Anda di halaman 1dari 17

Penyakit Neoplastik

PFIINSIP TERAPI KANKER SELAMA


KEHAMTLAN. ................... 1259
KARSTNOMA pAyUDARA ...................1261
KEGANASAN SEL LIMFOID ................ 1263
MELANOMA MALIGNA..... ................... 1266
i Pembedahan

NEOPLASIA SALU RAN FIEPRODUKSI ................. .. 1267


Intervensi bedah untuk kanker mungkin diindikasikan un-
tuk mendiagnosis, menentukan stadium, atau mengobati.
KANKER SALURAN CERNA .....,.,......,1271 Sebagian besar prosedur yang tidak mengganggu saluran
NEOPLASMA GtNJAL........ ..................1272 reproduksi dapat ditoleransi baik oleh ibu dan janinnya
(lihat Bab 41, hal. 963). Meskipun banyak tindakan op.
TUMOR 1AtN............ ......1272
erasi secara klasik ditunda sampai setelah 12 sampai 14
milrggu untuk meminirnalkan risiko abortus namun hal
ini mungkin sebenarnya tidak diperlukan. Secara spesiflk,
visualisasi janin hidup yang tampak normal dengan sono-
grafi antara 9 dan 11 minggu memprediksi 95 persen ke-
mungkinan bahwa kehamilan akan mencapai viabilitas.
Kami berpendapat bahwa pembedahan sebaikrrya dilaku.
Kanker selarna kehamilan tidak umum, tetapi tidak jarang kan tanpa memandang usia kehamilan jika kesejahteraan
dijumpai. Untuk sebagian besar kanker, angka yang dilapor- ibu terancam,
kan sangat bervariasi, yang mencerminkan bukan saja per.
bedaan dalam populasi, tetapi juga dalam metode penenruan
dan inkonsistensi pelaporan. Dalam suaru ulasan terhadap
I Terapi Radiasi
lebih dari 4,8 juta persalinan di Califomia selama periode 9 Sebagian besar prosedur radiografik diagnostik menimbulkan
tahun, Smith dkk., (2003) menemukan insiden neoplasma pajanan sinar.X yang sangat rendah dan tidak boleh
ganas selama kehamilan atau dalam 12 bulan sesudahnya dirunda jika prosedur tersebut akan secara langsung
adalah 0,94 per 1000 kelahiran hidup. Sekitar seperriga memengaruhi terapi (American College of Obsrerricians
didiagnosis pada periode perinatal dan yang lain dalam 12 and Gynecologists, 2004). Dosimetri radiasi banyak prosedur
bulan setelah melahirkan. Sebagian dari kanker.yang relatif dibahas di Bab 41 (hal. 961). Sebaliknya, radiasi rerapeutik
umum yang berkaitan dengan keharnilan diperliha&an di sering menyebabkan pajanan signifikan ke janin. Jumlahnya
Tabel 57.1. Kanker payudara, tiroid, dan serviks; limfoma; bergantung pada dosis, lokasi tumor, dan ukuran lapangan.
dan melanoma membentuk paling sedikit 85 persen dari Meskipun periode yang paling rentan adalah selama
berbagai keganasan tersebut. Meskipun penatalaksanaan organogenesis, tidak ada usia gestasi yang dianggap aman
wanita hamil dengan kanker tidak mudah namun terdapat untuk pajanan radiasi terapeutik. Efek samping mencakup
prinsip dasar yang perlu diikuti: wanira yang bersangkut- kematian sel, karsinogenesis, dan efek genetik pada generasi
an jangan dianggap cacat karena ia hamil. Terapi harus berikutnya (Brent, 1989, 1999; Hall, 1991). Efek samping
disesuaikan secara individual dan mencakup pertimbangan khas pada janin adalah mikrosefalus dan retardasi menral.
terhadap jenis dan stadium kanker, keinginan wanita yang Pada sebagian kasus, bahkan pajanan pada tahap akhir
bersangkutan untuk melanjutkan kehamilan, dan risiko kehamilan dapat menyebabkan hambatan pertumbuhan dan
dalam memodifikasi atau menunda pengobatan. kerusakan otak janin.

1259
1260 OBSTETRI WILLIAMS - BAGIAN B: KOMPLIKAST MEDTS DAN BEDAH

Berbagai bahaya ini menimbulkan masalah-masalah Dalam hal obat spesifik, dari ulasan mereka tentang obat
praktis. Sebagai contoh, dosis radiasi rerapeutik untuk ab- pengalkil (a\qlatins agents), Glantz (1994) serta Doll dkk.,
domen ibu dikontraindikasikan karena tingginya risiko ke- (1988) menyimpulkan bahwa obat.obat ini dapat digunakan
matian atau kerusakan janin, kecuali tentu saja jika induksi setelah trimester pertama. Pengamatan-pengamatan ini juga
abortus adalah salah satu tujuannya. Pada sebagian kasus, tampaknya berlaku untuk dua teratogen poten--asmnreanoat all.
misalnya kanker kepala dan leher, radioterapi ke daerah su- fraru dan metotrel<sat*di rnana keduanya menimbulkan sedikit
pradiafragma dapat diberikan dengan relatif aman asalkan efek samping seteiah trimester pertama (Briggs dkk., 2002).
disertai pelindung abdomen. Pada yang lain, misalnya kan-
ker payudara, dapat terjadi penyinaran terhadap janin akibat
Pertimbangan Lain
pendaran radiasi.
Kemoterapi merupakan kontraindikasi saat menyusui. ]uga
terdapat kekhawariran tentang pajanan kontak petugas kes-
O Kemoterapi ehatan ke obat-obat kemo terapeutik. Selevan dkk., (1985)
Kemoterapi dianjurkan untuk terapi primer atau sebagai serta Stuckei dkk., (1990) melaporkan peningkatan dua kali
terapi adjuvan bersama dengan pembedahan atau radiasi. lipat angka kematian janin pada perawat yang terpajan se-
Meskipun kemoterapi sering memperbaiki hasil akhir ibu lama trimester pertama. Mereka menganjurkan agar perawat
jangka-panjang, pemakaiannya selama kehamilan urnumnya berhati.hati daiam mencampur dan memberikan obat anti-
dihindari. Hal.hal yang dikhawatirkan terjadi pada janin neoplastik (lihat Bab 14, hal 337 ).
adalah malformasi, hambatan pertumbuhan, retardasi men-
tal, dan risiko keganasan di masa mendatang. Tetapi risiko
untuk efek-efek ini terutama bergantung pada usia gestasi
I lmunoterapi
saat pajanan. Sebagai contoh, sebagian besar obar anrineo- Antibodi monoklonal terhibridisasi yang ditujukan kepada
plastik berpotensi merugikan janin jika diberikan selama antigen-antigen spesifik-tumor semakin sering digunakan
periode organogenesis. Memang, terpajannya janin ke obat untuk mengobati tumor ganas. Contoh umum adalah rrasrz-
sitotoksik menyebabkan malformasi mayor pada 10 sampai zumab, yang nama dagangnya adalah Herceptin. Obat ini di-
20 persen kasus (Muslin dkk., 2001). tujukan kepada reseptor faktor pertumbuhan epidermis ma-
Setelah trimester pertama, sebagian besar obat antineo- nusia tipe Z-Her2lneu-yang sering ditemukan pada kanker
plastik tidak menimbulkan efek merugikan jangka.pendek payudara (Hudis, 2007). Obat golongan ini dibahas secara
yang jelas (Aviles dan Neri, 2001; Cardonick dan Iacobucci, lebih rinci di hal. 1261 serta bersama tumor untuk mana obat
2004). Namun, efek jangka.panjang belum dievaluasi secara ini digunakan.
mendalam (Gwyn, 2005; Partridge dan Garber, 2000). Efek
mutagenik lambat pada anak dari wanita yang diterapi selama
kehamilan merupakan hal yang dikhawatirkan. Dalam saru
I Fertilitas Setelah Terapi Kanker
penelirian, Li dkk., (1979) menemukan hanya dua kasus ke- Kesuburan pasien pria dan wanita mungkin berkurang setelah
kemoterapi atau radioterapi. Dalam satu
"ontoh, terapi ter-
ganasan masa kanak-kanak pada anak dari 146 wanita yang
diterapi selama 286 kehamilan. Dalam penelitian lain, Aviles hadap limfoma Hodgkin stadium lanjut dengan kemoterapi
dan Neri (2001) tidak menemukan sekuele menyimpang multipel dapat menyebabkan azospermia pada pria dan
pada 84 anak yang terpajan ke obat antineoplastik in urero. penurunan pematangan dan destruksi folikel serta fibrosis
BAB 57: PENYAKIT NEOPLASTIK 1261
ovarium pada wanita ('!7axman, 1985). Gershenson (1988) melegakan dari Centers for Disease Control and Prevenrion
membahas hasil akhir pada wanira yang berhasil disembuh- (2007) bahwa insidennya telah mulai berkurang. Meskipun
kan dari tumor ovarium sel germinativum dan mendapatkan demikian, American College of Obstetricians and Gyneco.
bahwa sepertiga mengalami ablasi parsial atau toral fungsi logists (2003b) memperkirakan bahwa hampir 1 dari setiap
ovarium. Tangir dkk., (2003) meneliri para wanira penderira 8 wanita akhimya akan terkena. Kanker ini juga merupakan
keganasan sel germinarivum ovarium yang diobati dengan salah satu keganasan tersering yang dijumpai selama keha-
pembedahan untuk mempertahankan kesuburan dan, pada milan (Smith dkk., 2003; Sorosky dan Scott-Conner, 1998).
sebagian besar kasus, dilanjutkan dengan kemoterapi. Lebih Dengan semakin banyaknya wanita yang menunda memiliki
dari 75 persen dari mereka yang berupaya untuk hamil berha- anak sampai usia yang lebih tua, frekuensi kanker payudara
sil paling tidak satu kali. Falconer dan Ferns (2002) menya- terkait kemungkinan akan meningkat (\7oo dkk.,, 2003).
jikan temuan-temuan serupa. Kemungkinan efek terhadap Menurut beberapa penelitian, wanita dengan mutasi
kesuburan bergantung baik pada usia maupun dosis. Fakta gen kanker payudara BRCAI dan BRCA2, serra mereka
menarik bahwa, ovarium prapubertas lebih resisten terhadap dengan riwayat kanker payudara dalam keluarga, Iebih be-
efek kemoterapi. sar kemungkinannya menderita keganasan selama hamil
Baru.baru ini dilaporkan metode pemanen praterapi dan daripada mereka yang tidak memiliki murasi.murasi rersebur
penyimpanan secara beku jaringan ovarium untuk trans- (Johansson dkk., 1998; Shen dkk., 1999). Namun, akhirnya
plantasi analog pascaterapi (Falcone dan Bedaiwy, 2005). paritas dapat memodifikasi risiko pada wanita dengan mu-
Pendekatan ini mahal dan masih bersifat peneiitian yang tasi BRCAi dan BRCA2. Dalam kelompok ini, wanira para
pernah digunakan pada wanita yang rnenjalani kemorerapi berusia lebih dari 40 tahun memperlihatkan risiko kanker
(Patrizio dkk., 2005). Paling tidak satu pasien yar.rg mela- yang jauh lebih rendah (Andrieu dkk., 2006; Antoniou dkk.,
hirkan bayi hidup dengan pendekatan ini telah dilaporkan 2006). Wanita dalam kelompok ini yang menjalani abortus
(Donnez dkk., 2004). Metode-merode terkini unruk mem- induksi atau mereka yang menyusui tidak memperlihatkan
pertahankan kesuburan dan opsi kor-rsepsi telah dibahas oleh peningkatan risiko kanker payudara (Beral dkk., 2004;
Jeruss dan\Toodruff (2009) serta Maltaris dkk., (2009). Friedman dkk., 2006). Selain itu, Jernstrom dkk., (2004)
mendapatkan bahwa menyusui sebenarnya memberikan efek
i Kehamilan pada Bekas Penderita Kanker protektif terhadap kanker ini pada mereka yang memiliki
mutasi gen BRCAI, tetapi tidak untuk mereka dengan mu-
Childhood Cancer Survi'u,or Study (CCSS) dibentuk pada tasi BRCA2. Masih diperdebatkan apakah pajanan dietilstil-
tahun 1994 untuk mempelajari efek jangka.panjang terapi bestrol in utero berkaitan dengan peningkatan risiko (Larson
pada bekas penderita kanker. Berdasarkan gambaran terha- dkk., 2006; Titus-Ernstoff dkk., 2006).
dap lebih dari 10.000 orang dewasa tersebut, Oeffinger dkk.,
(2006) melaporkan bahwa, sehubungan dengan saudara kan-
dung mereka, bekas penderita kanker memiliki risiko tiga
I Kehamilan dan Kanker Payudara
kali iipat menderita sejumlah penyakit kronik. Penyakit- Efek kehamilan pada perjalanan penyakit kanker payudara
penyakit tersebut mencakup keganasan kedua darr gagal jan- dan prognosisnya bersifat kompleks dan tidak hanya dise-
tung, serta disfungsi otak terkait-radioterapi kepala, de{isiensi babkan oleh peningkatan masif kadar estrogen dan proges-
hormon pertumbuhan, dan obesitas. Hasil akhir kehamilan tin. Sebagian data jelas menyiratkan bahwa kadar estrogen
dari 1953 wanita dalam kohort CCSS, yang mengalami yang lebih tinggi menyebabkan peningkatan kanker pa-
kehamilan total sebanyak 4029 kali, juga telah dilaporkan yudara pada usia selanjutnya dan bahwa progesteron mung-
(Green dkk., 2002; Robison dkk., 2005 ). Secara umum, tidak kin bersifat protektif (\7ard dan Bristow, 2002). Terdapat
terjadi peningkatan gangguan hasil akhir. Signorello dkk., bukti yang menarik bahwa kadar alfa-fetoprotein yang lebih
(2006) meiaporkan hasil serupa. Dalam sebuah penelitian di tinggi berkaitan dengan penurunan insiden kanker payuda-
Skotlandia, Clark dkk., (2007) melaporkan bahwa 917 ke- ra (Melbye dkk., 2000). Meskipun demikian, penghentian
hamilan pertama pada bekas penderita kanker memperlihat- kehamilan setelah diagnosis kanker selama kehamilan tidak
kan sedikit peningkatan angka persalinan kurang bulan dan berpengaruh pada perjalanan atau prognosis kanker terse-
perdarahan pascapartum. but.
Yang terakhir, Larsen dkk., (2004) melaporkan bahwa Sebagian besar laporan klinis mempertahankan bahwa
radioterapi bukan kemoterapi pada usia muda secara jika kanker payudara didiagnosis selama kehamilan, ke-
ireversibel mengurangi volume uterus bekas penderita kanker lenjar getah bening regional lebih besar kemungkin-
masa kanak-kanak. Demikian juga, \Wo dan Viswanathan annya mengandung metastasis mikroskopik. Hal ini pen-
(2009) dalam ulasan mereka menyimpulkan bahwa ra. ting, karena angka kelangsungan hidup 5 tahun terutama
diasi panggul-abdornen mengganggu fungsi reproduksi bergantung pada stadium saat diagnosis dan setara dengan
selanjutnya. Namun, yang melegakan adalah bahwa ibu stadium pada wanita tak-hamil (King dkk., 1985; Nugent
yang pada masa kanak-kanaknya mendapat radioterapi tidak dan O'Connell, 1985; Zeinlickis dkk., 1992). Menurut
memperlihatkan peningkatan risiko melahirkan bayi dengan Jacob dan Stringer (1990), sekitar 30 persen wanita hamil
malformasi kongenital (\Tinther dkk., 2009). dengan kanker payudara memiliki penyakit stadium I, 30
persen memiliki stadium II, dan 40 persen stadium III atau
IV. Seperti diperlihatkan di Tabel 57.2, agregat studi-studi
yang diterbitkan setelah tahun 1990 menunjukkan bahwa
Kanker payudara adalah keganasan tersering pada wanita sekitar 60 persen wanita hamil memperlihatkan keterlibatan
semua kelompok usia. Namun, terdapat bukti-bukti yang kelenjar limfe keriak.
1262 OBSTETRIWILLIAMS - BAGIAN 8: KOMPLIKASI MEDIS DAN BEDAH

