Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

BIOGRAFI IMAM HANAFY

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ushul Fiqh

Disusun oleh :
Dinda Maulida Sugesta (11836047) Hanifatul Kullataeni (11836042)

Yulis Diawati (11836071) Uswatun Khasanah (11836078)

Siti Daffa Azzahra (11836057) Syafika Alifia (11836067)

Wahyu Ramadiska ( 11736070) Hazizah (11836076)


Zulkipli Maulana (11836045)

Dosen pengampu : AL Fakhri Zakirman, LC., M.A.

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
2018
Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirrahim

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya kepada
kita, shalawat serta salam kita haturkan kepada junjungan nabi besar kita Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat yang senantiasa menuntun kita dari
zaman kegelapan hingga zaman terang benderang.

Dengan pertololongan dan hidayah-Nya, makalah ini dapat diselesaikan.


Disusunnya makalah ini ialah sebagai salah satu materi tugas yang ditempu oleh
setiap mahasiswa dalam melaksanakan studi di tingkat perkuliahan.

Adapun judul makalah ini mengenai Imam Hanafy. Dalam proses


penyusunan makalah ini, kami haturkan terimakasih dan penuh rasa hormat kepada:
Bapak AL Fakhri Zakirman, LC., M.A. sebagai dosen pengampu mata kuliah
Ushul Fiqh.

Kami selaku penyusun makalah memohon maaf apabila ada kesalahan


dalam membuat makalah ini, oleh karena itu kami senantiasa menerima apabila ada
kritik dan saran. Mudah-mudahan makalah sederhana ini dapat bermanfaat untuk
kita semua.

Pontianak, 15 Maret 2019

Penyusun

ii
Daftar Isi

Halaman Judul........................................................................ i
Kata Pengantar ....................................................................... ii
Daftar Isi................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................... 2
C. Tujuan Masalah ............................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................... 3
A. Bigorafi Imam Hanafy .................................................... 3
B. Karangan Kitab Imam Hanafy ........................................ 7
C. Penybaran Mazhab Imam Hanafy ................................... 8
BAB III PENUTUP ............................................................. 10
A. Kesimpulan ...................................................................... 10
B. Saran-saran ...................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ........................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kajian Ilmu Kalam banyak membahas mengenai Ketauhidan
(Ketuhanan), menyakini Tuhan yang Esa, dan menyakini akan sifat-sifat-Nya.
Allah SWT berfirman yang artinya : “Allah tidak beranak dan tidak pula
diperanakan (3) dan tidak ada sesuatu yang sama dengan Dia (4)” (QS. Al
Ikhlash ayat 3-4). Terdapatjuga di dalam QS. Asy Syura ayat 7, QS. Al
Furqan ayat 59, QS. Al Fath ayat 10, dan masih banyak lagi ayat-ayat
yang membahas tentang dzat, sifat, asma, perbuatan, tuntunan dan hal-hal lain
yang berkenaan dengan eksistensi Tuhan. Adapun Hadits Nabi SAW tentang
Ilmu Kalam yaitu hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA. ia
mengatakan bahwa Rasulullah bersabda, “Orang-orang Yahudi akan terpecah
belah menjadi tujuh puluh dua golongan, dan umatku akan terpecah menjadi
tujuh puluh golongan.”
Pada saat ini paham aliran Islam sudah mulai banyak bermunculan di
sekitar lingkungan kita yang terkadang dapat memicu pertikaian jika kita tidak
bijaksana dalam menyikapinya. Pasca Rasulullah SAW. wafat mulai banyak
aliran Islam yang bermunculan, dan itupun terus berlanjut
beserta dengan perkembangan yang dialami oleh masing-masing aliran
tersebut. Hingga pada masa modern pun aliran-aliran pemikiran Islam terus
berkembang dan bertambah.
Dalam makalah ini, kami memaparkan mengenai aliran Ilmu kalam
modern yang masih terasa perkembangannya saat ini. Fokus pembahasan kami
pada makalah ini adalah pemikiran kalam Muhammad Abduh dan Muhammad
Iqbal, dimana pemikiran mereka telah membawa perubahan bagi
perkembangan Islam dan tidak sedikit yang mengikutinya. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Aamiin…

