Anda di halaman 1dari 10

Artikel Riset Jurnal Kefarmasian Indonesia

Vol.5
Resiko Penggunaan No.2-Agustus. 2015:113-122
ACEi.....(Margareth CH, dkk)
p-ISSN: 2085-675X
e-ISSN: 2354-8770

Risiko Penggunaan ACEi Terhadap Kejadian Batuk Kering pada Pasien


Hipertensi di RSUD Cengkareng dan RSUD Tarakan DKI Jakarta

Risk of ACEi Administration on Dry Cough Incidence in Hypertensive Patients


at RSUD Cengkareng and RSUD Tarakan Jakarta

Margareth Christina Halim1*, Retnosari Andrajati1, Sudibyo Supardi2


1
Pascasarjana Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, Indonesia
2
Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,
Kementerian Kesehatan, Indonesia
*E-mail: margarethchristina@gmail.com

Diterima: 2 Februari 2015 Direvisi: 19 Mei 2015 Disetujui: 28 Agustus 2015

Abstrak
Penggunaan angiotensin converting enzyme inhibitor (ACEi) sebagai antihipertensi dapat menyebabkan efek
samping berupa batuk kering. Penelitian ini bertujuan untuk menilai risiko penggunaan ACEi terhadap kejadian
batuk kering dengan kaptopril sebagai standar dibandingkan lisinopril dan ramipril pada pasien hipertensi di
RSUD Cengkareng dan RSUD Tarakan Jakarta. Desain penelitian ini adalah kohort prospektif. Kriteria inklusi
adalah pasien hipertensi rawat jalan yang mendapatkan terapi obat golongan ACEi selama ≤ 3 bulan dan
bersedia untuk diikutsertakan sebagai subjek dalam penelitian di RSUD Cengkareng Jakarta Barat dan RSUD
Tarakan pada tahun 2014. Subjek terdiri dari 54 pasien yang mendapat kaptopril dan 54 pasien yang mendapat
obat ACEi bukan kaptopril yang diambil secara consecutive sampling pada bulan Januari-Juli 2014. Alat
pengumpul data menggunakan wawancara terstruktur dan rekam medis. Kejadian batuk kering akibat ACEi
dievaluasi dengan menggunakan Algoritma Naranjo dan analisis data menggunakan uji Chi Square. Kejadian
batuk kering terjadi pada 19,44% subjek. Faktor usia, jenis kelamin, suku bangsa, komorbiditas, indeks massa
tubuh (IMT), dosis obat, dan lama penggunaan tidak berhubungan bermakna dengan kejadian batuk kering
akibat penggunaan ACEi. Tidak ada perbedaan kejadian batuk kering akibat penggunaan kaptopril dibandingkan
lisinopril dan ramipril.
Kata kunci: Batuk kering; Kaptopril; Lisinopril; Ramipril; RSUD Jakarta

Abstract
The use of angiotensin converting enzyme inhibitors (ACEi) as an antihypertensive agent can cause side effects
such as dry cough. The aim of this study is to evaluate risk of ACEi administration on dry cough incidence with
captopril as the standard against lisinopril and ramipril in hypertensive patients at RSUD Cengkareng and
RSUD Tarakan Jakarta. The design of this study is prospective cohort. The inclusion criteria were patients who
received ACEi as hypertension therapy for ≤ 3 months gathered from outpatient and willing to participate as
sample in this study at RSUD Cengkareng and RSUD Tarakan. Subject of this study consist of 54 patients who
received captopril and 54 patients received non captopril ACEi, taken by consecutive sampling from January-
July 2014. Data was collected using structured interviews and medical record. Dry cough incidence due to
ACEi was evaluated using Naranjo Algorithm and analyzed using Chi Square test. Dry cough incidence was
found in 19,44% of sample. No significant relationship of age, gender, ethnic, comorbidity, body mass index
(BMI), dosage, and duration of use with the dry cough incidence due to the use of ACEi. There is no difference
on dry cough incidence between the use of captopril, lisinopril and ramipril.
Keywords: Dry cough; Captopril; Lisinopril; Ramipril; Jakarta hospital