,,i::.i'1.6.',1.,,l,,,':,,,.

rr,;i:==-{91:r=.l,.,;
.:::::::::l8Sli::,,i=

l:l:i:l:-:::,r .v|:.:t:::.i:-:.:,i,:.,*

i;..:#,17$:;:i:;:;;;1,

Temuan.temuan lain menunjang anggapan bahwa kan. sebesar 52 persen jika kanker payudara clidiagnosis pada
ker payudara pada wanita l-ramil umumnya berada pada wanita hamil dibandingkan dengan 80 persen jika dideteksi
stadium lebih lanjut. Zemlickis dkk., (1992) mendapatkan pada wanita rak-hamil. Setelah ulasan yang ekstensi(
bahwa wanita hamil memperlihatkan peningkatan dua Schedin (2006) berhipotesis bahwa remodeling payudara
sampai tiga kali lipat risiko metastasis dibandingkan de- pascakehamilan berperan dalam penyebaran sel tumor.
ngan wanita tak-hamil. Bonnier dkk., (1997) mendapatkan
insiden kanker meradang yang jauh lebih tinggi pada 154
Metastasis ke Plasenta
wanita hamil dibandingkan dengan 308 kontrol tak-hamil
dengan usia setara-26 versus 9 persen. Sel payudara ganas kadang ditemukan di plasenta pada
Biasanya terdapat sedikit penundaan dalam penilaian pemeriksaan mikroskopik (Dunn dkk., 1999). Mestastasis ini
klinis, prosedur diagnostik, dan terapi pada wanita hamil de. terbaas di ruang anrarvilus, dan belum pernah dilaporkan
ngan kanker payudara (Beny dkk., 1999). \7oo dkk., (2003) penyebaran ke janin (lihat Bab Z7,hal.607).
menemukan bahwa penundaan rerata hanya 1 atau 2 bulan.
Penundaan sebagian berkaitan dengan perubahan payudara O Diagnosis
yang dipicu oleh kehamilan yang menyamarkan adanya
massa di payudara. Perubahan-perubahan ini bahkan lebih Pendekatan diagnostik pada wanita hamil dengan tumor pa-
meningkat selama menyusui, saat terjadi hiperplasia lcbulus yudara seharusnya tidak berbeda bermakna dari pendekatan
dan galaktostasis. Berdasarkan biologi kanker payudara, pada wanita tak-hamil. Setiap massa payudara yang men-
kekhawatiran bahwa keterlibatan kelenjar limfe yang curigakan yang ditemukan pada kehamilan perlu diperiksa
berlebihan berkaitan dengan penundaan diagnosis tampaknya secara agresif untuk memastikan penyebabnya. "Tnple est"
tidak berdasar. Nettleton dkk., (1996) menggunakan model untuk massa solid di payudara terdiri dari pemeriksaan klinis,
matematika untuk menyimpulkan bahwa penundaan hingga pencitraan, dan biopsi jarum. Di University of Alabama, so-
6 bulan dalam diagnosis hanya meningkatkan kemungkinan nografr adalah pemeriksaan diagnostik yang pertama dilaku-
metastasis ke aksila sebesar 5 persen. Tidak diragukan lagi kan. Lesi yang lonjong atau memanjang dengan tepi halus
bahwa kanker payudara lebih'agresif pada wanita yang dan tanpa bayangan merupakan isyarat kuat massa jinak.
lebih muda. Masih diperdebatkan apakah kanker ini lebih Sebagian besar massa dalam kehamilan memperlihatkan
agresif selama kehamilan pada para wanita ini. Beadle gambaran menenangkan ini, dan penentuan diagnosis pasti
dkk., (2009) tidak mendapatkan perbedaan dalam angka sering menunggu akhir kehamilan.
kelangsungan hidup keseluruhan pada wanita muda dengan Sebagian menggunakan mamografi untuk mengevalua-
kanker payudara terkait-kehamilan dibandingkan dengan si massa di payudara. Dengan pelindung yang sesuai, risiko
wanita dengan usia dan stadium setara yang kankernya radiasi pada janin harnpir dapat diabaikan, dan pajanannya
ddak didiagnosis selama kehamilan. Temuan-temuan ini sendiri hanya 0,004 cGy untuk mamogram dua-muka
bertentangan dengan temuan Rodriguez dkk., (2008), yang tipikal (Nicklas dan Baker, 2000). Jaringan payudara lebih
melaporkan angka kelangsungan hidup keseluruhan lebih padat selama hamil sehingga mamograf memperlihatkan
rendah pada mereka yang mengidap kanker payudara terkait- angka negatif-palsu sebesar 35 sampai 40 persen (\7oo dkk.,
kehamilan dibandingkan dengan kontrol setara. Kedua 2003).
penelirian menyimpulkan bahwa stadium penyakit yang Yang terakhir, pencitraan magnetic resonnnce (MR) lebih
lebih lanjut tampaknya lebih prevalen pada wanita hamil sensidf daripada mamograf tetapi memiliki angka positif-
dan karenanya ketangsungan hidup keseluruhan menjadi palsu yang lebih tinggi pada wanita tak-hamil (Leach dkk.,
menurun. Dalam Swedish Cancer Registry, Bladstrom dkk., 2005). Yang penting, jika terdapat suatu massa yang men-
(2003) melaporkan angka kelangsungan hidup 5 mhun curigakan dan pemeriksaan-pemeriksaan pencitraan tidak
BAB 57: PENYAKIT NEOPLASTIK 1263
diagr-rostik, atau jika terdapat gambaran klir-ris yar-rg rnen- seltrma kehamilan ktrreni,-r sebaran radiasi ke abdomen yirr-rg
curigirkan, makir cliindikasikan tinclakan biopsi. Meskipun signilikan. Sorosky dan Scott-Conner (i99B) rnenenrukan
belurn ada penelitian besar pada wanirir hamil, biopsi ini bal'rwa jika closis radiasi ibu aclalah 5000 cGy, rnaka janin
dianjurkar.r. Aspirasi jarurn hah-rs untuk sitologi telirh men- mcnerima paling sedikit 100 sarnpai 150 cGy. Bradley dkk.,
jadi kurang poptrler dalam beberapa ral-run tcrakhir kirr.ena (2006) rnenekankan bal-rlva ukuran janin dan kedalaman di
tingginya ar-rgka insufisicnsi sarnpel jaringan dan temuan dalarn abdomen (berbecla dirri ukuran urerus) yang perlu di.
pada kar.rker payudara terkait-kehamilan yang lebih sulit di- gunakan untuk menghirung dosis pada janin.
interpretasikan (Woo dkk., 2003).
Jika keganasan relah didiagnosis maka dilakukan radio-
gra6 toraks dan pencarian rnetastasis cerbatas. Meskiptur pe.
I Kehamilan Setelah Kanker Payudara
tnindaian computed tomography (CT) rurin terhadap tular-rg Sebagian wanita menjadi infertil oleh kernoterapi, seperti
dan hati bersifat sensitif dnn spesifik, keduar-rya biasrnya telal-r c'libahas di hal. 1258. Bagi mereka yang dapat rnemilih
dihindari selama kehamilan kalena radiasi yang berlebil-ran untuk hamil, tidak banyak bukti yaug rnentrnjukkan ballva
(Pclsang, 1998). Pencirraan magnenc resonance rnerupakan kel'rarnilan berpengaruh brrruk pada kesintasan wirnitr yang
alterr-ratif yang layak unruk rnenilai keterlibaun hati karena pernah mer-rjalani terapi untuk kanker payudara (Aver.ette
sensitif clan rnemiliki resolusi kontras yang sangat baik. dkk., 1999). Dow dkk., (t994) tidak menernukan pelbedaarr
dalam nngka kekambtrhan arau merasrasis jauh pada mer.ekir
I Terapi yirng kcmudian hamil arau yang ridak. Laporan-laporan oleh
Kroman (199i) dan Velentgas (1999) serta rekan-rekan
Pendekatan klinis terbaik aclalah clengan rnenggunakan rirn
mereka jugir rnengonfrrmtrsi temtran-temuan ini.
n-rultidisiplin yang mencakup dokter kanriungan, bedah, dan
Tidak ada data yang menurrjukktrn bahwa menyusui ber.
onkologi rnedis. Bedah konserv:rsi payudara unruk tumor ke-
pengartrh buruk pada perjalanan per-ryakit kirnker payudara.
cil, dengan ataLr tirnpa kemo- atau radioterapi i-rdjuvan, distr.
Menyusui clapat dilakukan serelah bedah konservarif dan
rankan unruk wanirir tirk-harnil (Fisher dkk., 2002; Veronesi
rirdiasi untuk kanker payudara, bahkan dari sisi yang diobati
dkk., 2002). Terapi bedah mungkin defrnitif unruk karsi- (Higgins dan Haffty, 1994). Rekomendasi unruk kehamilan
noma payudara seltrma keharnilan (!7oo dkk., 2003). Tanpa
berikutnya pada wanittr yang berhasil diterapi unttrk kanker
lesi metastatik, dapirr dilakuktrn eksisi luas, masrekromi radi-
piryudara didirsarkan pada beberapa ftrktor, rennasuk pertirn-
kal rnodifikasi, atnu mastektorni totnl, rnasing-masing cle ngan
bangan risiko kekambuhan. Pasien sebaiknya dir-rasehari
pellentuan smdiurn kelenjar getah bening aksila (Rosenkranz
turtuk menunda keharnilan 2 sarnpai 3 tahun, yaitu perio.
dan Lucci, 2006). Dalam penenruan stadium, biopsi kelenjar
dc pcngarnatirr) yang prIing kr:itis. Namun, wanita yang
limfe sentinel tampaknya trman clilakukan padir wanita harnil
mengar-rdung sebelum waktu ini tampaknya tid:rk mengalami
(Mondi dkk., 2007; Spanireimer dkk., 2009).
penllrlrnan ar-rgka kelangsungan hidup (lves dkk., 2006).
Kemoterapi dianjurknn unruk rurnor clengan kelenjar
Akhirnya, wanira yalrg menjaiani kehamilan setelah
yang posirif jika persalinan tidak diperkirakan terjadi clalam
diagnosis kanker payudara rnemperlihatkan hasil akhir
bebcrapa rninggu ke depan. Kernoterirpi diberikan ur-rtuk pe.
kehamilan yang setara dengan metektr yang ridak mengidap
nyakit tahap lanjut, dan perlu dipertimbangkan rerrninasi kanker (Langagergaarrd dkk., 2006).
jika kel-ramilan masih dini (Shah dan Satrnders, 2001). Saar
ini siklofosfamid, doksorubisin, dan 5-fluorourasil clianjur.
kan oleh sebagian besar dokter (Garcia-Manero dkk., 2009).
Setelah trimester pertama, metotreksat dapat mengganti-
kan dolaorubisin (Sorosky dan Scott.Conner, 1998). Pada Sebagian keganasan ini bermanifestasi sebagai leukernia yang
wanitir pramenopause kelangsungan hidup mernbaik dengan mengenai sulnsurn tulang dan darah, dan yirng lain adalah
kemoterapi sehingga pengobaran ini perlu dipertimbangkan tumor padat, yaitu, lirnforna. Limfoma rnungkin berasal dari
meskipun kelenjar limfe bebas kanker. sel B atau sel T.
Dalam dekade rerakhir imunoterapi ul1ruk kanker pa.
yudara semakin sering dilakukan. TrastuTumab-H erceptin-
adalah zrntibodi monoklonal terhadap resepror faktor per-
I Penyakit Hodgkin
tumbuhan epidermis manusia tipe 2 (HER2/neu), yang Hodgkin adrlah limfomr maligna rerscring patla wrnitn usia
diternukan pada sekitar seperriga kanker payudara invasif subur. Penyakit ini mungkin berasal dari sel B dan dibedakan
(Hudis, 2007). Obat ini digunakan untuk kanker payudara dari limfoma lain oleh adanya sel Reed-Sternberg. Limfoma
metastatik dan saat ini lebih sering digunakan sebagai terapi ini rnemiliki puncak insiden ganda, yaitu pada usia 18 sam-
adjuvan untuk penyakit tahap dini pada tumor positif.HERz. pai 30 tahun dan kembali pada usia setelah 50 tahun. Prog-
Pengalaman dengan pemakaiannya pada kehamilan masih nosis baik, dirn angka kehidupan lebih dari 70 persen.
terbatas, tetapi obat ini dapat rnenyebabkan oligohidram- Pada lebih dari 70 persen kasus penyakit Hodgkin, terjadi
nion (Shrirn dkk., 2008; Sekar dan Stor-re, 2007). pembesaran tak-nyeri kelenjar limfe di atas diafragma-ke-
Pada ZZ wanita yang diterapi dengtrn mastcktomi radi- tiak, leher, atau submirndibula. Sekitar seperriga mengalami
kal modifikasi dan sebagian besar diikuti oleh kemoterapi, gejala seperti clemam, keringat malam, malaise, penurunan
Berry dkk., (1999) melaporkan risiko janin y:rng mir"rimal. berat, dan pruritus. Klasifrkasi 1999 dari \Uorld Health Orga.
Selain itu, Hahn dkk., (2006) melaporkan hasil akhir lang. nization, yar-rg digunakan tmruk nrjuan kIini;-dan rerapeurik,
ka-pendek yang baik bagi anak.anak dari 5? wanira yang mempertimbangkan faktor modologis, klinis, imunologis,
diterapi selama kehamilan dengan kernoterapi multiobat un- dan genetik. Temuan rersering adalah adenopati perifer, dan
tuk kanker payudara. Radioterapi adjuvan tidak dianjurkan keler.rjar limfe leher dan supraklavikula sering terkena. Di-
1264 OBSTETRI WILLIAMS - BAGIAN 8: KOMPLIKASI MEDIS DAN BEDAH

