PVB Standard PJJ Sub Kampus Revisi
PVB Standard PJJ Sub Kampus Revisi
SEAMOLEC
Jakarta, INDONESIA
1
Daftar Isi
Bab I
Pendidikan Jarak Jauh
Bab II
SEAMOLEC sebagai Pusat PJJ Asia Tenggara
Bab III
Standar PJJ SEAMOLEC
Bab IV
Pendidikan Vokasi Berkelanjutan
Bab V
Standar PJJ SEAMOLEC untuk Sub Kampus
Program Pendidikan Vokasi Berkelanjutan
2
Kata Pengantar
Pada tahun 2011 ini, SEAMOLEC bekerjasama dengan DIKTI dan PSMK meluncurkan
program Pendidikan Vokasi Berkelanjutan (PVB) yang merupakan program pendidikan
Diploma-1 bagi lulusan SMK/SMA.
Buku ini adalah Standar PJJ SEAMOLEC yang diperuntukkan bagi Kampus Utama dalam
pelaksanaan program PVB, yang berisikan informasi mengenai:
1. Sistem dan penyelenggaraan PJJ
2. SEAMOLEC sebagai Pusat PJJ
3. Standar PJJ SEAMOLEC
4. Program PVB
5. Standar PJJ bagi Kampus Utama
Kritik dan saran akan sangat kami hargai untuk memperbaiki dan mengembangkan kualitas
pendidikan jarak jauh di Indonesia.
Terima kasih.
SEAMEO SEAMOLEC
Direktur,
3
BAB I
PENDIDIKAN JARAK JAUH
1. Latar Belakang
Perubahan pengetahuan dan teknologi yang berlangsung secara cepat dan terus
menerus, yang dianggap sebagai potensi utama untuk menggerakkan kemajuan
masyarakat di berbagai aspek kehidupan, belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh
masyarakat Indonesia. Hal tersebut harus dapat diantisipasi oleh sistem pendidikan di
Indonesia, untuk secara terus menerus memfasilitasi dan melakukan penyesuaian
yang diperlukan untuk menjawab kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi.
Strategi Kemdiknas untuk mencapai visi dan misi yang telah diuraikan sebelumnya
adalah dengan meluaskan akses ke semua jenjang, jenis dan bentuk pendidikan bagi
masyarakat yang memerlukan. Perluasan tersebut dicapai bukan hanya dengan
membangun institusi pendidikan baru tetapi dengan meluaskan kapasitas institusi
yang telah ada. Salah satu cara perluasan tersebut adalah dengan mengizinkan institusi
pendidikan untuk menerapkan sistem modus ganda, yaitu pendidikan tatap muka dan
jarak jauh yang keduanya menerapkan pemanfaatan TIK dalam proses pembelajaran.
4
2. Definisi PJJ
Salah satu bentuk pendidikan atau pelatihan yang paling tua adalah proses magang
(apprenticeship), yaitu seorang pemula belajar dengan bekerja pada pakar/ahli untuk
dapat menguasai suatu pengetahuan atau keterampilan tertentu. Pada era komputer
dan jejaring, maka batasan atau kendala tempat dan waktu untuk mendapatkan akses
pada program dan proses pembelajaran dapat dihilangkan atau dikurangi seminimal
mungkin. Komputer memungkinkan presentasi yang bersifat digital dari pengetahuan
untuk pembelajaran, dan meningkatkan kecepatan untuk mendapatkan dan
memproses informasi. TIK memungkinkan penyimpanan, transfer, dan berbagi
informasi antar institusi yang tersebar di wilayah yang sangat luas dan berbeda zona
waktu.
TIK ini membuka peluang untuk berbagai alternatif dalam penyampaian pendidikan
dan pelatihan. Secara khusus, perkembangn TIK membawa kepada perkembangan
peralatan pembelajaran yang berbasis TIK, yang memungkinkan penyampaian materi
dan proses pembelajaran yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Dengan demikian
pada awal abad 21 ini kita menyaksikan pertumbuhan yang pesat dari jumlah institusi,
baik milik pemerintah maupun swasta yang menawarkan program pendidikan dan
pelatihan secara jarak jauh.
