.2 Kerangka Teoritik

BAB III. METODE PENELITIAN


3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian
3.2 Subyek Penelitian
3.3 Data dan Jenis Data
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.5 Analisis Data
DAFTAR PUSTAKA

3
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL DEPAN


HALAMAN JUDUL

SISTEMATIKA PROPOSAL SKRIPSI ..................................................................................


DAFTAR ISI ...............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................................
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah ...........................................................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................................................
1.4 Manfaat Penelitian ..........................................................................................................................
1.5 Orisinalitas Penelitian .....................................................................................................................
BAB II KERANGKA TEORITIK/KAJIAN PUSTAKA .......................................................
2.1 Badan Pengawas Pemilihan Pemilu ................................................................................................
2.2 Peranan strategis Badan Pengawas Pemilihan Pemilu Terkait Money Politik ...............................
2.3 Kewenangan dan Kebijakan Badan Pengawas Pemilihan Pemilu ..................................................
BAB III METODE PENELITIAN ...........................................................................................
3.1 Jenis dan Pendekatan Penelitian .....................................................................................................
3.2 Teknik Pengumpulan Data ..............................................................................................................
3.3Analisis Data ....................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat Indonesia telah selesai menyelenggaraan pesta


rakyat yaitu Pemil (Pemilihan Umum) merupakan pemilihan para
anggota dewan legislatif dan Pemilu Presiden Pengertian Pemilu
dimuat pada Pasal 1 butir (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1999
Tentang Pemilihan Umum, dengan bunyinya yaitu:
Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang
dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil
dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota
Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan
Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Untuk dapat
sebuah kursi jabatan tentu saja para calon legislatif (caleg) haruslah
memiliki dukungan dan suara pada saat Pemilu agar calon bisa
menduduki kursi legislatif yang katanya bahwa mereka itu
mengatasnamakan kepentingan rakya. Namun dalam hal ini banyak
cara yang dilakukan oleh para calon legislatif tersebut, mulai dari
kampanye ke jalan-jalan, memasang poster-poster foto yang
tujuannya agar masyarakat mengenalnya.
Hal yang paling parah yang dilakukan dalam pemilu adalah
Money Politic Money politics diantaranya berupa tindakan
membagi-bagi uang (entah berupa uang milik partai atau pribadi).
Publik memahami money politisc sebagai praktik pemberian uang
atau barang atau iming-iming sesuatu kepada masa (voters) secara
berkelompok atau individual, untuk mendapatkan keuntungan politis
(political again).

5
Artinya tindakan money politics itu dilakukan secara sadar
oleh pelakunya. Praktik money politics dapat disamakan dengan
uang sogok alias suap Money politics merupakan praktik kotor yang
merusak pemilu, dan tentu saja merusak demokrasi sebagai
bangunan yang ditopang oleh pemilu itu sendiri. Money politics
merupakan kejahatan dalam kehidupan berdemokrasi.
Namun Kejahatan yang dampaknya sangat luas masyarakat
yang menerima money politics bersikap diam menunjukkan bahwa
masyarakat dalam pemilihan umum kurang berpartispasi dan kurang
sesuai dengan Undang-Undang yang diberlakukan.
Dari berbagai rentetan yang dipapaprkan diatas bahwasannya
money politikadalah faktor yang paling utama merusak sistem
pemerintahan dalam berpolitik yang seharusnya di lakukan secara
demokratis namun disinijuga diperlakukannya peran dari Bawaslu
dalam meninjak lanjuti apabila terjadi sebuah praktek money politik
apabila dilakukan secara trransparan dalam masyarakat,apalagi
masyarakat yang disasar adalah masyarakat yang secar tidak
langsung tidak tahu menahui atau belum paham soal perpolitikan
yang hanya mengerti kita memilih calon ketua pemerintah yang
mengayomi dengan menggunakan atau mengasih uang bukan hanya
ssekedar janji, maka disini perlu peran bawaslu untuk memberikan
sebuah wawasan yang lebih akan bahaya dari money politik kepada
rakyatnya, apabiuka terjadi hal seperti itu maka sesuai dengan aturan
Isi Pasal 247 angka 1 sampai dengan 3 tersebut menjelaskan bahwa
masyarakat memiliki peran serta dalam Pemilu dengan cara
memberikan laporan ke Bawaslu, Panwaslu provinsi, Panwaslu
kabupaten/kota, Panwaslu kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan. 1
Masyarakat yang berhak memberikan laporan adalah warga
Negara yang memiliki hak memilih dan dalam laporannya
menuliskan nama dan alamat pelapor, waktu kejadian, dan uraiannya
sebagai bahan bukti otentik dalam laporannya.

