Anda di halaman 1dari 14

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEKERJA ANAK DI SEKTOR INFORMAL

(Studi Kasus Di Kota Kediri)

Netty Endrawati
Universitas Islam Kediri

Abstract

Normatively children forbidden to work. To guarantee the protection of working children has been
out various laws, which exist principles prohibit children to work, and when forced to work, then
the normative such children should obtain legal protection enough guarantee, and the effort was
one of them is done through provisions of Article 69 paragraph (2) Law No. 13 of 2003 concerning
Manpower. The implementation of legal safeguards against children working in the practice of
having many barriers, including economic factors that would be a driver of why kids should be
working, cultural factors, factors community participation, and lack of coordination and
cooperation, government aparatur limitations personnel assigned to conduct surveillance, and other
factors directly or indirectly, so until now the phenomenon of children working in the informal
sector is almost always can be found all over Indonesia, both in big cities and in rural areas.

Key words: working children, legal protection, the interests of the child

Abstrak

Anak-anak dilarang untuk bekerja. Dalam rangka memberikan jaminan perlindungan terhadap anak
yang bekerja ini telah dikeluarkan berbagai peraturan perundangan, yang ada prinsipnya melarang
anak untuk bekerja dan apabila terpaksa bekerja, maka secara normatif anak-anak tersebut harus
memperoleh jaminan perlindungan hukum yang memadai. Implementasi upaya perlindungan hukum
terhadap anak yang bekerja tersebut dalam praktek mengalami banyak hambatan, diantaranya faktor
ekonomi yang justru menjadi pendorong mengapa anak harus bekerja, faktor budaya, faktor peran
serta masyarakat, serta lemahnya koordinasi dan kerja sama, keterbatasan aparatur pemerintah yang
bertugas melakukan pengawasan, serta faktor lain baik langsung maupun tidak langsung, sehingga
sampai saat ini fenomena anak yang bekerja di sektor informal ini hampir selalu dapat ditemukan
seluruh wilayah Indonesia, baik di kota-kota besar maupun di pedesaan.

Kata kunci : pekerja anak, perlindungan hukum, kepentingan anak.

Pendahuluan
Negara harus menjamin hak dan kewa- tertuang di dalam ketentuan Pasal 28I UUD
jiban asasi warga negara dan rakyatnya dalam l945, yang menentukan bahwa perlindungan,
konstitusi negara, sebagai konsekuensi dari ne- pemajuan, penegakan, pemenuhan hak asasi
gara hukum kesejahteraan yang dianut Indone- manusia adalah tanggung jawab negara, ter-
sia. Hal ini dilakukan dengan pencantuman hak utama pemerintah.
dan kewajiban asasi warga negara di dalam Salah satu hak asasi yang harus diakui,
konstitusi, maka membawa konsekuensi bagi dipenuhi dan dijamin perlindungannya oleh ne-
negara untuk mengakui, menghormati dan gara, adalah hak asasi di bidang ketenagaker-
menghargai hak-hak warga negara dan rakyat- jaan, yakni hak untuk bekerja dan memper-
nya, termasuk pemenuhan hak-hak asasi ter- oleh pekerjaan, hal ini diatur di dalam keten-
sebut dalam kehidupan nyata. Kewajiban ini tuan Pasal 27 ayat (2) UUD l945, yang menentu-
kan bahwa tiap-tiap warga negara berhak atas

Tulisan ini merupakan intisari dari Disertasi Program pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi
Doktor dengan judul Perlindungan Hukum Terhadap
Pekerja Anak Di Sektor Informal (Studi Kasus di Kota kemanusiaan, di samping itu juga diatur dalam
Kediri) tahun 2011 di Prodi DIH UNTAG Surabaya. ketentuan Pasal 28D ayat (2) UUD l945, yang
Perlindungan Hukum terhadap Pekerja Anak di Sektor Informal (Studi Kasus di Kota Kediri) 271

menentukan bahwa setiap orang berhak untuk jutnya disebut UU Ketenagakerjaan) ini adalah
bekerja serta mendapat imbalan dan pengaku- menyangkut perlindungan hukum terhadap pe-
an yang adil dan layak dalam hubungan kerja. ngupahan, dan kesejahteraan pekerja anak
Berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat (2) dan yang dicantumkan di dalam ketentuan Pasal 68
ketentuan Pasal 28D ayat (2) UUD l945 dapat sampai dengan ketentuan Pasal 75 UU Ketena-
disimpulkan bahwa, negara melalui pemerintah gakerjaan. Ketentuan Pasal 68 menentukan
harus melakukan pemenuhan terhadap kebu- bawah pengusaha dilarang mempekerjakan
tuhan masyarakat akan haknya untuk bekerja anak. Filosofi larangan anak untuk bekerja atau
dan memperoleh pekerjaan, sebab hak ini di- mempekerjakan anak sebagaimana diatur di
jamin oleh konstitusi. dalam UU Ketenagakerjaan ini sebenarnya erat
Hak untuk bekerja dan memperoleh pe- kaitannya dengan upaya melindungi hak asasi
kerjaan sebagaimana dijamin di dalam UUD anak, yang juga dijamin perlindungannya dalam
l945, memang merupakan hak setiap orang, UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manu-
baik itu secara pribadi ataupun secara ber-sa- sia. Ketentuan yang melarang mempekerjakan
ma-sama, mempunyai kedudukan yang sama anak sebagaimana telah diatur di dalam keten-
tanpa membedakan jenis kelamin, suku, aga- tuan Pasal 68 UU Ketenagakerjaan, sejalan de-
ma, ras dan golongan. Hal ini merupakan pen- ngan ketentuan Pasal 52 ayat (1) UU No. 39
cerminan prinsip non diskriminasi, yang dalam Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang
dunia internasional telah diatur dalam Konvensi menentukan bahwa setiap anak berhak atas
1958 No. 111 tentang Larangan Melakukan Dis- perlindungan oleh orang tua, keluarga, masya-
kriminasi Terhadap Perempuan berkaitan de- rakat dan negara. Selanjutnya dalam ayat (2)
ngan pekerjaan dan jabatan atau Discrimina- mengatur mengenai hak anak sebagai hak asasi
tion Employment and Occupation Convention. manusia dan untuk kepentingannya hak anak
Persamaan kedudukan tanpa mengenal diskri- itu diakui dan dilindungi oleh hukum bahkan
minasi memang merupakan prinsip hak asasi, sejak dalam kandungan. Oleh karena itu, seca-
namun tidak berarti semua orang memiliki ke- ra filosofis larangan mempekerjakan anak ini
bebasan yang sebebas-bebasnya, tanpa pemba- semata-mata dimaksudkan untuk memberikan
tasan-pembatasan, sebab pada dasarnya dalam jaminan perlindungan hukum terhadap anak
kebebasan seseorang terdapat kebebasan orang demi pengembangan harkat dan martabatnya
lain, di dalam hak seseorang juga terdapat hak dalam rangka mempersiapkan masa depannya.1
orang lain, sehingga sebebas apapun seseorang Persoalan bekerja bagi anak tidak selalu
menuntut pemenuhan dan penggunaan hak asa- memberikan dampak yang buruk, sepanjang
sinya, namun tetap harus memperhatikan hak pekerjaan dilakukan tidak merugikan perkem-
orang lain. bangan anak. Pekerjaan merupakan kesempat-
Upaya untuk mewujudkan pemenuhan an bagi anak mengembangkan rasa ingin tahu,
dan perlindungan hukum terhadap hak sese- mengembangkan kemampuan eksplorasi dan
orang untuk memperoleh pekerjaan dan be- kreativitas serta menumbuhkan sikap gemar be-
kerja dilakukan pada tahun 2003, yaitu dengan kerja, disiplin dan kemandirian,2 dengan kata
dikeluarkannya UU No. 13 Tahun 2003 tentang lain sepanjang dilakukan dengan proporsional,
Ketenagakerjaan. Salah satu prinsip dasar yang secara psikologis melatih anak bekerja secara
terdapat di dalam undang-undang ini, bahwa mandiri atau bekerja dalam rangka membantu
siapapun warga negara di negeri ini berhak un- orang tua memiliki efek mendidik yang positif,
tuk bekerja dan memperoleh pekerjaan dengan
mendapat upah yang layak, serta memperoleh
perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan 1
Netty Endrawati, “Faktor Penyebab Anak Bekerja Dan
Upaya Pencegahannya”, Jurnal Ilmiah Hukum-Refeksi
kerja. Hukum, April 2011, Salatiga: FH UKSW, hlm. 22.
Salah satu aspek yang diatur oleh UU No. 2
Elfrianto, “Hak Atas Pendidikan Dan Perlindungan
Hukum Pekerja Anak”, Jurnal Madani, Vol. 8 No.2, Juni
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (selan- 2007, Medan: UMSU, hlm. 259.
272 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No. 2 Mei 2012