Untuk negara-negara dengan jumlah penduduk yang besar seperti Indonesia, maka
sistem PJJ ini menjadi menarik untuk menawarkan program pembelajaran kepada
sejumlah besar peserta yang berada pada wilayah yang tersebar di seluruh wilayah
negara yang luas, tanpa harus membangun fasilitas baru. Beberapa alasan yang
menyebabkan sistem PJJ menjadi menarik sebagai alternatif memecahkan masalah
keterbatasan ruang, waktu, dan sumber daya adalah sebagai berikut.
a. Daya tampung sistem pendidikan tatap muka selalu terbatas sesuai dengan
kemampuan ruang kelas, jumlah peralatan yang digunakan, dan ketersediaan serta
kemampuan tenaga akademik dan administratif.
b. Sistem PJJ ini menarik bagi orang dewasa yang karena satu dan lain hal harus
memperbaharui pengetahuan dan keterampilan, tetapi karena satu dan lain hal
tidak dapat berpartisipasi pada sistem tatap muka. Mereka ini tersebar di seluruh
wilayah negara.
Dengan demikian PJJ dapat didefinisikan sebagai pendidikan yang peserta didiknya
terpisah dari pendidik dan pembelajarannya menggunakan berbagai sumber belajar
melalui teknologi komunikasi, informasi, dan media lain. Karena sistem PJJ
didasarkan pada keterpisahan antara peserta didik dan pendidiknya dalam ruang dan
waktu, maka:
a. kurikulum dan paket bahan belajar dirancang dan diproduksi secara sistematis;
b. dilengkapi kemungkinan pertemuan tenaga pendidik dan peserta didik yang tidak
terus menerus (non-contiguous);
c. penyediaan sarana interaksi antar peserta didik, tutor, organisasi pendidikan
melalui beragam media; dan
d. tersedianya layanan penyeliaan dan pemantauan yang intensif dari suatu
organisasi pendidikan.
5
Secara implisit dalam pengertian tersebut menggambarkan perlunya kemandirian
peserta didik dalam mengelola proses belajarnya melalui pemanfaatan beragam
pelayanan, baik yang disediakan oleh organisasi pendidikan maupun yang tersedia di
lingkungan sekitarnya.
Terbuka adalah PJJ dapat diikuti oleh siapa saja tanpa batasan usia, sesuai dengan
jenis, jenjang, dan minat bidang yang ingin dipelajari, dan melalui metode
pembelajaran yang cocok untuk dirinya. Belajar mandiri adalah peserta didik
diharapkan mampu memotivasi dirinya untuk belajar dengan bantuan belajar
seminimal mungkin dari pendidik. Layanan bantuan belajar disediakan oleh intitusi
pendidikan melalui berbagai media atau secara tatap muka dengan pendidik.
Mahasiswa diharapkan secara mandiri dan aktif mengakses bantuan belajar yang
tersedia itu. Belajar tuntas adalah tersedikanya semua kompetensi yang hendak
dicapai melalui sistem pendidikan jarak jauh sehingga setiap peserta didik dapat
mempelajari kompetensi yang diinginkan secara tuntas sesuai dengan keceptan
belajarnya sendiri. Penggunaan TIK pendidikan berarti proses PJJ harus
memanfaatkan TIK dan teknologi pendidikan lainnya untuk memfasilitasi interaksi
yang membelajarkan. Interaksi yang membelajaran dengan memanfaatkan TIK harus
dirancang dengan sistematis. Perancangan ini disebut teknologi pendidikan.
6
4. Penyelenggaraan PJJ
PJJ dapat diselenggarakan pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan yaitu:
a. jalur pendidikan formal dan nonformal;
b. jenjang pendidikan anak usia dini; pendidikan dasar, pendidikan menengah,
pendidikan tinggi; dan
c. jenis pendidikan akademik, vokasi dan profesi.
B. Pengorganisasian PJJ
7
Sumber belajar mandiri: cetak dan berbasik TIK.
Tempat-tempat tutorial tatap muka dan praktikum yang memiliki peralatan yang
dibutuhkan dan komputer yang terhubung dengan internet.
Penyampaian bahan ajar.
Bantuan layanan belajar yang terekam untuk peserta didik dimana peserta didik harus
mengakses sumber belajar paling sedikit satu kali satu minggu untuk satu mata
pelajaran selama satu jam pelajaran.
Pengorganisasian PJJ modus tunggal adalah penyelenggaran PJJ dalam satu satuan
pendidikan formal pada berbagai jalur, jenjang dan jenis pendidikan yang hanya
menyelenggarakan modus PJJ saja. Pada tingkat pendidikan tinggi, pengorganisasian
modus tunggal adalah seperti yang diselenggarakan oleh Universitas Terbuka.
8
Persyaratan pengorganisasian modus konsorsium adalah sebagai berikut:
C. Lingkup PJJ
PJJ dapat diselenggarakan dengan lingkup mata pelajaran atau mata kuliah, program
studi, atau satuan pendidikan.
