MODUL 4 Kasrakteristik Mineral PDF
MODUL 4 Kasrakteristik Mineral PDF
Penulis :
Dr. Sudjani, M.Pd.
Siti Asyiyah, ST., MT.
1
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
Modul 3 : Karakteristik Mineral
Cover
Daftar Isi
A. Pendahuluan
B. Capaian Pembelajaran/Sub Capaian Pembelajaran
C. Uraian Materi
1. Mineralogi
2. Proses Pembentukan Mineral
3. Mineral Pembentuk Batuan
4. Cara Pendeskripsian Mineral
5. Pendeskripsian Mineral
6. Keterdapatan Mineral Dalam Batuan
D. RANGKUMAN
E. TUGAS
F. TES FORMATIF
G. DAFTAR PUSTAKA
2
A. PENDAHULUAN
Dalam bidang Geologi, mempelajari Mineralogi adalah sebagai dasarnya.
Karena mineral adalah satuan pembentuk Bumi dan pada dasarnya Bumi ini
dibentuk dari mineral-mineral yang menyatu dan membentuk batuan. Jadi,
adalah hal yang tidak mungkin jika mempelajari Geologi namun tidak
mempelajari dan menguasai Mineralogi. Karena Geologi sendiri adalah ilmu
yang mempelajari Bumi. Dengan mempelajari Mineralogi, kita juga dapat
mengenal sifat-sifat dari mineral itu sendiri hingga dapat mengetahui apa
kegunaannya. Kita tahu bahwa benda-benda yang memiliki nilai tertinggi
didunia sekarang ini salah satunya adalah mineral. Mineral-mineral tersebut
memiliki berbagai macam nilai guna dalam kehidupan manusia, mulai dari
sebagai perhiasan karena nilai estetikanya yang tinggi hingga sebagai benda
terpenting dalam usaha pengeboran khususnya minyak Bumi karena sifat
mineral tersebut. Mineral juga banyak digunakan dalam dunia industri. Modul
berjudul Karakteristik Mineral ini merupakan bagian dari bidang kajian
Batuan dan Mineral yang wajib dipahami oleh peserta PPG bidang keahlian
Geologi Pertambangan. Modul ini akan membahas tentang karakteristik
mineral, meliputi: Mineralogi, Proses Pembentukan Mineral, Mineral
Pembentuk Batuan, Cara Pendeskripsian Mineral, Pendeskripsian Mineral,
dan Keterdapatan Mineral Dalam Batuan. Setelah mempelajari modul ini
peserta PPG diharapkan memiliki kompetensi untuk menelaah karakteristik
mineral, yaitu akan dapat : 1) menjelaskan mineralogi dan proses
pembentukan mineral, 2) memahami mineral pembentuk batuan, 3)
menjelaskan cara dan pendeskripsian mineral, dan 4) menelaah keterdapatan
mineral dalam batuan. Agar peserta PPG berhasil dengan baik dalam
mempelajari modul ini, berikut beberapa petunjuk yang dapat anda ikuti :
(1) Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai anda
memahami secara tuntas, untuk apa, dan bagaimana mempelajarinya.
(2) Tangkaplah makna dari setiap konsep yang dibahas dalam modul ini
melalui pemahamam sendiri dan tukar pikiran dengan teman anda.
3
(3) Upayakan untuk dapat membaca sumber-sumber lain yang relevan untuk
menambahkan wawasan anda menjadikan perbandingan jika pembahasan
dalam modul ini masih dianggap kurang.
(4) Mantapkan pemahaman anda dengan latihan dalam modul dan melalui
kegiatan diskusi dengan peserta PPG atau dosen.
4
C. URAIAN MATERI
Pada modul ini akan dibahas tentang semua hal yang berkaitan dengan mineral.
Dalam studi Geologi, ini sangat penting, karena mineral adalah salah satu satuan
dasar pembentuk Bumi ini. Kita akan dapat mengenal mineral-mineral apa
sajakah yang terdapat di Bumi, dan bagaimana keterdapatannya di dalam batuan.
1. Mineralogi
Mineralogi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang mineral. Mulai
dari pembagian atau penggolongan mineral, pengenalan sifat-sifat mineral,
pendeskripsian mineral dan semua hal yang berkaitan dengan mineral.
Untuk mempelajari tentang mineral, tentu harus terlebih dahulu mengetahui sifat-
sifat yang ada pada mineral tersebut. Ada beberapa sifat mineral, yaitu sifat fisik
secara teoritis dan sifat fisik secara determinasi (laboratorium). Sifat fisik secara
teori hanya bisa menggambarkan sebagian dari sifat-sifat mineral dan tidak dapat
digunakan sebagai pedoman untuk menentukan atau membedakan mineral-
mineral yang ada, karena hanya terdapat pada sebagian mineral saja. Adapun
sifat-sifat mineral secara teori tersebut adalah :
1) Suhu Kohesi
Sifat kohesi mineral adalah kemampuan atau daya tarik-menarik antar atom pada
sebuah mineral. Pada mineral, antar mineral-mineral yang sejenis, akan
mempunyai daya tarik-menarik yang menyebabkan mineral-mineral tersebut
cenderung akan terkumpul dalam suatu jumlah tertentu dalam suatu daerah. Hal
ini disebabkan oleh susunan atom-atom atau komposisi kimia dalam mineral yang
tetap. Daya tarik-menarik ini juga dapat dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang
mempengaruhi daya tarik-menarik atau kohesi ini disebut suhu kohesi.
2) Reaksi Terhadap Cahaya
Mineral cenderung akan bereaksi terhadap cahaya yang datang atau dikenai
padanya. Reaksi ini pada umumnya dapat terlihat oleh mata kita. Namun, sifat ini
tidak dapat dijadikan penentu untuk membedakan mineral. Karena kecenderungan
timbulnya reaksi yang sama pada mineral-mineral bila terkena cahaya. Reaksi-
reaksi yang terjadi pada mineral akan menimbulkan atau menampakkan sifat fisik
5
mineral secara determinasi seperti warna, gores, kilap, transparansi dan perputaran
warna.
3) Perawakan Kristal
Perawakan kristal pada mineral diartikan sebagai kenampakkan sekelompok
mineral yang sama yang tumbuh secara tidak sempurna karena ada gangguan dari
sumber utama mineral maupun gangguan dari lingkungan tempat terjadinya
mineral, sehingga mineral tidak terbentuk dengan sempurna yang menyebabkan
ada perbedaan bentuk dan ukuran mineral. Kenampakkan tersebut sering disebut
sebagai struktur mineral.
4) Sifat Kelistrikan
Sifat kelistrikan pada mineral adalah kemampuan mineral untuk menerima dan
juga meneruskan aliran listrik yang dikenakan padanya. Pada mineral hanya ada
dua jenis sifat kelistrikan. Yaitu, yang dapat menghantarkan listrik (konduktor)
dan yang tidak dapat menghantarkan listrik (isolator).
5) Sifat Radioaktivitas
Sifat Radioaktivitas mineral tercermin dari unsur-unsur kimia yang ada dalam
mineral tersebut yang unsur-unsur tersebut dapat mengeluarkan sinar-sinar α, β,
dan γ. Ada mineral-mineral unsure-unsur yang dapat bersifat radioaktiv seperti
Uranium(U), Radium(Ra), Thorium(Th), Plumbum(Pb), Vanadium(V) dan
Kalium(K). Biasanya, mineral-mineral yang bersifat radioaktiv dijumpai dalam
mineral-mineral ikutan atau mineral-minera yang terbetas jumlahnya. Kegunaan
dari mineral-mineral radioaktiv adalah dapat digunakan sebagai sumber energi
dan dapat juga digunakan untuk mengukur waktu Geologi dengan cara
menghitung waktu paruhnya (half time).
6) Gejala Emisi Cahaya
Gejala emisi cahaya adalah gejala sumber cahaya yang dihasilkan dalam proses-
proses tertentu. Misalnya, proses radiasi dan keluarnya sinar Ultraviolet. Mineral
Phospor yang pada waktu malam mengeluarkan cahaya adalah contoh emisi
cahaya yang terus-menerus, demikian juga halnya yang terjadi pada mineral
Radium(Ra). Cahaya tersebut merupakan gelombang cahaya yang dikeluarkan
oleh mineral, dimana panjang gelombang cahaya tersebut lebih panjang daripada
6
gelombang cahaya biasa. Hanya ada beberapa mineral yang dapat menimbulkan
emisi cahaya seperti Phospor, Radium dan Flouride.
