NPM :1406522746
No. lelp/HP : 085921 173613
AlamatEmail :dewinurviana.suharto@gmail.com
Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa karya ilmiah akhir saya
yang berjudul "Analisis praktik residensi keperawatan medikal bedah pada pasien
kanker lidah dengan pendekatan Comforr Theory di Rumah Sakit Kanker
Dhannais Jakarta".
Apabrla di kemudian hari seluruh atau sebagian dari karya ilmiah dari hasil-hasil
penelrtian tersebut terdapat indikasi plagiarisme, saya bersedia menerima sanksi
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Demikian pemyataan ini dibuat dalam keadaan sadar dan tanpa unsur paksaan dari
siapapun
Depok, Jum2077
Mengetahui, Yang membuat pernyataan,
Supervisor utama
Universitas lndonesia
NPM 21406522746
randarangan ,
\1j;i,4
Tanggal : 12 Juni 2017
NPM 1406522746
DEWAI\ PENGUJI
Penguji I Dr.KemalaRitawahidi,S'Kp',Sp.onk.,MARS.,ETNr*
di
Ditetapkan : Depok
Tanggal : Juni20l7
Universitas lndonesia
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah Ta’ala dengan
berkat dan rahmatNya serta segala kemudahan yang diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir (KIA) ini dengan judul ―Analisis Praktik Residensi
Keperawatan Medikal Bedah pada Pasien Kanker Payudara dengan Pendekatan Comfort
Theory Model di Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta‖. Penyusunan Karya Ilmiah
Akhir ini merupakan laporan pelaksanaan Program Praktek Residensi Ners Spesialis
Kekhususan Keperawatan Medical Bedah Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Indonesia. Laporan Karya Ilmiah Ini merupakan bentuk laporan yang berisi peran-peran
penulis selama menjalani praktek residensi. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan
penulis mengelolah kasus pasien dengan kanker lidah, peran sebagai researcher penulis
mengaplikasikan Evidence Based Nursing pada pasien kanker dengan depresi dan peran
penulis sebagai innovator dengan melakukan proyek inovasi manajemen edukasi terapi
abalasi pada kasus kanker tiroid. Penulisan Karya Ilmiah Ini masih jauh dari
kesempurnaan, berkat bantuan dan bimbingan dari semua pihak sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ini. untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang tulus kepada :
1. Ibu Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia;
2. Direktur Rumah Sakit Kanker Dharmais Jakarta beserta staf, yang telah memberikan
persetujuan atas pelaksanaan praktik residensi keperawatan onkologi;
3. Ibu Dewi Irawaty, M.A., Ph.D. selaku supervisor utama yang telah menyediakan
waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan dan membimbing saya dalam
penyusunan karya ilmiah akhir ini.
4. Ibu Riri Maria, S.Kp., MANP selaku supervisor yang telah memberikan bimbingan
dan arahan dalam penyelesaian karya ilmiah akhir ini.
5. Ibu Dr. Kemala Rita Wahidi, S.Kp.,Sp.Onk.,MARS.,ETN selaku penguji yang
memberikan arahan dalam penyelesaian karya ilmiah ini.
6. Ibu Erna Winarni, S.Kep, selaku kepala Bidang Keperawatan RS Kanker Dharmais
Jakarta;
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini jauh dari sempurna, oleh karena itu kritikan
dan saran dari teman sejawat semua sehingga bisa disempurnakan penulis harapkan.
Semoga karya ilmiah akhir ini dapat memberi kemanfaatan kepada kita semua. Aamiin
Penulis
vi
Beserta perangkat yang ada (iika diperlul€n). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas lndonesia berhak menyimpan, mengalih
media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan dxa (databose), maawat"
dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal :1,2 Jrxi20l7
ang menyatakan,
rM
(DewiNuriana Suharto)
Prevalensi pasien dengan kanker setiap tahun terus mengalami peningkatan. Perawat sebagai
bagian integral dari perawatan dapat memberikan asuhan keperawatan secara holistik dan
komprehensif dengan menjalankan peran sebagai care giver, researcher dan innovator. Praktik
residensi spesialis keperawatan medikal bedah dengan kekhususan onkologi yang telah
dilaksanakan selama 2 semester bertujuan untuk aplikasi dan penerapan peran perawat spesialis
dengan pendekatan comfort theory model. Peran sebagai care giver dilakukan dengan mengelola
30 pasien pada kasus kanker yang bervariasi serta mengelola satu kasus utama dengan kanker
lidah. Peran sebagai researcher dilakukan dengan menerapkan tindakan keperawatan berbasis
pembuktian ilmiah (evidence-based nursing) yaitu penggunaan aromatherapy massages untuk
mengurangi gejala depresi pada pasien kanker. Peran sebagai innovator dilakukan dengan
menerapkan manajemen edukasi terapi radioaktif iodine 131 berbasis multimedia. Analisis proses
praktik residensi menunjukkan bahwa comfort theory efektif untuk diterapkan pada pasien dengan
kasus keganasan dalam pemberian asuhan keperawatan, karena mampu mengidentifikasi
ketidaknyaman pasien secara holistik dari aspek fisik, sosiospiritual, sosiokultural dan lingkungan,
penggunaan aromatherapy massages efektif digunakan pada pasien kanker yang mengalami
depresi dan manjemen edukasi yang berbasis multimedia dapat diterapkan untuk meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman tentang terapi radioaktif iodine 131 pada kanker tiroid.
viii
The prevalence of patients with cancer increase every year. Nurses as an integral part of care can
provide holistic and comprehensive nursing care by performing the role of care giver, researcher
and innovator. The aim of surgical nursing residency practice in oncology is to apply the role of
nurse specialist with comfort theory approach. The role of care giver is done by administering 30
patients in varied cancer cases and managing one major case with tongue cancer. Role as a
researcher is done by applying evidence-based nursing based on aromatherapy massages to
reduce depressive symptoms in cancer patients. The role of innovator is performed by applying
the management of radioactive iodine 131 based multimedia education. Analysis of residency
practice process shows that comfort theory is effective to be applied to patients with malignancy
cases in nursing care, since it can identify patients holistic discomfort from physical,
sociospiritual, sociocultural and environmental aspects. The use of aromatherapy massages is
effective to be applied in cancer patient with depressive symptoms. Multimedia-based educational
management can be applied to improve knowledge and understanding of iodine 131 radioactive
therapy in thyroid cancer.
ix
xi
xii
Tabel 2.1 Klasifikasi stadium TNM karsinoma lidah berdasarkan American Joint
Committee On cancer (AJCC) dan The Union for International Cancer
Control (UICC).................................................................................................26
Tabel 2.2 Penggolongan stadium klinis karsinoma lidah berdasarkan American Joint
Committee On cancer (AJCC) dan The Union for International Cancer
Control (UICC).................................................................................................27
Tabel 3.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Diagnosa Medis dan Rentang Depresi......116
Tabel 3.2 Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia dan Skor Depresi sebelum dan setelah
intervensi.........................................................................................................117
Tabel 3.3 Strategi, metode, media dan alat, tempat dan waktu
pelaksanaan......................................................................................................131
Tabel 3.4 Distribusi Pasien berdasarkan jenis kelamin, pendidikan, diagnosis medis,
dosis ablasi dan siklus ablasi...........................................................................134
xiii
Gambar 2.1 : Stadium Kanker Lidah Berdasarkan Tumor (T) (Head & Neck Cancer
Guide, 2017)
Gambar 2.2 : Stadium Kanker Lidar Berdasarkan Nodul (N) (Head & Neck Cancer
Guide, 2017)
Gambar 2.3 : Alogaritma penanganan kanker lidah pada tahap paliatif
Gambar 2.4 : Bagan Conceptual Framework Theory of Comfort
xiv
xv
Bab ini penulis menggambarkan uraian latar belakang penulisan karya ilmiah
yang menjelaskan tentang praktik residensi, alasan pemilihan topik, tujuan umum
dan tujuan khusus penulisan, manfaat penulisan, serta sistematika penulisan.
1 Universitas Indonesia
Derajat kesehatan dan kesejahteran yang optimal dapat dicapai, perawat sebagai
salah satu komponen penting dalam bidang kesehatan dituntut untuk dapat
menjalankan perannya, termasuk juga peran perawat lainnya sebagai pelengkap
dari peran utama perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan. Perawat spesialis
dalam bidang keperawatan medikal bedah, memiliki tanggung jawab untuk
menjalankan perannya sebagai care provider, educator, advocate, dan inovator
(Ignatavicius & Workman, 2010). Pada tatanan klinik perawat spesialis
merupakan seorang yang pakar dalam bidangnya yaitu suatu bidang spesialisasi
atau subspesialisasi tertentu dalam praktik keperawatan, dimana dalam melakukan
praktik perawat spesialis medikal bedah berperan sebagai clinical practice,
researcher, educator dan inovator (ANA, 1996; Henderson, 2004; Dixon, 2007).
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
3
Dalam laporan kegiatan praktik residensi ini, penulis menjalankan peran sebagai
pemberi asuhan keperawatan dengan mengelola 30 pasien dan 1 kasus kelolaan
utama dengan kasus keganasan. Dalam menjalankan peran ini, penulis
menerapkan asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan teori model
keperawatan. Teori model keperawatan yang digunakan selama praktik residensi
ini adalah comfort theory model yang dikembangkan oleh Khaterine Kolcaba.
Dalam pengaplikasian teori ini, perawat spesialis harus mampu mengidentifikasi
kebutuhan kenyamanan yang tidak terlihat dari pasien, merancang kenyamanan
agar dapat digunakan untuk mengukur kebutuhan dan mencari peningkatan
kenyaman yang diinginkan segera (Tomay &Alligood, 2006). Selama praktik
residensi, teori comfort theory ini diterapkan pada pemberian asuhan keperawatan
pada pasien dengan kasus kanker.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
4
Kanker rongga mulut merupakan kanker yang paling banyak ditemukan di Eropa,
dengan jumlah kasus baru yang terdiagnosis sekitar 61.400 pada tahun 2012 (2%
dari total kanker) (Cancer Treatment Centers of America, 2017). Salah satu
kanker rongga mulut dengan angka kematian yang tinggi yaitu kanker lidah.
Kanker lidah menempati 1% dari seluruh karsinoma dan merupakan keganasan
rongga mulut yang paling sering ditemukan yaitu sekitar 25-45% (Joseph et al,
2017). Kanker lidah merupakan keganasan jenis karsinoma yang mengenai lidah
dan hampir 95% berupa karsinoma sel skuamosa. Kanker lidah terletak sebagian
besar pada dua pertiga anterior lidah, umumnya pada tepi lateral dan bawah lidah
yaitu sekitar 40-75% (Sathyan et al., 2006). Kanker lidah merupakan kanker
dengan progresifitas yang tinggi dan memiliki prognosis yang jelek. Gejala
kanker lidah hampir mirip gejala penyakit secara umum menyebabkan kanker ini
terdekteksi saat stadium lanjut saat sudah metastase (Desen, 2011; Sathyan et al.,
2006). Kanker lidah diangkat sebagai kasus utama, dengan pertimbangan bahwa
kanker lidah merupakan kanker yang pertumbuhannya sangat progresif dengan
prognosis yang jelek dan angka kematian yang tinggi.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
5
Peran lain dari perawat yang juga menjadi salah satu peran utama adalah sebagai
pendidik. Penulis menjalani peran sebagai pendidik dengan memberikan
pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga untuk memberikan informasi
dan pemahaman tentang penyakit, proses perjalanan penyakit dan rencana
tindakan keperawatan yang akan dilakukan termasuk memberikan informasi
tentang tujuan dari tindakan serta perkembangan efektifitas dari implementasi
tindakan tersebut kepada pasien. Peran sebagai pendidik diterapkan juga kepada
teman sejawat keperawatan baik perawat ruangan maupun mahasiswa
keperawatan dengan melakukan bedside teaching, presentasi dan diskusi kasus.
Lebih lanjut, dalam menjalani praktik residensi, penulis juga berperan sebagai
inovator untuk melakukan proyek inovasi dalam rangka memperbaiki kualitas
pelayanan keperawatan. Proyek inovasi yang dilakukan adalah manajemen
edukasi pada pasien kanker tiroid yang menjalani perawatan isolasi radioactive
iodine 131. Penarapan inovasi ini dilakukan di Ruang Isolasi Radioaktif (RIRA)
Rumah Sakit Kanker Dharmais. Mengelola risiko radiasi Iodium-131 menjadi
salah satu tujuan perawatan penting di ruang isolasi radioaktif. Tujuan
pengelolaan ini adalah menjaga tingkat paparan serendah mungkin ―As Low As
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
6
Berdasarkan uraian di atas, dalam analisis praktik residensi ini penulis akan
memaparkan analisis kegiatan praktik residensi dalam menjalankan peran sebagai
pemberi asuhan keperawatan, menerapkan peran sebagai pendidik, menerapkan
tindakan keperawatan berbasis pembuktian ilmiah dan melakukan inovasi sebagai
upaya untuk meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien dengan
kasus keganasan.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
7
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
8
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
BAB 2
STUDI PUSTAKA
Pada bab ini penulis menguraikan tentang studi pustaka yang terkait konsep
kanker lidah dan konsep teori keperawatan dengan pendekatan theory of comfort,
teori Peaceful End of Life, dan theory of goal attainment serta peran perawat
spesialis.
9 Universitas Indonesia
lebih lanjut (Chun-Ta Liao, Yu-Wen Wen, Lan Yan Yang, 2017). Ada beberapa
dugaan bahwa kanker ganas lidah terjadi karena ada hubungan dengan beberapa
gangguan atau penyakit tertentu (Adam, George L, 1997; Heinz Hans, Naumann,
1993; Cancer Treatment Center of America, 2017).
a. Tembakau
Tembakau adalah faktor risiko tunggal yang paling penting untuk kanker rongga
mulut termasuk kanker lidah. Perokok aktif yang menggunakan tembakau ataupun
bukan tembakau meningkatkan resiko terjadinya kanker lidah. Tobacco specific
nitrosamines (TSNA) yang ada pada tembakau tanpa asap merupakan karsinogen
paling berbahaya yang juga bertanggung jawab untuk berbagai lesi prakanker
(International agency for research on cancer, 2012). Hasil studi melaporkan
bahwa insiden kanker rongga mulut di kalangan perokok dan peminum bir
beresiko 15,5 kali terkena kanker lidah dari pada bukan perokok dan peminum bir.
Efek karsinogenik dari tembakau sebagian besar dirangsang oleh zat kimia yang
terdapat pada asap rokok. Asap rokok merangsang perubahan genetik termasuk
mutasi gen, gangguan kromosom, mikronuklei, perubahan kromatin, rusaknya
rantai DNA. Mutasi gen menyebabkan hiperaktif onkogen, gangguan proliferasi,
penolakan G-S, G-M dan M pada siklus sel, mencegah apoptosis dan gangguan
kelangsungan hidup sel. Selain itu juga mutasi gen akan menginaktifkan tumor
supresor yang secara normal berperan untuk mencegah perubahan sel-sel menjadi
ganas (Desen, 2011; Gosselin BJ, 2012; Kelley DJ, 2010).
b. Alkohol
Alkohol merupakan karsinogen untuk kanker rongga mulut termasuk kanker lidah
(International agency for research on cancer, 2012). Faktor resiko akan semakin
meningkat pada alkoholik disertai dengan perokok. Studi melaporkan resiko
kanker lidah meningkat beberapa kali lipat pada pengguna alkohol dan perokok
yang berlebihan (McCoy GD, Wynder EL, 1979; Marcelo GV, Rodrigo PM, 2014)
Penggunaan alkohol merupakan faktor risiko yang paling banyak menyebabkan
untuk karsinoma oral dan karsinoma lidah. Beberapa studi melaporkan kasus baru
kanker lidah sekitar 16.000 orang per tahun di America Serikat (Cancer facts &
figures. American Cancer Society; 2016) insiden ini terkait dengan kebiasaan
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
11
Hasil penelitian melaporkan bahwa kanker lidah sering muncul bersamaan dengan
penyakit syphilis, baik pada kasus aktif atau dengan riwayat penyakit syphilis
sebelumnya, 33% pasien yang menderita kanker lidah juga mengalami penyakit
syphilis (J.S. Poling a, X. J. Mab, S. Bui b, 2014). Ada beberapa penyakit lain
yang merupakan penyebab terjadinya kanker ganas pada lidah diantaranya adalah
hygiene mulut yang jelek, trauma kronik dan gangguan alkohol serta tembakau.
Sejumlah kasus telah diobservasi dimana kanker ganas lidah timbul pada tempat
yang sesuai dengan sumber iritasi kronik seperti caries gigi atau gigi busuk
dengan calculus yang banyak, dan juga karena pemasangan gigi palsu atau
prothesa yang posisinya tidak cocok (Desen, 2011; Cancer Research UK, 2017;
Cancer Treatment Center of America, 2017). Penelitian lain juga menjelaskan
bahwa malnutrisi atau diet yang kekurangan vitamin chemo-protective yaitu
vitamin A, C & E telah terbukti menjadi faktor predisposisi munculnya kanker
lidah (La Vechia C, Franceschi S, Levi F, Negri E, 1993; Garewal HS, Schantz S,
1995; Gosselin BJ, 2012).
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
12
2.1.3. Patofisiologi
Dalam oral squamous cell carcinoma (OSCC), teknologi DNA modern terutama
ketidakseimbangan allelic (kehilangan heterozigositas), telah mengidentifikasi
perubahan kromosom yang menunjukkan keterlibatan tumor suppressor genes
(TSGs), terutama pada kromosom 3, 9, 11, dan 17. Fungsi dari TSGs untuk
membantu mengendalikan pertumbuhan, saat fungsi dari TSGs ini hilang maka
dapat memicu pertumbuhan sel yang abnormal dan tidak terkontrol (Nagler R,
Dayan D. 2006; Desen 2011). Daerah yang diidentifikasi paling sering mengalami
kerusakan dan bermutasi termasuk beberapa di lengan pendek kromosom 3, TSG
menyebut P16 pada kromosom 9, dan TSG menyebut TP53 pada kromosom 17,
namun ditemukan juga beberapa gen lainnya (Nwizu T, Adelstein D, 2015).
Ketidakmampuan DNA untuk memperbaiki kerusakan pada TSGs merupakan
faktor utama yang menyebabkan inisiasi keganasan. Kerusakan pada DNA terjadi
diakibatkan hilangnya atau bertambahnya kromosom, penyusunan ulang
kromosom, dan penghapusan kode kromosom. Penghapusan atau penggandaan
bagian-bagian kromosom memungkinkan untuk ditempati oleh onkogen atau gen
supresor tumor. Sedangkan penyusunan ulang kromosom dapat berubah menjadi
aktivasi karsinogenik (Scher L. Richard, Richtsmeier J. William, 1998).
Perubahan genetik pada karsinoma sel skuamosa kepala dan leher belum diketahui
secara pasti. Califano dkk mengemukakan hilangnya kromosom 9p21 atau 3p
menyebabkan perubahan dini pada mukosa kepala dan leher sehingga
mengakibatkan munculnya karsinoma sel skuamosa. Namun, teori lain
menyatakan bahwa hilangnya kromosom 17p pada gen supresor tumor juga turut
berperan tethadap keganasan kepala dan leher. Selain itu, hilangnya kromosom
3p21 men yebabkan perubahan hyperplasia dan displasia, sedangkan hilangnya
kromosom 6p, 8p, 11q, 14q, dan 4q26-28 menyebabkan terjadinya invasi ke
jaringan sekitar (Scher L. Richard, Richtsmeier J. William, 1998; Nguyen T. C
hau, Padh ya A. Tapan, 2008)
Selain kerusakan TSGs, kanker juga dapat melibatkan kerusakan pada gen lain
yang terlibat dalam pengendalian pertumbuhan, termasuk yang terlibat dalam
pemberian sinyal sel (onkogen), terutama pada kromosom 11 (PRAD1) dan
kromosom 17 (Harvey ras [H-ras]). Perubahan pada onkogen ini secara langsung
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
13
Area epithelium yang abnormal merupakan tempat yang paling sering ditemukan
timbulnya kanker lidah. Awal pertumbuhannya dengan adanya lesi yang terus
tumbuh menjadi lesi yang lebih besar selama kurun waktu yang relatif cepat.
Dilihat dari histologi, tumor terdiri dari lapisan-lapisan sel eosinophilik yang
berkretinasi (Chinn SB, Myers JN, 2015). Menurut histologi tomor memiliki
tingkatan derajat yaitu derajat I-IV (Broder). Kelompok pertama terdiri dari lesi
agak jinak yang disebut carcinoma verukcus. Sifat sel pada kelompok ini pasif
dan hanya terbatas pada permukaannya, tidak meluas ke tulang dan tidak memiliki
anak sebar. Tumor ini membentuk massa papileferus dan masuk ke dalam
kelamina propria. Secara anatomis, lidah kaya akan pembuluh limfe dan saling
berhubungan antara kanan dan kiri sehingga hal ini yang menyebabkan metastase
cepat terjadi pada kelenjar getah bening lokal baik hanya lateran maupun bilateral
(Desen, 2011; Gosselin BJ, 2010; Kelley DJ, 2010).
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
14
Kelenjar Getah Bening (KGB) area servikal. Pada tahap awal paling sering
ditemukan adanya anak sebar di KGB servikal, namun pata tahap lanjut kanker
dapat melakukan metastase secara hematogen ke area yang jauh (Gosselin BJ,
2010; Kelley DJ, 2010; Desen, 2011).
Gambar 1 : Stadium Kanker Lidah Berdasarkan Tumor (T) (Head & Neck Cancer
Guide, 2017)
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
15
Gambar 2 : Stadium Kanker Lidar Berdasarkan Nodul (N) (Head & Neck Cancer
Guide, 2017)
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
16
Kanker lidah predileksi timbul di sepertiga tengah margo lateral lidah, disusul
venter lidah dan dorsum lidah, paling jarang ke apeks lidah. Derajat keganasan
kanker lidah lebih tinggi dari kanker rongga mulut umumnya, riwayat penyakit
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
17
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
18
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
19
MRI : Tes ini menggunakan magnet untuk membuat gambar bagian dalam leher.
Pemeriksaan ini bagus untuk menunjukkan rincian yang lebih halus tentang
seberapa luas massa tumor utama. Ini juga bisa membantu menjaring penyebaran
kanker ke kelenjar getah bening di leher. Keuntungan dari pemeriksaan MRI yaitu
tidak ada radiasi yang terlibat, dan rincian jaringan lunak lebih baik daripada CT
scan. Sedangkan kekurangan dari MRI yaitu membutuhkan waktu lebih lama dari
CT scan dan lebih mahal. Beberapa orang merasa tertutup di dalam mesin MRI
dan mungkin memerlukan sedasi untuk melewati pemeriksaan ini. Poin penting
dari tes ini harus dilakukan dengan dan tanpa kontras yang disuntikkan ke
pembuluh darah Anda, kecuali ada beberapa alasan mengapa tidak dapat memiliki
kontras. Mesin MRI tertutup biasanya memberikan gambar yang lebih baik
daripada mesin MRI terbuka (Desen, 2011).
USG Leher : USG adalah cara untuk melihat pembuluh, struktur dan kelenjar
getah bening di sekujur tubuh, terutama di leher dan kelenjar tiroid. Pemeriksaan
ini dapat melihat kelenjar getah bening dan nodul yang membesar di leher dan
menggambarkan detail tentang kondisinya seperti ada cairan di dalam, memiliki
banyak pembuluh darah di sekitar dan sebagainya (Desen, 2011).
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
20
X-ray dada : pemeriksaan ini adalah cara yang cepat, murah dan mudah. Cara
untuk mencari tanda-tanda penyebaran kanker ke paru-paru atau kemungkinan
adanya kanker yang berbeda di paru-paru. Beberapa dokter akan
merekomendasikan rontgen dada setiap tahun sebagai tindak lanjut jika memiliki
kanker kepala dan leher. Hal ini karena pasien yang memiliki kanker kepala dan
leher memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker paru-paru (Desen, 2011).
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
21
2.1.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kanker ganas lidah merupakan suatu masalah yang masih sulit,
maka dalam pengobatan kanker lidah ada beberapa metode yang dilakukan yaitu
dengan pengobatan (sitostatika), pembedahan, kemoterapi, penyinaran (radiasi),
atau kombinasi antara penyinaran dengan pembedahan. Penatalaksanaan
karsinoma lidah meliputi pembedahan, radioterapi, kemoterapi dan kombinasi
(American Cancer Oral, 2010; Desen, 2011).
a. Pembedahan
1) Tumor Primer
Pembedahan pada tumor primer tanpa adanya metastase dilakukan dengan
pendekatan transoral yaitu eksisi luar, hemiglosektomi atau glosektomi
subtotal (Desen, 2011). Teknik pembedahan pada metode eksisi luar yaitu
dengan mengambil jaringan lidah kurang dari separuh lidah.
Hemiglosektomi adalah pengambilan jaringan separuh dari jaringan lidah.
Glosektomi subtotal adalah pengambilan jaringan lidah lebih dari separuh
tetapi tidak sampai seluruh lidah terambil (Desen, 2011). Pada tumor
pangkal lidah jarang dilakukan tehnik transoral tetapi melalui transhioid
seperti transhioid faringotomi dan faringotomi lateral. Tehnik transhioid
faringotomi digunakan untuk mengangkat tumor kecil pada pangkal lidah.
Dilakukan pemotongan tulang hioid dan mengikutsertakan valekula (Desen,
2011)
2) Metastasis kelenjar limfe leher
Insiden metastasis KGB servical dari kanker lidah termasuk tinggi, dan
seringkali tidak berespon terhadap radioterapi, maka pembedahan
merupakan terapi utama yang harus dilakukan. Saat gambaran klinis
terdapat lesi metastatic N1-N2, maka dilakukan operasi pembersihan leher
radikal (RND), dan setelah pembedahan dapat dilakukan radioterapi.
Kanker lidah stadium T2 pasca pembedahan sekitar 40% dapat timbul
metastasis KGB servical, maka terapi preventif metastasis kelenjar limfe
leher merupakan pengobatan utama yang dilakukan. Pada kasus kanker
lidah dengan T1N0 yang dapat dilakukan pengobatan dengan pembedahan
dan kemoterapi, pasien stadium T2-T4 walaupun secara klinis belum teraba
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
22
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
23
Perkembangan pengobatan kanker lidah saat ini lebih cenderung untuk melakukan
pembedahan terlebih dahulu sebelum dilakukan radiasi. Keuntungan dari
pengobatan ini adalah morbiditas operasi dapat dikurangi. Kerugiannya adalah
apabila terjadi komplikasi pembedahan maka pemberian radioterapi menjadi
terlambat dan tidak efektif (Gosselin BJ, 2010; Desen, 2011; Yohannes, S, 2012)
d. Kemoterapi
Pada kanker lidah stadium lanjut kemoterapi digunakan sebagai terapi paliatif
pada tumor rekuren untuk mengurangi rasa nyeri. Regimen kemoterpai yang
digunakan adalah cisplatin dan 5-fluorouracil (Gosselin BJ, 2010). Regimen
kemoterapi lain yang biasa digunakan adalah docetaxel yang mana merupakan
agen efektif dan memiliki tingkat respon yang lebih baik pada pasien-pasien
dengan stadium lanjut, rekuren, ataupun metastasis. Docetaxel berbeda dalam
mekanisme kerjanya dengan cisplatin dan 5-fluorouracil sehingga dapat
dikombinasikan untuk mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik.
Kemoterapi kombinasi ini menghasilkan tingkat respons 90-93%. Efek samping
yang dapat terjadi pada pemberian kombinasi terapi ini yaitu leukopenia,
neutropenia, thrombositopenia, alopesia, dan diare (Kelley DJ, 2010; Desen,
2011).
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
24
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
25
Kenyamanan antara tahun 1970an dan 1980an lebih berfocus bagi pasien yang
sakit parah atau pasien dimana pilihan pengobatan tidak lagi bekerja atau tersedia
(Peterson & Bredow, 2009). Ada empat definisi yang umum diidentifikasi untuk
kenyamanan. Kenyamanan adalah penyebab kelegaan dari ketidaknyamanan,
keadaan yang tenang dan damai, puas, dan keadaan nyaman dan kondisi apapun
yang membuat hidup menyenangkan (Kolcaba, 1991; Peterson & Bredow, 2009;
Magyary, 2002; Kolcaba, 2006). Kenyamanan sudah menjadi bagian dan salah
satu karakteristik asuhan dalam profesi keperawatan, namun tidak pernah dibuat
menjadi teori keperawatan. Katharine Kolcaba adalah orang pertama yang
mengambil konsep dan konteks sederhana ini menjadi teori yang telah berlaku dan
bermanfaat bagi pasien. Sedangkan definisi comfort adalah suatu pengalaman
yang didapat saat ini yang dikuatkan oleh pemenuhan kebutuhan terhadap relief,
ease dan transcendence dalam empat konteks (fisik, psikospiritual, sosiokultural
dan lingkungan) sampai dengan tidak adanya nyeri atau ketidaknyamanan fisik
lainnya (Kolcaba, 2003).
Menurut Kolcaba et al (2006) tiga jenis kenyamanan adalah (a) relief : kondisi
dimana kebetuhan kenyamanan individu terpenuhi; (b) ease : tahap individu
dalam kondisi tenang dan puas; (c) transcendence : kondisi individu yang berubah
dari memiliki masalah atau rasa sakit sampai kepada tahap kenyamanan
meningkat. Ketidaknyamanan lebih dari sekadar sensasi fisik yang negatif atau
tekanan emosional dan aspek lain dari kenyamanan / ketidaknyamanan
mempengaruhi individu secara holistik. Karena itu, comfort Theory sama dengan
nilai keperawatan yang mencakup perawatan, manajemen gejala, interaksi,
holisme, lingkungan penyembuhan, identifikasi kebutuhan, dan homeostasis
(Wilson L, Kolcaba K, 2004).
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
26
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
27
c. Intervening variabel
Intervening variabel merupakan suatu dorongan yang saling berinteraksi dan
secara langsung mempengaruhi persepsi individu dari aspek kenyamanan
secara holistik (Kolcaba, 1994; Tomey & Alligood, 2010). Variabel yang
dimaksud meliputi pengalaman masa lalu, usia, sikap, status emosional,
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
28
h. Best Policies
Merupakan kebijakan yang disusun oleh suatu institusi kesehatan terkait
dengan kebijakan, protokol hingga prosedur dan kondisi pelayanan kesehatan
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
29
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
30
b. Diagnosa Keperawatan
Hasil dari pengkajian akan teridentifikasi masalah yang terjadi pada pasien baik
itu masalah aktual maupun masalah potensial. Dengan pendekatan comfort
theory dalam konteks fisik, psikospiritual, sosiocultural dan lingkungan.
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang teridentifikasi adalah nyeri akut dan
kronik, ketidakefektifan pola napas, ketidakefektifan bersihan jalan napas,
ansietas, ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh, kelebihan
volume cairan, kekurangan volume cairan, kerusakan integritas kulit, insomnia,
mual, keletihan, hambatan mobilitas fisik, gangguan mobilitas fisik, hambatan
komunikasi verbal, resiko infeksi, resiko cedera, intoleransi aktivitas, gangguan
konsep diri, koping keluarga in efektif, isolasi sosial, menarik diri, penampilan
peran tidak efektif, kerusakan interaksi sosial dan lain-lain.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
31
c. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan tindakan keperawatan yang diaplikasikan
terhadap pasien sesuai dengan diagnosa keperawatan yang dirumuskan.
