Anda di halaman 1dari 18

LABORATORIUM KIMIA

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

STIKes MEGA REZKY MAKASSAR

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR

PERCOBAAN KINETIKA REAKSI

Disusun Oleh :

KELOMPOK IV

PROGRAM STUDI DIII FARMASI

STIKes MEGA REZKY MAKASSAR

2017
NO. NAMA KELOMPOK NIM

1. AYU LESTARI 17 3145 401 029

2. MOELIANA FARYANSA 17 3145 401 010

3. ANDIRA VIRGI AMALIAH 17 3145 401 002

4. RAHEL RUMBA 17 3145 401 042

5. WINDA ASTUTI 17 3145 401 014

6. SRY RAHMY ANGRAENY 17 3145 401 035

7. NIRWANA 17 3145 401 019

8. SUMARNI 17 3145 401 039

9. FRANS YANCE TUANUBUM 17 3145 401 027


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kinetika reaksi adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari

berlangsungnya suatu reaksi. Kinetika reaksi menerangkan dua hal yaitu

mekanisme reaksi dan laju reaksi. Dalam kehidupan konsep laju reaksi sudah

banyak diterapkan dalam kegiatan sehari-hari, dan yang menjadi prinsipnya

adalah semakin besar konsentrasi pereaksi maka lajunya semakin cepat,

semakin tinggi suhu maka reaksinya semakin cepat, semakin luas bidang

sentuh maka akan semakin cepat laju reaksinya, seperti contoh penduduk

pedesaan membelah kayu gelondongan menjadi beberapa bagian sebelum

dimasukkan ke tungku perapian (Anonim, 2010). Dalam bidang industri

konsep pengaruh luas permukaan bidang sentuh terhadap laju reaksi

diterapkan pada beberapa industri seperti industri alumunium, logam

alumunium diperoleh dari mineral bauksit melalui proses peleburan dan

elektrolisis. Pada industri semen konsep laju reaksi konsep laju reaksi

diterapkan saat batu kapur dihancurkan menggunakan mesin penghancur

sampai halus. Penghancuran ini bertujuan mempercepat reaksi pada proses

selanjutnya (Anonim, 2010). Dalam ilmu kimia persamaan laju reaksi hanya

dapat dinyatakan berdasarkan data hasil percobaan. Dari data tersebut akan

didapat cara untuk menentukan orde reaksi dan konstata laju reaksi.

Persamaan laju reaksi ditentukan berdasarkan konsentrasi awal setiap zat

dipangkatkan orde reaksinya. Nilai orde reaksi tak selalu sama dengan
koefisien reaksi zat yang bersangkutan, karena orde reaksi merupakan

penjumlahan dari orde reaksi setiap zat pereaksi. Mekanisme reaksi dipakai

untuk menerangkan bagian langkah suatu reaktan berubah menjadi suatu

produk (Anonim, 2010). Pada percobaan kali ini akan dibahas mengenai

pengaruh konsentrasi dan suhu terhadap laju reaksi.

B. Tujuan Percobaan
1. Untuk menentukan orde reaksi terhadap sistem H2SO4 – Na2S2O3.

2. Untuk menentukan tetapan laju reaksi sistem H2SO4 – Na2S2O3.

3. Untuk menentukan energi aktivasi sistem H2SO4 – Na2S2O3.

4. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan suhu terhadap laju reaksi.

C. Manfaat Percobaan
Agar mahasiswa dapat mengetahui dan membuktikan pengaruh

konsentrasi dan suhu terhadap laju reaksi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum

Dalam ilmu kimia, laju reaksi menunjukan perubahan konsentrasi zat yang

terlibat dalam reaksi setiap satuan waktu. Konsentrasi pereaksi dalam suatu reaksi

kimia semakin lama semakin berkurang, sedangkan hasil reaksi semakin lama

semakin bertambah (Anderton, 1997).

Untuk mempercepat laju rekaksi ada 2 cara yang dapat dilakukan yaitu

memperbesar energi kinetik suatu molekul atau menurunkan harga Ea. Kedua cara

itu bertujuan agar molekul-molekul semakin banyak memiliki energi yang sama

atau lebih dari energi aktivasi sehingga tumbukan yang terjadi semakin banyak

(Ryan, 2001).

