Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH INSTRUMEN FARMASI

SPEKTROMETRI MASSA

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 3 :
1. Laksmita Adelia Aprilina ( PO.71.39.0.17.019 )
2. Margareta ( PO.71.39.0.17.021 )
3. Nasya Bella Salsabilla ( PO.71.39.0.17.025 )
4. Nopia Wulandari ( PO.71.39.0.17.027 )
5. Nur Adzimah (PO.71.39.0.17.029)
6. Nurul Kamilah ( PO.71.39.0.17.031 )
7. Riski Wulandari ( PO.71.39.0.17.033 )
8. Selvi Agustini ( PO.71.39.0.17.035 )
9. Sofiah Mardiani Rahman ( PO.71.39.0.17.037 )
10. Tria Yulinda ( PO.71.39.0.17.039 )

Kelas : Reguler 2A
DOSEN PEMBIMBING :
Vera Astuti, S.Farm, Apt, M.kes

Nilai Paraf

Politeknik Kesehatan Palembang


Jurusan Farmasi
TahunAjaran 2018/2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah instrumen farmasi dengan
judul “ spektrometri massa ” ini dengan lancar dan tepat pada waktunya.

Makalah spektrometri massa ini disusun untuk menyelesaikan tugas mata


kuliah instrumen farmasi. Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen Pengajar
instrumen farmasi yang telah memberikan arahan tentang penyusunan makalah ini.
Selain itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak lain yang ikut
membantu dalam pengerjaan makalah spektrometri massa ini. Semoga apa yang telah
kita lakukan hari ini dengan ikhlas dapat memberikan manfaat di kemudian hari.

Akhirnya kami menyadari bahwa penyusunan makalah spektrometri massa ini


belum sempurna, baik dari segi fisik maupun isi yang terkandung di dalamnya. Oleh
karena itu, kami mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca sebagai masukan untuk kesempurnaan makalah spektrometri massa ini.
Kami berharap semoga makalah spektrometri massa ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama dalam dunia kebahasaan. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan
rahmat- Nya kepada kita semua.

Palembang, 20 Desember 2018

Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

Penggunaan spektrometer massa dimulai tahun 1960. Alat ini sangat


sensitif dan hanya memerlukan sampel dalam ukuran mikro gram, berbeda
dengan alat 1H-NMR atau 13C-NMR yang memerlukan beberapa miligram.
Penggunaan spektrometer massa berkembang dengan pesat karena pertama
banyak senyawa organik dapat diionisasi pada keadaan uap dan dicatat berat
molekulnya dengan mengukur perbandingan massa terhadap muatan (m/e).
Kedua ion molekul (m/e) dapat diputus – putus lagi atau difragmentasi dalam
fragmentasi lebih kecil yang didapat berguna untuk penentuan struktur molekul
(Hesse,2002).
Kebanyakan metoda spektroskopi yang telah dibahas timbul dari
penyerapan energi oleh molekul organik, tetapi spektroskopi massa memiliki
prinsip yang berbeda. Dalam sebuah spektrometer, suatu sampel dalam
keadaan gas dengan electron berenergi cukup untuk mengalahkan potensial
ionisasi pertama senyawa tersebut (potensial ionisasi kebanyakan senyawa
organik antara 185-300 kkal/mol). Tabrakan antara sebuah molekul organik dan
salah satu elektron berenergi tinggi menyebabkan lepasnya sebuah elektron dari
molekul itu dan terbentuknya suatu ion organik. Ion organik yang dihasilkan oleh
penembakan elektron berenergi tinggi tersebut tidak stabil dan pecah menjadi
fragmen kecil, baik berbentuk radikal bebas maupun ion-ion lain. Dalam sebuah
spektrometer massa yang khas, fragmen yang bermuatan positif ini akan
dideteksi (Williams,1991).
Spektrum massa adalah alur kelimpahan (abundance) jumlah
relative fragmen bermuatan positif berlainan versus massa per muatan (m/z
atau m/e) dari fragmen-fragmen tersebut. Muatan ion dari kebanyakan partikel
yang dideteksi dalam suatu spektrometer massa adalah +1; maka nilai m/z
sama dengan massa molekulnya (M). Bagaimana suatu molekul atau ion
pecah menjadi fragmen-fragmennya
bergantung pada kerangka karbon dan gugus fungsional yang ada. Oleh karena
itu, struktur dan massa fragmen memberikan petunjuk mengenai struktur molekul
induknya. Juga, mungkin seringkali untuk menentukan bobot molekul suatu
senyawa dari spektrum massanya. Pada makalah ini, akan dibahas mengenai
spektroskopi massa secara terperinci (Hesse,2002).
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep dasar Spektroskopi Massa ?