113
JurnalKefarmasian
Jurnal KefarmasianIndonesia.
Indonesia.2015;5(2):113-122
2015;5(2):113-122

PENDAHULUAN sebenarnya tidak diperlukan. Terapi


Hipertensi meningkatkan risiko empirik batuk dengan menggunakan
antitusif, bronkodilator ataupun antibiotik
penyakit jantung, stroke, gagal ginjal,
dapat menambah biaya pengobatan yang
mortalitas awal, dan kecacatan.1 Riset
Kesehatan Dasar (Riskedas) Indonesia sebenarnya tidak perlu dikeluarkan
pada tahun 2007 menunjukkan bahwa sehingga penting untuk diketahui
hubungan penggunaan ACEi, kejadian
prevalensi hipertensi di Indonesia
batuk kering dan faktor-faktor yang
tergolong tinggi, yaitu sebesar 32,2% atau
1 dari 3 penduduk mengalami hipertensi. memengaruhi kejadian batuk kering
Data Riskedas 2007 menunjukkan bahwa tersebut.4 Deteksi dan pengobatan dini
pada hipertensi diketahui dapat menurun-
hipertensi (12,3%) merupakan penyebab
kan mortalitas terkait dengan serangan
kematian tidak menular kedua terbanyak
setelah stroke (26,9%).2 Hipertensi jantung, gagal jantung, stroke, dan gagal
memiliki persentase tertinggi baik pada ginjal.1 Monitoring reaksi obat yang tidak
dikehendaki (ROTD) penting untuk
tahun 2009 dan 2010 dalam
dilakukan terutama pada penyakit kronis
pengelompokan penyakit tidak menular
(PTM) terhadap seluruh kasus baru rawat seperti hipertensi yang memerlukan terapi
jalan di Indonesia, diikuti oleh penyakit jangka panjang.7
Pasien dengan gagal jantung, tidak
jantung dan diabetes mellitus.3
merokok, berjenis kelamin wanita, berasal
ACEi merupakan salah satu
antihipertensi yang sering digunakan dari etnik Asia ataupun Kulit Hitam
dalam penatalaksanaan hipertensi.4 dilaporkan memiliki peningkatan risiko
kejadian batuk kering akibat ACEi.6 Suatu
Hypertension Guideline tahun 2014
meta-analisis menyebutkan bahwa
menyebutkan bahwa pada populasi
Nonblack, termasuk pasien dengan metabolisme bradikinin dapat dipengaruhi
diabetes, terdapat 4 macam antihipertensi oleh umur.8 Penelitian hubungan
polimorfisme gen ACE I/D dengan
yang menjadi terapi pilihan utama.
hipertensi di Indonesia dilakukan oleh
Antihipertensi tersebut yaitu diuretik
tiazid, calcium channel blocker (CCB), Aziz dkk pada tahun 2010 di daerah
angiotensin converting enzyme inhibitor Yogyakarta menyimpulkan bahwa dibu-
tuhkan penelitian lebih lanjut terkait
(ACEi), atau angiotensin receptor blocker
(ARB). ACEi atau ARB direkomendasikan hubungan polimorfisme gen ACE dengan
sebagai terapi awal ataupun terapi respon pasien hipertensi terhadap obat
antihipertensi ACEi di Indonesia.9 Rumah
tambahan pada populasi >18 tahun dengan
Sakit Umum Daerah (RSUD) Cengkareng
gangguan ginjal kronis dan hipertensi
untuk meningkatkan outcome ginjal. ACEi dan RSUD Tarakan merupakan RSUD di
direkomendasikan pula sebagai pilihan lini wilayah DKI Jakarta. Sebagai ibukota
negara, Jakarta menjadi area pembauran
pertama pada pasien hipertensi < 55 tahun
budaya para pendatang dari berbagai
berdasarkan National Institue for Health
and Clinical Excellent (NICE) guideline kelompok suku bangsa, sehingga
2011.5 diharapkan mampu mencakup berbagai
macam kelompok suku bangsa di
Batuk kering merupakan efek samping
Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk
yang cukup sering terjadi pada pemakaian
Angiotensin Converting Enzyme inhibitor menilai risiko penggunaan obat golongan
(ACEi) dengan rentang 5% hingga 30%.6 ACEi dengan kaptopril sebagai standar
dibandingkan lisinopril dan ramipril
Kejadian batuk kering akibat penggunaan
terhadap kejadian batuk kering pada pasien
ACEi yang tidak disadari oleh tenaga
kesehatan dapat menyebabkan pasien hipertensi di RSUD Cengkareng Jakarta
menjalani serangkaian evaluasi, tes Barat dan RSUD Tarakan Jakarta Pusat.
diagnostik dan pengobatan yang