Laju reaksi suatu reaksi kimia merupakan pengukuran bagaimana konsentrasi

ataupun tekanan zat-zat yang terlibat dalam reaksi berubah seiring dengan

berjalannya waktu. Analisis laju reaksi sangatlah penting dan memiliki banyak

kegunaan, misalnya dalam teknik kimia dan kajian kesetimbangan kimia. Laju

reaksi secara mendasar tergantung pada (Hiskia Achmad, 1992). Metode dalam

penentuan orde reaksi :

1. Metode integrasi penentuan orde reaksi

Salah satu untuk menentukan orde reaksi untuk menentukan orde reaksi

adalah dengan jalan mencocok persamaan laju reaksi, masalah utama dalam

metode ini adalah adanya reaksi samping dan reaksi kebalikan yang dapat
mempengaruhi hasil percobaan. Tetapi cara inimerupakan cara penentuan orde

reaksi yang palking tepat (Bird, 1993).

2. Metode laju reaksi awal

Dengan metode ini, masalah reaksi dan reaksi kebalikan dapat ditiadakan

dalam metode ini prosedur yang dilakuakn adalah mengukur laju reaksi awal

dengan konsentrasi awal reaktan yang berbeda –beda, Namun dengan cara ini

sulit untuk mempengaruhi ini orde reaksi tepat (Bird, 1993).

3. Metode waktu paruh Secara umum, untuk suatu yang b earada n waktu paruh

reaksi sebanding denagn konsentrasi dimana adalah konsentrasi awal reaktan.

Jadi data hasil percobaan dimasukkan kedalam persamaan tersebut. Kemudian

dibuat kurva yang terbentuk garis lurus dengan cara yang sama seperti pada

metode integrasi seperti halnya pada metode integrasi, adanya reaksi samping

mempengaruhi kecepatan metode ini (Bird, 1993).

Penyelidikan tentang reaksi yang bertujuan untuk menentukan hukum

laju dan konstanta laju, seringkali dilakukan pada beberapa temperature.

Idealnya langkah pertama untuk mengenali semua produknya, dan untuk

menyelidiki ada tidaknya antar hasil sementara dan reaksi samping (Atkins,

1999).

Daya (laju) suatau reaksi kimia sama dengan hasil kali massa aktif

(konsentrasi) pereaksi dan koefisien afinitas (tetapan kecepatan) dengan setiap

massa aktif meningkat sampai daya tertentu. Daya tertentu tersebut tidak harus

angka-angka bulat dan tidak disimpulkan dari persamaan reaksinya. Hukum


Gulberd dan Waage tersebut dikenal sebagai hukum aksi massa (Anonim,

2010).

Laju reaksi berhubungan dengan konsentrasi zat-zat yang terlibat dalam

reaksi. Hubungan ini ditentukan oleh persamaan laju tiap-tiap reaksi. Perlu

diperhatikan bahwa beberapa reaksi memiliki kelajuan yang tidak tergantung

pada konsentrasi reaksi. Hal ini disebut sebagai reaksi orde nol.

Kinetika reaksi adalah cabang ilmu kimia yang membahas tentang laju

reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Laju atau kecepatan reaksi

adalah perubahan konsentrasi pereaksi ataupun produk dalam suatu satuan

waktu. Laju suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya

konsentrasi suatu pereaksi, atau laju bertambahnya konsentrasi suatu produk.

Konsentrasi biasanya dinyatakan dalam mol per liter. Laju reaksi suatu reaksi

kimia dapat dinyatakan dengan persamaan laju reaksi.

Untuk reaksi berikut :

A + B → AB

Persamaan laju reaksi secara umum ditulis sebagai berikut :

r = k [A]m [B]n

Besarnya laju reaksi dipengaruhi oleh faktor – faktor sebagai berikut :

Sifat dan ukuran pereaksi, konsentrasi pereaksi, suhu reaksi, dan katalis.

1. Sifat dan Ukuran Pereaksi

Sifat pereaksi dan ukuran pereaksi menentukan laju reaksi.

Semakin relatif dari sifat pereaksi laju reaksi akan semakin bertambah atau

reaksi berlangsung semakin cepat. Semakin luas permukaan zat pereaksi


laju reaksi akan semakin bertambah, hal ini dijelaskan dengan semakin

luas permukaan zat yang bereaksi maka daerah interaksi zat pereaksi

semakin luas juga. Permukaan zat pereaksi dapat diperluas dengan

memperkecil ukuran pereaksi. Jadi untuk meningkatkan laju reaksi, pada

zat pereaksi dalam bentuk serbuk lebih baik bila dibandingkan dalam

bentuk bongkahan.

