Anda di halaman 1dari 10

TUGAS AKUNTANSI PAJAK

AKUNTANSI ASET TAK BERWUJud


PENDAHULUAN
Aset tidak berwujud merupakan aset non moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak
mempunyai wujud fisik, seperti merek dagang, hak paten, goodwill, dan aset tidak berwujud
yang berhubungan dengan teknologi. Salah satunya seperti merek dagang yang dimiliki oleh
perusahaan. Merek dagang diperlukan karena merek merupakan aset tidak berwujud yang
memiliki nilai ekonomis dan dapat ditingkatkan nilainya dalam pengembangan suatu produk
(Lisvery, 2004).
Sumber : http://eprints.umm.ac.id/24225/2/jiptummpp-gdl-deasynovit-36232-2-bab1.pdf
Aset tidak berwujud telah menjadi isu dalam memperkuat posisi kompetitif perusahaan dan
dalam mencapai tujuannya. Tujuan perusahaan adalah mengoptimalkan nilai perusahaan.
Nilai perusahaan tercermin dari harga sahamnya, semakin meningkatnya perbedaan antara
harga saham dengan nilai buku aktiva yang dimiliki perusahaan menunjukkan adanya
unexplained value (Hadiwijaya, 2013). Meskipun aset tidak berwujud telah disajikan dalam
laporan keuangan, namun masih ada unexplained value yang tidak disajikan dalam laporan
keuangan. Unexplained value tersebut biasanya berasal 4 dari aset tidak berwujud yang
dihasilkan secara internal oleh perusahaan. Salah satu penyebab adanya unexplained value
adalah ketidak konsistenan standar akuntansi terkait pengukuran dan pelaporan aset tidak
berwujud dalam laporan keuangan (Siegel dan Borgia, 2007). Salah satu contohnya adalah
ketidak jelasan perlakuan aset tidak berwujud baik yang dihasilkan secara internal maupun
dari kombinasi bisnis (merger atau akuisisi) apakah akan dikapitalisasi atau dibebankan. Oleh
karena itu, aset tidak berwujud perlu dilaporkan dalam neraca untuk menyediakan informasi
akuntansi yang relevan mengenai nilai perusahaan yang sesungguhnya.
Aktiva Tak Berwujud (Intangible Asset)
Aktiva tak berujud adalah hak, hak istimewa dan keuntungan kompetitif yang timbul dari
pemilikan suatu aktiva yang berumur panjang, yang tidak memiliki wujud fisik tertentu.
Bukti pemilikan aktiva tak berujud bisa berupa kontrak, lisensi atau dokumen lain. Aktiva
tidak berujud mungkin timbul dari:
a) Pemerintah – seperti hak paten, hak cipta, franchise, merek dagang dan nama dagang.
b) Perusahaan lain – misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill.
c) Penjualan tertentu – seperti franchise dan lease.

Akuntansi Untuk Aktiva Tak Berwujud


Secara umum, akutansi untuk aktiva tak berujud adalah sejalan dengan akutansi untuk aktiva
tetap. Seperti halnya aktiva tetap, aktiva berujud juga dicatat atas harga dasar harga perolehan
dan harga perolehan ini dihapus secara rasional dan sistematis selama masa manfaat aktiva
tak berujud tersebut. Jika pada suatu saat dihentikan, maka nilai buku aktiva tak berujud
dihapuskan dari pembukuan dan dicatat pula laba atau rugi penghentian (jika ada).
TEORI TENTANG AKUNTANSI ASET TAK BERWUJUD

KASUS-KASUS TENTANG AKUNTANSI ASET TAK BERWUJUD


1. Perusahaanmeubel PT ANUGRAH JAYA menyewa tempat (tanah & gedung) selama
20 tahun dengan membayar sebesar Rp 500.000.000. dalam perjalanan usaha yang
ditekuni PT ANUGRAH JAYA menyewa sebuah mobil pick-up dengan harga Rp
250.000/hari. Dengan adanya batasan aset tetap tak berwujud hak sewa yang telah
disebutkan sebelumnya.
Maka transaksi sewa yang ada pada PT ANUGRAH JAYA hendaknya diperlakukan
sebagai berikut :