agnosis adalah dengan pemeriksaan histologis kelenjar yang penyakit yang jelas tersebar luas kami menganjurkan bahwa
terkena (Armitage dan Longo, 2005). kemoterapr dimulai tanpa memandang usia kehamilan.
Penundaan terapi sampai janin matang tampaknya hanya
dibenarkan jika diagnosis ditemukan pada kehamiian tahap
Kehamilan dan Penyakit Hodgkin
lanjut (Shulman dkk., 2008).
Dalam suatu pembahasan berbasis populasi terhadap sekitar Kehamilan tidak selalu berpengaruh buruk pada
4 juta persalinan, Smith dkk., (2003) melaporkan limfoma perjalanan penyakit atau kelangsungan hidup wanita dengan
ini menjadi penyulit hanya pada 1 dari 34.000 kelahiran limfoma Hodgkin (Pavlidis, 2002). Selain itu, gangguan hasil
hidup. Pengalaman kami selama 35 tahun terakhir di Park- akhir kehamilan tampaknya tidak meningkat (Langagergaard
land Hospital dengan lebih dari 300.000 kehamilan juga dkk., 2008). Namun, karena sering diperlukan kemoterapi
serupa. dan radiasi agresif untuk mencapai kesembuhan maka
Wanita hamil dengan penyakit Hodgkin memerlukan terminasi kehamilan layak dipertimbangkan pada trimesrer
penanganan khusus. Pegangan dalam pengobatan adaiah pertama kehamilan. Jacobs dkk., (1981) melaporkan bahwa
bahwa penentuan stadium sangat penting, dan diindikasikan kemoterapi selama trimester kedua dan ketiga atau iradiasi
radioterapi lokal atau kemoterapi sistemik. Sistem penen- ke mediastinum dan leher tidak berpengaruh buruk pada
ruan sradium Ann Arbor, yang diperlihatkan di Tabel 57. janin atau neonatus. Berdasarkan pengalaman kami, wanita
3, dirancang untuk limfoma Hodgkin tetapi juga digunakan hamil dengan penyakit Hodgkin sangat rentan terhadap
untuk limfoma lain. Meskipun kehamilan membatasi peng- infeksi dan sepsis, dan baik radioterapi maupun kemoterapi
gunaan beberapa pemeriksaan radiografik, setidaknya perlu menirrgkarkan kerenranan ini.
dilakukan evaluasi yang mencakup radiografr toraks, biopsi
sumsum tulang, dan pencitraan abdomen (\7i11iams dan
Schilsky, 2001). CT spiral dapat digunakan dengan "picch
set" sehingga dosis radiasi mendekati dosis pemindaian kon-
vensional (lihat Bab 41, hal. 968). Pencitraan MR merupa-
kan alternatifyang sangat baik untuk mengevaluasi kelenjar
limfe para-aorta abdomen dan toraks (Gbr. 57-1). Pemin-
daian radionuklida galium, yang lebih sering digunakan pada
pasien tak-hamil, hanya memancarkan 0,75 sampai 1,0 cGy,
dan pemakaiannya perlu dipertimbangkan. Penentuan sta-
dium perlu dilakukan jika hanya radioterapi yang dipillh,
karena keberadaan penyakit di abdomen mengubah pengo-
batan secara bermakna.
Terapi disesuaikan secara individual bergantung pada
stadium penyakit dan durasi kehamilan. Pada pasien tak-
hamil, kemoterapi semakin sering diberikan sebagai terapi
awal bahkan pada penyakit stadium I dengan keterlibatan
kelenjar limfe terbatas. Radioterapi saja untuk penyakit
stadium I memiliki angka kesembuhan 90 persen. Pada
kehamilan, radioterapi dianjurkan untuk adenopati leher
terisolasi, tetapi tidak disarankan untuk daerah-daerah yang
dapat menghasilkan pancaran radiasi ke janin. GAMBAR 57-1 Seorang wanila 24 tahun yang didiagnosis limfoma
Seperti dibahas di hal. 1258, kemoterapi sebaiknya Hodgkin pada trimester kedua menjalani pencitraan MB non-kontras
dihindari selama trimester pertama. Pemberian satu rangkaian untuk dada, abdomen, dan panggul untuk penentuan stadium. Citra
MR T, weighted aksial melalui midabdomen irtemperlihatkan ade-
kemoterapi sebelum radiasi penyakit lokai seyogianya
nopati para-aorta bilateral (tanda panah). Tampak abdomen janin (F),
merupakan keputusan kasus per kasus dan mungkin paling hati ibu bagian inferior (L), ginjal kiri ibu (K). (Digunakan dengan izin
baik dilaksanakan setelah 12 rninggu. Namun, pada dari dr. Desiree Morgan).
BAB 57: PENYAKIT NEOPLASTIK 1265
Prognosis Jangka.Paniang menguraikan pengangkatan sebuah limfoma Burkitt 15 cm
di ovarium pada gestasi 13 minggu pada seorang wanita de-
Horning dkk., (l98l) melaporkan bahwa 55 persen wanira ngan penyakit stadium IV. Ia melahirkan arerm per vagina
kembali mendapat haid normal setelah kemoterapi. Tidak seorang neonatus sehat seteiah mendapat enam paket ke.
terjadi cacat lahir pada 24 neonatus yang kemudian lahir moterapi multiobat.
dari para wanita ini. Risiko kanker kedua, khususnya leu-
kemia, pada pasien yang diobari adalah sekitar 20 persen
Penatalaksanaan
dalam 15 tahun. Kaldor dkk., (1990) melaporkan bahwa
risiko leukemia meningkat hampir sembilan kali setelah Penenruan stadium unruk limfoma non-Hodgkin dilakukan
kemoterapi dibandingkan dengan radioterapi saja. Travis sesuai dengan sistem Ann Arbor seperti diperlihatkan di
dkk., (2003) menyajikan data srrrveilans dari 3817 wanira Tabel 57-3. Radioterapi biasanya digunakan untuk penyakit
bekas pengidap penyakit Horlr^in yang direrapi sebelum stadium I, sementara kemoterapi dan imunoterapi dengan
usia 30 tahun. !?anita yang rlr,,l.ati dengan radiasi mem- rituksimab dianjurkan untuk sebagian besar tumor stadium II
perlihatkan peningkatan 3,2 kali lipat risiko kanker payu- dan semua stadium III dan IV. Selama kehamilan setidaknya,
dara. Jika hanya diberi kemorerapi, risiko secara bermakna jika kelenjar limfer perifer rerkena maka penyakit telah me-
turun di bawah risiko basal. Penyulit lain terapi penyakit luas dan laparotomi untuk menentukan stadium tidak ba.
Hodgkin adalah kerusakan dan infark miokardium, fibrosis nyak bermanfaat (Peleg dan Ben-Ami, 1998).
paru, hipotiroidisme, dan penekanan sumsum tulang
(Armitage dan Longo, 2005).
O Leukemia
I Limfoma Non-Hodgkin Secara umum terdapat dua varian leukemia. Keganasan ini
berasal dari jaringan limfoid-leukemia limfoblasrik atau lim-
Limfoma non-Hodgkin, meskipun biasanya adalah tumor fositik, atau berasal dari sumsum tulang-leukemia mieloid.
sel B, juga dapat disebabkan oleh neoplasma sel T atau sel Penyakit ini dapat akut atau kror-rik. Meskipun penyakit ini
natwal /<iller. Biologi, klasifikasi, dan terapi penyakit golong- lebih sering setelah usia 40 tahun, namun leukemia dewasa
an ini kompleks (Armitage dan Longo, 2005; Shulman dkk., masih merupakan keganasan tersering pada wanita muda.
2008). Sebagai contoh, penyakit ini dikaitkan dengan in- Karena itu, keganasan jenis ini relatif sering pada kehamilan.
feksi virus termasuk virus imunodelisiensi manusia (HIV), Smith dkk., (2003) melaporkan insiden leukemia sebesar
virus Epstein-Barr (EBV), virus hepatitis C (HCV), dan 1:40.000 dari California Cancer Registry. Caliguri dan May-
virus herpes manusia B (HHV8). Limfoma.limfoma ini se- er (1989) mengulas 350 laporan kehamilan dengan penyulit
cara keseluruhan cenderung lebih agresif daripada limfoma leukemia. Dari 72 wanita dilaporkan sejak tahun 1975, 44
Hodgkin, dan kesintasannya bervariasi. Insiden limfoma menderita leufemia mielogenosa akut; 20 menderita leuke-
non-Hodgkin telah meningkar pesat, sebagian karena 5 sam- mia limfositik akut; dan 8 menderita leukemia kronik.
pai 10 persen orang yang terinfeksi HIV kemudian meng-
alami iimfoma.
Kehamilan dan Leukemia
Limfoma non-Hodgkin jarang dijumpai pada wanita
hamil. Dalam suatu ulasan lama, Ward dan Weiss (1989) me- Sebelum tahun 1970, angka kematian ibu pada hakikatnya
laporkan hanya 75 kasus yang berkaitan dengan kehamilan. adalah 100 persen. Namun, dengan terapi saat ini, sering
Aviles dkk., (1990) melaporkan pengalaman mereka dengan dicapai remisi selama kehamilan. Kemoterapi induksi diberi-
16 wanita hamil yang mengidap limfoma non-Hodgkin, yang kan secara agresif dengan tujuan untuk mencapai remisi
separuhnya berada dalam trimester perrama. Mereka diterapi komplet. Setelah itu, pasien harus diberi terapi pascaremisi
dengan obat sitotoksik dan tidak dijumpai malformasi janin. untuk mencegah kekambuhan yang biasanya rerjadi de-
Semua anak, kecuali satu, sehat pada pemeriksaan saat usia ngan transplantasi sel punca (\Tetzler dkk., 2005). Pada
3 sampai 11 tahun. Separuh dari ibu yang mengalami remisi beberapa leukemia kronik tetapi mungkin ditunda sampai
tetap hidup 4 sampai 9 tahun kemudian. Dalam penelitian setelah persalinan (Fey dan Surbeck, 2008). Regimen-
lain, Aviles dan Neri (2001) menguraikan surveilans jangka- regimen kemoterapi kornbinasi bersifat kompleks dan se-
panjang terhadap 55 anak yang ibunya mendapar kemorerapi ring menimbulkan toksisitas. Pajanan terhadap janin di-
untuk limfoma sewakru hamil. Mereka tidak mendapatkan pertimbangkan seperti biasa. Akhir-akhir ini digunakan
kelainan kongenital, saraf, atau psikologis pada usia 6 sam- antibodi monokional untuk mengobati beberapa leukemia.
pai 29 tahun. Mereka mengamati bahwa juga tidak dijumpai Ault dkk., (2006) melaporkan 19 kehamilan yang terjadi
kanker, termasuk leukemia. pada pasangan yang salah satunya mendapat imatinib-
Limfoma Burkitt adalah suatu tumor sel B agresif yang Gleec.,ec-untuk leukemia mieloid kronik. EGk obat ini pada
berkaitan dengan infeksi virus Epstein-Barr (EBV). Barnes janin belum dikerahui saar ini.
dkk., (i998) mengulas hasil akhir dari 19 wanira yang keha- Tidak terdapat bukti bahwa pengakhiran kehamilan
milannya mengalami penyulit limfoma ini: 17 meninggal memperbaiki prognosis. Meskipun demikian, pada kehamil-
dalam setahun. Pollack dkk., (1993) melaporkan seorang an awal abortus dipertimbangkan untuk menghindari ke-
wanita terinfeksi HIV dengan limfoma sel B yang bermetas- mungkinan teratogenesis dari kemoterapi. Oleh karena
tasis ke plasenta. Catlin dkk., (1999) melaporkan saru kasus hal ini dapat mempermudah penatalaksanran wanira yang
menarik dengan limfoma sel T/sel naruralkiller ibubermeras- sakit akut, abortus tetap merupakan pilihan sampai tercapai
tasis menembus plasenta dan terranam di janin. Ibu dan bayi viabilitas janin. Infeksi dan perdarahan merupakan penyulit
tersebut meninggal akibat keganasan. Magloire dkk., (2006) signilikan yang perlu diantisipasi pada wanita dengan penya-
1266 OBSTETRI WILLIAMS _ BAGIAN B: KOMPLIKASI MEDIS DAN BEDAH