Intervensi keperawatan berdasakan pada NIC (nursing intervention
classification). Untuk memberikan kenyamanan klien setidaknya memerlukan
tiga jenis intervensi, antara lain :
1) Mengukur kenyamanan dengan merencanakan intervensi untuk
mempertahankan homeostasis dan manajemen nyeri, seperti monitor tanda-
tanda vital dan hasil kimia darah. Termasuk juga dalam pemberian obat anti
nyeri. Pengukuran kenyamanan direncanakan untuk membantu klien
mempertahankan atau memulihkan fungsi fisik dan mencegah terjadinya
komplikasi.
2) Merencanakan intervensi untuk membebaskan rasa nyeri dan menyediakan
penentraman hati dan informasi, membangkitkan harapan, mendengar dan
membantu perencanaan yang realistis untuk pemulihan, bergabung kembali
atau meninggal sesuai budayanya.
3) Ketenangan jiwa termasuk intervensi yang bersifat memberikan kedamaian
dan ketenangan batin. Seringkali berbentuk intervensi fisik akan tetapi
memberikan efek kenyamanan psikologis yang signifikan bagi klien. Hasil
riset yang dilakukan Kolcaba (1992) menunjukkan terdapat hubungan yang
signifikan antara kenyamanan fisik dan psikologis. Jika perawat mampu
menjaga kenyamanan fisik pasien, maka hal ini akan berdampak positif
pada psikologis pasien. intervensi ini merupakan produk dari naluri caring
terdalam seorang perawat. Tindakan ini meliputi : massage, enviromental
control, music therapy, guide imagery.
d. Evaluasi
Proses ini dapat melibatkan baik kemampuan intuitif maupun penilaian obyektif
perawat terhadap perkembangan kondisi klien. Untuk menilai efektifitas
kenyamanan yang diberikan, perawat dapat bertanya pada klien tentang
kenyamanan sebelum dan sesudah dilakukan intervensi dengan kuesioner
pengukuran kenyamanan misalnya General Comfort Questionnaire (GCO),
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
32
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
33
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
34
5) Peran
Merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan dari posisi pekerjaannya
dalam sistem sosial. Tolak ukurnya adalah hak dan kewajiban sesuai dengan
posisinya. Jika terjadi konflik dan kebingungan peran maka akan mengurangi
efektifitas pelayanan keperawatan.
6) Stress
Merupakan suatu keadaan dinamis yang terjadi akibat interaksi manusia
dengan lingkungannya. Stres melibatkan pertukaran energi dan informasi
antara manusia dengan lingkungannya untuk keseimbangan dan mengontrol
stressor.
7) Tumbuh kembang
Adalah perubahan yang continue dalam diri individu. Tumbuh kembang
mencakup sel, molekul dan tingkat aktivitas perilaku yang kondusif untuk
membantu individu mencapai kematangan.
8) Waktu
Merupakan urutan dari kejadian/peristiwa pada masa yang akan datang.
Waktu adalah perputaran anatar satu peristiwa dengan peristiwa yang lain
sebagai pengalaman manusia yang unik.
9) Ruang
Merupakan suatu hal yang ada dimanapun. Ruang adalah area dimana terjadi
interaksi antara perawat dan klien.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
35
perbedaan, keuntungan dan kekurangan dari ketiga teori tersebut maka penulis
akan menggambarkan secara rinci terkait dengan teori tersebut.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
36
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
37
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
38
untuk mencegah agar tidak terjadi kanker. Theory of comfort berfokus pada area
kuratif yaitu mengidentifikasi ketidaknyamanan dan kebutuhan akan rasa nyaman,
teori ini dapat diterapkan pada pasien dengan kasus keganasan dimana sebagian
besar pasien kanker akan mengalami ketidaknyamanan akibat gejala-gejala
penyakit kanker tersebut. Sedang teori PEOL berfokus pada area paliatif dan
kuratif, bergantung pada kondisi dan kebutuhan pasien. Teori hampir mirip
dengan teori kenyamanan dimana salah satu aspek yang dinilai yaitu
meningkatkan kenyamanan. Pada perawatan paliatif perawatan berfokus untuk
mengurangi gejala bukan untuk menyembuhkan, pasien keganasan dengan kanker
stadium lanjut dan termasuk dalam tahap paliatif, membutuhkan kenyamanan dan
ketenangan. Penerapan ini dapat membantu pasien kanker untuk meningkatkan
kenyamanan, mengurangi nyeri dan meningkatkan kualitas hidup pasien.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
39
CNSs adalah perawat yang telah teregistrasi sebagai perawat yang berkompeten,
yang memiliki persiapan keperawatan tingkat lanjut di tingkat master atau
doktoral sebagai CNSs. Mereka adalah ahli klinis dalam praktik keperawatan
berbasis bukti pada area khusus, merawat dan mengelola masalah kesehatan
pasien dan populasi. Spesialisasi CNSs berfokus pada individu, populasi, jenis
perawatan, jenis masalah, atau subspesialisasi sistem diagnostik. CNSs berlatih
secara mandiri dan mengintegrasikan pengetahuan tentang penyakit dan
perawatan medis ke dalam penilaian, diagnosis, dan penatalaksanaan penyakit
pasien. Perawat ini merancang, menerapkan, dan mengevaluasi program
perawatan khusus pasien dan berbasis populasi. CNSs memberikan
kepemimpinan dalam memajukan praktik keperawatan untuk mencapai hasil
pasien yang berkualitas dan hemat biaya serta memberikan kepemimpinan
multidisiplin dalam merancang dan menerapkan solusi alternatif yang inovatif
dalam menangani masalah sistem atau masalah perawatan pasien. Di banyak
yurisdiksi, CNSs sebagai penyedia perawatan langsung, melakukan penilaian
kesehatan komprehensif, mengembangkan diagnosis banding, dan mungkin
memiliki otoritas preskriptif. Otoritas preskriptif memungkinkan mereka untuk
memberikan perawatan farmakologis dan nonfarmakologis serta order tes
diagnostik dan laboratorium untuk menangani dan mengelola masalah kesehatan
khusus pasien dan populasi. CNSs berfungsi sebagai pendukung, konsultan, dan
peneliti (American Nurses Association, 2004; Sparacino, 2005).
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
40
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
BAB 3
PROSES RESIDENSI
Pada bab ini akan menggambarkan proses selama praktik residensi yang
merupakan pembelajaran dalam mengelolah kasus keganasan secara komprehensif
untuk meningkatkan kompetensi klinik sebagai calon perawat spesialis yang
berfocus pada kekhususan onkologi. Kompetensi klinik yang dicapai selama
proses residensi adalah melakukan pengelolaan kasus keganasan secara
komprehensif, membimbing ners generalis dan sejawat sesuai kepakaran,
melaksanakan fungsi konsultasi/rujukan asuhan keperawatan, melaksanakan
modalitas keperawatan onkologi dalam bentuk evidence based nursing (EBN),
mengembangkan suatu proyek inovasi, menunjukkan perilaku clinical leaderships,
serta menerapkan prinsip-prinsip legal, etik, dan humanistik. Praktik residensi ini
dilakukan selama 2 semester dari tanggal 5 September 2016 sampai 5 Mei 2017.
40 Univesitas Idonesia
Kanker lidah lebih sering terjadi pada kelompok usia yang lebih tua yaitu usia 40
tahun ke atas, meskipun dapat ditemukan pada orang muda. Kanker ini dua kali
lebih umum pada pria dari pada wanita (Consensus Document For Management
of Tongue Cancer, 2014). Faktor utama yang berperan terhadap timbulnya
karsinoma lidah adalah penggunaan tembakau dan alkohol dalam jangka waktu
lama. Faktor lain adalah infeksi virus papiloma dan faktor kebersihan gigi serta
mulut (Sathyan et al., 2006). Gejala kanker lidah berupa bercak merah atau putih
pada lidah yang tidak bisa hilang, sakit tenggorokan yang lama, munculnya ulkus
atau benjolan di lidah yang tidak hilang, nyeri saat menelan dan mati rasa di mulut.
Gejala yang sangat umum menyebabkan penyakit ini terdiagnosis pada stadium
lanjut, sehingga pilihan pengobatan menjadi terbatas, prognosis jelek dan
kelangsungan hidup relatif singkat (Mangold, Torgerson, & Rogers, 2016).
Pengobatan untuk kanker lidah tergantung pada ukuran kanker dan apakah telah
menyebar ke kelenjar getah bening di leher. Pengobatan terbaik untuk kanker
lidah stadium dini adalah operasi. Untuk tumor yang lebih besar yang telah
menyebar ke kelenjar getah bening di leher, yaitu kombinasi operasi dan
radioterapi (Claudia et al., 2013). Tujuan dilakukan operasi untuk mengeluarkan
kanker dari lidah dan kelenjar getah bening di leher selanjutnya dilakukan
radioterapi untuk membantu menyingkirkan sel-sel kanker yang tertinggal
(Cancer Research UK, 2017). Pengobatan yang dilakukan pada stadium dini dapat
meningkatkan kelangsungan hidup pasien mencapai 5 tahun sedangkan untuk
stadium lanjut memiliki kelangsungan hidup kurang dari 1 tahun (Zhang et al.,
2012).
Pada stadium lanjut pengobatan bukan lagi ditujukkan untuk menyembuhkan tapi
lebih kepada pengobatan untuk mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas
hidup pasien (Consensus Document For Management of Tongue Cancer, 2014).
Perawatan yang diberikan pada pasien dengan stadium lanjut adalah palliative
care. Palliative care adalah perawatan yang diberikan untuk meningkatkan
kualitas hidup pasien yang memiliki penyakit serius atau mengancam jiwa, seperti
kanker. Tujuan perawatan paliatif adalah untuk mencegah atau mengobati sedini
mungkin gejala dan efek samping dari penyakit dan perawatannya, di samping
masalah psikologis, sosial, dan spiritual yang terkait. Tujuannya bukan untuk
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
42
Palliative care merupakan salah satu area fokus perawat spesialis pada bidang
perawatan kanker. Seorang perawat spesial yang menunjukkan ketrampilan
advance dalam praktik klinis dan manajemen program, serta mengembangkan
kompetensi dalam memberikan asuhan keperawatan. Perawat spesial dalam
bidang keperawatan bedikal bedah kekhususan onkologi memiliki peran yang
mencakup komponen kepemimpinan, pendidikan, pengembangan dan advokasi
(Henry Richard, 2015). Perawat spesialis di bidang onkologi juga berperan dalam
mengelola penyakit pasien secara komprehensif dan holistik serta memberikan
informasi dan dukungan psikologis terhadap pasien dan keluarganya sehingga
perawatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien dan dapat
meningkatkan kualitas hidup pasien (Gordon et al., 2012; National Cancer Action
Team, 2010).
Salah satu peran perawat spesialis dalam pengelolaan kasus adalah comfort care.
Kenyamanan merupakan titik pangkal dari berbagai kesembuhan yang akan
dicapai oleh klien. Perbaikan kondisi klien tidak akan dicapai jika kebutuhan akan
rasa nyaman tidak terpenuhi. Oleh karena itu rasa nyaman sifatnya holistik dan
sangat individual mencakup physical, psychospiritual, enviromental dan
sociocultural (Mangol Kelly, 2016). Hal ini merupakan tugas perawat untuk
memenuhi kebutuhan akan rasa nyaman yang sifatnya holistik tersebut. Seorang
perawat spesialis harus dapat mengidentifikasi kebutuhan kenyamanan yang tidak
terlihat dari pasien, dan bersifat subyektif. Desain kenyamanan dapat digunakan
untuk mengukur tingkat kebutuhan kenyamanan pasien, sehingga dapat
menghasilkan tingkat kepuasan yang tinggi dari pasien maupun keluarga.Kondisi
pasien kanker yang sebagian besar mengalami nyeri dan ketidaknyaman, sehingga
peran tersebut dapat diaplikasikan dengan menggunakan comfort teory model.
3.1.2 Metodologi
Metode penelitian studi kasus (case study) merupakan salah satu jenis penelitian
yang dilakukan secara sungguh-sungguh, spesifik, khusus dan mendalam tentang
suatu fenomena, kejadian, dan issue, baik pada tingkat individu, kelompok,
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
43
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
44
ditentukkan oleh peneliti apakah akan menggunakan single atau multiple case
design dalam penelitian serta memilih instrumen yang tepat sesuai dengan
pertanyaan penelitian. Pada tahap ini tugas utama peneliti yaitu
mengidentifikasi kembali tujuan dari penelitian agar kasus yang dipilih sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai, serta instrumen penelitian sehingga
terdapat kesesuaian dalam pemilihan instrumen yang digunakan dalam
penelitian. Case study adalah suatu disain kualitatif yang menggunakan
sample yang kecil, sehingga dengan pemilihan sampel yang baik, hasil yang
ingin dicapai dalam penelitian akan optimal (Denzin & Lincoln, 2004).
c. Mengumpulkan data
Prosedur pengumpulan data penelitian case study terdiri dari beberapa teknik,
yaitu wawancara, observasi pelibatan (participant observation), dan
dokumentasi. Peneliti sendiri merupakan instrumen kunci, sehingga peneliti
sendiri yang dapat mengukur ketepatan, keakuratan dan ketercukupan data
serta kapan menghentikan pengumpulan data saat terjadi saturasi data.
Peneliti juga menentukan informan yang tepat untuk diwawancarai dalam
penelitian ini, kapan dan di mana wawancara dilakukan. Pengumpulan data
ini dilakukan jika sudah terjadi kesepakatan antaran peneliti dan informan.
Pengumpulan data dilakukan secara induktif untuk mendapatkan data yang
bervariasi dan dapat menjawab tujuan dari penelitian.
d. Menentukan teknik analisa data
Penelitian case study merupakan salah satu metode dalam penelitian kualitatif
yang berfokus pada kualitas data bukan pada kuantitas data yang diperoleh.
Case study didasarkan pada interpretasi atau persepsi dari subjek/partisipan
yang terlibat dalam penelitian terhadap suatu fenomena (Borbasi, 2004).
Menurut Munhall (2001) bahwa suatu penelitian kualitatif menggunakan
analisis induktif dalam mengidentifikasi tema yang muncul pada data yang
telah dikumpulkan. Proses analisa data dengan cara memberi kode dan
menempatkan data tersebut berdasarkan kesesuaian temanya. Selanjutnya
dilakukan pengelompokkan data berdasarkan tema yang telah dirumuskan
dan dilakukan analisis secara manual oleh peneliti untuk mengidentifikasi
hasil akhir penelitian. Peneliti akan berusaha membaca, mendeskripsikan,
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
45
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
46
Pada saat pengkajian tanggal 15 Februari 2017 klien nampak sangat lemah, pucat
dan tidak bertenaga. Sejak 2 bulan yang lalu klien sudah tidak bisa bicara kanker
kanker lidah sudah memenuhi rongga mulut klien, klien berkomunikasi dengan
cara menulis apa yang dinginkan oleh klien. Klien terpasang trakheostomi,
produksi lendir (+), batuk (+), terpasang oksigen melalui trakheostomi 5 liter
permenit (LPM). Terpasang gastrostomi pada perut sebelah kiri, intake nutrisi
melalui gastrostomi, klien mengalami penurunan berat badan dalam 6 bulan
terakhir sekitar 25 Kg. BB klien sebelumnya 65 Kg, BB saat ini 40 Kg, TB 158
CM, IMT : 16 Kg/m2 (Underweight). Mukosa bibir kering dan pecah-pecah,
terdapat luka invasi kanker pada dagu tertutup kasa, terdapat rembesan pada kasa,
luka diganti setiap pagi dan sore. Dileher kiri klien terdapat luka kanker yang
mengeluarkan cairan berwarna kekuningan, luka tertutup kasa tebal, terlihat
rembesan pada kasa. Klien nampak meringis karena merasa nyeri pada luka setiap
diganti balutan, nyeri skala 5, nyeri hilang timbul, nyeri seperti ditusuk-tusuk.
Eliminasi BAK klien menggunakan kateter, warna urine kuning pucat dengan
produksi 500cc, BAB menggunakan pampers dengan frekuensi 3 hari sekali,
konsistensi cair dan berwarna kecoklatan.
Hasil pemeriksaan fisik pengukuran tanda-tanda vital klien : tekanan darah 140/90
mmHg, frekuensi nadi 68 kali per menit, nadi lemah dan teratur, frekuensi napas
24 kali per menit, irama tidak teratur. Konjungtiva terlihat anemis dan mukosa
bibir kering. Klien menggunakan otot bantu napas, vokal fremitus kiri menurun,
trill (+), perkusi paru pekak pada lapang paru kiri, suara napas menurun pada
lapang paru kiri, terdengar bunyi ronki. Capillary refill time 3 detik, turgor kulit
sedang, kulit nampak kering dan terkelupas, pada area lengan bawah sebelah
kanan dan kiri terdapat petekie. Klien terlihat kurus, intake nutrisi melalui
gastrostomi diet cair 1200 Kkal dengan pemberian 6 X 200cc. Hasil pemeriksaan
laboratorium tanggal 18 Februari 2017 diperoleh hemoglobin 10.9 g/dL
(normal/N= 13-18), leukosit 16.95 103/uL (N= 5-10), trombosit 143 103/uL (N=
150-440), eritosit 3.91 106/uL (N= 4,6-6,2), hematokrit 31.4 % (N= 40-45), MCV
80.3 fL (N=90-100), Absolute Neutrofil Count 16.13 103/uL (2.50-7.00). Albumin
3,5 g/dl (N= 3,2-5,4), globulin 3,6 g/dl (N= 1,5-3,0), SGOT/AST 13 U/L (N= 0-
38), SGPT/ALT 7 U/L (N= 0-41). Ureum darah 52 mg/dl (N= 15-40), kreatinin
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
47
darah 0,34 mg/dl (N= <0.95), nilai eGFR 249.35 ml/min/1,73m2 (N= >60),
natrium 138 mmol/L (N= 135-150), kalium 3.4 mmol/L (N= 3,5-5,3), kalsium
11.5 mg/dL (N=8.1-10.4), magnesium 1.7 mg/dL (N=1.9-2.5), dan klorida 96
mmol/L (N= 95-111). Klien mendapatkan terapi herbeser 13 mikro tiap 12 jam
secara intravena melalui syringe pump, vitamin K 10 mg dalam NaCl 0,9% 100 cc
tiap 8 jam, KCL 12,5 mg dalam Nacl 0,9% tiap 6 jam secara intravena, infus
aminofluid + soluvin + vitalipid tiap 24 jam, MO 15 mg dalam NaCl 0,9% 50 cc
tiap 6 jam menggunakan syringe pump. Klien juga mendapatkan terapi nebulizer
jika dibutuhkan.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
48
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
49
a. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian keperawatan pada comfort theory model dilakukan untuk
mengumpulkan data dan informasi serta mengidentifikasi ketidaknyamanan yang
dialami oleh klien.
1) Fisik
a) Relief
Klien mengeluh nyeri pada area luka invasi massa kanker di area dagu
dan leher sebelah kiri, luka nampak berwarna kuning kehitaman, nampak
tulang klien menonjol keluar. Skala nyeri 5, nyeri hilang timbul, nyeri
seperti ditusuk-tusuk, klien juga kesulitan untuk mobilisasi kepala karena
pembesaran massa dileher dan nyeri, tidak ada perdarahan pada rongga
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
50
mulut, terdapat petekie pada lengan bawah. Balutan luka kanker pada
area dagu dan leher kiri diganti 2 kali sehari pada pagi dan sore karena
rembesan. Klien mengeluh tidak bisa tidur dan sering terjaga karena
nyeri. Klien tidak memiliki riwayat merokok dan tidak ada dalam
keluarga klien yang memiliki riwayat kanker. Intake nutrisi klien melalui
gastrostomi, sejak bulan Juni klien kesulitan untuk makan dan minum
melalui oral dan sejak 2 bulan terakhir klien sudah tidak bisa makan dan
minum melalui oral karena massa kanker sudah memenuhi rongga mulut
dan menutup esofagus. Klien juga batuk dan kadang sesak napas,
produksi lendir banyak, vokal fremitus menurun pada lapang paru kiri,
bunyi napas ronci dan weezing. Klien nampak lemah dan tidak bertenaga,
klien kesulitan untuk mobilisasi, kekuatan otot 3, semua aktifitas klien
dibantu oleh keluarga dan perawat. Pendengaran dan penciuman klien
menurun sejak kanker terus membesar dan menyebar ke organ terdekat,
pengecapan tidak bisa dikaji karena rongga mulut sudah penuh dengan
massa kanker. Eliminasi BAK melalui kateter, produksi urine 500 cc
warna urine kuning pucat. kulit klien nampak kering dan terkelupas, pada
area bokong terdapat luka baring dengan diameter 5 cm, luka nampak
kemerahan dan lembab, luka tertutup kasa.
b) Ease
Kesadaran compos mentis, GCS E4M6V5, ekspresi wajah meringis
karena nyeri, klien nampak gelisah. Tekanan darah 140/90 mmHg,
frekuensi nadi 68 kali per menit, nadi lemah dan teratur, frekuensi napas
24 kali per menit, irama tidak teratur. BB klien sebelumnya 65 Kg, BB
saat ini 40 Kg, TB 158 CM, IMT : 16 Kg/m2 (Underweight). Mukosa
bibir kering dan pecah-pecah. Hasil pemeriksaan laboratorium tanggal 18
Februari 2017 diperoleh hemoglobin 10.9 g/dL (normal/N= 13-18),
leukosit 16.95 103/uL (N= 5-10), trombosit 143 103/uL (N= 150-440 ),
eritosit 3.91 106/uL (N= 4,6-6,2), hematokrit 31.4 % (N= 40-45). Hasil
pemeriksaan USG Thoraks tanggal 10 Februari 2017 : tampak efusi
pleura kiri dengan volume 631 cm3
c) Transcendence
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
51
Untuk meningkatkan kenyamanan luka kanker klien pada area dagu dan
leher diganti pagi dan sore setiap hari. Untuk mengurangi nyeri klien
mendapatkan terapi MO 15 mg dalam 50 cc Nacl 0,9% setiap 6 jam
melalui syringe pump. Dilakukan suction jika produksi lendir banyak
untuk mengurangi batuk dan sesak, klien juga mendapatkan oksigen
melalui trakheostomi sebanyak 5 LPM. Mobilisasi klien dibantu oleh
keluarga dan perawat, setiap hari klien dimandikan oleh perawat dan
dilakukan penggantian balutan pada luka di bokong. Setelah mandi,
dilakukan mssase ringan pada area punggung untuk memberikan
kenyamanan. Kateter diganti setiap 1 minggu sekali untuk menurunkan
resiko infeksi.
2) Psikospiritual
a) Relief
Klien tidak bisa berkomunikasi secara verbal sejak massa kaker memnuhi
rongga mulut klien. Klien nampak cemas dan gelisah memikirkan
kondisi penyakitnya, klien sering tidak bisa tidur pada malam hari. Klien
memiliki anak bayi yang berusia 2.5 bulan yang dirawat oleh ibu klien.
Suami klien mengatakan klien tidak mau suaminya menceritakan tentang
anaknya. Suami klien mengatakan klien jarang menanyakan anaknya
karena takut sedih dan teringat anaknya. Klien terus bertanya tindakan
apalagi yang akan dilakukan padanya, klien merasa capek di rumah sakit
dan ingin segera pulang ke rumah. Selama dirawat klien tidak bisa
melakukan ibadah karena keterbatasan kondisinya. Selama dirawat klien
ditunggui oleh suami klien, adik klien dan ayah klien secara bergantian.
Ibu klien tidak bisa ikut menunggui klien karena harus merawat anak
klien yang masih bayi. Suami klien merasa khawatir dengan kondisi
istrinya yang tidak ada perubahan dan semakin bertambah parah.
b) Ease
Klien nampak terlihat tegang dan cemas, klien hanya melihat perawat
jika sedang berkomunikasi. Klien hanya bisa berdoa dalam hati karena
klien tidak mampu untuk melakukan sholat, keluarga juga selalu
mendoakan klien agak diberi kemudahan dalam menjalani penyakitnya
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
52
dan semua proses pengobatan. Sebelum sakit klien adalah orang yang
periang dan supel, klien memiliki banyak teman di lingkungan rumahnya
dan di tempat kerja. Selama di rawat teman kerja klien bergantian datang
untuk menjenguk klien. Suami klien mengatakan bahwa klien kadang
menangis jika mengingat anaknya. Klien ingin bisa segera pulang ke
rumah dan bertemu anaknya.
c) Transcendence
Komunikasi dilakukan dengan menggunakan pilihan ya atau tidak untuk
memudahkan klien menjawab menggunakan isyarat. Suami klien selalu
mendampingi klien dan mengajak klien berkomunikasi untuk menghibur
klien. Untuk meningkatkan kenyamanan dan menurunkan kecemasan,
perawat melakukan hand massages.
3) Lingkungan
a) Relief
Suami klien mengatakan jika pasien lain dikunjungi oleh keluarganya,
membuat lingkungan menjadi berisik. Istrinya kadang terbangun dan
kaget jika sedang tidur. Klien mengeluh gerah dan kepanasan, AC yang
digunakan diruangan tidak terasa. Klien nampak keringatan jika perawat
datang berkunjung. Klien juga merasa ruangannya terlalu terang karena
tempat tidur klien berdekatan dengan jendela.
b) Ease
Klien merasa kurang nyaman. Klien mengeluh jadi susah tidur dan sering
terbangun. Suami klien mengatakan ruang agak berisik saat siang dan
sore hari. Klien jadi sering berkeringat
c) Transcendence
Klien nampak menggunakan kipas angin portable untuk mengurangi rasa
gerah. Suami klien menutup gorden jendela saat klien ingin tidur. Suami
klien mengganti baju klien jika sudah basah karena keringat
4) Sosiokultural
a) Relief
Semenjak dirawat di rumah sakit klien sudah tidak mampu lagi
berkomunikasi dengan baik. Komunikasi klien dengan keluarga dan
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
53
b. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian dan pengumpulan data, maka dirumuskan beberapa
diagnosis keperawatan dengan mengacu pada NANDA yang ditemukan pada
klien yaitu :
1) Nyeri kronik b.d agen injury fisik (Invasi massa kanker) yang ditandai
dengan keluhan pada area luka invasi massa kanker di area dagu dan leher
sebelah kiri, luka nampak berwarna kuning kehitaman, nampak tulang klien
menonjol keluar. Skala nyeri 5, nyeri hilang timbul, nyeri seperti ditusuk-
tusuk, nyeri dirasakan sejak 6 bulan yang lalu, nyeri memberat jika balutan
diganti.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan intake melalui oral yang ditandai dengan sejak 2 bulan
terakhir klien tidak bisa lagi makan dan minum melalui oral, terpasang
gastrostomi diperut sebelah kiri, intake nutrisi melalui gastrostomi dengan
kebutuhan kalori harian sebanyak 1200 Kkal dengan pemberian nutrisi cair
6 X 200 cc. BB klien sebelumnya 65 Kg, BB saat ini 40 Kg, TB 158 CM,
IMT : 16 Kg/m2 (Underweight). Mukosa bibir kering dan pecah-pecah.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
54
3) Ketidakefektifan pola nafas b.d invasi massa tumor pada jalan napas,
produksi secret meningkat, kelelahan otot-otot pernapasan yang ditandai
dengan klien batuk berlendir, produksi sekret banyak, terpasang
trakheostomi, terpasang oksigen 5 LPM. Balutan trakheostomi diganti setiap
hari, kulit disekitar pemasangan trakheostomi nampak kemerahan.
4) Ansietas b.d adanya ancaman dan perubahan status kesehatan yang ditandai
dengan Klien nampak cemas dan gelisah memikirkan kondisi penyakitnya,
klien sering tidak bisa tidur pada malam hari. Klien memiliki anak bayi
yang berusia 2.5 bulan yang dirawat oleh ibu klien. Suami klien mengatakan
klien tidak mau suaminya menceritakan tentang anaknya. Suami klien
mengatakan klien jarang menanyakan anaknya karena takut sedih dan
teringat anaknya. Klien terus bertanya tindakan apalagi yang akan dilakukan
padanya, klien merasa capek di rumah sakit dan ingin segera pulang ke
rumah.
5) Kerusakan integritas kulit b.d invasi massa tumor ditandai dengan Terdapat
luka invasi massa kanker pada area dagu dan leher sebelah kiri, luka
nampak kuning kehitaman dan mengeluarkan cairan berwarna kuning,
terdapat rembesan pada balutan, balutan diganti pada pagi dan sore setiap
hari. Nilai leukosit 16.95 103/uL (N= 5-10).
6) Fatigue b.d kondisi fisiologis (proses kanker) dan malnutrisi yang ditandai
dengan klien nampak lemah dan tidak bertenaga, klien tidak mampu
melakukan aktifitas secara mandiri, untuk mobilisasi klien dibantu oleh
keluarga dan perawat, hemoglobin 10.9 g/dL (normal/N= 13-18),
konjungtiva nampak anemis, Score karnofsky 40% (membutuhkan bantuan
dan perawatan medis rutin) Status fisik ECOG skala 4 (hanya dapat
mengurus diri secara terbatas, terbatas pada tempat tidur lebih dari 50%).
Status fungsional indeks Barthel 2 (ketergantungan total).
c. Menetapkan tujuan
Dalam menetapkan tujuan dan kriteria hasil yang ingin dicapai mengacu pada
NOC, untuk itu perumusan tujuan dan kriteria hasil yaitu sebagai berikut :
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
55
1) Nyeri kronik b.d agen injury fisik (Invasi massa kanker). Setelah dilakukan
tindakan pain management, diharapkan pasien akan mampu mengontrol nyeri
dengan skala rating outcome pada level 4 (sering didemostrasikan) dengan
kriteria hasil yang ingin dicapai adalah mampu mengenali gejala nyeri,
mendiskripsikan faktor penyebab, menggunakan tindakan pencegahan,
mengurangi nyeri dengan menggunakan metode non farmakologi,
menggunakan analgetik yang direkomendasikan, melaporkan tak
terkendalinya gejala nyeri kepada petugas kesehatan, mengenali hubungan
gejala dengan nyeri, melaporkan nyeri terkontrol.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
intake melalui oral. Setelah dilakukan tindakan nutrition management
diharapkan pasien akan mampu meningkatkan nutritional status food and
fluid intake dan nutritional status nutrien intake dengan skala rating outcome
pada level 5 (adekuat total) dengan kriteria hasil yang ingin dicapai yaitu
mampu masukan cairan melalui intravena, masukan makanan melalui
parenteral, masukan kalori, protein, lemak, karbohidrat, serat, vitamin,
mineral, besi, kalsium, dan sodium.
3) Ketidakefektifan pola nafas b.d invasi massa tumor pada jalan napas,
produksi secret meningkat, kelelahan otot-otot pernapasan. Setelah dilakukan
tindakan respiratory monitoring diharapkan pasien akan mampu
mempertahankan respiratory status dengan skala rating outcome pada level 5
(tidak menyimpang dari ukuran normal) dengan kriteria hasil yang ingin
dicapai yaitu kecepatan pernafasan, irama pernafasan, kedalaman inspirasi
pernafasan, suara nafas, potensi jalan nafas dan saturasi oksigen dalam
rentang normal, dan skala rating outcome pada level 5 (tidak menyimpang
dari ukuran normal) dengan kriteria hasil tidak menggunakan otot bantu
pernafasan, tidak ada retraksi dinding dada, tidak sianosis, gelisah, batuk dan
keringat berlebih, tidak ada keluhan kesulitan istirahat. Selain itu pasien juga
diberikan tindakan oxygen therapy dengan harapan pasien akan mampu
mempertahankan respiratory status : ventilation dengan skala rating outcome
pada level 5 (tidak menyimpang dari ukuran normal) dengan kriteria hasil
kecepatan pernafasan, irama pernafasan, kedalaman inspirasi, suara perkusi,
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
56
tidal volume, kapasitas volume dan skala rating outcome pada level 5 (tidak
menyimpang dari ukuran normal) tidak menggunakan otot asesori, tidak ada
suara nafas abnormal, tidak ada retraksi dinding dada dan tidak ada sesak
nafas.