1
Kumorotomo, Wahyudi, “Intervensi Parpol, Politik Uang Dan Korupsi. Surabaya 2016

6
Dari penjelasan diatas dapat diketahui permasaalah terkait
dengan perpolitikan mengenai bagaimana penegakkan hukum
terhadap praktik money politic serta kebijakan-kebijakan yang
dilakukan bawaslu terkait dengan pemasalahan tersebut.
Dalam penelitian ini, penulis tertarik sejauh mana kebijakan
dan kewenangan bawaslu dalam menangani kasus praktik money
politik serta Undang-undang yang mengikat calon kepala daerah
yang menggunakan praktik money politik tersebut, penulis
mengangkat judul “Implementasi Kebijakan Bawaslu Terhadap
Tranparansi Money Politik Saat Pemilihan Kepala Daerah Kota
Kediri”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang terdaapat dalam latar belakang diatas, maka
dapat dirumuskan beberapa permasalahan pokok dalam penelitian ini
:
1. Apa definisi Badan Pengawas Pemilihan Pemilu ?
2. Bagaimana Peranan strategis Badan Pengawas Pemilihan
Pemilu kepada Masyarakat Terkait Money Politik di Kota
Kediri ?
3. Bagaimana Implementasi Kebijakan Badan Pengawas
Pemilihan Pemilu Terhadap Money Politik di Kota
Kediri?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui Badan Pengawas Pemilihan Pemilu
2. Untuk mengetahui Peranan strategis Badan Pengawas
Pemilihan Pemilu kepada Masyarakat Terkait Money
Politik di Kota Kediri
3. Untuk Mengetahui Implementasi Kebijakan Badan
Pengawas Pemilihan Pemilu Terhadap Money Politik di
Kota Kediri
D. Manfaat Penelitian

7
1. Hasil dari peneliian diharapkan dapat menambah dan
memperluas wawasan para masyarakat maupun para
akademisi khususnya pada bidang ilmu ketatanegaraan
2. Mampu menjadi bahan evalusi masyarakat dan bawaslu
untuk lebih tanggap akan praktik money politik, karena
itu salah satu hal kecil yang dapat menyebabkan korupsi
terus meningkat
E. Orisinalitas Penelitian
NO Nama Judul Isi Persama Perbedaan Kemanfaat Unsur Kebaruan
Peneliti Hukum an an

1 Moch Transparans Sebab Praktif Pelaskanaaa Peran Masyarakat


Mahmu i Money akibat Money uu no 7 tanggap trenggalek lebih
di Politic yang praktek Politik tahun 2017 masyaraka dasar
dilakukan money tentang t untuk bahwasannya
secara politik pemilihan lebih praktif money
transparan dan umum, tanggap politik merupakan
di Kota sanksi dengan terkait praktif tindak
Trenggalek hukum pembahsan praktik korupsi sekala
praktik peran suap kecil
money bawaslu money
politik dalam politik di
praktif Kota
money Trenggale
politik k

8
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Badan Pengawas Pemilihan Umum

Badan Pengawas Pemiliihan Umum adalah lembaga


penyelenggaraan pemilu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan pemilu
di seluruh wilayah negara kesatuan republik Indonesia. Bawaslu sendiri
diatur dalam Bab IV Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang
penyelenggaraan Pemilihan Umum. Jumlah Keanggotaan Bawaslu sendiri
sebanyak lima orang. Keanggotaan Bawaslu terdiri atas kalangan
profesional yang mempunyai kemampuan dalam melakukan pengawasan
dan tidak menjadi anggota partai politik. Dalam melaksanakan anggota
bawaslu didukung oleh Sekretariat Jendral Badan Pengawas Pemilihan
Umum. Bawaslu merupakan salah satu lembaga yang mempunyai sifat
Independen.