Atas sewa tanah dan gedung di catat sebagai aset tak berwujud :
Lease hold Rp 500.000.000
Kas Rp 450.000.000
PPH pasal 4 (2) Rp 50.000.000
Pada saat penyetoran PPH pasal 4 (2)
PPH pasal 4 (2) Rp 50.000.000
Kas Rp 50.000.000
Transaksi sewa ini diakui sebagai perolehan Aktiva Tetap Tak Berwujud (intangible asset)
yaitu berupa Hak sewa (Lease Hold), karena sewa tersebut berjangka waktu 20 tahun, yang
artinya atas cost sewa yang dikeluarkan sekarang, perusahaan akan memperoleh manfaat
(menjadikannya sebagai tempat usaha) untuk masa waktu yang lebih dari satu tahun buku,
untuk itu transaksi sewa ini eligable diakui sebagai aktiva tetap tak berwujud.
Persewaan suatu aktiva, merupakan Taxable Object, yaitu PPh Pasal 4 (2), diakui sekarang
atau nanti tetap akan mengakui. Jika tidak di akui sekarang toh nanti akan dikoreksi oleh
pihak kantor pajak. Mengingat Conservatism principle.

Atas sewa mesin & mobil dicatat sebagai biaya :


Pada saat pembayaran sewa dicatat :
Biaya Sewa Rp 250.000
Kas Rp 225.000
PPh Pasal 23 Rp 25.000

Pada saat pembayaran PPh Pasal 23 :


PPh Pasal 23 Rp 25.000
Kas Rp 25.000

Sewa mobil yang biaya harian langsung diakui sebagai biaya, karena atas pengeluaran
perusahaan sebesar Rp 250.000 perusahaan hanya akan memperoleh manfaat selama satu hari
(kurang dari 1 tahun buku).
Sewa jenis ini adalah obyek PPh Pasal 23, dimana perusahaan bertindak selaku pemotong. (Lebih
detail mengenai PPh Pasal 23 akan kita bahas pada artikel lain :-) ).

2. Contoh Hak Sewa :

 PT ANUGRAH MAKMUR menyewa gedung untuk showroom-nya Rp 250.000.000


selama 15 tahun
 PT ANUGRAH MAKMUR menyewa mobil Rp 150.000 per hari untuk kliennya yang
berkunjung.

Pencatatan :
Sewa gedung 250.000
Kas 250.000
Biaya sewa 150.000
Kas 150.000

Kedua transaksi "sewa" tersebut diperlakukan berbeda :

 Sewa gedung dicatat sebagai harga perolehan aktiva tak berwujud, berupa hak sewa
bangunan karena nilainya yang material dan manfaatnya lebih dari satu tahun buku,
yaitu selama 15 tahun kedepan.
 Dalam transaksi sewa mobil, biaya yang dikelaurkan dicatat sebagai biaya,
karena nilai nominalnya tidak terlalu material dan manfaatnya hanya satu hari atau
kurang dari satu tahun buku.

CONTOH 3

Selama tahun 2014 PT ANUGRAH JAYA mempunyai rincian data pencatatan aset tak
berwujud seperti dibawah ini :

1 januari 2014 membeli paten usia ekonomis 10 tahun Rp 200.000.000

2 februari 2014 Good will Rp 180.000.000

1 februari 2014 membeli franchise usia ekonomis 8 tahun Rp 500.000.000

30 april 2014 membeli copyright usia ekonomis 6 tahun Rp 120.000.000

buatlah pencatatan jurnal yang berhubungan dengan intangible aset dan penghitungan
amortisasinya

jurnal pembelian
Paten Rp 200.000.000
Good will Rp 180.000.000
Franchise Rp 500.000.000
Copyright Rp 120.000.000
Intangible aset Rp 1.000.000.000
Amortisasi
Beban amortisasi Rp 62.500.000
Paten Rp 20.000.000
Franchise Rp 52.083.333,3
Copyright 15.000.000