kit aktif. h-rfeksi rnasa nifas merupakan masalah yang sering I Penentuan Stadium Melanoma
dijumpai.
Greenltrnd dkk., (2001) rnengulas pengalatnau dengarl Pcnentuan stadium adalah berdasarkhn temuan klinis. Pada
17 wanita penderita leukemia akut selama kehtrmilan. staclitun I, ticlak teraba pen.rbesaran kelenjar getirh bening;
pacla sttrclium il, kelenjar lirnfe teraba; dan pada smditun III
Sebanyak 13 orang mengalami leukernia rnieloid alort yar-rg
baru didiagnosis, dan angka rernisi dcngau kenroterapi terjtrdi metastasis jauh. Ketebalan tumor lnerLrpakan pre-
induki adalah 70 persen. Terutama, tiga dari empat u,anitir cliktol tunggal terpenting angka kelar-rgsLrngall hidup pada
yang rnemilih untuk rnentrndir kemoterirpi sirmpai setelah pasien stadiurn I. Klasrf/<asi Ckrk adalah yang paling ltras di-
gunakarr dan mencakup lima level keterlibatan berdasarkan
persalinan meninggal dalam beberapa hari setelah rnelahirkan
dan tepat setelal-r terapi telsebut dimulai. Kclangsturgan kedalaman tumor menembus epiderrnis, dermis, dan lemak
hidup pada wanita dengan leukemia rnielogenosa kronik dan subkutis. Selain itu, skaln Breslow mengukur ketebalan dan
leukernia limfositik kror"rik juga telah meningkat. Leukernia ukuran turnor, selain kedalarnan invasi.
hairl-cell kronik baru dilaporkan pada etram kehamilan
(Stiles dkk., 1998). A Kehamilan dan Melanoma
Mungkin tidak banyak interaksi antara kehamilan dan
Hasi! Akhir Perinatal melanoma (Lens dan Bataille, 2008). Dahulu banyak
Terdapat beberapa penelitian yang berlangsung hampir ber'- diperkirirkan bahwa prognosis memburr-rk selama kehamilan
saffraan mengenai leukemiir yang diterapi selama ke]-rarnili,rn. dan bahwa kehamilan berikuurya rneningkatkan risiko
Dalam ulasan yang.lebih awal terhirdap 58 kasus, Reynoso kekarnbuhan. Hal ini dipertanyakan oleh Holty (1986)
dkk., (1987) melaporkan btrl-rwa 75 persen clidiagnosis sela- dalam ulasannya terhadap 11 penelitian. Ia menyimpulkan
ma trimester kedua atau ketiga. Separuhnya adalah letrkemia bahwa tidak terdapat efek merugiktrn pada kelangsungan
mielogenosa akut, dan mereka memiliki ar-rgka rernisi 75 hidup jika melanoma didiagnosis selama kehamilan atau
persen dengan kemotelirpi. Hanya 40 persen dari kehamilan jika kehauilan terjadi padtr wanita yang sudah menderita
ini yang menghasilkirn neonatus lahir hidup. Caliguri dan flqelanoma. Temuan-ternuan ini didukung pengamatan-
Mayer (1989) melaporkan persaiinan kurang bulan pada pengamatan selanjutnya oleh Lens dkk., (2004). Lea dkk.,
sekitar separuir dari wtrnita yang didiagnosis selama ke- (2006) melaporkan btrhwtr pembahau pada suatu nevus
hamilan. Angka lal-rir mati juga mcningkat. selarna kehamilan merupakanfnktor risiko r-rntuk melanoma.
Sel-sel leukemiir c{apat clitemukan di plasenta, tetapi sel- Secarir keselrrruhtrn, prognosis ditentukan oleh stadium,
sel ini biasanya terletak di ruang antirrviius sedangkirn penu- dan wanita dengan invasi kr,rlit yang drilam amu keterlibatirn
laran ibu ke janin belum pernah dibukrikan (lihtrt Bab 27, kelenjar genh benurg regional memiliki prognosis yang jauh
hal. 607). lebih buruk. MacKie ( 1999) dari World Hetrlth Organization
Efek kernoterapi pada j anin menimbulkar-r kekl-rawa tiran. Melanoma Programme meltrporkan bahwa wanita yar-rg di-
Sebagai contoh, terapi untuk lcukemia promielositik akut diagnosis ketika hamil rnernperlihatkan tumor yang lebih te-
rnungkin mencakup asam retinoat ail-traru (Caradice dkk., bal secara bermakna. Oleh karena itu, para wanita ini memi'
2002; Celo dkk., 1994). Obat ini, yang juga c{ikenal sebagai liki angkr kemaritrn yang lebih tinggi dibandingkan dengan
tretinoin, adalah teratoger-r kuat (lihat Bab 14, hal' 341). wanita yang melanomanya didiagnosis sebelum atau.setelah
Meskipun hasil akhir umurnnya baik, namun Siu dkk., kcharnil:rn (Gbr. 5?-Z). Natnutr, kelangsungan lridup antara
(2002) melaporkan kardiomiopati dilahsi transien pacla wanita harnil dan tak-hamil dengan sadium yang sama setara
seorang lleonatus yang terpajan ke tretinoin pa(l'.r trimester (Kjerns dtrn Krag, 1993). Yang terakhir, abortus terapeutik
kedua. Hansen dkk., (2001) melaporkan oligohidramnion rampaknya tidak memperbtriki kelangsungan hidup (Dipaola
transien pada masing-masing dari tiga siklus kernoterapi dkk., 1ee7).
multiobat intensif untuk leukemia.
. - .i,:.-:-- O Terapi
.rfl EEfi.Ntl.AnA:;Wt:fi Utq[tA
Terapi bedah primer untuk melanoma ditentukan oleh sta-
Melanoma relatif sering dijumpai pada wanira usia subur dan cliurn penyakit dan mencakup reseksi lokal [uas, kadang dis-
banyak dari keganasan ini pertama kali dikenali sewaktu hamil. ertai diseksi kelenjar limfe regional yang luas. Schwartz dkk.,
insiden umtrm melanoma ten$ meningkat selama beberapa (2003) menganjurkan pemetaan dan biopsi kelenjar limfe
dekade terakhir (Kate dkk., 2002;MacKie dkk., 2002). iruiden sentinel dengan menggunakan koloid ee"'Tc-sulfur, yang me-
melanoma yang dilaporkan pada kehamilan berkisar dari 0,03 miliki dosis janin kurang dari 100 mGy (lihat Bab 41, hal.
sampai 2,8 per 1000 kelahiran hidup (lUong dan Srassner, 953). Cascinelli dkk., (1998) rnelaporkan bahwa diseksi
1990; Smith dkk., 2003). Barryak yang diobati sebagai pasien kelenjar limfe rutin meningkatkan kelangsurgan hidup pada
rawat-jalan sehingga mer-eka tidak dimasukkan ke dalam pasien tak-hamil dengan metastasis mikroskopik. Meskipun
registri tumor dan tidak dilaporkan (Salopek dkk., 1995). kemoterapi profilaktik atau imunoterapi biasanya dihindari
Melanoma paling sering terjndi pacla orang Kaukasia selama kehamilan, namun kemoterapi dapat diberikan jika
yang berkulit terang. Lebih dari 90 persen berasal di kulit diindikasikan berdasarkan stadium turnor dan prognosis ibu.
dari melanosit penghasil pigmen, biasanya muncul dari ne- Pada kebanyakan kasus melanoma dengan metastasis jauh,
terapi terbaik adalah paliatif.
-:
vus yang sudah ada. Setiap "perilaku" yang mencurigakan
pada suatu lesi kulit beipigmen, termasuk perubahan kontur, Enam puluh persen kekambuhan bermanifestasi dalam 2
elevasi permukaan, perubahan warlla, gatal, bcrdarah, atau tahun, dan 90 persen dalam 5 tahun. Karena itu, sebagian
ulserasi, menar-rdakan perlunya biopsi. besar menganjurkan bahwa kehamilan dihindari selama
BAB 57: PENYAKIT NEOPLASTIK 1265
Prognosis Jangka.Paniang menguraikan pengangkatan sebuah limfoma Burkitt 15 cm
di ovarium pada gestasi 13 rninggu pada seorang wanita de-
Horning dkk., (1981) melaporkan bahwa 55 persen wanira ngan penyakit stadium IV. Ia melahirkan aterm per vagina
kembali mendapat haid normal setelah kemoterapi. Tidak seorang neonatus sehat setelah mendapat enam paket ke-
terjadi cacat lahii pada 24 neonatus yang kemudian lahir moterapi multiobat.
dari para wanita ini. Risiko kanker kedua, khususnya leu-
kemia, pada pasien yang diobati adalah sekitar 20 persen
Penatalaksanaan
dalam 15 tahun. Kaldor dkk., (1990) melaporkan bahwa
risiko leukemia meningkat hampir sembilan kali setelah Penentuan stadium untuk limfoma non-Hodgkin dilakukan
kemoterapi dibandingkan dengan radioterapi saja. Travis sesuai dengan sistem Ann Arbor seperti diperliha&an di
dkk., (2003) menyajikan data strrveilans dari 3817 wanita Tabel 57-3. Radiorerapi biasanya digunakan unruk penyakit
bekas pengidap penyakit Hrxig.irr yang diterapi sebelum stadium I, sementara kemoterapi dan imunoterapi dengan
usia 30 tahun. 'Wanita yang tli,,hati dengan radiasi mem- rituksimab dianjurkan untuk sebagian besar tumor stadium II
perlihatkan peningkaran 3,2 kali lipat risiko kanker payu- dan semua.stadium III dan IV. Selama kehamilan seridaknya,
dara. Jika hanya diberi kemoterapi, risiko secara bermakna jika kelenjar limfer perifer terkena maka penyakit telah me-
turun di bawah risiko basal. Penyulit lain terapi penyakit luas dan iaparotomi untuk menentukan stadium tidak ba-
Hodgkin adalah kerusakan dan infark miokardium, fibrosis nyak bermanfaat (Peleg dan Ben-Ami, 1998).
paru, hipotiroidisme, dan penekanan sumsum tulang
(Armitage dan Longo, 2005).
O Leukemia
I Limfoma Non-Hodgkin Secara umum terdapat dua varian leukemia, Keganasan ini
berasal dari jaringan limfoid-leukemia limfoblastik arau 1im.
Limfoma non-Hodgkin, meskipun biasanya adalah tumor fositik, atau berasal dari sumsum tulang-leukemia mieloid.
sel B, juga dapat disebabkan oleh neoplasma sel T atau sel Penyakit ini dapat akut atau kronik. Meskipun penyakit ini
tl{tunal killer. Biologi, klasilikasi, dan terapi penyakit golong- lebih sering setelah usia 40 tahun, namun leukemia dewasa
an ini kompleks (Armitage dan Longo, 2005; Shulman dkk., masih merupakan keganasan tersering pada wanita muda.
2008). Sebagai conroh, penyakit ini dikaitkan dengan in- Karena itu, keganasan jenis ini relatif sering pada kehamilan.
feksi virus termasuk virr-rs imunodelisiensi manusia (HIV), Smith dkk., (2003) melaporkan insiden leukemia sebesar
virus Epstein-Barr (EBV), virus hepatitis C (HCV), dan 1:40.000 dari California Cancer Registry. Caliguri dan May-
virus herpes manusia 8 (HHVB). Limfoma-limfoma ini se- er (1989) mengulas 350 laporan kehamilan dengan penyulit
cara keseluruhan cenderung lebih agresif daripada limfoma leukemia. Dari 72 wanita dilaporkan sejak tahun 1975, 44
Hodgkin, dan kesintasannya bervariasi. Insiden limfoma menderita leukemia mielogenosa akut; 20 menderita leuke-
non-Hodgkin telah meningkat pesar, sebagian karena 5 sam- mia limfositik akut; dan 8 menderita leukemia kronik.
pai 10 persen orang yang terinfeksi HIV kemudian meng-
alami iimfoma.
Kehamilan dan Leukemia
Limfoma non-Hodgkin jarang dijurnpai pada wanira
hamil. Dalam suatu ulasan lama, !7ard dan Weiss ( 1989) me- Sebelum tahun 1970, angka kematian ibu pada hakikatnya
laporkan hanya 75 kasus yang berkaitan dengan kehamilan. adalah 100 persen. Namun, dengan terapi saat ini, sering
Aviles dkk., ( 1990) meiaporkan pengalaman mereka dengan dicapai remisi selama kehamilan. Kemoterapi indul<si diberi-
16 wanita hamil yang mengidap limfoma non.Hodgkin, yang kan secara agresif dengan tujuan untuk mencapai remisi
separuhnya berada dalam trimester pertama. Mereka diterapi komplet. Setelah itu, pasien harus diberi terapi pascaremisi
dengan obat sitotoksik dan tidak dijumpai malformasi janin. untuk mencegah kekambuhan yang biasanya terjadi de-
Semua anak, kecuaii satu, sehat pada pemeriksaan saat usia ngan transplantasi sel punca (lWetzler dkk., 2005). Pada
3 sampai 11 tahun. Separuh dari ibu yang mengalami remisi beberapa leukemia kronik tetapi mungkin ditunda sampai
tetap hidup 4 sampai 9 tahun kemudian. Dalam penelitian setelah persalinan (Fey dan Surbeck, 2008). Regimen-
lain, Aviles dan Neri (2001) menguraikan surveilans jangka- regimen kemoterapi kombinasi bersifat kompleks dan se-
panjang terhadap 55 anak yang ibunya mendapat kemoterapi ring menimbulkan toksisitas. Pajanan terhadap janin di-
untuk limfoma sewakru hamil. Mereka tidak mendapatkan pertimbangkan seperti biasa. Akhir-akhir ini digunakan
kelainan kongenital, saraf, atau psikologis pada usia 6 sam- antibodi monoklonal untuk mengobati beberapa leukemia.
pai 29 tahun. Mereka mengamari bahwa juga tidak dijumpai Ault dkk., (2006) melaporkan 19 kehamilan yang terjadi
kanker, rermasuk leukemia. pada pasangan yang salah satunya mendapat imatinib-
Limfoma Burkitt adalah suatu tumor sel B agresif yang Gleeuec-untuk leukemia mieloid kronik. Efek obat ini pada
berkaitan dengan infeksi virus Epstein-Barr (EBV). Barnes janin belum dikerahui saar ini.
dkk., (i998) mengulas hasil akhir dari 19 wanira yang keha- Tidak terdapat bukti bahwa pengakhiran kehamilan
milannya mengalami penyulit iimfoma ini: 17 meninggal memperbaiki prognosis. Meskipun demikian, pada kehamil-
dalam setahun. Pollack dkk., (1993) melaporkan seorang an awal abortus dipertimbangkan untuk menghindari ke-
wanita terinfeksi HIV dengan iimfoma sel B yang bermetas- mungkinan teratogenesis dari kemoterapi. Oleh karena
tasis ke plasenra. Carlin dkk., (1999) melaporkan saru kasus hal ini dapat mempermudah penaralaksanlan wanita yang
menarik dengan lirnfoma sel T/sel natural killer ibu bermeras- saliit akut, abortus tetap merupakan pilihan sampai rercapai
tasis menembus piasenta dan terranam di janin. Ibu dan bayi viabilitas janin. Infeksi dan perdarahan merupakan penyulir
tersebut meninggal akibat keganasan. Magloire dkk., (2006) signifikan yang perlu diantisipasi pada wanita dengan penya.
1266 OBSTETRI WILLIAMS . BAGIAN B: KOMPLIKASI MEDIS DAN BEDAH