2. Bagaimana instrumen spektroskopi massa ?

3. Bagaimana Cara Kerja dari spektroskopi Massa ?

4. Bagaimana aplikasi metode spektroskopi untuk penentuan struktur

molekul senyawa.

5. Apa hasil kajian dari jurnal Spektroskopi Massa ?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu

mengetahui dan memahami konsep dasar Spektroskopi Massa, instrumen

spektroskopi massa, serta aplikasi metode spektroskopi untuk penentuan

struktur molekul senyawa dari jurnal yang dikaji.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Dasar Spektroskopi Massa

Spektrometri massa adalah teknik analisis instrumental untuk membantu

identifikasi dan elusidasi struktur molekul senyawa murni berdasarkan massa

molekul relatif ionnya/ion fragmennya (m/e) (Permanasari, 2003).

Pada tahun 1960 Penggunaan Spektrometri Massa (MS) mulai meluas.

Spektroskopi massa akan diketahui BM, Fragmen-fragmen IC untuk

menyusun reaksi fragmentasi yang terjadi sehingga diketahui struktur

molekulnya (Riyanto, 2005).

Perangkat yang digunakan untuk memproduksi ion-ion selalu

memberikan energi vibrasional yang cukup berlebih kepada ion-ion.

Selanjutnya digunakan berfragmentasi menghasilkan ion baru dengan

kehilangan fragmen netral (Riyanto, 2005).

A+ B+ + fragmen netral C+

+ fragmen netral

Bila energi vibrasional cukup maka B+ atau C+ dapat terurai lebih lanjut.

C+ D+ + fragmen netral

Fragmen netral tidak nampak dalam spektra, yang nampak hanya ion yang

bermuatan positif. Terjadinya fragmentasi merupakan usaha untuk stabilitas

akibat adanya pemberian energi yang berlebih (Riyanto, 2005).


2.2. Cara kerja spektroskopi massa

Untuk memahami cara kerja spektroskopi massa, perhatikan gambar

berikut:

Secara keseluruhan, tahap-tahap proses yang terjadi dalam

spektroskopi massa dapat dibagi menjadi injeksi, ionisasi, akselerasi,

defleksi (pembelokan), dan deteksi (Ilmu Kimia, 2013).

Prinsip Spektrometri Massa (Permanasari, 2003).


Dalam spektroskopi massa, molekul–molekul senyawa organik

ditembak dengan berkas elektron dan diubah menjadi ion-ion positif yang

bertenaga tinggi (ion-ion molekuler atau ion - ion induk), yang dapat dipecah-

pecah menjadi ion-ion yang lebih kecil (ion- ion pecahan). Lepasnya elektron

dari molekul akan menghasilkan radikal kation, yang dapat dituliskan sebagai

berikut (Kristianingrum, 2008):

Sebagai contoh, methanol memberikan ion molekul sebagai berikut :

Ion molekuler M selanjutnya terurai menjadi sepasang pecahan /

fragmen, yang dapat berupa radikal dan ion atau molekul kecil radikal.

Ion-ion molekuler, ion-ion pecahan dan ion-ion radikal pecahan

selanjutnya dipisahkan oleh pembelokan medan magnet yang dapat berubah

sesuai dengan massa dan muatannya, dan akan menimbulkan arus pada

kolektor yang sebanding dengan limpahan relatif mereka. Spektrum massa

mengambarkan perbandingan limpahan relatif terhadap m/e

(massa/muatan). Partikel-partikel netral yang dihasilkan dalam proses

fragmentasi (m) atau radikal (m) tidak dapat dideteksi dalam spektrometer

massa. Spektrum massa akan menghasilkan


puncak-puncak yang tercatat dalam rekorder, yang dipaparkan sebagai grafik

batangan. Fragmen-fragmen disusun sedemikian sehingga peak- peak ditata

menurut kenaikan m/e dari kiri ke kanan dalam spektrum. Intensitas peak

sebanding dengan kelimpahan relatif fragmen-fragmen yang bergantung

pada stabilitas relatif mereka. Puncak yang paling tinggi dinamakan base

peak (puncak dasar) diberi nilai intensitas sebesar 100%; peak-peak yang

lebih kecil dilaporkan misalnya 20%, 30%, menurut nilainya relatif terhadap

peak dasar. Puncak uang paling tinggi pada spektrum methanol adalah

puncak M-1pada m/e= 31. Puncak ini timbul karena lepasnya atom hidrogen

dari ion molekul (Kristianingrum, 2008).