PANDANGAN PENULIS TENTANG KASUS YANG DIANGKAT TERSEBUT


Transaksi sewa ini diakui sebagai perolehan Aktiva Tetap Tak Berwujud (intangible asset)
yaitu berupa Hak sewa (Lease Hold), karena sewa tersebut berjangka waktu 20 tahun, yang
artinya atas cost sewa yang dikeluarkan sekarang, perusahaan akan memperoleh manfaat
(menjadikannya sebagai tempat usaha) untuk masa waktu yang lebih dari satu tahun buku,
untuk itu transaksi sewa ini eligable diakui sebagai aktiva tetap tak berwujud.
Persewaan suatu aktiva, merupakan Taxable Object, yaitu PPh Pasal 4 (2), diakui sekarang atau
nanti tetap akan mengakui. Jika tidak di akui sekarang toh nanti akan dikoreksi oleh pihak
kantor pajak. Mengingat Conservatism principle.
Kedua transaksi "sewa" tersebut diperlakukan berbeda :

 Sewa gedung dicatat sebagai harga perolehan aktiva tak berwujud, berupa hak sewa
bangunan karena nilainya yang material dan manfaatnya lebih dari satu tahun buku,
yaitu selama 15 tahun kedepan.
 Dalam transaksi sewa mobil, biaya yang dikelaurkan dicatat sebagai biaya,
karena nilai nominalnya tidak terlalu material dan manfaatnya hanya satu hari atau
kurang dari satu tahun buku.

KESIMPULAN
Globalisasi, inovasi teknologi, dan persaingan yang ketat pada abad ini memaksa
perusahaanperusahaan mengubah cara mereka melakukan bisnisnya. Ekonomi juga
bertransformasi dari production economy (p-economy) yang penggunaan pengetahuan sebagai
faktor produksi sangat sedikit; dan faktor produksi utamanya adalah modal fisik seperti tanah,
tenaga kerja, uang, mesin, dll menjadi knowledge economy (k-economy) yang investasi
terbesar yang dilakukan merupakan investasi dalam bentuk pengetahuan, modal intelektual,
dan asettakberwujud. Seiring dengan perubahan ekonomi yang memiliki karakteristik ekonomi
yang berbasis ilmu pengetahuan dengan penerapan manajemen pengetahuan, maka
kemakmuran suatu perusahaan akan bergantung pada suatu penciptaan transformasi dan
kapitalisasi dari pengetahuan itu sendiri.
Aset adalah sumber daya yang dikendalikan oleh entitas sebagai akibat peristiwa masa
lalu, manfaat ekonomis di masa depan dari aset tersebut diharapkan diterima oleh
entitas. Aset moneter adalah kas dimiliki dan aset yang akan diterima dalam bentuk kas yang
jumlahnya pasti atau dapat ditentukan.
Meskipun aset tidak berwujud telah disajikan dalam laporan keuangan, namun masih ada
unexplained value yang tidak disajikan dalam laporan keuangan. Unexplained value tersebut
biasanya berasal 4 dari aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal oleh perusahaan.
Salah satu penyebab adanya unexplained value adalah ketidak konsistenan standar akuntansi
terkait pengukuran dan pelaporan aset tidak berwujud dalam laporan keuangan (Siegel dan
Borgia, 2007). Salah satu contohnya adalah ketidak jelasan perlakuan aset tidak berwujud
baik yang dihasilkan secara internal maupun dari kombinasi bisnis (merger atau akuisisi)
apakah akan dikapitalisasi atau dibebankan. Oleh karena itu, aset tidak berwujud perlu
dilaporkan dalam neraca untuk menyediakan informasi akuntansi yang relevan mengenai
nilai perusahaan yang sesungguhnya.
bahwa aset tidak berwujud adalah aset nonmoneter yang keberadaannya sangat bernilai dan
diperhitungkan oleh perusahaan. Kini, kedudukan goodwill sangat istimewa
karena goodwill harus dinilai dan dicatat sebesar harga perolehannya baik goodwill yang
diperoleh secar pertukaran, membeli ataupun atas hasil akuisisi. Goodwill akan diamortisasi
selama keberadaan masa manfaatnya

