Komplit
Komplit
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Utara. Adapun luas wilayah KBU ini sebesar 42.315,321 ha dan ditetapkan
Budidaya yang kemudian pada tahun 1998 direvisi melalui Rancangan Umum
Tata Ruang (RUTR) Kawasan Bandung Utara menjadi 72,44% untuk Kawasan
tersebut dapat dilihat bahwa KBU memegang peranan dan fungsi vital
Kota Bandung dan menjadi menarik karena melintasi empat (4) wilayah
1
2
utama KBU terhadap kota dan kabupaten dibawahnya begitu penting karena
KBU merupakan daerah resapan air yang artinya selain berfungsi sebagai
penghalang terjadinya banjir juga merupakan sumber mata air utama daerah
terjadi. Baik yang dilakukan secara legal ataupun illegal dan terjadi baik di
Informasi Geospasial, pada 2014, 80 persen dari total luas wilayah di Kawasan
hanya menyisakan 20% lahan yang minim resapan air yang pada akhirnya
dapat dilihat salah satu dampaknya yakni banjir di daerah Bandung Selatan.4
Komitmen ini dapat dilihat dari lahirnya Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2016. Dimana pada Pasal 20 Perda 2008
dokumen analisis dampak lingkungan (amdal). Selain itu terdapat satu hal
Jawa Barat sebelum walikota atau bupati yang bagian daerahnya di wilayah
ruang. Perihal surat rekomendasi Gubernur Jawa Barat sebagai syarat izin
pemanfaatan ruang KBU ini dapat dilihat pada Pasal 54 Perda Jawa Barat
Nomor 2 Tahun 2016 yang secara jelas menyatakan “Setiap orang yang
Gubernur dan izin pemanfaatan ruang dari bupati/wali kota, sesuai ketentuan
diatur dalam Pasal 21 Perda Jabar Nomor 1 Tahun 2008 yang berbunyi
Gubernur. Perubahan frasa ‘perlu’ menjadi ‘wajib’ ini seakan menjadi penegas
kepada bupati/wali kota daerah terkait sebagai pihak akhir yang memberikan
pemanfaatan ruang oleh bupati atau walikota terkait namun di sisi lain bentuk
Keputusan Tata Usaha Negara (KTUN) yang bersifat final melainkan lebih
5
berupa proses salah satu proses verifikasi untuk mendapatkan izin. Hal ini
(BPPT) dan Dinas Pemukiman dan Perumahan Provinsi Jawa Barat yang
Daerah (BKPRD) Jawa Barat untuk dibahas bersama pakar serta perwakilan
oleh Gubernur Jawa Barat. Apabila disetujui surat rekomendasi tersebut tidak
serta merta dapat menjadi dasar hukum untuk pemanfaatan lahan layaknya
izin, pemohon izin masih harus mendapatkan izin dari bupati/wali kota terkait
mengingat fungsi vital KBU serta apabila terjadi kerusakan dampaknya akan
serta pengawasan yang lebih dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang
banyak ketidaksesuaian terhadap apa yang sudah diatur pada Perda Jabar
rektor ITB di sekitaran Taman Hutan Raya Ir. Djuanda6 dan masih banyak
penyebab terjadinya hal tersebut. Secara sederhana hal ini bisa disebabkan
http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2015/05/26/328682/bangunan-milik-mantan-
rektor-itb-di-kbu-tidak-kantongi-imb [diakses pada 04/01/2017]
7
oleh ketaatan hukum masyarakat yang masih rendah, juga bisa disebabkan
oleh memang sistem perizinan yang ada saat ini menimbulkan kebingungan
karena seakan terdapat dua jenis rezim perizinan, yakni surat rekomendasi
yang seakan merupakan izin dari gubernur serta izin dari bupati/wali kota untuk
itu dari sisi prosedur formal administrasinya pun juga menimbulkan pertanyaan
tersebut jika ternyata terdapat perbedaan persepsi atau penilaian antara dua
dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik (AUPB) yang salah satunya
segera diperbaiki.
Bandung Utara. Atas latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka
B. Identifikasi Masalah
C. Tujuan Penelitian
Administrasi Negara.
D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini juga mempunyai manfaat dari segi kegunaan teoritis dan
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
sebagai pembanding.
rekomendasi tersebut.