114
Resiko Penggunaan ACEi.....(Margareth CH, dkk)

METODE didapatkan jumlah kedua kelompok


Desain penelitian ini adalah kohort masing-masing sebanyak 54 subjek.
prospektif. Subjek penelitian ini adalah Karakteristik Pasien yang Meng-
populasi yang mendapatkan terapi ACEi gunakan ACEi
serta memenuhi kriteria inklusi dan Berdasarkan jenis kelamin, pasien
eksklusi. Subjek di follow up 1 kali dalam yang mendapatkan terapi Angiotensin
1 minggu selama 1 bulan. Follow up Converting Enzyme inhibitor (ACEi)
dilakukan dengan cara wawancara terdiri dari 49,07% pasien wanita dan
terstruktur. Data kejadian batuk kering 50,93% pasien pria. Penurunan elastisitas
yang didapatkan dievaluasi menggunakan pembuluh darah arteri terjadi baik pada
Skala Naranjo dan hasilnya dianalisis pria maupun wanita. Penurunan elastisitas
secara statistika. pembuluh darah arteri pada wanita ditekan
Penelitian dilakukan di RSUD oleh kondisi hormonal selama masa
Cengkareng dan RSUD Tarakan pada reproduktif. Dalam masa menjelang
bulan Januari sampai Juli 2014. Teknik menopause terjadi penurunan elastisitas
pengambilan subjek yang dilakukan adalah pembuluh darah arteri yang kemudian
consecutive sampling. Penelitian ini berkonstribusi pada kejadian hipertensi
menilai risiko variabel bebas (independent) sistolik dan gagal jantung.10
yaitu penggunan obat golongan ACEi Kisaran usia pasien yang menjadi
terhadap variabel terikat (dependent) yaitu subjek penelitian antara 24 – 81 tahun
kejadian batuk kering dan variabel perancu yang terdiri dari 50 (46,30%) pasien lansia
meliputi usia, jenis kelamin, suku bangsa, dan 58 (53,70%) pasien bukan lansia.
IMT, komorbiditas, dosis obat dan lama Penggolongan kategori berdasarkan
penggunaan. Undang-Undang Republik Indonesia
Penelitian telah mendapatkan per- Tahun 1998 No.30 Tentang Kesejahteraan
setujuan dari komisi etik RSUD Lansia yaitu yang termasuk dalam
Cengkareng dan RSUD Tarakan serta. kelompok lansia adalah pasien berumur ≥
Surat keterangan lolos kaji etik (ethical 60 tahun. Prevalensi hipertensi
approval) Nomor 176/H2.F1/ETIK/2014 dipengaruhi secara kuat oleh faktor usia.
dari Komite Etik Penelitian Kesehatan Peningkatan tekanan darah diastolik terjadi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia pada penduduk berusia < 50 tahun,
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sedangkan seiring pertambahan usia
(FKUI RSCM) sebagai salah satu cenderung terjadi peningkatan tekanan
persyaratan sebelum dilakukan penelitian darah sistolik akibat kondisi pembuluh
di RSUD Tarakan. Pengumpulan data darah arteri yang kurang elastis.11
akhir dilakukan menggunakan kuesioner Berdasarkan karakteristik suku bangsa
yang sama dengan pengumpulan data pasien, suku bangsa terbanyak pada
awal. Analisis data terdiri dari analisis penelitian ini adalah Betawi (31,48%) dan
univariat dan bivariat. Analisis univariat Jawa (26,85%) karena penelitian dilakukan
dilakukan untuk mendapatkan distribusi di daerah Jakarta dengan mayoritas
frekuensi karakteristik pasien. Analisis penduduk bersuku bangsa Betawi.
bivariat dilakukan menggunakan uji Chi Pengelompokan suku bangsa pada
Square. penelitian ini didasarkan atas suku bangsa
orang tua (ayah dan ibu) pasien. Kelompok
HASIL DAN PEMBAHASAN suku bangsa “Lain-lain” terdiri dari
Selama periode penelitian didapatkan kelompok etnis Tionghoa, suku bangsa
sejumlah 174 subjek pasien, sebanyak 24 Padang, Bugis, Aceh, Bima, Kupang, dan
Campuran.
pasien tereksklusi dalam masa follow up.
Berdasarkan pemilihan secara random,

115
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2015;5(2):113-122

Berdasarkan IMT, didapatkan 34,26% mengurangi bias pada wawancara


pasien kategori obese dan 65,74% bukan terstruktur. Penggunaan kaptopril sebagai
obese. Kriteria yang digunakan pada agen ACEi yang pertama kali ditemukan
penelitian ini adalah kriteria untuk telah mengalami penurunan. Durasi
populasi Asia. Kriteria IMT untuk penggunaan kaptopril yang lebih pendek
populasi Asia terdiri dari 4 kategori, yaitu dibanding obat golongan ACEi lainnya
underweight dengan nilai < 18 kg/m2, mengakibatkan frekuensi penggunaannya
normal dengan nilai 18–22,9 kg/m2, berkisar antara 2 – 3 kali/hari, sedangkan
overweight dengan nilai 23 – 24,9 kg/m2, lisinopril dan ramipril dapat digunakan
dan obese dengan nilai ≥ 25 kg/m2.12 dalam dosis tunggal karena memiliki
Data penelitian menunjukkan bahwa durasi panjang yaitu 24 jam. Terdapat
92,59% pasien memiliki komorbiditas dan beberapa efek samping kaptopril yang
7,41% pasien tidak memiliki komorbiditas berbeda dengan ramipril dan lisinopril.
(tanpa penyakit penyerta). Penyakit Penggunaan kaptopril pada dosis tinggi
penyerta yang sering ditemui pada subjek dapat mengakibatkan hilangnya rasa,
penelitian yaitu chronic heart failure neutropenia, proteinuria, lesi oral, dan
(CHF), diabetes melitus (DM) tipe 2, scalded mouth syndrome.13 Kaptopril
stroke, chronic kidney disease (CKD), dan merupakan agen ACEi pertama, tersedia
hypertension heart disease (HHD). dalam bentuk generik dan memiliki harga
Hipertensi berkonstribusi pada penyakit yang relatif lebih murah dibandingkan
gagal jantung, miokardial iskemik, stroke, lainnya, sehingga pemberian kaptopril
retinopati, gagal ginjal, dan berbagai masih memiliki persentase yang besar
penyakit lainnya.13 pada awal penggunaan atau penggunaan ≤
Berdasarkan dosis pemakaian ACEi, 1 bulan.
didapatkan sebesar 54,63% pasien
Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki
mendapatkan terapi ACEi dosis rendah
(ROTD)
dan 45,37% dosis tinggi. Dosis rendah
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan
kaptopril, lisinopril dan ramipril
kepada 30 subjek yang menggunakan
ditentukan berdasarkan dosis minimum ACEi, baik dengan keluhan batuk maupun
harian yang digunakan pada pasien tanpa keluhan batuk. Berdasarkan uji
hipertensi. Dosis rendah kaptopril yaitu <
validitas, didapatkan nilai Pearson
50 mg/hari, sedangkan untuk dosis tinggi ≥ Correlation > r tabel (0,361) dan
50 mg/hari. Dosis rendah lisinopril dan Cronbach’s Alpha 0,910 atau > 0,6
ramipril yaitu ≤ 5 mg, sedangkan untuk
sehingga butir pertanyaan-pertanyaan
dosis tinggi > 5 mg.13,14 Dosis yang
dikatakan valid dan reliabel.
digunakan bervariasi pada setiap ACEi Berdasarkan analisis kejadian batuk
yang digunakan. Pemberian dosis ACEi kering terhadap 32 pasien dengan Skala
selain bergantung pada jenis ACEi yang
Naranjo, didapatkan 34,37% kategori
digunakan, juga bergantung pada jenis
kemungkinan ROTD, 62,50% kategori
penyakit penyerta dan adanya terapi kemungkinan besar ROTD dan 3,13%
kombinasi dengan obat lain. kategori pasti ROTD. Skor minimal yang
Persentase terbesar lama penggunaan
diterima sebagai kejadian batuk kering
ACEi pada penelitian ini adalah kelompok
pada penelitian ini adalah 5-8 yang
≤ 1 bulan (64,81%). Lama penggunaan termasuk dalam kategori kemungkinan
subjek penelitian dibatasi sampai dengan ≤ besar ROTD, sehingga diketahui terdapat
3 bulan karena batuk diketahui dapat
21 (19,44%) kejadian batuk kering akibat
timbul dalam waktu beberapa jam sampai
penggunaan ACEi. Distribusi kejadian
beberapa bulan setelah pemakaian ACEi.15 batuk kering berdasarkan skala Naranjo
Pembatasan lama penggunaan sebagai dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini.
kriteria inklusi ditujukan pula untuk