kit aktif. L-rfeksi masa nifas merupakan mnsalal-r yang sering I Penentuan Stadium Melanoma
dijurnpai.
Greenlund dkk., (2001) rnengulas pengalarnan dengan Penentuan stadiurn adalah berdasarkan temuan klinis. Pada
17 wanita penderita leukemia aktrt selama keharnilan. staditun I, tidak teraba pen.rbesaran keler-rjar getah bening;
Sebanyak 13 orang mengalami leukernia rnieloicl nkr.rt yang pada stirc.lium II, kelcnjar lirnfe teraba; dan pada sraditun ill
baru didiagnosis, dan angka remisi dengan kernorcrapi terjadi uetastasis jauh. Ketebalan turnor merupakan pre-
induksi adalah 70 persen. TeLutarrir, tiga dari ernpar ',r,anirtr c{iktor tunggal terpenting angkir kelangsungan hidup pada
yang mernilih rrntuk rnenundir kemoterapi sarnpiri setelal-r pasien stadiurn I. KlasrfLasi Ckrk adalah yang paling luas di-
persalinan meninggal clalam beberapa l-rari setelah meltrl-rirkan gunakirrr dan mencakup lirna level keterlibatan berdasarkan
dan tepat setelah terapi tersebut dimulai. Kelangsturgan kedalaman tumor mellembus epidermis, dermis, dan lernak
hidup ptrda wanita dengan ler-rkemia mielogenosa kronik dan subktrtis. Selain iru, skaln Breslow mengukur ketebalan dtrn
leukemia lirnfositik kror-rik juga telah meningkat. Leukemia ukurirn ttunor, selain kedalarnan invasi.
hairy-ceLl kronik baru dilaporkan pada enam kehamilan
(Stiles dkk., 1998). I Kehamilan dan Melanoma
Mungkin tidak banyak interaksi antarzr kehamilan dan
Hasil Akhir Perinatal meltrnoma (Lens dan Bataille, 2008). Dahulu banyak
Terdapat beberapa penelitian yar.rg beriangsung hampir ber- dipe*ilakan bal'rwa prognosis mernburuk seiama keharnilan
samaan mengenai leukemia yar-rg clitelapi selirma kehamilan. dan bahwa keharnilan berikutnya rneningkatkan risiko
Dalam ulasan yang.lebih awal terhadap 58 kasus, Reynoso kekambuhan. Hal ini dipertanyirkan oleh Holly (1986)
dkk., (1987) melaporkan bahwa 75 persen clidiagnosis sela- daltrm ulasannya terhadap 11 penelititrn. Ia rnenyimpulkan
ma rrimeste r kedutr atau ketiga. Separuhnya trdalah letrkemia bnhwa tidak terdapat efek merugiki.rn pada kelangsungan
mielogenosa trkut, dan mereka rnemiliki angka rernisi 75 hidup jika melanoma didiagr-rosis selama kehamilan atau
persen dengan kemoterapi. Hanya 40 persen dari kel'ramilan jika kehamilan terjadi pada wanita yang sudah menderita
ini yang menghasilkan neonarus lahir hidup. Caliguri dar-r firelauoma. Temuan-temuan ini didr-rkung pengamatan.
Mayer (1989) meltrporkan persalinan kurang bulan pada pengamatan selanjutnyir oleh Lens dkk., (2004). Lea dkk.,
sekitar separuh dari rvanitil yang didiagnosis selama ke. (2006) melaporkan bahwa perubahirn pada suatu nevus
hamilan. Angka lahir mati juga meningkat. faktor risiko untuk melanoma.
selatna keharnilan merupakan
Sel-sel leukemia dtrpat ditcmukan di plaser.rta, tetapi sei. Secar:r keseluruhan, prognosis ditentukan oleh stadium,
sel ini biasanya terletak di ruang antarwilus sedangkar.r penu- dan wanita dengan invasi kulit yang cliilam irtau keterlibaurn
laran ibu ke janin belum pernal-r dibukukan (lihat Bab 27, kelenjar getah bening regional rnemiliki prognosis yang jauh
hal. 607). lebih buruk. MacKie ( 1999) dari World Health Organization
Efek kernoterapi pada janin menimbulkan kekl'rawatiran. Melanoma Programme melaporkan bahwa wanita yang di-
Sebagai coutoh, terapi untuk letrkemia prornielositik akut cliagnosis kedka hamil rnemperlihatkan tumor yang lebih te-
mungkin mencakr-rp asam retinoat all-trarc (Caradice dkk., bal secara bermakna. Oleh karena itu, para wanita ini memi-
2002; Celo dkk., 1994). Obat ini, yang juga dikenal sebagai liki angka kemaritrn yang lebih tinggi dibandingkan dengan
ffetinoin, adalah teratogen kuat (lihat Bab 14, hal, 341). wanita yang melanomanya didiagr-rosis sebelum atau.setelah
Meskipun hasil akhir umumnya baik, namun Siu dkk., kelr:rmilan (Gbr. 57.2). Narntm, kelangsungan hidup antara
(2002) rnelaporkan kardiomiopati dilatasi transien pac{a war.rita hamil dan mk-hamil dengan stadium yang sama setara
seomng neonatus yang terpajan ke tretinoin pada trimester (Klems dan Krag, 1993). Yang terakhir, abortus terapeutik
kcdua. Hansen dkk., (2001) melaporkan oligohidramnion tampaknya tidak memperbaiki kelangsungan hidup (Dipaola
transien pada masing-masing dari tiga siklus kernorerapi dkk., 1ee7).
multiobat intensif untuk leukemia.
I Terapi
fi 'ff.iiifiEfi x,65$f6-fift4i:.= ;:ffi i,i
Terapi bedah primer untuk melanoma ditentukan oleh sm-
Melanoma relatif sering dijumpai pada war-rita usia subur dan dium penyakit dan mencakup reseksi lokal luas, kadang dis-
banyak dari keganasan ini pertama kali dikenali sewaktu hamil. ertai diseksi kelenjar limfe regional yang luas. Schwars dkk.,
insiden umtrm melanoma terus meningkat selama beberapa (2003) menganjurkan pemetaan dan biopsi kelenjar limfe
dekade terakhir (Kate dkk., 2002;MacKie dkk., 2002). insidelr sentinel dengan menggturakan koloid ee'"Tc.sulfur, yang me-
melanoma yang dilaporkan pada kehamilan berkisar dari 0,03 miliki dosis janin kurang dari 100 mGy (lihat Bab 41, hal.
sampai 2,8 per i000 kelahiran hidup (!7ong dan Srrassner, 953). Cascinelli dkk., (1998) melaporkan bahwa diseksi
1990; Smith dkk., 2003). Banyak yang diobati sebagai pasien kelenjar limfe rutin meningkatkan kelangsungan hidup pada
rawat-jalan sehingga mereka tidak dimasukkan ke dalam pasien rak-hamil dengan metastasis mikroskopik. Meskipun
registri tumor dan tidak dilaporkan (Salopek dkk., 1995). kemoterapi profilaktik atau imunoterapi biasanya dihindari
Melanoma paling sering terjadi pada orang Kaukasia selama kehamilan, namun kemoterapi dapat diberikan jika
yang berkulit terang. Lebih dari 90 perser-r berasill di kulit diindikasikan berdasarkan stadium tumor dan prognosis ibu.
dari melanosit penghasil pigmen, biasanya muncul dari ne- Pada kebanyakan kasus melanoma dengan metastasis jauh,
vus yang sudah ada. Setiap "perilaku" yang mencurigakan terapi terbaik adalah paliatif. ^
pada suatu lesi kulit berpigmen, termasuk perubahan kontur, Enam puluh persen kekambuhan bermanifesmsi dalam 2
elevasi permukaan, perubahan warna, gatal, bcrdarah, atau tahur-r, dan 90 persen dalam 5 tahun. Karena itu, sebagian
ulserasi, menandakan perlurya biopsi. besar menganjurkan bahwa kehamilan dihindari selama
BAB 57: PENYAKIT NEOPLASTIK 1267

I Kanker Serviks
!.
'-.:-'ti.
Efek keharnilan dan persalinan
pada lesi pramalignzr dan maligna
epitel serviks belum sepenuhnya
dipaharni. Telah dikeahui pas-
C
0)
o
ti bahwa tipe-tipe tertentu vi-
"+ ---*r " -ti-'-
C)
o-
:S
rus papiloma tnattusia (HPV)
berkaitan dengan lesi intraepitel
derajat-tinggi dan kanker invasif.
6o
Eso Fife dkk., (1996) menemukan
c '*x-- Diagnosis sebelum hamil (85) peningkatan insiden virus de-
.9
a
(5 ngan risiko kanker tinggi-HPV
(L Diagnosis antara kehamilan (68) tipe 16, 18, 31, 35, 45, 51, 52,
25
."{r'. Diagnosis setelah hamil (143) dan 56-ketika mereka memban-
dingkan wanita hamil dengan
Diagnosis selama hamil (92)
tak-hamil. Kehamilan merr,rpakan
kesempatan untuk rnelakukan
pemeriksaan penyaring untuk
kelainan serviks pramaligna dan
GAMBAR 57-2 Angka kehidupan bebas-penyakit pada 388 wanita dengan melanoma maligna rnclignn, khususr-rya pada warrita
yang disertakan dalam World Health Organization Melanoma Programme. Berkurangnya angka yang tidak mencari atau memiliki
kelangsungan hidup pada wanita yang didiagnosis selama kehamilan disebabkan oleh meningkatnya akses ke perawatan kesehatan
ketebalan tumor (Dimodif ikasi dari The Lancet, Vol. 337, No. 8742, RM MacKie, R Bulalino, A Morabito
dkk., Lack of effect of pregnancy on outcome ot melanoma, hal. 653-655. Hak cipta 1 991 , dengan izin
nrtin (American Coliege of
dari Elsevier). Obstetricians and Gynecologists,
2002; Hturter dkk.,, 2008).