Dalam sejarah pelaksanaan pemilu di Indonesia, istilah bawaslu


muncul pada era 1980-an. Pada pelaksanaan pemilu pertama kali
dilaksanakan di Indonesia pada 1955 belum dikenal istilah pengawasan
pemilu. Pada era tersebut terbangun terus diseluruh peserta dan warga
negara tentang penyelenggaraan Pemilu yang dimaksudkan untuk
membentuk lembaga parlemen yang saat itu disebut sebagai Konstituante.
Walaupun petentangan ideologi pada saat itu cukup kuat, namun dapat
dikatakan sangat minim terjadi kecurangan dalam pelaksanaanya, kalaupun
ada gesekan terjadi diluar wilayah pelaksanaan pemilu. Gesekan yang
muncul merupakan konskuensi logis pertarungan ideologi paa saat itu.
Hingga saat ini masih muncul keyakinan bahwa pemilu 1995 merupakan
pemilu di Indonesia yang paling ideal.2

Kelembagaan Pengawas Pemilu baru muncul pada pelaksanaan


Pemilu 1982, dengan nama Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilu

2
Danny Januar Ali , Politik Yang Mencari Bentuk: Kolom di Majalah Gatra,Yogyakarta:
LKiS, 2006

9
(Panwaslak Pemilu). Pada saat itu sudah mulai muncul distrust terhadap
pelaksanaan Pemilu yang mulai dikooptasi oleh kekuatan rezim penguasa.
Pembentukan Panwaslak Pemilu pada Pemilu 1982 dilatari oleh protes-
protes atas banyaknya pelanggaran dan manipulasi penghitungan suara yang
dilakukan oleh para petugas pemilu pada Pemilu 1971.

Karena palanggaran dan kecurangan pemilu yang terjadi pada


Pemilu 1977 jauh lebih masif. Protes-protes ini lantas direspon pemerintah
dan DPR yang didominasi Golkar dan ABRI. Akhirnya muncullah gagasan
memperbaiki undang-undang yang bertujuan meningkatkan 'kualitas' Pemilu
1982. Demi memenuhi tuntutan PPP dan PDI, pemerintah setuju untuk
menempatkan wakil peserta pemilu ke dalam kepanitiaan pemilu. Selain itu,
pemerintah juga mengintroduksi adanya badan baru yang akan terlibat
dalam urusan pemilu untuk mendampingi Lembaga Pemilihan Umum
(LPU).

Pada era reformasi, tuntutan pembentukan penyelenggara Pemilu


yang bersifat mandiri dan bebas dari kooptasi penguasa semakin menguat.
Untuk itulah dibentuk sebuah lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat
independen yang diberi nama Komisi Pemilihan Umum (KPU). Hal ini
dimaksudkan untuk meminimalisasi campur tangan penguasa dalam
pelaksanaan Pemilu mengingat penyelenggara Pemilu sebelumnya, yakni
LPU, merupakan bagian dari Kementerian Dalam Negeri (sebelumnya
Departemen Dalam Negeri). Di sisi lain lembaga pengawas pemilu juga
berubah nomenklatur dari Panwaslak Pemilu menjadi Panitia Pengawas
Pemilu (Panwaslu).

Perubahan mendasar terkait dengan kelembagaan Pengawas Pemilu


baru dilakukan melalui Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003. Menurut
UU ini dalam pelaksanaan pengawasan Pemilu dibentuk sebuah lembaga
adhoc terlepas dari struktur KPU yang terdiri dari Panitia Pengawas Pemilu,
Panitia Pengawas Pemilu Provinsi, Panitia Pengawas Pemilu
Kabupaten/Kota, dan Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan.

10
Selanjutnya kelembagaan pengawas Pemilu dikuatkan melalui
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 tentang Penyelenggara Pemilu
dengan dibentuknya sebuah lembaga tetap yang dinamakan Badan
Pengawas Pemilu (Bawaslu). Adapun aparatur Bawaslu dalam pelaksanaan
pengawasan berada sampai dengan tingkat kelurahan/desa dengan urutan
Panitia Pengawas Pemilu Provinsi, Panitia Pengawas Pemilu
Kabupaten/Kota, Panitia Pengawas Pemilu Kecamatan, dan Pengawas
Pemilu Lapangan (PPL) di tingkat kelurahan/desa. Berdasarkan ketentuan
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, sebagian kewenangan dalam
pembentukan Pengawas Pemilu merupakan kewenangan dari KPU.