Hak Paten
Hak Paten merupakan hak yang didapat dari penemuan tertentu, penemu tersebut akan
mendapatkan manfaat dalam waktu tertentu dan dimasa mendatang (bisa diperpanjang)

contohnya penemuan formula, sistem, penemuan produk, atau rekayasa.

Sumber :
https://www.google.co.id/search?q=contoh+hak+paten&safe=strict&source=lnms&tbm=isch
&sa=X&ved=0ahUKEwj6uZX7ysbeAhUITY8KHe2uDwQQ_AUIDigB&biw=1366&bih=6
08#imgrc=RcI8o7OslgldxM:

Trade Mark (Merek Dagang)

Merek dagang adalah hak yang didapat dari suatu merk komersil tertentu.
Contoh : logo, tulisan, simbol ataupun kombinasinya yang mewakili entitas tertentu.

Sumber :
https://www.google.co.id/search?safe=strict&biw=1366&bih=608&tbm=isch&sa=1&ei=Nxz
lW6n3EMX1vgTkjqCwDw&q=contoh+Trade+Mark+%28Merek+Dagang%29+&oq=contoh
+Trade+Mark+%28Merek+Dagang%29+&gs_l=img.3...177742.180440.0.181662.10.9.0.0.0.
0.552.1255.0j1j5-
2.3.0....0...1c.1.64.img..7.2.749...0j0i67k1j0i5i30k1j0i8i30k1j35i39k1.0._WP2yvQe8mg#img
rc=_

Organization Cost

Merupakan pengeluaran entitas yang timbul sebelum perusahaan beraktivitas operasi.


Contohnya biaya notaris, biaya seperti ini dicatat sebagai perolehan aset tak berwujud karena
manfaatnya yang diperoleh entitas saat itu dan dimasa mendatang selama entitas masih
beroperasi.

Copyright (Hak Pengadaan)

Merupakan hak yang diberikan karena suatu penulisan, baik itu puisi, novel, karya ilmiah,
nada lagu maupun lirik, skenario film.
Hak pengadaan (copyright) bisa meliputi hak mengedarkan dan memperbanyak karya
tersebut.

Perijinan (Licences)
Hak yang didapat dari pemerintahan untuk bisa melakukan aktivitas yang terkait dengan
bidang usaha perusahaan.
Licences ini ada masa waktunya, apabila telah habis, maka harus diperpanjang/diperbarui.
biasanya izin seperti ini mempunyai jangka waktu lebih dari satu tahun buku, bisa 3 hingga
30 tahun.

Franchise

Franchise merupakan hak yang didapat guna melakukan jenis usaha tertentu, memasarkan
produk juga mengikuti polanya, penggunaan logo maupun pengelolaannya.
Kesemuanya dimiliki oleh entitas yang memberikan franchise/waralaba.

Goodwill

Goodwil adalah keistimewaan atau kelebihan tertentu yang dimiliki suatu entitas.
Goodwill diakui apabila terjadi transaksi pada perusahaan yang dinilai lebih oleh entitas lain.
Transaksi bisa berupa merger atau akuisisi maupun penjualan perusahaan.
Contohnya keistimewaan perusahaan bisa muncul karena perusahaan mempunyai reputasi
yang sangat bagus, mempunyai produk yang tak dimiliki oleh para pesaing maupun letak
perusahaan yang strategis.