Sifat dasar pereaksi. Zat-zat berbeda secara nyata dalam lajunya

mereka mengalami perubahan kimia. Molekul hidrogen dan flour bereaksi

secara meledak, bahkan pada temperatur kamar, dengan menghasilkan

molekul hidrogen fluorida.

H2 + F2 → 2HF (sangat cepat pada temperatur kamar)

Pada kondisi serupa, molekul hidrogen dan oksigen bereaksi begitu lambat

sehingga tak Nampak perubahan kimia :

2H2 + O2 → H2O

2. Konsentrasi Laju

suatu reaksi dapat dinyatakan sebagai laju berkurangnya

konsentrasi suatu pereaksi, atau sebagai laju bertambahnya konsentrasi

suatu produk. Besarnya laju reaksi sebanding dengan konsentrasi pereaksi.

Jika natrium tiosulfat dicampur dengan asam kuat encer maka akan timbul

endapan putih.

3. Temperatur atau Suhu Reaksi

Laju suatu reaksi kimia bertambah dengan naiknya temperatur.

Biasanya kenaikan sebesar 10ºC akan melipatkan dua atau tiga laju suatu
reaksi antara molekul-molekul. Kenaikan laju reaksi ini dapat diterangkan

sebagian sebagai lebih cepatnya molekul-molekul bergerak kian kemari

pada temperatur yang lebih tinggi dan karenanya bertabrakan satu sama

lain lebih sering. Tetapi, ini belum menjelaskan seluruhnya, ke

molekulmolekul lebih sering bertabrakan, tetapi mereka juga bertabrakan

dengan dampak (benturan) yang lebih besar, karena mereka bergerak lebih

cepat. Pada temperatur besar, karena makin banyak molekul yang

memiliki kecepatan lebih besar dan karenanya memiliki energi cukup

untuk bereaksi.

Hampir semua reaksi menjadi lebih cepat bila suhu dinaikkan

karena kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel

pereaksi. Akibatnya jumlah dan energi tumbukan bertambah besar.

4. Luas Permukaan Bidang Sentuh

Semakin besar luas permukaan bidang sentuh, semakin besar

kemungkinan partikel-partikel untuk bertumbukannya / bereaksi sehingga

laju reaksi semakin naik, dan sebaliknya untuk luas permukaan bidang

sentuh yang kecil.

5. Katalis

Katalis adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu reaksi untuk

mempercepat jalannya reaksi. Katalis biasanya ikut bereaksi sementara

dan kemudian terbentuk kembali sebagai zat bebas. Suatu reaksi

menggunakan katalis disebut dengan reaksi katalis atau prosesnya disebut

katalisme (Keenan,1980).
B. Uraian Bahan
1. H2SO4 (Depkes RI ; 1979)

Nama resmi : ACIDUM SULFURICUM.

Nama lain : Asam sulfat. RM / BM : H2SO4 / 98,07.

Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif; tidak

berwarna; jika kedalam air menimbulkan panas.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.

Kegunaan : Sebagai sampel.

2. Natrium Tiosulfat (Depkes RI ; 1979)

Nama resmi : NATRI THIOSULFAS.

Nama lain : Natrium Tiosulfat. RM / BM : Na2S2O3 / 248,17.

Pemerian : Hablur besar tidak berwarna / serbuk hablur kasar.

Dalam lembab meleleh basah, dalam hampa udara

merapuh.

Kelarutan : Larut dalam 0,5 bagian air, praktis tidak larut

dalam

etanol.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Sebagai sampel.

3. Aquadest (Depkes RI ; 1979)

Nama resmi : AQUADESTILLATA.

Nama lain : Air suling, Aquadest. RM / BM : H2O/ 18,02.

Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak


mempunyai rasa.

Kelarutan : -

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup.

Kegunaan : Sebagai pengencer / pelarut.


BAB III

PROSEDUR KERJA

A. ALAT DAN BAHAN

Alat-alat yang digunakan dalam percobaan kinetika reaksi adalah gelas

kimia (Pyrex Iwaki), kaki tiga (PSI), lampu spritus, pipet skala, pipet tetes, rak

tabung, stopwatch, tabung reaksi (Pyrex Iwaki), dan termometer (Gea

medical).

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah H2SO4 0,1 M

(Asam sulfat) ; Na2S2O3 0,1 M (Natrium tiosulfat) ; H2O (Aquadest) ; Es

batu ; Tissue ; dan Label.

B. CARA KERJA

1. Pengaruh konsentrasi

Pertama-tama disediakan lima buah tabung reaksi dan masing-

masing tabung tersebut diisi dengan 5 ml H2SO4 0,1 M (Asam Sulfat).