Namun selanjutnya berdasarkan Keputusan Mahkamah Konstitusi


terhadap judicial review yang dilakukan oleh Bawaslu terhadap Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 2007, rekrutmen pengawas Pemilu sepenuhnya
menjadi kewenangan dari Bawaslu. Kewenangan utama dari Pengawas
Pemilu menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007 adalah untuk
mengawasi pelaksanaan tahapan pemilu, menerima pengaduan, serta
menangani kasus-kasus pelanggaran administrasi, pelanggaran pidana
pemilu, serta kode etik.

Dinamika kelembagaan pengawas Pemilu ternyata masih berjalan


dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Penyelenggara Pemilu. Secara kelembagaan pengawas Pemilu dikuatkan
kembali dengan dibentuknya lembaga tetap Pengawas Pemilu di tingkat
provinsi dengan nama Badan Pengawas Pemilu Provinsi (Bawaslu
Provinsi). Selain itu pada bagian kesekretariatan Bawaslu juga didukung
oleh unit kesekretariatan eselon I dengan nomenklatur Sekretariat Jenderal
Bawaslu. Selain itu pada konteks kewenangan, selain kewenangan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2007, Bawaslu
berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 juga memiliki
kewenangan untuk menangani sengketa Pemilu.

Money Politik atau yang disebut Politik Uang adalah sutau bentuk
pemberian atau janji menyuap seseorang supaya orang itu tidak

11
menjalankan haknya untuk memilih manapun supaya ia menjalankan
haknya dengan cara tertentu pada saat pemilihan umum. Pembelian bisa
dilakukan menggukan uang atau barang. Politik uang adalah sebuah bentuk
pelanggaran kampanye. Politik uang umumnya dilakukukan
simpatisan,kader atau bahkan pengurus partai politik menjelang hari H
pemilihan umum. Praktik politik uang dilakukan dengan cara pemberian
berbentuk uang, sembako, kepada masyarakat dengan tujuan untuk menarik
simpati masyarakat agar mereka memberikan suaranya untuk partai yang
bersangkutan.3

Dasar Hukum Money Politik erdapat dalam Pasal 73 ayat 3


Undang-Undang No.3 Tahun 1999 berbunyi : Barang siapa pada waktu
iselnggarakannya pemelihan umum menurut Undang-Undang ini dengan
pemberian atau janji menyuap seseorang, baik supaya orang itu tidak
menjalankan haknya dengan cara tertetntu, dipidana dengan pidana
hukuman penjara paling lama 3 tahun. Pidana itu dikenakan juga kepada
pemilih yang menerima suap berupa pemeberian atau janji berbuat sesuatu.4

B. Bagaimana Peranan strategis Badan Pengawas Pemilihan Pemilu

Peran strategis yang dilakukan bawaslu terkait money politik adalah


daya guna membentuk berjalannya sebuh pemilu yang transparan jujur dan
adil sebagaimana yang sudah dijelasa dalam UU No 7 Tahun 2017 tentang
pelaksanaan pemilu, menciptakan suatu pengawasan bawaslu yang yang
berkulitas dan bermartabat, terlaksananya penegakkan hukum pemilu
dalamkaitan kebijakan pembangunan nasional. Dalam kegiatan peran
strategis bawaslu untuk menumpas kegiatan praktik money politik disini
adalah dengan perencanaan dan penandaan, pemantauan,evaluasi dan
kordinasi, kegiatan tersebut dilakukan guna menyongsong faktor strategis
baawaslu yaitu regulasi,sistem dan struktur organisasi, kultur dan personil

3
Rifa;i Antulian S.H,M.HUM,2004. Politik Uang jalan pemilihan kepala daerah. Jakarta:
Ghalia Indonesia
4
Ibrahim Zuhdhy Fahmi, Kajian Potensi-Potensi Korupsi Pilkada, Jakarta: ICW, Januari
2010

12
atau sumber daya aparatur, anggaran sarana prasana dan kerja sma antar
lembaga.5

Peran strategis yang diusungkan bawaslu guna menghpus praktik


money politik disini adah terwujudnya pengawasan berupa pencegahandan
penindakan pelanggaran serta penyelesaian sengketa yang berkualitas dan
berintregritas. Mewujudkan solidaritas organisasi, meningkatkan kualitas
masyarakat yangtanggap akan kebijakan dan hukum yang berlaku,
menciptakan sistem pengawasan yang mampu mendeteksi secara cepat dan
melakukan pencegahan sejak dini, memningkatkan kualitas aparatur dalam
sengketa pemilu, meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat
tentang pelanggaran pemilu.