Perlakuan Akuntansi Aset Tak Berwujud Dalam akuntansi aktiva tidak berwujud, sebenarnya
hampir sama permasalahannya dengan aktiva berwujud.

1. Perolehan aset tak berwujud dicatat dan diakui sebesar nilai faktur serta ditambah
semua biaya yang menyertai untuk mendapatkan aset/haknya (sama seperti aset
berwujud).
2. Apabila terjadi pengeluaran setelah perolehan aset tak berwujud (expenditure), biaya
biaya tersebut dikapitalisasi ataupun dibebankan ke periode berjalan, sama
seperti tangible asset.
3. Amortisasi aset tidak berwujud, seperti halnya penyusutan pada aktiva tetap,
dialokasikan harga perolehannya menjadi biaya (beban usaha).

1. Pencatatan maupun perhitungan amortisasi sama caranya dengan perhitungan dan


pencatatan penyusutan aktiva tetap.
Kecuali trade mark (merk dagang) yang dikelompokan kedalam HPP, mayoritas
Amortisasi merupakan biaya usaha
2. Metode garis lurus mungkin lebih baik diaplikasikan dalam amortisasi, karena aset tak
berwujud pada dasarnya tak berhubungan dengan produk/output yang dihasilkan
perusahaan.

Pelaporan Aktiva Tak Berwujud (Disclosure)


Yang dilaporkan aktiva tidak berwujud hanya net value-nya (nilai bersih) setelah dikurangi
oleh akumulasi amortisasi.
Akumulasi amortisasi ini tidak disajikan dalam neraca

Jenis-jenis Aset Tak Berwujud

Jenis aset tak berwujud Pengaturan dalam PSAK terkait


1. Aset tak berwujud yang dimiliki untuk dijual entitas  PSAK 14 (Revisi 2008): Persediaan
dalam kegiatan usaha normal  PSAK 34: Akuntansi Kontrak
Konstruksi

2. Aset pajak tangguhan  PSAK 46: Akuntansi Pajak


Penghasilan

3. Sewa  PSAK 30 (Revisi 2007): Sewa

4. Aset yang timbul dari imbalan kerja  PSAK 24: Imbalan Kerja

5. Aset keuangan  PSAK 55 (Revisi 2006): Instrumen


Keuangan,Pengakuan dan
Pengukuran
 PSAK 4 (Revisi 2009): Laporan
Keuangan Konsolidasian dan
laporan keuangan tersendiri,
 PSAK 15 (Revisi 2009): Investasi
pada Entitas Asosiasi dan
 PSAK 12 (Revisi 2009): Invetasi
pada Ventura Bersama

6. Goodwill yang timbul dari kombinasi bisnis  PSAK 22 (Revisi 2010): Kombinasi
Bisnis

7. Biaya akuisisi yang ditangguhkan dan aset tak  PSAK 28: Akuntansi Asuransi
berwujud yang timbul dari hak kontraktual penjamin Kerugian
berdasarkan kontrak asuransi  PSAK 36: Akuntansi Asuransi Jiwa

8. Aset tak berwujud tidak lancar yang diklasifikasikan  PSAK 58 (revisi 2009): Aset Tidak
untuk dijual (atau termasuk dalam kelompok aset Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan
lepasan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk Operasi yang Dihentikan
dijual)
9. Aset tak berwujud yang berbentuk fisik, seperti
compact disk (yang memuat piranti lunak komputer),
dokumentasi legal (yang memuat lisensi atau paten),
atau film dalam hal elemen tak berwujudnya lebih
signifikan  PSAK 19 (Revisi 2010): Aset Tak
10. Pengeluaran iklan, pelatihan, perintisan usaha, Berwujud
penelitian dan pengembangan,
11. Hak yang timbul dari perjanjian lisensi untuk hal
seperti film, rekaman video, karya panggung,
manuskrip, paten, dan hak cipta
12. Aset tak berwujud selain butir 1 s.d. 11 di atas