1
B. Rumusan Masalah
Yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1. Bagaimana Biografi Imam Hanafy ?
2. Apa saja karangan kitab Imam Hanafy?
3. Bagaimana penyebaran mazhab Imam Hanafy?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui biografi imam hanafy.
2. Untuk mengetahui apa saja karangan kitab Imam Hanafy.
3. Untuk mengetahui penyebaran mazhab Imam Hanafy.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Biografi Imam Hanafy


1. Nama Imam Hanafy
Nama beliau yang sebenarnya dari mulai ia kecil ialah Nu’man
bin Tsabit bin zautha bin Mah. Imam Hanafy di lahirkan di kota Kufah
pada tahun 80 Hijriah (699 M). (K.H Moenawar Chalil ,1996 ;19)
2. Nama Guru
Orang yang pernah menjadi guru Imam Hanafy ialah Imam
Muhammad Al Baqir,Imam Adi bin Tsabit,Iimam Abdurahman bin
Harmaz,Imam Amr bin Dinar,Imam Manshur bin Mu’tamir,Imam
Syu’bahbin Hajjaj,Imam Ashim bin Abin Najwad,Imam Salamah bin
Kuhail,Imam Qatadah,Imam Rabi’ah in Abi Abdur Rahman dan lain-
lainnya daripada ulama Tabi’in dan Tabi’it Tabi’in.
3. Nama Murid
a. Imam Abu Yusuf,Yaqub bin Ibrahim Al-Anshary
Dilahirkan pada tahun 113. Beliau ini setelah dewasa lalu belajra
macam-macam ilmu pengetahuan yang bersangkut paut dengan
urusan keagamaan; kemudian belajar menghimpun atau
mengumpulkan hadist-hadist dari Nabi SAW. Yang diriwayatkan
dari Hisyam bin Urwah Asy Syaibany,Atha bin As Sa-ib dan
lainnya.
b. Imam Mummad bin Hasan bin Farqad Asy-Syai-bany,dilahirkan di
kota Irak pada tahun 132H. Beliau sejak kecil mula bertempat
tinggal di kota kufah,lalu pindah ke Baghdad dan berdiam di sana.
Dari sejak mudanya,beliau menuntut bermacam-macam ilmu
pengetahuan agama, dan mempelajari ilmu hadist; Kemudian
dengan perantaraan para ulama di Irak, beliau lalu belajar kepada
Imam Hanafy.