Arah dari kebijakan, strategi dari bawaslu terkait money politik


disini adalah mengacu kepada arah kebijakan dan strategi nasional yang
memberi ruang seluas-luasnya kepada seiap waarga masyarakat untuk
tanggap dan faham pentingnya pemahaman terhadap pelanggaran
pemilu,serta peningkatan kerja lembaga dan kerja pegawai dalam
bersosialisasi kepada masyarakat, dan meningkatkan kualitas kerja sama dan
koordinasi.

C. Kebijakan Badan Pengawas Pemilihan Pemilu

Bawaslu menyusun standar tata laksana kerja pengawasan tahapan


penyelenggaraan Pemilu sebagai pedoman kerja bagi pengawas Pemilu di
setiap tingkatan. Bawaslu bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu
dalam rangka pencegahan dan penindakan pelanggaran untuk terwujudnya
Pemilu yang demokratis yang meliputi:6

a. mengawasi persiapan penyelenggaraan Pemilu yang terdiri atas

b. perencanaan dan penetapan jadwal tahapan Pemilu

5
Kana Nico.“Strategi Pengelolaan Persaingan Politik Elit Desa di Wilayah Kecamatan
Suruh: Kasus Pemilihan Kepala Desa”, Jurnal Renai Tahun 1, No.2, April-Mei 2001
6
Rifai, Amzulian, Pola Politik uangan Dalam pemilihan Kepala Daerah, Jakarta: Ghalia
Indonesia,2003

13
c. perencanaan pengadaan logistik oleh KPU

d. pelaksanaan penetapan daerah pemilihan dan jumlah kursi pada


setiap daerah pemilihan untuk pemilihan anggota Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Provinsi dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten/Kota oleh KPU sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan

e. sosialisasi penyelenggaraan Pemilu

f. pelaksanaan tugas pengawasan lain yang diatur dalam ketentuan


peraturan perundang-undangan.

Mengawasi pelaksanaan tahapan penyelenggaraan Pemilu yang


terdiri atas:

a. pemutakhiran data pemilih dan penetapan daftar pemilih sementara


serta daftar pemilih tetap;

b. penetapan peserta Pemilu

c. proses pencalonan sampai dengan penetapan anggota Dewan


Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah, pasangan calon presiden dan wakil presiden, dan
calon gubernur, bupati, dan wali kota sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan

d. pelaksanaan kampanye

e. pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya

f. pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil Pemilu


di TPS

g. pergerakan surat suara

h. berita acara penghitungan suara, dan sertifikat hasil penghitungan


suara dari tingkat TPS sampai ke PPK, pergerakan surat tabulasi

14
penghitungan suara dari tingkat TPS sampai ke KPU
Kabupaten/Kota

i. Proses rekapitulasi hasil

j. Penghitungan perolehan suara di PPS, PPK, KPU Kabupaten/Kota,


KPU Provinsi, dan KPU

k. pelaksanaan penghitungan dan pemungutan suara ulang, Pemilu


lanjutan, dan Pemilu susulan

l. pelaksanaan putusan pengadilan terkait dengan Pemilu pelaksanaan


putusan DKPP dan proses penetapan hasil Pemilu.

m. Mengelola, memelihara, dan merawat arsip/dokumen serta


melaksanakan penyusutannya berdasarkan jadwal retensi arsip yang
disusun oleh Bawaslu dan ANRI.

n. memantau atas pelaksanaan tindak lanjut penanganan pelanggaran


pidana Pemilu oleh instansi yang berwenang; mengawasi atas
pelaksanaan putusan pelanggaran Pemilu

o. evaluasi pengawasan Pemilu

p. menyusun laporan hasil pengawasan penyelenggaraan Pemilu

q. danmelaksanakan tugas lain yang diatur dalam ketentuan peraturan


perundang-undangan.

Dalam melaksanakan tugas, Bawaslu berwenang:

a. menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan


ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai Pemilu

b. menerima laporan adanya dugaan pelanggaran administrasi Pemilu


dan mengkaji laporan dan temuan, serta merekomendasikannya
kepada yang berwenang

c. menyelesaikan sengketa Pemilu

15
d. membentuk Bawaslu Provinsi

e. mengangkat dan memberhentikan anggota Bawaslu Provinsi

f. melaksanakan wewenang lain yang diatur dalam ketentuan peraturan


perundang-undangan.