Sumber: Paragraf 3-6 PSAK 19 (Revisi 2010) (IAI, 2010) dan IAS 38 (IASCF, 2009)
Sumber : http://www.transformasi.net/articles/read/153/psak-19-aset-tak-berwujud.html

HAK CIPTA
Pada tanggal 1 januari 2013 syaif memperoleh hak cipta atas lagu yang dikarangnya. Biaya-
biaya yang dikeluarkan untuk penyusunan karangan lagu pendaftaran dan memperoleh hak
cipta tersebut Rp 10.000.000. menurut taksiran hasil penjualan karangan taksiran umur hak
cipta 10 tahun.
Jawab
Mencatat besarnya amortisasi/tahun
(Rp 10.000.000/10) : Rp 1.000.000
Jurnal penyesuaian 31 desember 2013
Amortisasi hak cipta Rp 1.000.000
Hak cipta Rp 1.000.000
MERK DAGANG
Tanggal 1 april 2014 raif rahman & CO memperoleh hak merk atas produk pabriknya dengan
biaya Rp 8.800.000 harga perolehan tersebu diamortisasi selama 8 tahun.

Jurnal untuk mencatat perolehannya (1 april 2014)

Merk dagang Rp 8.800.000

Kas Rp 8.800.000

Mencatat amortisasi tahunan

Rp 8.800.000/8 = Rp 1.100.000

Memncatat beban amortosasi tahun 2014

1 april-31 desmber 2014 = 9 tahun

9/12 x Rp 1.100.000 = Rp 825.000

Jurnal untuk mencatat penyesuaian beban amortisasi 3/12 :

Amortisasi merk dagang Rp 825.000

Merk dagang Rp 825.000

FRANCHISES
PT anugrah jaya memperoleh hak dari mcd memproduksi suatu produk makanan & menjual
kepada umum. Biaya yang dikeluarkan atas produk tersebut sebesar Rp 18.000.000 sesuai
dengan perjanjian hak mempergunakan selama 9 tahun.

Jurnal untuk mencatat hak franchises produk tersebut tanggal 1 juni 2014

Franchises Rp 18.000.000

Kas Rp 18.000.000

Mencatat beban amortosasi per tahun

Rp 18.000.000/9 = Rp 2.000.000

Mencatat jurnal penyesuaian 31 desmber jika kontrak disepakati 1 juni 2014

1 juni – 31 desember = 7 tahun

7/9 x Rp 2.000.000 = 1.555.555

Amortisasi franchises 1.555.555

Franchises 1.555.555

GOOD WILL

Pt anugrah jaya membeli PT barokah dengan harga Rp 30.000.000 nilai wajar aktiva PT
anugrah jaya pada saat transaksi Rp 25.000.000 dan nilai seluruh utangnya Rp 8.000.000
maka nilai goodwill dihitung :

Harga beli PT anugrah jaya Rp 35.000.000

Nilai wajar aktiva netto Rp 25.000.000

Nilai utang Rp 8.000.000

Total modal pt anugrah jaya Rp 17.000.000

Nilai good will Rp 18.000.000

Transaksi tersebut dicatat dengan jurnal :

Macam-macam aktiva Rp 25.000.000

Good will Rp 18.000.000

Macam-macam utang Rp 8.000.000

Kas Rp 35.000.000
Good will diamortisasikan selama umur ekonomisnya. Misalnya diamortisasikan selama 15
tahun, maka setiap tahun Rp 18.000.000 : 15 = Rp 1.200.000

Jurnal penyesuaian setiap akhir periode akuntansi adalah :

Beban amortisasi good will Rp 1.200.000

Good will Rp 1.200.000

Anda mungkin juga menyukai