E. Kerangka Pemikiran
bahwa hukum merupakan penopang utama negara dan tidak ada yang lebih
11
tinggi dari hukum atau yang kita kenal dengan istilah supremasi hukum.
Supremasi hukum berarti bahwa tidak ada arbitrary power, kekuasaan yang
Hal tersebut dalam konteks negara saat ini, termasuk kepada segala
tindakan dan kebijakan yang dibuat pemerintah sebagai alat negara harus
mengacu kepada hukum yang berlaku supaya terhindar dari perbuatan yang
tertinggi. Hal yang sama juga berlaku kepada masyarakat sebagai salah satu
diantara mereka dan oleh karena itu harus ditaati ataupun dipatuhi. Oleh
karena itu dalam segala tingkah laku dalam pergaulan hidup bermasyarakat
7. Djokosoetono, Kuliah Ilmu Negara, Penerbit In Hill Co, 2006, hlm.. 106.
8. Sondang Siagian, Administrasi dan Pembangunan Konsep, Dimensi, dan
Strateginya, PT Bumi Aksara, 2009, hlm.. 139.
12
merupakan abdi negara juga abdi masyarakat. Adapun dengan sudut pandang
perkembangannya kini terdapat dua fungsi baru dan juga menonjol yakni
9
Sondang Siagian, Loc.cit.
10
Ibid.
11 Ridwan H.R., Hukum Administrasi Negara, Rajagrafindo Persada, 2014,
hlm. 198.
13
Berge membagi izin dalam arti luas dan arti sempit. Berdasarkan pendapat
keduanya, secara luas izin ialah suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan
ini selaras dari fungsi izin itu sendiri. Menurut Adrian Sutedi, dalam bukunya
dikatakan bahwa izin memiliki tiga fungsi utama yakni sebagai instrumen
pengaturan (reguleren).
Izin sendiri merupakan salah satu jenis Ketetapan Tata Usaha Negara
tidak dimiliki oleh seseorang yang namanya tercantum dalam ketetapan itu,
atau “beschikkingen welke iets toestaan wat tevoren niet geoorloofd was”
bentuk ketetapan yang bersifat konstitutif dan yang digunakan oleh pemerintah
izin berisi:15
2) Yang Dialamatkan
3) Diktum
5) Pemberian Alasan
6) Pemberitahuan-Pemberitahuan Tambahan.
Oleh karena bentuknya yang berupa KTUN yang bersifat individual, konkret
dan final maka izin yang dikeluarkan pejabat administratif termasuk objek
sengketa PTUN.
Adapun dari segi unsurnya menurut Ridwan HR dalam Adrian Sutedi, izin
1) Wewenang;
hlm.. 179-192.
15
3) Lembaga Pemerintah;
4) Peristiwa Konkret;
6) Persyaratan;
8) Biaya Perizinan;
menerbitkan izin oleh pejabat administrasi dalam hal ini eksekutif, tidak ada
batu bara dan sebagainya. Adapun terkait pemanfaatan wilayah atau ruang
pemerintah daerah memiliki hak otonom untuk wilayahnya termasuk dalam hal
terbagi dalam dua jenis pemerintahan, yakni pemerintahan daerah provinsi dan
pembinaan dan pengawasan pemerintah daerah. Dalam Pasal 373 ayat (1)
bersifat satu garis lurus berbentuk vertikal dan saling berhubungan. Bentuk
yang demikian dipandang penting agar otonomi daerah tetap berjalan sesuai
dengan arah kebijakan nasional yang disusun oleh pemerintah pusat. Adapun
dimaksud yang bersifat vital antara lain adalah mengenai penataan ruang,
17Lihat: Pasal 251 dan 252 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintah Daerah.
19
sebagai berikut:
Kabupaten/Kota
b. Penyelenggaraan penataan
nasional
20
Kabupaten/Kota
kabupaten/kota kabupaten/kota
dalam 1 (satu)
Daerah
provinsi
hidup
Kabupaten/Kota
Dari tabel pembagian tugas tersebut dapat dilihat bahwa Daerah Provinsi
karena setiap tindakan hukum itu harus didasarkan pada peraturan perundang
berupa ketetapan tata usaha negara (KTUN), yaitu berbentuk lisensi, konsesi,
atau izin. Adapun pada praktik tata usaha negara saat ini dikenal terdapat
Rekomendasi sendiri dalam tata usaha negara dikenal sebagai salah satu
kota sebelum pada tahap akhirnya membuat suatu keputusan tata usaha
Seperti dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) rekomendasi berarti: hal
minta perhatian bahwa orang yang disebut dapat dipercaya dengan baik (biasa
pada umumnya rekomendasi datang dari jabatan yang lebih rendah kepada
pada 05/01/2017]
23
rekomendasi datang dari atas yakni Gubernur Jawa Barat kepada kepala
KBU dan sekitarnya seperti banjir besar pada musim hujan dan bencana
F. Metode Penelitian
sebagai berikut.