116
Resiko Penggunaan ACEi.....(Margareth CH, dkk)

Tabel 1. Distribusi analisis kejadian batuk kering berdasarkan Skala Naranjo pada pasien
yang menggunakan ACEi di RSUD Cengkareng dan RSUD Tarakan tahun 2014

Kelompok ACEi
Jumlah dan
Skala Naranjo Bukan
Kaptopril Persentase
Kaptopril
Skor 0 : Bukan ROTD (Doubtful 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
ADR)
Skor 1-4 : Kemungkinan ROTD 4 (36,36%) 7 (63,64%) 11 (34,37%)
(Possible ADR)
Skor 5-8 : Kemungkinan besar 12 (60%) 8 (40%) 20 (62,5%)
ROTD (Probable ADR)
Skor ≥ 9 : Pasti ROTD (Definite 1 (100%) 0 (0%) 1 (3,13%)
ADR)
Total 17 (53,12%) 15 (46,88%) 32 (100%)

masing kelompok yaitu 54 (50%) pasien


Karakteristik Pasien Menggunakan
pada kelompok kaptopril, 31 (28,70%)
ACEi dan Kejadian Batuk Kering
pasien pada kelompok lisinopril dan 23
Hubungan antara karakteristik pasien (21,30%) pasien pada kelompok ramipril.
dan kejadian batuk kering secara ringkas Persentase kejadian batuk kering akibat
dapat dilihat pada Tabel 2. Berdasarkan penggunaan ACEi lebih besar pada wanita
data penelitian, didapatkan subjek masing- yaitu 12 dari 53 (22,64%) pasien.
Tabel 2. Hubungan antara variabel perancu dan kejadian batuk kering pada pasien yang
menggunakan ACEi di RSUD Cengkareng dan RSUD Tarakan Jakarta tahun 2014
Batuk Kering Tidak Batuk
Variabel (%) Jumlah Jumlah P
(%) (%)
Subjek Subjek
Pria 50,93 9 42,86 46 52,87
Jenis Kelamin 0,410
Wanita 49,07 12 57,14 41 47,13
Usia Lansia 46,30 11 52,38 48 55,17
Bukan 53,70 10 47,62 39 44,83 0,533
Lansia
Suku bangsa Betawi 31,48 6 28,57 28 32,18
Sunda 9,26 2 9,52 8 9,20
Jawa 26,85 7 33,33 22 25,29 0,858
Batak 11,11 3 14,29 9 10,34
Lain-Lain 21,30 3 14,29 20 22,99
BMI Obese 34,26 11 52,38 26 29,89
0,051
Bukan Obese 65,74 10 47,62 61 70,11
Komorbiditas Ada 92,59 18 85,71 82 94,25
0,184
Tidak Ada 7,41 3 14,29 5 5,75
Dosis Rendah 54,63 11 52,38 48 55,17
0,818
Tinggi 45,37 10 47,62 39 44,83
Lama ≤ 1 bulan 64,81 17 80,96 53 60,92
Penggunaan 0,084
> 1 bulan 35,19 4 19,04 34 39,08
Total 100 21 100 87 100