3
c. Imam Zafar bin Hudzail bin Qais Al Kufy,dilahirkan pada tahun 110
Hijriah. Pada mulanya ia menuntut ilmu Hadits, kemudian
mempelajari ilmu akala tau ra’yi. Ia dikenal salah satu murid iamam
Hanafi yang terkenal ahli Qiyas, tergolong terbaik pendapatnya dan
pandai tentang mengupas persoalan keagama serta ahli ibadat.
d. Imam Hasan bin Ziyad Al Luluy. Beliau ini adalah seorang murid
imam Hanafi yang terkenal dan pernah juga belajar kepada Imam
Ibnu Jurraj dan lain-lainnya.
4. Riwayat Hidup
Abu hanifah lahir dari keluarga pedagang. Ayahnya bernama
Tsabit, pedagang sutra yang masuk islam masa pemerintahan Khulafaur
Rasyidin. Kakek Abu Hanifah, Zuthi, adalah tawanan psaukan muslim
saat menaklukkan Irak. Setelahnya dibebaskan, Zuthi mendapatkan
hidayah dan masuk islam. Semasa hidupnya, Zuthi menjalin hubungan
baik dengan Ali bin Abi Thalib. Hubungan baik ini kemudian
diteruskan oleh anaknya, Tsabit. Bahkan dikisahkan Ali bin Abi Thalib
mendoa’akan keturunan Tsabit agar selalu diberkahi Allah SWT. Tidak
lama kemudian Abu Hanifah lahir. Dia tumbuh seperti halnya anak
kecil pada umumnya. Sejak kecil dia sudah menghafal Al-qur’an dan
menghabiskan waktunya untuk terus menerus mengulangi hafalan agar
tidak lupa. Pada bulan Ramadhan, Abu Hanifah bisa mengkhatamkan
Al-Qur’an berkat hafalannya. Abu Hanifah pada awalnya tidak terlalu
serius belajar agama. Belajar agama hanyalah samilan, bukan tujan
utamanya. Sebagian besar waktunya dihabiskan untuk berdagang.
Keseriusannya belajar agama timbul setelah bertemu Al-Sya’bi seorang
ulama besar. Al-Sya’bi menyarankan agar Abu Hanifah memperdalam
ilmu agama dan ikut halaqah (pengajian) para ulama. Akhirnya Abu
Hanifah pun mengikuti saran dari ulama tersebut. Dia menunjuk orang
lain untuk mengurusi dagangannya. Sesekali dia mengontrol dan
memastikan usahanya lancar. Sebagian besar hidupnya dihabiskan
untuk belajar dan menghadiri Halaqah ulama. Salah satu halaqah yang

4
sering dihadiri Abu Hanifah adalah Halaqah Hammad bin Abu
Sulaiman. Beliau adalah guru yang sangat berpengaruh dalam
kehidupan Abu Hanifah. Dia belajar selama 18 tahun kepada Hammad.
Setelah Hammad meninggal, Abu Hanifah diminta untuk mengisi
Halaqah keagamaan di Kuffah.
Sebelum islam datang, di Irak tradisi keilmuan sudah
berkembang dan peradabannya sudah mapan. Ada banyak sekolah dan
tempat diskusi, Filsafat termasuk salah satu disiplin keilmuan yang
cukup diminati kala itu. Maraknya kajian filsafat ini berdampak
terhadap berkembangnya kajian ilmu kalam (teologis) dalam islam.
Abu Hanifah pada mulanya memperdalam ilmu kalam. Beliau turut
meramaikan perdebatan teologis waktu itu. Kitab Fiqhul Akbar menjadi
bukti kepiawaian Abu Hanifah dalam ilmu kalam. Hingga akhirnya, dia
menyadari bahwa ilmu ini tidak ada manfaatnya dan tidak berdampak
terhadap generasi berikutnya. Dalam pandangan beliau fiqih adalah
ilmu yang paling bermanfaat dan sangat berguna bagi masyarakat.
Sejak itu, Abu Hanifah mulai memperdalam ilmu fiqih dan belajar
langsung kepada ulama yang ahli dibidang fiqih di Irak. Abu Hanifah
termasuk ulama yang terbuka, Dia mau belajar dengan siapapun.
Sejarah menunjukkan bahwa beliau pernah belajar dengan tokoh
Mu’tazilah dan Syi’ah. Meskipun demikian, Abu Hanifah tidah fanatic
dengan pemikiran gurunya. Keterbukaan Abu Hanifah terhadap
berbagai macam aliran ini tidak lepas karena pengaruh kondisi sosial
keagamaan yang mengitari hidupnya. Beliau hidup ditengah
masyarakat yang plural dan beragam. Karena sudah terbiasa hidup
dengan kelompok yang berbeda, Abu Hanifah selalu berpesan kepada
murid-muridnya agar selalu menjaga tutur kata ketika berhadapan
dengan masyarakat terutama orang yang berilmu.
Abu Hanifah termasuk salah satu ulama yang tidak mau
menerima bantuan dari pemerintah. Seluruh biaya hidupnya ditanggung
sendiri dan diperoleh dari hasil usaha dagangnya. Hal inilah yang