Kemudian disediakan lima buah tabung reaksi yang lain dan tiap tabung

tersebut diisi dengan 5 ml, 4 ml, 3 ml, 2 ml, dan 1 ml Na2S2O3 0,1 M,

diencerkan hingga volume 5 ml dengan aquadest. Lalu dicampurkan isi

tabung reaksi tersebut dari 5 sediaan pertama kedalam masing-masing 5

sediaan kedua, dan bersamaan dengan bercampurnya kedua zat tersebut,

stopwatch dijalankan. Stopwatch dihentikan setelah ada reaksi berupa

kekeruhan. Terakhir, dicatat waktu yang digunakan


2. Pengaruh suhu

Pertama-tama disiapkan 6 buah tabung reaksi, 3 buah diisi dengan

H2SO4 0,1 M dan 3 buah lainnya diisi dengan Na2S2O3 0,1 M masing-

masing 3 ml. Lalu dimasukkan sepasang tabung reaksi(1 buah yang berisi

H2SO4 dan 1 buah berisi Na2S2O3) kedalam gelas kimia yang berisi air

dingin (air es) dengan suhu 5°C beberapa menit sehingga suhunya merata

termasuk suhu larutannya. Setelah itu diambil sepasang tabung reaksi.

Kemudian dicampurkan isi tabung tersebut, dan bersamaan bercampurnya

kedua zat, stopwatch dijalankan Stopwatch dihentikan setelah terjadi

reaksi berubah kekeruhan. Setelah itu dicatat waktu yang digunakan dan

suhu reaksi. Lalu dikerjakan kembali,padainterval suhu yang berbeda,

yaitu suhu kamar 30°C dan suhu panas 60°C.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Pengaruh Konsentrasi

Volume Volume Volume


No. t(s) x y xy x2
H2SO4 Na2S2O3 H2O

1. 5 ml 5 ml 0 ml 52 1 3,9 3,9 1

2. 5 ml 4 ml 1 ml 65 0,8 4,1 3,28 0,64

3. 5 ml 3 ml 2 ml 83 0,6 4,4 2,64 0,36

4. 5 ml 2 ml 3 ml 152 0,4 5,02 2,008 0,16

5. 5 ml 1 ml 4 ml 355 0,2 5,8 1,16 0,04

∑ 3 23,2 12,98 2,2

2. Pengaruh Suhu

Volume Volume
No. T(°C) t(s) x y xy x2
H2SO4 Na2S2O3

1. 3 ml 3 ml 5°C 171 5 5,1 25,5 25

2. 3 ml 3 ml 30°C 50 30 3,9 117 900

3. 3 ml 3 ml 60°C 15 60 2,7 162 3600

∑ 95 11,7 304,5 4525


B. Pembahasan

Kinetika reaksi atau laju reaksi dinyatakan sebagai besarnya

perubahan konsentrasi zat pereaksi atau produk reaksi per satuan waktu.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi yaitu : Sifat dan ukuran

pereaksi, konsentrasi, temperatur atau suhu reaksi, luas permukaan bidang

sentuh, dan katalis.

Dalam ilmu kimia persamaan laju reaksi hanya dapat dinyatakan

berdasarkan data hasil percobaan. Dari data tersebut akan didapat cara

untuk menentukan orde reaksi dan konstata laju reaksi. Persamaan laju

reaksi ditentukan berdasarkan konsentrasi awal setiap zat dipangkatkan

orde reaksinya. Nilai orde reaksi tak selalu sama dengan koefisien reaksi

zat yang bersangkutan, karena orde reaksi merupakan penjumlahan dari

orde reaksi setiap zat pereaksi. Mekanisme reaksi dipakai untuk

menerangkan bagian langkah suatu reaktan berubah menjadi suatu produk.

Pada praktikum kali ini membahas tentang pengaruh konsentrasi

dan pengaruh suhu terhadap laju reaksi dengan menggunakan bahan

H2SO4 dan Na2S2O3. Percobaan pertama yaitu pengaruh konsentrasi

terhadap laju reaksi, disiapkan 10 buah tabung reaksi, lima buah tabung

diisi 5 ml H2SO4 0.1 M dan lima tabung reaksi lainnya diisi 5 ml, 4 ml, 3

ml, 2 ml, dan 1 ml Na2S2O3 0.1 M kemudian diencerkan hingga volume 5

ml dengan aqudest, setelah itu dicampurkan isi tabung reaksi tersebut dari

lima sediaan pertama kedalam masing-masing lima sediaan kedua, dan

bersamaan dengan bercampurnya kedua zat tersebut stopwatch dijalankan,


stopwatch dihentikan setelah ada reaksi berupa kekeruhan, dicatat waktu

terjadinya reaksi. Pada percobaan pengaruh konsentrasi ini didapatkan

hasil untuk pasangan tabung (I) (I) bereaksi setelah 52 detik, tabung (II)

(II) bereaksi setelah 65 detik, tabung (III) (III) bereaksi setelah 83 detik,

tabung (IV) (IV) bereaksi setelah 152 detik, dan tabung (V) (V) bereaksi

setelah 355 detik.