PJJ dengan lingkup mata pelajaran/mata kuliah adalah suatu satuan pendidikan yang
menyelenggarakan PJJ hanya untuk satu mata pelajaran atau lebih mata
pelajaran/mata kuliah, misalnya SMA menyelenggarakan PJJ untuk mata pelajaran
Bahasa Inggris dan Matematika tingkat lanjut untuk program akselerasi. Untuk
lingkup mata pelajaran/matakuliah/matadiklat ini, memiliki persyaratan sebagai
berikut:
a. Mata pelajaran/mata kuliah yang dikembangkan berdasarkan analisis kebutuhan
(karena keterbatasan guru/dosen yang diperlukan atau untuk mata pelajaran/mata
kuliah program akselerasi).
b. Mata pelajaran/mata kuliah dikembangkan berdasarkan standar kompetensi yang
telah ditetapkan bersama.
c. Harus ada satuan pendidikan induk yang membina sejumlah tempat kegiatan
belajar.
d. Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran.
e. Diizinkan oleh instansi terkait.
PJJ dengan lingkup program studi adalah suatu satuan pendidikan yang
menyelenggarakan PJJ untuk satu program studi secara utuh, misalnya SMA Jurusan
Bahasa pada suatu sekolah menyelenggarakan pembelajarannya hanya melalui PJJ
saja. Persyaratan penyelenggaraan lingkup program studi adalah sebagai berikut:
9
a. Memiliki akreditasi A untuk program studi yang ditawarkan dengan PJJ.
b. Memiliki MoU dengan berbagai entitas yang terkait dengan penyelenggaraan
manajemen administrasi dan akademik.
c. Memperoleh izin dari instansi terkait.
b. Basis TIK pada Sistem PJJ Pendidikan Dasar dan Menengah mencakup:
1) Sarana pembelajaran;
2) Kompetensi pendidik;
3) Sumber belajar;
4) Proses pembelajaran; dan
5) Evaluasi hasil belajar.
10
E. Penjaminan Mutu PJJ
PJJ dapat diselenggarakan dengan lingkup mata pelajaran atau mata kuliah, program
studi, atau satuan pendidikan.
Penjaminan mutu PJJ pada satuan Pendidikan Dasar dan Menengah sebagaimana
diatur dalam PP No.17/Tahun 2010, Pasal 123, dilakukan dengan berpedoman pada:
a. Standar Nasional Pendidikan.
b. Ketentuan tentang Ujian Nasional.
c. Ketentuan tentang Akreditasi.
d. Sistem Pembelajaran berbasis TIK.
Penjaminan mutu PJJ pada satuan Pendidikan Tinggi sebagaimana diatur dalam PP
No.17/Tahun 2010, Pasal 124, dilakukan dengan berpedoman pada:
a. Penjaminan mutu sebagaimana diatur dalam PP No.17/Tahun 2010, Pasal 96.
b. Penjaminan mutu untuk memastikan bahwa pembelajaran berbasis teknologi
informasi dan komunikasi sebagaimana dimaksud dalam PP No.17/Tahun 2010,
Pasal 122 ayat (4) dipenuhi.
c. Untuk program berijazah/sertifikat harus ada bukti peserta didik berinteraksi
dengan dosen/tutor/guru paling sedikit satu kali dalam satu minggu untuk satu
mata kuliah selama satu jam pelajaran.
11
BAB II
SEAMOLEC dan Program PJJ
SEAMEO Regional Open Learning Centre (SEAMOLEC) merupakan salah satu pusat yang
didirikan oleh SEAMEO (Southeast Asian Ministers of Education Organization) pada tanggal
27 Februari 1997. Tugas utama SEAMOLEC adalah membantu berbagai institusi dan negara,
terutama di Asia Tenggara, dalam mengembangkan kemampuan untuk mengidentifikasi
masalah-masalah pendidikan dan menemukan solusi alternatif melalui pemanfaatan PJJ
terutama yang berbasis TIK. Kegiatan SEAMOLEC meliputi pemberdayaan institusi
pendidikan dalam pengembangan PJJ yang berbasis TIK melalui penelitian dan
pengembangan, pelatihan, konsultasi, dan penyediaan jaringan tenaga ahli di bidang PJJ yang
berbasis TIK.
Visi dari SEAMOLEC adalah menjadi pusat keahlian dalam bidang PJJ berbasis TIK.
Sedangkan misi SEAMOLEC adalah membantu berbagai institusi dan negara, terutama di
Asia Tenggara, dalam mengembangkan kemampuan untuk mengidentifikasi masalah-masalah
pendidikan dan menemukan solusi alternatif melalui pemanfaatan PJJ. Sebagai pusat yang
bertugas mengembangkan kemampuan pelaksanaan PJJ di Asia Tenggara, maka seluruh
program SEAMOLEC ditujukan untuk menjalankan beragam program responsif dan relevan
terhadap berbagai tantangan nasional maupun regional dalam bidang PJJ.