3 sampai 5 tahun setelah terapi awal. Kehamilan berikut- Hasil Sitologis Abnormal
nya pada wanita clengan melanoma lokal tampaknya tidak
insiclen sitologi serviks abnormal selama kehamilan poling
berperrgaruh buruk pada kelangsungan hidup (Driscoll dan
tidak sarna tingginya dengan yang clilaporkan untuk wanita
Grant-Kels, 2009). Yang utama, tampaknya tidak terdapat
tak-hamil, meskipun evaluasi apllsan Papar-ricolaou selama
efek rnerugikan pemakaian kontrtrscpsi oral ptida para wanita
kehamilan lebih sutit dilakukan (Connor, 1998). Beberapa
ini (Katz dkk., 2002; Schwaltz dkk., 2003). jenis perubahan sel patoiogis dapat teridentifikasi dengau si,
tologi serviks dan rekomendasi untuk penanganannya telah
I Metastasis ke Plasenta diringkaskan dalam American Society. fo Colposcopy and

Metastasis segala tipe tumor ke plasenta atau janin jarang


dijumpai. Seperti dibahas di Bab Z7 (hal. 60i), sepertiga dari
kasus seperti ini adalah dari melanoma maligna. Dalam suatu
ulasan yang ekstensii Alexander dkk., (2003) menemukan Serviks
bahwa metastasis ke plasenta dilaporkan pada27 kasus mela- 7A%
noma. Lima dari enam bayi yang terkena meninggal akibat
tumor metastatik. Trumble dkk., (2005) melaporkan metas-
60
tasis melanoma transplasenta ke fosa kranialis posterior jtrnin
yang bermanifestasi pada usia 7 bulan dan akhirnya terbukti
50
mematikan.
o
8+o
o-

30 Ovarium
23o/o Uterus,
Secara bersama-sama, kanker saluran genital aclalah keganas. vulva,
20
an tersering yang dijumpai selama kehamilan. Kanker serviks atau
membentuk harnpir 70 persen dari kanker ini seperti diper- vagina
lihatkan di Gambar 57.3. Penemuan vaksin kuadrivalen 10 7Yo

HPV I L I I 61 1 8-Gardasil-sehartrsnya mer-rurunkau insiden


.6
I
displasia derajat tinggi dan karenanya karsinoma serviks
Keganasan
(American College of
Obstetricians and Gynecologists,
2006; FUTURE Il sudy group, 2007). Selain itu, papiloma-
GAMBAR 57-3 Frekuensi keganasan saluran leproduksi pada 844
tosis respiratorik neonatus juga seharusnya turun (Paavonen,
wanita hamil (Data dari Haas, 1984; Lutz, 1977; Smith, 2003, dan
2008). semua rekan mereka).
BAB 57: PENYAKIT NEOPLASTIK 1269

antaranya mengidap penyakit stadium I, dan memperoleh


kesirnpulan serupa. Sebagian besar stgdi lain pada wanira
dengan kanker serviks stadium dini menunjukkan bhhwa
penundaan terapi yang disengaja tampaknya tidak mem-
perburuk prognosis (American College of Obstetricians and
Gynecologists, Z00Z; Goff dkk., 2000). Penentuan stadium
dengan menggunakan limfadenopati laparoskopik merupa-
kar-r opsi lain (Alouini dkk., 2008).
Terapi yang dianjurkan untuk karsinoma invasif pada
sebagian besar wanita dengan lesi staclium I atau stadiurn
IIA dini yang kurang dari 3 cm adalah histerektomi radikal
ditambah limfadenektomi panggul. Sebeium 20 minggu,
histerektomi biasanya dianjurkan dengan jar-rin in situ.
Namun, pada tahap selanjutnya kehamilan, mungkin perta.
ma kali perlu dilakukan histerotomi.
Meskipun banyak yang memilih pembedahan untuk kan-
ker serviks dini selama kehamilan, baik bedah radikal maupun
radiasi memberi angka kesembuhan yang setara (American
College of Obstetricians and Gynecologists, 2002). Terapi
bedah lebih disukai karena mempertahankan ovarium dan
fungsi seks serta menghindarkan usus dan saluran kemih
dari pajanan radiasi dan efek-efek simpangnya. Nisker dan
Shubat (1983) melaporkan 49 kasus kanker serviks stadium
IB yang rnenjadi penyulit kehamilan dan melaporkan angka
penyulit berat sebesar 30 persen akibat raclioterapi diban-
dingkan dengan hanya 7 persen akibat pembedahan.
Kini semakin banyak pengalaman dengan kehamilan
GAMBAB 57-4 Citra magnetic resonance T2-weighted sagital sebuah yang terjadi setelah trakelektorni radikal untuk memperta-
uterus gravid pada gestasi 32 minggu dengan sebuah massa besar di
serviks yang mencerminkan karsinoma (tanda panah). hankan kesuburan pada kanker serviks stadiurn IB1 dan
IB2. Sheperd dkk., (2006) menyajikan hasil-hasil akhir
123 lvanita yang ditangani di institusi mereka. Sebanyak 63
wanita yang berupaya untuk hamil, 19 berhasil melahirkan
tidakbanyakberbeda. Van derVange dkk., (1995) melakukan 28 bayi hidup. Semua menjalani bedah caesar klasik, dan
suatu studi kasus-kekrla terhadap 44 wanita dengan kanker seperempatnya dilakukan sebelum 32 minggu. Ungdr dkk.,
serviks terkait-kehamilan. Angka kelangsungan hidup 5 (2006) melakukan trakelektomi radikal abdomen sebelum
tahun keseluruhan adalah sekitar 80 persen baik pada wanita 20 minggu untuk karsinoma stadium IB1 pada lima wanita
hamil maupun kontrol tak-hamil. hamil. Meskipun tidak mengalami abortus spontan, dua
sisanya melahirkan bayi sehat aterm. Yahata dkk., (2008)
Penatalaksah??n. Terapi kanker serviks pada wanira mengobirti empat wanita pada 16 sampai 23 minggu untuk
hamil disesuaikan kasus per kasus clan bergantung pacla adenokarsinoma stadium IA1 dengan konisasi laser KTP
stadium, usia kehamilan, dan keinginan individual untuk dan semua meiahirkan aterm. Van Calsteren dkk., (2008)
melanjutkan kehamilan (Hr,rnter dkk., 2008). American melaporkan keberhasilan serupa pada seorang wanita dengan
Coliege of Obstetricians ancl Gynecologists (2002) meng- adenokarsinoma stadium IBZ yang hamil 8 minggu. Jelas
anjurkan pendekatan multidisiplin. Terapi untuk penyakit masih ter'lalu dini untuk menyimpulkan bahwa pendekatan
mikroinvasif yang didiagnosis dengan biopsi corong ini harus dilakukan untuk menggantikan terapi yang lebih
mengikuti petunjuk _vang serupa dengan yang ditujukan de6nitif.
untuk tumor intraepitel. Secarir umum, kelanjutan keha- Radioterapi cliberikan untuk kanker yang lebih 1uas. Jika
milan dan persalinan per vagina c'lianggap aman, clan terapi seorang wanita memilih terapi pada awal keharnilan maka
de6nitif dicadangkan sampri prscafarr urn. yang dilakukan adalah iradiasi eksternal, dan jika tidak ter-
Di pihak lain, kanker invasif menuntut terapi yang relatif jadi abortus spontan rnaka dilakukan kuretase. Selama tri-
segera. Selama trimester pertama kehamilan, penanganan mester kedua, abortus spontan dirpat ciitur.rda dan mungkin
segera dianjurkan tetirpi hal mi berg:rntung pada keputusan mengharuskan dilakukannya histeroktomi pada seperempat
untuk melanjutkar-r kehamilan. Selama trimester akhir kasus. Sekitar satu minggu setelah abortus, terapi radiasi
kehamilan, salah satu pilihan adalah meni-rnggu, tidak saja eksternal mulai dilakukan, diikuti oleh aplikasi radium in-
sampai janin mampu-hidLrp (uiable) tetapi juga sampai janin trakavitas. Setelah 24 minggu, risiko penundaan untuk me-
matang (Greer dkk., 1989). Dalam suatu uiasan terhaclirp 12 mungkinkar.r pematangan paru janin tidak diketahui, tetapi
wanita hamil dengan karsinoma staJium kurang tlari IIB dan banyak yang menilai ha1 ini sebagai pendekatan yang layak,
usia gestasi telah lebih clari 20 minggu, r,an Vliet dkk., ( 1989) khususnya bagi lesi stadium awal.
menyimpulkan bahu,a penundt-ran terapi dapat dilakukan
pada wanita yang lesinya tidirk besar. Takushi dkk., (2002) Pelahiran. Cara persalinan masih diperdebatkan, khu-
menguraikan hasil akhir pacla 2E wanita hamil, yang 22 di susnya untuk lesi kecil stadium dnri. Tidak diketahui apa
1270 OBSTETHIWILLIAMS - BAGIAN 8: KOMPLIKASI MEDIS DAN BEDAH

<alketan$sungan Hidup Lima-Tahun pad


Ti{qt Hamil yang Diterapi untuk Kanker

Hemil

efek pelahiran per vagina melalui serviks dengan kanker diterapi dengan progestin untuk adeflokarsinoma. Empat
pada prognosis (American College of Obstetricians and dari enam wanita.dengan rekurensi diterapi ulang dan beres-
Gynecologists ,2002). Sebagian besar dokter lebih menyukai pons. Paling tidak sembilan neonarus telah lahir dari 13
pelahiran per abdomen berdasarkan pertimbangan teoretis wanita tersebut. Niwa dkk., (2005) melaporkan hasil akhir
bahwa tumor dapat menyebar jika terjadi robekan serviks. serupa pada 12 wanita, dan Signorelli dkk., (2009) pada 21
Selain itu, lesi yang besar atau rapuh dapat menyebabkan wanita. Namun, Anderson dkk., (2001) menekankan bahwa
perdarahan signifikan selama persalinan per vagina. Yang pendekatan ini jangan didorong sebagai terapi baku.
terakhir, kekambuhan di jaringan parut episiotomi pernah
dilaporkan (Clibv dkk., 1994). Dalam ulasan mereka,
O Kanker Ovarium
Goldman 'dan Goldberg (2003) melaporkan 12 kasus
semacam ini. Pada sebagian besar, lesi rekuren muncul dalam Neoplasma ovarium ganas adalah kanker penyebab kematian
6 bulan, te-tapi satu wanita asimtomatik selama 5 tahun. tersering keempat pada wanita. Kanker ini merupakan pe-
Untuk bedah caesar, insisi klasik dianjurkan. lnsisi di nyebab utama kematian akibat kanker saluran genital dan
segmen bawah uterus meningkatkan risiko tersayatnya tu. mengalahkan angka kematian akibat kanker serviks dan
mor, yang dapat menyebabkan perdarahan signifikan. kanker uterus yang digabungkan (American College of
Obstetricians and Gynecologists, 2003a). insiden keganasan
Prognosis. Prognosis keseluruhan untuk semua stadium ovarium selama kehamilan tidak diketahui secara akurat.
kanker servlks selama kehamilan mungkin setara dengan Dari ulasan mereka, Rahman dkk., (2002) melaporkan
prognosis pada wanita tak-hamil (Sood dan Sorosky, 1998). angkanya rerata 1 per 20.000 persalinan. insiden yang sa-
Hasil-hasil dari beberapa laporan menyarankan bahwa ngat serupa dilaporkan oleh Smith clkk., (2003) dari danbase
tidak terdapat perbedaan dalam angka kelangsungan hidup Califomia Cancer Registry. Karena kebanyakan wanita kini
antara wanita hamil dibandingkan dengan wanita tak- menjalani sonografi selama kehamilan, deteksi massa adneksa
hamil (Tabel 57.4). juga meningkat. Jelaslah, sonografi diindikasikan bagi wanita
yang pada palpasi teraba adanya massa di adneksanya. Seperti
dibahas di Bab 40 (hal. 950), sekitar 1 dari setiap 1000
i Karsinoma Endometrium
wanita hamil menjalani eksplorasi bedah untuk suatu massa
Karsinoma endometrium biasanya timbul pada wanita yang adneksa. Sebagian besar tumor adalah teratoma kistik marur
telah melewati usia subur sehingga kanker ini jarang di- (dermoid) atau kisradenoma jinak (Boulay dan Podczaski,
jumpai pada kehamilan. Schammel dkk., (1998) mengulas 1998). Mungkin 5 persen dari neoplasma adneksa yang
14 kasus dan melaporkan 5 lainnya. Sebagian besar.adalah didiagnosis pada wanita hamil adalah ganas dibandingkan
adenokarsinoma berdiferensiasi baik, dan terapi biasanya dengan 15 sampai 20 persen pada wanita tak-hamil (Jacob
berupa histerektomi abdomen dan salfingo-ooforektomi bi- dan Stringer, 1990; Whitecar dkk., 1999). Hal ini mungkin
Iateral. Unmk mernpertahankan kesuburan pada 19 wanita disebabkan oleh usia wanita hamii yang lebih muda dan oleh
tak,hamil, para peneliti ini menguraikan rerapi yang berupa jumlah kista korpus luteum yang jauh lebi^h besar.
kuretase dengan atau tanpa terapi progestasional. Paling Kehamilan tampaknya tidak mengubah prognosis
tidak empat neonatus kemudian lahir dari para wanita ini. kebanyakan keganasan ovarium, tetapi penyulit seperti
Gorlieb dkk., (2003) melaporkan 13 wanita tak-hamil yang torsio dan ruptur dapat terjadi. Kadang, tumor ovarium
BAB 57: PENYAKIT NEOPLASTIK 1271