Ionisasi dan Fragmentasi dalam Spektroskopi massa

Dalam spektrofometer massa reaksi pertama suatu molekul adalah ionisasi

pelepasan sebuah elektron, yang menghasilkan ion molekul. Peak untuk

radikal ion ini biasanya adalah peak paling kanan dalam spektrum, bobot

molekul senyawa ini dapat ditentukan. Diduga bahwa elektron dalam orbital

berenergi tinggi adalah elektron yang pertama- tama akan lepas. Jika sebuah

molekul mempunyai elektron-elektron n menyendiri, maka salah satunya akan

dilepaskan. Jika tidak terdapat elektron n, maka akan dilepaskan sebuah

elektron pi. Jika tidak terdapat elektron n maupun elektron pi, maka ion

molekul yang akan terbentuk sengan lepasnya sebuah elektron sigma

(Kristianingrum, 2008).
Contoh :

Ilustrasi Ionisasi (Permanasari, 2003):

Setelah ionisasi awal ion molekul akan mengalami fragmentasi,

yaitu proses pelepasan radikal-radikal bebas atau molekul netral kecil

dilepaskan dari ion molekul itu. Sebuah ion molekul tidak pecah secara acak,

melainkan cenderung membentuk fragmen-fragmen yang paling stabil. Beikut

spektrum massa metanol pada gambar. Spektrum ini terdiri dari tiga peak

utama pada m/e = 29,31, dan 32. Struktur fragmen sering dapat disimpulkan

dari massa mereka. Peak M+ methanol (pada

32) (Kristianingrum, 2008).


Gambar. Spektrum massa metanol (CH3OH)

Adapun Ruang Ionisasi MS adalah (Permanasari, 2003):

1. Mengubah molekul-molekul cuplikan menjadi partikel bermuatan, bisa

+ atau -, berbagai ukuran massa

2. caranya dengan menembakkan elektron berenergi tinggi 70 eV.

3. Ion + ditolak oleh pelat penolak, masuk ke sistem pemercepat ion, lalu

ke analyzer

Dua proses ionisasi pada MS (Permanasari, 2003):

1. Electron Impact Ionization (EII)


Prinsip dari elektron Impact adalah dengan cara menembak molekul

sampel dengan elektron (70 eV) lalu fragmen-fragmen molekul yang pecah

dikumpul berdasarkan beratnya hingga diperoleh spectra (Riyanto,

2005).

Sampel dapat berupa padat, cair dan gas (senyawa dalam bentuk

larutan). Pada Elektron Impact, hanya ion-ion yang bermuatan positif yang

nampak pada spectra MS (Riyanto, 2005).

Ion yang telah terfragmentasi masuk kedalam Analisator Magnetik

sehingga fragmen yang terlalu berat tidak akan terbelokkan sedangkan

yang terlalu ringan akan sangat mudah terbelokkan kearah yang tidak

semestinya maka tidak akan sampai ke collector sehingga tidak akan

diketahui Bmnya. Fragmen yang dapat dibelokkan dengan tepat akan

masuk ke collector sesuai dengan kelimpahannya (Riyanto, 2005).

Kelemahan dari Elektron Impact adalah energi yang diberikan

terlalu tinggi (50-70 Volt) sehingga molekul ion (M+) terfragmentasi semua

sehingga tidak diketahui Bmnya (Riyanto, 2005).

2. Chemical ionization (CI)

Pada Chemical Ionisasi energi yang digunakan tidak terlalu tinggi

sehingga fragmen yang terbentuk tidak terlalu banyak (Kelimpahan M+

banyak). Tekanan yang digunakan tidak terlalu tinggi yaitu 102 Nm-2. Jarak

antar molekul dekat sehingga diperlukan tumbukan antar ion pereaksi.