Untuk mencapai tujuan tersebut, program yang dijalankan SEAMOLEC berfungsi untuk:
1. Mendiseminasi informasi tentang PJJ serta pemanfaatan teknologi dalam PJJ.
2. Mengembangkan kerjasama dengan institusi nasional dan regional dan dengan pusat-
pusat lain di bawah SEAMEO.
3. Menyediakan beragam pelatihan dalam bidang PJJ yang berbasis TIK.
4. Melakukan analisis kebutuhan, penelitian dan pengembangan, serta evaluasi dalam
bidang PJJ yang berbasis TIK.
5. Memfasilitasi pengembangan dan adopsi sistem pembelajaran PJJ berbasis TIK di
Indonesia dan di Asia Tenggara.
6. Memfasilitasi kerjasama antar ahli bidang PJJ berbasis TIK.
Salah satu program SEAMOLEC yang memanfaatkan TIK dalam sistem PJJ untuk Asia
Tenggara adalah SEA EduNet (Southeast Asian Education Network), yang merupakan
pengembangan network, konten pembelajaran dan mekanisme pelaksanaan program-program
PJJ berbasis TIK dan berwawasan nasional dan regional (Asia Tenggara). SEA EduNet terdiri
dari tiga komponen sebagai berikut.
1. Jejaring Institusi
Jejaring institusi yang terlibat dalam dunia pendidikan dan pelatihan (formal, informal,
non formal, pada berbagai jenis dan jenjang) dapat memanfaatkan SEA EduNet. Jejaring
institusi tersebut disebut sebagai Mitra SEAMOLEC.
12
Program kemitraan jejaring institusi dengan SEAMOLEC diantaranya:
a. Program 500K yaitu pelatihan TIK bagi guru SD, SMP, SMA dan SMK.
b. Program SMS (SEAMOLEC Multi Studio), yang merupakan pelatihan
pengembangan materi dan studio pembelajaran.
c. Program SEA Cyberclass yang merupakan latihan ujian nasional berbasis web.
d. Program Pendidikan Vokasi Berkelanjutan (PVB) yang merupakan program Diploma
1 bagi Siswa SMK/SMA untuk berbagai kompetensi keahlian.
e. Konsorsium Institusi yang menawarkan Program Alih Jenjang D3 ke D4 model PJJ.
f. Konsorsium Institusi yang menawarkan Program Gametechnology model PJJ.
g. Konsorsium perguruan tinggi di Asia Tenggara yang berminat menawarkan program-
program pembelajaran model PJJ ke Asia Tenggra.
2. Konten Pembelajaran
Saat ini sudah ada berbagai konten pembelajaran untuk program pertanian, perikanan,
perkebunan, pengembangan permainan edukatif elektronik (game) untuk pembelajaran
matematika, IPA, dan bahasa Inggris untuk berbagai jenjang pendidikan.
3. Mekanisme Pelaksanaan
13
BAB 3
Standar PJJ SEAMOLEC
Untuk setiap program PJJ yang ditawarkan diharapkan telah melalui tahap pengembangan
program sesuai dengan model pengembangan program pembelajaran/pelatihan yang baku
untuk setiap institusi, yaitu melalui tahap analisis, perancangan, pengembangan,
implementasi, evaluasi and revisi. Program PJJ yang ditawarkan dapat menerapkan model
hybrid, yaitu gabungan antara tatap muka dan jarak jauh berbasis TIK, atau 100 % jarak jauh
berbasis TIK.
Dalam model Hybrid, pemanfaatan bahan ajar berbasis TIK akan mencapai 30–79 %. Dengan
demikian proses pembelajaran peserta didik akan lebih banyak belajar mandiri. Pembelajaran
hybrid ini terdiri dari:
1. Pembelajaran tatap muka (residensial dan tutor kunjung/tutor jaga).
2. Pembelajaran menggunakan media cetak/modul elektronik (bila diperlukan).
3. Pembelajaran menggunakan audio-video.
4. Pembelajaran berbasis web.
Standar program PJJ yang dikembangkan berdasarkan standard PJJ SEAMOLEC harus
melalui tahapan berikut:
1. Perancangan
2. Pengembangan
3. Implementasi
4. Evaluasi
5. Monev/Revisi berkelanjutan
A. Perancangan
Beberapa langkah yang dapat mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran pada suatu
program pendidikan atau pelatihan antara lain:
1. Pemilihan program berdasarkan kebutuhan.
2. Pengemasan program pembelajaran yang sesuai dengan kaidah-kaidah yang baik dan
benar.
