Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN KASUS PORTOFOLIO

Asma Bronkhial

Disusun Untuk Memenuhi


Persyaratan Dokter Internsip

Disusun Oleh :
dr. Raihan

Pembimbing
dr. Muh. Al Asyhar

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KASUS PORTOFOLIO

Asma Bronkhial

Karanganyar, November 2018

Mengetahui :

dr. Muh. Al Ashyar


Berita Acara Presentasi Portofolio

Pada hari..........,tanggal................2018 telah dipresentasikan portofolio oleh:


Nama Peserta : dr Raihan
Judul/Topik : Asma Bronkhial
Pendamping : dr Muhammad Al Asyhar
Wahana : RSUD Karanganyar

No Nama Tandatangan
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
7 7
8 8
9 9
10 10

Berita acara ini ditulis dan disampaikan dengan sesungguhnya.

Pendamping,

dr. Muhammad Al Asyhar


NIP. 19711016200501 1 008

BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG

Asma bronkial adalah penyakit saluran pernapasan dengan ciri-ciri saluran pernapasan
tersebut akan bersifat hipersensitif (kepekaan yang luar biasa) atau hiperaktif (bereaksi yang
berlebihan) terhadap bermacam-macam rangsangan, yang ditandai dengan timbulnya
penyempitan saluran pernapasan bagian bawah secara luas, yang dapat berubah derajat
penyempitannya menjadi normal kembali secara spontan dengan atau tanpa pengobatan. Sejak
dua dekade terakhir, dilaporkan bahwa prevalens asma meningkat pada anak
maupun dewasa. Prevalens total asma di dunia diperkirakan 7,2% (6% dewasa dan
10% pada anak).
Prevalens tersebut sangat bervariasi. Terdapat perbedaan prevelens antara
negara bagian dan bahkan perbedaan juga didapat antar daerah di dalam suatu
negara. Di Indonesia dalam dekade terakhir ini prevalensi asma bronkial
cenderung meningkat, sehingga masalah penanggulangan asma menjadi masalah
yang menarik. Pada saat ini tersedia banyak jenis obat asma yang dapat diperoleh
di Indonesia, tetapi hal ini tidak mengurangi jumlah penderita asma. Beberapa
negara melaporkan terjadinya peningkatan morbiditas dan mortalitas penderita
asma. Hal ini antara lain disebabkan karena kurang tepatnya penatalaksanaan atau
kepatuhan penderita Bertambahnya pengetahuan dalam patogenesis asma
mempunyai dampak positif terhadap penatalaksanaan asma. Ketika asma dianggap
hanya sebagai suatu penyakit alergi, antihistamin dan kortikosteroid merupakan
obat yang selalu digunakan dalam penatalaksanaan asma. Saat ini telah ditemukan
konsep baru patogenesis asma bronkial sehingga mempengaruhi pola pengobatan
asma.
Penyebab Asma masih belum jelas, diduga yang memegang peranan utama
ialah reaksi berlebihan dari trakea dan bronkus (hiperaktivitas bronkus).
Hiperaktivitas bronkus ini belum diketahui dengan jelas penyebabnya. Diduga
karena adanya hambatan sebagian adregenik, kurangnya enzim adenilklase dan
meningginya tonus sistem parasimpatik. Keadaan demikian menyebabkan mudah
terjadinya kelebihan tonus parasimpatik kalau ada rangsangan sehingga terjadi
spasme bronkus. Banyak faktor yang turut menentukan derajat reaktivitas atau
iritablitas tersebut. Faktor genetik, biokimawi, saraf otonom, imunologis, infeksi,
endokrin, psikologis, dan lingkungan lainnya, dapat turut serta dalam proses
terjadinya manifestasi asma
.

BAB 2
LAPORAN KASUS
2.1 IDENTITAS PASIEN
Nama :Paiman
Umur :54 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Status : Kawin
Pekerjaan : Petani
Tanggal MRS : 30 Oktober 2018
Tanggal Pemeriksaan : 30 Oktober 2018

2.2 ANAMNESIS
Keluhan utama : Sesak Nafas
Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang dengan keluhan sesak nafas yang
dialami sejak ± 6 jam SMRS. Sesak dirasakan terus-menerus, menetap, semakin
lama semakin memberat, dan sesak disertai bunyi ngik-ngik. Nafas dirasakan
sangat berat. Keluhan disertai batuk berdahak bewarna putih, darah (-). Pilek (-),
demam (-), nyeri perut (-), muntah (-). Pasien lebih nyaman dengan duduk dan
masih dapat berbicara namun terbata-bata.
Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien mengatakan sudah dua kali dalam sebulan
mengalami hal seperti ini, namun serangan kali ini dirasakan sangat berat. Pasien
memiliki riwayat menderita hipertensi namun tidak rutin minum obat. Riwayat
Diabetes Mellitus (-).
Riwayat Penyakit dalam Keluarga :Tidak ada anggota keluarga yang memiliki
keluhan yang sama dengan pasien. Tidak ada anggota keluarga yang menderita
penyakit ginjal, hipertensi, jantung, asma, maupun diabetes mellitus.