Untuk CI spectra MS menunjukkan ion-


ion bermuatan positif maupun negatif. Untuk ion positif spectrum CI

mengguanakan gas pereaksi seperti metana, isobutana atau ammonia

sedangkan ion negatif spectrum CI menggunakan pereaksi CH3O

(Riyanto, 2005).

Kelemahan dari CI yaitu energinya rendah dibanding EI sehingga

fragmen-fragmennya tidak terlalu banyak sedangkan M+nya banyak

(Riyanto, 2005).

Pada single focusing mass spectrometer setelah melewati ionisasi

chamber, ion akan melewati Acceleration rate untuk mempercepat aliran ion.

Jika kecepatan dan kuat medan magnetnya tetap maka hanya ada 1 jenis

m/z yang dapat masuk ke kolektor. Agar m/z dapat terekam semua (dari yang

paling kecil sampai paling besar) maka (Riyanto, 2005):

a. B tetap, v berubah-ubah

b. v tetap, B berubah-ubah

Analisator Elekktrosatik

Ion-ion yang keluar dari ionisasi chamber memiliki energi translasi atau

kecepatan yang berbeda-beda. Analisator elektrostatik berfungsi untuk

menyamakan energi translasi yang berbeda-beda tersebut sehingga

diharapkan ion masuk ke analisator magnetik dengan keceepatan yang

sama. Karena jika energi translasinya tidak sama maka ion yang energinya

rendah memiliki kecepatan yang lambat sehingga mudah dibelokkan medan

magnet dan jatuh ke massa yang lebih kecil. Dengan adanya analisator

elektriostatik, analisator magnetik menjadi lebih peka dan resolusi MS makin

tinggi (Riyanto, 2005).


Analisator Magnetik

Hanya ada 1 macam magnet, dapat membedakan 1 unit saluran

massa. Analisator magnetik dapat dibuat lebih peka dengan adanya 4 kutub

(biasanya 2 kutub) sehingga bisa membedakan m/z dengan lebih


peka, misal, membedakan m/z 27,9 dan 28,1 sehingga disebut High

Resolution Mode (Riyanto, 2005).

Isotop

Isotop adalah nomor atom sama, nomor massa berbeda. Isotop

memberikan konstribusi untuk menentukan struktur molekul dalam MS,

Misal: C : 12C

C : 13C  Kelimpahan di alam 1,1 % dari total jumlah 12C dan 13C,

namun kelimpahan yang sangat kecil tersebut ada manfaatnya.

Cl : 35Cl  kelimpahan 75%

37Cl  kelimpahan 25%

Perbandingan 35Cl : 37Cl = 3:1, sehingga yang banyak dipakai adalah

35Cl

(Riyanto, 2005).

Beberapa aturan yang dapat digunakan dalam Interprestasi

Spektra MS (Kristianingrum, 2008):

1. Hukum nitrogen

Dalam identifikasi suatu rumus molekul maka hukum nitrogen sangat

banyak memberikan bantuan. Hukum nitrogen menyatakan bahwa suatu

molekul yang berat molekulnya genap, tidak mungkin mengandung

nitrogen, kalaupun mengandung nitrogen maka jumlah nitrogennya harus

genap. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa


pecahan kolekul-molekul biasanya bermasa ganjil kecuali kalau

terjadi rearrangement (penataan ulang).

2. Aturan elektron genap

Aturan elektron genap menyatakan bahwa species-species elektron

genap biasanya tidak akan pecah menjadi dua species yang mengandung

elektron ganjil, ia tidak akan pecah menjadi radikal dan ion radikal, karena

tenaga total dari campuran ini akan sangat tinggi.

3. Jumlah ketidakjenuhan

Jumlah ketidakjenuhan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Jumlah ketidakjenuhan = Karbon + (hidrogen /2) - (halogen /2) + (nitrogen

trivalent /2).

A. Instrumentasi Spektrofometer Massa

Dalam spektrofometer Massa terdapat lima komponen utama yaitu

sistem penanganan cuplikan, ruang pengionan dan pemercepat, tabung

analisator, pengumpul ion dan penguat, pencatat. Diagram

spektrofometer massa tersebut dapat dilihat dalam Gambar

(Kristianingrum, 2008).
Diagram Alat Spektrofometer Massa (Permanasari, 2003):

Gambar. Skema Instrumentasi Spektrometri Massa


2.3. Penentuan Struktur Molekul

Dalam penentuan struktur molekul suatu senyawa minimal diperlukan

tiga atau empat data, data spektra UV-VIS, IR, NMR dan MS. Namun

demikian kadang-kadang untuk senyawa yang kompleks gabungan keempat

data tersebut juga belum cukup untuk menentukan struktur molekul suatu

senyawa (Kristianingrum, 2008).