1. Metode Pendekatan
20 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan
Singkat), Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003, hlm. 13.
24
perizinan.
2. Sifat Penelitian
fakta-fakta, situasi dan kondisi objek penelitian yang diteliti dalam hal
21
Soerjono Soekanto, Ibid., hlm. 62.
22Soerjono Soekanto dan Abdurrahman, Metode Penelitian Suatu Pemikiran dan
Penerapan, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999, hlm. 22.
25
3. Tahap Penelitian
a. Studi Kepustakaan
1945
Administrasi Pemerintahan
Pemerintahan Daerah.
Ruang.
Tahun 2009-2029.
Bandung Utara.
b. Penelitian Lapangan
6. Lokasi Penelitian
27 Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta: Granit, 2004, hlm. 92.
30
BAB II
PENATAAN RUANG
satu tangan atau satu lembaga telah membawa bencana bagi kehidupan
John Locke pertama kali yang mengemukakan teori yang memisahkan antara
Spirit of The Law) mengemukakan bahwa dalam suatu negara terdapat tiga
organ dan fungsi utama pemerintahan yakni, legislatif, eksekutif, dan yudikatif
yang dikenal sebagai trias politica. Selain pembagian kekuasaan menurut teori
John Locke dan trias politica Montesquieu terdapat pendapat sarjana lain yang
membagi tugas negara dalam hal ini pemerintah (dalam arti luas).
Menurut Presthus tugas negara meliputi dua hal: (a) policy making, ialah
menurut haluan yang telah ditetapkan oleh negara. 30 Selanjutnya hal senada
juga dikemukakan oleh Logemann yang juga membagi tugas negara menjadi
membagi kekuasaan dan tugas negara kedalam empat jenis yang dikenal juga
kepentingan umum;
30
Ridwan H.R., Ibid. Hlm. 13
31
Ridwan H.R., Ibid. Hlm. 14
32
Ridwan H.R., Loc.Cit.
32
ataupun represif.
yang salah satu cirinya adalah memiliki akses pendidikan sehingga menjadi
makhluk terdidik menjadi semakin paham akan hak dan kewajibannya sebagai
masyarakat. Dalam konteks ini pulalah menurut Prof. Sondang Siagian, harus
dilihat peran negara sebagai negara hukum. Demikian pula halnya dengan
demokratisasi itulah rakyat diberdayakan. Pada kedua proses inilah salah satu
kekuasaan dari rakyat memiliki fungsi baru dan menonjol yakni fungsi
Pada berbagai satuan kerja yang tersebar ini kita kenal dengan
dalam fungsi pengaturan yang pada tataran kekuasaan eksekutif disebut juga
sebagai kebijakan meliputi dua hal yaitu tindakan serta keputusan administrasi
negara. Salah satu bentuk fungsi pengaturan yang paling konkret dan paling
yang dijadikan sebagai instrumen hukum paling dasar dan juga dasar hukum
secara keseluruhan.
negara dalam hukum positif Indonesia diatur dalam Pasal 1 angka 9 Undang-
yang berbunyi:
undangan yang berlaku, (e) bersifat konkret, individual, dan final, (f)
hukum, izin (vergunning) yang merupakan salah satu instrumen hukum dalam
pendapat ahli hukum, definisi izin dibagi kedalam dua golongan, yaitu izin
merupakan suatu persetujuan dari suatu yang dilarang dan izin merupakan
hukum. Namun, pada bagian ini penulis tidak akan membawa pembahasan
kepada arah perdebatan mengenai definisi izin yang dipandang oleh para ahli
Negara.
para ahli hukum, terlebih dahulu akan dikemukakan beberapa istilah lain yang
memiliki padanan kata yang dapat disejajarkan dengan izin, yakni dispensasi,
menjadi tidak berlaku bagi sesuatu hal yang istimewa (rasio legis).39
39 W.F. Prins dan R. Kosim Adisapoetra dalam: Ridwan H.R., Op.Cit. (Note 11) hlm.
205.