117
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2015;5(2):113-122

Berdasarkan teori, umumnya wanita kejadian batuk kering akibat ACEi lebih
memiliki risiko lebih besar untuk signifikan terjadi pada subyek > 60 tahun.8
mengalami reaksi obat yang tidak Hasil pada penelitian ini menunjukkan
diinginkan (ROTD) dibanding pria. Risiko hasil serupa pada penelitian yang
tersebut dikaitkan dengan perbedaan dilakukan oleh Salami dan Katibi, yaitu
farmakokinetika, imunologi dan faktor kejadian batuk kering akibat ACEi tidak
hormonal.16 Hasil uji Chi Square berhubungan dengan faktor usia.17
menunjukkan nilai signifikansi (2-sided) Kejadian batuk kering akibat
sebesar 0,410 sehingga dapat diketahui penggunaan ACEi terjadi pada semua
tidak terdapat hubungan bermakna antara kategori suku bangsa. Hasil uji Chi Square
jenis kelamin dan kejadian batuk kering. menunjukkan nilai signifikansi (2-sided)
Penelitian sebelumnya yang dilakukan sebesar 0,858 atau tidak terdapat hubungan
oleh Salami dan Katibi pada 168 pasien bermakna antara suku bangsa dan kejadian
hipertensi yang mendapatkan ACEi batuk kering. Populasi Asia ataupun Kulit
menunjukkan kejadian batuk kering akibat Hitam dilaporkan memiliki peningkatan
penggunaan ACEi tidak berbeda secara risiko kejadian batuk kering akibat ACEi.
bermakna antara pria (9,5%) dan wanita Terdapat penelitian yang menyebutkan
(10,85%).17 Review yang dilakukan oleh insiden batuk kering pada pasien berkulit
Omboni dan Borghi terhadap data pada putih (Eropa) adalah 5 – 10%, sedangkan
studi open-label postmarketing dan pada populasi Cina insiden batuk kering
double-blind randomized terkait sampai dengan 50%.6,20 Meta-analisis yang
penggunaan zofenopril menunjukkan dilakukan oleh Nishio, Kashiki, Tachi-
bahwa kejadian batuk kering lebih bana, dan Kobayasi menunjukkan poli-
signifikan pada wanita (3,8%) dibanding morfisme ACE I/D dan reseptor bradikinin
pria (1,3%). Studi cross sectional yang B2 berhubungan dengan kejadian batuk
dilakukan oleh Azimi-vaghar dan kering akibat ACEi di wilayah Asia
Javadirad terhadap 877 pasien yang Tenggara.21
menggunakan kaptopril menunjukkan hasil Kejadian batuk kering akibat
serupa dengan Omboni dan Borghi.18 penggunaan ACEi didominasi pada pasien
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa dengan IMT obese yaitu 11 dari 37
batuk lebih sering terjadi pada wanita (29,73%) pasien. Hasil uji Chi Square
(18,3%) dibanding pria (12,44%) dan menunjukkan nilai signifikansi (2-sided)
secara signifikan pada wanita dalam sebesar 0,051 sehingga dapat diketahui
kelompok umur < 46 tahun. tidak terdapat hubungan bermakna antara
Kejadian batuk kering akibat IMT dan kejadian batuk kering. Penelitian
penggunaan ACEi terjadi pada 11 dari 50 yang dilakukan oleh Adams et.al
(22%) pasien lansia. Hasil uji Chi Square menyebutkan bahwa obesitas secara
menunjukkan nilai signifikansi (2-sided) signifikan berkaitan dengan batuk kering.
sebesar 0,533 sehingga dapat diketahui Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
tidak terdapat hubungan bermakna antara batuk kronis yang disertai dengan
usia dan kejadian batuk kering. Studi cross gangguan kualitas hidup dan kesehatan
sectional yang dilakukan oleh mental, perlu ditambahkan sebagai
Azimivaghar dan Javadirad menunjukkan morbiditas pada populasi obese.22
bahwa insiden batuk akibat kaptopril Kejadian batuk kering akibat
mengalami penurunan seiring pertambahan penggunaan ACEi didominasi oleh
usia.19 Meta-analisis yang dilakukan oleh kelompok dengan komorbiditas yaitu 18
Li et al. terkait hubungan polimorfisme dari 100 pasien (18%). Hasil uji mutlak
ACE I/D dengan kejadian batuk kering Fisher menunjukkan nilai signifikansi (2-
akibat ACEi, menunjukkan hasil bahwa sided) sebesar 0,184 sehingga dapat
hubungan polimorfisme ACE I/D dan diketahui tidak terdapat hubungan

118
Resiko Penggunaan ACEi.....(Margareth CH, dkk)

bermakna antara komorbiditas dan menunjukkan nilai signifikansi (2-sided)