4) Ansietas b.d adanya ancaman dan perubahan status kesehatan. Setelah
dilakukan tindakan keperawatan anxiety reduction diharapkan pasien akan
mampu mengontrol kecemasannya (anxiety self control) dengan skala rating
outcome pada level 5 (menunjukkan konsistensi) dengan kriteria hasil yang
ingin dicapai mampu memonitor tingkat kecemasan,
menghapus/menghilangkan tanda kecemasan, mengurangi stimulus yang
berasal dari lingkungan ketika khawatir, merencanakan strategi koping saat
dalam situasi stres, menggunakan strategi koping yang efektif, menggunakan
teknik relaksasi untuk mengurangi kecemasan, memelihara fungsi peran,
memelihara hubungan sosial, memelihara konsentrasi, memelihara
keadekuatan istirahat tidur, memonitor tanda gejala fisik bila muncul
kecemasan, mengontrol respon kecemasan.
5) Kerusakan integritas jaringan b.d invasi massa tumor. Setelah dilakukan
tindakan wound care diharapkan pasien akan mampu mempertahankan Tissue
Integrity : Skin and Mucous Membranes dengan skala rating outcome pada
level 5 (menunjukkan konsistensi) dengan kriteria hasil Integritas kulit yang
baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi),
Tidak ada luka/lesi pada kulit, Perfusi jaringan baik, tidak ada nekrosisi
jaringan, luka kering, adanya granulasi, tidak ada rembesan pada balutan dan
tidak ada perdarahan.
6) Fatique b.d kondisi fisiologis (proses kanker) dan malnutrisi. Setelah
dilakukan tindakan management energy diharapkan peningkatan tingkat
fatigue menjadi 4 (ringan). Kriteria hasil yang ingin dicapai adalah lelah,
lesu/lemas, lemas setelah aktivitas menjadi ringan, kualitas tidur, kualitas
istirahat, stamina, dan aktivitas sehari-hari terganggu ringan.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
57
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
58
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
59
e. Evaluasi
Setelah melakukan implementasi keperawatan berdasarkan rencana tindakan yang
telah ditetapkan, maka dilakukan evaluasi untuk menilai pencapaian tujuan dan
kriteria hasil yang telah dicapai.
1) Nyeri kronis
Setelah dilakukan tindakan pain management baik secara farmakologi dan
non farmakologi selama 6 hari perawatan, kriteria hasil yang dicapai adalah
pasien mampu mengontrol nyeri berada pada level 3 (kadang-kadang) hal ini
terlihat dari keluhan nyeri pasien yang berkurang menjadi skala nyeri 4 dan
meningkat atau memberat saat dilakukan perawatan luka kanker (skala 5).
Pasien memiliki keterbatasan dalam menggunakan teknik relaksasi dan
distraksi sehingga metode non farmakologi ini belum sepenuhnya bisa
dilakukan oleh klien. Pain management kadang-kadang dilakukan selama
pasien mengeluh nyeri.
2) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
Setelah dilakukan nutrition management selama 6 hari perawatan, kriteria
hasil yang dicapai adalah nutritional status fluid and intake dan nutritional
status nutrien intake berada pada level 4 (adekuat), hal ini terlihat dari intake
diet cair melalui gastrostomi 6 x 200cc setiap hari diberikan, tidak ada
keluhan mual. Pasien saat ini menerima tambahan infus nutrisi aminofluid +
soluvn + vitalipid 1000ml tiap 24 jam, masukan kalori, karbohidrat, protein
dan lemak. Intervensi nutrition management dilanjutkan.
3) Ketidakefektifan pola nafas.
Setelah dilakukan tindakan respiratory monitoring dan Oxygen Therapy
selama 6 hari kriteria hasil yang dicapai adalah perawatan respiratory status
dalam level 3 (cukup menyimpang dari ukuran normal) dan 3 (sedang), hal
tersebut dapat dilihat pasien masih mengeluh sesak nafas dan masih sulit tidur.
Pasien mengatakan leher terasa gatal dan batuk berlendir. Produksi sekret
melalui gastrostomi banyak. Dalam pemeriksaan fisik suara nafas tambahan
ronkhi basah. Pemeriksaan TTV RR 24x/menit menggunakan O2 melalui
trakheostomi 5 ltr/mnt, tekanan darah 130/90 mmHg, Suhu 36,80C, Nadi 70
x/menit, SaO2 98%, dan gambaran foto thorak efusi pleura kiri. Respiratory
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
60
monitoring tetap dilakukan selama pasien mengeluh sesak nafas. Selain itu
pasien juga diberikan tindakan oxygen therapy dengan kriteria hasil pasien
akan mampu mempertahankan respiratory status : ventilation rating outcome
level 3 (cukup menyimpang dari ukuran normal) dan 3 (sedang), hal tersebut
dapat dilihat pasien masih mengeluh sesak nafas, pasien masih tampak
gelisah, pola pernafasan abnormal, nafas cepat 24x/menit menggunakan O2
melalui trakheostomi 5 ltr/menit, pasien masih tampak pucat, SaO2
meningkat jadi 98%, denyut nadi lemah 70x/menit dan gambaran foto thorak
efusi pleura kiri. Intervensi oxygen therapy dilanjutkan
4) Ansietas
Setelah dilakukan tindakan anxiety reduction selama 6 hari perawatan, maka
kriteria hasil yang dicapai adalah pasien dapat mengontrol kecemasannya
(anxiety self control) dengan skala rating outcome level 3 (kadang-kadang).
Hal ini ditunjukkan dengan wajah yang masih terlihat cemas, gelisah dan
kadang nampak sedih. Suami klien mengatakan klien biasanya sedih jika
teringat anaknya. Tindakan anxiety reduction dipertahankan
5) Kerusakan integritas jaringan
Setelah dilakukan tindakan intervensi wound care selama 6 hari, maka
kriteria hasil yang dicapai adalah kerusakan integritas kulit berada pada level
2 (terganggu berat) dengan dibuktikan oleh luka kanker berwarna kuning
kehitaman dan mengeluarkan cairan, balutan diganti pada pagi dan sore setiap
hari. Luka pada area dagu semakin melebar dengan invasi yang meluas, luka
kanker pada area leher masih mengeluarkan cairan, nampak luka kanker baru
pada leher sebelah kanan, tidak ada tanda granulasi, luka bau dan
mengeluarkan pus. Nilai leukosit masih lebih dari normal dan hemoglobin
masih di bawah normal, adanya tanda-tanda infeksi, intake makanan dan
minum cukup adekuat. Intervensi wound care dilanjutkan
6) Fatigue
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6 hari, maka kriteria hasil
yang dicapai adalah tingkat fatigue menjadi 3 (sedang), yang terlihat dari
keluhan klien mengatakan badannya masih terasa lemah dan tidak bertenaga,
ECOG skala 2, ambulasi di tempat tidur dibantu keluarga dan perawat.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
61
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
62
melaporkan bahwa sebagian besar kanker lidah muncul pada bagian lateral
sebesar 85%, pada bagian dorsum sebesar 5%, permukaan lidah sebesar 5% dan
ujung lidah sebesar 5% (Hibbert, Watkinson, Gaze, Wilson, 2000). Hasil
pemeriksaan juga menunjukkan adanya keterlibatan kelenjar getah bening
regional dan infiltrasi dengan gambaran MSCT scan yaitu limfadenopati multiple
perijugular bilateral dan submandibula bilateral dengan kecurigaan adanya
infiltrasi ke vena jungularis kiri. Studi yang dilakukan pada 57 pasien kanker lidah
menggambarkan bahwa kanker lidah memiliki prognosis yang buruk karena
tingginya angka metastasis ke kelenjar getah bening regional (Rodrigues et al,
2014; Süslü et al, 2013), serta invasi tumor ke area lokal (Alves et al, 2011).
Ketidaknyamanan fisik lain yang muncul pada NY. SJ adalah sesak napas dan
batuk berlendir. Keluhan ini muncul karena metastasis tumor ke paru sesuai
dengan hasil pemeriksaan foto Thoraks yaitu adanya efusi pleura kiri dan nodul
multiple pada paru kanan. Hasil pemeriksaan menunjukkan klien mengalami
kanker lidah stadium IV (advance), karena adanya metastasis pada kelenjar getah
bening bilateral dan paru. Selain itu, sudah terdapat invasi organ pada area dagu
dan kelenjar getah bening leher bilateral sehingga menimbulkan luka akibat invasi
kanker. Pemeriksaan menujukkan bahwa prognosis kanker lidah yang dialami
pasien jelek sehingga memperburuk kondisi pasien. Pada hari ke 7 perawatan
pukul 07.30 WIB klien meninggal dunia. Penelitian melaporkan bahwa adanya
penyebaran pada kelenjar getah bening membuat prognosis penyakit semakin
jelek terutama jika kanker sudah menyebar jauh (Edge SB, et al, 2010). Beberapa
penelitian menunjukkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prognosis dan
kelangsungan hidup pasien kanker lidah, yaitu: ukuran dan lokasi tumor primer,
keterlibatan kelenjar getah bening regional, dan adanya metastasis jauh
(Thiagarajan et al. 2014). Dalam sebuah studi retrospektif, yang dilakukan
Goldstein dkk (2013) mengevaluasi hubungan parameter klinik dengan hasil
kanker lidah, ditemukan korelasi yang signifikan secara statistik antara kejadian
kekambuhan dengan variabel ukuran tumor, kedalaman invasi, dan keterlibatan
margin bedah (Lindenblatt et al, 2012). Stadium berdasarkan TNM telah menjadi
indikator utama prognosis pada pasien kanker lidah. Stadium kanker lidah
berdasarkan gambaran anatomi, yang diajukan oleh the International Union
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
63
Pengobatan dan terapi yang diberikan kepada Ny. S bersifat paliatif. Tujuan dari
perawatan paliatif adalah memberikan kenyamanan dan meningkatkan kualitas
hidup pasien di akhir kehidupan (Tomey & Alligod, 2010). Kenyamanan adalah
hasil yang sangat diinginkan oleh pasien dan keluarga pasien dengan kanker, dan
karenanya merupakan tujuan penting dari proses keperawatan (Miaskowski et al.,
2006). Pengkajian pada Ny. SJ berada pada kanker lidah stadium lanjut yang
berkembang menjadi cukup parah. Penatalaksaan kolaborasi yang diberikan untuk
NY. SJ yaitu pemberian morphin untuk mengurangi nyeri, pemasangan
trakheostomi untuk memudahkan pasien bernapas, pamasangan gastrostomi
untuk masukan nutrisi dan pemberian nutrisi parenteral.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
64
a. Nyeri Kronis
Aspek ketidaknyamanan fisik yang ditemukan pada Ny. SJ berusia 25 tahun, yaitu
pasien mengeluh nyeri pada luka kanker akibat invasi massa kanker pada area
leher sebelah kiri, nyeri juga terasa pada area dagu yang juga merupakan luka
akibat invasi massa kanker. Berdasarkan keluhan tersebut maka ditegakkan
diagnosa keperawatan nyeri kronis. Nyeri kronis sering didefinisikan sebagai
nyeri yang berlangsung lebih dari 12 minggu (Medline Plus, 2011). Nyeri kronis
terus berlanjut selama berbulan-bulan atau bahkan lebih lama. Nyeri kronis
mungkin timbul akibat cedera awal atau mungkin ada penyebab yang sedang
berlangsung, seperti penyakit. Namun, mungkin juga tidak ada penyebab yang
jelas. Masalah kesehatan lainnya, seperti kelelahan, gangguan tidur, penurunan
nafsu makan, dan perubahan mood, sering menyertai nyeri kronis. Nyeri kronis
bisa membatasi gerakan seseorang, yang bisa mengurangi fleksibilitas, kekuatan,
dan stamina tubuh (Paolo Cherubino et al, 2012). Pasien mengeluh nyeri pada
luka, nyeri dirasakan hilang timbul dan memberat jika ganti balutan. Menurut
studi prevalensi nyeri pada pasien dengan kanker diperkirakan mencapai 25%
untuk pasien yang baru didiagnosis, 33% untuk pasien yang sedang menjalani
operasi dan pengobatan, dan lebih dari 75% untuk pasien yang memiliki kanker
stadium lanjut (American Pain Society, 2008; National Comprehensive Cancer
Network, 2010).
Nyeri yang dialami oleh pasien berada pada skala sedang, namun nyeri bisa
memberat saat ganti balutan atau jika pasien tidak mendapatkan obat penghilang
nyeri. Nyeri yang dirasakan pasien merupakan efek dari kerusakan jaringan yang
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
65
Dampak negatif dari nyeri kronis adalah gangguan dalam menjalani aktivitas
sehari-hari, hal ini juga terlihat pada Ny. SJ yang mengeluh tidak bisa tidur,
kelelahan dan kesulitan untuk bergerak karena nyeri yang dirasakan. Hasil studi
melaporkan bahwa nyeri memberikan dampak yang signifikan terhadap
kemampuan pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari seperti olahraga,
mengemudi, melakukan pekerjaan rumah, menghadiri kegiatan sosial, menjaga
hubungan keluarga dan teman, gangguan tidur dan terlibat dalam aktivitas seksual
(Breivik H et al, 2006). Penelitian lain yang dilakukan di Eropa melaporkan
bahwa pasien kanker dengan nyeri kronis mempengaruhi status pekerjaan
sebanyak 26%, 13% pasien kehilangan pekerjaan, dan 21% melaporkan telah
diagnosis dengan depresi karena nyeri kronis yang dialami (Reid KJ, Harker J,
Bala MM, et al, 2011).
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
66
stimulus cedera jaringan dan pengalaman subjektif terbagi dalam empat tahapan
yaitu : transduksi, transmisi, modulasi, dan persepsi.
Transmisi adalah proses penerusan impuls nyeri dari nosiseptor saraf perifer
melewati kornu dorsalis menuju korteks serebri. Saraf sensoris perifer yang
melanjutkan rangsang ke terminal di medula spinalis disebut neuron aferen primer.
Jaringan saraf yang naik dari medula spinalis ke batang otak dan talamus disebut
neuron penerima kedua. Neuron yang menghubungkan dari talamus ke korteks
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
67
serebri disebut neuron penerima ketiga (Corwin, 2010; Guyton & Hall, 2015).
Proses modulasi adalah proses dimana terjadi interaksi antara sistem analgesi
endogen yang dihasilkan oleh tubuh dengan impuls nyeri yang masuk ke kornu
posterior medula spinalis. Sistem analgesi endogen ini meliputi enkefalin,
endorfin, serotonin, dan noradrenalin memiliki efek yang dapat menekan inpuls
nyeri pada kornu posterior medula spinaslis. Proses modulasi ini dapat dihambat
oleh golongan Opioid (Corwin, 2010; Guyton & Hall, 2015). Proses persepsi
merupakan hasil akhir proses interaksi yang kompleks dan unik yang dimulai dari
proses transduksi, transmisi, dan modulasi yang pada gilirannya menghasilkan
suatu perasaan yang subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri (Corwin, 2010;
Guyton & Hall, 2015).
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
68
memiliki tanggung jawab untuk mengkaji secara akurat dan membantu menolong
meredakan nyeri yang dialami oleh pasien (Black & Hawks, 2014). Tujuan utama
dari pengkajian nyeri adalah untuk mengidentifikasi penyebab nyeri, untuk
memahami persepsi klien terhadap nyeri, untuk mengukur karakteristik nyeri,
untuk memutuskan tingkatan nyeri sehingga klien dapat meneruskan partisipasi
terhadap aktivitas sehari-hari dan untuk mengimplementasikan teknik manajemen
nyeri. Dalam proses pengkajian perawat mengumpulkan riwayat nyeri termasuk
faktor yang dapat memperparah maupun memperingan nyeri, serta pengumpulan
data subjektif dan objektif dengan menggunakan alat ukur (American Pain
Foundation, 2007). National comprehensive cancer network (NCCN) di Amerika
Serikat menekankan pentingnya pengkajian nyeri secara komprehensif yang
meliputi intensitas, kualitas, onset, dan durasi nyeri, tindakan yang dapat
meningkatkan maupun mengurangi nyeri, riwayat penggunaan obat nyeri, hasil
laboratorium dan foto terkait organ yang mengalami nyeri.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
69
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
70
Pasien dengan kanker rongga mulut yang mengalami penurunan berat badan lebih
dari 20% dari total berat badannya memiliki risiko terjadinya toksisitas dan
mortalitas yang lebih tinggi (Couch M, Lai V, Cannon T, Guttridge D, Zanation A,
George J, et al, 2007). Dilaporkan pula harapan hidup yang lebih baik pada
pasien tanpa temuan kanker kaheksia (Topkan E, Yavuz AA, Ozyilkan O, 2002).
Mekanisme patofisiologi kanker kaheksia masih belum diketahui secara pasti.
Mekanisme terjadinya kanker kaheksia diduga multifaktorial yaitu : 1) Perubahan
metabolik yang ditemukan pada kaheksia lebih menyerupai pada infeksi
dibandingkan kelaparan. Pada kaheksia, terdapat peningkatan katabolisme protein
otot sehingga menyebabkan penurunan massa otot. Selain itu, timbul penurunan
jaringan lemak karena lipolisis yang diperantarai LMF (Lipid Mobilizing Factor)
dan zinc-alpha-2 glycoprotein yang memiliki efek lipolitik. Sebagian besar tumor
solid menghasilkan laktat yang diubah kembali menjadi glukosa dalam hati (siklus
Cori). 2) Faktor tumor, Sel-sel tumor menghasilkan faktor proinflamasi dan
procachectic (LMF dan PIF/Proteolysis Inducing Factor) yang menstimulasi
respons inflamasi. 3) Faktor host-tumor, Sitokin proinflamasi yang dihasilkan sel
Tumor yaitu TNF-α, IL-1, dan IL-6 memperantarai proses kaheksia. TNF-α dan
PIF meningkatkan degradasi protein dan menurunkan sintesis protein. 4) Faktor
host, perubahan sistemik sebagai respons terhadap inflamasi ditandai dengan
respons fase akut. Meningkatnya respons protein fase akut dijumpai sampai 50%
dari pasien dengan kanker solid dan hal ini berkaitan dengan hipermetabolisme.
CRP (C Reactive Protein) merupakan metode yang sering dipakai untuk
mengetahui besarnya respons inflamasi sistemik. Faktor neuroendokrin
tampaknya terganggu pada keadaan kanker sehingga menyebabkan resistensi
insulin, menurunnya aktivitas anabolik, dan meningkatnya cortisol. Gangguan ini
mungkin diperantarai oleh respons inflamasi sistemik terkait kanker (Donohoe CL,
Ryan AM, Reynolds JV, 2011).
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
71
Tindakan utama yang dilakukan pada Ny. SJ adalah mengkaji kebutuhan nutrisi.
Pengkajian nutrisi pada pasien kanker merupakan hal penting pada pasien kanker.
Pasien mengalami penurunan BB yang tadinya 65 kg menjadi 40 kg, intake oral
tidak bisa sejak 2 bulan yang lalu karena kanker sudah memenuhi rongga mulut
pasien, kehilangan BB > 10%, Hb : 10,9 g/dL, turgor menurun. Index Masa
Tubuh (IMT) adalah penilaian gizi melalui tinggi badan dan berat badan yang
diambil pada kunjungan klinik dengan menggunakan rumus BB/TB (meter)2.
IMT selain digunakan untuk menghitung indeks massa tubuh (BMI; dihitung
sebagai kg/m2) juga untuk mengklasifikasikan peserta dalam berat badan normal,
kelebihan berat badan atau obesitas dan underweight (Ogden, Carroll, Kit &
Flegal, 2014).
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
72
yang berbeda, dan bervariasi intensitasnya (Sarah et al, 2016). Telah dilaporkan
bahwa sesak napas terjadi pada 10-70% pasien dengan kanker stadium lanjut
(Solano et al., 2006). Sesak napas merupakan sumber stres psikososial dan fisik
yang terus berlangsung, terkait dengan ketakutan, kecemasan, isolasi sosial dan
cacat fungsional yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari (Boothet al., 2003).
Sesak napas juga ditujukkan untuk menggambarkan fungsi paru-paru (Nishimura
et al., 2002), dan adanya fibrosis paru (Nishiyama et al., 2010). Hal tersebut
sesuai dengan kondisi yang dialami Ny. SJ, sesak nafas yang dirasakan Ny. SJ
menyebabkan pasien mengalami kesulitan tidur (insomnia), sering terjaga, posisi
tidur setengah duduk, dan ditopang oleh bantal untuk memberikan kenyamanan
Ny. SJ dalam memenuhi kebutuhan tidurnya. Ny SJ juga mengeluhkan badan
terasa lemah, tidak bisa melakukan aktivitas, aktivitas dibantu oleh keluarga.
Gambaran foto toraks Ny. SJ (Tgl 27-01-2017) ditemukan efusi pleura kiri dan
nodul multiple pada paru kanan. Hasil pemeriksaan paru menggambarkan bahwa
sudah terjadi metastasis kanker ke paru yang mengakibatkan terjadinya efusi
pleura. Kondisi ini menggambarkan prognosis yang jelek dari kanker lidah yang
dialami Ny. SJ. Penelitian melaporkan bahwa adanya penyebaran pada kelenjar
getah bening atau metastasis yang jauh membuat prognosis kanker lidah semakin
jelek (Edge SB, et al, 2010). Kanker paru atau kanker payudara erat kaitannya
dengan munculnya Efusi pleura. Namun, dalam beberapa kondisi efusi pleura bisa
terjadi pada kasus keganan lain yang diakibatkan oleh metastasis kanker ke paru
(Porcel & Vives, 2003). Efusi pleura adalah masalah kesehatan umum dengan
kejadian setiap tahunnya sekitar 1,5 juta di Amerika Serikat (Light RW, 2011).
Keganasan adalah salah satu yang paling sering penyebab efusi pleura. Efusi
pleura dengan keganasan mempengaruhi lebih dari 175.000 dan 40.000 orang
setiap tahunnya di Amerika Serikat dan Inggris (Bennett R, Maskell N, 2005).
Keterlibatan pleura dapat terjadi pada hampir semua jenis kanker, dan efusi pleura
terlihat pada kira-kira setengah dari pasien dengan kanker metastatik (Shaw P,
Agarwal R, 2005).
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
73
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
74
nebulizer bisa memakan waktu hingga 45 menit atau lebih. Hal ini sangat jelas
bahwa pasien harus disiplin dan ketat dalam mematuhi waktu penggunaan
prosedur harian ini. Zat obat yang biasa digunakan untuk terapi inhalasi terdiri
albuterol, ipratropium, kromolin, budesonide, tobramycin, colistin dan rhDNAse
dornase alfa (Wolfgang, Astrid & Irene, 2006). Combivent adalah kombinasi obat
yang terdiri atas Salbutamol sulphate (Albuterol) 2.5 mg dan Ipratropium Br 0.5
mg dengan kemasan vial 2,5 ml. Dosis pemberiannya adalah 0,5-1 vial unit dosis
setiap 1 sampai 2 jam dan dilanjutkan setiap 4 sampai 6 jam melalui rute inhalasi
(nebulisasi).
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
75
trakheostomi, terkadang batuk disertai dahak. Adanya efusi pleura pada Ny.SJ
yang membuat pergerakan kembang kempis paru tidak optimal dan menyebabkan
ekspansi paru-paru menurun sehingga kebutuhan oksigen pasien tidak tercukupi,
selain itu selama pengelolaan, Ny. SJ mendapat oksigen 5ltr/menit melalui
trakheostomi. Skor ESAS kelelahan Ny. SJ 7. Dalam pemeriksaan fisik masih ada
retraksi dinding dada, suara nafas tambahan ronkhi basah. Pemeriksaan TTV RR
24x/menit menggunakan O2 nasal kanul 5 ltr/mnt, tekanan darah 110/90 mmHg,
Suhu 36,80C, Nadi 60 x/menit, SaO2 98%, dan gambaran foto toraks efusi pleura
paru kiri. Selain itu pasien juga diberikan tindakan oxygen therapy dengan
harapan pasien akan mampu mempertahankan status pernapasan : ventilation. Bila
dilihat dari konsep teori kenyamanan, sesak nafas dapat dihubungan dengan
masalah kenyamanan. Perasaan nyaman diartikan sebagai perasaan terbebas dari
rasa ketidaknyamanan, merasa senang dan puas terhadap sesuatu serta merasa
hidup lebih mudah, damai dan menyenangkan (Ruland & Moore (1998) di dalam
Tomey & Alligood, 2010). Dengan pemberian tindakan meliputi mencegah,
memonitoring dan membebaskan ketidaknyamanan fisik termasuk
ketidaknyamanan karena sesak nafas, memfasilitasi untuk beristirahat dan
relaksasi serta mencegah komplikasi yang mungkin terjadi diharapkan kebutuhan
kenyamanan Ny. SJ dapat dipenuhi. Namun dihari ke 6 perawatan keadaan umum
pasien menurun, kesadaran menurun, dan pukul 07.30 pasien meninggal.
d. Ansietas
Ansietas merupakan suatu kondisi yang bersifat psikologis dan fisiologis terjadi
karena adanya stresor, rasa ketakutan yang abnormal dan luar biasa yang
diakibatkan oleh keraguan tentang realitas dan sifat ancaman, keraguan diri
tentang kemampuan seseorang untuk mengatasinya yang sering ditandai dengan
tanda fisik seperti ketegangan, berkeringat, dan denyut nadi yang meningkat
(Seligman, 2001; Ali, Stone, 2006; Yi-Long et al, 2016). Diagnosa keperawatan
ansietas berhubungan dengan adanya ancaman dan perubahan status kesehatannya
NIC yang dipilih berupa anxiety reduction. Meminimalkan kekhawatiran,
ketakutan pada sesuatu yang akan terjadi, firasat atau kegelisahan yang
berhubungan dengan antisipasi sumber tak dikenal merupakan bagian dari anxiety
reduction (Nursing Interventions Classification/NIC,2013). Setelah diberikan
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
76
Kanker dianggap sebagai penyakit yang serius dan berpotensi sebagai penyakit
mematikan tanpa pengobatan (seperti beberapa kanker stadium lanjut), yang
secara langsung berefek pada keadaan psikologis dan fisiologis pasien. Beberapa
penelitian menggunakan berbagai metode penilaian telah menunjukkan tingkat
kecemasan tinggi pada pasien kanker (Yi-Long et al, 2016). Studi yang dari
negara berkembang seperti Amerika dan Inggris, prevalensi kecemasan bervariasi
dari 0,9% menjadi 49% dalam satu review terhadap 58 studi (Jadoon et al, 2010).
Pasien kanker mungkin rentan terhadap kecemasan karena berbagai alasan seperti
reaksi terhadap diagnosis kanker, adanya gejala yang tidak menyenangkan yang
terkait dengan kanker (seperti rasa sakit, mual dan kelelahan), dan kekhawatiran
tentang kekambuhan penyakit atau perkembangan penyakit. Disamping itu Efek
fisiologis dari perawatan tertentu (seperti pengobatan radioterapi dan kemoterapi)
juga menyebabkan munculnya kecemasan (Capuron et al, 2000; Zhang et al,
2007). Studi tersebut sesuai dengan kondisi Ny. SJ saat dilakukan pengkajian,
suami pasien mengatakan kadang-kadang pasien menangis jika mengingat
anaknya, pasien terus bertanya kepada perawat dan dokter kapan bisa pulang,
pasien juga sering bertanya pengobatan apa lagi yang akan dilakukan padanya,
pasien sudah merasa bosan dan jenuh di rumah sakit dan cepat pulang ke rumah.
Pasien mengatakan cemas dengan kondisinya yang tidak ada perubahan, pasien
sudah merasa capek.
Pasien kanker dengan kecemasan dan depresi dapat memunculkan perasaan yang
tidak berharga, keputusasaan, kehilangan energi dan minat dan keinginan untuk
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
77
Dalam comfort theory tiga hal dalam komponennya saling berhubungan satu sama
lain. Relief erat kaitannya dengan pencetus munculnya kecemasan pada pasien.
Kecemasan dapat dihubungkan dengan masalah kenyamanan yang berkaitan
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
78
Pada tahap awal, luka kanker bisa muncul sebagai nodul tanpa rasa sakit, alopecia,
eritematosa, indurated, panas untuk disentuh, atau teraba lunak (Pelaut, 2006;
Alexander, 2009). Langemo (2012) mengidentifikasi dua fase pertumbuhan pada
luka kanker yaitu ulserasi dan proliferatif (Fungate), meski unsur keduanya dapat
hadir secara bersamaan. Selama tahap ulserasi, luka tampak seperti kawah dengan
margin terangkat. Fungasi luka muncul seperti kembang kol atau jamur (Gibson
dan Green 2013). Gambaran ini juga terlihat pada luka kanker yang dialami Ny.
SJ, dimana luka nampak seperti kembang kol, mengeluarka cairan, nekrosis dan
mengeluarkan pus. Berdasarkan etiologinya luka kanker merupakan luka yang
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
79
susah disembuhkan bila dibandingkan dengan luka kronis lainnya (Probst et al,
2009). Perawatan luka pada Ny. SJ bukan untuk perawatan yang bertujuan
memberikan perbaikan pada kondisi luka, tapi lebih kepada untuk memberikan
kenyamanan pada pasien. Perawatan luka dilakukan setiap pagi dan sore atau
disaat balutan merembes. Luka kanker yang dialami pasien merupakan luka
dengan grade 3 dimana sudah terjadi penetrasi yang mencapai tulang dan sendi.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
80
f. Fatigue
Kondisi kronik dari penyakit kanker akan menimbulkan keluhan lemah dan
keletihan, namun keluhan ini masih belum mendapatkan perhatian dan
penanganan yang tepat. Ny. SJ pada saat dilakukan pengkajian mengatakan
badanya terasa lemah dan tidak bertenaga. Fatigue adalah gejala yang sering
ditemui pada penderita kanker, yang dapat disebabkan karena penyakit kanker itu
sendiri atau pengobatan kanker. Prevalensi kelelahan pada pasien kanker yang
menjalani kemoterapi atau radioterapi diperkirakan berkisar antara 70% sampai 96%
(Servaes, Van der Werf, Prins, Verhagen, & Bleijenberg, 2001). Fatigue
merupakan kondisi umum yang sering muncul pada pasien kanker (Stone, P et al,
1999; Lundh Hagelin, C, Seiger, A, Furst, CJ, 2006). Beberapa kondisi yang
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
81
sering muncul pada pasien kanker dan mengakibatkan terjadinya fatigue yaitu
sitokin proinflamasi, kaheksia, anoreksia dan anemia (Barnes, EA, Bruera, E,
2002; Echteld, MA et al, 2007).
Pada pasien kanker pengalaman fatigue tidak dapat diringankan dengan istirahat
atau tidur, bahkan keluhan fatigue bisa semakin memburuk dan menetap
(LeGrand, SB, 2002; Visovsky, C, Schneider, SM, 2003; Sood, A, Moynihan, TJ,
2005; Prue, G, Rankin, J et al, 2006). Kondisi yang juga terlihat pada pasien yaitu
nampak lemah dan tidak bisa melakukan aktivitas, semua aktifitas pasien dibantu
keluarga dan perawat. Score karnofsky 40% (membutuhkan bantuan dan
perawatan medis rutin) Status fisik ECOG skala 4 (hanya dapat mengurus diri
secara terbatas, terbatas pada tempat tidur lebih dari 50%). Status fungsional
indeks Barthel 2 (ketergantungan total). Berdasarkan hasil studi melaporkan
fatigue secara langsung dapat mengganggu pasien kanker dengan stadium lanjut
dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan secara signifikan mempengaruhi
kualitas hidup (LeGrand, SB, 2002; Sood, A, Moynihan, TJ, 2005; Prue, G,
Rankin, J et al, 2006; Östlund, U, Wennman-Larsen, A et al, 2007). Sebuah studi
yang melakukan penelitian pada pasien kanker dengan stadium lanjut melaporkan
bahwa kelelahan fisik paling sering dikeluhkan daripada kelelahan mental
(Echteld, MA, Passchier, J, Teunissen, 2007; Munch, TN, Stromgren, AS,
Pedersen et al, 2006; Lundh Hagelin, C, Wengström, Y, Fürst, C. Patterns, 2008).