5
membedakan Abu hanifah dengan Malik bin Anas, pendiri Mazhab
Maliki yang biaya hidupnya ditanggung oleh baitul mal. Abu Hanifah
pernah hidup dalam dua kekuasaan dinasti Islam terbesar, Umawiyah
dan Abasiyah. Beliau memiliki pengalaman hidup dibawah kekuasaan
Imawiyah selama 5 tahum dan 18 tahun dengan Abasiyah. Saat Bani
Umawiyah menguasai Irak Abu Hanifah pernah ditawari jabatan hakim
ole Ibnu Hubayrah, penguasa Irak saat itu. Tapi Abu Hanifah menolak.
Ibnu Hubayrah tetap memaksa Abu Hanifah dan mengancam jika tidak
dipenuhi keinginannya. Abu Hanifat tetap pada pendiriannya, sehingga
dia dihukum cambuk dan dipenjarakan. Karena kekuatan pendirian Abu
Hanifah, bekas cambukan itu tidak membuat hatinya luntur dan sedih,
malahan tukang cambuknya letih sendiri dan merasa kasihan melihat
kondisi Abu Hanifah. Tidak lama setelah itu Abu Hanifah dibebaskan.
Setelah dinasti Umawiyah digantikan dengan Abasiyah, penguasa
Abasiyah menawarkan jabatan yang sama kepada Abu Hanifah.
Khalifah Abu Ja’fah langsung menemui dan memintanya menjadi
hakim. Abu Hanifah tetap seperti semula. Dia menolak jabatan itu. Ab
Ja’far pun marah dan menghukum Abu Hanifah. Dia dipenjara dan
dicambuk berkali-kali. Kondisi Abu Hanifah makin lama makin
menyedihkan. Dia dikeluarkan dari penjara dan dilarang untuk
mengajar dan berfatwa. Tidak lama setrlah dikeluarkan dari penjara,
Abu Hanifah dipanggil Sang Pencipta. Abu Hanifah meninggal pada
tahun 150 H. Ribuan orang mengantarkan Abu Hanifah ke
peristirahatan terakhirnya.
5. Tahun Dan Tempat Wafat
Sepanjang riwayat yang boleh di percaya, bahwa beliau ketika
telah merasa bahwa dirinya akan sampai ke ajalnya,lalu beliau bersujud
kepada ALLAH,seketika itu wafatlah beliau dalam beersujud dengan
khusyu’nya.
Beliau wafat pda bulan Rjab tahun 150 Hijriah (767 M), dengan
tidak meninggalkan keturunan selain daripada seorang anak lelaki yang

6
bernama Hammad. Dan pada tahun itu juga menurut riwayat lahir yang
mulia Imam Asy Syafi’iy.

Jenazah beliau di makamkan di tempat qubur Al-Khaizaran di kota


Baghdad.