7) Bau dan Rasa
Bau pada mineral dapat diamati jika bentuk fisik mineral tersebut dapat diubah
menjadi gas. Jenis-jenis bau mineral adalah:
Bau Sulforous adalah bau yang seperti bau Sulfur(S).
Bau Bituminous adalah bau yang seperti Ter.
Bau Argillerous adalah bau seperti lempung(tanah).
Seperti halnya bau, rasa pada mineral hanya dapat diamati jika bentuk fisik
mineral diubah menjadi cair. Berikut adalah jenis-jenis rasa pada mineral :
Rasa Saline atau rasa seperti garam(asin).
Rasa Alkaline atau rasa seperti logam atau soda.
Rasa Witter atau rasa pahit.
Setiap mineral yang dapat membesar tanpa gangguan akan memperkembangkan
bentuk kristalnya yang khas, yaitu suatu wajah lahiriah yang dihasilkan struktur
kristalen (bentuk kristal). Ada mineral dalam keadaan Amorf, yang artinya tak
mempunyai bangunan dan susunan kristal sendiri (misalnya kaca & opal). Tiap-
tiap pengkristalan akan makin bagus hasilnya jika berlangsungnya proses itu
makin tenang dan lambat.
7
Secara umum, proses pembentukan mineral, baik jenis logam maupun non-logam
dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas
magma, dan mineral ekonomis selain karena aktivitas magma, juga dapat
dihasilkan dari proses alterasi, yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang telah
ada karena suatu faktor. Pada proses pembentukan mineral baik secara
mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari faktor-faktor tertentu yang selanjutnya
akan dibahas lebih detail untuk setiap jenis pembentukan mineral.
Adapun menurut M. Bateman, maka proses pembentukan mineral dapat dibagi
atas beberapa proses yang menghasilkan jenis mineral tertentu, baik yang bernilai
ekonomis maupun mineral yang hanya bersifat sebagai gangue mineral.
8
Disseminated, contohnya Intan
Segregasi, contohnya Crhomite
Injeksi, Contohnya Kiruna
b) Late magmatis, yang terbagi atas:
Residual liquid segregation, contohnya magmatis Taberg
Residual liquid injection, contohnya magmatis Adirondack
Immiscible liquid segregation, contohnya sulfide Insizwa
Immiscible liquid injection, contohnya Vlackfontein
2) Proses Pegmatisme
Setelah proses pembentukan magmatis, larutan sisa magma (larutan pegmatisme)
yang terdiri dari cairan dan gas. Stadium endapan ini berkisar antara 600˚C
sampai 450˚C berupa larutan magma sisa. Asosiasi batuan umumnya Granit.
3) Proses Pneumatolisis
Setelah temperatur mulai turun, antara 550-450˚C, akumulasi gas mulai
membentuk jebakan pneumatolisis dan tinggal larutan sisa magma makin encer.
Unsur volatile akan bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan
samping disekitarnya, kemudian akan membentuk mineral baik karena proses
sublimasi maupun karena reaksi unsur volatile tersebut dengan batuan-batuan
yang diterobosnya sehingga terbentuk endapan mineral yang disebut mineral
pneumatolitis.
4) Proses Hydrotermal
Merupakan proses pembentuk mineral yang terjadi oleh pengaruh temperatur dan
tekanan yang sangat rendah, dan larutan magma yang terbentuk sebelumnya.
Secara garis besar, endapan mineral hydrothermal dapat dibagi atas :
a) Endapan hipotermal, ciri-cirinya adalah :
Tekanan dan temperatur pembekuan relatif tinggi.
Endapan berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan intrusi
dengan kedalaman yang besar.
Asosiasi mineral berupa sulfides, misalnya Pyrite, Calcopyrite, Galena dan
Spalerite serta oksida besi.
Pada intrusi Granit sering berupa endapan logam Au, Pb, Sn, W dan Z.
9
b) Endapan mesotermal, yang ciri-cirinya :
Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada endapan
hipotermal.
Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat dengan
permukaan bumi.
Tekstur akibat “cavity filling” jelas terlihat, sekalipun sering mengalami
proses penggantian antara lain berupa “crustification” dan “banding”.
Asosiasi mineralnya berupa sulfide, misalnya Au, Cu, Ag, Sb dan Oksida
Sn.
Proses pengayaan sering terjadi.
c) Endapan epitermal, ciri-cirinya sebagai berikut :
Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.
Tekstur penggantian tidak luas (jarang terjadi).
Endapan bisa dekat atau pada permukaan bumi.
Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa (fissure-vein).
Struktur khas yang sering terjadi adalah “cockade structure”.
Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral “gangue”-
nya berupa Kalsite dan Zeolit disamping Kuarsa.
Adapun bentuk-bentuk endapan mineral dapat dijumpai sebagai proses endapan
hidrotermal adalah sebagai Cavity filling. Cavity filling adalah proses mineralisasi
berupa pengisian ruang-ruang bukaan (rongga) dalam batuan yang terdiri atas
mineral-mineral yang diendapkan dari larutan pada bukaan-bukaan batuan, yang
berupa Fissure-vein, Shear-zone deposits, Stockworks, Ladder-vein, Saddle-reefs,
Tension crack filling, Brecia filling (vulkanik, tektonik dan collapse), Solution
cavity filling (caves dan Channels), Gash-vein, Pore-space filling, Vessiculer
fillings.
5) Proses Replacement (Metasomatic replacement)
Adalah prsoses dalam pembentukan endapan-endapan mineral epigenetic yang
didominasi oleh pembentukan endapan-endapan hipotermal, mesotermal dan
sangat penting dalam grup epitermal. Mineral-mineral bijih pada endapan
metasomatic kontak telah dibentuk oleh proses ini, dimana proses ini dikontrol
10
oleh pengayaan unsur-unsur sulfide dan dominasi pada formasi unsur-unsur
endapan mineral lainnya. Replacement diartikan sebagai proses dari larutan yang
sangat penting berupa pelarutan kapiler dan pengendapan yang terjadi secara
serentak dimana terjadi penggantian suatu mineral atau lebih menjadi mineral-
mineral baru yang lain. Atau dapat juga diartikan bahwa penggantian mineral
membutuhkan ion yang tidak mempunyai ion secara umum dengan zat kimia yang
digantikan. Penggantian mineral yang dibawa dalam larutan dan zat kimia yang
dibawa keluar oleh larutan dan merupakan kontak terbuka yang terbagi atas :
Massive, Lode fissure, dan Disseminated.
6) Proses Sedimenter
Terbagi atas endapan besi, mangan, phosphate, nikel dan lain sebagainya.
7) Proses Evaporasi
Terdiri dari evaporasi laut, danau dan air tanah.
8) Konsentrasi Residu dan Mekanik
Terdiri atas :
Konsentrasi Residu berupa endapan residu mangan, besi, bauxite dan lain-
lain.
Konsentrasi Mekanik (endapan placer), berupa sungai, pantai, alluvial dan
eolian.
9) Supergen enrichment
10. Metamorfisme
Terbagi atas endapan endapan termetamorfiskan dan endapan
metamorfisme.
11
Contoh : Olivin, Amphibole dan Piroksin.
1) Felsic Mineral
a. Quartz (Kuarsa)
Mineral kuarsa memiliki sistem kristal hexagonal (prisma, bipyramid dan
kombinasinya. Rumus kimia tau komposisi kimia dari kuarsa adalah SiO2. berat
jenis dari mineral ini adalah 2,65 dengan tingkat kekerasan (H) bernilai 7. Warna
pada kuarsa dapat jernih atau keruh bila terdapat bersama feldspar, sering terdapat
inklusi dari gas, cairan atau mineral pengotor didalamnya, yang merupakan unsur
pengotor dan sangat mempengaruhi warna pada kuarsa, sehingga dari warna yang
ditunjukkan dapat diperkirakan kemurnian kuarsa tersebut. Tidak terdapat belahan
pada kuarsa. Dan kuarsa juga banyak digunakan dalam industri, khususnya yang
berkaitan dengan gelas (kaca).