kejadian batuk kering. Pasien dengan gagal sebesar 0,084 sehingga dapat diketahui
jantung memiliki risiko batuk sebagai tidak terdapat hubungan bermakna antara
akibat kongesti paru. Manifestasi kongesti lama penggunaan dan kejadian batuk
pada gagal jantung yaitu orthopnea, kering. Interval waktu mulai dari terapi
paroxysmal nocturnal dyspnea (PND) dan hingga munculnya batuk kering sangat
batuk nokturnal.23 Pasien gagal jantung bervariasi. Umumnya, batuk timbul dalam
yang termasuk dalam penelitian ini adalah tahun pertama penggunaan, khususnya
pasien tanpa keluhan sesak dan tanpa dalam 6 minggu pertama.25 Onset
batasan aktivitas. Berdasarkan New York timbulnya batuk sejak pemakaian ACEi
Heart Association Classification of pada penelitian ini adalah 1 sampai 28
Chronic Heart Failure, pasien tersebut hari. Studi cross sectional yang dilakukan
termasuk dalam gagal jantung kelas I. Hal oleh Azimivaghar dan Javadirad.
tersebut dilakukan untuk menghindari menunjukkan bahwa batuk yang diinduksi
pengaruh kongesti paru pada pasien gagal akibat pemakaian kaptopril timbul dalam 1
jantung terhadap kejadian batuk kering minggu setelah penggunaan.19 Sebanyak
akibat ACEi. 19 pasien pada penelitian ini mengalami
Batuk yang diinduksi oleh gastroeso- batuk kering dalam waktu < 1 minggu
phageal reflux disease (GERD) merupakan sejak pemakaian ACEi.
salah satu penyebab batuk kronis dengan Hasil penelitian ini serupa dengan
tingkat kejadian 5-41% dengan penelitian Al-Youzbaki dan Mahmood
menstimulasi refleks batuk esophageal- terkait prevalensi batuk kering pada
bronchial.24 Pasien dengan GERD telah kaptopril, yaitu bahwa batuk tidak
dieksklusi sejak awal pengambilan data, berhubungan dengan jenis kelamin, usia,
sedangkan untuk pasien gastritis (inflamasi dosis, dan lama penggunaan.26 Penelitian
mukosa lambung) dengan keluhan perih di yang dilakukan oleh Woo dan Nicholls
perut tetap diambil sebagai subjek dalam juga menyebutkan bahwa kejadian batuk
penelitian ini. Pasien dengan diagnosa kering akibat kaptopril tidak berhubungan
yang berhubungan dengan gejala batuk dengan usia, jenis kelamin, diagnosa, dosis
seperti tuberkulosis, rhinitis, sinusitis, obat dan status merokok pasien pada
asma, alergi, dan penyakit pernapasan populasi Cina.27
lainnya telah dieksklusi dari awal karena
Risiko Penggunaan ACEi Terhadap
dapat mengganggu analisis kejadian batuk
Kejadian Batuk Kering
kering akibat ACEi.
Kejadian batuk kering akibat Berdasarkan sifat farmakokinetik
penggunaan ACEi terjadi pada 10 dari 49 ACEi, terdapat 3 kelas ACEi. Kelas I
pasien (20,41%) kelompok dosis tinggi. adalah kaptopril yang merupakan
Hasil uji Chi Square menunjukkan nilai komponen aktif. Kategori berikutnya
signifikansi (2-sided) sebesar 0,818 terdiri dari prodrug, misalnya enalapril
sehingga dapat diketahui tidak terdapat yang merupakan prototype yang akan aktif
hubungan bermakna antara dosis dan bila diubah menjadi diacid melalui
kejadian batuk kering. Berdasarkan teori, metabolisme oleh hati.28 Kategori terakhir
kejadian batuk kering akibat penggunaan merupakan kelas tersendiri yaitu lisinopril
ACEi tidak bergantung dosis. Terdapat yang bersifat larut air dan tidak
pula beberapa penelitian melaporkan dimetabolisme, serta diekskresi dalam
adanya perbaikan dengan penurunan kondisi tidak berubah oleh ginjal. Batuk
dosis.6 Kejadian batuk kering akibat yang diinduksi oleh penggunaan ACEi
penggunaan ACEi terjadi pada 17 dari 70 diakibatkan adanya peningkatan
pasien (24,28%) kelompok lama peng- sensitivitas batuk, pembentukan bradikinin
gunaan ≤ 1 bulan. Hasil uji Chi Square dan prostaglandin.13

119
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2015;5(2):113-122

Persentase kejadian batuk kering blocker 5,5%, dan diuretik 3,3%. Alasan
dalam kelompok ACEi yaitu 13 dari 54 utama terkait penghentian terapi ACEi
pasien (24,07%) pada kelompok kaptopril, adalah batuk.29 Penghentian dan
6 dari 31 pasien (19,35%) pada kelompok penggantian ACEi menjadi golongan
lisinopril dan 2 dari 23 pasien (8,69%) angiotensin receptor blocker (ARB)
pada kelompok ramipril. Distribusi seperti losartan, valsartan, irbesartan dan
kejadian batuk kering berdasarkan jenis candesartan atau calcium channel blocker
ACEi secara ringkas dapat dilihat pada (CCB) seperti amlodipin dilakukan pada
Tabel 3 di bawah ini. 11 dari 21 pasien yang mengalami batuk
Berdasarkan penelitian yang dilakukan kering. Berdasarkan hasil follow up, batuk
oleh Sani, Tata, Abdulganiyu, Jamilu, dan diketahui berangsur membaik dan hilang
Tom, ACEi merupakan golongan dalam waktu < 1 minggu setelah agen
antihipertensi dengan persentase ACEi dihentikan pada 11 pasien tersebut,
penghentian terapi yang paling tinggi yaitu sedangkan pada 10 pasien lainnya gejala
12%, disusul dengan CCB 8,9%, batuk kering masih dialami sampai dengan
adrenergic α-receptor blocker 6,2%, beta akhir masa follow up.
Tabel 3. Kejadian batuk kering pada kelompok kaptopril dan bukan kaptopril pada pasien
yang menggunakan ACEi di RSUD Cengkareng dan RSUD Tarakan tahun 2014

Kejadian Batuk Total P


Terjadi Tidak
Terjadi
Bukan 8 46 54
Kaptopril 14.8% 85.2% 100.0%
Jenis ACEi
13 41 54
Kaptopril 0,224
24.1% 75.9% 100.0%
21 87 108
Total
19.4% 80.6% 100.0%