Secara umum banyak faktor yang menyebabkan munculnya fatigue pada pasien
kanker. Pengkajian pada Ny. SJ nilai hemoglobin 10.4 g/dl, konjungtiva nampak
anemis, mukosa bibir kering dan pasien nampak lemah. Anemia merupakan salah
satu penyebab fatigue. Anemia sering terjadi pada pasien kanker, dapat
disebabkan oleh perdarahan, hemolisis, infiltrasi kanker pada sum-sum tulang,
defisiensi nutrisi ataupun penurunan produksi eritrosit karena pengaruh sitokin
proiinflamasi (seperti TNF-α, IL-1, IL-6, dan interferon/IFN-γ) yang menghambat
kerja eritropoisis. Anemia berhubungan dengan fatigue akibat adanya penurunan
kemampuan hantaran oksigen ke organ tubuh, menyebabkan kurangnya energi
untuk melakukan fungsi normal organ sehingga menimbulkan keluhan kelelahan
dan rasa lemas (Ryan et al., 2007).
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
82
Fatigue dapat bersifat sentral ataupun perifer. Fatigue perifer mengacu pada
kelelahan otot akibat gangguan neuromuskular dan otot. Sementara itu fatigue
sentral dihasilkan sebagai akibat kegagalan transmisi impuls motorik untuk
menghasilkan aktivitas volunter. Hal ini tidak hanya mempengaruhi kondisi fisik
namun juga kondisi kognitif seperti kemampuan kosentrasi (Borneman, 2013).
Pada Ny. SJ juga ditemukan keluhan gangguan tidur yang penyebabnya tidak
diketahui oleh pasien. Gangguan tidur berhubungan dengan fatigue melalui
gangguan irama sirkadian dan ritme aktivitas-istirahat. Pasien kanker
memperlihatkan gangguan ritme hormon kortisol yang mana mengalami
penurunan yang cenderung lambat sepanjang hari sehingga menimbulkan
disregulasi fungsi hipotalamus hipofisis. Selain itu ritme aktivitas-istirahat yang
tidak konsisten cenderungan akan menimbulkan keluhan fatigue yang lebih parah.
Peningkatan kadar IL-1, IL-6, dan TNF-α juga berhubungan dengan waktu tidur
yang mana meningkatkan kantuk berlebihan di siang hari (Ryan et al., 2007).
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
83
Peran perawat spesialis yang penulis jalani selama praktik residensi yaitu
memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus keganasan. Sebagian
besar kasus kanker yang dikelola penulis merupakan kasus terbanyak yang
dirawat di RSK Dharmais, seperti kanker payudara, nasofaring, ovarium, cervix,
paru, dan hematologi, paling banyak pada wanita daripada laki-laki dengan usia
rata-rata pasien adalah 42,57 tahun. Pengelolaan 30 kasus kanker, penulis
menemukan banyak masalah keperawatan yang muncul. Masalah utama yang
pasti muncul pada pasien dengan kasus keganasan yaitu nyeri kronis dan nyeri
akut. Selanjutnya masalah nutrisi, kecemasan, ketidakefektifan pola napas, fatigue,
resiko infeksi, resiko perdarahan, kerusakan integritas kulit dan jaringan serta
intoleransi aktifitas. Diantara beberapa masalah keperawatan yang telah
disebutkan, salah satu masalah keperawatan yang beresiko terjadi pada pasien
kanker adalah infeksi. Infeksi disebabkan oleh mikroba atau mikroorganisme yang
masuk ke dalam tubuh, berkembang biak, dan menyebabkan bahaya, penyakit,
atau bahkan kematian. Jenis utama mikroorganisme adalah bakteri, virus,
protozoa (beberapa di antaranya berperan sebagai parasit), dan organisme jamur
(American Cancer Society, 2015).
Proses infeksi yang terjadi pada pasien kanker diakibatkan oleh perkembangan
tumor itu sendiri dan adanya metastasis, kondisi ini dikarenakan beberapa faktor
pelekatan yang diturunkan dari tumor (TDSFs), seperti interleukin-10 (IL-10),
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
84
Faktor yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi pada pasien kanker adalah
kurang tidur, stres, gizi buruk, dan efek samping lainnya, kemoterapi, terapi
radiasi diberikan pada area tubuh yang lebih besar atau ke panggul, kaki, dada,
atau perut, kanker yang menyerang sumsum tulang secara langsung, seperti
leukemia dan limfoma, kanker yang menyebar ke tulang. Kondisi lain yang
meningkatkan risiko infeksi, seperti diabetes, penyakit ginjal, tekanan darah tinggi,
gagal jantung kongestif, penyakit autoimun, penyakit hati, bronkitis kronis, atau
emphysema (American Cancer Society, 2015). Pada 30 pasien resume sebagian
besar mengalami masalah dengan nutrisi, stres, insomnia dan sedang menjalani
pengobatan kemoterapi maupun radiasi. Selama menjalani pengobatan pasien
kanker rentan untuk mengalami infeksi karena kemoterapi dan radiasi secara
langsung dapat membuat kerusakan sel-sel darah yang bertanggung jawab dalam
sistem pertahanan tubuh. Selain akibat pengobatan yang sedang dijalani kondisi
fisik juga sangat mempengaruhi terjadinya infeksi. Pada pasien kanker payudara,
ovarium dan cervix yang dikelola penulis terjadi peningkatan dari nilai leukosit,
hemoglobin dan trombosit yang sangat erat kaitannya dengan malnutrisi yang
dialami pasien. Malnutrisi sangat erat kaitannya dengan perkembangan kanker
dan prognosis kanker yang jelek. Sebagian besar pasien kanker akan kehilangan
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
85
berat badan yang terjadi akibat proses kanker, respon fisiologi tubuh terhadap
kanker dan sebagai efek samping pengobatan. Studi melaporkan malnutrisi yang
terjadi pada pasien kanker sebesar 39% (Hébuterne et al. 2014). Pasien kanker
yang paling banyak mengalami gangguan nutrisi adalah kanker kolon, paru,
pankreas, kepala dan leher, serta ovarium. Studi lainnya melaporkan bahwa pasien
kanker yang dirawat di rumah sakit sebanyak 61% mengalami malnutrisi (Wie et
al, 2010).
Pasien dengan kanker hematologi yang paling banyak penulis temukan beresiko
terhadap infeksi. Hal ini sesuai dengan karakteristik dan sifat khas leukemia yang
secara langsung merusak sel-sel darah. Sifat khas leukemia dalah proliferasi tidak
teratur dan akumulasi sel darah putih dalam sum-sum tulang menggantikan
elemen sumsum tulang yang normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan
nodus limfatikus, serta invasi ke organ nonhematologis seperti meningen, traktus
gastrointestinal, ginjal, kulit, mukosa oral, dan paru-paru. Saat terdiagnosis sering
organ ini dalam keadaan inflamasi, nyeri dan terinfeksi. Seiring dengan perjalanan
penyakit, sumsum tulang terus memproduksi sel imatur (sel blast) sehingga
sirkulasi perifer dan sumsum tulang penuh dengan sel imatur akibatnya produksi
produksi eritrosit dan platelet terganggu sehingga menimbulkan anemia dan
trombositopenia. Sistem retikuloendotelial akan terpengaruh dan menyebabkan
gangguan sistem pertahanan tubuh dan mudah mengalami infeksi. Infiltrasi pada
ekstramedular akan berakibat terjadinya pembesaran hati, limfe, nodus limfatikus,
dan nyeri persendian (Lewis, dkk, 2011; Smeltzer & Bare, 2001; Porth, 2007;
Williams & Hopper, 2007).
Infection control merupakan salah satu intervensi yang dipilih penulis sebagai
tindakan penanganan untuk meminimalkan penerimaan dan penularan agen
infeksi Intervensi keperawatan infection control penulis terapkan selama
mengelola pasien dengan masalah keperawatan resiko infeksi. Tujuan diberikan
intervensi ini agar mampu mengontrol risiko (risk control) dengan kriteria hasil
pasien mampu mengidentifikasi faktor resiko infeksi, mengidentifikasi faktor
risiko yang berhubungan dengan aktivitas sehari-hari, mengidentifikasi dan
mengontrol tanda dan gejala infeksi, pasien mampu mengidentifikasi cara sebagai
bentuk perlindungan diri dari infeksi yang dibawa oleh orang lain, monitor
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
86
perilaku diri sebagai faktor yang berkaitan dengan risiko infeksi, monitor
lingkungan sebagai faktor yang berhubungan dengan risiko infeksi, memelihara
kebersihan lingkungan, menggunakan strategi dalam memenuhi pembasmi kuman,
meningkatkan strategi yang efektif dalam mengontrol infeksi, menggunakan
tindakan pencegahan prekausal, mempraktikkan cuci tangan, mempraktikkan
strategi kontrol infeksi, mengatur strategi kontrol infeksi, monitor status kesehatan
secara umum, menggunakan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan.
Profilaksis dengan menggunakan antibiotik sebagai penanganan primer untuk
mencegah terjadinya komplikasi pada pasien dengan kasus keganasan (Bainschab,
et.al, 2016). Hal ini sejalan dengan tujuan intervensi kontrol infeksi dimana
perawat berkolaborasi dengan tim multidisplin lainnya dalam pemberian
antibiotik pada pasien serta melakukan monitoring dalam pemberian pada pasien.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
87
Perlu adanya edukasi kepada pasien tentang kanker lidah dan faktor resikonya
untuk deteksi dini dan meningkatkan angka keberhasilan pengobatan. Pasien
dengan kondisi kronik, kompleksnya gejala dapat menyebabkan munculnya
ketidaknyamanan, sehingga dalam memberikan asuhan keperawatan harus secara
holistic.
Kanker paru, hati, perut, kolorektal, dan kanker payudara adalah penyebab
terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya. Lebih dari 30% dari kematian
akibat kanker disebabkan oleh lima faktor risiko perilaku dan pola makan, yaitu:
(1) Indeks massa tubuh yang tinggi, (2) Kurang konsumsi buah dan sayur, (3)
Kurang aktivitas fisik, (4) merokok, dan (5) Konsumsi alkohol berlebihan.
Merokok merupakan faktor risiko utama kanker yang menyebabkan terjadinya
lebih dari 20% kematian akibat kanker di dunia dan sekitar 70% kematian akibat
kanker paru di seluruh dunia. Kanker yang menyebabkan infeksi virus seperti
virus hepatitis B/hepatitis C dan virus human papilloma berkontribusi terhadap 20%
kematian akibat kanker di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Lebih
dari 60% kasus baru dan sekitar 70% kematian akibat kanker di dunia setiap
tahunnya terjadi di Afrika, Asia dan Amerika Tengah dan Selatan. Diperkirakan
kasus kanker tahunan akan meningkat dari 14 juta pada tahun 2012 menjadi 22
juta dalam dua dekade berikutnya (Society AC. Breast Cancer Facts & Figures
2013-2014).
Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah kasus baru penyakit kanker, maka
pasien kanker yang akan menjalani perawatan dan pengobatan akan terus
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
88
bertambah setiap tahun. Pengobatan kanker yang sulit dan lama termasuk
pembedahan, radioterapi, atau kemoterapi yang berlangsung selama berbulan-
bulan atau bertahun-tahun, menyebabkan pasien kanker yang menjalani
pengobatan sering mengalami penurunan kualitas hidup serta munculnya masalah
kesehatan mental (Altekruse, Kosry, Krapcho, Neyman, Aminou, et al., 2011).
Gangguan mental biasanya dimulai dari kondisi normal sampai terjadinya
gangguan, kondisi ini sebagai reaksi terhadap penyakit kanker dan proses
pengobatan sehingga sampai pada tahap pasien mengalami depresi (National
Comprehensive Cancer Network, 2008 ; Institute of Medicine, 2007). Proses
penyakit kanker yang memburuk, nyeri akibat kanker yang dirasakan terus
menerus dapat meningkatkan resiko munculnya gangguan mental seperti
kecemasan dan depresi (G.Hanks. Cherny, Christakis, Fallon, Kaasa, and
Portenoy, 2010). Hasil skrining menunjukkan bahwa 10-20% pasien kanker
mengalami depresi (S. Strang & P. Strang, 2002).
Depresi merupakan gangguan mental serius yang ditandai dengan perasaan sedih
dan cemas. Gangguan ini biasanya akan menghilang dalam beberapa hari tetapi
dapat juga berkelanjutan dan dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari (National
Institute of Mental Health, 2010). Menurut WHO, depresi merupakan gangguan
mental yang ditandai dengan munculnya gejala penurunan mood, kehilangan
minat terhadap sesuatu, perasaan bersalah, gangguan tidur atau nafsu makan,
kehilangan energi, dan penurunan konsentrasi (World Health Organization, 2010).
Prevalensi Major Depressive Disorder (MDD) diperkirakan sekitar 11% di antara
pasien kanker dibandingkan dengan pada pasien nonkanker, meskipun kejadian
depresi pada pasien kanker mungkin beragam tergantung pada jenis kanker yang
diderita (Ng CG, Boks, Zainal, De Wit, 2011).
Sebuah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui kejadian depresi pada pasien
kanker dengan menggunakan metodologis inkonsistensi dan perbedaan, dengan
desain cross-study comparisons difficult tapi dapat menjelaskan tentang insiden
depresi dan perbedaan kejadiannya pada jenis kanker yang berbeda (Lynch, 2005;
Sellick, Crooks, 2009). Memberikan informasi tentang prevalensi kejadian depresi
pada pasien kanker sangat sulit untuk diinterpretasikan. Kejadian depresi pada
pada pasien kanker bervariasi mulai dari 1% pada pasien dengan acut leukemia
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
89
dan lebih dari 40% pada pasien dengan malignant disease (Colön, Callies, Popkin,
McGlave, 2010; Harvey, 2011). Sebuah studi yang dilakukan oleh Derogatis dan
rekannya yang menggunakan 215 sampel acak pada orang dewasa yang dirawat di
rumah sakit dan sebagai pasien rawat jalan dan terdiri dari 3 jenis kanker 53%
diklasifikasikan memiliki diagnosis psikiatri, dari 47% kasus yang teridentifikasi,
68% mengalami gangguan penyesuaian dengan suasana hati, depresi atau cemas,
13% mengalami depresi berat, 8% mengalami gangguan mental, 7% memiliki
gangguan kepribadian, dan 4% memiliki gangguan kecemasan yang sudah ada
sebelumnya (Derogatis, Morrow, 2002).
Sebuah studi lainnya dilakukan pada 130 Pasien kanker yang sakit parah
melaporkan bahwa prevalensi tingkat depresi adalah antara 13% dan 26%,
tergantung tentang bagaimana gejala fisik atau somatik yang diklasifikasikan dan
seberapa ketat sistem diagnostik diterapkan (Chochinov, Wilson, Enns, Lander.
2004). Sebuah ikhtisar makalah yang diterbitkan, Massie menyimpulkan bahwa
depresi adalah sindrom komorbid, yang mempengaruhi 15-25% dari pasien
kanker (Massie & Popkin, 2008). Kondisi depresi muncul pada pasien kanker dan
semakin memperburuk kondisinya yang selanjutnya merusak kualitasnya hidup
pasien.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
90
Aromatherapy message adalah salah satu yang paling sering digunakan sebagai
pengobatan komplementer. Efektivitas Aromatherapy message berkaitan dengan
pengurangan gejala nyeri, kecemasan, dan depresi pada pasien onkologi telah
terbukti dalam beberapa penelitian dengan desain observasional studi. Hasil
evaluasi efektivitas Aromatherapy message penting dari dua perspektif utama.
Pertama, kebutuhan yang besar dari pasien kanker untuk mendapatkan pengobatan
yang minim resiko dan membantu masalah yang dirasakan pasien serta
memberikan kenyamanan. Kedua, saat ini intervensi yang tersedia belum
sepenuhnya efektif untuk mengurangi gangguan psikologis pada tahap ringan
sampai sedang pada pasien kanker, sebagai dampak dari penyakit kanker (Mansky
& Wallersted, 2006). Pada kondisi tertentu ketika pasien sudah mencapai tahap
kekecewaan dan kehilangan harapan maka pasien akan mengalami distress
psikologis yang cukup parah sehingga dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka
(Kutner, Smith, Corbin et al.,2008)
Pilihan terapi untuk pasien dengan tingkat depresi yang rendah sampai dengan
sedang menurut teori, dengan menggunakan konseling yang dilakukan oleh
petugas yang sudah terlatih. Tetapi pada kenyataannya tidak semua pasien ingin
melakukan terapi konseling (Cassileth & Vickers, 2004). Beberapa penelitian
sebelumnya telah membuktikan bahwa Aromatherapy message dapat
meringankan atau mengurangi gejala depresi yang ringan sampai sedang, maka
intervensi ini bisa menjadi pilihan sebagai terapi komplementer untuk mengatasi
cemas dan depresi pada pasien kanker (Wilkie, Kampbell, Cutshall et al.,2000).
Aromaterapi merupakan minyak esensial yang berasal dari tanaman yang
digunakan dengan cara dihirup, pemijatan, lotion, dan diffusers. Penting dalam
penggunaan aromaterapi minyak esensial yang berasal dari tanaman, bukan bahan
kimia yang diproduksi menggunakan wewangian, karena tidak menghasilkan efek
yang sama dengan minyak esensial murni (Balch, 2006).
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
91
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
92
Depresi adalah salah satu gangguan mental yang paling umum di A.S. Penelitian
saat ini menunjukkan bahwa depresi disebabkan oleh kombinasi faktor genetik,
biologis, lingkungan, dan psikologis. Depresi bisa terjadi pada usia berapapun,
tapi sering dimulai di masa dewasa. Depresi sekarang dikenal sebagai terjadi pada
anak-anak dan remaja, meskipun kadang kala hadir dengan iritabilitas yang lebih
menonjol daripada mood rendah. Banyak gangguan mood dan kecemasan kronis
pada orang dewasa mulai sebagai tingkat kecemasan yang tinggi pada anak-anak
(Kaplan, et al, 2010).
Depresi, terutama pada orang dewasa yang berusia paruh baya atau lebih tua,
dapat terjadi bersamaan dengan penyakit medis serius lainnya, seperti diabetes,
kanker, penyakit jantung, dan penyakit Parkinson. Kondisi ini seringkali lebih
buruk saat depresi hadir. Terkadang obat yang diambil untuk penyakit fisik ini
dapat menyebabkan efek samping yang menyebabkan depresi. Seorang dokter
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
93
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
94
5) Gangguan bipolar berbeda dengan depresi, namun termasuk dalam daftar ini
karena seseorang dengan gangguan bipolar mengalami episode suasana hati
yang sangat rendah yang memenuhi kriteria depresi berat (disebut "depresi
bipolar"). Tapi seseorang dengan gangguan bipolar juga mengalami mood
yang sangat tinggi - euforia atau mudah tersinggung yang disebut "mania"
atau bentuk yang kurang parah yang disebut "hypomania‖.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
95
Tanda dan gejala dan kondisi kronis juga dapat dikaitkan dengan depresi di
kalangan penderita kanker. Studi kohort retrospektif dengan menggunakan data
SIER-Medicare untuk pria yang didiagnosis dengan kanker prostat lokal
menemukan bahwa pria dengan indeks komorbiditas lebih tinggi Memiliki
persentase diagnosis depresi secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan
yang lebih rendah Indeks komorbiditas (9,1% vs 3,4%) (Prasad SM, 2014).
Kecemasan biasanya bersamaan dengan depresi pada pasien kanker. Sebuah
penelitian cross-sectional terhadap 8.265 pasien kanker dewasa telah menemukan
bahwa 12,4% pasien Memiliki kegelisahan dan depresi yang ada sebelumnya
(Hopwood, Sumo, Mills et al, 2014). Depresi di pasien kanker juga sangat erat
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
96
Pijat aromaterapi adalah yang paling banyak digunakan sebagi terapi pelengkap
dalam praktik keperawatan. Hal ini ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Copp dkk dan Cole dan Stanley (2008) yang mengungkapkan bahwa
aromaterapi diterima di hospice care di Inggris. Studi menunjukkan bahwa pijat
saja secara langsung dapat menurunkan gejala yang berhubungan dengan depresi
seperti tingkat kecemasan, tekanan darah, dan frekuensi napas pernafasan (Ferrell
et al, 2013; Fraser et al, 2013; Stevenson et al, 2014) Studi lain mengidentifikasi
manfaat jangka pendek dari pijat aromaterapi, terutama dalam hal mengurangi
kecemasan dan depresi (Cornet et al, 2005; Kite, Meher et al, 2008).
Manfaat pijat aromaterapi dikaitkan dengan efek ganda dari inhalasi dan sentuhan.
Balacs (2012) melaporkan bahwa ratusan sel reseptor telah ada ditemukan di
hidung, yang menyiratkan bau pada otak. Selanjutnya, Buchbauer (2013)
menyatakan bahwa pijat aromaterapi membuktikan bahwa saat dilakukan pijat
penyerapan minyak esensial terjadi melalui kulit utuh sinyal dikirimkan untuk
memperbaiki mood dengan mempromosikan pelepasan neurotransmitter,
termasuk encephaline, endorfin, serotonin dan noradrenalin. Encephaline dan
endorfin Mengurangi rasa sakit dan menciptakan perasaan nyaman. Serotonin
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
97
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
98
3) Black paper essential oil biasa digunakan untuk merangsang sirkulasi, nyeri
otot dan nyeri, dan memar. Dikombinasikan dengan minyak esensial jahe, ini
digunakan untuk mengurangi rasa sakit artritis dan meningkatkan fleksibilitas.
4) Chamomile essential oil dapat mengobati eksim
5) Citronella essential oil adalah minyak yang terbuat dari serai dan dapat
digunakan sebagai obat nyamuk
6) Clove essential oil adalah analgesik topikal, atau obat penghilang rasa sakit,
yang biasa digunakan untuk sakit gigi. Ini juga digunakan sebagai antiemetik
antispasmodik, untuk mencegah muntah dan mual, dan sebagai obat
karminatif, mencegah gas di usus. Ini memiliki khasiat antimikroba,
antioksidan dan anti jamur.
7) Eucalyptus essential oil dapat membantu meredakan saluran udara saat flu
atau flu. Hal ini sering dikombinasikan dengan peppermint. Banyak orang
alergi terhadap kayu putih, jadi perawatan harus dilakukan.
8) Geranium essential oil bisa digunakan untuk mengatasi masalah kulit,
mengurangi stres, dan sebagai obat nyamuk.
9) Jasmine essential oil telah digambarkan sebagai afrodisiak. Sementara bukti
ilmiah kurang, penelitian telah menunjukkan bahwa bau melati meningkatkan
gelombang beta, yang terkait dengan kewaspadaan. Sebagai stimulan, bisa
meningkatkan aliran darah penis.
10) Lavender essential oil digunakan sebagai antiseptik untuk luka ringan dan
luka bakar dan untuk meningkatkan relaksasi dan tidur. Dikatakan untuk
menghilangkan sakit kepala dan gejala migrain.
11) Lemon essential oil digunakan untuk memperbaiki mood, dan membantu
meringankan gejala stres dan depresi.
12) Rosemary essential oil dapat meningkatkan pertumbuhan rambut,
meningkatkan daya ingat, mencegah kejang otot, dan mendukung peredaran
darah dan sistem syaraf.
13) Sandalwood essential oil dapat diyakini sebagian memiliki kualitas afrodisiak.
14) Tea tree essential oil memiliki kualitas antimikroba, antiseptik, dan
desinfektan. Hal ini biasa digunakan pada shampo dan produk perawatan
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
99
kulit, untuk mengobati jerawat, luka bakar, dan gigitan. Ini fitur dalam cairan
kumur namun tidak boleh ditelan, karena bersifat racun.
15) Thyme essential oil dapat membantu mengurangi kelelahan, gugup, dan stres.
16) Yarrow essential oil digunakan untuk mengobati gejala flu dan flu, dan
membantu mengurangi radang sendi.
c. Manfaat Aromatherapy Massages
Aromatherapy Massages dengan menggunakan minyak esensial diyakini dapat
meringankan stres, meremajakan dan menumbuhkan semangat individu untuk
bekerja di hari berikutnya. Saraf penciuman dari hidung ke otak adalah lokasi
penting untuk aksi minyak ini. Minyak ini telah terbukti baik sebagai antibakteri,
antibiotik, dan antivirus dan beberapa praktisi telah menyarankan penggunaan
minyak esensial dalam berbagai penyakit seperti alzheimer, jantung, kanker dan
nyeri persalinan pada kehamilan (Perry N & Perry E, 2006; Shiina, Funabash, Lee,
Toyoda, Sekine & Honjo, 2008; Smith, Collins & Crowther, 2011; Lai, Cheung,
Lo, Fung & Tong, 2011).
Hand massages dapat memberi manfaat kesehatan yang signifikan. Pijat tangan
biasanya cepat, santai dan memberi manfaat kesehatan langsung, seperti rentang
gerak jari dan pergelangan tangan yang lebih baik, sirkulasi di otot tangan.
Menurut Reflexology-Research, tangan mengandung banyak titik akupresur dan
refleksologi, yang terkait dengan organ dan bagian tubuh Anda. Peningkatan
sirkulasi adalah salah satu manfaat terpenting dari terapi pijat. Merangsang
sirkulasi di tangan sangat penting, terutama jika menderita kondisi seperti
fenomena Raynaud, kondisi menyakitkan pada jari tangan, jari kaki dan daerah
lain yang diyakini disebabkan oleh kontraksi pembuluh darah yang tajam dan
terus-menerus, yang menyebabkan Penurunan aliran darah yang ditandai ke jari.
National Heart, Lung and Blood Institute, sebuah divisi dari National Institutes of
Health, menyatakan bahwa pijat efektif untuk menghentikan serangan Raynaud
saat dimulai. Meningkatkan sirkulasi di tangan Anda juga penting setelah operasi
atau setelah cedera, seperti kelopak ligamen dan ketegangan otot. Peningkatan
sirkulasi ke jaringan luka-luka membantu mempercepat penyembuhan dengan
membawa lebih banyak nutrisi ke area cedera dan menghilangkan produk
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
100
Selama pijat aromaterapi, kulit terasa hangat dan darah tertarik ke permukaan,
meningkatkan sirkulasi dan mendorong penghapusan racun dari dalam tubuh,
yang dapat mempercepat waktu pemulihan dari penyakit atau cedera apa pun.
Manipulasi otot berlanjut prosesnya, sementara pada saat bersamaan melepaskan
otot-otot simpul tegang dengan cara mendispersikan pembentukan asam laktat
yang sering terjadi setelah berolahraga (Jimbo, Kimura, Taniguchi, Inoue &
Urakami, 2009). Seiring dengan meningkatnya sirkulasi, minyak diserap melalui
kulit dan dibawa mengelilingi tubuh, sehingga efek penyembuhannya merembes
ke semua organ tubuh utama. Sebuah studi tahun 2015 dari Journal of Obstetrics
and Gynecology menunjukkan Pijat aromaterapi secara signifikan mengurangi
rasa sakit dan ketidaknyamanan kram menstruasi (Sadeghi Aval Shahr H, Saadat
M, Kheirkhah M, Saadat E, 2015). Sampel penelitian melakukan pijat diri dengan
minyak esensial mawar, minyak almond yang tidak diberi wewangian, atau tidak
ada minyak pada hari pertama menstruasi selama dua siklus menstruasi. Pada
siklus kedua, pijat aromaterapi mengurangi keparahan rasa sakit dibandingkan
dengan terapi pijat dengan minyak almond atau tanpa minyak.
Pijat dengan aromaterapi juga bisa meringankan gejala menopause. Dalam sebuah
studi yang diterbitkan di Menopause, para peneliti membandingkan pijat
aromaterapi 30 menit (dua kali seminggu selama empat minggu) untuk memijat
dengan minyak biasa atau tanpa perawatan dan mendapati bahwa pijat dan pijat
aromaterapi efektif dalam mengurangi gejala menopause (dengan pijat
aromaterapi lebih efektif daripada pijat saja) (Darsareh F, Taavoni S, Joolaee S,
Haghani H, 2012). Penelitian lain menunjukkan bahwa pijat aromaterapi dapat
membantu untuk beberapa kondisi. Misalnya, sebuah laporan yang diterbitkan di
Cochrane Database of Systematic Reviews pada tahun 2016 mengevaluasi efek
pemijatan dengan atau tanpa aromaterapi untuk menghilangkan gejala pada
penderita kanker. Periset menganalisis penelitian yang telah diterbitkan
sebelumnya dan menyimpulkan bahwa tinjauan ini menunjukkan adanya
perbedaan efek pijat terhadap depresi, gangguan mood, tekanan psikologis, mual,
kelelahan, gejala fisik, atau kualitas hidup bila dibandingkan tanpa pijatan (Shin
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
101
ES, Seo KH, Lee SH, et al, 2016). Saat membandingkan pijat aromaterapi tanpa
pijatan, mereka menemukan bahwa ada beberapa indikasi manfaat pada kelompok
pijat aromaterapi namun manfaat ini tidak mungkin diterjemahkan ke dalam
manfaat klinis.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
102
Artikel yang dipilih menjadi jurnal utama adalah The Effectiveness Aromatherapy
for depressive symptoms : A systematic review (Isabel D et al, 2017). Artikel ini
dipilih karena temasuk dalam evidence tingkat I yang merupakan systematic
review atau meta-analisis dari RCT yang sesuai dan dapat menjawab pertanyaan
klinis yang diajukan. Intervensi yang digunakan dalam jurnal tersebut memiliki
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
103
waktu evaluasi yang singkat, bersifat murah dan mudah didapat, sederhana dan
bermanfaat secara evidence. Walaupun intervensi ini sudah sejak lama digunakan
dan dikembangkan namun artikel yang digunakan memiliki tahun publikasi yang
tergolong baru (2017). Kredibilitas artikel yang digunakan tergolong baik yaitu
Evidence-Based Complementary And Alternatif Medicine. Jurnal ini sudah
terindeks scopus karena jurnal ini merupakan jurnal high quality di bidang
keperawatan dan kedokteran dengan rangking 14 pada tahun 2015. Dalam
SCIMago Journal Rank jurnal ini memiliki nilai SJR sebesar 0.615. SJR indicator
merupakan dampak ilmiah atau ukuran rata-rata pengaruh ilmiah suatu artikel
dalam jurnal. Journal impact factor (JIF) adalah ukuran yang mencerminkan
jumlah rata-rata kutipan tahunan terhadap artikel terbaru yang dipublikasikan di
jurnal tersebut, adapun jurnal ini memiliki impact factor pada tahun 2015 sebesar
2.842. Sedangkan H-index merupakan indeks yang mengukur produktifitas dan
dampak dari sebuah jurnal yang dipublikasikan, H-indeks dari jurnal ini adalah 50
dengan jumlah artikel yang dipublikasikan pada tahun 2015 sebanyak 979. Dari
beberapa ulasan diatas dapat disimpulkan bahwa Evidence-Based Complementary
And Alternatif Medicine merupakan jurnal yang bernilai tinggi dengan kualitas
yang baik.