Kuarsa atau kadang disebut “silika”. Adalah satu-satunya mineral pembentuk
batuan yang terdiri dari persenyawaan silikon dan oksigen. Umumnya muncul
dengan warna seperti asap atau “smooky”, disebut juga “smooky quartz”.
Kadang-kadang juga dengan warna ungu atau merah-lembayung (violet). Nama
kuarsa yang demikian disebut “amethyst”, merah massip atau merah-muda,
kuning hingga coklat. Warna yang bermacam-macam ini disebabkan karena
adanya unsur-unsur lain yang tidak bersih.
b. Feldspar
Feldspar dapat digolongkan kedalam dua golongan besar, yaitu :
Alkali feldspar yang terdiri dari orthoklas, mikroklin, sanidine, anorthoklas,
pertite, dan antipertite.
Plagioklas feldspar yang terdiri dari albite, oligoklas, andesine, labradorit,
bytownite dan anorthite (calsic).
Pada praktikum yang dilakukan dengan cara megaskopis (tanpa alat bantu),
feldspar ini hanya dapat dibedakan menjadi Alkali feldspar (dominasi Orthoklas)
dan Plagioklas.
Orthoclase (Potassium feldspar)
12
Orthoklas adalah anggota dari mineral feldspar. Orthoklas (Potassium feldspars)
adalah mineral silicate yang mengandung unsur Kalium dan bentuk kristalnya
prismatik, umumnya berwarna merah daging hingga putih.
Rumus kimia atau komposisi kimia Orthoklas ini adalah KaISi3O8. Berat jenis
mineral ini adalah 2,6 dengan kekerasan 6. Sistem kristalnya adalah monoklin,
mempunyai kilap kaca, dan perawakan yang membutir. Orthoklas ini digunakan
sebagai bahan baku dalam industri keramik.
Plagioklas feldspar
Mineral Plagioclase adalah anggota dari kelompok mineral feldspar. Mineral ini
mengandung unsur Calsium atau Natrium. Kristal feldspar berbentuk prismatik,
umumnya berwarna putih hingga abu-abu, kilap gelas. Plagioklas yang
mengandung Natrium dikenal dengan mineral Albite, sedangkan yang
mengandung Ca disebut An-orthite.
Sistem kristal dari plagioklas ini adalah triklin dengan berat jenis 2,26-2,76.
plagioklas ini mempunyai nilai kekerasan 6 dan mempunyai belahan berbentuk
kembaran. Komposisi kimia dari mineral ini adalah NaCaAl2Si3O8.
c. Feldspatoid
Mineral feldspatoiid ini juga disebut sebagai pengganti feldspar, dikarenakan
mineral ini terbentuk bila dalam sebuah batuan tidak cukup terdapat SiO2. Bila
dalam suatu batuan terdapat SiO2 (kuarsa) bebas, maka yang akan terbentuk
adalah feldspar dan tidak akan terbentuk feldspatoid. Mineral-mineral yang
termasuk feldspatoid adalah nepheline, leusite, sodalite, scapolite, carcrinite dan
analcite. Namun yang umunya dapat ditemukan hanyalah nepheline dan leucite.
Nepheline (KNaAl2Si2O4)
Nepheline adalah sebuah mineral yang termasuk dalam sistem kristal hexagonal,
walaupun bentuknya jarang dijumpai, umumnya massif dan fine grain. Warna dari
mineral ini adalah putih kekuningan sampai abu-abu kemerahan. Nilai kekerasan
nepheline adalah 5,5 sampai dengan 6 dengan berat jenis (SG) 2,55 sampai 2,65.
Kilap pada nepheline adalah kilap kaca, namun ada juga yang memiliki kilap
minyak. Belahan permukaannya berbentuk prisma yang terdapat dalam kristal-
kristal besar. Nepheline sering ditemukan dalam bentuk “dike” pada batuan beku.
13
Leucite (KaISi2O8)
Mineral leucite termasuk dalam system isometric dalam bentuk umumnya adalah
trapezohedron. Leucite ini memiliki bentuk kecil dan halus, dan terkenal dengan
nama fine grain matrix. Nilai kekerasan pada mineral leucite ini adalah 5,5 sampai
dengan 6 dan nilai berat jenis 2,45 sampai dengan 2,5. warna leucite umumnya
adalah putih keabu-abuan.
2) Mafic Mineral
a. Olivine ((Mg,Fe)2SiO4)
Olivine adalah kelompok mineral silikat yang tersusun dari unsur besi (Fe) dan
magnesium (Mg). Mineral olivine berwarna hijau, dengan kilap gelas, terbentuk
pada temperatur yang tinggi. Mineral ini umumnya dijumpai pada batuan basalt
dan ultramafic. Batuan yang keseluruhan mineralnya terdiri dari mineral olivine
dikenal dengan batuan Dunite. Olivine kadang-kadang juga disebut crysoline.
Olivine mempunyai kenampakan kilap kaca dan nilai kekerasan(H) 5,5-7,0.
mineral ini memiliki berat jenis (SG) 3,27-4,27. Pada umumnya olivine
ditemukan pada batuan beku basa seperti gabbro, basalt, peridotite dan dunite.
b. Piroksin
Piroksin merupakan kelompok mineral silikat yang kompleks dan memiliki
hubungan erat dalam struktur kristal, sifat-sifat fisik dan komposisi kimia
walaupun mereka mengkristal dalam dua sistem yang berbeda, yaitu orthorhombic
dan monoklin. Secara struktur, piroksin terdiri dari mata rantai yang tidak ada
habisnya dan tetrahedral SiO4 yang diikat bersama-sama secara lateral oleh ion-
ion logam Mg dan Ca yang berikatan dengan oksigen, dan tidak berikatan
langsung dengan silicon.
Komposisi kimia piroksin secara umum adalah W1-p(X,Y)1+pZ2O6. Dimana
symbol W, X, Y dan Z menunjukkan unsur dengan jari-jari atom yang sama.
W = Na, Ca Y = Al, Fe, Ti
X = Mg, Fe, Li, Ma Z = Sid an Al dalam jumlah kecil
Bentuk kristal piroksin adalah prismatic dengan belahan spesifik. Dalam batuan
beku vulkanik, piroksin adalah Augote Calcio rendah atau Pigionite, sedang
dalam batuan plutonik, piroksin adalah Augite.
14
c. Amphibole (Horblende)
Amphibole adalah kelompok mineral silikat yang berbentuk prismatik atau kristal
yang menyerupai jarum. Mineral amphibole umumnya mengandung besi (Fe),
Magnesium (Mg), Kalsium (Ca), dan Alumunium (Al), Silika (Si), dan Oksigen
(O). Hornblende tampak berwarna hijau tua kehitaman. Mineral ini banyak
dijumpai pada berbagai jenis batuan beku dan batuan metamorf.
d. Mica
Mica adalah kelompok mineral silicate minerals dengan komposisi yang
bervariasi, dari potassium (K), magnesium (Mg), iron (Fe), aluminum (Al) ,
silicon (Si) dan air (H2O). Struktur mika adalah tipe tetrahedron dalam lembar-
lembar. Tiap SiO4 mempunyai tiga oksigen dan satu oksigen bebas., sehingga
komposisi dan valensinya diwakili oleh (Si4O10)ˉ4.
Rumus umum mika dapat ditulis : W(XY)2-3Z4O10)OHF)2 dimana W = K (Na
dalam Paragonite mineral yang sangat baik pada sekiot).
X,Y = Al, Li, Mg, Fe
Z = Ai, Al।
4. Cara Pendeskripsian Mineral
Pada mineral, terdapat sifat-sifat fisik mineral yang ada pada masing-masing
mineral. Sifat fisik tersebut kemudian dibagi lagi menjadi dua bagian, sifat fisik
secara teori dan sifat fisik secara determinasi atau laboratorium. Sifat fisik secara
teori tidak dapat dijadikan pedoman untuk menentukan sifat-sifat mineral, karena
sifat-sifat yang dijelaskan masih kurang spesifik dan ada juga yang hanya dimiliki
oleh sebagian mineral saja, seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya.