40 Ridwan H.R., Ibid., hlm. 206.
37
1) Ateng Syafrudin:
2) Sjachran Basah:
perundang-undangan.43
3) Bagir Manan:
41
Ateng Syafrudin dalam: Ridwan H.R. Loc.cit.
42
Ridwan H.R., Ibid, hlm. 207.
43 Sjachran Basah, dalam: Ridwan H.R., Ibid., hlm. 206.
44 Bagir Manan, Ketentuan-Ketentuan Mengenai Pengaturan, Penyelenggaraan Hak
Kemerdekaan Berkumpul Ditinjau dari Perspektif UUD 1945, dalam: Ridwan H.R. Ibid., hlm.
207-208.
38
Keduanya membagi pengertian izin dalam arti luas, yakni izin adalah
5) E. Utrecht:
Selain dari pemaparan definisi izin dari beberapa ahli hukum, Adrian
45 N.M. Spelt dan J.B.J.M ten Berge, Pengantar Hukum Perizinan, disunting oleh
Philipus M. Hadjon dalam Ridwan H.R., Ibid., hlm. 208.
46 E. Utrecht, Pengantar Dalam Hukum Indonesia, dalam: Ridwan H.R., Ibid., hlm.
207.
39
melakukan sesuatu usaha yang biasanya harus dimiliki atau diperoleh suatu
sederhana bahwa izin keputusan atau tindakan administrasi negara atas suatu
keadaan konkret atau kegiatan yang secara khusus disyaratkan oleh ketentuan
3. Unsur-Unsur Perizinan
izin memiliki unsur atau elemen yang menjadi ciri khasnya dibanding ketetapan
tata usaha negara lainnya. Berikut ini akan dipaparkan beberapa unsur atau
yaitu:
A. Instrumen Yuridis49
B. Peraturan Perundang-Undangan50
C. Organ Pemerintah52
D. Peristiwa Konkret53
yang mengeluarkannya.
poin, yakni:
A. Wewenang
C. Lembaga Pemerintah
D. Peristiwa Konkret
55 Soehino, Asas-Asas Hukum Tata Pemerintahan, dalam Ridwan H.R., Ibid., hlm.
217.
44
F. Persyaratan
H. Biaya Perizinan
K. Sanksi
dengan unsur izin yang dipaparkan oleh Ridwan H.R. Namun, yang menjadi
pembeda adalah pada elemen izin yang dikemukakan oleh Adrian Sutedi lebih
itu, juga pada elemen izin tersebut juga terdapat elemen biaya perizinan. Hal
ini perlu dipahami bahwa memang pada perkembangannya, kini izin juga
memiliki fungsi budgetair, yang berarti izin dapat digunakan sebagai salah satu
pos penerimaan asli daerah ataupun pusat. Meskipun perlu dicatat bahwa tidak
Sehingga dalam beberapa kasus unsur perizinan yang demikian tidak dapat
dijadikan unsur mutlak dari suatu perizinan. Terakhir yang menjadi perhatian
adalah bahwa terdapat elemen waktu penyelesaian izin. Hal ini sebetulnya
adil dan makmur itu dijelmakan.57 Hal ini berarti lewat izin dapat diketahui
bagaimana gambaran masyarakat adil dan makmur itu terwujud. Ini berarti
2) Budgetering (Anggaran)
3) Reguleren (Pengaturan)
mempunyai dua ciri, yaitu (i) Setiap keputusan yang dibuat oleh pejabat
masyarakat dan (2) setiap keputusan yang dibuat oleh pejabat pemerintah
pun juga harus memiliki dasar hukum (legitimasi), yaitu kewenangan yang
original legislator, dalam negara Indonesia yaitu di pusat adalah MPR dan DPR
dan DPD dan di tingkat daerah adalah DPRD bersama Pemda dan (ii)