primer atau metastatik menyebabkan virilisasi ibu selama selama kehamilan. Meskipun dernikian, setiap lesi di vulva yang
kehamilan (Pather dkk., 2007; Powcll dkk., 2002; Tinkanen mensurigakan yang didetelai selama kehamilan perlu dibiopsi.
dan Kuoppala,2001). Dtrlarn ulasan mereka, Hcller dkk., (2000) rnenemukan 23
kasus dan melaporkan seorang wanita aterm 28 mhun dengan
lesi 4 crn di vulva. Mereka mer-ryimpulkan bahwa pembedahan
Penatalaksanaan
radikal ur-rtuk penyakit stadium Idapat dilakukan selama
Sonografi dapat digunakan untuk metnbantu rnembedakan keharnilar-r, bahkan pada trimester terakhir. Anderson dkk.,
massa kistik dari mass:r soIid atiru multiscpta. Pada kista biasa, (2001) rnenasehati bahwa tertrpi definitif unruk kanker vulva
penanganan vang bersifat lnenunggr.r clapat cliltrkuktrn, retnpi sering dapat ditr.rncla karena perkernbangannya yang lambat.
yang terakhir biasanya memetlukan pembedal-ran uutuk Namrur, hal ini tidak selalu beriar, karena Ogunleye dkk.,
diagnosis. Informasi tambahan diperoiel-r clari peucitr-tran (2004) melaporkan rektrensi kirrsinoma vulva 11 minggu
dengtrn CT atr.ru MR (iihat Bab 40, hal. 951). setelah terapi selama kehamilan. Terapi disesuaikan secara
Terapi kanker ovarium prrda wanittr harnil serupa dengan inclividr"rai berdasarkan stadium klinis dan kedalaman invasi.
pada wanita tak-hamil, tetapi dengan modifikasi yang sesu:ri Persalinan per vagina tidak dikor-rtrair-rdikasikan jika insisi
bergantturg pada usia gestt'rsi. Setelah analisis porong-beku vulva dan inguinal telah sembuh sempluara.
melnastikan keganirsnn, maka dilakukall penentuan smdium Pada wanita mr.rda, neoplasia intraepitel c,ult,a lebih sering
secara bedah disertai pengamatalr cerm?rt terhadap semtta per- dijumpai dalipada turnor invasif dan sering berkaitan de,
rnukatrn peritoneum dan viseral yang dapat diakses (Giuntoli ngan ir-rfeksi HPV. Penyakit ini dapat berkembang menjadi
dkk., 2006; Yazigi dkk., 1988). Ttunor ganas yang tatnptrknya tumor invasif, yang angkanya pada wanita rnuda tampaknya
terbatirs di satu ovarium memeriukan penentuan stadium yang meningkat (Messing dan Gallup, 1995).
lengkap, demikian juga tumor dengan potensi ganas yiulg Kuller dkk., (1990) membahas lima kasus sarftoma q;ulc]a
rendah. Prosedur yang dilakuktrn mencakup biiirs peritoneuur yang pertama kali diketahui selama kehamilan. Pada empat
untuk sitologi, biopsi permukaan diafragrna dan peritoneum, dari kasus ini, pasiet-r dapat disembuhkan dengan berbagai
omentektomi, dan biopsi kelenjar limfe para-aorttr panggul telapi. Matsuo dkk., (2009) mengevaluasi delapan kasus yang
dan infrarer-ral. Namun, katena uterus yang gravid maka seba- terider-rtifikasi selama kehamilan atau masa nifas. Sebagian
gian dtrri komponen ini, khususnya limfadenektorni, rrungkin besar bermanifestasi sebagai massa tak-nyeri yang membesar
tidak dianjurkan atar.l bahkan secara teknis tidak mungkin di vulva. Aiexander dkk., (2004) melaporkan seorang wanita
dilakukan. Jika ditemukan penyakit stadium lanjut maka di- dengar-r melanoma uuba disertai metastasis ke plasenta.
indikasikan omentektorni dan adneksektomi bilateial untuk
mengangkat sebagian besar tumor. Histerektomi dan tindakan
&bulling bedah yang agresif misalnya reseksi usus jarang diin-
I Leiomioma Uterus
clikasikan birgi wanita hamil" Hanya rnengangkat tumor datl Lelomiomr rrtenrs jinak sering clijumpai pacla wanira harnil
menunggu pematangan janin mur-rgkin dapat dibenarkan, ber- betusi lebih tua, khususnya wanittr kulit hicam. Tumor ini
garltlrng pada usia gestasi. Pada sebagian kasus kanker agresif jarar-rg girnas dan dibahas secara rinci di Bab 40 (hal. 951)'
atau berukuran bestrr, kemoterapi dapat diberikan selama ke-
hamilan sembari menunggu pematxngan panr janin. Meski-
pun kadar CAIZ5 serum ibu dapat digunakan uutuk rleman-
tau respons selama kemoterapi namtn kadar yang diperoleh
rnungkin sedemikian bervariasi selama keharnilan sehingga I Karsinoma Kolorektum
sulit dilakukan peniliriirn akurat tentang respons klinis (Asiam
Kanker kolon dan rektunr aclalah keganrsan tersering kedua
dkk., 2000; Spitzer dkk., 1998).
pada wanita sernua kelompok r.rsia di Amerika Serikat. Mes'
kipun demikian, tumor kolorektum jarang rnenjadi penyulit
Prognosis kehamilan karena jarang timbul pada r,sia kurang dari
Dulam sebagian bcsrr hporarr, kebrr-rylkrru kanker ovaritttn 40 tahun. Srnitl-r dkk., (2003) melaporkan perkiraan dari
yang diternukan selama keharnilarr adalah tipe epitel biasa California Cancer Registry bahwa insiden adalah sebesar
0o11es, 1989). Banvak dari sisanya adalah tumor sel germi-
1 per 150.000 persalinan. Kurang dari 250 kasus kanker
nativum, dan dalam laporan-laporan dari Iran oleh Behtash kolon padtr war-rita hamil yang pernah dilaporkan (\falsh
dkk., (2008), hampir separuh adalah dari tipe ini. Setnua tipe dirn Fazio, 1998). Sebagian besar yaitu 80 persen-karsinoma
ttunor dapat ditemukan,. dan tumor sinus endodermis dan kolorektum pada wanita hamil berzrsal dari rektum.
limforna Burkitt ovarium pernah clilaporkan (Magloire dkk., Gejala tersering kanker kolorektum adalah r-ryeri abdo.
2006; Motegi dkk., 2007). Paling tidak terdapat 80 atau 90 ka- men, clistensi, mual dan muntah, sernbelit, dan perdarahan
sus tumor sel epitel invasif yang clilaporkan selama kehamilan rektum. Diagr-rosis mungkin tertunda karena gejala-gejala ini
(Deani dkk", 1989; Rahman dkk., 2002). Oleh karena popu- umurn dijumpai pada keharnilan. Jelaslah, jika gejala-gejala
lasi wanita hamil berusia relatif muda, tumor dengau potensi yang menandakan kelainan kolon menetzip, pemeriksaan
keganasan rendah dan tumor stadium IA lebih sering clijum- colok dubur, pemeriksaar-r darah samar, dan sigmoidoskopi
pai pada wanita hamil daripada wanira tak-hamil. atau kolonoskopi perlu dilakukan, Tr.rmor di atas plika peri-
toneLun jarang dijumpai pada keharnilan, dan Chan dkk.,
(1999a) melaporkan l-ranya 41 kasus daltn ulasan mereka.
I Kanker Vulva Van Voorhis dan Cruikshank (1989) melaporkan dua wanita
Karsinoma sel skuamosa invasif di vulva terutama adalah dcr-rgan k:rnker kolon yang mengalami anemia mikrositik hi.
penyakit wanita pascamenopause sehingga jarang dijr,unpai pokromik akibat perdarahan samar.
1272 OBSTETRI WILLIAMS - BAGTAN 8: KOMPLTKAST MEDIS DAN BEDAH