Pada praktikum Mineralogi, praktikan diwajibkan untuk dapat mengetahui sifat-
sifat fisik mineral pada saat pendeskripsian mineral. Pendeskripsian mineral
dilakukan dengan mengamati sifat-sifat fisik mineral secara determinasi. Sifat-
sifat tersebut adalah : warna, cerat atau gores, kilap, perawakan, belahan,
kekerasan, sifat dalam, berat jenis dan kemagnetan. Semua sifat-sifat tersebut
memiliki nilai atau patokan tertentu sesuai dengan jenisnya. Dalam
pendeskripsian mineral, juga ditentukan system kristal, komposisi atau rumus
kimia, kelas dan grup mineral serta asosiasi dan kegunaan mineral tersebut.
15
1) Warna (Colour)
Warna dapat dilihat ketika terjadi beberapa proses pemindahan panjang
gelombang , beberapa menyerap panjang gelombang spesifik dari spectrum yang
dapat dilihat. Spectrum yang dapat dilihat terdiri dari warna merah, oranye,
kuning, hijau, biru, nila, dan violet.
16
tebal selalu memberi kesan yang hitam, tanda demikian antara lain diperlihatkan
oleh banyak mineral.
Warna hijau muda, jika warna tersebut makin tua berarti makin bertambah Kadar
Fe didalam molekulnya.
2) Cerat atau Gores (Streak)
Cerat atau gores adalah warna asli dari mineral apabila mineral tersebut ditumbuk
(dihancurkan) sampai halus. Goers ini penting untuk membedakan dua kristal
yang warnanya sama namun goresnya berbeda.
Mineral yang mempunyai kekerasan
o Pirit yang warnanya kuning emas meninggalkan garis hitam.
o Hematit (Fe2O3) yang berkilap kelogam–logaman atau memberi garis
merah darah.
o Fluisvat memberikan garis putih (mineral yang berwarna terang tetapi
memberi garis putih).
3) Kilap (Luster)
Kilap adalah kesan mineral akibat pantulan cahaya yang dikenakan padanya.
Kilap dibedakan menjadi dua, yaitu kilap logam dan kilap bukan logam. Kilap
logam memberikan kesan seperti logam bila terkena cahaya. Kilap ini biasanya
dijumpai pada mineral-mineral yang mengandung logam atau mineral bijih,
seperti emas, galena, pirit, kalkopirit. Kilap bukan logam tidak memberikan kesan
seperti logam jika terkena cahaya. Kilap jenis ini dapat dibedakan menjadi :
o Kilap kaca (vitreous luster). Kilap ini memberikan kesan seperti kaca
bila terkena cahaya. Misalnya : kalsit, kuarsa,dan halite.
o Kilap intan (adamantine luster). Kilap ini memberikan kesan
cemerlang seperti intan. Contohnya intan(diamond).
o Kilap sutera (silky luster). Kilapn ini memberikan kesan seperti
suterayang mempunyai struktur serat seperti asbes, aktinolit dan
gypsum.
o Kilap damar (resinous luster). Kilap ini memberikan kesan seperti
dammar. Contohnya, Sfalerite dan Resin.
17
o Kilap mutiara (pearly luster). Kilap ini memberikan kesan seperti
mutiara atau bagian dalam dari kulit kerang. Misalnya, talc, dolomite,
muscovite, dan tremolite.
o Kilap lemak (greasy luster). Kilap ini memberikan kesan seperti lemak
atau sabun. Contohnya, talc dan serpentine.
o Kilap tanah (earthy luster). Kenampakannya buram seperti tanah.
Misalnya kaolin, limonit dan bentonit.
o Kilap lilin (waxy luster). Kenampakkan kilap mineral seperti lilin yang
khas. Contohnya adalah serpentine dan cerargyrite.
Selain itu, ada juga mineral yang memiliki kilap yang khas dengan indeks bias 2,6
sampai dengan 3. kenampakkan mineral ini diantara kilap logam dan kilap bukan
logam. Contoh mineralnya adalah, cuprite, hematrite dan cinnabar.
4) Perawakan Kristal (Habit)
Perawakan ditentukan dari karakteristik kristal. Bentuk yang sempurna jarang
dijumpai dialam, karena pertumbuhan kristal sering mengalami gangguan.
Kebiasaan mengkristal suatu mineral yang disesuaikan dengan kondisi
sekelilingnya mengakibatkan terjadinya bentuk-bentuk kristal yang khas, baik
yang berdiri sendiri maupun yang dalam kelompok-kelompok.
Bentuk khas mineral dialam ditentukan oleh bidang yang membangunnya,
termasuk bentuk dan ukuran relative bidang-bidang tersebut. Meskipun
perawakankristal bukan ciri mineral yang tetap (karena factor-faktor tersebut),
namun ada beberapa perawakan kristal masih dapat juga sebagai suatu ciri yang
dapat dipergunakan dalam penentuan jenis mineral.
Perawakan kristal dibedakan menjadi 3 golongan pada umumnya, yaitu meniang
atau berserabut, lembaran tipis dan membutir.
a. Meniang atau Berserabut (Elangated habit)
Meniang (Columnar)
Menyerat (Fibrous)
Menjarum (Acicular)
Menjaring (Recticulate)
Membenang (Filiform)
18
Merambut (Capillary)
Mondok (Stout)
Membintang (Stellated)
Menjari (Radiated)
b. Lembaran tipis (Flattened habit)
Membilah (Bladed)
Memapan (Tabular)
Membata (Blocky)
Mendaun (Foliated)
Memencar (Divergent)
Membulu (Plumose)
c. Membutir (Rounded habit)
Mendada (Mamillary)
Membulat (Colloform)
Membulat jari (Colloform radial)
Membutir (Granular)
Memisolit (Pisolitic)
Stalaktit (Stalactitic)
Mengginjal (Reniform)
5) Belahan (Cleavage)
Belah adalah kecenderungan batu permata untuk membelah kearah tertentu
menyusur permukaan bidang rata, lebih spesifik lagi ia menunjukkan kearah mana
ikatan-ikatan diantara atom relative lemah dan biasanya reta-retak menunjukan
arah belah.Belahan ialah sifat untuk menjadi belah menurut bidang yang agak
sama licinnya.
Pembagian jenis-jenis belahan pada mineral adalah :
Sangat Sempurna
Sempurna
Sedang
Buruk
19
Tidak ada belahan sama sekali
6) Pecahan (Fracture)
Apabila suatu mineral mendapatkan tekanan yang melampaui batas plastisitas dan
elastisitasnya, maka mineral tersebut akan pecah. Bila cara pecahnya tidak teratur,
disebut dengan nama pecahan. Pecahan pada mineral dapat dibedakan menjadi
enam jenis.
a. Choncoidal
Apabila pecahan mineral yang menyerupai pecahan botol atau kulit bawang.
b. Hackly
Apabila pecahan mineral seperti besi, runcing-runcing tajam serta kasar tak
beraturan atau seperti bergerigi.
c. Even
Apabila pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan
ujung pecahan masih mendekati bidang datar.
d. Uneven
Apabila pecahan mineral menunjukkan permukaan bidang pecahnya kasar dan
tidak teratur
e. Splintery
Apabila pecahan mineralnya hancur menjadi kecil-kecil dan tajam menyerupai
benang atau berserabut.
f. Earthy
Apabila pecahan mineral hancur seperti tanah.
7) Kekerasan
Kekerasan adalah sebuah sifat fisik lain, yang dipengaruhi oleh tata letak intern
dari atom. Untuk mengukur kekerasan mineral dipakai Skala Kekerasan MOHS
(1773-1839).
(1) Talk, mudah digores dengan kuku ibu jari
(2) GIPS, mudah digores dengan kuku ibu jari
(3) Kalsit, mudah digores dengan pisau
(4) Fluorit, mudah digores dengan pisau
(5) Apatit, dapat dipotong dengan pisau (agak sukar)
20
(6) Ortoklas, dapat dicuwil tipis-tipis dengan pisau dibagian pinggir
(7) Kwarsa, dapat menggores kaca
(8) Topaz, dapat menggores kaca
(9) Korundum, dapat mengores topan
(10) Intan, dapat menggores korundum
Bentuk Kristal Intan ialah benda padat besisi delapan (OKTAHEDRON)
K = 1 : Talk/Silikat magnesia yang mengandung air.
