PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
mengatur agar semua organ dapat bekerja secara serasi. System koordinasi itu
dari lingungan di luar tubuh hewan) dapat berupa sasuatu hewan. linitas
yang berasal dari dalam tubuh hewan (internal) dapat berupa suhu tubuh,
keasaman (pH) darah/cairan tubuh, kadar gula darah, dan kadar kalsium
tanggapan dengan baik, hewan harus memiliki alat untuk menerima rangsang
dan untuk menghasilkan tanggapan terhadap rangsang yang datang.. alat yang
sangat bertalian erat dengan system koordinasi yang di miliki oleh semua
mendeteksi rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dari dalam tubuh.
Organ indra kita adalah reseptor (penerima rangsang). Pada indra terdapat
jawaban terhadap impuls yang datang padanya. Efektor yang penting pada
pada sistem saraf pusat. GABA berperan penting dalam mengatur exitability
neuron melalui sistem saraf. Pada manusia, GABA juga bertanggung jawab
B. Tujuan
C. Rumusan Masalah
KAJIAN TEORI
A. Reseptor
sangat beragam, antara lain suhu, kadar garam, cahaya, kelembapan, dan
(reseptor) yang di miliki hewan juga beragam. Berarti reseptor pada hewan
adalah bagian dari sistem syaraf yang berperan sebagai penerima rangsangan
paling peka disebut rangsangan adekwat. Reseptor sering kali berada di dalam
suatu wadah yang terbuat dari sel-sel non syaraf, membentuk suatu organ
telah diidentifikasi.
potensial local. Dalam hal ini, potensial aksi tidak menjalar ke bagian lainnya.
Namun, jika rangsang yanjg di terima reseptor cukup kuat, potensial reseptor
yang timbul akan lebih besar, makin besar rangsang yang di terima, makin
besar pula potensial local yang di hasilkan, hingga dapat melampaui batas
ambang perangsangan pada membran. Apabila hal ini terjadi, potensial aksi
menjadi terbuka atau tertutup, akibat terjadinya deformasi mekanik pada pintu
ion tersebut.
sehingga jalan masuk ion dalam keadaan tertutup. Rangsang mekanik yang
Na+, ion tersebut akan berdifusi ke dalam sel. Hal ini meyebabkan
yang terjadi pada sel saraf. Supaya dapat memberikan tanggapan yang sesuai
timbul pada reseptor harus dijalarkan keseluruh bagian system saraf. Dengan
generator.
karena itu, jelas bahwa gejala adaptasi tonik pada reseptor nyeri sangat
menguntungkan hewan.
B. Reseptor GABA
pada sistem saraf pusat. GABA berperan penting dalam mengatur exitability
neuron melalui sistem saraf. Pada manusia, GABA juga bertanggung jawab
dibagi dalam dua jenis: GABAA dan GABAB. Reseptor GABAA membuka
PEMBAHASAN
A. Reseptor
yang mampu mendeteksi rasangan tertentu yang berasal dari luar atau dari
dalam tubuh. Pada hewan vertebrata, organ indranya merupakan reseptor atau
menjadi energi listrik dan menimbulkan potensial aksi. Ketika yang diterima
pindah ke membran sebelahnya lalu menuju ke sel saraf eferen. Selain pindah
ke membran sel saraf sebelahnya, potensial reseptor yang besar ini pula
mindah ke membran sel yang lainnya. Potensial reseptor yang besar ini dapat
memiliki pintu ion yang dapat terbuka dan tertutup yang dipengaruhi oleh
deportasi mekanik, yaitu perubahan bentuk protein penyusun pintu ion akibat
rangsang mekanik, misalnya sentuhan atau peningkatan tekanan sehimgga
bentuk fisik protein penyusun pintu ion berubah sedemikian rupa sehingga
pintu untuk ion tertentu akan terbuka. Adanya rangsangan dan tanggapan
yang memilki hubungan yang rumit dan erat tetapi menibulkan kekuatan
B. Reseptor GABA
pada sistem saraf pusat. GABA berperan penting dalam mengatur exitability
neuron melalui sistem saraf. Pada manusia, GABA juga bertanggung jawab
kejang, seperti pada pasien preeklamsi. Reseptor GABA dibagi dalam dua
jenis: GABAA dan GABAB. Reseptor GABAA membuka saluran florida dan
diantagonis oleh pikrotoksin dan bikukulin, yang keduanya dapat mnimbulkan
konvulsi umum.