Uji Chi Square dilakukan untuk pada penggunaan kaptopril, enalapril


mengetahui hubungan antara jenis ACEi 17,3%, fosinopril 14,7%, imidapril,
dan kejadian batuk kering. Hasil uji Chi perindopril dan quinapril sebesar 14,3%,
Square menunjukkan nilai sebesar 0,224 lisinopril 12,5% dan ramipril 8,3%.
atau p > 0,05 sehingga dapat diketahui Berdasarkan penelitian tersebut, disimpul-
bahwa tidak terdapat hubungan bermakna kan pula bahwa kejadian batuk kering
antara penggunaan ACEi pada kelompok timbul pada semua obat golongan ACEi.4
kaptopril, lisinopril dan ramipril terhadap Hasil penelitian ini serupa dengan hasil
kejadian batuk kering. Penelitian yang penelitian yang dilakukan oleh Salami dan
dilakukan oleh Sani, Tata, Abdulganiyu, Katibi, yaitu risiko kejadian batuk kering
Jamilu dan Tom, menunjukkan persentase tidak berhubungan bermakna dengan jenis
kejadian batuk tertinggi adalah kaptopril ACEi yang digunakan.17
47,7%, lisinopril 38,6%, dan ramipril 2,3% Terdapat variasi kejadian batuk kering
dengan total subjek penelitian sejumlah pada agen ACEi yang berbeda. Kejadian
88.29 Penelitian yang dilakukan oleh Amir, batuk kering pada ACEi generasi baru
Khan dan Tahir melibatkan sebanyak 500 ditemukan memiliki risiko yang lebih
pasien dengan penggunaan kaptopril, rendah pada beberapa penelitian. Obat
enalapril, fosinopril, lisinopril, perindopril, dalam golongan ACEi memiliki perbedaan
ramipril, imidapril, dan quinapril dengan dalam hal lipofilisitas, tissue-binding
hasil kejadian batuk kering sebesar 6,8% ACE, durasi aksi, waktu paruh, dan

120
Resiko Penggunaan ACEi.....(Margareth CH, dkk)

selektivitas terhadap bradykinin site.30 hubungan antara polimorfisme gen ACE


Zofenopril merupakan ACEi generasi dengan kejadian batuk kering akibat ACEi.
ketiga yang memiliki sifat lipofilisitas
tinggi (5 kali dibanding kaptopril). DAFTAR RUJUKAN
Berdasarkan beberapa studi, zofenopril
memiliki risiko kejadian batuk kering yang 1. WHO. A Global Brief On Hypertension:
Silent Killer, Global Public Health Crisis.
lebih rendah. Terdapat kemungkinan
Switzerland: WHO; 2013:9-15.
bahwa lipofilisitas zofenopril berhubungan 2. Rahajeng E, Tuminah S. Prevalensi Hi-
dengan rendahnya risiko batuk yang pertensi dan Determinannya di
ditimbulkan, namun belum terdapat Indonesia.MKI. 2009;59(12):580-7
evaluasi sistematik terhadap hal tersebut.18 3. Kemenkes RI. Penyakit Tidak Menular.
Penelitian eksperimental yang dilakukan Kementerian Kesehatan Republik
oleh Mutolo, Cinelli, Bongianni, Indonesia Semester II 2012. ISSN 2088-
Evangelista, dan Pantaleo menunjukkan 270X.
bahwa potensi kejadian batuk kering 4. Amir M, Khan B, Tahir M. Incidence of
akibat zofenopril sama dengan losartan Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
dan lebih rendah dibandingkan lisinopril Induce Cough. Professional Med J.
2005;12(4):435-9.
dan ramipril.31
5. James PA, Oparil S, Carter BL, Cushman
WC, Himmelfarb CD, Handler J, et al.
KESIMPULAN Evidence-Based Guideline For The
Kejadian batuk kering akibat Management of High Blood Pressure in
penggunaan ACEi terjadi pada 19,44% Adults: Report From The Panel Members
subjek penelitian. Persentase terbesar Appointed To The Eighth Joint National
Committee (JNC 8). JAMA. 2013.
karakteristik pasien yang mendapatkan
6. Zamora SG, Parodi R. Cough and
ACEi di RSUD Cengkareng Jakarta Barat Angioedema in Patients Receiving
dan RSUD Tarakan Jakarta Pusat adalah Angiotensin-Converting Enzyme
kelompok pria, bukan lansia, suku bangsa Inhibitors. Are They Always Attributable
Betawi, bukan obese, dengan to Medication? Argent Cardiol.
komorbiditas, dosis rendah, dan lama 2011;79:157-63.
penggunaan ≤ 1 bulan. Tidak ada 7. Prasad BG, Kumar VR, Ram VR,
hubungan bermakna antara variabel Mohanta GP, Manna PK. A Study of
perancu (umur, jenis kelamin, suku Adverse Drug Reactions Due To
bangsa, komorbiditas, BMI, dosis obat, Antihypertensive Drugs in a Tertiary Care
lama penggunaan obat) dan kejadian batuk Teaching Hospital. IJPLS. 2011;
2(5):767-72.
kering akibat penggunaan ACEi. Risiko
8. Li FY, Zhu M, Liu F, Xiao CS, Bian YF,
penggunaan obat golongan ACEi kaptopril Li H, et.al. Angiotensin-Converting
terhadap kejadian batuk kering dibanding Enzyme (ACE) Gene Insertion/Deletion
dengan lisinopril dan ramipril tidak Polymorphism and ACE Inhibitor-
berbeda bermakna. Related Cough: A Meta-Analysis. PLos
ONE. 2012; 7(6):373-96.
SARAN 9. Aziza L, Sja’bani M, Haryana SM,
Soesatyo M, Sadewam AH. Hubungan
Pengambilan subjek kelompok Polimorfisme Gen Angiotensin-
kaptopril dapat dilakukan di puskesmas Converting Enzyme Insersi/Delesi dengan
untuk mendapatkan jumlah subjek yang Hipertensi pada Penduduk Mlati, Sleman,
lebih besar sehingga didapatkan subjek Yogyakarta, Indonesia. MKI. 2010;
yang bervariasi dan mampu mewakili 60(4):156-62.
populasi penelitian. Perlu dilakukan pula 10. Rossi P, Francès Y, Kingwell BA,
pengkajian terhadap polimorfisme gen Ahimastos AA. Gender Differences in
ACE untuk mengevaluasi secara langsung Artery Wall Biomechanical Properties