K = 2 : Gips (CaSO4), batu tahu
K = 3 : Kalsit (CaCo3)
K = 4 : Vluispat (CaF2)
K = 5 : Apatit mengandung chloor
K = 6 : Veldspat, kaca tingkap
K = 7 : Kwarsa, pisau dari baja
K = 8 : Topas; Silikat alumunium yang mengandung borium, batu permata
K = 9 : Korsum (Al2O3 dalam corak merah, batu permata delima, corak
Biru batu nilam/safir)
K = 10 : intan batu permata
Masing-masing mineral tersebut diatas dapat menggores mineral lain yang
bernomor lebih kecil dan dapat digores oleh mineral lain yang bernonor lebih
besar. Dengan lain perkataan SKALA MOHS adalah Skala relative. Dari segi
kekerasan mutlak skala ini masih dapat dipakai sampai yang ke 9, artinya no. 9
kira-kira 9 kali sekeras no. 1, tetapi bagi no. 10 adalah 42 kali sekeras no. 1.
K.E. Kinge (1860) dalam Han Sam Kay mengelompokkan batu permata yang
dijadikan perhiasan dalam lima belas kelas sebagai berikut :
1) Batu permata Kelas I, Nilai Keras antara 8 s/d 10
2) Batu Permata kelas II, Nilai Keras antara 7 s/d 8
3) Batu permata Kelas III Batu permata kelas ini tergolong jenis batu
mulia dan batu mulia tanggung, nilai kerasnya kira-kira 7, sebagian
besar terdiri dari asam kersik (kiezelzuur), keculai pirus (tuquois)
4) Batu-Batu mulia Tanggung yaitu batu kelas IV, nilai keras antara 4 – 7
5) Batu kelas V. Batu kelas V nilai kerasnya dan kadar berat jenisnya
21
Sangat berbeda-beda. Warnanya gelap (kusam) dan kebanyakan agak
keruh, tidak tembus cahaya, batunya sedikit mengkilap, dan
harganyapun amat murah bila dibandingkan dengan harga batu mulia.
Dalam kelas ini termasuk batu marmer dan batu kelas V tidak tergolong
batu mulia.
8) Sifat Dalam / Daya Tahan Terhadap Pukulan (Tenacity)
Sifat dalam adalah suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan, pembengkokan,
penghancuran dan pemotongan. Berikut ini adalah jenis-jenis sifat dalam pada
kristal.
Brittle yaitu apabila mineral mudah menjadi tepung halus.
Sectile yaitu mineral mudah terpotong dengan pisau dan tidak ada yang
berkurang atau menjadi tepung (hancur).
Malleable yaitu yaitu apabila mineral ditempa dengan menggunakan palu
akan menjadi pipih.
Ductile yaitu apabila mineral ditarik dapat bertambah panjang dan apabila
dilepaskan maka tidak akan kembali seperti semula.
Flexible yaitu apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan
mudah.
Elastic yaitu apabila mineral dapat merenggang (bertambah panjang) bila
ditarik dan akan kembali seperti semula jika dilepaskan.
9) Berat Jenis (Specific Gravity)
Berat jenis adalah angka perbandingan antara massa jenis (density) suatu mineral
dibandingkan massa jenis (density) air. Untuk mengukur berat jenis suatu mineral
adalah dengan mengukur berat (massa) dan volume mineral tersebut. Berat jenis
mineral adalah salah satu metode yang dapat digunakan untuk analisa mineral
baik secara fisik maupun secara kimia.
10) Kemagnetan
Sifat kemagnetan adalah sifat aksi-reaksi mineral terhadap medan magnet yang
berada disekitarnya. Dialam, ada beberapa mineral yang memiliki daya magnet
yang kuat, ada yang hanya akan timbul bila ada medan magnet lain disekitarnya,
dan ada pula yang sama sekali tidak memiliki sifat kemagnetan.
22
Pada mineral, sifat kemagnetan dibagi menjadi tiga bagian berdasarkan kekuatan
atau daya magnet yang dikandungnya.
a. Feromagnetik
Mineral yang memiliki daya magnet kuat, umunya mengandung unsur
logam yang tinggi.
b. Paramagnetik
Mineral yang memiliki daya magnet lemah, umumnya memiliki
kandungan
Logam namun tidak cukup tinggi.
c. Diamagnetik
Mineral yang sama sekali tidak memiliki daya magnet. Bahkan bila
didekatkan dengan medan magnet yang kuat sekalipun. Umumnya adalah
yang tidak mengandung unsur logam.
Dalam pendeskripsian mineral juga ditentukan sistem kristal, komposisi kimia,
kelas kristal, kegunaan serta asosiasi keterdapatan mineral tersebut dialam। Hal-
hal tersebut adalah hal pokok yang telah ditetapkan pada suatu mineral dan tidak
dapat berubah-ubah. Dan dalam lembar deskripsi mineral juga digambarkan
bentuk sistem kristal, gambar sketsa kenampakkan mineral dan juga dilampirkan
foto dari mineral tersebut.
5. Pendeskripsian Mineral
1) Native Element (Unsur Murni)
Native element atau unsur murni ini adalah kelas mineral yang dicirikan dengan
hanya memiliki satu unsur atau komposisi kimia saja. Mineral pada kelas ini tidak
mengandung unsur lain selain unsur pembentuk utamanya. Pada umumnya sifat
dalam (tenacity) mineralnya adalah malleable yang jika ditempa dengan palu akan
menjadi pipih, atau ductile yang jika ditarik akan dapat memanjang, namun tidak
akan kembali lagi seperti semula jika dilepaskan. Kelas mineral native element ini
terdiri dari dua bagian umum.
Metal dan element intermetalic (logam). Contohnya emas, perak, dan
tembaga.
23
Semimetal dan non metal (bukan logam). Contohnya antimony, bismuth,
graphite dan sulfur.
Sistem kristal pada native element dapat dibahgi menjadi tiga berdasarkan sifat
mineral itu sendiri. Bila logam, seperti emas, perak dan tembaga, maka sistem
kristalnya adalah isometrik. Jika bersifat semilogam, seperti arsenic dan bismuth,
maka sistem kristalnya adalah hexagonal. Dan jika unsur mineral tersebut non-
logam, sistem kristalnya dapat berbeda-beda, seperti sulfur sistem kristalnya
orthorhombic, intan sistem kristalnya isometric, dan graphite sistem kristalnya
adalah hexagonal. Pada umumnya, berat jenis dari mineral-mineral ini tinggi,
kisarannya sekitar 6.
Dalam grup native element ini juga termasuk natural alloys, seperti electrum,
phosphides, silicides, nitrides dan carbides.
2) Mineral Sulfida
Kelas mineral sulfida atau dikenal juga dengan nama sulfosalt ini terbentuk dari
kombinasi antara unsur tertentu dengan sulfur (belerang). Pada umumnya unsure
utamanya adalah logam (metal).
Pembentukan mineral kelas ini pada umumnya terbentuk disekitar wilayah
gunung api yang memiliki kandungan sulfur yang tinggi. Proses mineralisasinya
terjadi pada tempat-tempat keluarnya atau sumber sulfur. Unsur utama yang
bercampur dengan sulfur tersebut berasal dari magma, kemudian terkontaminasi
oleh sulfur yang ada disekitarnya. Pembentukan mineralnya biasanya terjadi
dibawah kondisi air tempat terendapnya unsur sulfur. Proses tersebut biasanya
dikenal sebagai alterasi mineral dengan sifat pembentukan yang terkait dengan
hidrotermal (air panas).
Mineral kelas sulfida ini juga termasuk mineral-mineral pembentuk bijih (ores).
Dan oleh karena itu, mineral-mineral sulfida memiliki nilai ekonomis yang cukup
tinggi. Khususnya karena unsur utamanya umumnya adalah logam. Pada industri
logam, mineral-mineral sulfides tersebut akan diproses untuk memisahkan unsur
logam dari sulfurnya.