negara tertentu. Atau dengan kata lain pada atribusi terjadi pemberian
pemerintahan.66
Pada delegasi terjadilah pelimpahan suatu wewenang yang telah ada oleh
badan atau jabatan tata usaha negara yang telah memperoleh wewenang
pemerintahan secara atributif kepada badan atau jabatan tata usaha negara
Ruang sebagai pengertian (conseptio) terdiri dari unsur: bumi, air, dan
terkandung di dalamnya, meliputi bumi, air, dan udara sebagai satu kesatuan.70
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.71 Struktur ruang itu
66 H.D. van Wijk/Willem Konijnenbelt dalam Ridwan H.R., Ibid., hlm. 105.
67 Indoharto dalam Ridwan H.R., Ibid., hlm. 104.
68 H.D. van Wijk/Willem Konijnenbelt dalam Ridwan H.R. Ibid., hlm. 105.
69 A.M. Yunus Wahid, Op.Cit., (Note 59), hlm. 1.
70 A.M. Yunus Wahid, Loc.cit.
71 Lihat: Pasal 1 Angka 2 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Ruang
50
Adapun pola ruang adalah distribusi peruntukkan ruang suatu wilayah yang
meliputi peruntukkan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukkan ruang untuk
berperan untuk:
proses yang berkaitan dengan struktur ruang dan pola ruang untuk
a) Keterpaduan
perdesaan.
c) Keberlanjutan
berkualitas.
e) Keterbukaan
pemangku kepentingan.
kepentingan masyarakat.
53
i) Akuntabilitas
Pada setiap zona ini terdapat sumber daya manusia (SDM) dengan
26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang (“UUPR”). Dalam hal ini UU Pemda
sebagai berikut:
Kabupaten/Kota
79
Lihat: lampiran Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah
Daerah mengenai pembagian urusan dan sub urusan antar pemerintahan.
56
d. Penyelenggaraan penataan
nasional
Kabupaten/Kota
kabupaten/kota
dalam 1 (satu)
Daerah provinsi
57
Kabupaten/Kota
diatas dapat dilihat, terlepas dari peran pusat dengan menganut asas
kabupaten/kota.
otonom.
BAB III
Kawasan Bandung Utara (KBU) telah ada sejak tahun 1982 yang pada saat itu
atas dua jenis, yakni kawasan budidaya dan kawasan lindung. Kawasan
utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya sebagai alam dan
yang dimulai sejak era reformasi, lahir Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Bandung Utara (“Perda 1/2008”) yang salah satu poin terpentingnya adalah
KBU.
merupakah wilayah strategis yang memiliki fungsi vital yaitu sebagai daerah
resapan air yang berarti merupakan sumber mata air sekaligus instrumen
mitigasi bencana seperti banjir dan dan tanah longsor. Dikatakan strategis
karena secara geografis letak Kawasan Bandung Utara berada diantara empat
Daerah Kota Bandung, Daerah Kota Cimahi, dan Daerah Kabupaten Bandung
Barat.82
Namun meski memiliki fungsi yang begitu strategis dan telah ada campur
tahun 2013 tercatat kerusakan lahan KBU akibat pembangunan semakin parah
hingga mengakibatkan 75% lahan KBU yang memiliki luasan 38.543 hektare
tersebut dalam kondisi kritis.83 Walhi Jabar pada tahun yang sama
dan diperkirakan sekitar 30% bangunan bermasalah dari aspek perizinan tata
(“Perda 2/2016”) yang menggantikan Perda 1/2008. Salah satu unsur yang
menjadi poin penting pada Perda baru ini adalah mengenai penguatan
Barat dapat dilihat pada Pasal 54 Perda 2/2016 yang menyatakan “Setiap
pasal terkait persyaratan surat rekomendasi sebagai syarat izin pada kedua
perundang-undangan”
memperoleh izin dari Gubernur Jawa Barat terlebih dahulu untuk mendapatkan
63
izin dari bupati/wali kota. Pasal ini menggeser paradigma surat rekomendasi
pada Perda 1/2008 yang seakan beban untuk mendapatkan surat rekomendasi
mengenai penataan ruang KBU secara umum dan rekomendasi secara lebih
spesifik, meskipun telah ada Perda 2/2016 saat ini masih mengacu kepada
yaitu:
meliputi:
a. akta pendirian;
64
c. rekomendasi;
dampak; dan
undangan.”