121
Jurnal Kefarmasian Indonesia. 2015;5(2):113-122

Throughout Life. J Hypertens. 22. Adams RJ, Appleton SL, Wilson DH,
2011;29:1023–33. Taylor AW, Ruffin RE. Association of
11. NHS. Hypertension. Clinical Mana- Physical and Mental Health Problems
gement of Primary Hypertension in With Chronic Cough in a Representative
Adults. London: National Institute for Population Cohort. Cough. 2009;5(10):1-
Health and Clinical Excellence. 2011;5. 9.
12. Low S, Chin MC, Ma S, Heng DM, 23. Chatterjee NA, Fifer MA. Heart Failure.
Deurenberg Y. Rationale for Redefining Pathophysiology of Heart Disease 5th
Obesity in Asians. AAMS. 2009;38:66- Edition. Philadelphia: Wolters Kluwer;
74. 2011.
13. Opie LH, Pfeffer MA. Inhibitors of 24. Irwin RS. Chronic Cough Due to
Angiotensin-Converting Enzyme, Angio- Gastroesophagel Reflux Disease: ACCP
tensin II Receptor, Aldosterone, and Evidence-Based Clinical Practice
Renin. Drugs For The Heart 7th Guidelines. Chest. 2006;129:80-94.
Edition.Philadelphia: Saunders; 2009. 25. Tumanan-Mendoza BA, Dans AL,
14. Lacy CF, Amstrong LL, Goldman MP, Villacin LL, Mendoza VL, Rellama-
Lance LL. Drug Information Handbook Black S, Bartolome M, et al. Dechallenge
20th Edition. Amerika Utara: Lexi-Comp; and Rechallenge Method Showed
2011. Different Incidences of Cough Among
15. Dicpinigaitis PV. Angiotensin-Converting Four ACE-Is. J Clin Epidemiol.
Enzyme Inhibitor Induced Cough: ACCP 2007;60:547-53.
Evidence Based Clinical Practice 26. Al-Youzbaki WB, Mahmood IH.
Guidelines. Chest. 2006;129:169-73. Prevalence of Captopril Induced Cough in
16. Walker R, Whitlesea C. Clinical Mosul Hypertensive. Iraqi J Comm Med.
Pharmacy and Therapeutics 4th Edition; 2006;2:225-7.
2007. 27. Woo KS, Nicholls MG. High Prevalence
17. Salami AK, Katibi IK. Angiotensin of Persistent Cough Wish Angiotensin
Converting Enzyme- Inhibitors Converting Enzyme Inhibitor in Chinese.
Associated Cough: A Prospective Br J Clin Pharmacol. 1995;40:141-4.
Evaluation in Hypertensives. 28. Rajeev K, Ramji S, Khemraj B, Ram KR,
Annalsafrmed. 2005;4(3):118-21. Arun K, Atul B. Modern Development in
18. Omboni S, Borghi C. Zofenopril and ACE inhibitors. DPL. 2010;2(3),388-419.
Incidence of Cough: A Review of 29. Sani Y, Tata F, Abdulganiyu G, Jamilu
Published and Unpublished Data. Ther M, Tom MG. Evaluation of The Relative
Clin Risk Manag. 2011;7:459-71. Incidence of Adverse Effects Leading to
19. Azimivaghar J, Javadirad E. Incidence of Treatment Discontinuation of
Captopril-Induced Cough in Newly Recommended Antihypertensive Drugs.
Diagnosed Hypertensive Patients: IRJP. 2013;4(6),58-61.
Incidence in an Outpatient Medical Clinic 30. Dinicolantonio JJ, Lavie CJ, O’Keefe JH.
Population in Iran in 2011-2012. JCTM. Not All Angiotensin-Converting Enzyme
2014;2(3):193-97. Inhibitors Are Equal: Focus on Ramipril
20. Singh H, Marrs JC. Heart Failure. Koda- and Perindopril. PMJ. 2013; 125:1941-
Kimble & Young Applied Therapeutics 9260:1-15.
The Clinical Use of Drugs Tenth Edition. 31. Mutolo D, Cinelli E, Bongianni F,
USA: Lippincott Williams & Wilkins; Evangelista S, Pantaleo T. Comparison
2013. Between The Effect of Lisinopril and
21. Nishio K, Kashiki S, Tachibana H, Losartan on The Cough Reflex in
Kobayashi Y. Angiotensin-Converting Anesthetizied and Awake Rabbits. JPP.
Enzyme and Bradykinin Gene 2013;64(2):201-10.
Polymorphisms and Cough: A Meta-
Analysis. WJC. 2011;3(10):329-36.

122

Anda mungkin juga menyukai