3. Pengaturan waktu belajar, waktu tes, dan lain lain.
4. Pemanfaatan secara efisien dan efektif berbagai bantuan belajar yang tersedia seperti,
tutorial, pembimbingan akademik, dan konseling.
5. Ketersediaan sistem yang mudah diakses oleh peserta didik untuk mendapatkan hal-
hal yang tersebut pada butir 1 sampai dengan 4.
14
Untuk mendapatkan program pembelajaran yang efisien dan efektif, maka harus dimulai
dengan membuat perancangan/desain program. Hal ini berlaku pula untuk program PJJ.
Hasil perancangan ini adalah kompetensi lulusan, kurikulum program studi, peta
kompetensi program studi/program diklat/mata kuliah/mata pelajaran/mata diklat, standar
kelulusan, dan silabus silabus untuk setiap mata kuliah/mata pelajaran/mata diklat.
Dalam program tatap muka, peta program ini disebut sebagai garis besar program
pembelajaran (GBPP) atau silabus. Langkah pengembangan program pembelajaran
berbasis Web sesuai dengan buku Pedoman pengembangan Bahan ajar berbasis web.
Khusus untuk pemenuhan standar SEAMOLEC maka, bahan tersebut harus terdiri dari
15
video dari dosen yang disertai dengan presentasi berbasis powerpoint dan simulasi
konsep-konsep yang penting.
16
4. Untuk perancangan pembelajaran pembelajaran berbasis audio visual
Ketiga jenis bahan ajar ini, audio, video, dan CAI dapat digunakan untuk
mengajarkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang dapat meningkatkan
kompetensi dan memotivasi peserta didik untuk melakukan tindakan (action) yang
spesifik.
Secara detil kegiatan pengembangan bahan ajar non–cetak perlu dilakukan dengan
tahap-tahap sebagai berikut:
a. Penentuan kompetensi
b. Penulisan GBPM
c. Review GBPM
d. Revisi GBPM
e. Penulisan naskah
f. Review naskah
g. Revisi naskah
h. Pengumpulan materi
i. Produksi program/bahan ajar
j. Review program
k. Revisi program
l. Peoduksi terbatas untuk uji coba
m. Revisi dan produksi massal
n. Implementasi
o. Monev/revisi berkelanjutan
17
GBPM merupakan outline atau kerangka program yang dapat dijadikan sebagai acuan
untuk menulis naskah bahan ajar non-cetak baik audio, video, maupun CAI.
Bahan ajar cetak/modul elektronik untuk program PJJ yang baik harus memuat
beberapa hal berikut:
a. Tinjauan mata kuliah/mata pelajaran/mata diklat yang mendeskripsikan keutuhan
isi pembelajaran yang terdiri atas standar kompetensi & kompetensi dasar, peta
kompetensi, silabus, penjelasan penyajian materi, manfaat mata kuliah/mata
pelajaran/mata diklat, dan cara mempelajari.
b. Pedoman pembelajaran yang memuat cara mempelajari bahan pembelajaran
tersebut dan kelengkapan pedoman: indeks, senarai/istilah/glosarium, daftar isi,
daftar tabel dan daftar gambar.
c. Kandungan konsep yang benar dan sesuai dengan silabus. Di samping itu konsep
tersebut mencakup semua kompetensi yang dirumuskan dan mendukung
pencapaian kompetensi tersebut.
d. Materi harus disajikan secara sistematik dengan contoh yang variatif dan relevan
untuk kompetensi yang akan dicapai.
e. Bantuan Belajar yang memuat tanda-tanda (sign), petunjuk (clues), penegasan
(highlight), simbol, rumus (formula) secara proporsional dan konsisten.
f. Tampilan terutama bentuk dan ukuran font tepat, ukuran ilustrasi proporsional dan
konsisten, serta tata letak baik.
g. Bahasa yang digunakan harus komunikatif dan tidak menimbulkan penafsiran
ganda. Penggunaan kalimat sederhana sangat disarankan.
h. Ilustrasi yang mendukung penjelasan konsep, jumlahnya proporsional, letaknya
tepat, dan dilengkapi keterangan (caption).
i. Latihan, tes formatif dan umpan balik di setiap akhir bahasan yang dapat
mengukur semua kompetensi, disusun dari yang mudah ke yang sukar, dilengkapi
dengan petunjuk mengerjakan yang jelas, dan kunci jawaban yang dapat
memberikan umpan balik.
j. Rujukan relevan, mutakhir, dan penulisan rujukan yang konsisten.