Dalam penerapan EBN ini artikel yang menjadi dasar acuan yaitu artikel yang
ditulis oleh Isabel D et al, (2017). Adapun latar belakang dari jurnal tersebut yaitu
depresi dimanifestasikan sebagai sekumpulan gejala kognitif dan fisik yang dapat
mempengaruhi kualitas hidup pasien dengan kanker. Depresi yang muncul pada
pasien kanker sering dikaitkan dengan kondisi penyakit, pengobatan yang lama,
kekecewaan, kehilangan harapan untuk sembuh dan tidak adanya dukungan dari
keluarga (Caldeira, Timmis, Carvalho dan Vieria, 2015). Berbagai strategi paliatif
telah dilakukan untuk mengurangi gejala depresi, salah satunya dengan terapi pijat
menggunakan aromaterapi lemon yang secara klinik terbukti efektif mengurangi
gejala depresi pada pasien kanker (Yim, Tsang dan Leung, 2009). Penelitian ini
bertujuan untuk melihat apakah penggunaan aromatherapy massage dapat
mengurangi gejala depresi pada pasien kanker. Metode penelitian ini
menggunakan a systematic review yang dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas
aromatherapy message terhadap gejala depresi. Sampel dalam penelitian ini
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
104
sebanyak 682 orang. Alat ukur yang digunakan untuk penelitian ini adalah Zung
Self-Rating Depression Scale sebelum dan sesudah intervensi. Intervensi
aromatherapy message dilakukan tehnik pijatan effleurage, petrissage dan friction
(kecepatan dan tekanan yang sama) dengan menggunakan essential oil
aromatherapy lemon selama 10 menit selama 7 hari secara terus menerus. Hasil
penelitian membuktikan terdapat penurunan skor depresi yang signifikan pada
kelompok kontrol dan kelompok intervensi (p<0.001). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa penelitian ini mendukung hipotesis bahwa aromatherapy
massage dengan kombinasi aromatherapy lemon dan hand massage dapat
mengurangi gejala depresi pada pasien kanker. Penggunaan intervensi ini dapat
direkomendasikan sebagai intervensi yang murah dan sederhana serta dapat
diaplikasikan pada tatanan pelayanan keperawatan.
a. Validity
Desain penelitian ini adalah systematic review dari jurnal RCT. Jumlah subjek
penelitian sebanyak 682 penderita kanker yang terdiri dari 8 study, dihitung
dengan alasan untuk mendapatkan power sebesar 90%, tingkat kemaknaan 0,05%.
Untuk penilaian hasil penelitian jurnal RCT yang dialakukan review
menggunakan Jadad Score. Metode analisis tidak disebutkan dengan jelas, namun
terlihat bahwa metode yang digunakan adalah analisis per protokol. Analisis data
menggunakan exel dan program SPSS. validitas penelitian ini secara umum dapat
dikategorikan baik karena telah memaparkan pertanyaan fokus penelitian dan
kriteria pemilihan studi dengan jelas, Pengukuran outcome penelitian dilakukan
melalui beberapa metode yaitu double blind, non blinded dan single blind.
Berdasarkan sistem rating evidence jurnal termasuk dalam tingkat I karena
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
105
kategori baik, hasil konsisten dengan ukuran sampel yang sesuai, kontrol yang
memadai dan rekomendasi berdasarkan tinjauan literatur.
b. Reliability
Proses identifikasi jurnal dengan menggunakan initial search dengan total dari
hasil pencarian sebanyak 875 study. Pencarian menggunakan AMED sebanyak 8
studi, menggunakan CCTR sebanyak 616 study, menggunakan CINAHL
sebanyak 54 studi, menggunakan MEDLINE sebanyak 153 studi dan
menggunakan PsycINFO sebanyak 44 studi. Pada proses screening hasil
penelitian yang serupa dilakukan duplicate remove. Dari 875 studi terdapat 207
studi dilakukan duplicate remove. Studi yang tersisa setelah dieliminasi sebanyak
668 studi dan setelah screening judul studi yang tersisa sebanyak 636 studi.
Selanjutnya dilakukan screening kembali untuk menentukkan studi yang sesuai
berdasarkan judul studi, dari 636 studi yang bukan RCT sebanyak 71 studi, yang
tidak berfocus pada depresi sebanyak 494 studi, tidak mengukur gejala depresi
sebanyak 1 studi, tidak berfocus pada aromaterapi sebanyak 58 studi dan yang
tidak menggunakan bahasa inggris sebanyak 12 studi. Studi yang tersisa setelah
screening judul sebanyak 32 studi.
Proses selanjutnya yaitu memilih studi yang paling sesuai berdasarkan screening
full text. Dari penelusuran tersebut terdapat beberapa studi yang dieliminasi
dikarenakan beberapa alasan yaitu : studi tidak mengukur gejala depresi sebanyak
7 studi, tidak tersedia dalam full text sebanyak 5 studi, bukan studi RCT sebanyak
6 studi, studi commentary sebanyak 1 study dan studi yang menggunakan aroma
lain yang berbeda dari minyak esensial yang digunakan sebanyak 1 studi. Dari
hasil beberapa penelusuran sehingga disimpulkan bahwa studi yang memenuhi
kriteria untuk dilakukan systematic review sebanyak 12 studi. Data yang
dikumpulkan berdasarkan hasil penelusuran selanjutnya diekstrak termasuk
referensi, jenis studi, jumlah subyek, jumlah subyek berdasarkan intervensi yang
diberikan, deskripsi singkat dari subyek, dan kriteria inklusi. Mengenai intervensi,
informasi tentang kelompok pembanding, jenis aromaterapi, masa penelitian,
frekuensi perawatan, hasil pengukuran, dan kesimpulan yang diambil dari studi
yang dipilih. Jumlah total subyek dari semua studi sebanyak 1226 yang terdiri dari
984 adalah perempuan (80,3%) dan 224 (18,3%) adalah peserta laki-laki. Studi
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
106
Berdasarkan dari systematic review, 5 dari 8 studi menunjukkan efek positif dari
penggunaan aromaterapi yang dikombinasikan dengan pijat pada pasien kanker.
Dalam studi yang menggunakan aromaterapi lemon, penilaian gejala depresi
dengan menggunakan Zung Self-Rating Depression Scale menunjukkan
perubahan yang signifikan pada kelompok intervensi. Di sisi lain, perbedaan yang
signifikan diamati pada kelompok perlakuan ketika membandingkan skor awal
dan skor akhir gejala depresi sebelum perlakuan dan setelah mendapatkan
perlakuan. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan aromaterapi
lemon dengan kombinasi pijat memiliki efek positif pada subjek dan secara
signifikan mampu mengurangi gejala depresi pada pasien kanker.
c. Applicability
Peneliti tidak menyebutkan secara jelas bagaimana aplikabilitas hasil penelitian
pada tatanan klinis. Namun peneliti merekomendasikan penelitian selanjutnya
tentang kombinasi aromatherapy message dengan terapi non-farmakologis
lainnya. Peneliti juga merekomendasikan penggunaan aromatherapy message
untuk menurunkan nyeri dan kecemasan pada pasien yang sedang menjalani
kemoterapi. Replikasi hasil penelitian ini juga tidak dijelaskan dengan detail oleh
peneliti. Namun dari segi pemilihan subjek penelitian hasil penelitian ini dapat
diterapkan pada pasien keganasan, ibu hamil, penyakit kronik, dan penyakit
kardiovaskuler. Penggunaan aromatherapy message merupakan terapi
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
107
Tahap persiapan ini dimulai dengan mencari fenomena selama proses praktik
residensi, setelah menetukkan fenomena dilakukan analisis dengan menggunakan
format PICO dalam bentuk pertanyaan klinis. Selanjutnya dilakukan penelusuran
artikel yang sesuai dengan fenomena dan dapat menjawab pertanyaan klinis.
Artikel jurnal yang telah ditemukan dipilih salah satu jurnal yang paling tepat dan
sesuai serta dapat menjawab pertanyaan klinis, jurnal yang dipilih dilakukan
critical apraisal untuk mengetahui apakah jurnal tersebut layak dijadikan
referensi utama dan relevan dengan kondisi klinis saat diterapkan pada pasien.
tahap selanjutnya dilakukan konsultasi jurnal utama yang telah dipilih dengan
pembimbing klinik dan pembimbing akademik untuk mendapatkan masukan dan
saran. Setelah jurnal utama disetujui, kemudian proposal EBN disusun.
Selanjutnya dilakukan sosialisasi pada bidang keperawatan, kepala ruangan dan
clinical case manager ruang rawat inap, poliklinik, rawat singkat dan instalasi
gawat darurat untuk mendapatkan masukan dan saran terkait rencana penerapan
EBN dan kelayakan untuk diterapkan di klinis berdasarkan kondisi pasien. Setelah
sosialisasi maka dilakukan perbaikan sesuai dengan arahan dengan masukan
pembimbing klinik dan pembimbing akademik. Setelah itu dilakukan konsultasi
dengan kepala ruangan rawat inap yang akan dijadikan tempat penerapan EBN
untuk mengidentifikasi pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi. Selanjutnya
tahap persiapan alat dan bahan yang akan digunakan selama proses penerapan
EBN yaitu aromatherapy essential oil lemon. alat ukur yang digunakan, dan
informed consent.
Pelaksanaan EBN dilakukan di ruang rawat inap teratai dan melati rumah sakit
kanker Dharmais mulai tanggal 17 April sampai dengan 28 April 2017. Pada
tahap awal dilakukan identifikasi terhadap pasien yang akan dilibatkan dalam
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
108
penerapan EBN sesuai dengan kriteria pasien yaitu pasien kanker yang
berusia >18 tahun, memiliki gejala depresi yang diukur menggunakan Zung Self-
Rating Depression Scale dengan rentang gejala depresi ringan sampai sedang,
pasien kanker yang dirawat dan sedang menjalani pengobatan (kemoterapi,
radioterapi dan pembedahan) selama 7 hari. Sebelum dilakukan tindakan,
sebelumnya pasien diberikan penjelasan tentang tujuan, manfaat dan prosedur
pelaksanaan EBN, setelah pasien memahami dan setuju untuk terlibat dalam
penerapan EBN maka pasien akan menandatangani lembar persetujuan untuk
menjadi subjek dalam pelaksanaan EBN ini.
Sebelum EBN dilakukan prosedur awal adalah dengan mengkaji tingkat depresi
pasien dengan menggunakan Zung Self-Rating Depression Scale, setelah
diidentifikasi berdasarkan skor depresi dalam rentang ringan sampai sedang,
selanjutnya langsung dilakukan intervensi hand massages dengan menggunakan
aromatherapy essential oil lemon. Pasien diberi posisi yang nyaman, lengan yang
digunakan adalah lengan yang tidak terpasang infus, tidak edema dan tidak ada
luka. Setelah itu prosedur massase dimulai dengan tahap awal membersihkan
lengan pasien sebelum dilakukan pijatan, kemudian letakkan beberapa tetes
aromatherapy essential oil lemon pada tangan perawat kemudian diratakan dan
mulai diaplikasikan pada lengan pasien sambil diratakan ke permukaan sampai
seluruh tangan, pijatan dimulai dengan melakukan tekanan ringan yang dapat
ditolerir oleh pasien pada permukaan tangan dari arah dalam ke luar sebanyak 6
kali, selanjutnya yaitu pijatan dengan gerakan melingkar mulai dari atas ke bawah
sebanyak 6 kali, setelah itu gerakan melingkar dilanjutkan pada jari-jari tangan
dari pangkal sampai ke ujung jari sebanyak 6 kali. Selanjutnya gunakan jari
jempol kemudian mulai lakukan pijatan dari tengah ke pinggir tangan dimulai dari
atas sampai ke bawah sebanyak 6 kali. Tahap terakhir usap kembali seluruh
tangan dengan lembut kemudian ambil seluruh tangan pasien dan mngaitkan jari-
jari perawat dengan pasien dan dilakukan peremasan ringan, serta gerakan
memutar ke kanan dan kiri. Prosedur ini dilakukan dengan durasi 10 menit selama
7 hari berturut-turut, setelah 7 hari kemudian dilakukan evaluasi pelaksanaan
EBN dengan melakukan pengukuran skor depresi pasien setelah intervensi. Dalam
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
109
Tabel 3.1 Karakteristik Pasien Berdasarkan Diagnosa Medis dan Rentang Depresi
(n=10)
Berdasarkan tabel 3.1 diatas, diagnosa medis pasien yang terlibat dalam
penerapan EBN bervariasi, semua pasien berjenis kelamin perempuan dan
berdasarkan hasil pengukuran sebagian besar pasien mengalami gejala depresi
ringan.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
110
Tabel 3.2 Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia dan Skor Depresi sebelum
dan setelah intervensi (n=10)
Dari tabel 3.2 diatas juga diketahui bahwa pada kelompok intervensi terjadi
penurunan skor depresi sebesar 2,8 dan pada kelompok kontrol sebesar 0,8.
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya pada pasien kanker terjadi penurunan
skor depresi setelah diberikan intervensi hand massages, secara klinis penurunan
skor tersebut dianggap bermakna dan memberikan hasil yang signifikan (Isabel D
et al, 2017). Selain memberikan intervensi hand massages, dilakukan juga
evaluasi terhadap respon pasien setelah mendapatkan intervensi yaitu ―wanginya
bikin rileks‖, ―enak suster‖, ―aku jadi ngantuk suster setelah dipijat‖, ―lebih rileks
dan nyaman‖, ―ternyata enak juga ya walaupun cuma tangannya aja yang dipijat‖.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
111
Manfaat pijat aromaterapi dikaitkan dengan efek ganda dari inhalasi dan sentuhan.
Balacs (2012) melaporkan bahwa ratusan sel reseptor di hidung, yang
mengirimkan sinyal bau pada otak. Selanjutnya, Buchbauer (2013) menyatakan
bahwa pijat aromaterapi membuktikan bahwa saat dilakukan pijat penyerapan
minyak esensial terjadi melalui kulit kemudian sinyal dikirimkan untuk
memperbaiki mood dengan mempromosikan pelepasan neurotransmitter,
termasuk encephaline, endorfin, serotonin dan noradrenalin. Encephaline dan
endorfin mengurangi rasa sakit dan menciptakan rasa nyaman. Serotonin
membantu rileks dan tenang sedangkan noradrenalin bertindak sebagai stimulan
(Lawles, 2014). Pijat aromaterapi melibatkan penggunaan minyak esensial dalam
kombinasi dengan hand massages untuk memanipulasi jaringan lunak tubuh
secara langsung dapat mengurangi kecemasan dan depresi (Wilkinson, 2005).
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
112
Selama penerapan EBN ini penulis tidak mendapatkan hambatan dan masalah
yang berarti, semua pasien sangat kooperatif. Beberapa kendala yang penulis
temukan adalah pasien pulang sebelum intervensi selesai dilaksanakan, jumlah
pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi terbatas. Dalam meminimalisasi
kendala yang dihadapi penulis menggunakan ruangan rawat inap yang lain untuk
memenuhi jumlah sampel dan menutupi sample yang drop out selama dilakukan
penerapan EBN.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
113
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
114
radiasi dibandingkan dengan sel kanker. Selain mengandung sinar radioaktif beta,
iodium 131 juga memancarkan sinar gamma yang merupakan risiko bahaya
radiasi bagi orang yang kontak dengan pasien (Yarbro, Wujcik, & Gobel, 2011;
Beck, 2015). Sehingga pasien yang menjalani iodium radioterapi harus dilakukan
perawatan isolasi agar tidak menyebarkan bahaya radiasi bagi lingkungannya.
Mengelola risiko radiasi Iodium-131 menjadi salah satu tujuan perawatan penting
di ruang isolasi radioaktif. Tujuan pengelolaan ini adalah menjaga tingkat paparan
serendah mungkin ―As Low As Reasonably achievable (ALARA)‖. Tiga konsep
kunci untuk mencapai ALARA tersebut yaitu perhatikan waktu (time), jarak
(distance), dan alat pelindung diri (shielding). Waktu yang ditoleransi terhadap
paparan radiasi diminimalkan 30 menit per orang pershift. Menjaga Jarak dengan
pasien harus dimaskimalkan jarak paparan 1 meter dari dari pasien. Shielding
menggunaka timah atau beton, emisi radiasi blok. Kamar didesain dengan
shielding di telat (Yarbro, Wujcik, & Gobel, 2011). Dengan kondisi perawatan
isolasi tersebut maka menjadi stimulus bagi kecemasan dan stres bagi pasien dan
keluarga. Menjalani perawatan secara isolasi tentu menimbulkan banyak
kekhawatiran bagi pasien. Kekhawatiran yang dirasakan baik tentang efek
penggunan terapi radioaktif, maupun kecemasan menjadi sumber kontaminasi
radioaktif bagi lingkungan sekitar pasien. Kondisi ini tentu menimbulkan
perubahan kehidupan individu. Oleh karena itu tim perawatan perlu memiliki
pemahaman tentang sikap dan respon kekhawatiran setiap pasien (Warnock, C., &
Lee, N., 2014). Individu dan keluarga membutuhkan kesiapan dan informasi yang
tepat untuk menjalani perawatan isolasi tersebut. Kesiapan pasien dan keluarga
perlu menjadi salah satu prioritas edukasi yang menjadi kebutuhan pasien dan
keluarga. Pasien dan keluarga serta tim perawatan memegang peranan penting
dalam manajemen edukasi bagi pasien dan keluarga sebelum, selama dan setelah
menjalani perawatan isolasi radiaktif.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
115
secara terstruktur dan terdokumentasi dengan baik serta tanpa media edukasi. Dari
hasil wawancara keluarga pasien, tiga orang mengeluhkan bahwa mereka prihatin
melihat kondisi keluarga mereka yang berubah. Berdasarkan hasil survey awal di
RIRA juga didapatkan data pengetahuan pasien dan keluarga terkait post
radioterapi I-131 masih kurang. Ada beberapa pasien dan keluarga dengan
mengendarai kendaraan umum. Saat inspeksi ke kamar pasien setelah pulang
terlihat pasien muntah dilatai kamar mandi. Sehingga ruangan tersebut selama 1
minggu tidak bisa digunakan untuk pasien selanjutnya.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas memberikan edukasi pada pasien untuk
meningkatkan kesiapan pasien dalam menjalani perawatan isolasi radioaktif
sangat diperlukan baik sebelum, selama, dan setelah perawatan isolasi. Oleh
karena ini perlu kiranya dimaksimalkan manajemen edukasi di ruang rawat isolasi
radioaktif (RIRA) Rumah Sakit Kanker Dharmais guna peningkatan kualitas
layanan dan kepuasanan serta kualitas hidup pasien yang menjalani perawatan.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
116
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
117
memiliki sedikit pengaruh pada sel lain. Pengobatannya hanya cocok untuk
beberapa jenis kanker tiroid yaitu : follicular thyroid cancer dan papillary thyroid
cancer (Sisson et al, 2011).
Rekomendasi
Resiko Resiko
Faktor Penjelasan dilakukan Terapi
Kematian Kekambuhan
Ablasi I 131
≤ 1 cm intrathyroidal atau Tidak Tidak Tidak
microskopik multifokal.
T1
1-2 cm intrathyroidal Tidak Tidak Bersifat selektif
> 2-4 cm intrathyroidal Tidak - Bersifat selektif
T2 > 4 cm - - -
< 45 tahun No - Ya
≥ 45 tahun Ya Ya Ya
T3 Semua ukuran, semua usia
dengan minimal Tidak - Bersifat Selektif
extrathyroidal extension
Semua ukuran dengan
T4 gross extrathyroidal Ya Ya Ya
extension
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
118
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
119
kelenjar thiroid bayi dan membatasi jaringan payudara dari radiasi melalui
peningkatan natrium iodida selama menyusui (Sisson et al., 2011).
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
120
Manfaat dan bahaya menggunakan dosis yang lebih tinggi (3700 MBq)
dibandingkan dengan aktivitas radioiodin rendah (1100 MBq) belum
secara akurat dapat dibuktikan (H. O. Mäenpää, J. Heikkonen, L.
Vaalavirta, M. Tenhunen, and H. Joensuu, 2008). Sebuah studi A
randomized noninferiority trial dilakukan untuk menentukan apakah
radioiodine dosis rendah (1100 MBq) dapat digunakan sebagai pengganti
radioiodine dosis tinggi (3700 MBq) dan apakah pasien dapat menerima
thyrotropin alfa sebelum ablasi, bukan penghilangan hormon tiroid. Studi
ini menyimpulkan bahwa radioiodine dosis rendah plus thyrotropin alfa
adalah pengobatan yang efektif dan nyaman dengan paparan radiasi yang
rendah. Selain itu, penggunaan dosis radioiodin yang dikurangi memiliki
keuntungan penting termasuk mengurangi biaya keuangan, mengurangi
paparan yodium radioaktif di lingkungan, mengurangi waktu dalam
isolasi di rumah sakit, dan lebih sedikit efek samping (U. Mallick, C.
Harmer, B. Yap et al.,2012)
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
121
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
122
Terapi iodine 131 untuk pasien kanker tiroid memiliki resiko yang tinggi bagi
petugas kesehatan, anggota keluarga dan masyarakat. Untuk menghindari hal
tersebut, perawat onkologi secara efektif dapat mengelola resiko tersebut dengan
menggunakan tiga prinsip utama yakni waktu, jarak dan keselamatan (Beck,
2015). Terapi radioaktif dengan iodin 131 merupakan jenis pengobatan lama yang
baik dan umumnya efektif untuk kanker tiroid (Silberstein et al, 2012). Berbekal
pengetahuan dan ilmu yang ada terkait prinsip dasar radiasi, perawat onkologi
dapat meminimalkan resiko yang ada dengan memberikan edukasi berdasarkan
tahapan sebelum pemberian, selama dirawat di ruang isolasi radioaktif dan setelah
selesai pemberian terapi iodine 131 atau persiapan pulang (Beck, 2015).
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
123
Waktu (Time), setelah pasien mengkonsumsi Iodine 131 secara oral, waktu
kontak dengan pasien diminimalkan sampai 30 menit setiap orang. Perawat
harus menggunakan waktu seefisien mungkin dan jika batas waktu tolerensi
30 menit telah dicapai, perawat wajib mengganti perawatan kepada perawat
lainnya. Satu perawat tidak boleh menangani lebih dari 1 pasien radiasi
iodine 131 (Yarbro, Wujcik & Gobel, 2011).
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
124
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
125
Tabel 3.4
Strategi, metode, media dan alat, tempat dan waktu pelaksanaan
Strategi/Metode
Kegiatan Media/Alat Waktu & Tempat
Kegiatan
a. Membuat a. Mengklasifikasi Lembar ceklist 21 Maret s.d 8
media materi edukasi kebutuhan media April 2017
edukasi b. Membuat desain Leaflet Ruang RIRA RS
(visual, dan mencetak Lembar balik Kanker Dharmais
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
126
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
127
Selanjutnya dilakukan sosialisasi proposal inovasi pada hari Selasa pada tanggal
11 April 2017, untuk mendapatkan kritik, saran serta masukan dari pembimbing
klinik, supervisor, dan perwakilan setiap ruangan rawat inap. Kelompok
mempresentasikan rencana kegiatan inovasi dengan memberikan gambaran terakit
fenomena yang ditemukan di lapangan, analisa SWOT, rencana kegiatan,
keuntungan dan manfaatnya serta serta rencana evaluasi. Setelah sosialisasi
proyek inovasi kelompok melakukan perbaikan proposal inovasi sesuai dengan
kritik, saran ataupun masukan dari pembimbing klinik, supervisor dan kepala
ruangan rawat inap.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
128
Evaluasi penerapan proyek inovasi dilaksanakan pada tanggal 1-4 Mei 2017.
Dalam penerapan inovasi ini, kelompok melakukan penilaian terhadap 6 orang
perawat dan 9 orang pasien. Penilaian terhadap perawat yaitu dengan mengukur
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
129
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
130
Dari tabel 3.5 tergambar bahwa sebagian besar pasien yang ikut dalam proyek
inovasi berjenis kelamin perempuan yakni 8 orang (88,9%), sebagian besar pasien
yang ikut dalam proyek inovasi dengan pendidikan SMA dan Sarjana masing-
masing 3 orang (33,3%), diagnosa medis kanker tiroid sebagian besar dengan
jenis toroid papilar yakni 3 orang (33,3%), dosis ablasi yang diterima pasien
sebagian besar 100 Mci dan 200 Mci masing-masing 4 orang (44,4%), dan siklus
pengobatan pasien sebagian besar pasien sedang menjalani siklus ke 2 sebanyak 5
orang (55,6%). Sedangkan distribusi pasien berdasarkan usia, digambarkan pada
tabel 3.4 berikut ini :
Tabel 3.6 Distribusi Pasien Berdasarkan usia
Berdasarkan tabel 3.5 terlihat rata-rata pasien berusia 47,22 tahun dengan standar
deviasi 12,25 tahun. Sedangkan distribusi kepuasan pasien terkait penggunaan
edukasi berbasis aplikasi android digambarkan dalam tabel 3.5 dibawah ini :
Tabel 3.7 Distribusi Pasien Berdasarkan Kepuasan
Dalam penerapan proyek inovasi ini, kelompok juga penilaian terhadap perawat.
Penilaian dilakukan dengan mengukur pengetahuan perawat sebelum dan setelah
dilakukan pelatihan manajemen edukasi. Berikut ini akan digambarkan
karakteristik perawat yang ikut serta dalam penerapan proyek inovasi yaitu :
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
131
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
132
kesehatan menjadi tahu dan dari tidak mampu mengatasi kesehatan sendiri
menjadi mandiri (Morgan & Tarbi, 2016).
Hasil penerapan proyek inovasi ini terlihat dari pengetahuan perawat setelah
diberikan pelatihan dan sosialisasi dengan rerata skor pengetahuan 7,33.
Manajemen edukasi diberikan pada pasien secara terstruktur dimulai dengan
sosialisasi aplikasi android dan diminta pasien untuk menginstal dan penjelasan
tentang terapi ablasi menggunakan lembar balik saat pasien akan dirawat, media
poster ditempel di ruang jaga dan pintu masuk, dan leaflet diberikan pada pasien
saat akan pulang. Edukasi merupakan bagian dari asuhan keperawatan yang
berkualitas dan merupakan tugas seorang perawat untuk memenuhi kebutuhan
pasien akan informasi kesehatan. pemberian edukasi dapat dilakukan perawat
secara informal dan terstruktur. Edukasi yang terstruktur dengan media yang telah
tersedia sangat bermanfaat dan meningkatkan keberhasilan proses pembelajaran.
Menurut hasil penelitian edukasi terstruktur dapat meningkatkan pengetahuan dan
kualitas hidup pasien kanker, 81% pasien kanker yang diberikan edukasi
terstruktur meningkatkan kualitas hidup mereka (Karen S, 2011).
Prinsip ALARA merupakan komponen penting yang harus dipahami oleh pasien,
karena hal ini berhubungan dengan paparan radiasi dan dapat membahayakan
oarang lain. Edukasi yang diberikan perawat RIRA dengan menggunakan
multimedia dan terstruktur secara langsung meningkatkan pemahaman pasien
tentang prinsip ALARA. Pasien juga mengatakan puas dengan metode edukasi ini.
hal ini terlihat dari kepuasan pasien sebanyak 77,8% dengan edukasi yang
diberikan. Kepuasan bersifat subyektif dan berbeda antara setiap pasien, sehingga
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
133
masih ada 2 pasien yang kurang puas dengan edukasi ini. hal ini karena pasien
tidak bisa memanfaatkan edukasi berbasis aplikasi android karena HP yang
digunakan belum mendukung. Edukasi berbasis android yang dikembangkan
memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Keunggulan edukasi berbasis
android, yaitu dapat dioperasikan pada perangkat berbasis Android menarik dan
mudah dipahami; menyajikan video minum obat yang sangat edukatif dan mudah
dipahami. Selain kelebihan yang telah disebutkan sebelumnya, Edukasi berbasis
android yang dikembangkan juga memiliki kelemahan. Adapun kelemahan
Edukasi berbasis android antara lain tidak dapat dioperasikan pada perangkat
mobile dengan sistem operasi selain Android dan interaktivitas media masih
kurang.
Secara umum penerapan proyek inovasi ini tidak mengalami hambatan ataupun
kendala yang berarti, selama pelaksanaan perawat di RIRA sangat kooperatif dan
mau untuk terlibat dalam kegiatan ini. Semua proses yang telah direncanakan oleh
kelompok dapat terlaksana dengan baik, walaupun ada beberapa hal yang belum
tercapai seperti perawat yang ikut kegiatan manajemen edukasi hanya 4 orang
yang mengikuti kegiatan sampai selesai dari rencana 6 orang, karena 2 perawat
tersebut bekerja di ruang RIIM. Semua proses proyek inovasi ini penulis
gambarkan sesuai urutan pelaksanaannya.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
134
yang dirawat. Kegiatan dilakukan selama 4 hari dari tanggal 17 sampai 20 April
2017. Namun kegiatan ini hanya bisa diikuti oleh 4 perawat RIRA, karena 2
perawat lainnya sedang bertugas di Ruang isolasi menurun (RIM). Tahap keempat
kegiatan inovasi yaitu Implementasi dan Evaluasi manejemen edukasi pasien
RIRA. Bentuk kegiatan yaitu kelompok melakukan observasi dan evaluasi
terhadap kemampuan mandiri 4 orang perawat RIRA dalam melakukan
manajemen edukasi sebelum, selama, dan setelah terapi Iodium-131. Kegiatan
dilaksanakan selam 4 hari yaitu pada tanggal 25 April sampai 04 Mei 2017.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
BAB 4
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis membahas tentang peran-peran perawat spesialis yang
dijalani penulis semala praktik residensi di RSK Dharmais, adapun pembahasan
ini dibagi menjadi peran perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, peran
sebagai researcher dan peran sebagai ionovator
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan
memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan melalui
pemberian pelayanan keperawatan menggunakan proses keperawatan sehingga
dapat ditentukan diagnosis keperawatan direncanakan tindakan keperawatan dan
dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan dasar manusia,
kemudian dievaluasi tingkat perkembangannyan (Allen, 2003) termasuk juga
pemberian asuhan keperawatan kasus kanker.
Ketidaknyaman lain yang juga paling banyak muncul pada pasien kanker yaitu
ansietas, masalah keperawatan ini diidentifikasi selalu dikeluhkan oleh pasien
baik dari proses pemeriksaan, dukungan keluarga, masalah ekonomi, jarak, waktu
sampai dengan proses pengobatan. Ansietas merupakan suatu kondisi yang
bersifat psikologis dan fisiologis terjadi karena adanya stresor, rasa ketakutan
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
137
yang abnormal dan luar biasa yang diakibatkan oleh keraguan tentang realitas dan
sifat ancaman, keraguan diri tentang kemampuan seseorang untuk mengatasinya
yang sering ditandai dengan tanda fisik seperti ketegangan, berkeringat, dan
denyut nadi yang meningkat (Seligman, 2001; Ali, Stone, 2006; Yi-Long et al,
2016).
Kanker dianggap sebagai penyakit yang serius dan berpotensi sebagai penyakit
mematikan tanpa pengobatan (seperti beberapa kanker stadium lanjut), yang
secara langsung berefek pada keadaan psikologis dan fisiologis pasien. Beberapa
penelitian menggunakan berbagai metode penilaian telah menunjukkan tingkat
kecemasan tinggi pada pasien kanker (Yi-Long et al, 2016). Studi yang dari
negara berkembang seperti Amerika dan Inggris, prevalensi kecemasan bervariasi
dari 0,9% menjadi 49% dalam satu review terhadap 58 studi (Jadoon et al, 2010).
Pasien kanker mungkin rentan terhadap kecemasan karena berbagai alasan seperti
reaksi terhadap diagnosis kanker, adanya gejala yang tidak menyenangkan yang
terkait dengan kanker (seperti rasa sakit, mual dan kelelahan), dan kekhawatiran
tentang kekambuhan penyakit atau perkembangan penyakit. Disamping itu Efek
fisiologis dari perawatan tertentu (seperti pengobatan radioterapi dan kemoterapi)
juga menyebabkan munculnya kecemasan (Capuron et al, 2000; Zhang et al,
2007).