Beberapa penciri kelas mineral ini adalah memiliki kilap logam karena unsur
utamanya umumnya logam, berat jenis yang tinggi dan memiliki tingkat atau nilai
24
kekerasan yang rendah. Hal tersebut berkaitan dengan unsur pembentuknya yang
bersifat logam.
Beberapa contoh mineral sulfides yang terkenal adalah pyrite (FeS3), Chalcocite
(Cu2S), Galena (PbS), sphalerite (ZnS) dan proustite (Ag3AsS3). Dan termasuk
juga didalamnya selenides, tellurides, arsenides, antimonides, bismuthinides dan
juga sulfosalt.
3) Mineral Oksida dan Hidroksida
Mineral oksida dan hidroksida ini merupakan mineral yang terbentuk dari
kombinasi unsur tertentu dengan gugus anion oksida (O) dan gugus hidroksil
hidroksida (OH atau H).
Mineral oksida terbentuk sebagai akibat persenyawaan langsung antara oksigen
dan unsur tertentu. Susunannya lebih sederhana dibanding silikat. Mineral oksida
umumnya lebih keras dibanding mineral lainnya kecuali silikat. Mereka juga lebih
berat kecuali sulfida. Unsur yang paling utama dalam oksida adalah besi, chrome,
mangan, timah dan aluminium. Beberapa mineral oksida yang paling umum
adalah “es” (H2O), korondum (Al2O3), hematit (Fe2O3) dan kassiterit (SnO2).
Seperti mineral oksida, mineral hidroksida terbentuk akibat pencampuran atau
persenyawaan unsur-unsur tertentu dengan hidroksida (OH). Reaksi
pembentukannya dapat juga terkait dengan pengikatan dengan air. Sama seperti
oksida, pada mineral hidroksida, unsur utamanya pada umumnya adalah unsur-
unsur logam. Beberapa contoh mineral hidroksida adalah goethit (FeOOH) dan
limonite (Fe2O3.H2O).
4) Mineral Carbonat (CO3)
Merupakan persenyawaan dengan ion (CO3)2-, dan disebut “karbonat”,
umpamanya persenyawaan dengan Ca dinamakan “kalsium karbonat”, CaCO3
dikenal sebagai mineral “kalsit”. Mineral ini merupakan susunan utama yang
membentuk batuan sedimen.
Carbonat terbentuk pada lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton.
Carbonat juga terbentuk pada daerah evaporitic dan pada daerah karst yang
membentuk gua (caves), stalaktit, dan stalagmite. Dalam kelas carbonat ini juga
termasuk nitrat (NO3) dan juga Borat (BO3).
25
Carbonat, nitrat dan borat memiliki kombinasi antara logam atau semilogam
dengan anion yang kompleks dari senyawa-senyawa tersebut (CO3, NO3, dan
BO3).
Beberapa contoh mineral yang termasuk kedalam kelas carbonat ini adalah
dolomite (CaMg(CO3)2, calcite (CaCO3), dan magnesite (MgCO3). Dan contoh
mineral nitrat dan borat adalah niter (NaNO3) dan borak
(Na2B4O5(OH)4.8H2O).
5) Mineral Sulfat (SO4)
Sulfat terdiri dari anion sulfat (SO42-). Mineral sulfat adalah kombinasi logam
dengan anion sufat tersebut. Pembentukan mineral sulfat biasanya terjadi pada
daerah evaporitik (penguapan) yang tinggi kadar airnya, kemudian perlahan-lahan
menguap sehingga formasi sulfat dan halida berinteraksi.
Pada kelas sulfat termasuk juga mineral-mineral molibdat, kromat, dan tungstat.
Dan sama seperti sulfat, mineral-mineral tersebut juga terbentuk dari kombinasi
logam dengan anion-anionnya masing-masing.
Contoh-contoh mineral yang termasuk kedalam kelas ini adalah anhydrite
(calcium sulfate), Celestine (strontium sulfate), barite (barium sulfate), dan
gypsum (hydrated calcium sulfate). Juga termasuk didalamnya mineral chromate,
molybdate, selenate, sulfite, tellurate serta mineral tungstate.
6) Mineral Silicate (Si, O)
Silicat merupakan 25% dari mineral yang dikenal dan 40% dari mineral yang
dikenali. Hampir 90 % mineral pembentuk batuan adalah dari kelompok ini, yang
merupakan persenyawaan antara silikon dan oksigen dengan beberapa unsur
metal. Karena jumlahnya yang besar, maka hampir 90 % dari berat kerak-Bumi
terdiri dari mineral silikat, dan hampir 100 % dari mantel Bumi (sampai
kedalaman 2900 Km dari kerak Bumi). Silikat merupakan bagian utama yang
membentuk batuan baik itu sedimen, batuan beku maupun batuan malihan
(metamorf). Silikat pembentuk batuan yang umum adalah dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu kelompok ferromagnesium dan non-ferromagnesium.
a) Quartz (SiO2)
b) Feldspar Alkali (KAlSi3O8)
26
c) Feldspar Plagioklas ((Ca,Na)AlSi3O8)
d) Mica Muscovit (K2Al4(Si6Al2O20)(OH,F)2)
e) Mica Biotit (K2(Mg,Fe)6Si3O10(OH)2)
f) Amphibol Horblende ((Na,Ca)2(Mg,Fe,Al)3(Si,Al)8O22(OH))
g) Piroksin ((Mg,Fe,Ca,Na)(Mg,Fe,Al)Si2O6)
h) Olivin ((Mg,Fe)2SiO4)
Nomor 1 sampai 4 adalah mineral non-ferromagnesium dan 5 hingga 8 adalah
mineral ferromagnesium.
27
Dari analisa kimia batuan telah membuktikan bahwa hanya beberapa unsur saja
yang bertanggung jawab dalam pembentukan kerak bumi. Empat orang ahli
mengadakan analisa kimia sebanyak 5.159 analisa batuan, yaitu oleh Washington,
Nigli, Clarke dan Daly. Dengan unsur-unsur yang ada dalam kerak bumi.
Tabel 5.1 Persentase Unsur di Alam
No Nama Unsur Kimia Persentase di Alam
1 Silicon (Si) 27%
2 Oksigen (O) 24%
3 Alumunium (Al) 8%
4 Ferrum / Besi (Fe) 5%
5 Calsium (Ca) 3,5%
6 Natrium (Na) 2,5%
7 Kalium (K) 2,5%
8 Magnesium (Mg) 2,5%
Ternyata jumlahnya baru mencapai 98%, sedangkan sisanya terdiri dari unsur
yang jarang terdapat atau ditemukan. Sehingga berdasarkan jumlah
keterdapatannya dalam batuan, mineral dibedakan menjadi tiga bagian.
1) Mineral primer
Mineral primer adalah mineral yang keterdapatannya paling banyak dalam
batuan. Mineral ini umumnya terdapat lebih dari 10%, dimana mineral ini
mempengaruhi penamaan dalam batuan. Mineral-mineral primer atau
utama ini hampir semua anggotanya adalah dari kelas mineral silicate,
khususnya yang termasuk dalam Bowen Series.
Mineral primer ini pembentukannya pada umumnya terkait dengan proses
magmatis. Yaitu berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa, yang
kemudian mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-
mineral.
Mineral-mineral ini umumnya terdapat pada batuan beku, yaitu batuan dari
hasil proses magmatis. Contoh mineral primer adalah kuarsa, orthoklas,
plagioklas, foid, feldspar, biotit, hornblende, piroksen, dan olivin.
28
Gambar Bowen Series
2) Mineral Sekunder
Mineral sekunder adalah mineral yang terbentuk dari mineral utama yang
mengalami proses pelapukan pada batuan. Batuan, baik beku, sediment
maupun metamorf yang tersingkap diatas permukaan, bersentuhan dengan
atmosfir, hidrosfir dan biosfir akan mengalami proses pelapukan. Batuan
akan terubah secara fisik maupun kimiawi, di alam, kedua proses ini sulit
dibedakan, karena berlangsung secara bersamaan. Namun secara teoritis
kedua proses ini dibedakan. Proses pelapukan inilah salah satu proses yang
mengubah permukaan bumi setiap saat meskipun perubahannya tidak
tampak dengan segera karena prosesnya yang berlangsung dengan sangat
lambat.