Bahan ajar cetak/modul elektronik yang telah selesai ditulis/prototipe perlu dievaluasi
sebelum diterbitkan dan diedarkan ke peserta didik. Evaluasi ini bertujuan
mengumpulkan data dan informasi dalam upaya pengembangan bahan ajar tersebut.
Pendekatan yang dapat digunakan sebagai evaluasi formatif adalah:
a. Evaluasi oleh para pakar. Membantu memperoleh masukan tentang kualitas bahan
ajar dalam mengkomunikasikan pesan dan informasi dan keabsahan materi.
b. Evaluasi tahap pertama kepada peserta didik yang sesuai karakterisitiknya dengan
target audiens disebut one-to-one evaluation. Evaluasi dilakukan dengan cara
menghadirkan tiga orang peserta didik (yang dinilai cerdas, sedang, atau kurang
18
cerdas) secara individual sehingga diperoleh informasi yang rinci mengenai
dampak interaksi peserta didik dengan bahan ajar yang dikembangkan. Informasi
ini digunakan untuk penyempurnaan bahan ajar yang dikembangkan.
c. Tahap kedua, bahan ajar yang telah direvisi selanjutnya diuji cobakan ke
sekelompok kecil peserta didik, informasi yang diperoleh digunakan sebagai
bahan acuan revisi dalam format yang mendekati final.
d. Tahap ketiga, bahan ajar yang telah direvisi pada tahap kedua diuji di lapangan
pada kondisi sebenarnya. Setelah dilakukan revisi pada tahap ketiga ini maka
bahan ajar tersebut siap untuk digunakan secara massal.
B. Pengembangan Program
a. Pendahuluan
1) Peta kondisi peserta didik di wilayah/propinsi tempat institusi berada.
19
2) Persepsi PJJ dalam membantu penanganan masalah peserta didik di
wilayah/propinsi tersebut.
3) Posisi PJJ di dalam institusi (dukungan internal).
4) Keberadaan PJJ dalam peningkatan layanan penyelenggaraan
pendidikan/pelatihan oleh institusi.
5) Institusi dapat menghindarkan terjadinya persaingan tidak sehat antar institusi
di wilayah/propinsi atau antar program studi/pelatihan yang sama di beberapa
institusi di wilayah/propinsi tersebut.
6) Gambaran keberlanjutan program (proyeksi pangsa pasar, sumber
masukan/pendapatan).
d. Proses pembelajaran
1) Belajar mandiri (strategi pelaksanaan)
2) Belajar terbimbing (strategi pelaksanaan)
3) Interaksi dua arah dengan dosen/instruktur/tutor
4) Bahan ajar (ragam, strategi)
20
5) Media pembelajaran (ragam, strategi)
6) Evaluasi hasil belajar (ragam, strategi)
7) Evaluasi hasil belajar harus mencerminkan tingkat kematangan dan
kemampuan peserta didik melalui mekanisme ujian komprehensif secara tatap
muka atau secara jarak jauh dengan pengawasan langsung
8) Layanan bantuan belajar (ragam, strategi)
f. Organisasi unit sumber belajar untuk layanan teknis dan layanan akademis
h. Manajemen akademik:
1) Rencana pengembangan program studi
2) Manajemen sumberdaya
3) Manajemen mutu akademis
j. Kurikulum:
1) Mutu kurikulum yang melibatkan kerja lab dan bagaimana pelaksanaannya.
2) Perjanjian dengan tenaga pengawas dari institusi lain.
3) Perjanjian dengan institusi lain yang terlibat dalam pelaksanaan kurikulum dan
pembelajaran.
21
a) untuk pelatihan setiap selesai satu kali pelatihan,
b) untuk D1 setiap tahun sekali
c) untuk D-3 setiap tiga tahun sekali,
d) untuk S1 setiap empat tahun sekali,
e) untuk S2 setiap dua tahun sekali
7) Mekanisme login setiap minggu sekali bagi mahasiswa untuk setiap Mata
Kuliah/mata pelajaran/Mata Diklat untuk melakukan kegiatan diskusi,
menjawab latihan, asesmen, dan pembimbingan dan pembuatan jurnal online
mingguan (perenungan terhadap apa yang sudah dilakukan) oleh peserta didik.
C. Implementasi
Model pembelajaran PJJ yang dikembangkan oleh SEAMOLEC ini adalah model Hybrid,
di mana dalam proses pembelajarannya dilakukan secara tatap muka dan online (mandiri
terbimbing), dan mandiri bebas.