Pasien kanker dengan kecemasan dan depresi dapat memunculkan perasaan yang
tidak berharga, keputusasaan, kehilangan energi dan minat dan keinginan untuk
bunuh diri (Lloyd-Williams, 2010; Jadoon, Munir, Shahzad, Choudhry, 2010).
Banyak penderita kanker mengalami cemas, karena kecemasan adalah respon
terhadap ancaman seperti kanker (Stark, Keily et al, 2012) dan kecemasan telah
terbukti sering berdampingan dengan depresi (Mystakidou, Tsilika, Parpa,
Katsouda, Galanos, Vlahos, 2015). Terkadang kecemasan dan depresi pada pasien
kanker diagnosisnya adaptif, dan mungkin tidak menimbulkan masalah. Namun,
beberapa pasien terus memiliki depresi dan kecemasan yang tinggi dan bertahan
selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan, kecemasan dan depresi yang
tidak diobati dapat menyebabkannya kesulitan dengan kontrol gejala, terhambat
dalam pengambilan keputusan terkait dengan pengobatan, kepatuhan terhadap
pengobatan yang buruk, waktu pemulihan yang lama dan penurunan kualitas
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
138
hidup (House & Stark, 2012; Stommel & Given, 2012). Pada tahap ini perawat
spesialis dituntut untuk bisa berperan sebagai educator dengan memberikan
informasi tentang penyakit, memberikan dukungan spiritual dan membantu pasien
untuk mengurangi kecemasan.
Mengetahui dan memahami kondisi pasien secara utut mampu membuat perawat
bisa menjalankan perannya secara holistik. Sehingga perawat spesialis harus
memiliki kemampuan dan pengetahuan yang baik untuk mengenal perubahan
fisiologis yang terjadi serta mampu mengidentifikasi masalah psikologis pasien.
Perawat spesialis juga dituntut untuk kreatif dalam memberikan asuhan
keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan kenyamanan pasien. Perawat sebagai
pemberi asuhan keperawatan juga harus mampu memutuskan perawatan yang
terbaik untuk pasien dan minim resiko. Selama menjalani praktik residensi ini
peran-peran tersebut tersu diasah dan ditingkatkan oleh penulis sehingga asuhan
keperawatan yang diberikan oleh perawat lebih optimal.
Praktik residensi yang dijalani penulis selama praktik di RSK Dharmais membuat
penulis bisa menjalankan peran sebagai pemberi asuhan keperawatan pada kasus
yang kompleks seperti kanker. Kendala yang penulis dapatkan, proses bimbingan
yang belum maksimal, belum tersedianya perawat spesialis di lahan praktik untuk
menunjang proses pembelajaran. Namun sejauh ini semua proses praktik residensi
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
139
berjalan dengan baik dan penulis mendapatkan begitu banyak ilmu yang dapat
penulis terapkan pada area keperawatan yang berbeda.
Dari hasil pengumpulan data pada 10 pasien yang dirawat diruang Teratai dan
ruang Melati, rata-rata umur pasien 46,1 tahun. Umur pasien yang terendah adalah
36 tahun dan umur tertinggi adalah 64 tahun. Sedangkan rata-rata skor depresi
tertinggi ditemukan pada kelompok intervensi sebelum dilakukaan tindakan yaitu
57,8 dan terendah adalah kelompok intervensi setelah tindakan yaitu 55. Hasil
penerapan intervensi aromatherapy massage dengan metode hand massages
menunjukkan bahwa semua pasien mengalami penurunan skor depresi. Hal ini
sejalan dengan Studi bahwa pijat saja secara langsung dapat menurunkan gejala
yang berhubungan dengan depresi seperti tingkat kecemasan, tekanan darah, dan
frekuensi napas pernafasan (Ferrell et al, 2013; Fraser et al, 2013; Stevenson et al,
2014) Studi lain mengidentifikasi manfaat jangka pendek dari pijat aromaterapi,
terutama dalam hal mengurangi kecemasan dan depresi (Cornet et al, 2005; Kite,
Meher et al, 2008).
Tanda dan gejala dan kondisi kronis juga dapat dikaitkan dengan depresi di
kalangan penderita kanker. Studi kohort retrospektif dengan menggunakan data
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
140
Pijat aromaterapi adalah yang paling banyak digunakan sebagi terapi pelengkap
dalam praktik keperawatan. Hal ini ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan
oleh Copp dkk dan Cole dan Stanley (2008) yang mengungkapkan bahwa
aromaterapi diterima di hospice care di Inggris. Studi menunjukkan bahwa pijat
saja secara langsung dapat menurunkan gejala yang berhubungan dengan depresi
seperti tingkat kecemasan, tekanan darah, dan frekuensi napas pernafasan (Ferrell
et al, 2013; Fraser et al, 2013; Stevenson et al, 2014) Studi lain mengidentifikasi
manfaat jangka pendek dari pijat aromaterapi, terutama dalam hal mengurangi
kecemasan dan depresi (Cornet et al, 2005; Kite, Meher et al, 2008).
Manfaat pijat aromaterapi dikaitkan dengan efek ganda dari inhalasi dan sentuhan.
Balacs (2012) melaporkan bahwa ratusan sel reseptor telah ada ditemukan di
hidung, yang menyiratkan bau pada otak. Selanjutnya, Buchbauer (2013)
menyatakan bahwa pijat aromaterapi membuktikan bahwa saat dilakukan pijat
penyerapan minyak esensial terjadi melalui kulit utuh sinyal dikirimkan untuk
memperbaiki mood dengan mempromosikan pelepasan neurotransmitter,
termasuk encephaline, endorfin, serotonin dan noradrenalin. Encephaline dan
endorfin Mengurangi rasa sakit dan menciptakan perasaan nyaman. Serotonin
membantu rileks dan tenang sedangkan noradrenalin Bertindak sebagai stimulan
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
141
ALARA merupakan komponen yang sangat erat kaitang dengan pemerian terapi
radioaktif, mengingat paparan radiasi dapat membahayakan orang lain dan
lingkungan. Perawat spesialis mengadakan perencanaan, kerjasama, perubahan
yang sistematis & terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
142
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisa peran-peran perawat yang dijalani selama proses residensi
maka penulis membuat kesimpulan sebagai berikut :
5.1.1. Pendekatan comfort theory model merupakan teori yang berfokus pada
kenyamanan pasien, dengan penerapan teori ini perawat mampu
mengidentifikasi ketidaknyamanan yang muncul, dapat mengurangi
ketidaknyamanan yang muncul dan meningkatkan kenyamanan pasien
serta memungkinkan perawat memberikan asuhan keperawatan yang
komprehensif.
5.1.2. Penerapan evidence based nursing (EBN) aromatherapy massages terbukti
efektif dalam mengurangi gejala depresi pada pasien kanker.
5.1.3. Penerapan manajemen edukasi terapi radioaktif iodine 131 berbasis
multimedia pada pasien kanker tiroid efektif dalam meningkatkan
pengetahuan dan pemahaman pasien serta meningkatkan kemampuan
perawat dalam memberikan edukasi.
5.2 Saran
Selama penjalani praktik residensi penulis menilai semua proses berjalan dengan
baik dan perlu untuk ditingkatkan, untuk itu penulis membuat saran yang
ditujukan untuk pelayanan keperawatan dan pendidikan keperawatan
5.2.1. Pelayanan Keperawatan
a. Melakukan sosialisasi pada perawat tentang penerapan asuhan
keperawatan menggunakan comfort theory untuk memudahkan
perawat dalam mengaplikasikannya pada pasien kanker.
b. Menambahkan aspek ketidaknyamanan yang terintegrasi dalam format
pengkajian ruangan sebagai komponen dalam pengkajian keperawatan
secara komprehensif.
c. Meningkatkan kualitas pemberian asuhan keperawatan dengan
memasukkan caring sebagai ciri dalam memberikan asuhan
keperawatan yang holistik.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
147
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
148
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
149
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
150
Rogers SN, Vedpathak SV, Lowe D. Reasons for delayed presentation in oral and
oropharyngeal cancer: the patients perspective. The British journal of oral &
maxillofacial surgery. Jul 2011;49(5):349-353.
Rodu B, Jansson C. Smokeless tobacco and oral cancer: a review of the risks and
determinants. Crit Rev Oral Biol Med. 2004. 15(5):252-63.
Rosenquist K, Wennerberg J, Schildt EB, Bladström A, Göran Hansson B,
Andersson G. Oral status, oral infections and some lifestyle factors as risk
factors for oral and oropharyngeal squamous cell carcinoma. A population-
based case-control study in southern Sweden. Acta Otolaryngol. 2005 Dec.
125(12):1327-36.
Robert, K & Taylor, B. (2002). Nursing research process: An Australian
perspective, (2nd edition). Australia: Nelson Australia Pty.
Rankin-Box D. Therapies in practice: a survey assessing nurses’ use of
complementary therapies. J Complement Ther Nurs Midwifery 1997;3:92–9.
Reece JC, Chan YF, Herbert J, Gralow J, Fann JR. Course of depression, mental
health service utilization and treatment preferences in women receiving
chemotherapy for breast cancer. Gen Hosp Psychiatry 2013 Jul-
Aug;35(4):376-381.
Robert F, Ezekiel MP, Spencer SA, et al. Phase I study of anti--epidermal growth
factor receptor antibody cetuximab in combination with radiation therapy in
patients with advanced head and neck cancer. J Clin Oncol. 2001 Jul 1.
19(13):3234-43.
Soulières D, Aguilar JL, Chen E, Misiukiewicz K, Ernst S, Lee HJ, et al.
Cetuximab plus platinum-based chemotherapy in head and neck squamous
cell carcinoma: a randomized, double-blind safety study comparing
cetuximab produced from two manufacturing processes using the
EXTREME study regimen. BMC Cancer. 2016 Jan 14. 16 (1):19.
Sinha P, Lewis JS Jr, Piccirillo JF, Kallogjeri D, Haughey BH. Extracapsular
spread and adjuvant therapy in human papillomavirus-related, p16-positive
oropharyngeal carcinoma. Cancer. 2012 Jul 15;118(14):3519-30.
Silveira, E. J. D. et al. Correlation of clinical, histological and cytokeratin profiles
of squamous cell carcinoma of the tongue with prognosis. Int J Surg Pathol,
v. 15, n. 4, p. 376-83, 2007.
Süslü, N. et al. Carcinoma of the oral tongue: a case series analysis of prognostic
factors and surgical outcomes. J Oral Maxillofac Surg, v. 71, n. 7, p. 1283-
90, 2013.
Stone, P, Hardy, J, Broadley, K, Tookman, AJ, Kurowska, A, A’Hern, R. Fatigue
in advanced cancer: a prospective controlled cross-sectional study. Br J
Can- cer 1999; 79: 1479–1486
Scully C, Bedi R. Ethnicity and oral cancer. Lancet Oncol. 2000 Sep. 1(1):37-
42.[Medline].
Scully C. Challenges in predicting which oral mucosal potentially malignant
disease will progress to neoplasia. Oral Dis. 2014 Jan. 20(1):1-5.
Scully C. Rule for cancer diagnosis. Br Dent J. 2013 Sep. 215(6):265-6.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
151
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
152
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
HAND MESSAGE
Prosedur Pemijatan
1 Cuci dan keringkan tangan sebelum memulai
pijatan
2 Taruh beberapa tetes essential oil aromatherapy
lemon di telapak tangan, kemudian gosok kedua
tangan.
1 Univesitas Idonesia
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
3
Penerapan EBN ini menggunakan minyak esensial dengan aromaterapi lemon. Minyak
esensial tersebut akan di oleskan ke tangan bapak/ibu kemudian dilakukan pijatan dengan
tehnik effeleurage, petrisage dan vriction selama 10 menit pada masing-masing tangan.
Sebelumnya saya akan melakukan pengukuran gejala depresi bapak/ibu melalui pengisian
kuesioner, jika memenuhi kriteria yang telah ditetapkan makan selanjutnya akan
dilakukan intervensi. Intervensi ini akan dilakukan selama 7 hari berturut-turut, setelah
selesai maka akan dilakukan pengukuran kembali gejala depresi dengan kuesioner yang
sama.
Saya menjamin bahwa penerapan EBN ini tidak menimbulkan dampak yang
membahayakan bagi Bapak/Ibu. Bila terdapat hal-hal yang kurang jelas mengenai
penerapan EBN ini, maka Bapak/Ibu dapat menanyakan langsung kepada saya. Oleh
sebab itu, melalui penjelasan ini saya sangat mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu pada
penerapan EBN ini tanpa ada unsur paksaan. Apabila Bapak/Ibu bersedia, silahkan
menandatangani lembar persetujuan menjadi responden yang terdapat di belakang
lembaran ini. Jika Bapak/Ibu tidak bersedia, itu menjadi hak Bapak/Ibu dan saya tidak
akan memaksa. Atas kesediaan dan partisipasi Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.
Jakarta, 2017
Mahasiswa Residensi Keperawatan Medikal Bedah UI Peminatan Onkologi
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
4
Nama :
Umur :
Alamat :
Saya menyatakan bahwa saya telah mendapatkan informasi yang jelas dari mahasiswa
residensi keperawatan medikal bedah UI peminatan onkologi dan mengerti tentang tujuan,
manfaat, prosedur, dan kemungkinan risiko yang dapat ditimbulkan dari penerapan EBN
ini. Saya telah diberi kesempatan bertanya terhadap penjelasan yang saya tidak mengerti
dan mendapatkan penjelasan atas pertanyaan tersebut. Saya juga mengerti tentang hak
saya untuk menghentikan keikutsertaan dalam penerapan EBN ini kapan saja.
Oleh karena itu saya menyatakan bahwa saya bersedia berpartisipasi sebagai responden
pada penerapan EBN yang akan dilakukan oleh Dewi Nurviana Suharto, mahasiswa
residensi Keperawatan Medikal Bedah Universitas Indonesia Peminatan Onkologi,
tentang penggunaan aromatherapy massages untuk mengurangi gejala depresi pada
pasien kanker dalam keadaan sadar dan sukarela, tanpa ada paksaan dari pihak manapun.
Jakarta, ...............…………….2017
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
5
Inisial Pasien :
Umur :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Total Skor :
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
6
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
1
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
2
RESUME 30 KASUS KELOLAAN PADA PASIEN KANKER DENGAN PENDEKATAN COMFORT THEORY
No Identitas Pasien Gambaran Kasus Dengan Menggunakan Pendekatan Comfort Theory
1 Nn. A, Usia 24 tahun, RM Health Care Needs
205362. Diagnosa medis : Sejak bulan Juli tahun 2016 klien mengatakan sering mengalami flu dan hidung tersumbat . Hasil
Kasinoma Sinonasal pemeriksaan terdapat benjolan pada hidung kiri klien dan mudah berdarah. Dokter menyarankan untuk
dilakukan pemeriksaan biopsi untuk mengetahui jenis tumor. Selanjutnya klien dilakukan biopsi pada bulan
Agustus 2016 di RS Fatmawati, setelah dilakukan pemeriksaan biopsi benjolan di hidung klien dirasakan
semakin membesar dan menjorok keluar dari hidung. Dari hasil pemeriksaan PA diketahui klien menderita
kanker sinonasal. Klien langsung di rujuk di RS kanker Dharmais. Klien kemudian memeriksakan kondisinya
ke dokter dan di rencanakan untuk dilakukan operasi maksilektomy. Saat ini klien dirawat di ruang tulip, saat
dikaji klien mengeluh kesultan bernapas dan cemas, TD = 100/70 mmHg, N = 76x/i, RR = 18x/i, S = 36ºC.
Tingkat kesadaran : compos mentis, klien mengatakan nyeri pada kepala sebelah kiri, skala nyeri 2, durasi
tidak tentu, frekuensi hilang timbul, karakteristik nyeri seperti di tusuk-tusuk, nyeri biasanya dirasakan saat
melakukan aktivitas ataupun saat sedang istirahat. Nyeri dirasakan sampai ke mata. Penglihatan sebelah
kanan kadang-kadang kabur, kesulitan tidur dengan posisi telentang, ada epitaksis, nutrisi terpenuhi, tidak
ada keluhan BAB dan BAK, aktivitas mandiri skala ECOG untuk aktivitas skala 1 (dapat melakukan aktivitas
selfcare).
Pemeriksaan Histopatologi (05-09-2016) : nasal undifferentiated carsinoma
Pemeriksaan MSCT Sinus Paranasalis (06-10-2016) ; pertambahan ukuran massa sinonasal yang melibatkan
cavum nasi kiri, sinus maksilaris kiri, dan sinus ethmoidalis kiri disertai erosi dinding medial sinus maksilaris
kiri
Comfort Intervention
Tramadol 2x100 mg
Ranitidin 2x50 mg
IVFD NaCl 0,9% 500 cc per 12 jam
Comfort
Suasana hati baik, emosi stabil, klien sangat kooperatif saat dilakukan pengkajian, kepribadian terbuka,
komunikasi relevan dengan pertanyaan yang diajukan, pengambilan keputusan dibantu ibu klien cara
mengatasi cemas dengan mencari informasi dan bertanya pada orang lain, mekanisme koping yang digunakan
konstruktif, respon terhadap penyakit awalnya menolak dan takut tapi saat ini klien sudah menerima
kondisinya. Dukungan keluarga dari orang tua, saudara dan sahabat klien.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
3
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa I : Pola napas tidak efektif b.d obstruksi jalan napas (karena massa tumor), NOC: status pernapasan
meningkat dari 4 (deviasi ringan) menjadi 5 (tidak ada deviasi), NIC: pemantauan pernapasan dan terapi
oksigen
Diagnosa II ; Nyeri kronis b.d infiltrasi massa tumor, NOC: kontrol nyeri, NIC: manajemen nyeri
Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 hari, masalah Pola napas tidak efektif rating outcome
level 3 (kadang-kadang) dan intervensi pemantauan pernapasan dan terapi oksigen dilanjutkan. Masalah nyeri
rating outcome level 3 (kadang-kadang) dan intervensi manajemen nyeri serta terapi analgetik dilanjutkan .
2 Ny. DH, usia 67 tahun, RM Health Care Needs
15-86-28. Diagnosa Medis : Keluarga klien mengatakan gejala penyakit yang dirasakan sejak 1 tahun terakhir. Klien mengatakan
Ca caput pankreas perutnya sebelah kanan atas sering terasa tidak enak, nyeri hilang timbul, namun klien menganggap karena
telat makan karena klien memiliki riwayat gastritis. Klien mengatakan dalam 6 bulan terakhir ini terjadi
penurunan BB, klien semakin kurus. Klien kemudian dirawat di RS penang di Malaysia selama 3 hari, namun
karena tidak ada perbaikan dan kondisi pasien yang terus menurun sehingga keluarga memutuskan untuk
kembali ke Indonesia dan membawa klien di RS Kanker Dharmais. Klien memiliki riwayat menderita Ca
ovarium pada tahun 2010, dan telan menjalani pengobatan dan klien dinyatakan sembuh dari penyakitnya.
Klien memiliki riwayat penyakit DM sejak 15 tahun yang lalu. Saat dilakukan pengkajian klien mengalami
Penurunan kesadaran, DIC dan gagal napas, TD = 110/80 mmHg, N = 91x/i, RR = 20x/i, S = 36ºC. Tingkat
kesadaran : delirium, Intake nutrisi melalui NGT : bubur saring dan susu ± 250 cc 3 kali pemberian, diet
rendah glukosa, Terpasang kateter, produksi urine sedikit ± 300cc/hari, warna urine keruh, urine campur
darah (-), klien belum BAB. Pemeriksaan penunjang (7-11-2016) : Ureum darah : 70 mg/dl, kreatinin darah :
2.06 mg/dl, eGFR : 25,53 ml/min, natrium : 136 mmol/L, kalium : 6.7 mmol/L, Klorida : 103 mmol/L,
Kalsium : 6.5 mg/dl. skala ECOG untuk aktivitas skala 4 (total care). Resiko jatuh (+), edema ekstremitas
(+). HB = 11,8 g/dl , Leukosit = 6.99 103/µL, Trombosit = 61 103/µL, Albumin = 2.5 U/L, SGOT = 49
U/L, GDS = 211 mg/dl, D-dimer = 11.120 ng/ml, terdapat luka tekan pada bokong.
Comfort Intervention
Tygacil 50 mg
Levofloxacin 750 mg
Prosogan 30 mg
Ranitidin 50 mg
IVFD Asering
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
4
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
5
ulang, tentang efek samping tindakan ablasi dan tindakan yang boleh atau tidak dilakukan selama prosedur.
Nutrisi adekuat, eliminasi tidak ada keluhan, aktivitas mandiri skala ECOG untuk aktivitas skala 1 (dapat
melakukan aktivitas selfcare). Klien mengeluh nyeri pada pembesaran kelenjar getah bening sejak 3 hari
yang lalu, nyeri dirasakan hilang timbul, nyeri seperti di tarik-tarik. Skala nyeri 3.
Hasil USG leher (2-7-2015): kesan struma nodosa berdegenerasi kistik pada tiroid kanan, limfadeopati
perijugular superior bilateral
Comfort Intervention
Omeprazol tab 8 mg, 2x1
Loratadine tab 10 mg, 1x1
Paracetamol 500 mg 2 X 1
Comfort
Klien mengatakan ingin cepat sembuh, suami klien selalu mendampingi klien selama menjalani pengobatan,
klien mengatakan keluarga selalu mendoakan klien.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan : Ansietas berhubungan dengan status kesehatan NOC : cemas terkontrol dan NIC :
anxiety reduction
Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 5 hari, Ansietas rating outcome level 2 (sering) dan
intervensi anxiety reduction tidak dilanjutkan klien pulang.
4 Tn. MS, usia 65 tahun, RM Health Care Needs
20-46-33. Diagnosa Medis : Klien merasakan keluhan lemah sejak bulan Agustus yang lalu, klien kesulitan untuk melakukan aktivitas dan
Acut mieloblastik leukemia hanya terbaring di tempat tidur karena seluruh badan trasa lemah. Klien juga mengatakan saat itu wajahnya
nampak pucat. Keluarga klien kemudian membawa klien ke RS untuk memeriksakan diri, dari hasil
pemeriksaan diketahui Hb klien 4 gr/dl, dan disarankan untuk tranfusi. Selanjutnya klien dirawat dan
mendapat tranfusi PRC sebanyak 7 kantong. Klien mengatakan badannya pernag lebam-lebam tanpa sebab
dan BAB campur darah. Untuk pemeriksaan selanjutnya klien disarankan untuk melakukan pemeriksaan
lanjutan di RS Siloam Jakarta. Di RS Siloam klien dilakukan pemeriksaan BMP dan dari hasil pemeriksaan
diketahui klien menderita penyakit leukemia. Selanjutnya klien di rujuk di RSKD untuk mendapatkan
penanganan lanjutan. Klien dirawat di RIIM untuk mendapatkan kemoterapo konsolidasi LAM VIII, keluhan
utama lemah, mual, nafsu makan biasa namun lidahnya mulai tidak ada rasa, Klien mengatakan tidak ada
keluhan dalam buang air besar dan buang air kecil, TD = 130/80 mmHg, N = 88x/i, RR = 18x/i, S = 36.2ºC.
Tingkat kesadaran : compos mentis. Nilai leukosit = 7.39103/uL, Nilai Hb= 9,5 g/dL, Nilai tombosit 209 /uL,
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
6
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
7
memiliki riwayat penyakit hipertensi, jantung, diabetes melitus atau stroke. Istri klien mengatakan gejala
yang dirasakan klien sudah semenjak lebaran tahun ini (sekitar Juli 2016), klien sering mengeluh sesak napas
sampai mengganggu aktivitas. Kemudian klien memeriksakan diri ke RSUD Cengkareng dan dilakukan
pungsi paru kanan sebanyak 3x. Kemudian klien merasa lebih baik. Namun kemudian sesak lagi dan klien
berobat ke RSUD Tarakan dan disana klien dilakukan pemasangan WSD (tanggal 25-9-2016). Klien
kemudian dirujuk ke RSKD untuk penanganan senalnjutnya. Riwayat kemoterapi (-). Riwayat radiasi (+),
klien direncanaan raadiasi sebanyak 11x, sudah berjalan sebanyak 5x. TD = 137/99 mmHg, N = 120x/i, RR =
28x/i, S = 36,7ºC. Tingkat kesadaran : compos mentis, intake nutrisi tidak ada keluhan, Klien tidak ada
keluhan untuk BAK dan BAB, klien mengeluh lemah, sesak napas, terpasan oksigen melalui kanu; 3 ltr/mnt.
MSCT Scan thorak dengan kontras (26-9-2016): kosolidasi (uk.PA 2,74 x LL 3,8 x CC 4,03 cm) pada
segmen 3,6 paru kanan dan konsolidasi inhomogen segmental pada lobus inferior paru kanan yang disertai
fibrotik line dan penarikan mediatinum ke kanan, dd/proses malignansi, TB. Efusi pleura kanan disertai
gambaran air buble minimal pada kavum pleura kanan dan penebalan pleura kanan. Gambaran emfisema
subkutis pada soft tissue regio thorak kanan. Lesi litik multiple pada korpus vertebre T9, curiga gambaran
metastasis.
Comfort Intervention
Heparin 10.000 UI + NS 50 cc per 24 jam Aminofluid 500 cc per 12 jam
Asering 500 cc per 24 jam Ondansetron 3x8 mg IV
Metilprednisolon 3x125 mg IV Ranitidin 2x50 mg IV
MST 2x30 mg po Amitripilin 2x½ tab
Capsul racik 1x1 po Vitamin B. Komplek 1x1 tab
Asam folat 1x5 tab Laxadyn syr 3x1 sdm
Nebulizer ventolin + bisolvon 3x/hari Profenid suppos + ketorolac k/
Comfort
Klien sudah menerima kondisi penyakitnya, saat ini klien hanya bisa pasrah, sabar dan berdoa. Klien hanya
berharap bisa selalu berkumpul dengan istri dan anak-anaknya.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 : Gangguan pertukaran gas b.d Perubahan membran alveolar kapiler, NOC ; status pernapasan
dan NIC manajemen asam basa, terapi oksigen, pemantauan pernapasan dan manajemen jalan napas.
Diagnosa 2 ; Nyeri akut b.d agen cidera biologis (neoplasma). NOC kontrol nyeri, NIC manajemen nyeri
Diagnosa 3 : Intoleran aktivitas b.d Ketidakseimbangan antara suplai/kebutuhan oksigen. NOC konservasi
energi, NIC manajemen energi.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
8
Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 5 hari, Masalah risiko Gangguan pertukaran gas outcome
level 3 (kadang-kadang) dan intervensi , pemantauan pernapasan dan manajemen jalan napas dilanjutkan.
Masalah Nyeri akut rating outcome level 3 (kadang-kadang) dan intervensi manajemen nyeri dilanjutkan.
Masalah intoleransi aktivitas rating outcome level 3 (kadang-kadang) dan intervensi manajemen energi
dilanjutkan.
6 Tn. MM, Usia 72 Tahun, Health Care Needs
RM 20-84-90. Diagnosa Penyakit klien sudah mulai dirasakan sejak tahun 2009, klien merasa perutnya terba keras dan kesulitan untuk
medis : Karsinoma Buli. BAK. Klien menjalani operasi pengangkatan tumor yang pertama di RS Bhakti Kartini Bekasi pada bulan
Februari 2010. Operasi yang kedua pada bulan Maret 2010 di RS Bahkti Bekasi. Setelah operasi yang kedua
klien menjalani kemoterapi sebanyak 12 kali. Sejak pengobatan yang terakhir klien sudah merasa ada
perubahan dan BAK serta BAB tidak ada masalah. Keluhan susah BAK dan BAB kembali dirasakan sejak
bulan September 2016, klien mengatakan perutnya teraba keras dan nyeri. Dari hasil pemeriksaan didapatkan
tumor residif di tempat yang sama seperti sebelumnya. Saat ini klien direncanakan untuk dilakukan cytoscopt
dan TUR (trans uretra reseksi). TD 110/80 mmHg, S : 36,2ºC, N : 82X/mnt, konjungtiva anemis, mukosa
bibir dan mulut kering. Klien mengatakan selama 6 bulan terakhir BB klien turun sebanyak 3 Kg, BB
sebelum sakit 56 Kg, BB saat ini 53 Kg, TB : 158 cm, nilai IMT : 21,23 (Normal), tidak ada riwayat penyakit
DM, pemeriksaan penunjang : HB : 12,2 g/dl, Leukosit : 5,37 103/µL, Trombosit : 315 103/µL, Eritrosit : 4,01
106/µL, Hematokrit : 35,4 %, SGOT : 12 U/L, SGPT : 11 U/L, GDS : 162. Klien mengeluh nyeri pada perut,
nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk, skala nyeri 5, nyeri dirasakan hilang timbul dengan durasi yang
berbeda-beda. Ekspresi wajah nampak meringis.
Comfort Intervention
Tramadol 2 mg
Paracetamol infus
Comfort
Klien mengatakan sudah mengetahui tentang penyakit yang dideritanya saat ini yaitu kanker kandung kemih,
klien mengatakan sudah menjalani operasi 2 kali dan kemoterapi namun kankernya tumbuh lagi. Klien
mengatakan sudah 5 tahun tidak ada keluhan dan baik-baik saja, namun ternyata tumbuh lagi. Klien
mengatakan hanya bisa pasrah dan berdoa saja. Klien mengatakan sudah mengikuti semua prosedur
pengobatan namun tetap juga kambuh lagi. Klien mengatakan hanya bisa menerima dan terus berusaha dan
berserah diri pada Allah, dan berharap diberi ksembuhan. Klien nampak cemas saat menceritakan kondisinya
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
9
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 : Nyeri akut b.d invasi tumor. NOC kontrol nyeri, NIC manajemen nyeri
Diagnosa 2 : Ansietas b.d ancaman terhadap status kesehatan NOC self-control ansietas. NOC pengurangan
ansietas
Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 2 hari, Masalah Nyeri akut rating outcome level 3 (kadang-
kadang) dan intervensi manajemen nyeri dilanjutkan. Masalah Ansietas rating outcome level 2 (sering) dan
intervensi anxiety reduction dilanjutkan.
7 Ny. L, usia 54 tahun, RM Health Care Needs
20-67-40. Diagnosa Medis : Pada bulan Juni klien mengeluh adanya perdarahan yang banyak melalui vagina, klien mengatakan darah
Carsinoma Cervix Stadium yang keluar disertai dengan gumpalan-gumpalan darah, klien juga mengeluh sering nyeri perut bagian bawah.