Percobaan kedua yaitu pengaruh temperatur atau suhu terhadap

laju reaksi, disiapkan enam buah tabung reaksi, tiga buah diisi dengan 3 ml

H2SO4 0.1 M dan tiga buah lainnya diisi dengan 3 ml Na2S2O3 0.1 M,

dimasukkan sepasang tabung reaksi kedalam gelas kimia yang berisi air

dingin (air es) dengan suhu 5°C selama beberapa menit hingga suhunya

merata termasuk suhu larurannya, kemudian diambil sepasang tabung

reaksi tersebut (satu buah yang berisi H2SO4 dan satu buah berisi

Na2S2O3) setelah itu dicampurkan isi tabung tersebut, dan bersamaan

bercampurnya kedua zat stopwatch dijalankan, stopwatch hanya akan

dihentikan setelah terjadi reaksi berupa kekeruhan, seperti pada percobaan

pengaruh konsentrasi, catat waktu yang digunakan dan suhu reaksi,

dikerjakan kembali mulai dari tahap awal hingga penulisan hasil pada

interval suhu yang berbeda, yaitu suhu ruangan 30°C dan suhu panas

60°C. Pada percobaan pengaruh suhu ini didapatkan hasil untuk pasangan

tabung (I) (I) dengan suhu dingin 5°C bereaksi setelah 171 detik, tabung

(II) (II) dengan suhu ruangan 30°C bereaksi setelah 50 detik, tabung (III)

(III) dengan suhu panas 60°C bereaksi setelah 15 detik.


KENAPA BISA TERJADI KEKERUHAN??

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Kinetika reaksi dinyatakan sebagai besarnya perubahan konsentrasi zat

pereaksi atau produk reaksi per satuan waktu. Faktor yang

mempengaruhi yaitu : Sifat dan ukuran pereaksi, konsentrasi, suhu,

luas permukaan bidang sentuh, dan katalis.

2. Pada percobaan pengaruh konsentrasi didapatkan hasil untuk pasangan

tabung (I) (I) waktu yang digunakan 52 detik, tabung (II) (II) 65 detik,

tabung (III) (III) 83 detik, tabung (IV) (IV) 152 detik, dan tabung (V)

(V) 355 detik, sehingga dinyatakan jika semakin pekat suatu zat atau

semakin tinggi konsentrasi maka semakin cepat terjadinya reaksi.

3. percobaan pengaruh suhu didapatkan hasil untuk pasangan tabung (I)

(I) dengan suhu 5°C waktu yang digunakan 171 detik, tabung (II) (II)

dengan suhu 30°C selama 50 detik, tabung (III) (III) dengan suhu 60°C

selama 15 detik, sehingga dinyatakan jika semakin tinggi suhu maka

semakin cepat terjadinya reaksi.

B. Saran

Pada saat menentukan waktu, stopwatch sebaiknya dihentikan

sebelum terjadi kekeruhan yang berlebihan.


DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Hiskia.1992. Penuntun Belajar Kimia Dasar Elektrokimia dan Kinetika

Kimia.Bandung : PT. Citra Aditia Bakti.

Anderton, J. D. 1997. Foundations of Chemistry Edisi kedua. Melbourne:

Longman.

Kamaludin, Agus. 2013. Cara Jitu Sukses UN dengan Mudah. Yogyakarta : CV.

Andi Offset.

Atkins, P. W. 1999. Kimia Fisika Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Keenan, dkk.1980. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Penerbit Erlangga. Suroso,

A. Y. 2002. Ensiklopedia Sains dan Kehidupan. Jakarta: Tarity Samudra Berlian.

Ryan, Lawrie. 2001. Chemistry For You. London: Nelson Thornes.

Ditjen, POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Depkes RI.

Firdaus, Sirajul. 2017. Penuntun dan Buku Kerja Praktikum Kimia Dasar.

Makassar : Stikes Mega Rezky

Anda mungkin juga menyukai