Badan Pelayanan Perizinan Terpadu (BPPT) Provinsi Jawa Barat yang saat ini
dikeluarkannya izin pemanfaatan ruang di wilayah KBU saat ini diproses dan
Provinsi Jawa Barat yang mendapat kewenangan delegasi dari Gubernur Jawa
65
Barat sebagaimana tertuang pada Pasal 32 ayat (1) dan Pasal 36 ayat (2)
Jika dilihat bentuk surat rekomendasi tersebut tidak ada ubahnya seperti
surat izin pada umumnya. Dari segi isi surat rekomendasi Gubernur Jawa Barat
1) Kepala Surat
2) Bagian Pembuka
dijelaskan melalui:
a. Koordinat Lokasi;
b. Ketinggian Lokasi;
c. Rencana Peruntukkan;
70
e. Status Lahan;
g. Kondisi Lahan
4) Persyaratan
Selayaknya surat izin, pada bagian ini terdapat syarat-syarat apa saja
lainnya.
5) Bagian Penutup
Pembangunannya
Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Bandung dan Kota Cimahi. Sejak
71
resapan air yang menyuplai sedikitnya 60% kebutuhan air daerah sekitarnya,
lintas kabupaten/kota.85
hanya 20% dari luas lahan dan sisanya untuk ruang terbuka hijau serta
masih marak berdiri tanpa izin dari pemerintah daerah setempat, baik
Terdapat dua masalah yang terjadi di wilayah KBU, yaitu bangunan yang
berdiri di lahan negara dan bangunan yang berdiri di lahan milik pribadi yang
perizinan.86 Banyak bangunan di KBU yang berdiri tanpa memiliki IMB dan
gubernur.87
Hal ini dapat dilihat dari sekitar 38 ribu hektare luas lahan KBU
Cekungan Bandung kini merasakan apa yang 20 tahun lalu tidak pernah terjadi
pada musim hujan, yakni banjir di kawasan Jalan Dago dan Jalan Pasteur yang
https://m.tempo.co/read/news/2014/08/20/058601022/penertiban-bangunan-liar-dibandung
utara-mandek, [diakses pada 18/06/2017].
87 Novie Indrawati Sagita, Op.Cit. (Note 82), hlm. 97.
88 “Daerah Resapan Air di Bandung Tergerus Terbitlah Banjir”
berubah menjadi ”sungai”. Di Jalan Dago, saat intensitas hujan paling tinggi
jalan, memenuhi badan jalan, dan mengalir sangat deras menuju daerah
selatan.89
yang berarti 75 persen air hujan meresap ke dalam tanah dan 25 persen
Namun, pada 2004, koefisien run-off KBU menjadi 65 persen, yang berarti
Sabar, pada 1995, di mana wilayah KBU yang bisa berfungsi sebagai resapan
Bandung mengalami degradasi jumlah hari bersih secara masif. Hari bersih
adalah rata-rata hari tanpa polusi udara dan debu selama setahun. Menurut
Mubiar, dua tahun lalu, hari bersih di Cekungan Bandung rata-rata 55 hari per
penurunannya secara gradual pada tahun 2017 dapat dikatakan tidak ada lagi
hari bersih di daerah cekungan Bandung. Kondisi ini terkait terus berkurangnya
kawasan hijau dan areal hutan KBU.91 Secara sederaha tutupan lahan semakin
menjamur.
bangunan di KBU yang memiliki izin. Dengan demikian, bangunan tak berizin
perhatian dan perlu mendapat evaluasi.93 Hal ini menjadi urgensi demi
Raya.
BAB IV
tindakan administrasi negara merupakan suatu hal yang lumrah dan pasti
Rechstaat yang berarti segala tindakan pemerintah harus selalu didasari dasar
tertentu.
bagian dari KTUN. Hal ini sejalan dengan pengertian KTUN berdasarkan Pasal
pemberhentian, izin, lisensi, konsensi ataupun lainnya. Hal ini penting terkait
maka bentuk formil sebuah KTUN menunjukkan legalitas yang diberikan oleh
administrasi negara kepada pihak yang ditujukan KTUN tersebut maka dari itu
suatu instansi atau pejabat harus mencerminkan bentuk KTUN. Selain itu
bentuk formil dari KTUN menjadi hal yang penting sebagai objek sengketa
1) Penetapan tertulis.
keputusan yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat TUN. Keputusan itu
karena itu, sebuah memo atau nota dapat memenuhi syarat tertulis tersebut
dan akan merupakan keputusan badan atau pejabat tata usaha Negara
menurut UU ini apabila sudah jelas: (i) Badan atau pejabat TUN yang
mengeluarkannya (ii) Maksud serta mengenai hal apa isi tulisan tersebut (iii)
Kepada siapa tulisan itu ditujukan dan apa yang ditetapkan di dalamnya. Jika
Gubernur Jawa Barat sebagai syarat izin pemanfaatan ruang KBU berbentuk
surat merupakan penetapan yang berbentuk fisik dan tertulis sedangkan isinya
kota.