III B Awal keluhan klien mengatakn tidak langsung memeriksakan diri ke RS karena merasa hanya perdarahan
biasa saja. Namun keluhan perdarahan terus berlanjut sampai 2 minggu, karena perdarahan tidak juga
berhenti klien memutuskan untuk berobat ke RS di Lampung. Klien memeriksakan diri ke RS dan di
sarankan untuk melakukan pemeriksaan biopsi. Klien melakukan biopsi di RSB Permata Hati Metro
Lampung, dari hasil pemeriksaan patologi anatomi klien didiagnosis menderita Ca cervix. Pada bulan Juli
klien mengeluh susah untuk BAK selama 2 hari, awalnya kencing sedikit-sedikit namun setelah 3 hari klien
sama sekali tidak bisa BAK, terasa penuh di perut dan perut teraba keras. Di RS Lampung klien dilakukan
pemasangan DJ-Stent pada ginjal kiri dan kanan untuk memudahkan klien BAK. Setelah pemasangan DJ-
Stent BAK jadi lancar, keluhan perdarahan berkurang. Selanjutnya untuk mendapatkan pengobatan yang
lebih baik, klien di rujuk ke RS dharmais. Saat ini klien datang ke ruang ODC untuk dilakukan tindakan
kemoterapi yang ke 2. Klien dirawat untuk mendapatkan kemoterapi, saat dikaji klien mengeluh nyeri pada
perut bawah, nyeri hilang timbul dan memberat dengan aktivitas, skala nyeri 4, Pasien mengatakan BAK
sering terasa sakit, klien mengatakan saat dilampung klien dilakukan pemasangan selang (DJ Stunt) untuk
memudahlan berkemih. BAK 3-4 kali/hari, warna urine kekuningan. Klien mengatakan saat ini BAB 1x/hari,
tadi pagi telah BAB, konsistensi lunak berbentuk, berdarah (-) warna kuning kecoklatan. Ureum darah : 86
mg/dl, Kreatinin darah : 2,23 mg/dl, eGFR : 24.34 ml/min, Natrium : 145 mmol/L, Kalium : 4,5 mmol/L,
Klorida : 111 mmol/L. Histopatologi (16-7-2016) : Keratinizing epidermoid carsinoma cervix uteri, Foto
Thoraks (30-09-2016) : Kardiomegali, aorta elongasi, tampak infiltrat di suprahiler dan perihiler kanan.
Kedua hilus menebal, gambaran bronchopneumonia. USG Abdomen Pelvis (30-09-2016) : Chronic renal
disease kanan dengan hidronefrosis kanan. Terpasang DJ stunt kanan insitu. Chronic renal disease kiri, massa
cervix yang curiga menginfiltrasi dinding posterior buli.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
10
Comfort Intervention
Herceptin 330 Mg
Comfort
Klien mengatakan belum paham tentang penyakit yang dideritanya saat ini, klien mengatakan belum tahu
tentang efek dari penyakit kanker yang dideritanya. Klien bertanya apakah setelah dilakukan pengobatan
kemoterapi dan radiasi penyakitnya bisa sembuh kembali. Selama menjalani pengobatan kemoterapi klien
tinggal di kosan dekat RS Dharmais untuk memudahkan klien. Klien mengatakan penyakit yang dialami
klien merupakan cobaan dari Allah, sehingga klien sabar menjalaninya. Klien nampak kooperatif saat
dilakukan pengkajian, klien menjawab pertanyaan sesuai dengan yang ditanyakan, tidak ada tanda kesedihan
dari wajah klien
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 : Nyeri akut b.d invasi tumor. NOC kontrol nyeri, NIC manajemen nyeri
Diagnosa 2 : Ansietas b.d ancaman terhadap status kesehatan NOC self-control ansietas. NOC pengurangan
ansietas
Diagnosa 3 : Gangguan eliminasi urine b.d obstruksi saluran kemih akibat kanker. NOC urinary elimination
NIC urinary retention care
Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 hari, Masalah Nyeri akut rating outcome level 3 (kadang-
kadang) dan intervensi manajemen nyeri dilanjutkan. Masalah Ansietas rating outcome level 2 (sering) dan
intervensi anxiety reduction dilanjutkan. Masalah gangguan eliminasi urine rating outcame level 3 (kadang-
kadang) dan intervensi urinary retention care dilanjutkan.
8 Ny. N, usia 42 tahun, RM Health Care Needs
19-18-36. Diagnosa Medis : Tiga tahun SMRS, klien mengeluh telinga kanan terasa penuh dan pendengaran menurun. Pada awal tahun
Carsinoma nasofaring 2014 SMRS, hidung kanan klien mengalami mimisan saat bersin atau menunduk. klien dianjurkan untuk
dilakukan biopsi jaringan namun klien menolak. 6 bulan kemudian, keluhan mimisan masih terus terjadi pada
klien dan disertai dengan pembesaran kelenjar getah bening pada leher sebelah kanan, dari hasil pemeriksaan
klien dinyatakan menderita kanker nasofaring. Selanjutnya klien menjalani kemoterapi di RS Lampung
sebanyak 21 kali. Klien disarankan untuk melanjutkan radioterapi, di RS Kanker Dharmais. Namun 3 bulan
sebelum klien masuk ke RS Dharmais benjolan di leher kanan klien timbul dan membesar kembali dan
disertai dengan timbulnya benjolan pada mata kanan. HB klien 9,1 g/dl, oftalmoplegia kanan (+),
pendengaran menurun pada telinga kanan (parese N. VIII auditorius), atrofi otot lidah, julur lidah miring ke
arah kanan (parese N. XII hipoglosus). Gerakan bola mata terbatas, ptosis mata kanan, bola mata tidak bisa
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
11
rotasi, gangguan gerak bola mata ke lateral (parese N. III okulomotorius, IV troklear dan VI abdusens).
konjungtiva anemis, mukosa bibir dan mulut kering. 3 tahun terakhir BB klien turun sebanyak 31 Kg, BB
sebelum sakit 76 Kg, BB saat ini 45 Kg, TB : 163 cm, nilai IMT : 16,93 (underweight). Klien nampak kurus,
klien mengatakan susah makan karena tenggorokannya terasa sakit setelah radiasi ke 3, klien juga
mengatakan tenggorokkannya terasa panas seperti terbakar. Klien hanya bisa makan makanan yang lunak
seperti bubur, itupun masih terasa sakit sehingga klien menjadi takut untuk makan. Klien juga takut untuk
minum air terlalu banyak karena nyeri yang dirasakan di tenggorokannya. Lidah nampak kotor, klien
mengatakan lidah terasa pahit dan agak susah untuk menelan. Leukosit : 7, 67 103/µL, Trombosit : 292
103/µL, Eritrosit : 3,96 106/µL, Hematokrit : 29,3 %. Klien mengeluh nyeri pada tenggorokannya setelah
radiasi yang ke 3, klien juga mengatakan nyeri kepala sebelah kanan dan telinga sebelah kanan jadi tuli.
MSCT Nasofaring (06-04-2016) : massa nasofaring dengan perluasan ke retrofarin, spatum parafarings,
m.pterigoideus medial-lateral, fisura orbitalis superior, sinus karvernosus hingga lobus temporalis kanan.
Limfadenopati perijuguler superior-anterior bilateral. Destruksi disertai sklerotik pada os. Pterigoideus dan
basis cranii. Mastoiditid bilatera, sinusitis maksilaris, ethmoidalis dan sphenoidalis. Pemeriksaan
Histopatologi (04-10-2014) : Fossa rossemuler dan torus tobarius : undifferentiated carsinoma nasofaring
Comfort Intervention
Erbituz 40 Mg
Pacitaxel 210 mg
Cisplatin 80 mg
Comfort
Klien mengatakan sudah paham tentang penyakit yang dideritanya saat ini yaitu tumor nasofaring, klien
mengatakan sebelum di kemoterapi dan radiasi benjolan di matanya semakin membesar. Namun setelah
mendapatkan pengobatan benjolan semakin mengecil. Klien mengatakan benjolan di mata tidak mengganggu
aktifitasnya sehari-hari. Selama sakit klien tinggal di kosan dekat RS dharmais untuk memudahkan klien
melakukan pengobatan. Selama tinggal di kost klien jarang bergaul dengan tetangga dekat kosan, klien hanya
di dalam kamar saja untuk beristirahat. klien mengatakan hanya ingin beristirahat selama proses pengobatan
agar kondisinya tidak menurun lagi dan bisa mendapatkan pengobatan sesuai dengan jadwal yang telah di
rencanakan. Klien mengatakan tidak berhenti untuk berdoa dan berharap kesembuhan dari penyakitnya.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
12
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan 1 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan asupan makanan (efek radiasi) NOC: nutritional status food and fluid intake dan NIC:
manajemen nutrisi
Diagnosa Keperawatan 2 : Nyeri aku b.d efek radiasi. NOC kontrol nyeri, NIC manajemen nyeri
Diagnosa 3 : Ansietas b.d ancaman terhadap status kesehatan NOC self-control ansietas. NOC pengurangan
ansietas
Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 hari, masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh rating outcame level 2 (jarang) dan intervensi manajemen nutrisi dilanjutkan. Masalah Nyeri
akut rating outcome level 3 (kadang-kadang) dan intervensi manajemen nyeri dilanjutkan. Masalah Ansietas
rating outcome level 2 (sering) dan intervensi anxiety reduction dilanjutkan.
9 Ny. L usia 47 tahunRM 19- Health Care Needs
54-87. Diagnosa Medis : Klien mengatakan ada riwayat kanker dalam keluarganya, tante klien menderita ca mamae dan kakek klien
Carsinoma pankreas. menderita ca kolon. Klien mengatakan gejala penyakit yang dirasakan sejak 2 tahun terakhir. Klien
mengatakan perutnya sebelah kanan atas sering terasa tidak enak, nyeri hilang timbul, namun klien
menganggap karena telat makan karena klien memiliki riwayat gastritis. Kemudian keluarga klien
mengatakan dalam 6 bulan terakhir ini terjadi penurunan BB sebanyak 8 Kg, klien semakin kurus. Klien
kemudian memeriksakan diri ke RSUD dan dicurigai menderita carsinoma pankreas. Klien kemudian dirujuk
ke RSKD untuk pemeriksaan dan penatalaksanaan lebih lanjut. Saat ini klien hanya di rawat di rumah dan
mendapatkan paliatif care. Klien dilakukan kunjungan setiap minggu atau sesuai dengan permintaan keluarga
klien. Saat ini klien berada dalam kondisi tidak stabil, klien nampak lemah dan hanya terbaring di tempat
tidur. Kesadaran CM. TD= 100/80 mmHg, HR= 80x/i, teratur, kuat, Suhu= 36,00C, RR= 20x/i. Dada simetris
kiri dan kanan, penggunaan otot bantu napas (-), trill (-), fremitus kiri=kanan, perkusi resonans, suara napas
vesikuler (+), ronkhi (-), wheezing (-), suara jantung normal, BJ I dan BJ II tunggal, CRT 2 detik, akral
hangat, konjungtiva anemis, sklera ikterik, pucat (+), sianosis (-), bibir kering (+), ptekie (-). Hemoglobin =
8,0 g/dl, Leukosit = 6,17.103/uL, Trombosit = 64.103 /uL, Eritosit = 3,11.106 /uL, Hematokrit = 24,9%. BB 51
Kg, TB 156 cm, IMT 16,01 Kg/m2 (underweight), penurunan BB dalam 6 bulan terakhir (+) sekitar 8 kg,
penurunan nafsu makan (+), keluhan mual (+), muntah (-), nyeri menelan (-). Inspeksi abdomen cembung,
auskultasi bising usus (+) disemua kuadran 8x/i, palpasi distensi, nyeri tekan (+), nyeri lepas (-), perkusi
timpani (+). Klien mengatakan perutnya sebelah kanan atas terasa tidak enak, nyeri, hilang timbul. Klien
mengatakan tidak ada keluhan pada BAK dan BAB klien. BAK spontan warna kuning gelap sekitar 3-4 kali
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
13
sehari. BAB 1x sehari konsistensi padat kadang-kadang keras dan warna kekuningan.
Comfort
Klien sudah pasrah dengan penyakit yang dideritanya saat ini, klien hanya terus berdoa saja agar bisa diberi
kesabaran dalam menghadapi penyakit yang dideritanya saat ini.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan 1 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan asupan makanan (efek radiasi) NOC: nutritional status food and fluid intake dan NIC:
manajemen nutrisi
Diagnosa 2 : Ansietas b.d ancaman terhadap status kesehatan NOC self-control ansietas. NOC pengurangan
ansietas
Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 hari, masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh rating outcame level 3 (kadang-kadang) dan intervensi manajemen nutrisi dilanjutkan.
Masalah Ansietas rating outcome level 2 (sering) dan intervensi anxiety reduction dilanjutkan.
10 Ny. H, usia 44 tahun, RM Health Care Needs
00-20-53-25. Diagnosa Klien adalah ibu rumah tangga, klien sebelumnya pernah sakit TB pada tahun 2012 dan terdapat pembesaran
Medis : Carsinoma Paru. kelenjar getah bening di area leher, klien mengatakan sudah melakukan pengobatan rutin selama 9 bulan dan
klien dinyatakan sembuh. klien merasakan keluhan nyeri dada semakin memberat sejak 2 bulan yang lalu,
keluhan dirasakan pada dada sebelah kanan tepat di bawah payudara, keluhan disertai dengan sesak napas,
klien merasakan dadanya terasa berat. Klien datang ke unit diagnosa terpadu (UDT) untuk dilakukan
pemeriksaan broncoscopy untuk melihat gambaran tumor, sebelumnya klien sudah pernah dilakukan
broncoscopy di RS Cengkareng. Kesadaran CM. Klien mengeluh jika menarik napas terasa nyeri pada dada
sebelah kiri, klien mengeluh sesak napas, TD : 110/80 mmHg, RR : 24 x/i, N : 82 x/i, S : 36,6º C. Pernapasan
reguler, napas cuping hidung (-), penggunaan otot bantu pernapasan (-), batuk (-), normochest dada simetris
kiri dan kanan, pergerakan dinding thorak sama, tidak ada yang tertinggal, retraksi dinding dada (-), iktus
kordis tidak terlihat. Palpasi: iktus kordis tidak teraba, trill (-). Perkusi: resonance di lapang paru kiri, redup
di lapang paru kanan. Auskultasi vesikuler (+), wheezing (+), ronkhi (-), BJ I dan II tunggal, gallop (-),
murmur (-). Clubbing finger (-), pucat (-), sianosis (-), CRT <2 detik, akral hangat (+), konjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik, mukosa bibir dan mulut kering, distensi vena jugularis (-). BB 46 Kg, TB 144
cm, IMT 22,1 (kesan normal). klien mengatakan dalam 1 tahun terakhir ini klien sedikit lebih kurus, turun
sekitar 6 Kg, Klien mengatakan bisa makan tapi tidak bisa banyak-banyak karena terasa penuh di perut, jadi
klien makan sedikit-sedikit, dapat makanan lunak TKTP, menurut klien porsi makan kadang habis kadang
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
14
bersisa separuh.. Mual dan muntah (-). Abdomen terlihat datar, bising usus (+) 9x/menit, palpasi supel
distensi (-), perkusi timpani. Keluhan kembung (-), stomatitis (-), nyeri ulu hati (-). Inspeksi abdomen terlihat
supel, perkusi timpani, palpasi abdomen normal. HB : 15,5 g/dl, Leukosit : 15,83 103/µL g/dl, Trombosit :
477 103/µL, Eritrosit : 5,58 106/µL, Protein total : 7,5 g/dl, Albumin : 3,8 g/dl, globulin : 3,7 g/dl, SGOT : 29
U/l, SGPT : 21 U/l, GDS : 119 mg/di.
Comfort intervention
Teofilin 60 mg 3 X 1
Salbutamon 0,6 mg 3 X 1
Vectin syrup
MST 2 X 10 mg
Nebulizer : Combivent 3X /hari
IVFD RL 500 cc 24 jam
Metylprednisolon 2 X 62,5 gr IV
OMZ 2X40 gr IV
Ceftazdire 3 X 150 + NS 100 cc IV
Comfort
Pasein mengatakan sudah menerima kondisinya saat ini, klien akan terus melakukan pengobatan sampai
selesai. Klien mengatakan di keluarga klien ada yang menderita penyakit kanker juga. Klien mengatakan
bahwa penyakitnya merupakan penyakit turunan, klien berusaha untuk sabar dan mengikuti semua proses
pengobatan. klien nampak tenang
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan : Ansietas berhubungan dengan status kesehatan NOC : cemas terkontrol dan NIC :
anxiety reduction
Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 5 hari, Ansietas rating outcome level 2 (sering) dan
intervensi anxiety reduction tidak dilanjutkan klien pulang.
11 Nn. RS, usia 22 tahun, RM Health care needs
18-80-26. Diagnosa Medis : Klien mengatakan gejala yang dirasakan klien sudah sejak 4 bulan terakhir ini. Awalnya klien sering
Ca Cervix stadium III B mengeluh keputihan dan gatal-gatal. Lama-lama kemudian klien mengeluh sakit perut. Kemudian pada bulan
Juli klien tiba-tiba mengeluh BAK tidak lancar dan terasa sakit saat BAK. Klien kemudian memeriksakan
diri ke RSUD Cengkareng dan dinyatakan menderita kanker serviks dan sudah mengenai ginjal. Kemudian
klien dilakukan operasi pemasangan nefrostomi kiri dan kanan cito. Kemudian klien dirujuk ke RSKD untuk
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
15
dilakukan kemoterapi dan radiasi. Klien telah melakukan radiasi sebanyak 10x dan kemoterapi sebanyak 2x.
Namun untuk sementara tindakan kemo ditunda dulu karena terjadi penurunan fungsi ginjal klien, klien
mengatakan perut terasa penuh jika makan banyak, klien mengalami penurunan berat badan dalam 6 bulan
terakhir, BB sebelum sakit 54 Kg, BB saat ini 37 Kg, TB 155 cm, IMT : 15,4 (Underweight). napsu makan
berkurang, HB : 10,5 g/dl, Leukosit : 13.12 103/µL, Trombosit : 293 103/µL, Eritrosit : 4.03 106/µL,
Hematokrit : 32.1%.Kebiasaan BAB 1x/hari, BAK melalui nefrostomy bilateral, nefrostomy kanan produksi
± 600cc, warna kuning jernih. Nefrostomy kiri produksi ± 50 cc, warna urine kuning pekat, tidak bercampur
darah. Pemeriksaan penunjang : Ureum darah : 14 mg/dl, kreatinin darah : 0,41 mg/dl, eGFR : 206.18
ml/min, natrium : 138 mmol/L, kalium : 3,3 mmol/L, klorida : 108 mmol/L, Kalsium : 7,4 mg/dl, nyeri pada
perut bagian bawah, nyeri dirasakan menyebar sampe ke pinggang dan punggung. Terpasang nefrostomi di
area punggung kanan dan kiri. Balutan nefrostomi kering dan tidak ada rembesan darah maupun cairan.
Comfort Intervention
Propepsa syrup 3 X 1 sdk
Ketorolac 1 amp (dalam Nacl 0,9% 100cc)
Paracetamol tab
Comfort
Suasana hati baik, emosi stabil, klien sangat kooperatif saat dilakukan pengkajian, kepribadian terbuka,
komunikasi relevan dengan pertanyaan yang diajukan, pengambilan keputusan dibantu suami, cara mengatasi
cemas dengan mencari informasi dan bertanya pada keluarga dan tenaga kesehatan, mekanisme koping yang
digunakan konstruktif, respon terhadap penyakit awalnya menolak dan takut tapi saat ini klien sudah
menerima kondisinya. Klien mendapatkan dukungan dari keluarga dan orang tua.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan 1 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan asupan makanan (efek radiasi) NOC: nutritional status food and fluid intake dan NIC:
manajemen nutrisi
Diagnosa Keperawatan 2 : Nyeri aku b.d efek radiasi. NOC kontrol nyeri, NIC manajemen nyeri
Diagnosa 3 : Ansietas b.d ancaman terhadap status kesehatan NOC self-control ansietas. NOC pengurangan
ansietas
Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 hari, masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh rating outcame level 2 (jarang) dan intervensi manajemen nutrisi dilanjutkan. Masalah Nyeri
akut rating outcome level 3 (kadang-kadang) dan intervensi manajemen nyeri dilanjutkan. Masalah Ansietas
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
16
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
17
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan 1 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan asupan makanan (efek radiasi) NOC: nutritional status food and fluid intake dan NIC:
manajemen nutrisi
Diagnosa Keperawatan 2 : Nyeri aku b.d efek radiasi. NOC kontrol nyeri, NIC manajemen nyeri
Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 hari, masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh rating outcame level 2 (jarang) dan intervensi manajemen nutrisi dilanjutkan. Masalah Nyeri
akut rating outcome level 3 (kadang-kadang) dan intervensi manajemen nyeri dilanjutkan
13 Tn. H, usia 59 tahun, RM Helath Care Needs
21-14-73. Diagnosa Medis : Keluarga klien mengatakan gejala awal yang dirasakan klien sudah dimulai sejak bulan Agustus 2015 yaitu
Carsinoma nasofaring terdapat benjolan kecil di leher sebelah kiri yang kemudian semakin membesar. Klien kemudian diajak
keluarga memeriksakan diri ke RSUD Bekasi, dilakukan biopsi dan diketahui menderita kanker nasofaring.
Klien kemudian tidak mau melanjutkan pengobatan karena takut dengan kemoterapi. Klien akhirnya
mengikuti pengobatan alternatif selama 3 bulan, namun tidak ada perubahan. Kemudian pada November
2015 timbul benjolan di leher kanan klien dan semakin lama semakin membesar. Klien kemudian mulai
mengeluh telinga kiri berdenging, mengalami mimisan, nyeri menelan (+), sering mengalami pusing dan
penglihatan melihat dua bayangan benda (diplopia). Klien kembali datang ke RSUD Bekasi dan kemudian
dirujuk ke RSKD untuk kemoterapi. Sebelum kemoterapi ukuran diameter masa di leher kanan sekitar 10-12
cm dan di leher kiri sekitar 5 cm. Saat ini klien masuk IGD dengan keluhan sesak napas sejak 3 hari yang
lalu. Sudah 1 minggu klien tidak bisa makan lagi. Benjolan di leher nampak membesar. Klien nampak sesak
napas, RR : 29 x/i, terpasang O2 melalui simple mask 10 lpm, tachipnea (+), pernapasan cepat dan dalam,
menggunakan otot bantu pernapasan (-), ekspani paru tidak maksimal (-), retraksi dada (-). Di leher kanan
dan kiri klien terdapat bejolan yang membesar dan teraba keras, Nadi : 77 x/i, nadi teraba lemah, TD =
170/105 mmHg, CRT < 3 dtk, warna kulit pucat (-), sianosis (-), perdarahan (-), akral teraba hangat, turgor
kulit baik. Saturasi oksigen 100%, mukosa bibir kering. Hemoglobin = 11.6 g/dL, Hematokrit = 34.5 %,
Trombosit = 199.103 /uL, Leukosit = 7.84.103/uL, Natrium = 130 mmol/L, Kalium = 3.8 mmol/L, Klorida
= 89 mmol/L, PH = 6.765, PO2 = 101.1 mmHg, PCO2 = 197.1 mmHg, HCO3 = 28.2 mmol/L, BE = -12.4
mmol/L
Kesan : asidosis respiratorik
Comfort Interventions
IVFD Asering 500 cc per 8 jam
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
18
O2 melalui RM 10 lpm
Ranitidin 2 X 50 mg
Metylprednisolon 125 mg
Comfort
Klien merasakan seluruh badannya terasa lemah dan sesak napas. Klien mengatakan tidak bisa makan sejak 1
minggu yang lalu karena kesulitan menelan, nyeri saat menelan. Klien mengatakan saat ini badannya terasa
sangat lemah karena hanya minum susu saja. Klien juga mengatakn sejak 3 hari yang lalu klien merasakan
sesak napas
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 : Ketidakefektifan pola napas b.d hambatan ekspansi paru NOC status pernapasan, NIC
pemantauan pernapasan
Diagnosa 2 : Nyeri aku b.d efek radiasi. NOC kontrol nyeri, NIC manajemen nyeri
Diagnosa keperawatan 3 : Kerusakan pertukaran gas b.d perubahan membran alveolar kapiler NOC : status
pernapasan dan NIC : manajemen asam basa
Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 hari, masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh rating outcame level 2 (jarang) dan intervensi manajemen nutrisi dilanjutkan. Masalah Nyeri
akut rating outcome level 3 (kadang-kadang) dan intervensi manajemen nyeri dilanjutkan. Masalah
Kerusakan pertukaran gas rating outcame level 2 (jarang) dan manajemen asam basa dilanjutkan.
14 Tn. I, usia 47 tahun, RM 17- Health Care Needs
02-1966. Diagnosa Medis : Klien mengatakan awal gejala penyakit dirasakan sejak bulan Agustus 2016, terdapat benjolan pada leher
LNH kanan dan kiri, benjolan tidak nyeri dan mobile, klien merasakan nyeri seperti radang tenggorokan dan tak
kunjung sembuh walaupun klien sudah minum obat. Klien kemudian memeriksakan diri ke dokter THT dan
diberi obat antibiotik namun tetap tidak sembuh-sembuh. Pada bulan september klien memeriksakan di di
RSPAD dan disarankan untuk dilakukan biopsi karena dicurigai menderita KNF. Setelah dilakukan
pemeriksaan PA diketahui klien menderita Limpoma non hodgin (LNH) cell-T dan klien di rujuk ke RSKD.
Klien ada riwayat genetik kanker dalam keluarga, riwayat merokok (-). Saat ini klien masuk IGD dengan
keluhan sesak napas, lemah dan badan terasa letih. Jalan napas bebas, tidak ada sumbatan darah maupun
lendir, klien mengatakan sperti ada sesuatu yang mengganjal di leher saat menelan. Klien nampak sesak
napas, RR : 24 x/i, terpasang O2 melalui nasal kanul 3 lpm, tachipnea (-), pernapasan reguler, menggunakan
otot bantu pernapasan (-), ekspani paru tidak maksimal (-), retraksi dada (-), riwayat merokok (-). Di leher
kanan dan kiri klien terdapat bejolan yang membesar dan teraba keras. Nadi : 90 x/i, nadi teraba lemah, TD =
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
19
100/90 mmHg, CRT > 3 dtk, warna kulit pucat, sianosis (-), perdarahan (-), akral teraba dingin, turgor kulit
baik. Saturasi oksigen 92%, mukosa bibir kering, konjungtiva anemis. Klien mengeluh pusing Hemoglobin =
7,8 g/dL, Hematokrit = 29,4%, Trombosit = 522.103 /uL, Leukosit = 18,36.103/uL.
Comfort Interventions
IVFD Nacl 0,9% 500 cc per 8 jam
O2 melalui Kanul nasal 3 lpm
PRC 500 cc (2 kantong)
Ondansetron 2 X 4 mg
Cetriaxone 1x2 gr (dalam Nacl 0,9% 100cc)
Comfort
Klien merasakan seluruh badannya terasa lemah dan sesak napas. Klien juga mengatakan jika makan terasa
ada sesuatu yang mengganjal saat menelan makanan. Klien sudah melakukan kemoterapi dengan protokol
CHOP sebanyak 3 kali. Klien mengatakan setelah kemoterapi kondisi fisiknya selalu menurun dan Hbnya
juga rendah. Klien mengatakan saat menjalani kemoterapi sel-sel kankernya akan mengecil sampai benar-
benar tidak teraba, namun setelah 10 hari kemoterapi kankernya akan tumbuh lagi. Saat ini klien hanya
mengkonsumsi makanan yang lunak. Klien rencana akan kemoterapi sebanyak 12 kali.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 : Intoleransi Aktivitas b.d bedrest, ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. NOC
Konservasi energi NIC Manajemen Energi
Diagnosa 2 : Ketidakefektifan pola napas b.d hambatan ekspansi paru NOC status pernapasan, NIC
pemantauan pernapasan
Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 hari, masalah Intoleransi Aktivita rating outcame level 2
(jarang) dan intervensi manajemen energi dilanjutkan. Masalah Nyeri akut rating outcome level 3 (kadang-
kadang) dan intervensi manajemen nyeri dilanjutkan. Masalah Ketidakefektifan pola napas rating outcame
level 2 (jarang) dan pemantauan pernapasan dilanjutkan.
15 Ny. U, usia 44 tahun, RM Health Care Needs
21-14-73. Diagnosa Medis : Klien mengatakan awal mula gejala penyakit yang dirasakan tidak ada, sekitar 1 tahun yang lalu perutnya
Carsinoma Ovarium mulai membesar, terasa kembung, dan cepat penuh. Klien mengira hanya sakit maag biasa karena klien
memiliki riwayat gastritis dan klien pun mengkonsumsi promag untuk mengatasi gejala. Namun gejala tidak
berkurang dan nafsu makan klien juga mulai berkurang karena semakin besarnya perut. Kemudian klien
memeriksakan diri ke dokter dan dinyatakan kemungkinan kanker indung telur. Klien kemudian dirujuk ke
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
20
RSKD dan dilakukan operasi pengangkatan tumor pada November 2015. Beberapa bulan setelah operasi
klien merasa perutnya kembali tidak nyaman, disertai rasa nyeri ringan hilang timbul dan dilakuan tindakan
laparaskopi biopsi. Klien mengatakan tidak ada napsu makan, badan terasa lemah. Klien mengatakan hanya
terbaring di tempat tidur karena perutnya terus membesar dan kakinya bengkak. Produksi urine (+), warna
keruh. Ureum = 91 mg/dl, Kreatinin = 4.21 mg/dl, eGFR = 12.19 ml/min. Perut teraba keras dan tegang.
Lemah, nyeri pada perut dan tidak ada napsu makan. Nadi : 116 x/i, nadi teraba lemah, TD = 99/39 mmHg,
CRT < 3 dtk, warna kulit pucat (-), sianosis (-), perdarahan (-), akral teraba hangat, turgor kulit baik. Saturasi
oksigen 98%, mukosa bibir kering, konjungtiva anemis (-). Edema ekstremitas (+), produksi urine (+) warna
keruh.
Comfort Interventions
IVFD Nacl 0,9% 500 cc per 8 jam
Omeprazole 2 X 50 mg
Comfort
Klien mengatakan nyeri pada perut. Klien mengatakan perutnya semakin membesar, sulit untuk BAK. Klien
mengatakan sudah kemo berkali-kali namun penyakitnya tidak kunjung sembuh. Klien hanya terbaring di
tempat tidur dan tidak bisa melakukan aktivitas karena perutnya semakin membesar serta kakinya bengkak
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 : Kelebihan volume cairan b.d gangguan mekanisme regulasi. NOC Keseimbangan cairan NIC
Manajemen hipervolemia, manajemen cairan/elektrolit
Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan. NOC
Konservasi energi NIC Manajemen energi
Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 hari, masalah Kelebihan volume cairan rating outcame
level 2 (jarang) intervensi manajemen hipervolemia, manajemen cairan/elektrolit dilanjutkan.
16 Tn. AL, usia 64 tahun, RM Pada bulan Agustus klien merasakan ada benjolan pada leher sebelah kanan, benjolan teraba keras, tidak
21-24-11. Diagnosa Medis : nyeri. Semakin hari benjolan semakin membesar dan klien kesulitan untuk menggerakan kepala ke kanan dan
Carsinoma coli metastase kiri. Gejala dirasakan semakin berat dan disertai dengan sesak napas, klien kemudian melakukan
paru. pemeriksaan di RS Siloam dan dilakukan pemeriksaan PA, dari hasil pemeriksaan klien didiagnosa menderita
kanker coli. Saat ini klien masuk ke IGD RSKD dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari yang lalu, lengan
sebelah kanan teraba keras, muka dan bibi nampak edema. Dari hasil pemeriksaan fisik klien mengalami
VCSS (vena cafa superior sindrom). Klien nampak sesak napas, RR : 28 x/i, terpasang O2 melalui NRM 12
lpm, tachipnea (+), pernapasan cepat dan dalam, menggunakan otot bantu pernapasan (+), ekspani paru tidak
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
21
maksimal, retraksi dada (-), riwayat merokok selama ± 27 tahun. Di leher kanan dan kiri klien terdapat
bejolan, Nadi : 125 x/i (takikardia), nadi teraba lemah pada lengan sebelah kanan, nadi kuat pada lengan
sebelah kiri, TD = 130/90 mmHg, CRT 3 dtk, warna kulit pucat, sianosis (-), perdarahan (-), akral teraba
dingin pada lengan kanan, lengan kiri teraba hangat, turgor kulit baik. Saturasi oksigen 88%. PH = 7.248,
PCO2 = 35.9 mmHg, PO2 = 82 mmHg, HCO3 = 15.7 mmol/L, BE = -12 mmol/L.