namun yang dikhawatirkan adalah di lingkungan Menurut ILO (2006) jumlah pekerja di bawah
keluarga miskin seringkali beban pekerjaan umur di Asia diperkirakan 122 juta, atau 64%
anak terlalu berlebihan.3 dari seluruh total buruh anak-anak sedunia. In-
Hal yang menarik, anak-anak juga mera- donesia, menurut survey Kesejahteraan Nasio-
sakan manfaat selama mereka bekerja. Bebe- nal Susenas (2003) menunjukkan bahwa seba-
rapa manfaat yang diakui para pekerja anak nyak 1.502.600 anak berusia 10-14 tahun beker-
sebagai faktor yang mendorong mereka beker- ja dan tidak bersekolah, sekitar 1.612.400 anak
ja adalah mendapat uang setiap minggu, ba- usia 10-14 tahun lainnya tidak bersekolah dan
nyak teman, ada kegiatan yang bermanfaat, membantu di rumah atau melakukan hal-hal
dapat membantu orang tua dan ada pengala- lain.
man kerja.4 Persoalan pekerja anak pada dasarnya
Berkaitan dengan perlindungan hukum bukan persoalan perlu atau tidaknya anak di-
terhadap anak termasuk untuk melakukan pe- larang bekerja, melainkan persoalan lemahnya
kerjaan diatur di dalam ketentuan Pasal 64 UU kedudukan anak dalam pekerjaan. Pekerja anak
No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, kurang terlindungi, baik oleh Undang-Undang
menentukan bahwa setiap anak berhak untuk formal maupun kondisi dimana anak bekerja.
memperoleh perlindungan dari kegiatan eks- Justru itulah letak persoalan yang dihadapi oleh
ploitasi ekonomi dan setiap pekerjaan yang pekerja anak. Konsentrasi pada upaya memper-
membahayakan dirinya, sehingga dapat meng- kenalkan langkah-langkah perlindungan akan
ganggu pendidikan, kesehatan fisik, moral, ke- memungkinkan anak-anak tumbuh dan berkem-
hidupan sosial, dan mental spiritualnya. Keten- bang secara normal.5
tuan pasal tersebut di atas menunjukkan bah- Perlindungan hukum pekerja anak juga
wa, apapun alasannya anak tidak boleh bekerja diwujudkan dalam bentuk pembatasan jenis-je-
dan dipekerjakan, baik di sektor formal mau- nis atau bentuk-bentuk pekerjaan yang dilarang
pun sektor informal. untuk dikerjakan anak. Hal ini dapat dilihat di
Beberapa ketentuan pasal yang meng- da-lam Keputusan Presiden No. 59 Tahun 2002
atur pekerja anak di dalam UU Ketenagaker- tentang Bentuk-bentuk Pekerjaan yang Dila-
jaan dilatar belakangi oleh fakta, bahwa di rang Untuk Anak, dan juga Surat Keputusan
Indonesia pada saat itu dan bahkan sampai saat Menteri tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor
ini banyak ditemukan anak yang bekerja atau Kep-235/MEN/2003 tentang Jenis-jenis Peker-
anak yang dipekerjakan oleh pihak-pihak ter- jaan yang Membahayakan Kesehatan, Kesela-
tentu dengan berbagai alasan dan sebab yang matan Atau Moral Anak, yang pada prinsipnya
berbeda-beda, baik pada sektor formal, seperti melarang anak untuk bekerja pada jenis-jenis
anak-anak yang bekerja di perusahaan-perusa- pekerjaan tertentu.
haan industri atau pabrik-pabrik besar maupun Anak, secara yuridis larangan untuk be-
pabrik-pabrik menengah dan kecil dengan me- kerja, sebagaimana diatur di dalam ketentuan
ngikuti ketentuan dan persyaratan kerja yang Pasal 68 UU Ketenagakerjaan maupun larangan
ditetapkan oleh pengusaha, juga bekerja pada dalam berbagai produk peraturan perundangan
sektor-sektor informal, yaitu anak yang bekerja di atas, sebenarnya bukan merupakan keten-
di luar sektor industri atau pabrikan dalam ber- tuan larangan yang mutlak, sebab ketentuan
bagai sekalanya, termasuk ada di Kota Kediri. UU Ketenagakerjaan masih mengizinkan anak
untuk bekerja, namun dengan persyaratan-per-
syaratan tertentu. Hal ini dapat dilihat dalam
3
S. Wisni Septiarti, “Fenomena Pekerja Anak Usia
Sekolah”, Jurnal Penelitian Humaniora, Vol. 7 No.1,
April 2002, Surakarta: UMS, hlm. 27-46.
4 5
Nandi,”Pekerja Anak Dan Permasalahannya”, Jurnal Dwiyanti Hanandini, “Tindak Kekerasan Di Lingkungan
GEA Jurusan Pendidikan Geografi, Vol. 6 No. 2, Pekerja Anak Sektor Informal Kota Padang”, Jurnal
Oktober 2006, Bandung: Universitas Pendidikan Sosiologi SIGAI, Vol. 6 No. 9, Februari 2005, Padang:
Indonesia, hlm. 3. Universitas Andalan, hlm 94-95.
Perlindungan Hukum terhadap Pekerja Anak di Sektor Informal (Studi Kasus di Kota Kediri) 273

ketentuan Pasal 69 ayat (1) yang menentukan Data penelitian kepustakaan dikumpul-
bawha ketentuan sebagaimana dimaksud dalam kan dengan cara merujuk kepada bahan-bahan
Pasal 68 dapat dikecualikan bagi anak berumur yang didokumentasikan, dengan menggunakan
13 (tiga belas) tahun sampai 15 (lima belas) ta- alat studi dokumentasi, sedangkan data pene-
hun untuk melakukan pekerjaan ringan sepan- litian lapangan berasal dari kuesioner dan wa-
jang tidak mengganggu perkembangan fisik dan wancara dengan menggunakan alat pengum-
kesehatan fisik, mental, dan sosial. pulan data yaitu daftar pertanyaan dan pedo-
man wawancara. Analisis data dilakukan secara
Permasalahan bertahap, sehingga kekurangan data penelitian
Berdasarkan uraian tersebut, permasa- secepatnya dapat diketahui dan sesegera mung-
lahan yang hendak dibahas pada artikel ini ada- kin dilengkapi dengan melakukan penelitian
lah mengenai kesesuaian antara perlindungan ulang guna pengambilan data tambahan untuk
hukum pekerja anak di sektor informal di Kota melengkapi kekuarangan data tersebut. Hasil
Kediri dengan perlindungan hukum yang telah penelitian, dianalisis dengan teknik analisa
diatur dalam peraturan perundangan yang ber- deskriptif analisis.
laku; dan hambatan-hambatan dalam imple-
mentasi perlindungan hukum tersebut. Pembahasan
Permasalahan yang dirumuskan, dalam
Metode Penelitian menganalisis, diperlukan beberapa teori yang
Penelitian ini bertujuan mengkaji segala relevan, dengan maksud supaya permasalahan-
sesuatu tentang pelaksanaan Pasal 69 (2) UU nya dapat dijelaskan secara memuaskan. Selan-
Ketenagakerjaan berkaitan dengan perlindung- jutnya teori-teori yang digunakan dalam meng-
an hukum terhadap pekerja anak di sektor in- analisis permasalahan ini diantaranya terdiri
formal, berkaitan dengan adanya kesenjang-an atas teori negara kesejahteraan, yang dalam
antara hukum normatif dengan pelaksanaan penelitian ini merupakan teori dasar (grand
norma-norma hukum di dalam kehidupan ma- theory), kemudian teori hak asasi manusia,
syarakat, yang dalam hal ini hukum dikon- dimaksudkan sebagai teori tengah midle theory
sepsikan secara sosiologi sebagai suatu gejala atau teori antara, dan teori efektifitas berlaku-
empiris yang dapat diamati dalam kehidupan. nya hukum, serta teori-teori yang lain yang re-
Dalam rangka mendapatkan data yang leng- levan dimasudkan sebagai applied theory atau
kap, mendalam dan memberi jawaban yang teori terapan. Dalam rangka memahami teori-
tepat serta menyeluruh terhadap permasalah- teori yang digunakan dalam pembahasan
an yang diajukan digunakan bentuk penelitian permasalahan dalam penelitian ini dapat dilihat
kualitatif, data penelitian diperoleh dari pene- pada paparan berikut di bawah ini.
litian lapangan dan kepustakaan. Penelitian Hakekat negara hukum pada pokoknya
dilakukan di Kota Kediri dengan sampel peker- berkenaan dengan ide tentang supremasi hu-
ja anak berjumlah 50 orang, pemilihan sampel kum yang disandingkan dengan ide kedaulat-
dilakukan secara random, berasal dari 3 (tiga) an rakyat yang melahirkan konsep demokrasi.
Kecamatan sebagai objek penelitian, yakni Kec. Prinsip negara hukum mengutamakan norma
Mojoroto terdapat 19 anak, Kec. Kota Kediri 19 yang dicerminkan dalam peraturan perundang-
anak, dan di Kec. Pesantren berjumlah 12 undangan, sedangkan prinsip demokrasi meng-
anak. Penentuan sampel didasarkan atas per- utamakan peran serta masyarakat dalam pe-
timbangan bahwa jenis pekerjaan maupun nyelenggaraan pemerintahan. Pemikiran konsep
umur anak yang bekerja memiliki karakter yang rechstaat Julius Stahl sebagai embrio lahirnya
hampir tidak berbeda jauh atau cenderung ho- konsepsi negara hukum, mengemukakan bahwa
mogen, sehingga sampel tersebut sudah diang- salah satu unsur negara hukum adalah diakui-
gap cukup mewakili pekerja anak yang berada nya hak-hak asasi warga negara, selain itu F.J.
di wilayah objek penelitian. Stahl, D.H.M. Meuwissen sebagaimana dikutip
274 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No. 2 Mei 2012

Philipus M. Hadjon mengemukakan, bahwa Un- yang terkait dengan hak asasi manusia.8 Upaya
dang-undang Dasar atau konstitusi merupakan perlindungan hukum pemerintah terhadap pe-
unsur yang harus ada dalam konsep negara hu- kerja anak dilakukan dalam bentuk pembatasan
kum.6 jenis-jenis atau bentuk-bentuk pekerjaan yang
Hukum diposisikan sebagai sarana pen- dilarang untuk diker-jakan anak, dan mengenai
capaian tujuan sehingga akan mudah dicapai hal ini dapat dilihat di dalam Keputusan Presi-
jika hukum berlaku secara efektif dan sebalik- den No. 59 Tahun 2002 tentang Bentuk-bentuk
nya menjadi penghambat jika tidak efektif. Hu- Pekerjaan Yang Dilarang untuk Anak, dan juga
kum dianggap efektif jika hukum mampu meng- Surat Keputusan Menteri tenaga Kerja dan
kondisikan dan merubah kualitas dan perilaku Transmigrasi Nomor Kep-235/MEN/2003 ten-
masyarakat sesuai dengan prasyarat pembangu- tang Jenis-jenis Pekerjaan yang Membahayakan
nan. Sejalan dengan tujuan hukum, penyelesai- Kesehatan, Keselamatan atau Moral Anak, yang
an persoalan penerapan hukum juga diarahkan pada prinsipnya melarang anak untuk bekerja
pada upaya untuk mewujudkan keadilan. Ke- pada jenis-jenis pekerjaan tertentu tersebut.
adilan merupakan tujuan hukum yang berhubu- Larangan pekerja anak ini, secara yuridis ter-
ngan dengan kekuatan berlakunya peraturan kait dengan kewajiban pemerintah untuk mela-
perundang-undangan dan karena itu harus da- kukan pencegahan dan penanggulangan. Hal ini
pat diakomodasi dalam peraturan itu.7 telah diatur di dalam UU Ketenagakerjaan, se-
Perlindungan hukum terhadap pekerja bagaimana tertuang di dalam ketentuan Pasal
anak tidak dapat dilepaskan dengan hak asasi 75, yaitu
anak, sebab secara konstitusional Indonesia (1) Pemerintah berkewajiban melakukan
telah mengakui hak untuk bekerja dalam Pasal upaya penanggulangan anak yang be-
UUD l945 yang dimasukkan pada klasifikasi hak kerja di luar hubungan kerja;
(2) Upaya penanggulangan sebagaimana
yang bersifat asasi. Pengaturan terhadap hak dimaksud dalam ayat (1) diatur de-
asasi ini dituangkan dalam UU No. 39 Tahun ngan Peraturan Pemerintah.
1999 tentang Hak Asasi Manusia. Ketentuan Pa-
sal 1 ayat (1) mengatur mengenai pengertian Ketentuan Pasal 75 tersebut diantaranya ditin-
Hak Asasi Manusia, yaitu: dak lanjuti dengan peraturan khusus yang ber-
Seperangkat hak yang melekat pada ha- kaitan dengan pengembangan bakat dan minat
kekat dan keberadaan manusia sebagai anak, yang diatur di dalam Keputusan Menteri
mahluk Tuhan Yang Maha Esa dan meru- Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kep. 115/MEN/
pakan anugrah-Nya yang wajib dihorma- VII/2004 tentang Perlindungan Bagi Anak Yang
ti, dijunjung tinggi oleh negara, hukum
pemerintah dan setiap orang, demi peng- Melakukan Pekerjaan Untuk Mengembangkan
hormatan serta perlindungan harkat dan Bakat dan Minat, yang ditetapkan pada tanggal
martabat manusia. 7 Juli 2004.
Menurut Erna Susanti, dalam suatu hubu-
Berdasarkan kualitas jaminan hak-hak- ngan kerja paling tidak terdapat 3 (tiga) unsur.
nya, UUD 1945 hasil amandemen mengatur jauh Pertama, adanya pekerjaan; kedua, adanya
lebih lengkap dibandingkan sebelum amande- upah; dan ketiga, adanya perintah,9 sehingga
men, dari 5 pasal menjadi setidaknya 17 pasal
(dengan 38 substansi hak-hak yang beragam)
8
R. Herlambang Perdana Wiratraman, “Hak-Hak Kons-
titusional Warga Negara Setelah Amandemen UUD 1945:
Konsep, Pengaturan dan Dinamika Implementasi”,
Jurnal Hukum Panta Rei, Vol. 1 No. 1, Desember 2007,
6
Philipus M. Hadjon, 1987, Perlindungan Hukum Bagi Jakarta: Konsorsium Reformasi Hukum Nasional, hlm. 1.
9
Rakyat Di Indonesia, Cetakan Pertama, Surabaya: Bi- Erna Susanti, “Kebijaksanaan Pembinaan Hubungan In-
na Ilmu, hlm. 11. dustrial dalam Melindungi Pekerja untuk Menuju Ter-
7
Daniel Djoko Tarliman “Keadilan Sebagai Landasan ciptanya Kepastian Hukum Menurut UU No. 13 Tahun
Filosofi Peraturan perundang-undangan dan Putusan 2003 Tentang Ketenagakerjaan”, Jurnal Risalah Hu-
Hakim”, Jurnal Yustika, Media Hukum dan Keadilan, kum, Vol. 4 No. 2, Desember 2008, Samarinda: FH UN-
Vol. 6 No. 2, 2003, Surabaya: FH Ubaya, hlm. 205. MUL, hlm. 110 -119.
Perlindungan Hukum terhadap Pekerja Anak di Sektor Informal (Studi Kasus di Kota Kediri) 275

apabila anak yang bekerja tidak ada hubungan Konvensi International Labour Organisation
kerja serta tidak mempunyai ketiga unsur ter- (ILO) No. 182 Tahun 1999, tentang Pelarangan
sebut, artinya kerja mandiri, maka bukan ter- dan Tindakan Segera Penghapusan Bentuk-ben-
masuk pekerja anak yang dikaji dalam pene- tuk Pekerjaan Terburuk untuk Anak, yang telah
litian ini. diratifikasi oleh Negara Indonesia melalui UU
Perlindungan hukum terhadap pekerja No. 1 Tahun 2000, secara khusus mengatur
anak dapat dilakukan secara preventif dan rep- pembatasan dan pelarangan untuk melibatkan
resif. Perlindungan hukum preventif merupakan anak dalam pekerjaan terburuk atau memba-
perlindungan hukum yang bersifat pencegahan hayakan.
terhadap terjadinya peristiwa tidak pasti, ben- UU No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindu-
tuk perlindungan preventif ini dilakukan dengan ngan Anak, secara substansial dan prinsipiil ju-
membatasi jenis-jenis pekerjaan yang boleh ga mengandung konsep perlindungan hukum
atau tidak boleh dikerjakan oleh pekerja anak, terhadap anak secara utuh yang bertujuan un-
melalui penetapan persyaratan tertentu bagi tuk menciptakan atau mewujudkan kehidupan
pengusaha yang mempekerjakan anak. Hal ini terbaik bagi anak yang diharapkan sebagai pe-
dapat dilihat di dalam ketentuan Pasal 69 ayat nerus cita-cita bangsa yang potensial, tangguh,
(2) UU Ketenagakerjaan, yang menentukan memiliki nasionalisme yang dijiwai oleh ahklak
Pengusaha yang mempekerjakan anak mulia dan nilai Pancasila, serta berkemauan ke-
pada pekerjaan ringan sebagaimana ras untuk menjaga kesatuan dan persatuan
dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi bangsa serta negara, namun realitasnya ke-
persyaratan:
a. izin tertulis dari orang tua atau wali; adaan anak belum seindah ungkapan verbal
b. perjanjian kerja antara pengusaha yang kerapkali memposisikan anak bernilai pen-
dengan orang tua atau wali; ting, penerus masa depan bangsa dan simbolik
c. waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam; lainnya, karena masih banyak anak yang se-
d. dilakukan pada siang hari dan tidak harusnya bersekolah, bermain, dan menikmati
menggangu waktu sekolah;
e. keselamatan dan kesehatan kerja; masa kanak-kanak justru mereka terpaksa dan
f. adanya hubungan kerja yang jelas; dipaksa untuk bekerja.10
g. menerima upah sesuai ketentuan yang Khusus pekerja anak di sektor informal
berlaku. Hal ini masih ada pengecuali- sebagai obyek penelitian ini, secara faktual,
annya dalam ayat (2) tersebut diatas belum memiliki perangkat perlindungan hukum
huruf a, b, f dan g dikecualikan bagi
anak yang bekerja pada usaha keluar- secara memadai, sebagaimana yang diamanat-
ganya. kan oleh UU Ketenagakerjaan. Penanganan ma-
salah pekerja anak di sektor informal pada saat
Perlindungan hukum terhadap anak, da- ini, dapat dikatakan masih menghadapi tanta-
lam ranah internasional, juga telah dilakukan ngan berat, terutama karena terkait dengan
melalui Konvensi International Labour Organi- beberapa faktor, baik langsung maupun tidak
zation (ILO) No. 138 Tahun 1973 tentang Usia langsung.
Minimum Untuk Anak yang Diperbolehkan Be-
kerja dapat dilihat dalam ketentuan Pasal 3 Gambaran Umum Kondisi Pekerja Anak di
khususnya ayat (1) dan ayat (3), usia minimum Kota Kediri
yang diperbolehkan untuk pekerjaan-pekerja- Berdasarkan penelitian yang dilakukan
an yang membahayakan kesehatan, keselamat- dapat dikatakan bahwa sektor yang banyak me-
an, atau moral anak harus diupayakan tidak bo- nyerap dan memanfaatkan pekerja anak antara
leh kurang dari 18 tahun dan usia untuk mela-
kukan pekerjaan yang bersifat ringan yaitu 16
tahun. Konvensi ini telah diratifikasi oleh Indo- 10
Febrine Adriyani, 2008, Tinjauan Tentang Pekerja Anak
nesia melalui UU No. 20 Tahun 1999. Selain itu, Di Terminal Amplas(Studi Kasus Anak Yang Bekerja
Perlindungan hukum terhadap anak menurut Sebagai Penyapu Angkutan Umum di Terminal Terpadu
Amplas), Medan: USU, hlm. 10.
276 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No. 2 Mei 2012

lain jenis usaha home industry, jasa dan per- 12 tahun, usia pekerja anak umur 6 tahun ber-
dagangan, misalnya di industri tenun, usaha jumlah 2 orang atau 4%, Usia 7 sampai 9 tahun
makanan ringan, pelayan toko, foto copy, wa- berjumlah 8 anak atau 16%. Usia 13 sampai 15
rung, rumah makan, penjual asongan, penjual tahun berjumlah 16 atau 32%, Usia 16 sampai
koran, pembantu rumah tangga, kuli bangunan 18 tahun berjumlah 6 anak atau 12%. Data ter-
dan lain-lain, sebab pada umumnya pengusa- sebut apabila ditabulasikan dapat diperoleh
hanya bermodal tidak besar dan pekerja anak gambaran sebagai berikut.
mudah dikendalikan. Jenis pekerjaan tersebut Tabel 2 : Data Pekerja Anak Berdasarkan
sifatnya tidak menuntut target tertentu dan da- Kelompok Umur
pat dikerjakan oleh siapapun. Nomor Usia Jumlah Prosentase
Untuk memberikan gambaran yang cukup Pekerja
1 6 2 4%
terhadap hasil penelitian yang dilakukan, maka
2 7-9 8 16%
dalam sub bab ini disajikan kondisi faktual pe- 3 10-12 18 36%
kerja anak di tiga Kecamatan yang menjadi ob- 4 13-15 16 32%
5 16-18 6 12%
yek penelitian, yaitu Kecamatan Mojoroto, Ke-
N 50 100%
camatan Kota Kediri, Kecamatan Pesantren.
Sumber: Data primer diolah 2009
Pemilihan lokasi di tiga wilayah kecamatan ter-
sebut didasarkan atas pertimbangan, bahwa di Berdasarkan data penelitian dan hasil prosen-
wilayah tersebut terdapat penyebaran pekerja tase tersebut, dapat diperoleh informasi bahwa
anak yang hampir merata. Pemerataan penye- terdapat pekerja anak yang usianya dibawah 15
baran pekerja anak di wilayah ini disebabkan tahun sebanyak 72%, dan yang di atas 15 tahun
masing-masing wilayah memiliki potensi daya hanya 28%, anak-anak tersebut sebenarnya ti-
tarik yang sama bagi pekerja anak dengan ber- dak layak untuk bekerja, sebab anak-anak ter-
bagai alasan dan pertimbangan. Berdasarkan sebut seharusnya masih berada ditingkatan se-
penelitian yang dilakukan di kecamatan Mojo- kolah dasar. Kondisi faktual ini sebenarnya ti-
roto yang diambil secara acak untuk sample dak sesuai dengan prinsip-prinsip perlindungan
terdapat 19 anak yang masih berusia di bawah hukum terhadap anak, baik yang diatur di da-
18 tahun, di Kecamatan Kota Kediri terdapat lam Undang-undang Ketenagakerjaan Nomor 13
19 anak, dan di Kecamatan Pesantren ber- Tahun 2003, UU No. 39 Tahun l999 Tentang Hak
jumlah 12 anak. Tabel di bawah ini menunjuk- Asasi Manusia, UU No. 23 Tahun 2002 Tentang
kan wilayah dimana pekerja anak melakukan Perlindungan Anak, UU No. 4 Tahun 1979 Ten-
aktivitas. tang Kesejahteraan Anak, serta prinsip-prinsip
Tabel 1 : Jumlah Responden menurut Lokasi perlindungan anak menurut International La-
Lokasi Responden Jumlah Prosentase bour Organisation (ILO), maupun Konvensi Hak
Kecamatan Mojoroto 19 38% Anak.
Kecamatan Kota 19 38%
Berkaitan dengan latar belakang pendi-
Kecamatan Pesantren 12 24%
dikan pekerja anak, diperoleh informasi bahwa
Jumlah 50 100%
Sumber : Data primer diolah 2009
anak yang berstatus siswa sekolah dasar ber-
jumlah 16 anak atau 32%, Tamat SD sebanyak
Data di atas menunjukkan bahwa dari 50 res- 10 orang dan tidak melanjutkan ke SMP atau
ponden yang dijadikan sampel penelitian, ke- 20%, siswa SMP berjumlah 14 anak atau 28% ,
giatan pekerja anak hampir menyebar merata sudah tamat SMP dan tidak melanjutkan SMA
pada 3 kecamatan di kota Kediri, hal tesebut sebanyak 3 orang atau 6% dan pekerja anak
disebabkan masing-masing wilayah memiliki po- siswa SMA berjumlah 3 anak atau 6%. Berkaitan
tensi yang sama menarik anak untuk bekerja. dengan status pendidikan maka dapat dilihat
Merujuk pada sampel penelitian, sebagi- pula dari status pekerja anak yang tidak me-
an besar atau 36% usia pekerja anak antara 10- lanjutkan sekolah. Tidak melanjutkan sampai
tamat sekolah dasar berjumlah 2 anak atau 4%,
Perlindungan Hukum terhadap Pekerja Anak di Sektor Informal (Studi Kasus di Kota Kediri) 277

tidak melanjutkan sampai sekolah lanjutan per- Tabel 4 : Jenis Pekerjaan Pekerja Anak
tama berjumlah 2 anak atau 4%. Berdasarkan No. Jenis Pekerjaan Jumlah Prosentase
hasil data penelitian tersebut dapat dikatakan 1 Industri Rumah 17 34%
Tangga
bahwa 66% pekerja anak masih berstatus se- 2 Industri Kecil 3 6%
kolah, dari ditingkat SD, SMP, sampai dengan 3 Perdagangan/Jasa 7 14%
SMA, sedangkan 34% para pekerja anak tersebut 4 Lainnya (tukang 23 46%
parkir, tukang sa-
dapat dikategorikan sudah lulus SD dan DO SD, pu, kuli pasir dll)
serta lulus SMP dan DO SMP. N 50 100%
Tabel 3 : Data Pekerja Anak Berdasarkan Sumber : Data primer diolah 2009

Kelompok Pendidikan
No. Pendidikan Jumlah Prosentase Berdasarkan penghasilannya, para pe-
Pekerja kerja anak yang dilakukan survey sebanyak 50
1 Tidak Tamat 2 4% anak diperoleh data penghasilan perbulannya
SD/DO sebagai berikut: penghasilan s.d. Rp.250.000,-
2 SD 16 32% berjumlah 23 anak atau 46%, penghasilan an-
3 Tamat SD/DO SMP 12 24% tara Rp.250.000,- s.d. Rp.500.000,- berjumlah
4 SMP 14 28% 7 anak atau 14%, penghasilan antara Rp. 500.
5 Tamat SMP 3 6% 000,- s.d. Rp.750.000,- berjumlah 16 anak atau
6 SMA 3 6%
32%, penghasilan Rp.750.000,- s.d. Rp.1.000.
N - 50 100%
000,- berjumlah 3 anak atau 6% dan yang lebih
Sumber : Data Primer diolah Tahun.2009
dari Rp.1.000.000,- tidak ada atau 0%. Para
pekerja anak tersebut mendapatkan hasil dari
Berdasarkan data penelitian terhadap anak
pekerjaannya tidak terlepas dari produktifitas
yang bekerja sebagaimana dipaparkan di atas,
ataupun bekerjanya, artinya kalau anak-anak
maka dapat disimpulkan bahwa anak-anak yang
tersebut tidak masuk, maka tidak akan menda-
bekerja di sektor informal di Kota Kediri dari 3
patkan upah atau gaji, biasa disebut no work
lokasi penelitian bahwa sebanyak 72% anak
no pay. Survey tersebut dapat diartikan bahwa
masih dalam status sekolah dari tingkat SD,
SMP, dan SMA, sedangkan sebanyak 28% hanya sebagian besar anak yang berpenghasilan Rp.
250.000,- sebanyak 46%, berpenghasilan Rp.
tamat SD dan SMP dan sudah tidak melan-
jutkan sekolah (drop out). 250.000,- s.d. Rp.500.000,- sebanyak 34%, se-
Hasil penelitian tersebut dapat diinter- dangkan yang berpenghasilan Rp.500.000,- s.d.
pretasikan bahwa, sebanyak 46% bekerja seba- Rp.750.000,- sebanyak 14% dan yang berpeng-
gai penjual koran, pedagang asongan, tukang hasilan Rp.750.000,- s.d. 1.000.000,- berjumlah
parkir, pemulung, pembantu rumah tangga, 6%. Anak-anak yang bekerja dengan penghasil-
tukang sapu, anak yang bekerja kuli pasir, kuli an kurang dari Rp.250.000,- rata-rata mereka
di pasar, pembuatan batu bata, mencari rum- bekerja kurang dari 4 jam per hari, sedangkan
put, kernet, kerja di garmen, yang berikutnya bagi pekerja anak yang berpenghasilan di atas
pekerja anak yang bekerja di sektor jasa dan Rp 750.000,- rata-rata mereka bekerja lebih
perdagangan seperti pelayan toko, pelayan foto dari 8 jam per hari. Gambaran pekerja anak
yang bekerja dalam berbagai sektor informal di
copy, pelayan rumah makan dan minu-man,
kota Kediri berdasarkan upah atau berdasarkan
counter hp sebanyak 14%, sedangkan yang be-
penghasilan yang diperoleh dalam rata-rata
kerja di industri rumah tangga seperti membuat
setiap bulannya dapat dilihat pada tabel 5 di
emping mlinjo, minuman instan, membuat kue
bawah ini.
dan kripik pisang, membuat tahu dan tempe,
Berdasarkan data penghasilan responden
sambal pecel, krupuk, jamu sebesar 34% dan di
industri kecil seperti buruh pabrik rokok, pabrik di atas, hal ini jelas sangat tidak sesuai dengan
ketentuan upah minimum yang berlaku di kota
makanan kecil, seperti chiki, kripik blinjo,
pabrik tegel sebanyak 6 %.
278 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No. 2 Mei 2012

Kediri yang mencapai pada tahun 2010 Upah baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah,
Minimum Kota Kediri Rp. 906.000,- dan pada apabila membiarkan anak-anak bekerja atau
Tabel 5 : Data Pekerja Anak Berdasarkan Peng- dipekerjakan di sektor informal, sebab anak-
hasilan anak secara normatif dilarang dan wajib dilin-
No. Penghasilan Jumlah Prosentasi dungi oleh undang-undang maupun konvensi-
Pekerja konvensi internasional untuk bekerja maupun
Anak dipekerjakan. Permasalahan yang terkait de-
1 <250.000,- 23 46%
2 250.000, s/d 17 34% ngan perlindungan hukum pekerja anak adalah
500.000,- masalah lintas sektoral yang meliputi aspek
3 500.000, s/d 7 14% ekonomi (anak bekerja merupakan salah satu
750.000,-
4 750.000,- s/d 3 6% faktor yang mempengaruhi produktivitas se-
1000.000,- buah keluarga), budaya (anak bekerja merupa-
N - 50 100% kan ”keharusan” budaya masyarakat tertentu),
Sumber: Data Primer diolah 2010
politik (dengan anak bekerja diharapkan dapat
tahun 2011 ditetapkan sebesar Rp.975. 000,-. melanggengkan dominasi trah/kekuasaan), hu-
Hal ini, apabila dikaitkan dengan persyaratan kum (anak yang bekerja juga melingkupi pe-
kerja bahwa pekerja harus memperoleh peng- negasan status dan kedudukan anak sebagai
hasilan atau gaji yang memadai, maka jelas subyek yang memiliki hak dan kewajiban yang
penghasilan pekerja anak yang bekerja di sek- harus dijamin oleh hukum), sosial (anak yang
tor informal jauh dari kenyataan dan prinsip- bekerja dapat mengangkat harkat dan martabat
prinsip pengupahan, dengan demikian dari as- sebuah keluarga di tengah masyarakat, sebab
pek perlindungan hukum, maka dapat dikata- yang nganggur adalah hina bagi masyarakat.)11
kan pekerja anak ini belum memperoleh jami-
nan perlindungan upah yang memadai, sebab Kondisi Faktual Anak Yang Bekerja
penghasilannya masih di bawah ketentuan per- Fakta cukup memberikan bukti, bahwa
aturan perundangan yang berlaku. banyaknya kasus pemerkosaan, pembunuhan,
pemaksaan untuk menjadi pengemis, penelan-
Alasan Anak Bekerja taran, perdagangan anak (trafficking), pelacur-
Informasi yang diperoleh, pada umum- an anak dan perbuatan-perbuatan yang tidak
nya menyebutkan bahwa pekerja anak di kota semestinya lainnya, merupakan contoh konkrit
Kediri melakukan pekerjaannya dengan alasan resiko-resiko yang harus dihadapi oleh seorang
karena keterpaksaan, yang disebabkan oleh anak, yang disebabkan ketidakberdayaannya
himpitan eknomi keluarga. Orang tua mereka untuk menghindar dari resiko-resiko tersebut.
tidak mampu memenuhi kebutuhan hidup ke- Bingkai peraturan perundangan tampaknya da-
luarganya, keinginan untuk tetap melanjutkan pat dianggap sebagai kebutuhan yang mendesak
sekolah dengan terpaksa bekerja dengan paruh bagi terpenuhinya kepentingan terselenggara-
waktu, dengan maksud tidak terikat pada jam nya jaminan perlindungan terhadap pekerja
kerja, dan sewaktu dapat istirahat dapat me- anak di sektor informal dari kemungkinan ter-
ninggalkan pekerjaannya untuk kepentingan jadinya resiko-resiko yang tidak diinginkan. Pe-
yang lain, misalnya sekolah. rangkat hukum ini diharapkan dapat memberi-
Alasan apapun yang digunakan bagi anak- kan secercah harapan bagi pekerja anak yang
anak untuk bekerja atau dipekerjakan, terma- bekerja di sektor informal, terutama dalam
suk bekerja di sektor informal, nampaknya ti- memberikan jaminan perlindungan hukum ter-
dak adil apabila dilakukan pembiaran tanpa ada hadap kepentingan pekerja anak tersebut. Na-
seperangkat norma peraturan perundangan
yang dapat digunakan untuk membingkai bagi
11
terlindunginya kepentingan pekerja anak terse- Fifik Wiryani, “Perlindungan Hukum Bagi Pekerja
Anak”, Legality-Jurnal Ilmiah Hukum, Vol. 11 No. 2,
but. Hal ini merupakan kesalahan pemerintah 2004, Malang: FH UMM, hlm. 288-305.
Perlindungan Hukum terhadap Pekerja Anak di Sektor Informal (Studi Kasus di Kota Kediri) 279

mun selama ini perangkat hukum dalam imple- Berdasarkan hasil penelitian terhadap
mentasinya tidak dapat terlaksana sesuai de- responden yang menjadi obyek penelitian, da-
ngan harapan semua pihak, terutama pemerin- lam praktek hubungan kerja antara pengusaha
tah. Banyak sekali pelanggaran yang dilakukan dan pekerja anak ditemukan beberapa bentuk
oleh pengusaha atau pemberi pekerjaan, dan penyimpangan persyaratan kerja sebagaimana
hal ini seolah dimaklumi oleh pihak-pihak yang ditentukan pada Pasal 69 ayat (2) UU Ketanaga-
terkait dengan upaya perlindungan hukum ter- kerjaan. Bentuk-bentuk pelanggaran terhadap
hadap pekerja anak, seperti aparat penegak pesyaratan kerja bagi penggunaan pekerja anak
hukum, dan aparat pemerintah pada umumnya memang tidak semata-mata disebabkan oleh
seolah membiarkan pelanggaran-pelanggaran kesalahan pengusaha atau yang mempekerjakan
terhadap norma-norma hukum ketenagakerjaan anak tersebut tetapi memang dari pihak pe-
dalam rangka memberikan jaminan perlindung- kerja anak atau orang tuanya atau walinya sen-
an hukum terhadap pekerja anak. diri yang memang menghendaki tidak dipenuhi-
Pekerja anak tidak sedikit yang dituntut nya persyaratan sebagaimana diatur dalam ke-
untuk bekerja lebih cepat dan harus benar, tentuan Pasal 69 ayat (2) UU Ketenagakerjaan
apabila melakukan kesalahan, selain dipotong sebagaimana terurai di bawah ini.
upah kerja juga akan dimarahi oleh mandor Pertama, tidak ada izin tertulis orang
Anak-anak yang bekerja umumnya mereka ter- tua/wali. Persyaratan sebagaimana ditentukan
paksa terlibat dalam situasi yang kurang me- dalam ketentuan Pasal 69 ayat (2) butir a, bah-
nyenangkan, tanpa perlindungan yang baik ser- wa apabila anak akan bekerja harus terlebih
ta tidak pula memperoleh kompensasi yang me- dahulu memperoleh izin secara tertulis dari
madai. orang tua atau walinya, izin kerja terkait de-
Fakta-fakta demikian apabila dilihat da- ngan hak dan kewajiban anak dan pengusaha,
lam perspektif yuridis jelas tidak sesuai dan misalnya mengenai ketentuan jam kerja, pem-
melanggar prinsip-prinsip perlindungan hukum bayaran upah apakah sesuai dengan ketentuan
terhadap anak, baik sisi hukum ketenagakerja- yang berlaku, upah lembur, serta orang tua ha-
an, undang-undang kesejahteraan anak, un- rus mengetahui apakah pekerjaan yang akan di-
dang-undang perlindungan anak, maupun da- lakukan anak tersebut tidak mengganggu per-
lam perspektif internasional. Jam kerja yang kembangan anak baik secara fisik, mental mau
melebihi 3 jam, dan upah yang rendah, serta pun sosialnya, dengan mengingat anak-anak
pemotongan upah apabila pekerja anak tidak masih memerlukan waktu dan kondisi yang
dapat menyelesaikan target pekerjaannya, je- memungkinkan anak dapat tum-buh kembang
las merupakan pelanggaran prinsip-prinsip per- secara wajar. Oleh karena itu, secara normatif
lindungan hukum bagi pekerja anak, sebab me- dapat dikatakan, bahwa tidak adanya izin ter-
nurut Pasal 69 ayat (2) seorang anak dapat di- tulis dari orang tua jelas menyalahi ketentuan
pekerjakan apabila tidak boleh melebihi 3 jam Pasal 69 ayat (2) poin a Undang-undang No. 13
per harinya, serta menerima upah yang wajar. Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan dan hal
ini merupakan pe-langgaran persyaratan kerja
Beberapa Bentuk Penyimpangan Persyaratan dalam mempekerjakan anak yang dapat dikena-
Kerja dan Analisisnya. kan sanksi sebagaimana yang diatur dalam
Pengusaha, pada dasarnya dilarang mem- ketentuan Pasal 185 UU Ketenagakerjaan, yang
pekerjakan anak, hal ini tercantum di dalam menentukan bahwa sanksi bagi pihak yang me-
ketentuan Pasal 68 UU Ketenagakerjaan. Na- langgar ketentuan Pasal 69 ayat (2) adalah pi-
mun demikian, ketentuan Pasal 69 ayat (2) dana penjara paling singkat 1 tahun dan paling
memberikan pengecualian, yaitu bahwa mem- lama 4 tahun dan/atau denda paling sedikit
pekerjakan anak boleh dilakukan asalkan di- Rp.100.000.000,- dan paling banyak Rp.400.
penuhi syarat-syarat sebagaimana diatur di da- 000.000,-. Oleh karena itu, berkaitan dengan
lam ketentuan Pasal tersebut. izin tertulis dari orang tua, seharusnya pengu-
280 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No. 2 Mei 2012

saha memaksa anak untuk melengkapi persya- bekerja di atas 3 jam. Kondisi faktual berda-
ratan tersebut, sebab apabila terjadi resiko sarkan hasil penelitian, rata-rata pengusaha
yang tidak diinginkan, misalnya terjadi kecela- sektor informal tidak menetapkan jadwal jam
kaan kerja atau hal-hal lain yang dapat merugi- kerja, kecuali jam mulai bekerja, yaitu berki-
kan anak yang bekerja, pengusaha tidak dapat sar antara jam 07.00 WIB atau jam 08.00 WIB,
dipersa-lahkan atas dasar melanggar persya- namun selesainya tidak menentu, bahkan ada
ratan sebagaimana diatur dalam ketentuan Pa- yang tergantung pekerjaan, seperti pedagang
sal 69 ayat (2) butir a, sebab persyaratan tese- asongan minuman dan makanan kecil, kecende-
but sudah merupakan keharusan yang ditegak- rungan pekerja anak ini apabila menjual barang
kan dengan sanksi, baik sanksi pidana maupun dagangannya seperti ini menunggu sampai ba-
sanksi denda sebagai upaya paksa ditaatinya rang dagangannya habis atau paling tidak sisa
ketentuan persyaratan sebagaimana dimaksud dagangannya tidak banyak, karena penghasilan-
pada ketentuan Pasal 69 ayat (2) tersebut. nya juga akan sedikit dan tidak jarang dimarahi
Kedua, tidak didasarkan pada perjanjian oleh pemilik dagangan.
kerja. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Keempat, Kondisi tempat kerja kurang
terhadap beberapa industri rumah tangga (ho- kondusif dan terganggunya kesehatan pekerja
me industry) atau indsutri kecil, pada dasar- anak. Pekerja anak di bawah umur, sering diha-
nya menyatakan bahwa rata-rata tidak ada per- dapkan pada resiko-resiko pekerjaan yang dila-
janjian kerja secara tertulis yang dibuat antara kukannya, terutama yang bekerja di sektor in-
pengusaha dengan orang tua/wali anak yang dustri, seperti resiko gangguan kesehatan aki-
bekerja, seperti halnya yang dilakukan oleh sa- bat ruangan yang pengap, asap industri yang
lah satu pabrik rokok di Kota Kediri, dalam pe- dapat menyesakan nafas, makan dan minum
rekrutan calon pekerja anak dilakukan oleh se- yang tidak terjamin dan kurang gizi, juga diha-
orang mandor dengan cara memberitahukan ke- dapkan pada gangguan psikis seperti caci maki,
pada calon pekerja anak mengenai: upah yang kata-kata kasar, dan gangguan kehidupan so-
diterima, apa yang dikerjakan dan jam berapa sialnya seperti hubungan dengan teman-teman
harus bekerja. Pemberitahuan tersebut hanya sebaya, frekuensi bertemu dengan tetangga
diletakkan di papan pengumuman saja. Semen- maupun keluarga berkurang atau terbatas, apa-
tara berdasarkan ketentuan yang berlaku, se- lagi kalau tempat kerjanya campur dengan
tiap calon pekerja atau pekerja harus menda- orang dewasa. Pencampuran tempat kerja anak
patkan informasi yang jelas secara tertulis yang dengan tempat kerja orang dewasa tidak se-
dapat dimengerti terkait dengan kondisi-kondisi harusnya dilakukan, karena hal ini bertentang-
pekerjaan, upah yang akan terima, sebelum pe- an dengan Pasal 72 UU Ketenagakerjaan yang
kerja mulai bekerja, dan juga tentang upah mengatur bahwa dalam hal anak dipekerjakan
yang akan mereka dapatkan setiap saat mereka bersama-sama pekerja/buruh dewasa, maka
menerima pembayaran. Pengecualian dalam hal tempat kerja anak harus dipisahkan dari tem-
adanya izin dari orang tua, perjanjian kerja, pat kerja pekerja/buruh dewasa.
hubungan kerja yang jelas dan menerima upah Kelima, upah yang tidak sesuai keten-
sesuai dengan ketentuan yang berlaku adalah tuan yang berlaku. Upah harus memenuhi ke-
jika anak bekerja pada usaha keluarganya. butuhan dasar buruh dan memberikan penda-
Ketiga, kondisi jam kerja yang panjang. patan tambahan bagi mereka dan pemotongan
Hal ini tertuang dalam ketentuan Pasal 69 ayat upah sebagai tindakan penghukuman (pendisi-
(2) huruf c UU Ketenagakerjaan, yang menga- plinan), serta pemotongan upah yang tidak di-
tur bahwa pekerja anak maksimal bekerja se- nyatakan dalam undang-undang nasional tidak
lama 3 jam. Ketentuan tersebut sering dilang- boleh dilakukan tanpa izin buruh yang bersang-
gar, meskipun sudah ada ketentuan pembatas- kutan, setiap kebijakan hukuman harus dicatat.
an jam kerja bagi anak-anak yang bekerja, Ketidaksesuaian upah yang dibayarkan kepada
akan tetapi dalam kenyataannya anak-anak pekerja anak atau upah yang diperoleh oleh
Perlindungan Hukum terhadap Pekerja Anak di Sektor Informal (Studi Kasus di Kota Kediri) 281

pekerja anak yang bekerja di sektor informal efektif. Selain itu, dalam pengawasan ini juga
tergambarkan di dalam data tersebut di atas, terkendala oleh sikap pengusaha yang seolah-
menunjukan adanya ketidak sesuaian antara olah tertutup dan tidak bersedia memberikan
pengupahan dengan ketentuan yang berlaku informasi mengenai kondisi pekerjanya, khu-
dengan mengacu pada Upah Minimum Regional susnya pekerja anak, seringkali Disnaker tidak
yang saat ini mencapai Rp.975.000,- untuk Kota dapat berbuat terlalu banyak untuk menangani
Kediri. Pengupahan batas atas memang sudah masalah pekerja anak. Hambatan lain terletak
sesuai atau bahkan melebihi UMR, tetapi jum- pada kesulitan bagi aparatur pemerintah untuk
lah pekerja yang menerima sangat kecil prosen- mengidentifikasi apakah seseorang itu termasuk
tasenya, sedangkan sebagian besar menerima kelompok anak-anak atau pekerja dewasa, se-
upah kisaran antara Rp.250.000,- sampai de- bab tidak jarang pekerja dengan memanfaatkan
ngan Rp.500.000,- dengan jam kerja jauh mele- kelemahan sistem administrasi kependudukan
bihi ketentuan yang berlaku, yaitu 3 jam, se- melakukan pemalsuan usia pada Kartu Tanda
dangkan anak-anak yang bekerja ini faktanya Penduduk (KTP).
banyak yang di atas 5 atau bahkan 6 jam/hari.
Faktor Kultur atau Budaya
Kendala-Kendala Perlindungan Hukum Pe- Hambatan kultural atau hambatan bu-
kerja Anak pada Sektor Informal daya, dalam hal ini terkait dengan kesadaran
Faktor Struktur dan Substansi. hukum, baik kesadaran hukum pengusaha, mau-
Friedman dan juga R. Seidman menge- pun kesadaran hukum dari masyarakat pekerja
mukakan bahwa dalam kaitannya dengan te- dan terkait dengan pekerja anak adalah kesa-
gaknya norma hukum terdapat tiga faktor yang daran hukum dari orang tua atau wali dari pe-
mempengaruhinya, faktor struktural, faktor kerja anak. Sebagaimana diketahui, bahwa da-
substansi dan faktor kultural. Faktor struktur lam mempekerjakan anak harus dilengkapi de-
dan substansi dalam hal perlindungan hukum ngan syarat-syarat sebagaimana telah diatur di
terhadap pekerja anak ini terkait dengan fung- dalam undang-undang, namun dalam praktek
si pengawasan oleh aparatur pemerintah, da- banyak sekali hubungan kerja yang tidak di-
lam hal ini pejabat Dinas Tenaga Kerja (Disna- dasari dengan persyaratan yang telah ditentu-
ker) tentang ketaatan pengusaha terhadap pe- kan tersebut, terutama terkait dengan syarat
raturan perundang-undangan ketenagakerjaan. perjanjian kerja, jam kerja, izin orang tua atau
Dalam rangka pengawasan terhadap ketaatan wali. Pelanggaran ini semata-mata disebabkan
peraturan perundangan oleh pengusaha, salah oleh adanya anggapan yang kurang penting ter-
satunya dilakukan dengan mekanisme peman- hadap persyaratan kerja sebagaimana dimaksud
tauan dengan mewajibkan pengusaha untuk dalam ketentuan Pasal 69 ayat (2) UU Ketena-
menyampaikan laporan terhadap kondisi kete- gakerjaan, baik dari pengusaha maupun anak
nagakerjaan di perusahaannya. Hal ini dimak- yang bekerja. Kondisi ini mengakibatkan Bangsa
sudkan untuk mengetahui kondisi ketenagaker- Indonesia berada dalam ”keadaan tak berpeng-
jaan di perusahaan tersebut, sehingga apabila harapan”, karena pelanggaran hukum senantia-
terjadi pelanggaran akan dengan mudah dapat sa dilakukan terus menerus atau menjadi ke-
dilakukan tindakan-tindakan yang diperlukan. biasaan dan dianggap sebagai hal yang biasa
Berdasarkan hasil penelitian, pemantau- dan pantas. Keadaan ini dapat dikatakan buda-
an oleh aparat Disnaker sering ditemukan ada- ya atau kultur yang berada dalam kondisi yang
nya sejumlah pabrik atau kegiatan usaha yang menyedihkan.12
memanfaatkan tenaga kerja anak secara berle-
bihan. Namun demikian, aparatur pemerintah
tidak dapat berbuat banyak, sebab aparatur pe- 12
Kasim Sembiring, “Pengaruh Kebudayaan Dalam Pene-
ngawas jumlahnya terbatas, sehingga tidak gakkan Hukum”, Hukum Dan Masyarakat-Jurnal Ilmiah
Hukum, Jember: FH UNEJ, Vol. 33 No. 1, 2008, hlm.
mampu melaksanakan pemantauan dengan 97-106.
282 Jurnal Dinamika Hukum
Vol. 12 No. 2 Mei 2012

Faktor Peranserta Masyarakat ngunan nasional akan terganggu tanpa adanya


Permasalahan pekerja anak, secara fak- kerjasama dan koordinasi yang baik antara pi-
tual, memang tidak mudah ditanggulangi, ka- hak yang terkait. Perlu diketahui, bahwa ham-
rena selalu dihadapkan pada perbedaan pan- batan yang disebabkan karena tidak adanya
dangan berkaitan dengan masalah pekerja kerjasama yang memuaskan antara instansi,
anak. Perbedaan pandangan demikian didasari badan, organisasi pemerintah maupun swasta
oleh perbedaan latar belakang pendidikan, ke- pada masa lampau yang berkelanjutan, maka
pentingan, nilai-nilai sosial kepribadian, dan permasalahan tersebut terus berlangsung sam-
persepsi masing-masing anggota masyarakat, pai dengan saat ini dan keburukan ini mungkin
terutama terhadap keberadaan pekerja anak akan berlangsung terus, apabila tidak ditangani
tersebut. Berkaitan dengan peran masyarakat secepat mungkin.
dalam rangka perlindungan hukum terhadap pe-
kerja anak ini, dapat dikemukakan argumentasi Penutup
bahwa keberhasilan usaha perlindungan pekerja Simpulan
anak sedikit banyak bergantung dan dipengaru- Perlindungan hukum terhadap pekerja
hi kesediaan dan kemampuan seseorang untuk anak di sektor informal di kota Kediri belum
memperjuangkan kepentingan diri sendiri dan sesuai dengan perlidungan hukum tenaga kerja
kepentingan orang lain. Hal ini berkaitan de- sebagaimana diatur dalam UU Ketenagakerja-
ngan sikap dan tindakan seseorang yang berhu- an. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa dalam
bungan erat dengan kerelaan seseorang untuk praktek banyak pelanggaran terhadap persya-
mengutamakan kepentingan orang lain, dalam ratan mempekerjakan anak, seperti tidak ada
hal ini pekerja anak di atas kepentingan priba- perjanjian kerja, izin orang tua, upah yang ren-
di. Berdasarkan keyakinan, bahwa apabila pada dah, waktu kerja yang panjang. hambatan yang
akhirnya pelayanan kepentingan pekerja anak dihadapi dalam perlindungan hukum terhadap
terpenuhi, maka kepentingan nasional juga pekerja anak diantaranya menyangkut belum
akan terpenuhi, yang pada akhirnya juga ber- adanya peraturan perundangan yang mengatur
dampak pada pemenuhan kepentingan pribadi. tentang pekerja anak sektor informal, khusus-
kayakinan tersebut, apabila tidak dipahami nya terkait dengan perlindungan hukumnya,
oleh seluruh anggota masyarakat, maka dikha- juga disebabkan oleh faktor aparatur pemerin-
watirkan banyak anggota masyarakat tidak akan tah sebagai pengawas ketenagakerjaan, teruta-
merasa berkewajiban untuk ikut serta dalam ma jumlahnya yang lebih sedikit dibandingkan
mengembangkan kemampuan anak untuk me- dengan perusahaan yang harus diawasi, tidak
lindungi dirinya sendiri secara wajar dan legal, adanya pelaporan berkala dari perusahaan ter-
serta memperhatikan kepentingan orang lain, hadap kondisi ketenakerjaan di perusahaan, ku-
orang tua dan bangsanya. rang terbukanya perusahaan terhadap kondisi
ketenagakerjaan terutama apabila dilakukan si-
Faktor Kerjasama dan Koordinasi dak, serta kultur budaya yang memandang bah-
Perlindungan pekerja anak merupakan wa anak yang bekerja dipandang sebagai hal
fenomena hasil interaksi antara anggota ma- yang biasa sebagai bentuk sosialisasi dan wujud
syarakat di satu pihak dengan pengusaha di pi- darma bakti pada orang tua. Masyarakat kurang
hak lain, serta dengan unsur-unsur lain yang peduli, terutama dalam menyikapi penggunaan
terlibat dalam hubungan ketenagakerjaan. Un- pekerja anak oleh perusahaan. Selain itu, dise-
sur-unsur tersebut saling berhubungan atau me- babkan pula oleh lemahnya koordinasi dan ker-
lakukan interrelasi dan interkoneksi dan beker- jasama antara instansi atau lembaga ter-kait di
ja sama secara simbiosis mutualisme, saling bidang ketenagakerjaan, seperti Dinas Tenaga
mempengaruhi dan dipengaruhi. Kegiatan per- Kerja, Dinas Sosial, Pemerintah Daerah setem-
lindungan pekerja anak akan terhambat dan pat dan dinas terkait lainnya.
akibatnya ketertiban, keamanan dan pemba-
Perlindungan Hukum terhadap Pekerja Anak di Sektor Informal (Studi Kasus di Kota Kediri) 283

Saran Vol. 6 No. 9. Februari 2005, Padang: Uni-


Berdasarkan analisis tersebut, seharus- versitas Andalas;
nya segera dibentuk peraturan pemerintah yang Nandi.”Pekerja Anak Dan Permasalahannya”.
mengatur pekerja anak dan perlindungan hu- Jurnal GEA Jurusan Pendidikan Geogra-
fi. Vol. 6 No. 2. Oktober 2006, Bandung:
kumnya, sebagai pelaksanaan dari UU Ketena-
Universitas Pendidikan Indonesia;
gakerjaan, terutama dalam rangka memberi-
Sembiring, Kasim. “Pengaruh Kebudayaan da-
kan kepastian hukum bagi hak-hak pekerja
lam Penegakan Hukum”. Hukum dan
anak. Pemerintah dan pihak-pihak terkait juga Masyarakat-Jurnal Ilmiah Hukum. Vol. 33
harus mendorong bagi peningkatan pengawas- No. 1, 2008. Jember: FH UNEJ;
an dan penegakan peraturan perundangan ten- Septiarti, S Wisni. “Fenomena Pekerja Anak
tang ketenagakerjaan, khususnya terkait de- Usia Sekolah”. Jurnal Penelitian Huma-
ngan pekerja anak, sehingga resiko-resiko yang niora. Vol. 7 No.1. April 2002. Surakar-
menimpa pekerja anak dapat dicegah dan di- ta: UMS;
tanggulangi. Susanti, Erna. “Kebijaksanaan Pembinaan Hu-
bungan Industrial dalam Melindungi Pe-
kerja untuk Menuju Terciptanya Kepas-
Daftar Pustaka tian Hukum Menurut UU No. 13 Tahun
Adriyani, Febrine. 2008. Tinjauan Tentang Pe- 2003 Tentang Ketenagakerjaan”. Jurnal
kerja Anak Di Terminal Amplas (Studi Risalah Hukum. Vol. 4 No. 2, Desember
Kasus Anak Yang Bekerja Sebagai Penya- 2008. Samarinda: FH UNMUL;
pu Angkutan Umum di Terminal Terpadu Tarliman, Daniel Djoko. “Keadilan sebagai Lan-
Amplas). Medan: USU; dasan Filosofi Peraturan Perundang-
Elfrianto; “Hak Atas Pendidikan Dan Perlin- undangan dan Putusan Hakim”. Jurnal
dungan Hukum Pekerja Anak”. Jurnal Yustika, Media Hukum dan Keadilan. Vol.
Madani. Vol. 8 No.2. Juni 2007. Medan: 6 No. 2, 2003. Surabaya: FH Ubaya;
UMSU; Wiratraman, R. Herlambang Perdana. “Hak-Hak
Endrawati, Netty. “Faktor Penyebab Anak Be- Konstitusional Warga Negara Sete-lah
kerja dan Upaya Pencegahannya”. Jur- Amandemen UUD 1945: Konsep, Pengatu-
nal Ilmiah Hukum-Refeksi Hukum. April ran dan Dinamika Implementasi”. Jurnal
2011. Salatiga: FH UKSW; Hukum Panta Rei. Vol. 1 No. 1. Desember
2007. Jakarta: Konsorsium Reformasi
Hadjon, Philipus M. 1987. Perlindungan Hukum
Hukum Nasional;
Bagi Rakyat di Indonesia. Cetakan Perta-
ma. Surabaya: Bina Ilmu; Wiryani, Fifik. “Perlindungan Hukum Bagi Pe-
kerja Anak”. Legality-Jurnal Ilmiah Hu-
Hanandini, Dwiyanti. “Tindak Kekerasan di
kum. Vol. 11 No. 2. 2004. Malang: FH
Lingkungan Pekerja Anak Sektor Infor-
UMM.
mal Kota Padang”. Jurnal Sosiologi SIGAI.

Anda mungkin juga menyukai