Terapi kanker kolorekturn padir wanita harnil mengikuti Ia meninggal 3 rninggu pascaparrum. Hsu dkk., (2001)
petturjuk ulmun yirng sama dengan untuk rvanita harnil. Jika rnelaporkirr-r nlptur sp()rltan karsinomir hcpatoselular pada
tidak ada mrlda-randa merasrasis, dilakukan pernbedirl-rar.r. 25 n-ringgu ylng diterapi dengirn r:unpon, dan keharniian
Sayangnya, waniu harnil biasar-rytr datang der-rgarl penyakir dilirnjutkan hingga aterm.
stadium ianjut (Walsh dan Fazio, 1998). Selama rrimesrer Kanker pencernaan selama kehamilan mungkin ditemu.
pertama kehamilan, tn'rtuk melakukan reseksi kolor-r atar.r kan karena aclanya metastasis ke ovarium-rumor Krukenberg.
rektum tidak perlu dilakukan histerektorni. Pada kel-rarnil:rn Jelaslah, prognosis pada para wirnira ini burtrk (Glisic dkk.,
mhap selar-rjutnya, penundaan terapi untuk menunggu pel.na- 2006).
tangan janin dapat dipertirnbangkan. Persalinan per vagintr
biasanya di izinkan lika kondisi obstetris merntrngkinkan,
tetapi lesi di rektum bawah mungkin menyebabkan clisrosia.
NE6FLA$Mfi.OifiTAi.
Perdarahan, obstruksi, atau per{orasi dapat memakstr dilaku- \Talker dan Knight (1986) membahas 71 kasus r-reoplasma
kannya intervensi bedah (Minter dkk., 2005). ginjtrI primer yang berkiritan dengan kehamilan-separuhnya
Tidak ada bukti bahwa keharnilirn memengaruhi per. adalalr karsinoma sel ginjal. Hampir 90 perser-r dari para wanira
jalanan penyakir kanker kolorektum (Dahling dkk., ini datang dengirn keluhan milssa yang dapat diraba. Pada
2009). Oleh karena iru, prognosis pada wanira l-ramil se. separuhnya, nyeri adaiah gejala awal, dan hematuria juga di.
rupa dengan pada pasien tak.l-ramil pada stadium identik. jurnpai pada separuhnya. Hanya seperempar dari para wanira
Antigen karsinoembrionik (CEA) bermanfaat sebagai ini memperlihatkirn rrias klasik hernaturia, nyeri, dan massa
penanda tumor untuk kanker kolon, dan rneskipun kadar- yang teraba, Diagnosis tr-rmor ginjai ini dan tumor intra.
nya dapat rneningkat selama kehamilan namun kadar basal abdomen arau retroperitoneum lainnya ditingkatkan oleh
rnungkin berguna (Minter dkk., 2005). pemeriksaan pencirraan CT atau MR. Smith dkk., (1994)
mer.rambal-rkan erlarr kasus baru sejak 1986 dalam ulasan
O Neoplasma Saluran Cerna Lainnya terakhir rnerekir. Mereka menyar.ankan bahwa sekarang diag-
nosis dibuat lebil-r dini karena sonografi. Fazeli-Matin dkk.,
Kanker lambung jarang berkaitan dengan kehamilar-r, clan (1998) melaporkirn nefrcktorni parsial pada seorrng u'anita
sebagian besar kasus yang dilapor-kan berasal dari jepang. dengan karsinoma ginjal pada kehamilan 14 rninggu, semen.
Hirabayashi dkk., (1987) mernbahas hasil akhir ptrda 60 tara Sirinsbury dkk., (2004) melaporkan nefrektomi laparos-
wanita hamil dengan keganasan ini selamzr periode ?0 tn- kopik radikal untuk karsinoma pada kehamilan 1l minggu
hun dari 1916 sarnpai 1985. Diagnosis sering rertunda se. diikuti persalirlan zlterm. Dua studi terakhir rnemperlihar.
Iama kehamilan, dan prognosis bitrsanya buruk (Lee dkk., kan aclanya resporls terhaclap inhibitor kinase sunicinib dan
2009). Davis dan Chen (1991) serta Chan dkk., (1999b) sorafenib (Escudier dkk., 200i; Morzer dkk., 2007).
masing.masing melaporkan seorang wanita dengan kanker Seiarna J5 tal-run terakhir di Parkland Hospital, kami ha-
lambung yang menyangka nyeri epigastriurnnya sel:rmir ke. nya menjumpai sedikit wanita hamil dengan karsinorna gin-
harnilar-r disebabkan oleh tukak peprik yang relah mereka jal. Meleka clatar-rg dengan hematuria tak.nyeri, atau tumor
derita. Oleh karena itu, gejala saluran cerna bagian aras ditemukan saat palpasi abdornen yang dilakukan secara ru.
yang tidak dapat dilelaskan dan lnenerap perlu dievaluasi tin dirlam kaitannya dengan bedah caesar. Saat ini, inspeksi
derrgan endoskopi. intra-abdon-ren yang menyeluruh jarang dilakukan secara ru-
Stewart dkk., (1997) membahas per-rgalaman merekzr tin karena pemberian analgesiir regional menyeluruh selama
dengan tujuh kehamilan pada lima wanita dengan sindrom bcda[i crresrr.
Zollinger.Ellison. Tumor yang biasanya tetdapar di duoderrurn
atau pankreas rnengeluarkan gastrin secara berlebihar-r. Hal
ini menyebabkan produksi berlebil-ran asam larnbung dan ,TUMOH.I-AIN
ulserasi lambung. Para penulis ini rnenganjurkan reseksi
bedah sebelurn kehamilan, tetapi pada wanita dengan pe. Kanker riroid adalah keganasan endbkrir-r tersering. Morris
r-ryakit metastarik arau pada mereka yang sebelurnnya riclak (1998) merrperkirakan bahwa 10 persen yang terjadi se.
terdiagnosis, maka pemberian antasid dar-r antisekresi selama larna usia subur, didiagnosis selama keharnilan arau dalam
kehamilan biasanya suclal-r memadai. Radich dkk., (2006) cahun pertama setelal-r persalinan. Kebanyakan kanker tiroid
melaporkan seorang wanira iramil 24 minggu dengan pe- berdiferensiasi baik dar-r rnemperlihatkan perjaianan yang
nyulit adenokarsinoma usus halus, indolen. Tewari dkk., (1998) rneltrporkan seorang wanira
Paling sedikit telah dilaporkan 21 kasus tumor kcrsinoid dengan tirotoksikosis Graves dan thyroid storm yang ke.
yang menjadi penyulir keharnilan. Dalam ulasannya, Durkin mudian terbukti juga menclerita adenokarsinorna papilaris.
(1983) menemukan bahwa kebanyakar-r kasus berasal dari Rossing dkk., (2000) menvajikan remuan-temuan menarik
saluran cerna, dan sebagian terditrgnosis secara kebetulan yang rnengisyaratkan bahwa srirnulasi riroid se l:rma kehamil.
saat bedah caesar. Kanker pankreas jarang dijumpai selama an dan rnenytrsui dapat rnenyebabkan peningkatan transien
kehamilan (Kakoza dkk., 2009; Marinoni dkk., 2006). pertr-rmbuhar-r kanker tiroid papilaris. Diagnosis biasanya
Karsinoma hepatoselular primer selama keharnilan juga jarang ditegakkan dengan aspirasi janun halus. Terapi terurama
terjadi (Gisi dan Floyd, 1999; Hsieh dkk.,, 1996). Bladerson berupa pernbedahtrr-r yang dilakukan selarna trimester kedua
dkk., (1998) rnelaporkan seorang wanira 23 rahun hamil 26 atau sctelah persalir.ran. (Nam dkk., 2005).^
minggu yang mer-rderita kolangiokarsinoma intrahari masif Tumor jaringan lunak dan rumor tulang, meskipun ja.
yang "menyamar" sebagai sindrom HEllP-hemolisis, pe- rang pada kehamiian, biasanya dapat ditangani dengan pem-
ningkaan enzim hati, dan penurunan hitung trombosit. bedahan selama keharnilan (Maxwell dkk., 2004). Cheung
BAB 57: PENYAKIT NEOPLASTIK 1273
dkk., (2009) merinci kesulitan perlanganan kanker lidah Avil6s A, Neri N: Hernatological malignancies and pregnancy: A 6nal
tahap lanjut yang terdiagnosis pada usia gesrasi 25 rninggu. report of 84 children who received chemotherapy il1 utero. Clin Lym-
phoma 2:173,200i
Berdasarkan California Cancer Registry, tumor susrutitn
Barnes MN, Barrett JC, Kimberlin DF, et al: Burkitt lymphoma in preg-
saraf pusat rnenjacli pe'r'ryutit pada sekitar i dari 67.000 per.
narrcy. Obstet Gynecol 92:675, i998
saiinan (Smith dkk., 2003). Isla dkk., (1997) melaporkan Beadle Blv{, Woodward WA, Middleton LP, et a1: The impact of preg-
tujuh kasus turnor omk primer pada lebih dari 126.000 per. na11cy on brcast cancer outcomes in rvomen < or = 35 years. Cancer
salinan di Hospital La Paz di Madlid. Menurur FnrfeL (1991), I 1 5(6):1 I 74, 2009

jenis tumor sama seperti yang dijurnpai pada wanita tt'rk- Behtash N, Karimi Zarchi M, Mod:rres Gilani M, et al: Ovarian carci.
noma associated with pregnancy: A clinicopathologic analysis of 23
hamil dengan usia setara, dar-r sekitar seperriga ac{alah glioma
cases and review of the literature. BMC Pregnar.rcy Childbirrh 8:3,
atau meningioma. Tewari dkk., (2000) meltrporkar-r delapan 2008
wanita hamil dengan tumor otak ganas dan dua lainnya de. Beral V, Bull D, Doll R, et al: Breast cancer and abortion: Collaborative
ngan koriokarsinoma gestasional pascaparturn yang berme- reanalysis of data from 53 epidemiological studies, including 83,000
tastasis ke otak. Hasil akhir ibu sangat buruk-lirna wanira women with breast cancer frorn 16 countries. Lancet 363:1007, 2004
Berry DL, Tl-reriault RL, Holmes FA, et al: Management of breast cancer
meninggal, dan dua yang bertahan l'ridup mengalami crrcar
during pregnancy using a standardized protocol. J Clin Oncol 1 7:855,
neurologis signifikan. t999
Bladersron KD, Tewari K, Azizi F, et al: Intrahepatic cholangiocarci.
noma masquerading as the HELLP syndrome (hemolysis, elevated
DAFTAR PUSTAKA liver enzymes, and low platelet count) in pregnancy: Case report. Am
J Obstet Cynecoi 179:823, 1998
Ackermann S, Gehrsitz C, Mehihom G, et irl: Management and course Bladstrom A, Anderson H, Olsson Il: Worse survival in breasr cancer
of histologically verifred ceruical carcinoma in siru during pregn2rncy. among women with recent childbirth: Results from Swedish popula-
Acta Obstet Gynecol Scand E5:1 134,2006 tion-based register study. Clin Brcast Cancer 4:280, 2003
Alexander A, Flanis RM, Grossman D, et al: Vulvar melanoma: Dif- Bomrier P, Romain S, Dilhuydy JM, et al: lntluence of pregnancy on the
fuse melanosis and metastases to the placenta. J Am Acad Dermarol outcome ofbreast cancer: A case.control study, lnt J Cancer ?2:720,1997
50(70\:293,7004 Bor.rlay R, Podczaski E: Ovarian cancer complicating pregnancy. Obstet
Alexander A, Samlowski WE, Grossman D, et al: Metastatic melanoma Gynecol Clin North Am 25:3856, 1998
in pregnancy: Risk of transplacenral metasrases in the infanr. J Clin Bradley B, Fleck A, Osei EK: Normalized data for the estimation of fetal
Oncol 2l:2179, l00 l radiation dose from radiotherapy oJ the breast. Br J Radiol 79:818,
Alouini S, Rida K, Mathevet P: Cervical cancer complicating pregnan- 2006
cy: Implications of laparoscopic lymphadenectomy. Gynecol Oncol Brent RL: The effect of embryonic and fetal exposure to x-ray, rnicro-
108(3):472,2008 w:rves, and ultrasound: Counseling the pregnant and nonpregnant
American College of Obstetricians and Gynecologists; Diagnosis and patient about these risks. Semin Oncol 16:347, 1989
treatment of cervical carcinomas. Practice Bulletin No. 35, October Brent RL: Utiiization of deveiopmental basic science principles in the
2002 evaluation of reproductive risks from pre- and postconception envi.
American College of Obstetricians and Gynecologists: Cancer of the rorrmental radiation cxposures. Teratology 59:182, 1999
ovary. Technical Bulletin No. 141, August 2003a Briggs GG, Freeman RK, Yaffe SJ: Drugs in Pregnancy and Lactation,
American College of Obstetricians and Gynecologists: Breasr cancer 6th ed. Philadelphia, Lippincott Williams & \7i1kins, 2002
screening. Prirctice Bulletin No. 42, April 2003b Caligiuri MA, lvlayer RJ: Pregnancy and leukemia. Semin Oncol 16:388,
American College of Obstetricians and Gynecologists: Cuidelines for 1989
diagnostic imaging during pregnancy. Committce Opinion No. 299, Cardonick E, lacobucci A: Use of cl-remotherapy during human preg-
September 2004 nancy. Lancet Oncol 5:281, 2004
American College of Obstetricians and Gynecolbgists: Human papillo- Carradice D, Austin N, Bayston K, et al: Successful treatment of acute
mavirus vaccination. Committee Clpinion No. 344, September 2006 promyelocytic leukaemia during pregnancy. Clin Lab Haematol
American College of Obstetricians and Cprecologists: Management of 24:307 ,7002.
abnormal cewical cytology and histology. Practice Bulletin No. 99, Cascinelli N, Morabito A, Sar-rtinami M, et at, Immediate or delayed
December, 2008 dissection of regional r-rodes in patients with melanoma of the trunk:
Anderson ML, Mari G, Schwartz PE: Gynecologic malignancies in preg- A randomized trial. Lancet 35 1:793, 1998
nancy. Dalam Barnea ER, ]auniaux E, Schwartz PE (eds): Cancer and Catlin EA, Roberts ]D Jr, Erana R, et al: Transplacental transmission of
Pregnancy. London, Springer, 2001, p 33 natural-ki1ler-cell lymphoma. N Engl J Med 341:85, 1999
Andrieu N, Goldgar DE, Easton Dl-, et al: Pregnancies, breast-feeding, Celo JS, Kim HC, Floulihan C, et al: Acute promyelocytic leukemia
and breast cancer risk in the h-rtemational BRCAl/2 Carrier Cohort in pregnancy: All-trans retinoic acid as a newer therapeuric oprion.
Study (IBCCS). J Natl Cancer lnst 98:535, 2006 Obstet Gynecol 83:808, 1994
Antoniou AC, Shenton A, Maher ER, et al: Parity and breast cancer Centers for Disease Control and Prevention Morbidity and Mortality
risk among BRCAl and BRCAZ. Breast Cancer Res 8:R?2, 2006 Weekly Report: Decline in bre:rst cancer incidence-United States,
Armitage JO, Longo Dl-: Malignancies of lymphoid cells. Dalam Kasper 1999-2003, MM\7R 56:549, 2007
DL, Brauward E, Fauci AS, et al (eds): Harrison's Principles ofInter- Chan YM, Ngai S\f, Lao TT: Colon cancer in pregnancy. A case report.
nal Medicine, 15th ed, New York, McGraw-Hill, 2005, p 641 J Reprod Med 44:733, 1999a
Aslam N, Ong C, \X/oelfer B, et al: Semm CA125 at 11-14 weeks of Chan YM, Ngai S\7, Lao TT: Gastric adenocarcinoma presenring with
gestation in women with morphologically normal ovaries. Br ] Obsret persistent, mild gastrointestinal symptoms in pregnancy: A case re-
Cynaecol 107:689, 2000 port. j Reprod N4ed 44:986, 1999b
Ault P, Kantarjian H, O'Brien S, et al: Pregnancy among parients Cheung EJ, Wagner H Jr, Botti JJ, et al: Advanced oral tongue can-
with chronic myeioid leukemia treated with imatinib. J Clin Oncol cer in a ZZ.year.old pregnant wom:rn. Ann Otol Rhinol Laryngol
z4(7\r704,2006 1i8(1):21,2009
Averette HE, Mirhashemi R, Moffat FI-: Pregnancy after breast carci- Clark H, Kurinczuk JJ, Lee AJ, et al: Obstetric outcomes in cancer sur-
noma: The ultimate medical challenge. Cancer 85:2301, 1999 vivors. Obstet Gynecol 110(4):849, 2007
Averette HE, Nasser N, Yankow SL, et al: Cervical conization in preg- Cliby \7A, Dodson MK, Podratz KC: Cervical cancer complicated by
nancy: Analysis of 180 operations. Am J Obstet Gynecol 106:543, pregnancy: Episiotomy site recurrences followilg vaginal delivery.
19i0 Obstet Gynecol 84:179, 1994
Avilds A, Diaz.Maqueo JC, Torras V, et al: Non.Hodgkin lymphomas Connor JP: Noninvasive cervical cancer complicating pregnancy. Ob-
and pregnancy: Presentation of 1 6 cases. Gynecol Oncol 3 7:355, 1 990 stet Gynecol Clin North Am 25:331, 199E

Anda mungkin juga menyukai