Pelapukan mekanik atau pelapukan secara fisik adalah pelapukan yang
hanya berlangsung secara fisik saja, secara mekanik dan tidak disertai
perubahan kimia. Sehingga yang berubah hanya bentuk fisiknya saja,
sedangkan komposisi kimianya tetap. Seperti yang semula mempunyai
bentuk dan volume besar, kemudian hancur menjadi bentuk yang kecil-
29
kecil. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan fisik ini adalah
rekahan, pertumbuhan kristal, tekanan es, pengaruh suhu serta pengaruh
makhluk hidup.
Pelapukan kimia adalah proses pelapukan yang terjadi pada batuan dan
menyebabkan berubahnya sifat atau komposisi kimia suatu batuan. Pada
umumnya pelapukan ini terjadi karena batuan atau mineral secara kimiawi
dengan zat-zat atau senyawa yang ada di alam. Beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya pelapukan kimia ini adalah hidrolisa, oksidasi,
dan pencucian.
Beberapa contoh mineral sekunder ini adalah hematite, kalium feldspar,
orthoklas dan mineral lempung.
3)Mineral tambahan
Mineral tambahan atau sering disebut juga mineral aksesori ini adalah
mineral yang persentasenya sangat sedikit dalam batuan, namun selalu
ditemukan. Mineral ini jumlahnya kurang dari 10% dari seluruh komposisi
batuan. Dan karena keterdapatannya sangat sedikit, menjadikan mineral-
mineral tambahan ini memiliki nilai yang ekonomis yang tinggi. Pada
umumnya mineral tambahan ini digunakan untuk perhiasan seperti rutil.
Namun ada juga yang digunakan dalam industri dan memiliki nilai yang
sangat tinggi seperti zircon. Contoh lainnya dari mineral tambahan ini
adalah turmalin.
D. RANGKUMAN
Penentuan nama mineral dapat dilakukan dengan membandingkan sifat-sifat
fisik mineral antara mineral yang satu dengan mineral yang lainnya. Sifat-sifat
fisik mineral tersebut meliputi: warna, kilap (luster), kekerasan (hardness),
cerat (streak), belahan (cleavage), pecahan (fracture), struktur/bentuk kristal,
berat jenis, sifat dalam (tenacity), dan kemagnetan.
Sistematika atau klasifikasi mineral yang biasa digunakan adalah klasifikasi
dari Dana, yang mendasarkan pada kemiripan komposisi kimia dan struktur
kristalnya. Dana membagi mineral menjadi delapan golongan (Klein &
30
Hurlbut, 1993), yaitu: Unsur murni (native element), Mineral sulfida atau
sulfosalt, Oksida dan hidroksida, Haloid, Nitrat, karbonat dan borat, Sulfat,
kromat, molibdat, dan tungstat, Fosfat, arsenat, dan vanadat, dan Silikat.
Secara umum, proses pembentukan mineral, baik jenis logam maupun non-
logam dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh
aktivitas magma, dan mineral ekonomis selain karena aktivitas magma, juga
dapat dihasilkan dari proses alterasi, yaitu mineral hasil ubahan dari mineral
yang telah ada karena suatu faktor.
Mineral-mineral pembentuk batuan dapat dibedakan atas: 1) Felsic mineral,
tersusun dari mineral-mineral yang berwarna terang dan cerah serta
mempunyai berat jenis kecil atau ringan dan 2) Mafic mineral, tersusun dari
mineral-mineral yang berwarna gelap dan mempunyai berat jenis besar atau
berat.
Pendeskripsian mineral dilakukan dengan mengamati sifat-sifat fisik mineral
secara determinasi. Sifat-sifat tersebut adalah : warna, cerat atau gores, kilap,
perawakan, belahan, kekerasan, sifat dalam, berat jenis dan kemagnetan.
Pendeskripsian mineral meliputi: 1) Native Element (Unsur Murni), 2)
Mineral Sulfida, 3) Mineral Oksida dan Hidroksida, 4) Mineral Carbonat, 5)
Mineral Sulfat, dan 6) Mineral Silicat.
Keterdapatan mineral pada batuan sangat beragam, karena proses
pembentukannya yang juga berbeda-beda. Namun pada dasarnya, seluruh
mineral dan juga batuan yang terbentuk berasal dari magma. Dan akhirnya
setelah mengalami proses-proses geologi lainnya, maka terbentuk mineral dan
batuan tersebut hingga menjadi berbeda-beda.
Berdasarkan jumlah keterdapatannya dalam batuan, mineral dibedakan
menjadi tiga bagian, yaitu 1) Mineral primer, mineral yang keterdapatannya
paling banyak dalam batuan, 2) Mineral Sekunder, mineral yang terbentuk
dari mineral utama yang mengalami proses pelapukan pada batuan, dan 3)
Mineral tambahan, sering disebut juga mineral aksesori ini adalah mineral
yang persentasenya sangat sedikit dalam batuan, namun selalu ditemukan.
31
E. TUGAS
1. Ada beberapa sifat mineral, yaitu sifat fisik secara teoritis dan sifat fisik
secara determinasi (laboratorium). Jelaskan masing-masing sifat mineral
tersebut?
2. Berdasarkan jumlah keterdapatannya dalam batuan, mineral dibedakan
menjadi tiga bagian, yaitu 1) Mineral primer, 2) Mineral Sekunder, dan 3)
Mineral tambahan. Jelaskan dan berikan contoh masing-masing.
F. TES FORMATIF
1. Motode sederhana, umum digunakan untuk mengelompokkan mineral
tergantung kepada sifat-sifat umum yang mana?
a. Fisika
b. Kimia
c. Nuklir
d. Elektron
e. Optik
2. Skala Mohs merupakan teknik untuk membandingkan antara mineral satu
dengan mineral yang lain. Dari Skala Mohs, mineral manakah yang menggores
feldspar tetapi tidak menggores topaz?
a. Kuarsa
b. Apatit
c. Galena
d. Korondum
e. Intan
3. Mineral berikut ini biasanya dijumpai pada lingkungan aktivitas hidrotermal,
kecuali.
a. Emas
b. Belerang
c. Cinnabar
d. Feldspar
e. Semuanya benar
32
4. Manakah dari faktor berikut ini yang mempengaruhi baik ukuran maupun
susunan dari mineral pada batuan beku?
a. Komposisi batuan sekitar magma
b. Berat jenis magma atau lava
c. Kecepatan penaikan tektonik
d. Kecepatan pendinginan magma atau lava
e. Komposisi magma atau lava
5. Mineral berikut ini yang tidak mungkin dijumpai pada batuan beku basalt olivin
adalah.
a. Felspar
b. Olivin
c. Piroksen
d. Kuarsa
e. Biotit
6. Diantara mineral pembentuk batuan berikut ini, yang paling kuat dan tahan
terhadap proses abrasi adalah.
a. Olivin
b. Piroksen
c. Plagioklas
d. Ortoklas
e. Muskovit
7. Mineral yang mengandung hanya oksigen dan silikon dalam bentuk murninya
adalah.
a. kalsit
b.pirit
c.biotit
d.kuarsa
e. talk
8. Kelompok mineral yang membentuk sebagian besar batuan bumi adalah
kelompok.
a. oksida
33
b.silikat
c, karbonat
d.sulfida
e. hidroksida
9. Dua contoh mineral polimorf adalah.
a. kuarsa dan olivin
b. markasit dan kalsit
c. piroksen dan hornblende
d. intan dan grafit
e. talk dan silikat
10. Mineral piroksen memiliki arah belahan berjumlah.
a. 0
b. 1
c. 2
d. 3
e. 4
F. DAFTAR PUSTAKA
Asisten, Team. 2003. “Penuntun Praktikum Kristalografi dan Mineralogi”.
Institut Teknologi Medan
Firdaus. 2008. ”Mineral : Penggolongan Mineral”. http:/firdaus.unhalu.ac.id
Fuerer, Sang. 2009 ”Pembentukan Endapan Mineral”.
http://sangfuehrer.blogspot.com
Mondadori, Arlondo. 1977. ”Simons & Schuster’s Guide to Rocks and
Minerals”. Milan : Simons & Schuster’s Inc.