78
atau Pejabat Tata Usaha Negara adalah Badan atau Pejabat di pusat dan
daerah yang melakukan kegiatan yang bersifat eksekutif. Dalam hal ini
perundang-undangan”
Jawa Barat yang menjadi syarat izin pemanfaatan ruang, dapat disimpulkan
yang mungkin terbatas pada waktu atau tempatnya. Individual berarti tidak
79
bersifat umum, tertentu berdasarkan apa yang dituju oleh keputusan itu. 95
Serta final berarti sudah definitif sehingga dapat menimbulkan akibat hukum.96
lain belum bersifat final sehingga belum dapat menimbulkan suatu hak atau
Gubernur Jawa Barat yang merupakan syarat izin pemanfaatan ruang di KBU
mengenai hal tertentu yakni kelayakan pemohon tertentu izin atas izin
bupati/wali kota terkait. Adapun akibat hukum apabila tidak terpenuhinya syarat
rekomendasi adalah izin pemanfaatan ruang akan cacat formil dan berdampak
pada batal demi hukum sebagaimana tercantum pada Pasal 56 Perda 2/2016,
yaitu
95H.D van Wijk/Willem Konijnenbelt, dalam Ridwan H.R., Ibid., hlm. 159.
96Lihat: Pasal 1 angka 9 Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Peradilan
Tata Usaha Negara.
97 Ridwan H.R., Op.Cit. (Note 11) hlm. 160.
80
perubahan dalam suasana hubungan hukum yang telah ada.98 Pada kasus
surat rekomendasin Gubernur Jawa Barat ini maka akibat hukum yang
kepentingan di KBU untuk menerbitkan izin baru lahir secara sempurna apabila
telah ada dan harus berdasarkan surat rekomendasi. Hal ini sebagaimana
Selanjutnya apabila dianalisis lebih jauh terdapat hal yang menarik pada
bagian surat rekomendasi Gubernur Jawa Barat terkait izin pemanfaatan ruang
persyaratan. Hal ini menarik karena seperti yang diketahui bahwa unsur
persyaratan lazim ditemui pada instrumen surat izin. Hal ini menimbulkan
syarat dari izin pemanfaatan ruang ataukah izin dari Gubernur Jawa Barat
bersifat teknis. Hal ini contohnya dapat dilihat pada Surat Rekomendasi
dari luas lahan atau seluas 90,86 m2 untuk luas tapak bangunan (lihat
lampiran).
berupa:
- Area terbuka yang masih dapat meresapkan air (a.I; area parkir)
grassblock/pavingblok/polietilen
.......... “
bersifat teknis dan individual. Hal ini pada umumnya dapat dilihat pada
instrumen izin. Dengan adanya bagian persyaratan pada rekomendasi hal ini
rekomendasi tidak ubahnya dengan izin itu sendiri. Karena pada hakikatnya
rekomendasi berarti berarti “hal minta perhatian bahwa orang yang disebut
Saran atau rekomendasi tidak bersifat mengikat dan oleh karena itu kurang
tertentu.
rendah kepada instansi/pejabat yang lebih tinggi (bottom-up). Hal ini logis
disebutkan bahwa:
kota dan dewan pengupahan provinsi (DPP) yang terdiri dari perwakilan
pengusaha serta pekerja. Selain itu yang perlu digarisbawahi juga bahwa
dalam surat rekomendasi bupati/wali kota terkait UMK tidak terdapat bagian
yakni gubernur. Hal ini berbeda apabila dibandingkan dengan praktik surat
selain berisikan persyaratan juga justru bersifat top-down. Dalam hal ini berarti
kerancuan bentuk surat rekomendasi itu sendiri yang justru lebih mengarah
kepada bentuk surat izin. Selain itu, melihat unsur-unsur surat rekomendasi
hukum tertulis atau undang-undang. Tak terkecuali dalam hal penerbitan izin
86
yang secara umum saat ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun
utama pemerintahan. Hal ini dapat dilihat pada Pasal 1 angka 2 Undang-
1945.”
terbagi menjadi tiga macam yakni urusan absolut, yaitu urusan yang
politik luar negeri, pertahanan, keamanan, yustisi, moneter dan fiskal nasional,
meliputi:
undangan.