Teknik yang di gunakan dalam MS adalah dengan analisa

(Kristianingrum, 2008):

Analisis kualitatif

Mengidentifikasi suatu senyawa yang tidak diketahui, dengan

mengkalibrasi terhadap senyawa yang telah diketahui dan Pola

fragmen dipergunakan untuk mengidentifikasi senyawa,

juga memungkinkan terdapat pengenalan gugus fungsi dengan

melihat puncak-puncak fragmentasi spesifik.

Analisis kuantitatif

Analisis ini dapat dipergunakan untuk analisis campuran, baik

senyawa organik ataupun anorganik yang bertekanan uap rendah.

Persyaratan dasar analisisnya adalah setiap senyawa harus

mempunyai paling tidak 1 puncak yang spesifik, konstribusi puncak

harus aditif dan sensitif harus reproduksibel serta adanya senyawa

referens yang sesuai

2.4. Keuntungan dan Kerugian


a. keuntungan
1. Jika didapat data IR dan NMR yang cukup lengkap, maka MS ini dapat digunakan
untuk konfirmasi dengan memperhatika bobot molekul dan kemungkinan rumus
strukturnya.
2. Dapat digunakan untuk menganalisis senyawa polimer dengan berat molekul tinggi.
3. Spektro-massa sumber bunga api listrik umumnya mempunyai sensitivitas tinggi dan
dapat menentukan berat molekul unsur dari senyawa sampai tingkat ppb.
b. Kerugian
1. Spektro-massa sumber bunga api listrik umumnya mempunyai sensitivitas tinggi dan
dapat menentukan berat molekul unsur dari senyawa sampai tingkat ppb.
2. Resolusinya rendah, sulit menggunakan spektro-massa untuk mengidentifikasi unsur
yang berat massa molekul mirip pada suatu campuran.
3. Pada spektrometer massa bunga api listrik, adanya ketidakberaturan dari sumber dan
kurang reproduksibel, tetapi kekurangan ini dapat diatasi dengan memakai sistem
deteksi fotografi.
4. Spektrometri massa kini tidak digunakan dalam pengendalian mutu rutin tapi
ditempatkan dalam suatu lingkungan penelitian dan pengembangan yang digunakan
untuk mengatasi masalah-masalah spesifik yang berasal dari proses rutin atau dalam
pnegembangan proses intrumentasi ini mahal dan membutuhkan dukungan personel
yang sangat terlatih dan pemeliharaan yang teratur.

2.5. Contoh analisis spektrofotometri massa


Contoh pada sampel garam dapur unutk mengetahui isotop dari kandungan
senyawa natrium dan klorida. Pertama-tama sampel garam dapur (Natrium
Klorida) dalam komponen sumber ion, diuapkan (membentuk gas) dan diionkan
(diubah kedalam partikel yang bermuatan listrik) menjadi ion Natrium (Na) dan
Klorida (Cl). Atom Natrium merupakan monoisotop, dengan massa sekitar 23 amu.
Atom Klorida dan ion terdiri dari 2 isotop dengan kelimpahan 75% 35 amu dan
25% 27 amu. Bagian analizer terdiri dari medan magnet dan medan listrik yang
menggunakan sumber ion-ion yang berpindah melalui medan, kecepatan partikel
bermuatan dapat ditingkatkan atau diturunkan ketika melalui medan listrik dan
arah tersebut dapat diubah oleh medan magnet. Tingkat pembelokan pada ion-ion
yan bergerak bergantung pada rasio massa atau muatan ion-ion tersebut. Ion-ion
yang lebih besar massa atau muatannya lebih sulit dibelokkan oleh sumber magnet
dari pada ion yang massa atau muatannya kecil. Sesuai dengan hukum II Newton
(F=m.a). Arus yang melewati analizer masuk ke detektor, detektor merekam
kelimpahan relatif masing-masing ion. Informasi ini digunakan untuk menghitung
kelimpahan relatif masing-masing tipe ion. Sehingga dapat digunakan untuk
menentukan komposisi sampel (Natrium dan Klorida) dan komposisi isotop
(perbandingan 35 C1 dan 37 C1).
Berikut ini beberapa cotoh hasil readout spektroskopi massa :
a. Teluena
 Puncak ion molekul toluena terjadi pada m/e = 92
Puncak ion molekul biasanya terdapat pada kumpulan puncak paling kanan di
dalam spektrum massa
 Untuk toluena, base peak terjadi pada massa 91
Base peak (puncak utama): puncak terbesar di dalam spektrum
Base peak merupakan pecahan molekul yang mempunyai massa lebih kecil dari
Mr senyawa aslinya.
 Disimpulkan berat molekul (massa molekul/Mr) toluene sebesar 92
b. Benzyl alcohol