Noor, D. 2008. ”Pengantar Geologi”. Bogor : Universitas Pakuan
Salisbury, Edwar Dana. 1921. ”A Textbook of Mineralogy”. New York : John
Wiley & Sons.
Warmada, I Wayan. 2009. Pengantar Kristalografi dan Mineralogi. Unpublished.
34
H. TES AKHIR (Modul 1,2,3,dan 4)
1. Belahan adalah kecenderungan suatu mineral untuk membelah dalam suatu arah
yang sistematis sepanjang bidang lemah yang ditentukan oleh jenis dan kekuatan
kimia antar atom pembentuk mineral tersebut. Diantara mineral-mineral berikut
ini, manakah yang memiliki belahan paling banyak?
a. Biotit
b. Flourit
c. Galena
d. Anortit
e. Klorit
4. Mineral silikat dibagi menjadi dua grup utama, yaitu feromagnesia dan non-
feromagnesia. Salah satu contoh mineral feromagnesia adalah.
a. Magnesit
b. Muskovit
c. Augit
d. Ortoklas
e. Anortit
35
6. Batuan beku yang membeku dengan sangat cepat, sehingga nukleasi dari unsur-
unsur penyusunnya tidak sempat terjadi misalnya.
a. Basalt
b. Andesit
c. Komatit
d. Obsidian
e. Trasit
7. Manakah dari faktor berikut ini yang mempengaruhi baik ukuran maupun
susunan dari mineral pada batuan beku?
a. Komposisi batuan sekitar magma
b. Berat jenis magma atau lava
c. Kecepatan penaikan tektonik
d. Kecepatan pendinginan magma atau lava
e. Komposisi magma atau lava
8. Mineral berikut ini yang tidak mungkin dijumpai pada batuan beku basalt
olivin adalah.
a. Felspar
b. Olivin
c. Piroksen
d. Kuarsa
e. Biotit
9. Kristal-kristal kalsit yang dijumpai pada rekahan batu gamping atau rekahan
batuan beku basaltik terbentuk melalui proses.
a. Hidrotermal
b. Presipitasi larutan
c. Evaporasi
d. Pembekuan magma
e. Salah semuanya
10. Diantara mineral pembentuk batuan berikut ini, yang paling kuat dan tahan
terhadap proses abrasi adalah.
a. Olivin
b. Piroksen
c. Plagioklas
d. Ortoklas
e. Muskovit
11. Titanium merupakan salah satu komponen logam yang dipakai untuk
pembuatan alat-alat khusus, seperti pisau, jam, sepeda titan, dll. Manakah diantara
mineral-mineral berikut ini yang bukan merupakan sumber utama titanium?
a. Rutil
b. Anatas
c. Ilmenit
36
d. Maghemit
e. Brusit
12. Contoh dari batuan beku piroklastik yang dihasilkan dari proses aliran adalah.
a. Tuf lapili
b. Breksi pumis
c. Ignimbrit
d. Aglomerat
e. Breksi vulkanik
13. Batuan manakah dari batuan-batuan di bawah ini yang berasosiasi dengan
suatu lingkungan yang berenergi tinggi, seperti misalnya suatu sungai turbulen?
a. Konglomerat
b. Serpih
c. Batugaram
d. Graywacke
e. Arkose
Proses pelapukan dan sedimentasi pada siklus batuan ditunjukkan oleh angka.
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
37
Angka 2 seperti gambar pada siklus batuan berikut adalah.
a. sedimen
b. batuan beku
c. batuan sedimen
d. batuan beku luar
e. batuan metamorf
20. Batuan yang terdapat di permukaan Bumi ini memiliki banyak manfaat,
misalnya untuk membuat ornamen dan perhiasan. Pemanfaatan tersebut dapat
38
menambah nilai ekonomis batuan. Batuan yang digunakan untuk pemanfaatan
tersebut yaitu.
a. intan, pirit dan andesit
b. marmer, batu asbak, dan belerang
c. korondum, topaz dan turmalin
d. breksi, batu permata dan kuarsa
e. schist, obsidian dan pirit
23. Jenis batuan beku yang dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan pisau, kepala
panah, mata tombak dan pembuatan perhiasan adalah batu.
a. basal
b. andesit
c. obsidian
d. granit
e. apung
39
25. Jenis batuan yang ditunjukkan angka 1 pada gambar di bawah berikut adalah .
26. Berdasarkan cara pembentukannya, batuan dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu.
a. batuan beku, batuan gunung api dan batuan sedimen
b. batuan sedimen, batuan laut dan batuan beku
c. batuan sedimen, batuan gunung api dan batuan metamorf
d. batuan beku, batuan laut dan batuan metamorf
e. batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf
29. Skala yang sering dipakai untuk menyatakan kekerasan suatu mineral adalah
Skala Mohs.
Mineral yang paling keras adalah mineral yang memiliki skala Mohs 10, yaitu.
a. intan
b. kuarsa
c. kalsit
40
d. gipsum
e. talk
30. Salah satu mineral yang paling umum ditemukan di dalam batuan yang
terdapat di kerak bumi adalah kuarsa. Komposisi kimia kuarsa adalah.
a. CaCO3
b. SiO2
c. Fe2O3
d. NaCl
e. HCl
32. Mineral yang umumnya tidak mungkin ditemukan dalam granit adalah.
a. kuarsa
b. biotit
c. ortoklas
d. olivin
e. hornblende
35. Suatu batuan sedimen dengan ukuran butir penyusunnya > 2 mm yang
memiliki bentuk membulat disebut.
a. breksi
b. konglomerat
c. bongkah
d. kerakal
41
e. kerikil
36. Diantara batuan sedimen di bawah ini manakah yang bukan batuan sedimen
kimia atau organik?
a. batugaram
b. batubara
c. chert
d. talk
e. batuserpih
37. Batuan metamorf merupakan hasil malihan akibat adanya perubahan tekanan
dan temperatur yang sangat tinggi dari batuan.
a. beku
b. sedimen
c. metamorf
d. A & B saja
e. A, B & C bisa
41. Struktur lipatan yang melipat lapisan batuan seperti gambar di bawah ini
disebut sebagai.
a. antiklin
b. sinklin
c. homoklin
d. triklin
42
e. biklin
42. Patahan yang memiliki gerakan relatif seperti gambar di bawah ini disebut
sebagai patahan.
a. naik
b. turun
c. geser
d. sejajar
e. semua salah
43. Jika terdapat suatu intrusi batuan beku menembus lapisan batuan A, B, C dan
D, sepertiditunjukkan pada gambar di bawah, manakah yang disebut sill?
a. A & B
b. C & D
c. E
d. F
e. E & F
46. Sistem kristal dengan sumbu-sumbu yang tidak saling tegak lurus adalah.
a. Tetragonal
b. Ortorombik
c. Triklin
d. Heksagonal
e. Trigonal
43
48. Faktor apa yang dapat mempengaruhi warna mineral.
a. Lama pembentukan mineral
b. Pelapukan karena hujan dan panas dipermukaan bumi
c. Ukuran butir
d. Adanya pengotor dalam ikatan kimia mineral
e. Lapisan pembungkus permukaan mineral
50. Berikut ini adalah syarat suatu mater disebut mineral, kecuali.
a. Terbentuk alami
b. Memiliki sistem kristal tertentu
c. Terbentuk secara organik
d. Mempunyai sifat fisik tertentu
e. Memiliki komposisi kimia tertentu
53. Salah satu proses dibawah ini yang tidak termasuk dalam siklus batuan (Rock
Cycle).
a. Pelapukan
b. Terbentuknya pegunungan
c. Transportasi
d. Litifikasi
e. Metamorfisme
54. Batuan beku yang tersusun oleh kristal kasar, dengan ukuran kristal yang
hampir sama, memperlihatkan warna yang terang dapat dinamakan sebagai.
a. Riolit
44
b. Pumis
c. Granit
d. Gabro
e. Basalt
60. Batuan beku yang banyak terdapat pada lempeng benua adalah.
a. Basal
b. Riolit
c. Granit
d. Ultramafik
45
e. Andesit
46