Bawaslu berkewajiban:

a. bersikap tidak diskriminatif dalam menjalankan tugas dan


wewenangnya

b. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas


Pengawas Pemilu pada semua tingkatan

c. menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan


dugaan adanya pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan
perundang-undangan mengenai Pemilu

d. menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Presiden, Dewan


Perwakilan Rakyat, dan KPU sesuai dengan tahapan Pemilu secara
periodik dan/atau berdasarkan kebutuhan

e. melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh peraturan


perundang-undangan.

16
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan


1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah menggunakan penelitian
lapangan (field research). Dimana data yang diperoleh melalui
wawancara data baik dari masyarakat dan salah satu lembaga
yang mengatur hal tersebut.
2. Metode Pendekatan
Metode yang digunakan dalam penelitian ini
menggunakanpendekatan yuridis empiris. Dalam hal ini
digunakan untuk menganalisa berbagai peraturan kebijakan dan
kewenangan dan perundang-undangan yang mengatur bawaslu
dalam berbagai kasus saat pemilihan daerah. Sedangkan empiris
digunakan untuk menganalisa sejauh mana masyarakat sadar
adanya praktik money politik yang dilakukan saat pemilihan
calon kepala daerah.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Kediri kantor Bawaslu Kecamatan
Kediri
C. Sumber Data dan Bahan Hukum
1. Data Primer
Data primer berasal dari hasil data penelitian yang dilakukan
oleh peneliti berupa wawancara. Waaawancara adalah teknik
yang paling efektif dalam pengumpulan data primer dilapangan.
Dan melakukan wawancara dengan Ketua Bawaslu Tingkat
Kecamatan Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri
2. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan baik berupa
buku-buku, literatur, Undang-Undang , kamus dan karya ilmiah

17
para sarjana yang berkaitan dengan penelitian ini bahan yang
digunakan sebagai berikut.
a. Undang-Undang No 7 Tahun 2017 tentang Pemilu
b. Peraturan Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 2018 Tentang Penegakkan Hukum
Terpadu
c. Serta Litertur Buku
D. Metode Pengumpulan Data
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
a. Observasi
Observasi merupakan bagian yang sangat penting dalam
penelitian ini. Observasi adalah metode atau cara menganalisa
dan mengadakan pencatatan sistematis mengenai tingkah laku
dengan melihat atau mengamati indiviu atau kelompok dan
secara langsung.7
b. Wawancaara
Wawancara adlah kecakapan dengan maksut tertentu dengan
maksud tertentu dengan dua pihak. Yaitu pewawancara yang
memberi pertanyaan dan yang diwawancarai memberi jawaban
atas pernyataan pewawancara. Teknik wawancara yang
dilakukan adalah mengalir dalam percakapan. Selain itu penulis
berharap mendapatkan informasi lebih banyak tentang kendala
implementasi kebijakan bawaslu terkait money politik saat
pemilihan kepala daerah.
E. Analisis Data
Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adlah dengan
mendiskripsikan dan memberikan intrepretasi guna untuk
memperoleh jawaban yang sesuai dan baik.
a. Reduksi Data
Penulis dalam pengumpulan data, baik data primer maupun
sekunder yang dilakukan pada awalnya tidak terkumpul
7
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif ( Jakarta: Rineka
Cipta.2008)hlm.94

18
secara sistematis, sekuruh data yang diperoleh akan
dikelompokkan secara sistematis sehingga pada akhirnya
mudah untuk dipahami.
b. Penyajian Data
Data yang dikumpulkan oleh penulis tidaklah menulis untuk
dipahami, oleh sebab itu penulis dalam menjanjikan data
secara sistematis, seperti dalam bentuk tabel, kategori dan
sebagainya.