Reseptor GABAB yang secara selektif dapat diaktifkan oleh obat anti
pascasinaps. Pada sebagian besar daerah otak IPSP terdiri atas komponen
saraf sirkuit local mensintesis GABA. Satu kelompok khusus saraf dari sirkuit
plasma pada proses pre dan post sinaps. Pengikatan ini menyebabkan
terbukanya saluran ion sehingga ion klorida yang bermuatan negatif masuk
kedalam sel dan ion kalium yang bermuatan positif keluar dari sel. Akibatnya
adalah lain dan terletak di subunit-γ. Reseptor GABAA terdiri dari beberapa
ligan, yaitu:
Kanal Cl-,
Sehingga aksinya nanti adalah depresi CNS. Si reseptor GABA ini unik, karena
dia memiliki banyak tempat untuk berikatan dengan berbagai zat. Sisi aktifnya
dengan senyawa lain disebut allosterik, antara lain terdapat benzodiazepin site,
barbiturat site, dan steroid site. Selain itu, etanol juga bisa berikatan di reseptor
GABA sehingga menyebabkan depresi CNS. Reseptor GABA ini terkait dengan
GABA lepas dari ujung saraf --> berikatan dengan reseptor GABA -->
depresi CNS yang terjadi juga lebih lama dan besar. Begitu juga mekanisme yang
terjadi pada obat golongan barbiturat. Contoh orang yang terkena epilepsy, karena
tidak ada yang menekan sistem sarafnya, akibatnya ketika terjadi aktivasi, respon
yang diberikan pun berlebihan sehingga terjadi konvulsan *kejang*. Terapi yang
GABA tidak hanya sebagai inhibitor di otak tetapi juga membantu dalam
melalui siklus krebs yaitu pada jaringan syaraf, di mana alpha ketoglutarat diubah
dengan bantuan enzim glutamic acid decarboxylase (GAD), dan didegradasi oleh
GABA. Karena tidak ada yang menekan sistem sarafnya, akibatnya ketika terjadi
aktivasi, respon yang diberikan pun berlebihan sehingga terjadi konvulsan atau
kejang. Terapi yang bisa diberikana salah satunya adalah dengan meningkatkan
pembukaan kanal Cl lebih lama, begitu pula mekanisme yang terjadi pada obat
golongan barbiturat.
berafinitas tinggi dari membran sel, yang terpisah tetapi dekat reseptor GABA.
Reseptor benzodiazepin terdapat hanya pada SSP dan lokasi nya sejajar dengan
sama akan meningkatkan afinitas terhadap sisi sisi ikatan nya tanpa perubahan
jumlah total sisi tersebut ]. Efek klinis berbagai benzodiazepin tergantung afinitas
ikatan obat masing-masing pada kompleks ikatan ion, yaitu kompleks GABA
Obat-obat yang bekerja untuk system saraf pusat (SSP) merupakan salah
secara luas sebagai zat farmakologi. Obat-obat SSP bekerja pada resptor
khusus yang mengatur transmisi sinaps dan merupakan alat paling penting
untuk mempelajari aspek fisiologi SSP mulai dari terjadinya bangkitan
meneruskan informasi elektrik dari sebuah neuron ke neuron lain atau sel
GABA sendiri akan menyebabkan pembukaan reseptor post sinaptik yaitu pada
reseptor GABA-A. Pembukaan tersebut akan menyebabkan ion Cl- masuk ke sel
dan terjadi hiperpolarisasi. Tapi saat dikasih obat seperti benzodiazepin maka
afinitas GABA ke reseptornya meningkat. Pembukaan kanal ion akan lebih sering
dan ion Cl- akan lebih sering masuk ke sel, akibatnya menimbulkan ngantuk.
Benzodiazepin
Pengertian
kali pada akhir tahun 1940-an dengan derivat pertama kali yang
monitorng anestesi.
Penggolongan Benzodiazepin
1) Long acting.
2) Short acting
berulang.
Lama kerjanya sangat kurang dari short acting. Hanya kurang dari
5,5 jam. Efek abstinensia lebih besar terjadi pada obat-obatan jenis ini.
sinaptik membran sel dan mendorong post sinaptik membran sel tidak
dapat dieksitasi.
BDZs tidak menggantikan GABA, yang mengikat pada alpha sub-
Farmakodinamik
golongan ini pada SSP dengan efek utama : sedasi, hypnosis, pengurangan
Hanya dua efek saja yang merupakan kerja golongan ini pada jaringan
Farmakokinetik
koefesien distribusi lemak : air yang tinggi; namun sifat lipofiliknya daoat
plasma dapat dicapai dalam waktu 0,5-8 jam. Kecuali lorazepam, absorbsi
kepada waktu paruhnya, dan tidak selalu sesuia dengan indikasi yang
akumulasi obat.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
utama pada sistem saraf pusat. GABA berperan penting dalam mengatur
Pembukaan tersebut akan menyebabkan ion Cl- masuk ke sel dan terjadi
dan ion Cl- akan lebih sering masuk ke sel, akibatnya menimbulkan
ngantuk.
B. Saran
Berdasarkan makalah yang kami buat, kami rasa sudah cukup baik.
Apabila ada kritik dan saran yang membangun, kami siap menerima dan
berterima kasih.
DAFRTAR PUSTAKA
Anxiolitik, http://konsultasimedika.blogspot.com/2009/05/parkinson-kecemasan-
Goodman & Gillman (2007). Dasar Farmakologi dan Terapi ed. 10. Jakarta:
EGC.
http://dewi-sartika-sinaga.blogspot.com/2013/04/neurotransmitter.html
http://explore-3p.blogspot.com/2012/01/macam-macam neurotransmitter.html
Katzung, G Betram. (1997). Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi VI. Jakarta :
EGC.
Nugroho, Agung Endro, Dr., M.Si., Apt., 2012, Prinsip Aksi dan Nasib Obat
OLEH
KELOMPOK 4
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS FARMASI
KENDARI
2015