22
2. Residensial; 1 bulan pertama setiap semester di kampus/perguruan tinggi. Untuk
semester 2, 3, dst., digabungkan dengan pelaksanaan ujian semester sebelumnya.
Dalam masa residensial ini mahasiswa belajar secara tatap muka atau melakukan
praktikum di kampus.
3. Belajar mandiri secara online: 4-5 bulan berikutnya, mahasiswa pulang ke tempat
masing-masing, membaca bahan ajar cetak/modul elektronik dan belajar melalui web.
4. Interaksi dengan tutor dilakukan secara tatap muka (tutor kunjung) sebanyak 2 kali
dalam satu semester, dan melalui interaksi online (synchronous melalui
videoconference, discussion forum, atau asynchronous melalui email/discussion
forum).
5. Ujian dilaksanakan secara tatap muka di kampus atau online di subkampus atau Mitra
500 dengan pengawasan untuk menghindari joki atau kegiatan menyontek.
D. Evaluasi
Pelaksananan evaluasi dalam program PJJ ini dibagi ke dalam 2 tahap, yakni:
23
BAB 4
Pendidikan Vokasi Berkelanjutan
Sesuai dengan instruksi Presiden 01/2010 dalam rangka peningkatan APK Perguruan
Tinggi dan mengurangi pengangguran, SEAMOLEC memfasilitasi PSMK dan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) menyelenggarakan Program Pendidikan Diploma I
(D1) yang diberi nama Pendidikan Vokasi Berkelanjutan (PVB) yang berfokus kepada
peningkatan keterampilan lulusan SMK/SMA.
Tujuan dari PVB adalah pengurangan pengangguran, peningkatan devisa untuk tenaga
kerja terdidik, asas pemanfaatan dan sinergi infrastruktur, serta peningkatan APK
Perguruan Tinggi
B. Dasar Hukum
C. Model PVB
1 Kampus Utama dan 3 sampai dengan 35 Sub Kampus berbasis industri dan
produksi.
24
2. PVB: Model 2
25
Bab V
STANDAR PJJ SEAMOLEC UNTUK SUB KAMPUS
PROGRAM PENDIDIKAN VOKASI BERKELANJUTAN
A. Standar Umum
Sekolah akan menjadi bagian dari institusi penyelenggara program PVB sebagai sub
kampus. Oleh sebab itu, standarisasi PJJ terhadap sekolah sebagai sub kampus program
PVB harus dilakukan. Ini juga sebagai bagian penilaian kesiapan dan keseriusan sekolah
dalam melaksanakan program PJJ.
Sekolah sebagai sub kampus program PVB harus memenuhi standar PJJ SEAMOLEC
secara kelembagaan dalam penyelenggaraan program PJJ:
1. Memiliki ijin penyelenggaraan kegiatan atau program di dalam wilayah Republik
Indonesia.
2. Memiliki izin operasional (ditunjukkan dengan Surat Izin Operasional yang masih
berlaku).
3. Memiliki MoU/MoA dengan SEAMOLEC untuk penyelenggaraan PJJ.
4. Memiliki sertifikat Standar PJJ SEAMOLEC untuk penyelenggaraan PJJ;
5. Kepala sekolah telah mengikuti pendidikan dan pelatihan mengenai manajemen PJJ
yang dilaksanakan oleh SEAMOLEC;
6. Memiliki tim pengembang dan pengelola PJJ.
7. Memiliki tim pengajar yang telah mengikuti pendidikan atau pelatihan mengenai
manajemen PJJ serta pendidikan atau pelatihan pemanfaatan bahan ajar cetak, bahan
ajar non cetak (audio, vdeo, CAI), dan berbasis web.
8. Memiliki website yang aktif diperbarui serta dapat menjadi sumber informasi
penyelenggaraan program.
9. Memiliki alamat email yang aktif dan dapat menjadi sarana komunikasi
penyelenggaraan program.
10. Pernyataan kesediaan untuk menyelenggarakan program PJJ dengan kerjasama yang
merupakan sinergi dengan Universitas/Politeknik sebagai kampus utama, Dinas
Pendidikan (Propinsi, Kota, Kabupaten), dan industri.
11. Sebagai Sub Kampus, sekolah mendapat dukungan dari PSMK, PSMA, Dinas
Pendidikan (Propinsi, Kota, Kabupaten), dan Kampus Utama dan industri.
26
B Standar Khusus
1. Program studi
a. Mengikuti program studi yang ditawarkan oleh kampus utama.
b. Mengikuti semua kurikulum yang telah ditetapkan kampus utama.
c. Mentaati seluruh sistem dan jadwal perkuliahan yang berlaku di kampus utama.