 Puncak ion molekul toluena terjadi pada m/e = 108


 Untuk metilen klorida, base peak (puncak utama) terjadi pada massa 79
 Disimpulkan berat molekul (massa molekul/Mr) benzil alcohol sebersar 108
g/mol
c. Methanol (metil alcohol)
 Puncak ion molekul toluena terjadi pada m/e = 32
 Untuk metilen klorida, base peak (puncak utama) terjadi pada massa 31
 Disimpulkan berat molekul (massa molekul/Mr) benzil alcohol sebersar
32 g/mol
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Spektrometri massa adalah teknik analisis instrumental untuk membantu

identifikasi dan elusidasi struktur molekul senyawa murni berdasarkan

massa molekul relatif ionnya/ion fragmennya (m/e).

2. Suatu senyawa dalam MS akan divibrasi menjadi fragmen-fragmen agar

lebih mudah dalam penentuan BM suatu sampel.

3. Pada Spektroskopi Massa fragmen netral tidak nampak dalam spektra,

yang nampak hanya ion yang bermuatan positif.

4. Ada Dua proses ionisasi pada MS yaitu Electron Impact Ionization (EII)

dan Chemical ionization.

5. Dalam spektrofometer Massa terdapat lima komponen utama yaitu

sistem penanganan cuplikan, ruang pengionan dan pemercepat, tabung

analisator, pengumpul ion dan penguat, pencatat.

6. Dalam penentuan struktur molekul suatu senyawa minimal diperlukan

tiga atau empaat data, data spektra UV-VIS, IR, NMR dan MS.

7. Dari kajian Jurnal dapat Analisi MS pada waktu retensi 2,667 menit dan

3,008 menit memberikan ion melekul menunjukkan 128O –


131OC. Berdasarkan analisis spektroskopi dan titik leleh dapat

disimpulkan senyawa hasil sintesis adalah senyawa orto-fenilazo-2-

naftol. Hasil sintesis memberikan pKHin = 3,16 sehingga dapat

digunakan untuk titrasi basa lemah oleh asam kuat karena titrasi tersebut

mempunyai titik ekivalen pada pH (M+) pada m/z 248 yang menunjukkan

berat molekul hasil sintesis. Hasil penentuan titik leleh

B. Saran

Baiknya alat tentang spektroskopi massa dan lainnya beserta alat yang

membantu dalam penentuan berat molekul suatu sampel diadakan dan bisa

langsung di praktekkan agar lebih mudah dan dipahami oleh mahasiswa,

sehingga mahasiswa tidak hanya berimajinasi terus.


DAFTAR PUSTAKA

Bogoriani, N.W. 2008. ISOLASI DAN IDENTIFIKASI GLIKOSIDA STEROID


DARI DAUN ANDONG (Cordyline terminalis Kunth). JURNAL KIMIA 2
(1), JANUARI 2008 : 40-44

Ilmu Kimia, 2013. Cara Kerja Spektroskopi Massa. Artikel dan Materi Kimia.

Kristianingrum, Susila. 2008. HANDOUT PEKTROSKOPI MASSA.


Jakarta: UI Press.
Permanasari, Anna. 2003. SPEKTROMETRI MASSA (MASS
SPECTROMETRI, MS). Bandung: ITB.

Riyanto, Sugeng Dr. M.Si., Apt. 2005. Spektroscopy 1 st edition.


Yogyakarta: UGM Press.

Mulja, Muhammad dan Suharman. (1995). Analisis Instrumental. Surabaya: Airlangga


University Press.
Williams, Dudley H. dan Fleming, Ian. (2008). Spectroscopic methods in Organic
Chemistry Edision VI. McGraw-Hill Internasional UK Limited.

Anda mungkin juga menyukai