Riwayat Sosial dan Personal Sehari-hari:Pasien berprofesi sebagai petani..


Pasien mengaku jarang meluangkan waktu secara khusus untuk berolahraga.
2.3 PEMERIKSAAN FISIK
a. Tanda-Tanda Vital:

Keadaan Umum : Kesan sakit sedang


Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4M6V5
VAS :6
Tekanan darah : 210/140 mmHg
Nadi : 121 x/menit
Respirasi : 38 x/menit
Suhu aksila : 37,9 0C
Sat O2 : 78%
Tinggi badan : 160 cm
Berat badan : 55 kg
BMI : 21,4

b. Pemeriksaan Umum:
Kepala : Normochepal
Mata :Konjungtiva palpebra inferior anemis (-/-), skelra ikterik (-/-), pupil
isokor (3mm/3mm), refleks cahaya langsung (+/+), refleks cahaya tidak langsung
(+/+)

THT :

Telinga : Tanda radang (-/-), pengeluaran sekret (-/-)


Hidung : Tanda radang (-/-), pengeluaran sekret (-/-)
Mulut : Dalam batas normal
Lidah : Atrofi papil (-/-), tremor (-/-)

Leher : tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening, tidak teraba


pembesaran kelenjar tiroid

Thorax:
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Simetris
Pernapasan kussmaul (-), penggunaan alat bantu
napas (-), barrel chest (-), jejas (-)
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor di seluruh Sonor di seluruh
lapang paru lapang paru
Batas paru-hepar :ICS
V linea midklavikula
kanan
Auskultasi Ekspirasi memanjang, Ekspirasi memanjang,
wheezing (+), Ronkhi wheezing (+), Ronkhi
(-) (-)

Cor :

Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat


Ictus cordis teraba di ICS V linea aksilaris
Palpasi
anterior kiri
Batas-batas jantung :
Atas : ICS III linea midklavikula kiri
Perkusi
Kanan : ICS IV linea parasternalis kanan
Kiri : ICS V linea aksilaris anterior kiri
BJ I > BJ II, reguler, tidak ada bising atau
Auskultasi
gallop S3

Abdomen :

Datar, skar (-), distensi (-), spidernevi (-), darm


Inspeksi
steifung (-), darm contour (-)
Hepar, lien dan renal tidak teraba, nyeri tekan
Palpasi
(-), undulasi (-), ballotemen (-)
Timpani, shifting dullness (-), nyeri ketok
Perkusi
costovertebrae (-)
Auskultasi Peristaltik usus (+) 3-5 kali/menit
Ekstremitas :
1. Ekstremitas Atas
Warna : sawo matang Jari tabuh: (-)
Edema : (-/-) Tremor: (-)
Sendi : nyeri (-/-) Deformitas : (-/-)
Suhu raba :N/N Kekuatan :5/5

2. Ekstremitas bawah

Warna : sawo matang,kering Jari tabuh: (-)


Edema : (-/-) Tremor: (-)
Sendi : nyeri (-/-) Deformitas : (-/-)
Suhu raba :N/N Kekuatan :5/5

1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG


1. Darah
Tgl 30-10-2018

Hemoglobin 14,4

Hematokrit 42.2

Eritrosit 4.52

Leukosit 14.80

Trombosit 233

MPV 8.3

PDW 16.3

MCV 93.5
1.5 ASSESSMENT
MCH 31.9
Asma Bronkhial Eksaserbasi Akut
MCHC 34.1

Neutrofil% 72.5 1.6 TERAPI

 Bed rest
Limfosit% 18.1
 IVFD RL 24 gtt/i
 O2 NRM
Monosit% 4.3  IV Ceftriakson 1 gram vial/12

Eosinofil% 4.5 jam


 IV Ranitidin 1 amp/12 jam
 IV Metilprednisolon 62.5 mg/12
Basofil% 0.6
jam
Neutrofil# 10.73  Nebul pulmicord / 8 jam
 Nebul fluxotide / 8 jam

Limfosit# 2.68
1.7 PROGNOSIS
Monosit# 0.63
Quo ad vitam : dubia et
Eosinofil# 0.66 bonam
Quo ad fuctionam : dubia
Basofil# 0.10
et malam
RDW 14.3 Quo ad sanactionam : dubia et
malam
RDW-SD 56.1

Glukosa Darah
138
Sewaktu

Ureum 30

Creatinin 1.24
BAB 3
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, dikatakan pasien menderita asma karena terdapat gejala
sesak disertai mengi yang memburuk secara progresif. Pasien telah mengalami
sesak sejak 6 jam SMRS. Sesak tidak membaik meskipun dengan istirahat.
Keluhan ini disertai batuk berlendir. Pada pasien ini ditegakkan diagnosis asma
bronkial eksaserbasi akut karena adanya episode perburukan yang progresif dari
gejala sesak napas, batuk, mengi, rasa dada tertekan, atau berbagai kombinasi dari
gejala tersebut. Pada serangan asma, gejala yang timbul bergantung pada derajat
serangannya.