2. Proses Pembelajaran
Penyelenggaraan PJJ berbasis TIK sangat bergantung kepada sarana dan prasarana
yang mencukupi, agar pelaksanaan kegiatan dapat menghasilkan tamatan yang
memiliki kompetensi yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan Untuk dapat
memenuhi tersedianya infrasturktur yang disyaratkan dalam penyelenggaraan
program PVB maka sekolah sebagai sub kampus diharuskan melakukan rencana
pengembangan infrastruktur yang dilakukan setiap 6 bulan.
Sarana dan prasarana dalam penyelenggara program PVB bagi sub kampus adalah
sebagai berikut.
a. Prasarana
1) Akses ke lab praktik dan praktikum sesuai kebutuhan
2) Koneksi Internet
3) Hotspot area
4) Memiliki akses ke ruang dan sarana praktek sesuai dengan program studi yang
ditawarkan.
5) Memiliki ruang sekretariat dan minimal satu ruang kelas untuk tutorial.
27
6) Ruang praktek yang digunakan oleh mahasiswa untuk kompetensi keahlian
dengan peralatan yang lengkap dan kondisi ruangan yang nyaman.
7) Ruang kelas atau ruang belajar yang sesuai dengan program PJJ untuk diskusi
atau tutorial.
Prasarana ini mutlak diperlukan agar mahasiswa dapat mengikuti seluruh kegiatan
dengan nyaman. Khusus untuk ruangan, agar disusun jadwal pemakaian yang
tetap serta tidak berubah-ubah agar dapat dimanfaatkan secara maksimal
b. Sarana
Sarana ruang studio yang harus dimiliki sekolah sebagai sub kampus adalah
sebagai berikut:
1) Ruangan Kelas: 3x8 meter derngan kapasitas kurang lebih 25 orang.
2) Akses Internet: minimal 256 kbps dedicated.
3) Kompuer atau PC: Core2 Duo E7500, Intel G41 Chipset, 2GB DDR3-1333,
500GB HDD SATA, DVDRW, VGA Intel GMA-X4500 224MB (shared),
Audio.
4) LCD Projector : SVGA (800 x 600), Lumens 2600
5. Evaluasi
a. Penyelenggaraan Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS)
diawasi dan dilakukan di sub kampus.
b. Untuk jurusan tertentu, UTS dan UAS dapat dilakukan di tempat magang oleh
tenaga ahli industri tersebut, yaitu oleh assessor yang telah mendapatkan
penunjukan resmi dari kampus utama.
c. Mahasiswa harus melewati evaluasi hasil belajar yang terdiri dari hasil praktek,
tutorial, latihan, UTS, UAS, Tugas Akhir program atau Skripsi sesuai yang
ditetapkan oleh kampus utama.
6. Syarat Mahasiswa
a. Mahasiswa memiliki ijazah untuk jenjang di bawah jenjang program yang diikuti.
b. Bersedia mengembangkan kemampuan belajar mandiri.
c. Mampu mengoperasikan komputer dan internet.
d. Memiliki akses terhadap peralatan/sambungan internet
28
e. Tidak ada batasan usia, gender, dan lokasi.
f. Memenuhi persyaratan tertentu untuk program studi tertentu (contoh: tidak buta
warna untuk jurusan Kimia, Penerbangan dan lain-lain)
g. Bersedia melaksanakan magang di tempat yang sesuai dengan program studi.
h. Memiliki Blog.
7. Registrasi
SDM di dalam program PJJ adalah sumber daya utama, karena disinilah proses
pembelajaran itu bertumpu. Walaupun sistem yang digunakan menggunakan TIK,
namun seluruh proses di belakangnya tetap dikendalikan oleh manusia. Apabila
pengendali tidak memiliki keahlian yang memadai, maka dapat dipastikan proses juga
akan mengalami kekacauan.
29
Khusus untuk SDM tertentu, untuk tim pengembang dan tim pengajar di sekolah
maka standar yang digunakan adalah:
a. Memiliki kemampuan untuk menerapkan PJJ pada mata kuliah yang diajarkan.
b. Memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan memanfaatkan perangkat TIK
di luar waktu perkuliahan.
c. Pernah mengikuti pelatihan Pekerti/AA atau pelatihan sejenis atau lulusan dari
jurusan yang relevan.
d. Mampu merancang pemelajaran berbasis PJJ.
e. Memiliki kualifikasi akademik minimal Strata 1 (S1).
f. Memiliki sertifikat KKPI.
g. Memiliki sertifikat kompetensi yang sesuai dengan mata kuliah yang diberikan.
30