B. Karangan Kitab Imam Hanafy


Menurut riwayat, bahwa para ulama Hanafiyah (yang bermadzhab
Hanafy)telah membagi masalah-masalah “Fiqih” bagi madzhab beliau ada
tiga tiga bagian atau tingkatan, yakni: Tingkatan pertama dinamakan
“Masa-ilul-ushul”, tingkatan kedua dinamakan “Masa-ilu-nawadir”, dan
tingkatan ketiga dinamakan “Al-Fatawa wal Waqi’at”.
Yang dinamakan dengan “Masa-ilul-ushul” itu kitabnya dinamakan
“Dlahirur-Riwayah”. Kitab ini berisi masalah-masalah yang diriwayatkan
dari Imam Hanafy dan sahabat-sahabatnya yang terkenal, seperti Imam Abu
Yusuf dan lain-lainya. Tetapi dalam kitab ini berisi masalah-masalah
keagamaan, yang sesudah dikatakan, dikupas, dan ditetapkan oleh beliau,
kemudian dicampur dengan perkataan-perkataan atau pendapat-
pendapatdari para sahabat beliau yang terkenal tadi. Imam Muhammad bin
Hasan Abu Yusuf menghimpun “Masa-ilul-Ushul” itu kedalam enam kitab
“Dlahirur Riwayah” yang mana ialah 1. Kitab “Al-Mabsuth”, 2. Kitab “Al-
Jami’ush-Shaghir”, 3. Kitab “Al Jami’ul-Kabir”, 4. Kitab “As-Sairush-
Shaghier”, 5. Kitab “As-Sairul-Kabir”, 6. Kitab “Az-Ziyadat”. Sebabnya
dinamakan “Dlahirur Riwayah”, karena masalah-masalah yang
diriwayatkan itu dari Imam Muhammad Hasan dengan riwayat-riwayat
yang kepercayaan yang berbeda dengan “Masailun-Nawadir”. Tentang
keadaan enam macam kitab itu, pada masa permulaan abad IV Hijriyah
telah dihimpun dan disusun menjadi satu oleh Imam Abdul Fadhl.
Yang dinamakan dengan “Masa-ilun-Nawadir” ialah yang
diriwayatkan dari Imam Hanafy dan para sahabat beliau dalam kitab lain

7
ialah seperti “Haruniyyat” dan “Jurjaniyyat” dan “Kaisaniyyat” bagi Imam
Muhammad bin Hasan dan kitab “Al-Mujarad” bagi Imam Hasan bin
Ziyad”. Adapun yang dinamakan dengan “Al Fatawa wal-Waqi’at” Ialah
yang berisi masalah-masalah keagamaan yang dari istinbathnya para ulama
mujtahid yang bermazhab Imam Hanafy yang datang kemudian, pada waktu
mereka ditanyai tentang masalah-masalah hukum-hukum keagamaan,
padahal mereka tidak dapat menjawabnya, lantaran dalam kitab-kitab
mazhabnya yang terdahulu tidak didapati keterangannya, maka mereka lalu
berijtihad guna menjawabnya. Dan tentang keadaan kitab “Al-Fatawa wal-
Waqi’at” yang pertama kali ialah kitab “An-Nawazil”, yang dihimpun oleh
Imam Abdul Laits A Samarqandy, wafat pada tahun 375 hijriyah.

C. Penyebaran Mazhab Imam Hanafy


Saat ini,mazhab Hanafy menjadi mazhab yang dominan di beberapa
negeri mayoritas Muslim. Christie S. Warren mencatat bahwa Mazhab
Hanafy banyak di anut di Yordania, Lebonan, Pakistan, Suriah, Turki, Uni
Emirat arab, Bangladesh, Mesir, India, dan Irak. Konstitisi Afghanistan
banyak merujuk kepda fatwa-fatwa Mazhab Hanafy. Pengaruh Mazhab
Hanafy dapat dilihat dalam sejumlah praktik masyarakat di negara-negara
yang mengikuti azhab tersebut. Salah satu praktik ibadah yang didasarkan
kepada mazhab Hanafy adalah azan yang digunakan disebagian masjid di
India dan Afghanistan. Praktik ibadah lain yang didasarkan pada Mazhab
Hanafy adalah cara berwudhu dengan cara duduk di tempat tinggi seperti
bangku. Di tempat wudhu di masjid-masjid Turki, negara yang banyak
ditemukan penganut mazhab Hanafy disediakan bangku duduk di depan
kran-kran wudhu. Hal ini karena mazhab Hanafy, sebagaimana juga fatwa
dalam mazhab Maliki, sangat dianjurkan duduk di tempat agak tinggi (Al-
jaulus fi makanin murtafi’in) saat berwudhu. Tujuannya untuk menghindari
percikan air bekas wudhu yang menurut sebagian pendapat najis.

8
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai