Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pola tubuh seorang dewasa sekitar 60% terdiri atas cairan. Sementara pada
bayi dan anak total komposisi air dalam tubuh lebih tinggi daripada dewasa yaitu
70-80%. Di dalam tubuh, sel-sel yang mempunyai konsentrasi air yang paling
tinggi antara lain adalah sel-sel otot dan organ-organ pada rongga badan seperti
paru-paru atau jantung sedangkan sel-sel yang mempunyai konsentrasi air paling
rendah adalah sel-sel jaringan seperti tulang atau gigi. Cairan dan elektrolit sangat
diperlukan agar menjaga kondisi tubuh tetap sehat. Keseimbangan cairan dan
elektrolit di dalam tubuh merupakan salah satu bagian dari fisiologi homeostatis
yang melibatkan komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh.
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat
terlarut) sedangkan elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-
partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan. Cairan dan
elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan cairan intravena
(IV) dan di distribusi ke seluruh bagian tubuh, Keseimbangan cairan dan elektrolit
berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam
seluruh bagian tubuh. Komposisi cairan dan eletrolit di dalam tubuh sudah diatur
sedemikian rupa agar keseimbangan fungsi organ vital dapat dipertahankan.
Untuk mempertahankan keseimbangannya, diperlukan masukan, pendistribusian,
dan keluaran yang memadai, yang diatur melalui mekanisme tersendiri namun
berkaitan satu sama lain.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang
lainnya. Apabila terjadi gangguan keseimbangan, baik cairan atau elektrolit dalam
tubuh dapat mengakibatkan overdehidrasi, dehidrasi, hiponatremia, hipenatremia,

1
hipokalemia, hiperkalemia, dan hipokalsemia. Dengan demikian, keseimbangan
cairan dan elektrolit merupakan komponen atau unsure vital pada tubuh manusia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh?
2. Apa yang dimaksud dengan Keseimbangan Asam Basa?
3. Apa saja Hiper dan hipo elektrolit?
4. Apa itu Proses Edema?
5. Apa saj Proses Asidosis dan Alkalosis?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh
2. Untuk memngetahu Keseimbangan Asam Basa
3. Untuk mengetahui Hiper dan hipo elektrolit
4. Untuk mengetahui Proses Edema
5. Untuk mengetahui Proses Asidosis dan Alkalosis

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh

Cairan tubuh adalah cairan yang terdiri dari air dan zat terlarut (Price,
2006). Kemudian elektrolit itu sendiri adalah zat kimia yang menghasilkan
partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan
(Price, Silvia, 2006).

a) Keseimbangan Cairan
Sekitar 60% berat tubuh total terdiri atas air. Dari jumlah ini, dua
pertiganya (66%) adalah cairan intrasel dan satu pertiganya (33%) adalah
cairan ekstrasel (di plasma atau ruang interstisium). Karena berperan
dalam pembentukan energy, pemeliharaan tekanan osmotic, dan transport
zat-zat di tubuh dan menembus membrane sel, air sangat diperlukan dalam
kehidupan. Upaya mempertahankan keseimbangan yang tepat antara
asupan dan pengeluaran air sangatlah penting; jika seseorang mengalami
kelebihan hidrasi, maka dapat terjadi pengenceran elektrolit dan zat-zat
terlarut plasma, pembengkakan sel, dan kemungkinan kematian. Demikian
juga, jika seseorang mengalami dehidrasi berat, zat-zat terlarut plasma dan
elektrolit menjadi sangat kental dan terjadi penyusutan sel sehingga dapat
menyebabkan disfungsi susunan saraf dan kematian. Rangsangan untuk
minum dapat berupa fisiologis atau sosial. Pengeluaran bisa bervariasi,
terkait dengan suhu ruang, olahraga, dan pakaian yang dikenakan.
Akhirnya, rasa haus yang didorong oleh pusat di hipotalamus dan

3
pengeluaran urin di ginjal mempertahankan keselarasan antara asupan dan
haluaran.
 Asupan dan Haluaran Cairan
Orang dewasa minum antara 1,5-2,5 L perhari. 300-400 mL
dihasilkan lewat reaksi metabolic harian. Pengeluaran harian
dengan tepat menyeimbangkan asupan ini pada orang yang sehat:
1,0-2,0 L diekskresi melalui urin, 100 mL diekskresi melalui tinja,
50 mL diekskresi melalui keringat, dan sekitar 1000 Ml diekskresi
melalui pengeluaran udara dan evaporasi permukaan. Pencernaan
cairan dan ekskresi urin adalah satu-satunya variable yang benar-
benar berada dibawah kendali rangsangan saraf dan hormone.
 Control Cairan yang Diminum
Meski jumlah cairan yang kita minum setiap harinya dipengaruhi
oleh kebiasaan makan dan pengaruh sosial, control utama
kecukupan jumlah cairan yang kita cerna dilakukan oleh pusat
ketiga yang terletak di hipotalamus di tingkat ventrikel ketiga.
Haus diterima oleh osmoreseptor hipotalamus yang meningkatkan
kecepatan pembakarannya disertai peningkatan osmolaritas plasma
(penurunan konsentrasi cairan). Ketika diaktifkan osmoreseptor-
osmoreseptor ini bersama dengan sel-sel di dekatnya yang
mendeteksi tekanan darah mengisyaratkan pada hipotalamus untuk
meningkatkan pelepasan hormone antidiuretic (ADH), disebut juga
fasopresin) dari kelenjar hipofisis posterior. ADH memiliki 2 efek
utama. Efek pertama adalah meningkatkan permeabilitas diktus
pengumpul (duatus colligens) terhadap air. Peningkatan
permeabilitas diktus pengumpul membantu reabsorpsi air dari urin
kembali ke darah, dehingga mengencerkan plasma kembali normal
(dengan demikian mengurangi rangsangan untuk pelepasan

4
(ADH)). Efek kedua ADH adalah fungsinya sebagai penekan
(pressor), agens yang menyebabkan kenaikan tekanan darah; atau
vasopresin. Pada peran ini, ADH menyebabkan konstriksi otot
polos vascular dan meningkatkan tekanan darah. Peningkatan
teknan darah juga menurunkan rangsangan untuk pelepasan ADH
continu.
Hormone kedua angiotensin II, juga mempunyai pengaruh
langsung terhadap sel-sel hipotalamus untuk meningkatkan sensasi
haus. Hormone ini juga merupakan hormone dipsogenik
(perangsang rasa haus) yang penting.
b) Keseimbangan Elektrolit
1. Natrium (Na+)
Merupakan kation paling banyak dalam cairan ekstrasel. Na+
mempengaruhi keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi
otot, ion natrium didapat dari saluran pencernaan, makanan atau
minuman masuk kedalam cairan ekstrasel melalui proses difusi.
Pengeluaran ion natrium melalui ginjal, pernapasan, saluran
pencernaan, dan kulit. Pengaturan konsentrasi ion dilakukan oleh
ginjal. Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt.
2. Kalium (K+)
Merupakan kation utama dalan cairan intrasel. Berfungsi sebagai
exitability neuromuskuler dan kontraksi otot. Diperlukan untuk
pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan keseimbangan
asam basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion hydrogen (H+).
Kalium dapat diperoleh melalui makanan seperti daging, buah-buahan
dan sayur-sayuran. Kalium dapat dikeluarkan melalui ginjal, keringat,
dan saluran pencernaan. Pengaturan konsentrasi kalium dipengaruhi

5
oleh perubahan ion kalium Dallam cairan ekstrasel. Nilai normalnya
sekitar 3,5-5,5 mEq/lt.
3. Kalsium (Ca+)
Kalsium merupakan ion yang paling banyak dalam tubuh, berguna
untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung, pembekuan
darah, serta pembentukan tulang dan gigi. Kalsium dalam cairan ekstra
sel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid. Hormon paratiroid
mengabsorpsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi melalui ginjal.
jumlah normal kalsium 8,5-10,5 mg/dl
4. Fosfat
Merupakan anion buffer dalam cairan ekstrasel dan intrasel. Berfungsi
untuk meningkatkan kegiatan neuromuscular, metabolisme
karbohidrat, pengaturan asam basa. Pengaturan oleh hormone
paratiroid.
5. Magnesium (Mg2+)
Merupakan kation terbanyak kedua pada cairan intrasel. Sangat
penting untuk aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular excibility.
Sumber magnesium didapat dari makanan seperti sayur hijau, daging
dan ikan. Nilai normalnya sekitar 1,5-2,5 mEq/lt

c) Keseimbangan Asam Basa


1. pH
pH adalah cerminan rasio asam terhadap basa dalam cairan ekstrasel.
pH dalam serum dapat diukur dengan menggunakan pH meter, atau
dihitung dengan mengukur konsentrasi bikarbonat dan karbon dioksida
serum dan memasukkan nilai-nilainya kedalam persamaan. pH
mencerminkan ion hydrogen dalam larutan. Semakin besar konsentrasi ion
hydrogen, semakin tinggi keasaman suatu larutan dsn semakin rendah

6
pHnya. Sebaliknya, semakin tinggi pH, semakin rendah konsentrasi
konsentrasi ion hydrogen dan semakin basa larutannya.

2. Asam
Asam adalah zat yang mampu membebaskan sebuah ion hydrogen.
Suatu asam dapat kuat atau lemah, berganung pada derajat penguraiannya
untuk membebaskan ion hydrogen.
3. Basa
Basa adalah setiap zat yang dapat menerima sebuah ion hydrogen,
sehingga zat tersebut dapat mengeluarkan ion hydrogen dari larutan. Suatu
basa dapat lemah atau kuat, bergantung pada derajat penerimaan ion
hydrogen.
4. Penyangga
Asam dan basa lemah merupakan penyangga (buffer) yang baik.
Penyangga adalah suatu zat yang mampu menyerap ion hydrogen dari
suatu larutan, atau membebaskan ion hydrogen ke dalam larutan, sehingga
dapat mencegah fluktuasi pH yang besar. Terdapat tiga sistem penyangga
yang penting dalam tubuh manusia yaitu:
1. Sistem Penyangga Bikarbonat-Asam karbonat
2. Sistem Penyangga Fosfat
3. Sistem Penyangga Hemoglobin

2.2 Hiper dan hipo elektrolit


Ada dua macam kelainan elektrolit yang terjadi ; kadarnya terlalu
tinggi (hiper) dan kadarnya terlalu rendah (hipo).
1. Hiponatremia
Hiponatremia terjadi apabila konsentrasi natrium plasma kurang dari 135
mEq/l dengan osmolalitas plasma kurang dari 280 mOsm/kg. Kehilangan

7
natrium dapat terjadi setelah muntah, diare, atau berkeringat yang
berlebihan. Apabila kehilangan cairan diganti hanya dengan air murni
tanpa disertai dengan cairan yang mengandung elektrolit maka
hiponatremia juga dapat muncul. Hiponatremia ditandai oleh gangguan
pada susunan saraf pusat, termasuk kinfusi, depresi, sakit kepala, stupor
dan koma.
2. Hipernatremia
Hipernatremia muncul bila konsentrasi natrium plasma lebih dari 148
mEq/l dengan osmolalitas plasma lebih dari 295 mOsm/kg.
Ketidakseimbangan kehilangan air terhadap natrium biasanya
menimbulkan hipernatremia. Gambaran klinis hipernatremia mencakup
peningkatan rasa haus dan urine sedikit dan pekat. Gangguan pada fungsi
susunan saraf pusa tmeliputi penurunan reflex, kejang, dan koma pada
kasus-kasus ekstrem.
3. Hipokalemia
Hipokalemia adalah konsentrasi kalium plasma kurang dari 3,5 mEq/l.
Dapat terjadi akibat penurunan asupan dalam diet, peningkatan
pengeluaran kalium dari ginjal, usus, atau lewat keringat, atau
perpindahan kalium dari kompartemen ekstrasel ke intrasel.
Gambaran klinis hipokslemia bergantung pada derajat gangguan dan
status kesehatan individu sebelumnya. Hipokalemia ringan (kalium serum
3,0-3,5 mEq/l) tidak menimbulkan gejala apapun pada individu yang
sehat. Pada hipokalemia yang lebih parah, muncul gejala kelemahan,
keletihan, mual dan muntah, dan konstipasi. Bila kalium kurang dari 2,5
mEq/l dapat muncul nekrosis otot dan pada hipokalemia parah (kadar
kalium kurang dari 2,0 mEq/l) dapat terjadi paralisis yang menyebabkan
gagal pernapasan. Dapat muncul konfusi atau stupor
4. Hiperkalemia

8
Bila konsentrasi plasma lebih dari 5,0 mEq/l maka muncul hiperkalemia.
Biasanya disertai dengan gagal ginjal bila ginjal tidak mampu mensekresi
kalium. Selain itu, hiperkalemia dapat terjadi pada trauma atau luka bakar
luas, pada kondisi ini sel-sel yang rusak mengeluarkan simpanan kalium
intraselnya. Gambaran klinis hiperkalemia mencakup gangguan fungsi
otot, berupa kram dan kelemahan. Disfungsi jantung dapat terjadi pada
perubahan elektrokardiogram (EKG), yang dapat menimbulkan henti
jantung dan kematian.
5. Hipokalsemia
Hipokalsemia adalah konsentrasi serum kalsium kurang dari 8,5 mg/dl.
Ketidakmampuan untuk meengakses simpanan kalsium tul;ang akibat
disfungsi, supresi, atau pengangkatan kelenjar paratiroid dapat
menimbulkan hipokalsemia. Selain itu hipokalsemia bisa disebabkan oleh
defisiensi vitamin D, sehingga menyebabkan penurunan absorpsi kalsium
dalam diet. peningkatan ikatan protein kalsium serum akibat penurunan
H+ dapat menimbulkan hipokalsemia, karena gagal ginjal dapat
menyebabkan kenaikan kadar fosfat. Hipokalsemia menyebabkan
gangguan fungsi neuromuskulus, berupa spasme dank ram otot, dan kebas
serta kesemutan di ekstremitas. Hipotensi dan penurunan curah jantung
merupakan tanda terkenanya sistem kardiovaskuler.
6. Hiperkalsemia
Hiperkalsemia adalah konsentrasi kalsium lebih dari 10,5 mg/dl. Biasanya
terjadi akibat pelepasan berlebihan kalsium tulang yang umumnya dialami
penderita hiperparatiroidisme atau neoplasma tulang. Asupan vitamin D
berlebihan disertai peningkatan asupan kalsium dari makanan dapat
menyebabkan hiperkalsemia. Litium yang digunakan untuk mengobati
gangguan manic-depresif meningkatkan kader kalsium serum. Akibat
klinis hiperkalemia berupa gangguan fungsi ginjal, dengan peningkatan

9
resiko batu ginjal dan poliuria yang terkait dengan ketidakmampuan ginjal
untuk memekatkan urine.
7. Hipofosfatemia
Konsentrasi fosfat serum kurang dari 2,5 mg/dl disebut hipofosfatemia.
Hipofosfatemia dapat muncul sebagai akibat kurang gizi dan biasa diderita
oleh pecandu alcohol. Perpindahan fosfat kompartemen ekstrasel ke
intrasel juga dapat menyebabkan hipofosfateimia, karena transport fosfat
dirangsang oleh insulin, pemberian glukosa lama atau perbaikan gizi yang
berlebihan dapat menyebabkan deplesi fosfat ekstrasel. Manifestasi
hipofosfatemia berupa disfungsi neuromuscular yang ditandai dengan
tremor, kelemahan otot, kejang, dan terkadang koma dan kematian. Semua
simpanan energi terganggu karena fosfat adalah komponen penting TP.
Sel darah merah, sel darah putih, dan fungsi trombosit juga berkurang.
8. Hiperfosfatemia
Hiperfosfatemia terjadi bila konsentrasi fosfat serum lebih dari 4,5 mg/dl.
Hiperfosfatemia paling sering disebabkan oleh penurunan fungsi ginjal,
selain redistribusi fosfat intrasel, yang biasanya terjadi akibat trauma
besar. Kehancuran sel-sel kanker pada kemoterapi dapat menimbulkan
hipofosfatemia seiring dengan penghancuran sel-sel kanker tersebut.
Peningkatan fosfat dapat terjadi pada pemberian laksatif yang
mengandung fosfat atau enema. Akibat serius dari hiperfosfatemia adalah
gangguan neuromuscular dan kardiovaskular yang disebabkan oleh
hipokalsemia timbale balik.
9. Hipomagnesemia
Hipomagnesemia adalah konsentrasi magnesium kurang dari 1,8 mg/dl.
Dapat terjadiakibat penurunan asupan terkait dengan gizi buruk atau
konsumsi alcohol kronis, atau akibat malabsorpsi magnesium di usus
terkait dengan laksatif atau diare. Akibat klinis hipomagnesemia

10
mencakup perubahan kepribadian, tetani atau spasme neuromusculus,
hipertensi, dan disritimia jantung.
10. Hipermagnesemia
Konsentrasi magnesium lebih dari 2,7 mg/dl disebut hipermagnesemia.
Kondisi ini relative jarang terjadi karena ginjal dapat meningkatakna
ekskresi magnesium dalam jumlah yan amat besar bila dibutuhkan.
Hipermagnesemia dihubungkan dengan berbagai gangguan neuorologis
berat, termasuuk kelemahan atau paralisis otot, konfusi, koma, dan
kematian. Karena magnesium dapat bersaing memperebutkan tempat
ikatan dengankalsium di otot polos dan jantung, hipermagnesemia dapat
menimbullkan gejala hipokalsemia, berupa hipotensi dan disritmia
jantung, yang menyebabkan henti jantung pada kasus yang parah.

2.3 Proses Edema


Edema merupakan manifestasi umum kelebihan volume cairan yang
membutuhkan perhatian khusus. Pembentukan edema, sebagai akibat dari
perluasan cairan dalam kompartemen cairan interstisiel, dapat terlokalisir,
contohnya pada pergelangan kaki; dapat berhubungan dengan rematoid artritis;
atau dapat menyeluruh, seperti pada gagal jantung atau ginjal. Edema menyeluruh
yang berat disebut anasarka.
Edema akan terjadi jika ada perubahan dalam membrane kapiler, meningkatkan
pembentukan cairan interstisiel atau menurunkan perpindahan cairan interstisiel.
Luka bakar dan infeksi merupakan contoh-contoh keadaan yang dihubungkan
dengan peningkatan volume cairan interstisiel. Obstruksi aliran limfatik atau
penurunan tekanan onkotik plasma menyebabkan peningkatan volume cairan
interstisiel. Ginjal menahan natrium dan air jika ada penurunan volume
ekstraseluler sebagai akibat dari penurunan curah jantung dari gagal jantung.

11
Asites merupakan bentuk edema yang terlihat pada kavitas peritoneal akibat dari
sindroma nefrotik atau sirosis. Pasien umumnya mengeluhkan napas pendek dan
perasaan tertekan karena adanya tekanan pada diafragma.
Edema biasanya terlihat pada area yang tergantung. Edema dapat ditemukan pada
pergelangan kaki, sakrun, skrotum, atau daerah periorbital di wajah. Edema
pitting disebut demikian karena sebuah lubang terbentuk jika seseorang menekan
sebuah jari ke jaringan yang edema. Edema pulmonal merupakan bentuk lain dari
edema dimana terjadi peningkatan cairan dalam interstisium paru dan alveoli.
Manifestasi termasuk napas pendek, peningkatan frekuensi pernafasan, diaforesis,
dan krekels dan mengi pada auskultasi paru. Penurunan hematocrit akibat
hemodelusi, hasil gas darah arteri menunjukkan alkalosis respiratori dan
hipoksemia, dan penurunan osmolalitas dan natrium serum karena retensi cairan
mungkin terjadi dengan edema. BUN dan kreatinin akan meningkat, berat jenis
urin akan menurun karena ginjal mencoba untuk mengeksresikan air yang
berlebihan, dan natrium urin akan menurun karena peningkatan produksi
aldosterone.
Tujuan pengobatan pada edema adalah untuk mempertahankan atau
mengembalikan volume cairan intravaskuler yang bersirkulasi. Selain mengobati
penyebab, pilihan pengobatan lain mungkin termasuk terapi diuretic, pembatasan
cairan dan natrium, peningkatan ekstremitas, pemakaian stoking suportif,
parasentesis, dialysis, atau hemofiltrasi arterial vena kontinu (CAVH).

2.4 Proses Asidosis dan Alkalosis

1. Asidosis

Asidosis adlah peningkatan sistemik konsentrasi ion hydrogen.


Konsentrasi ion hydrogen dapat meningkat karena kegagalan paru

12
mengeluarkan karbon dioksida atau apabalia terjadi produksi asam-asam
yang mudah dan tidak mudah menguap secara berlebihan. Asidosis juga
dapat timbul apabila terjadi pengeluaran basa bikarbonat karena diare
persisten atau ginjal gagal menyerap kembali bikarbonat atau mensekresi
ion hydrogen. Merupakan peningkatan sistemik konsentrasi ion hydrogen
(H+) yang disebabkan oleh :

- Kegagalan paru untuk mengeliminasi karbon dioksida (CO2)


- Akumulasi produk-produk asam pada metabolism, yang melibatkan
asam karbonat (tidak mudah menguap)
- Peningkatan konsentrasi H+
- Hilangnya anion bikarbonat basa (HCO3-) yang disebabkan oleh diare
persiten
- Kegagalan ginjal untuk mereabsorbsi HCO3- atau menyekresi H+

2. Alkalosis

Alkalosis adalah penurunan sistemik konsentrasi ion hydrogen.


Konsentrasi ion hydrogen dapat turun akibat pengeluaran karbon
dioksida yang berlebihan selama hiperventilasi, keluarnya asam-asam
yang tidak mudah menguap melalui muntah, atau asupan basa yang
berlebihan. Merupakan penurunan sistemik konsentrasi H+ yang
mungkin disebabkan oleh :

- Hilangnya CO2 berlebih selama hiperventilasi


- Hilangnya asam laktat selama muntah
- Penyerapan basa secara berlebih

 Asidosis Respiratorik

13
Asidosis Respiratorik adalah penurunan pH arteri yang terjadi akibat
gangguan respirasi primer. Paru bertugas untuk mengeleminasi asam mudah
menguap dalam bentuk karbon dioksida yang merupakan hasil metabolisme.
Apabila pernapasan terganggu dan kadar karbondioksida meningkat, maka
persamaan 19.2 terdorong kekanan oleh aksi masa sehingga terjadi
peningkatan konsentrasi ion hydrogen. Pada keadaan awal, peningkatan ion
hydrogen akan disangga. Namun, apabila ekspirasi asam mudah menguap
mengalami gangguan yang bermakna, maka kadar ion hydrogen bebas akan
meningkat dan pH turun.
 Penyebab Asidosis Respiratorik
Penyebab asidosis respiratorik mencakup semua gangguan paru
opstruktif (penyakit paru okstruktif menahun atau asma) serta
hipoventilasi apa pun sebabnya, termasuk overdosis obat atau
opstruksi jalan napas. Kongesti paru yang parah dapat menyebabkan
penurunan difusi karbondioksida dari darah ke dalam paru sehingga
eliminasinya melalui udara berkurang. Demikian juga, sindrom
distress pernapasan pada bayi atau dewasa, apapun sebabnya,
berkaitan dengan penurunan aliran darah paru serta gangguan
pertukaran karbondioksida dan oksigen antara paru dan darah sehingga
terjadi penimbunan karbondioksida.
 Kompensansi untuk Asidosis Respiratorik
Apabila asisdosis disebabkan oleh masalah pernapasan, maka timbul
kompensasi ginjal. Kompensasi ginjal menyebabkan peningkatan
sekresi dan ekskresi asam serta peningkatan reabsorpsi basa. Tidak
terjadi atau hanya sedikit bikarbonat yang disekresikan dalam urin.
Untuk memulainya, kompensasi ginjal memerlukan waktu minimal 24
jam. Dengan demikian, meski amat menyembuhkan, kompensasi
tersebut hanya terjadi pada kasus asidosis respirasi yang berlangsung

14
selama waktu tersebut. Apabila kompensasi berhasil, maka pH plasma
akan tetap berada dalam rentang normal.
 Gambaran Klinis
 Gejala-gejala neurologis misalnya nyeri kepala, perubahan
perilaku, dan tremor.
 Dapat terjadi depresi pernapasan akibat peningkatan
karbondioksida.
 Perangkat Diagnostik
 Tekanan parsial karbondioksida lebih besar dari 45mmHg
(karena peningkatan karbondioksida adalah penyebab masalah)
 Untuk asidosis respiratorik yang berlangsung lebih dari 24 jam,
kadar bikarbonat plasma meningkat (lebih dari 28 mEq/l)
mencerminkan kenyataan bahwa ginjal sedang
mengekskresikan banyak ion hydrogen dan menyerap banyak
basa.
 Apabila kompensasi ginjal berhasil, maka pH plasma akan
rendah, tetapi berada dalam rentang normal. Apabila
kompensasi tidak berhasil atau asidosis respirstoriknya lebih
akut dari pada 24 jam, maka pH plasma akan memperlihatkan
konsentrasi ion hydrogen yang tinggi (<7,35). pH urine akan
menjadi asam karena ginjal mengekskresikan lebih banyak ion
hydrogen dan mengembalikan pH ke nilai normal.

 Komplikasi
 Paralisis dan koma akibat vasodilatasi serebrum sebagai respon
terhadap peningkatan konsentrasi karbondiioksida jika
kadarnya menjadi toksik
 Penatalaksanaan

15
 Perbaikan ventilasi pentinng dilakukan. Mungkin diperlukan
ventilasi mekanis.

 Alkalosis Respiratorik
Alkalosis Respiratorik adalah peningkatan pH arteri yang terjadi akibat
gangguan penapasan. Alkalosis respiratorik terjadi apabila kadar
karbondioksida turun dibawah 38mmHg.
 Penyebab Alkalosis Respiratorik
Alkalosis respiratorik terjadi akibat hiperventilasi. Penyebab
hiperventilasi antara lain adalah demam dan rasa cemas. hipoksemia
dapat merangsang hiperventilasi apabila tekanan parsial oksigen dalam
darah arteri turun dibawah 50mmHg (normalnya adalah sekitar
100mmHg). Toksisitas salisilat dan inveksi otak dapat secara langsung
merangsang pusat pernapasan diotak untuk meningkatkan kecepatan
pernapasan yang menyebabkan alkalosis respiratorik.
 Kompensasi untuk Alkalosis Respiratorik
Alkalosis yang disebabkan oleh gangguang pernapasan akan
merangsang kompensasi ginjal. Kompensasi ginjal mengusahakan
pemulihan pH ke tingkat normal dengan menurunkan sekresi ion
hydrogen dan secara aktif mensekresikan ionn bikarboonat ke dalam
urine. Kompensasi ginjal memerlukan waktu 24 jam agar efektif.
 Gambaran Klinis
 Manifestasi klinis utama adalah pernapasan yang cepat yang
menjadi penyebab alkalosis.
 Gangguan susunan saraf pusat termasuk pusinga, kontraksi
otot, dan perubahan kesadaran.
 Perangkat Diagnostik

16
 Analisis gas darah memperlihatkan penurunan tekanan parsial
karbondioksida dibawah 35mmHg (karena penurunan
karbondioksida adlah penyebab alkalosis). Untuk alkalosis
respiratorik yang berlangsung lebih dari 24 jam, kadar
bikarbonat akan menurun (<22mEq/l), yang mencerminkan
kenyataan bahwa ginjal kurang menyerap ulang basa atau
mensekresikan basa kedalam urine.
 Apabila konpensasi ginjal berhasil, maka pH plasma akan
tinggi tetapi masih dalam rentang nnormal. Apabila
kompensasi gagal atau alkalosis respiratorik berlangsung lebih
akut lebih dari 24 jam, maka pH plasma akan mencerminkan
rendahnya konsentrasi ion hydrogen (pH >7,35). pH urine akan
basa karena ginjal berusaha untuk mengeksekresikan lebih
banyak basa bikarbonat dan memulihkan pH ketingkat normal.
 Komplikasi
 Kejang dan koma bila keadaan menetap atau menjadi makin
parah.
 Penatalaksanaan
 Menentukan dan mengatasi penyebab hiperventilasi adalah
terapi yang paling berhasil.
 Meningkatkan tekanan parsial karbondioksida dengan bernapas
melalui suatu kantong dan menghirup kembali udara yang
dikeluarkan dapat mengatasi alkalosis pada situasi-situasi akut.
 Asidosis Metabolik
Asidosis metabolic adalah penurunan pH arteri akibat masalah non respirasi.
Asidosis metabolic ditandai dengan penimbunan asam tidak mudah menguap.
 Penyebab Asidosis Metabolik

17
Asidosi metabolic dapat timbul apabila terjadi peningkatan produksi
asam-asam yang tidak mudah menguap, penurunan klirens ginjal atas
asam-asam yang tidak mudah menguap, ataukeluarnya bikarbonat.
o Asam yang Tidak Mudah Menguap
Asam yang tidak mudah menguap antara lain adalah asam
laktat yang terbentuk selama hipoksia lama, keton yang
dihasilkan sebagai suatu produk sampingan metabolisme lemak
pada pasien diabetes, dan asam-asam yang berasal dari
overdosis obat misalnya salisilat (suatu produk metabolisme
aspirin); peningkatan pembentukan asam manapun dari asam-
asam ini dapat menimbulkan asidosis metabolic.
o Penurunan Klirens Ion Hidrogen oleh Ginjal
Penurunan klirens ion hydrogen oleh ginjal terjadi pada gagal
ginjal atau apabila terjadi gangguanpada aliran darah ginjal.
Akibat keadaan itu, ginjal yang dalam keadaan normal
akanmenyerap semua keadaan bikarbonat yang difiltrasi dan
secara aktif mennsekresikan ion hydrogen ke dalam urine.
o Hilangnya Bikarbonat
Hilangnya bikarbonat dapat terjadi apabila fungsi ginjal
menurun karena giinjal gagal menyerap ulang bikarbonat.
 Kompensasi untuk Asidosis Metabolik
Apabila asidosis disebabkan oleh gangguan metabolic, maka terjadi
kompensasi respirasi. Kompensasi respirasi untuk asidosis metabolic
berupa ekspirasi lebih banyak karbon dioksida oleh paru, melalui
peningkatan kecepatan dan kedalaman pernapasan. pH plasma akan
kembali ke tingkat normal. Respirasi yang terjadi selama asidosis
metabolic akibat ketoasidosis diabetes disebut pernapasan kussmaul.

18
Keberhasilan kompensasi respirasi bergantung bergantung pada
keparahan asidosis.
 Gambaran Klinis
 Lemah dan keletihan akibat gangguan fungsi otot
 Anoreksia, mual dan muntah
 Kulit yang hangat memerah karena penurunann sensitive pH
sebagai respons vascular terhadap rangsangan simpatis
 Nyeri dan kram abdomen
 Tinja encer dan sering
 Perangkat Diagnostik
 Analisis gas darah memperlihatkan kadar bikarbonat kurang
dari 22mEq/l (karena penurunan bikarbonat adalah penyebab
langsung asidosis atau mencerminkan suatu peningkatan
konsentrasi ion hydrogen).
 Karena kompensasi rspirasi timbul segera, maka kadar
karbondioksida akan turn dengan cepat, mencerminkan
kenyataan bahwa paru meningkatkan kecepatan pernapasan
untuk mengeluarkan lebih banyak asam. Tekanan parsial
karbondioksida kurang dari 35mmHg. Respirasi akan cepat dan
dalam.
 Asidosis metabolic disebabkan oleh ketoasidosis diabetes
 Asidosis disebabkan oleh gagal ginjal kronis
 Komplikasi
 Asidosis metabolic disebabkan oleh gagal ginjal kronis
(komplikasi osteodistrofi dan enzepalofati ginjal).
 pH kurang dari 7,0 maka dapat terjadi disritmia jantung.
 Penatalaksanaan