Pada titik ini dapat disimpulkan bahwa penerbitan izin pemanfaatan ruang
menyatakan bahwa:
undangan.
administratif
(5) ....
(6) ....”
pemerintah daerah kabupaten/kota. Pada ayat (2) dan (3) disebutkan dalam
Jawa Barat, Gubernur Jawa Barat melalui Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun
Undang a quo.
Jenis izin yang berada di tingkat daerah sangat beragam dan memiliki
sektoral dan spesifik. Seperti izin usaha pertambangan mineral dan batu bara
Pertambangan Mineral dan Batu Bara yang merupakan lex specialist dari
yang spesifik mengenai penataan ruang lex specialist-nya dapat dilihat pada
dan
nasional.
pembantuan.
provinsi melaksanakan:
dan
kabupaten/kota.”
kedaulatan tertinggi pemerintahan. Hal ini dapat dilihat pada Pasal 8 ayat (2)
perencanaan tata ruang wilayah nasional. Perencanaan tata ruang nasional ini
dalam urusan otonomi penataan ruang daerah, namun perlu diingat dengan
pemerintahan tersebut. Jika ditinjau dari bunyi Pasal 8, 9, dan 10 UUPR diatas
lintas provinsi.
secara kewilayahan tindakan ini sudah tepat mengingat posisi KBU yang
sangat strategis serta memiliki fungsi vital terutama fungsi penyerapan air dan
bahkan masyarakat Provinsi Jawa Barat secara umum . Selain itu perlu dilihat
kepentingan ekonomis yang dimiliki oleh KBU yang juga merupakan pusat
pariwisata di Jawa Barat yang berarti KBU juga menjadi sumber pendapatan
tidak hanya bagi masyarakat juga pemerintah secara umum. Maka dari itu
102 Mengenai penetapan KBU sebagai kawasan strategis Provinsi Jawa Barat telah
ditetapkan pada Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun 2010 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029.
103 Lihat: Pasal 1 angka 9 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22 Tahun
2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat Tahun 2009-2029.
98
Provinsi Jawa Barat. Hal ini sejalan dengan amanat UU Pemda yang dapat
dilihat pada bagan yang dikutip dari pembagian urusan antar pemerintahan
Kabupaten/Kota
penataan
99
penataan lingkungannya
lingkungannya di kabupaten/kota
kawasan strategis
nasional
Izin Lokasi
Kabupaten/Kota
kabupaten/kota kabupaten/kota
dalam 1 (satu)
Daerah
provinsi
100
Kabupaten/Kota
Hal tersebut relevan mengingat selain ditinjau dari fakta bahwa KBU
berbagi wilayahnya di KBU. Letak KBU yang berada diantara empat wilayah
wilayah lainnya. Mengingat hal yang demikian maka lebih tepat apabila
proses pengendalian akan lebih terarah yakni melalui satu pintu yakni pintu
kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang saat ini “hanya” memiliki
(1) meliputi:
a. akta pendirian;
c. rekomendasi;
dampak; dan
perundangundangan.”
menandakan bahwa regulator dalam hal ini Pemerintah Provinsi Jawa Barat
hukum. Hal ini dapat dilihat dari bentuknya karena menyerupai surat izin serta
bersifat final dan menimbulkan akibat hukum namun sejatinya hanya sebatas
Pemerintah Provinsi Jawa Barat ingin memiliki peran yang lebih strategis pada
berada di bawah izin pemanfaatan ruang itu sendiri. Sehingga kurang tepat
jabatan yang paling tinggi kepada jabatan di bawahnya di daerah dalam urusan
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
hal, yaitu:
Pada satu sisi Pemprov Jabar dengan hanya terlibat pada masalah
KBU hal ini sedikit berbeda yaitu terdapat campur tangan Pemerintah
ruang. Hal ini dikarenakan fungsi vital KBU sendiri yang berada di
provinsi yang secara hirarki memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari
B. SARAN
terutama kepada DPRD Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Provinsi Jawa
sebagai berikut:
107
tersebut lebih merupakan isi dari sebuah instrumen izin supaya tidak