Dalam kasus, pada pemeriksaan fisik ditemukan mengi/wheezing di kedua


lapangan paru serta laju frekuensi napas dan denyut nadi yang meningkat, yang
membuat pasien sulit tidur berbaring dan merasa paling nyaman dalam posisi
duduk. Hal ini sesuai dengan kriteria klasifikasi derajat asma persisten sedang
berdasarkan gambaran klinis. Pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya ekspirasi
memanjang dan whezing pada kedua lapangan paru.

Pemeriksaan fungsi paru, laboratoium dan rontgen perlu dilakukan untuk


menegakkan diagnosis. Fungsi faal paru berguna untuk mengetahui fungsi dasar
dari paru-paru pasien saat serangan maupun saat tidak mengalami serangan
sehingga lebih memudahkan diagnosis, sedangkan untuk pemeriksaan
laboratorium dan rontgen untuk mengetahui apakah terdapat infeksi sekunder pada
paru-paru pasien atau tidak berdasarkan gejala penyerta yang dimiliki pasien yaitu
batuk yang dialami oleh pasien.

Asma bronkial dicirikan sebagai suatu penyakit kesulitan bernapas, batuk,


dada sesak dan adanya wheezing episodik. Gejala asma dapat terjadi secara
spontan ataupun diperberat dengan pemicu yang berbeda antar pasien. Frekuensi
asma mungkin memburuk di malam hari oleh karena tonus bronkomotor dan
reaktifitas bronkus mencapai titik terendah antara jam 3-4 pagi, meningkatkan
gejala bronkokontriksi.

Pada pasien ini diberikan terapi O2 NRM, inj ceftriakson 1 gram vial/12
jam, inj metilprednisolon 62,5 mg/12 jam, nebul pulmicord / 8 jam, nebul
fluxotide / 8 jam. Hal ini sesuai dengan teori dimana terapi pengobatan asma
meliputi beberapa hal diantaranya yaitu menjaga saturasi oksigen arteri tetap
adekuat dengan oksigenasi, membebaskan obstruksi jalan napas dengan pemberian
bronkodilator inhalasi kerja cepat (2-agonis dan antikolinergik) dan mengurangi
inflamasi saluran napas serta mencegah kekambuhan dengan pemberian
kortikosteroid sistemik yang lebih awal.

Bila telah terjadi perbaikan klinis, nebulisasi dapat diteruskan hingga 24


jam. Kortikosteroid dapat diberikan peroral. Jika dalam 24 jam pasien tetap stabil,
pasien dapat dipulangkan dengan dibekali obat b- agonis (hirupan atau oral) atau
kombinasi dengan teofilin yang diberikan tiap 4-6 jam selama 24-48 jam.
Kortikosteroid dilanjutkan peroral hingga pasien kontrol ke Klinik Rawat Jalan
dalam 24-48 jam untuk reevaluasi tata laksana. Obat yang biasa digunakan sebagai
controller tetap diberikan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Koster ES, Raajimakers JA, Vijverberg SJ, Koendarman L,Postma DS,


Koppelman GH, van der Ent CK,Maitland-van der Zee AH:limited
agreement between current and long-term asthma control in children : the
Pacman chohort study.Pediatry Allergy Immunol 2011,22(8):776-783
2. Fiese,B.H.2008.Who took my hot sauce ? Regulating in the context of
family routines and rituals.Emotion regulation in couple and families :
pathways to dysfunction and health. I D.K.Snyder, J.A.Simpson,& J.N.
Hughes (Eds.)Emotical Regulation in couple and families: Pathway to
dysfunction and health(pp.269-290).Washington,DC:American
Psychological Assosiation.
3. Wyrwich KW,Ireland AM, Navaratnam P, Nolte H,Gates DF : An
assessment of change in asthma control among adolescents and adults with
persistent asthma in mometasone furoate/formoterol furmarate clinical
trial.J Asthma 2011,48:48-56
4. Diette GB, Sajjan SG, Skinner EA, Weiss TW,Wu AW,Markson LE: Using
the pediatric asthma therapy assessment questionnaire to measure asthma
control and healthcare utilization in children.Patient 2009,2(4):233-241.
5. Gandhi Pk ea. Exploring Factor Influencing Asthma Control and Asthma-
Specifik Health-Related quality of life among children. respiratory
research. 2013;(14:26).

Anda mungkin juga menyukai