19
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Money Politic atau politik uang itu merupakan tindakan
penyimangan kampanye yang bentuknya dengan cara
memberikan uang kepada simpatisan ataupun masyarakat
lainya agar mereka yang telah mendapatkan uang itu agar
mengikuti keinginan orang yang memiliki
kepentinganttersebut. Money politik adalah masalah yang
sepele melainkan masalah yang sangat besar dan dampaknya
akan akan sangat merugikan kita semua, untuk itu diperlukan
kerjasama dari semua pihak untuk mengentaskannya, baik
pemerintah pusat maupun daerah.
2. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu ) adalah salah satu
lembaga penyelenggara pemilu di Indonesiayang berwenang
untuk mengawasi penyelenggaraan pemilu termasuk Pilkada.
Keberadaan Bawaslu dalam pengawasn pemilu mulai terlihat
pada penyelenggaraan pemilu 2009, pada saat itu Bawaslu
dibentuk berdasarkan amanat undang-undang No 22 Tahaun
2007 tentang penyelenggaraan pemilu. Bawaslu dibentuk
sebagai lembaga yang permanen untuk memperkuat fungsi
pengawasan penyelenggaraan pemilu. Tugas, kebijakan dan
wewenang Bawaslu dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2017 juga dipaparkan secara luas dan didalamnya bertuas
untuk memutus pelanggaran administrasi dan memutus
penyelesaian sengketa proses pemilu dan meningkatkan
pemahaman dan kesadaran akan paham pelanggaran pemilu
B. Saran
Saran kami kepada kita semua adalah marilah kita sama-
sama bahu membahu bawaslu untuk meberantas segala yang
dapat merugikan kita semua, terutama politik uang. Marilah

20
kita bulatkan tekad untuk kita memulainya dari diri sendiri,
keluarga,kerabat,dan seterusnya.

21
Curiculum Vitae

Nama : Mahmudi

Tempat dan Tanggal Lahir : Kediri 08 Mei 1975

Riwayat Pendidikan : TK Dharma Wanita Puncu Kediri

SDN 1 Puncu Kediri

MTs Asyafiiyah Puncu Kediri

SMA Ar-Risalah Lirboyo Kediri

IAIN Kediri

Organisasi : Sebagai Ketua PMII di IAIN kediri

Anggota GP Anshor Aktif

: Ketua Panwaslu Kecamatan

:Dev. Hukum Penanganan Pelanggaran dan


Senggketa

Hasil Wawancara

Pertanyaan

1. Bagaimana pera srategis dan tindakan Bawaslu apabila mengetahui


salah satu calon kepala daerah yang melakukan praktik money
politik secara trasparan?
2. Apa saja kewenangan dan kebijakan bawaslu terkait praktik money
poliik?
3. Peran bawaslu untuk menghilangkan praktik money politik di
masyarakat?

Jawaban

1. Apabila ada salah satu oknum calon kepala daerah dengan secara
tegas kami selaku anggota bawaslu akan menindak lanjuti kasus

22
terseut, karna secara garis besar money politik adalah praktif suap
atau bisa dikategorikan
2. Beliau memberikan file kewenangan bawaslu yang saya uraikan
dalam kajian pustaka diatas
3. Untuk menghilangkan money politik di masyarakat dengan
melibatkan peran serta masyarakat maupun stakeholder dalam
pelaksanaan pengawasan yang paling sering disebut dengan
pengawasan partisipatif

23
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Danny Januar, Politik Yang Mencari Bentuk: Kolom di Majalah


Gatra,Yogyakarta: LKiS, 2006
Antulian, Rifa’i,2004. Politik Uang jalan pemilihan kepala daerah. Jakarta:
Ghalia Indonesia
Amzulian Rifai Pola Politik uangan Dalam pemilihan Kepala Daerah,
Jakarta: Ghalia Indonesia,2003
Basrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kualitatif ( Jakarta: Rineka
Cipta.2008)hlm.94
Kecamatan Puncu : Kasus Pemilihan Bupati”, Jurnal Renai Tahun 1, No.2,
April-Mei 2001
Wahyud, Kumorotomo, Intervensi Parpol, Politik Uang Dan Korupsi.
Surabaya 2016
Nico, Kana Strategi Pengelolaan Persaingan Politik Elit ( Kudus,Rineka
Cipta 2015)
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017
Zuhdhy Fahmi, Ibrahim Kajian Potensi-Potensi Korupsi Pilkada, Jakarta:
ICW, Januari 2010
Hasil wawancara Ketua Panwaslu Tingkat Kecamatan, 23 November 2018
Pukul 15:00 di Kec. Puncu Kab. Kediri

24

Anda mungkin juga menyukai