19
 Untuk asidosis metabolic secara spesifik didasarkan pada
pengobatan penyebab gangguan.
 Pasien yangmenderita penyakit ginjal, harus mencakup
penberian basa yang berlebihan pada makanan.
 Mungkin diperlukan pemberian natrium bikarbonat untuk
meningkatkan pH secara cepat.
 Alkalosis Metabolik
Alkalosis metabolic adalah peningkatan pH arteri akibat gangguan
nonrespirasi.
 Penyebab Alkalosis Metabolik
Alkalosis metabolic dapat terjadi apabila terdapat pengeluaran asam
yang berlebihan atau asupan basa meningkat. Dehidrasi dan perubahan
kadar elektrolit ekstrasel, yang menyebabkan pergeseran dalam
elektrolit-elektrolit plasma, dapat menyebabkan alkalosis metabolic.
o Hilangnya asam
Timbul akibat muntah yang berlebihan (lambung bersifat
asam). Muntah menyebabkan alkalosis secara tidak langsung
(keluarnya klorida).
o Peningkatan Kadar Bikarbonat
Terjadi pada asupan bikarbonat dalam bentuk antacid yang
mengandung bikarbonat digunakan untuk mengobati indigesti
atau nyeri uluhati. Larutan bikarbonat digunakan selama
resusitasi kardipulmonaris dan menyebabkan alkalosis
metabolik
o Penurunan volume cairan ekstrasel
Dapat menyebabkan peningkatan kadar bikarbonat plasma dan
alkalosis metabolic dengan mengurangi jumlah bikarbonat
yang difiltrasi di glomerulus.

20
o Perubahan kadar elektrolit Ekstrasel
Menyebabkan alkalosis akibat pergeseran ion-ion hydrogen ke
dalam sel.
 Kompensasi untuk Alkalosis Metabolik
Kompensasi respirasi dilakukan pada alkalosis yang disebabkan oleh
masalah metabolic. Penurunan kecepatan dan kedalaman pernapasan
adalah kompensasi respirasi yang dilakukan pada alkalosis metabolic.
Kompensasi respirasi berkerja untuk mengembalikan pH plasma ke
normal dan terjadi hampir setelah awitan alkalosis.
 Gambaran Klinis
 Kelainan neurologis muncul secara lambat dan mungkin
berupa konfusi, yang reflex hiperaktif, spasma, dan tetani
(kontaksi otot yan gmenetap).
 Perangkat Diagnostik
 Analisis gas darah memperlihatkan peningkatan kadar
bikarbonat diatas 28mEq/l (karena peningkatan bikarbonat
adalah penyebab langsung alkalosis ataumencerminkan
penurunan konsentrasi ion hidrogen).
 Karena kompensasi respirasi, maka kadar karbon dioksida akan
meningkat yang mencerminkan kenyataan bahwa paru
meperlambat kecepatan pernapasan untun menghambat lebih
banyak asam agar pH kembali ke tingkat normal. Tekanan
parsial karbondioksida akan lebih besar dari 45mmHg.
Kecepatan dan kedalaman pernapasan akan berkurang
menyebabkan hipoksemia.
 Apabila kompensasi respirasi berhasil, maka pH plasma akan
tinggi dalam rentang normal. Kompensasi tidak berhasil, maka

21
pH plasma mencerminkan tingginya konsentrasi basa plasma
dan akan lebih dari 7,45 akibat peningkatan karbondioksida.
 pH urin akan basa apabila fungsi ginjal normal karena ginjal
akan berusaha mengekskresikan lebih sedikit asam dan lebih
banyak basa untuk mengembalikan pH normal.
 Komplikasi
 Pada pH yang lebih dari 7,55, dapat terjadi disritmia dan koma
akibat perubahan depolarisai neuron dan sel otot jantung.
 Penatalaksanaan
 Apabila penyebabnya adalah defisiensi klorida atau kalium,
maka ion-ion tersebut harus diganti.
 Apabila penyebabnya adalah penurunan volume cairan
ekstrasel, maka diperlukan sulih dengan larutan salin.

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Air merupakan komponen terbesar dari tubuh manusia. Presentase cairan


tubuh tergantunng pada usia, jenis kelamin dan derajat status gizi seseorang.
Seluruh cairan tubuh tersebut secara garis besar terbagi kedalam 2 kompartemen,
yaitu intraseluler dan ekstraseluler. Cairan tubuh sendiri terdiri dari komposisi zat
elektrolit dan elektrolit yang masing-masing memegang peranannya.

Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh dapat menyebabkan


berbagai macam gangguan. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit dapat
terjadi dalam beberapa bentuk, seperti overhidrasi, dehidrasi, hiponatremia,
hipernatremia, dan sebagainya. Masing-masing gangguan keseimbangan tersebut
menimbulkan berbagai gejala dan bahkan kegawatdaruratan medis. Oleh sebab
itu, praktisi kesehatan seharusnya mengetahui tentang pentingnya keseimbangan
cairan dan elektrolit agar tidak terjadi kasus-kasus tersebut.

3.2 Saran

Demi kesempurnaan makalah ini, kami sangat mengharapkan kritikan dan


saran yang bersifat membangun kearah kebaikan demi kelancaran dan
kesempurnaan makalah ini.

23

Anda mungkin juga menyukai