Comfort Interventions
IVFD asering 500 cc per 8 jam
O2 melalui NRM 12 lpm
Comfort
Klien nampak kesulitan bernapas, posisi high fowler, klien nampak kurang nyaman dengan posisinya karena
sesak
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 : Gangguan pertukaran gas b.d hambatan ventilasi-perfusi. NOC : status pernapasan NIC :
Manajemen jalan napas
Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1 hari, masalah gangguan pertukaran gas rating outcame
level 2 (jarang) intervensi manajemen jalan napas dilanjutkan.
17 Ny. MM, usia 29 tahun, RM Health Care Needs
20-25-42. Diagnosa Medis : Dua tahun SMRS, klien mengatakan jarang BAB dan BAB keras serta berwarna hitam, klien BAB biasanya
Ca Recti. 1 minggu 2 kali, feces seperti tai kambing. Klien mengatakan tidak terlalu suka mengkonsumsi makanan
berserat seperti sayuran. Pada bulan Mei tahun 2015, klien merasakan perubahan terhadap pola BAB, dimana
BAB jadi encer. Pada bulan Juli klien memeriksakan diri ke dokter dan diberikan obat diare. Setelah minum
obat dari dokter klien merasakan tidak ada perubahan, BAB masih encer dan sering dengan frekuensi 3-4
kali/hari serta bercampur darah. Klien juga mengatakan Bbnya turun dari 67 Kg menjadi 45 Kg. Pada bulan
Oktober, klien kembali memeriksakan kondisinya ke dokter. Dari hasil pemeriksaan di ketahui klien
menderita ca recti dan disarankan untuk segera dilakukan operasi. Dari pemeriksaan fisik diketahui letak
tumor <5 cm dari anus sehingga harus dilakukan pemasangan kolostomi (end stoma). Klien diperasi miles di
RS Wardi Waluyo pada tanggal 4 November 2015, setelah operasi dilanjutkan dengan kemoterapi di RS
abdul Muluk Lampung sebanyak 12 kali. Saat ini klien masuk ke RS Dharmais rujukan dari RS Abdul
Muluk, keluhan terdapat pengeluaran cairan berwarna kekuningan dan berbau melalui anus, luka operasi
terbuka dan basah, terdapat perdarahan pervaginam. Klien juga mengatakan tumor di anusnya tumbuh lagi.
Terdapat fistel perianal dan fistel retrovagina. Klien mengatakan badannya terasa lemas, mual dan tidak nafsu
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
22
makan, dirasakan sejak 3 hari sebelum masuk RS. Keadaan umum sedang, BB 42 Kg, TB 156 cm, IMT 17,3
Kg/m2 (underweight), penurunan BB dalam 1 tahun terakhir (+) sekitar 23 Kg. Gangguan menelan (-), nyeri
menelan (-). Klien mengatakan tidak nafsu makan, mual, porsi makan hanya dihabiskan separuh. Turgor kulit
baik kembali dalam 2 detik. Inspeksi abdomen terlihat datar, bisung usus (+) disemua kuadran 8x/i, palpasi
supel, asites (-), nyeri tekan (-), perkusi timpani. Terdapat kolostomi pada perut sebelag kiri bawah (end
stoma).
MSCT Abdomen Pelvis (01-09-2016) Dicurigai residif massa pada anorektal dengan perlengketan pada
m.piriformis dan dinding vagina dengan tanda fistel rektovagina. Tidak tampak lipadenopati paraaorta,
parailiaka dan obturator tidak tampak kelainan pada organ intrabdomen dan pelvis lainnya. Efusi pleura
kanan disertai lesi metastase basal paru kanan
Comfort Interventions
Paracetamol 3 X 1
Coditam 3 X 1
IVFD NaCl 0,9% 500 cc per 8 jam
Ondensetron 2x8 mg 12
Omeprazol 1x1 12
Comfort
Klien mengatakan sudah menjalani kemoterapi namun penyakitnya tidak sembuh-sembuh. Klien mengatakan
kankernya kambuh lagi, keluar cairan dari anus berwarna kuning dan berbau. Klien juga mengatakan keluara
darah dari vagina. Terasa nyeri di anus. Klien mengatakan luka operasinya tidak sembuh dengan baik. Klien
mengatakan kurang nyaman dengan bau busuk yang berasal dari anus. Klien juga mengatakan kurang
nyaman menggunakan kantong kolostomi, karena selain menyebabkan alergi klien juga tidak suka dengan
ukurannya yang besar. Saat ini klien hanya menggunakan kantong kolostomi yang dimodifikasi oleh klien
menggunakan plastik gula dan double tip. Klien mengatakan lebih nyaman menggunakan kantong modifikasi
dari pada kantong kolostomi yang biasa
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia. NOC Status nutrisi:
intake makanan dan cairan NIC Manajemen nutrisi.
Diagnosa 2 : Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan. NOC
Konservasi energi NIC Manajemen energi
Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 5 hari, masalah Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
23
kebutuhan tubuh rating outcame level 3 (sedang) intervensi manajemen nutrisi dilanjutkan. Masalah
intoleransi aktivitas rating outcame level 3 (sedang) intervensi manajemen energi dilanjutkan.
18 Ny. B, usia 56 tahun, RM Health Care Needs
00-19-24-84. Diagnosa Pada bulan Maret, klien merasakan adanya perdarahan yang keluar bersama keputihan dan terus menerus,
medik carsinoma cervix akhirnya klien memutuskan untuk memeriksakan kondisinya ke Rumah Sakit Manado.Pada pemeriksaan
stadium III + Acut Kidney klien ditemukan bahwa klien menderita kanker cervix stadium III, klien disarankan untuk melakukan
Disease. pengobatan radiasi, karena pemeriksaan tersebut tidak ada di RS Manado, maka klien langsung di rujuk ke
RSKD pada bulan April 2016. Klien memiliki riwayat penggunaan kontrasepsi spiral selama 30 tahun,
riwayat merokok selama 30 tahun sehari 1 bungkus.Saat di RSKD klien dilakukan pemeriksaan secara
lengkap dan diberi pengobatan radiasi sebanyak 25 kali. Setelah pengobatan radiasi terakhir, saat di rumah
klien mengeluh tidak bisa BAK selama ± 1 minggu, disertai bengkak pada ekstremitas atas dan bawah, perut
membengkak, muka edema, kulit gatal dan terasa mual. Karena tidak ada perubahan sama sekali akhirnya
klien dibawa ke RSKD untuk mendapatkan tindakan. Klien BAK menggunakan nefrostomi bilateral kanan
dan kiri, produksi (+),Pada nefrostomi kanan pengeluaran urine sebanyak 300 cc, urine berwarna merah. TD
120/90 mmHg, N=112x/menit, suhu= 37,00C, RR=22x/menit. BAB tidak ada keluhan, 1x sehari, konsistensi
lembek, tidak berdarah. Data balance cairan tanggal 09-09-2016 intake oral 500 cc, parenteral 2000 cc, total
2500 cc. Urine 1300cc (nefros kanan= 300, nefros kiri= 1000), IWL 500 cc, total 1800 cc. MSCT Scan
abdomen pelvis (27-04-2016): massa pada serviks meluas ke uterus, parametrium kanan kiri perirectal dan
perivvesical fat. Kista ovarium kanan. Lifadenopati parailiaka kanan kiri, paraaorta dan aortocaval,
Hidronefrosisi kiri. Tidak tampak kelainan organ pada organ intraabdominal dan pelvik lainnya. Pemeriksaan
PA (29-03-2016): histopatologi sel skuamosa tidak berkreatin differensiasi buruk invasi cervix
Comfort Interventions
Ondan 2x8 mg
Ranitidin 2x1 ampul
Tramadol 100 mg + NS 100 cc
Comfort
Klien hanya berharap bisa cepat sembuh dan bisa pulang kampung, klien mengatakan sudah lama tinggal di
Jakarta semenjak sakit bulan Maret 2016. Klien ingin cepat pulang kampung dan bisa cepat berkumpul
dengan keluarga di kampung. Klien mengatakan akan mengikuti semua pengobatan yang diinstruksikan oleh
dokter dan perawat, agar bisa cepat sembuh. Saat ini klien tinggal di apartemen milik anak klien, klien
mengatakan bosan dengan kehidupan kota dan merindukan kehidupan di kampung halaman
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
24
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 : Nyeri aku b.d efek radiasi. NOC kontrol nyeri, NIC manajemen nyeri
Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia. NOC Status nutrisi:
intake makanan dan cairan NIC Manajemen nutrisi.
Diagnosa 3 : risiko infeksi b.d ketidakadekuatan pertahanan sekunder
Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 5 hari, masalah nyeri akut rating outcame level 3 (sedang)
intervensi manajemen nyeri dilanjutkan. Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan rating
outcame level 3 (sedang) intervensi manajemen nutrisi dilanjutkan. Masalah risiko infeksi rating outcome
level 3 (sedang) dan intervensi perlindungan infeksi dan kontrol infeksi dilanjutkan.
19 Klien Tn. HH, usia 73 Health Care Needs
tahun, RM 19-46-66. Pada tahun 2014 akhirnya klien memutuskan untuk melakukan pengobatan di RSKD dan mendapatkan
Diagnosa medis kemoterapi sebanyak 3 siklus (15 kali). Sebelum melanjutkan kemoterapi yang direncanakan pada tanggal 20
adenocarsinoma colon september 2016, klien mengeluh nyeri pada perut sebelah kiri, dan perut bagian kanan atas teraba keras,
sigmoid metastasis hepar karena dirasakan keluhan semakin memberat maka klien memutuskan untuk memeriksakan diri ke IGD
RSKD dan klien di rawat di ruang Cempaka Lt.5. klien tidak ada riwayat penyakit DM dan gangguan
endokrin lainnya. TD= 130/90 mmHg, HR= 115x/i, teratur, RR= 24x/i, irama teratur, bibir kering (+),Klien
mengatakan saat ini perutnya sakit terasa seperti perih mulai dari ulu hati sampai area perut sebelah kiri.
Inspeksi abdomen datar, spider nevi (-), caput medusa (-). Aukultasi bising usus (+) di semua kuadran
8x/menit, distensi pada area lumbal kanan (-), supel pada area lumbal kiri (+), nyeri tekan abdomen pada area
epigastrium-hipokondrium kanan-lumbal kanan (++), nyeri tekan pada area lumbal kiri dan umbilikus
minimal (+), hepar teraba 4 jari dibawah prosesus xifoideus dan 3 jari dibawah arkus costae, hepar teraba
keras, lien tidak teraba, perkusi timpani. Klien mengatakan BAK warna kuning pekat, frekuensi 3-5 kali
sehari sekitar 500 cc, tidak ada keluhan dalam BAK. BAB 1x sehari, sedikit warna kuning ada sedikit
kecoklatan, konsistensi lunak, tidak ada keluhan dalam BAB.
Comfort Intervention
Tramadol 3 X 1
Propepsa syrup 3 X 1
Rantin 3 X 1 ampul
Comfort
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
25
Klien mengatakan saat ini ia merasa lemah, lemas dan tidak berdaya. Klien mengatakan ia pasrah dengan
kondisi penyakitnya, ia akan mengikuti semua instruksi pengobatan dari dokter untuk kesembuhan
penyakitnya. Istri klien mengatakan takut dan cemas terhadap kondisi penyakit suaminya, istri klien
mengatakan penyakit suaminya sudah menyebar sampai ke hati dan nyeri kembali dirasakan oleh klien. Istri
klien berharap penyakti suaminya tetep bisa disembuhkan. Klien memiliki 6 orang anak. Saat ini anak-anak
klien tidak tinggal lagi bersama klien
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 : Nyeri kronis b.d infiltrasi tumor. NOC Kontrol kronis NIC Manajemen nyeri
Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan intake makanan.
NOC status nutrisi intake makanan dan cairan NIC Manajemen nutrisi
Diagnosis 3 : fatigue b.d penurunan kondisi fisik (efek kemoterapi). NOC Konservasi energi NIC Manajemen
energi
Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 5 hari, masalah nyeri kronis rating outcame level 3 (sedang)
intervensi manajemen nyeri dilanjutkan. Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan rating
outcame level 3 (sedang) intervensi manajemen nutrisi dilanjutkan. Masalah fatigue rating outcome level 3
(sedang) dan intervensi manajemen energi.
20 Pasien Ny. AN, umur 56 Health Care Needs
tahun, No RM 22 36 05. Pada tahun 2014 klien pernah mengalami kecelakaan dan retak pada tulang panggul. Pada tahun 2015 klien
Diagnosa medis : Multiple pernah di rawat di RSUD cengkareng dengan keluhan nyeri hebat pada pinggang namun dapat diatasi
mieloma dengan obat penghilang nyeri. Pada tahun 2016 klien mengatakan nyeri dirasakan kembali, untuk
mengurangi nyeri klien melakukan pijatan pada area yang nyeri, setelah pijat klien merasakan nyeri semakin
bertambah dan klien tidak bisa berjalan. Hasil pemeriksaan diketahui menderita multiple mieloma, klien
akhirnya dirujuk ke RSK dharmais. Selama melakukan perawatan di dharmais klien mendapatkan kemoterapi
sebanyak 6 kali, setelah kemoterapi kondisi klien semakin membaik dan bisa kembali beraktifitas seperti
biasa. Pada Januari 2017 klien kembali mengeluh nyeri pada area pinggang, nyeri dirasakan menyebar ke
seluruh tubuh dan semakin berat jika klien beraktifitas. Saat ini klien masuk RSK Dharmais kembali dengan
keluhan nyeri di seluruh tubuh, nyeri terasa sampai ke tulang, kesulitan untuk beraktifitas, klien tidak bisa
beraktifitas karena nyeri yang dirasakan.Pasien mengatakan nyeri seluruh tubuh, nyeri dirasakan sampai ke
tulang, nyeri bertambah jika bergerak, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri paling dirasakan pada area pinggang,
klien kesulitan untuk beraktifitas karena nyeri yang dirasakan, skala nyeri 7, nyeri berkurang jika minum obat
MST (15 mg). klien nampak meringis.mual dan tidak bisa makan sejak 2 hari yang lalu, klien hanya bisa
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
26
makan bubur saja, tidak bisa makan banyak karena terasa mual dan nyeri. Klien hanya bisa makan 3 sendok
bubur, klien juga kurang minum karena mual. Klien hanya minum air 300 ml dalam sehari. klien mengalami
penurunan berat badan dalam 6 bulan terakhir sebanyak 7 Kg, BB sebelum sakit : 58 Kg, BB saat sakit : 51
kg, tidak ada stomatitis, caries gigi (+), jumlah gigi lengkap, lidah kotor, refleks menelan baik, tidak ada
gangguan menelan, tidak ada nyeri tenggorokan, abdomen datar, tidak ada luka bekas operasi, asites (-),
asupan nutrisi melalui oral, tidak ada riwayat DM.
Comfort Intervention
MST 2 X 15 mg
Paracetamol drips/12 Jam
Ranitidin 2 X 1 amp
IVFD NaCl 0,9% 500 cc per 12 jam
Comfort
Mengatakan selama dirawat di RS klien hanyak ditemani anaknya, anak klien 3 orang dan hanya 1 orang
perempuan yang selalu meneani klien di RS. Selama dirawat perawat dan petugas kesehatan lain sangat
ramah dan perhatian pada klien sehingga klien menjadi lebih tenang
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 : Nyeri kronis b.d infiltrasi tumor. NOC Kontrol kronis NIC Manajemen nyeri
Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan intake makanan.
NOC status nutrisi intake makanan dan cairan NIC Manajemen nutrisi
Diagnosis 3 : Intoleransi aktivitas b.d penurunan kondisi fisik (efek kemoterapi). NOC Konservasi energi
NIC Manajemen energi
Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 5 hari, masalah nyeri kronis rating outcame level 3 (sedang)
intervensi manajemen nyeri dilanjutkan. Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan rating
outcame level 3 (sedang) intervensi manajemen nutrisi dilanjutkan. Masalah intoleransi aktivitas rating
outcome level 3 (sedang) dan intervensi manajemen energi.
21 Pasien Ny. RS, umur 39 Health Care Needs
tahun, RM 21 35 02. Pada tahun 2014 klien pernah mengalami kecelakaan dan retak pada tulang panggul. Pada tahun 2015 klien
Diagnosa medis : carsinoma pernah di rawat di RSUD cengkareng dengan keluhan nyeri hebat pada pinggang namun dapat diatasi
tiroid sinistra dengan obat penghilang nyeri. Pada tahun 2016 klien mengatakan nyeri dirasakan kembali, untuk
mengurangi nyeri klien melakukan pijatan pada area yang nyeri, setelah pijat klien merasakan nyeri semakin
bertambah dan klien tidak bisa berjalan. Hasil pemeriksaan diketahui menderita multiple mieloma, klien
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
27
akhirnya dirujuk ke RSK dharmais. Selama melakukan perawatan di dharmais klien mendapatkan kemoterapi
sebanyak 6 kali, setelah kemoterapi kondisi klien semakin membaik dan bisa kembali beraktifitas seperti
biasa. Pada Januari 2017 klien kembali mengeluh nyeri pada area pinggang, nyeri dirasakan menyebar ke
seluruh tubuh dan semakin berat jika klien beraktifitas. Saat ini klien masuk RSK Dharmais kembali dengan
keluhan nyeri di seluruh tubuh, nyeri terasa sampai ke tulang, kesulitan untuk beraktifitas, klien tidak bisa
beraktifitas karena nyeri yang dirasakan.Pasien mengatakan nyeri seluruh tubuh, nyeri dirasakan sampai ke
tulang, nyeri bertambah jika bergerak, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri paling dirasakan pada area pinggang,
klien kesulitan untuk beraktifitas karena nyeri yang dirasakan, skala nyeri 7, nyeri berkurang jika minum obat
MST (15 mg). klien nampak meringis.mual dan tidak bisa makan sejak 2 hari yang lalu, klien hanya bisa
makan bubur saja, tidak bisa makan banyak karena terasa mual dan nyeri. Klien hanya bisa makan 3 sendok
bubur, klien juga kurang minum karena mual. Klien hanya minum air 300 ml dalam sehari. klien mengalami
penurunan berat badan dalam 6 bulan terakhir sebanyak 7 Kg, BB sebelum sakit : 58 Kg, BB saat sakit : 51
kg, tidak ada stomatitis, caries gigi (+), jumlah gigi lengkap, lidah kotor, refleks menelan baik, tidak ada
gangguan menelan, tidak ada nyeri tenggorokan, abdomen datar, tidak ada luka bekas operasi, asites (-),
asupan nutrisi melalui oral, tidak ada riwayat DM.
Comfort Intervention
MST 2 X 15 mg
Paracetamol drips/12 Jam
Ranitidin 2 X 1 amp
IVFD NaCl 0,9% 500 cc per 12 jam
Comfort
Mengatakan selama dirawat di RS klien hanyak ditemani anaknya, anak klien 3 orang dan hanya 1 orang
perempuan yang selalu meneani klien di RS. Selama dirawat perawat dan petugas kesehatan lain sangat
ramah dan perhatian pada klien sehingga klien menjadi lebih tenang
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 : Nyeri kronis b.d infiltrasi tumor. NOC Kontrol kronis NIC Manajemen nyeri
Diagnosa 2 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan intake makanan.
NOC status nutrisi intake makanan dan cairan NIC Manajemen nutrisi
Diagnosis 3 : Intoleransi aktivitas b.d penurunan kondisi fisik (efek kemoterapi). NOC Konservasi energi
NIC Manajemen energi
Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 5 hari, masalah nyeri kronis rating outcame level 3 (sedang)
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
28
intervensi manajemen nyeri dilanjutkan. Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan rating
outcame level 3 (sedang) intervensi manajemen nutrisi dilanjutkan. Masalah intoleransi aktivitas rating
outcome level 3 (sedang) dan intervensi manajemen energi.
22 Pasein Ny. S, umur 32 Health Care Needs
tahun, Diagnosa Medis : Pasien mengatakan pada tahun 2016 awalnya sariawan banyak selama ± 7 bulan kemudian sariawan makin
Carsinoma Lidah lama makin membesar, lalu pasien berobat ke RSUD Cengkareng dan dilakukan biopsi pada tanggal 12
Januari 2017. Hasil PA: Karsinoma sel skuamosa berdiferensiasi buruk. Pasien dirujuk ke RS kanker
Dharmais dan dilakukan hemiglosectomy + VC + RND (pada Maret 2017). Hingga saat ini pasien riwayat
telah menjalani kemoterapi 3 kali dan program radioterapi 4 kali. Saat dikaji kondisi pasien keluhan nyeri di
rahang kanan bawah skala 6-7, rahang kanan tampak bengkak, diit per NGT 6x200ml (1500kalori) tolerate,
balutan pipi kanan tutup kasa ada rembesan. Vital sign TD 110/70mmHg, HR 110bpm, RR 20tpm, S 36.50C.
Selama ini suami pasien menemani 24 jam di RS mendampingi selama proses pengobatan dari awal masuk
hingga hari ini. suami pasien sudah merawat istrinya di rumah selama ± 3 bulan ini keluar masuk rumah
sakit. Pasien mengatakan di keluarga tidak ada yang kanker.
Comfort Intervention
Terapi: Ondansetron 3x 4mg IV, Ketorolac 3 x1 Amp IV, Meropenem 3x1gr IV, Amikasin 2x500mg IV, Vit
K 3x 1 Amp IV, Transamin 3x500mg IV, Paracetamol 3x500mg po, MST 5x 10 mg po, Protokol kemoterapi
5 Fluorourasil - Campto
Comfort
Pasien ikhlas terhadap kondisinya dan akan mengikuti semua program pengobatan hingga perawatan
dirumah. Pasien dan suami pasien telah dijelaskan tentang kondisi penyakit pasien saat ini, prognosis serta
tindak lanjut pasien direncanakan kemoterapi 6 kali lagi dan program radioterapi 30 kali.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan 1: nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis : karsinoma lidah NOC : pain
kontrol dan NIC: pain management
Diagnosa keperawatan 2: kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka kanker (infiltrasi sel maligna)
NOC : integritas jaringan (kulit), dan NIC : manajemen tekanan, wound care
Diagnosa keperawatan 3 : Ansietas berhubungan dengan status kesehatan NOC self-control ansietas. NOC
pengurangan ansietas
Evaluasi:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 5 hari , masalah nyeri rating outcome level 4 (ringan) dan
intervensi manajemen nyeri serta terapi analgetik dilanjutkan. Masalah kerusakan integritas kulit inadekuat
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
29
rating outcome level 3 (gangguan sedang) dan intervensi manajemen tekanan dan wound care dilanjutkan.
Masalah ansietas rating outcome level 3 (gangguan sedang),optimisme pasien terjaga dan intervensi anxiety
reduction dilanjutkan
23 Ny. M, usia 50 tahun, RM Health Care Needs
21 84 86. Diagnosa Medis : Pasien mengatakan pada tahun 2016 klien mengeluh BAK sedikit-sedikit merasa tidak puas dan sering BAK.
Ca Buli meta brain. Keluhan disertai dengan nyeri pada perut, nyeri berkurang jika klien minum obat penghilang nyeri. Untuk
mengurangi keluhan yang dirasakan klien melakukan pengobatan tradisional dengan mengkonsumsi obat
herbal. Selama 3 bulan mengkonsumsi obat herbal, keluhan dirasakan berkurang. Keluhan dirasakan kembali
pada Agustus 2016, klien semakin kesulitan untuk BAK, kencing menetes, nyeri perut (+), BAK bercampur
darah. Bulan September 2016 klien memeriksakan diri ke RS dan diberi obat penghilang nyeri. Karena tidak
ada perubahan dan keluhan semakin memberat, klien selanjutnya di rawat di RSUD pada tanggal 9 Februari
2017 dan dilakukan pemeriksaan. Hasil pemeriksaan klien menderita kanker buli dan langsung dirujuk di RS
Dharmais. Hasil USG ginjal : hidronefrosis bilateral. Hingga saat ini pasien riwayat telah menjalani
kemoterapi 12 kali. Saat dikaji Kesadaran samnolen GCS 10, Intake nutrisi melalui NGT, untuk sementara
pasien masih dipuasakan karena produksi NGT berwarna hitam. Keadaan umum jelek, BB 42 Kg, TB 156
cm, IMT 17,3 Kg/m2 (underweight), penurunan BB dalam 1 tahun terakhir (+) sekitar 23 Kg. Kulit kering,
mukosa bibir kering. Turgor kulit sedang kembali dalam 2 detik. Inspeksi abdomen terlihat membesar dan
teraba keras, asites (+). Vital sign TD= 110/70 mmHg, HR= 64x/i, teratur, Suhu= 360C, RR= 18x/i,.
Comfort Intervention
Cefatazidime 3 X 1 gr, Dexamethason 3 X 1 amp, Ranitidin 2 X 1 amp, Colinar 2 X 500 mg, Paracetamol
drips (KP), Lasix 2 X 1 amp, Clinimix 1000 ml/24 jam, Heparin 5000/24 jam, Phenitoin 300 mg + NS/ 24
jam
Comfort
Keluarga klien mengatakan sudah menjalani radiasi 11 kali namun penyakit klien tidak sembuh-sembuh.
keluarga mengatakan kanker klien kambuh lagi. Keluarga klien mengatakan sudah dari hari minggu klien
tidak sadar dan kondisinya memburuk. Keluarga mengatakan bahwa kanker klien sudah menyebar sampai ke
otak. Keluarga klien hanya bisa pasrah dan berdoa semoga klien bisa cepat.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan 1: Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan kerusakan system
otak. NOC : tissue perfusion. NIC: monitoring neurologic
Diagnosa keperawatan 2: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
intake makanan. NOC status nutrisi intake makanan dan cairan NIC Manajemen nutrisi
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
30
Diagnosa keperawatan 3 : intoleran aktivitas berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh NOC :
activity intolerance dan NIC : manajemen energi.
Evaluasi:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 5 hari , masalah ketidakefektifan perfusi jaringan serebral
rating outcome level 4 (ringan) dan intervensi monitoring neurologic dilanjutkan. Masalah
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan rating outcome level 3 (gangguan sedang) dan intervensi
manajemen nutrisi dilanjutkan. Masalah intoleran aktivitas rating outcome level 3 (gangguan sedang),
manajemen energi dilanjutkan
24 Ny.D, usia 47 tahun, Health Care Needs
Diagnosa medis: karsinoma Pasien mengatakan benjolan muncul sejak tahun 2015, pasien riwayat operasi di RS di Cengkareng
mamae bilateral pengangkatan payudara kanan dan dilanjutkan kemoterapi. Pada tahun 2016 muncul benjolan payudara kanan
makin membesar, ada luka, pecah dan keluar cairan. hasil biosi PA (4 Februari 2017): intraductal papillary
carcinoma pada tumor phyllodes, invasive pappilary carcinoma. Hasil Imunohistokimia (16 Februari 2017) :
Ki 67 positif + / -50. Saat dikaji kondisi pasien keluhan nyeri payudara kanan hilang timbul, skala 5/2
(aktivitas/ istirahat).Vital Sign TD 110/70mmHg, HR 92 bpm, RR 24 tpm, S 36.50C, suara nafas vesikuler
pada kedua lapang paru, aktivitas di bed tidur posisi head up 450, mobilisasi aktif jalan, ADL dibantu
sebagian, kondisi luka mamae dextra 15cmx 10cm, slough 70%, granulasi 30%, odor khas fungating wound.
Post tranfusi PRC 1 bag. Hasil Laboratorium (16/2/2017) : H2LT : Hb 9.6 g/dL, Leukosit 14.05 x 103/µL,
hematokrit 30.9%.
Comfort
Selama ini suami dan anak pasien menemani 24 jam di RS bergantian mendampingi selama proses
pengobatan dari awal masuk hingga hari ini. Sebelum sakit pasien ibu rumah tangga dengan 2 orang anak.
Pasien merasa aneh dengan bentuk payudara, suami pasien bisa menerima kondisi pasien dan selalu
mendorong pasien untuk pengangkatan payudara lagi agar sembuh dari penyakit tetapi pasien yang selalu
menunda karena takut. Pasien kadang merasa sedih karena anak-anak pasien tidak mau tidur dan disuapi
olehnya. pasien mengatakan di keluarga ada yang kanker yakni tante pasien. Pasien riwayat perokok pasif,
suami pasien perokok aktif. pasien menerima kondisi sakitnya dan mendapat dukungan dari suami dalam
proses program kemoterapi.
Comfort Intervention
Terapi: Infus NS 500ml/12jam, Ranitidin 2x1Amp IV, Ketorolac 3x1Amp IV, Paracetamol 3x1 tab po
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
31
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan 1: nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis NOC : pain kontrol dan NIC:
pain management Diagnosa keperawatan 2: kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka kanker
(infiltrasi sel maligna) NOC : integritas jaringan (kulit), dan NIC : manajemen tekanan, wound care.
Diagnosa keperawatan 3 : Ansietas berhubungan dengan status kesehatan NOC : cemas terkontrol dan NIC :
anxiety reduction
Evaluasi:
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 hari , masalah nyeri rating outcome level 4 (ringan) dan
intervensi manajemen nyeri serta terapi analgetik dilanjutkan. Masalah kerusakan integritas kulit inadekuat
rating outcome level 3 (gangguan sedang) dan intervensi manajemen tekanan dan wound care
dilanjutkan.masalah ansietas rating outcome level 4 (gangguan ringan),optimisme pasien terjaga dan
intervensi anxiety reduction dilanjutkan.
25 Tn.M, usia 39 tahun, Health Care Needs
Diagnosa medis : karsinoma Pasien mengatakan awalnya muncul benjolan sudah ± 2 tahun yang lalu, kemudian berobat ke RS Lampung
nasofaring dan di nyatakan menderita kanker nasofaring. Klien selanjutnya menjalani kemoterapi sebanyak 12 kali di
Lampung. Kemudian klien di rujuk ke RS Dharmais untuk dilakukan radiasi. Hasil biosi PA (20 Mei 2015):
kesimpulan Undiffrentiated carsinoma. Hasil CT Nasofaring :Massa nasofaring kiri dengan perluasan ke
spatium parafarings kiri, cavum nasi kiri, sinus maksilaris kiri, sinus ethmoidalis kiri dan sinus sphenoidalis
kiri hingga sinus frontal kiri. Destruksi basis kranii. Limfadenopati perijuguler superior-inferior kiri dan
servikalis posterior bilateral. Saat dikaji kondisi pasien keluhan badan lemas, demam naik turun, mual-
muntah, nafsu makan menurun, Vital Sign TD 110/80mmHg, HR 100 bpm, RR 20 tpm, S: 370C, suara nafas
vesikuler +/+, aktivitas di bed, tidur posisi head up 150-300, ADL dibantu sebagian. Hasil Laboratorium :
H2LT : Hb 13.3 g/dL, Leukosit 14.29 x 103/µL, hematokrit 41%, elektrolit : Na 133 mmol/L, Ca 13.4 mg/dL
(8.1-10.4).
Comfort
Pasien mengatakan di keluarga tidak ada yang kanker. Pasien riwayat perokok aktif. pasien menerima kondisi
sakitnya dan mendapat dukungan dari istri pasien untuk menjalani pengobatan paliatif .
Comfort Intervention
Terapi: Ondansetron 3x4mg IV, Omeprazole 1x40mg IV, Infus Asering 500ml/8jam, Paracetamol 3x1tab po,
Ketorolac 3x1 Amp IV
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan 1: nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis NOC : pain kontrol dan NIC:
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
32
pain management
Diagnosa keperawatan 2: Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri NOC: mobilitas pergerakan
sendi (pergelangan tangan, siku dan bahu) aktif dengan gerakan atas inisiatif sendiri setelah dilakukan
tindakan keperawatan exercise therapy: joint mobility
Diagnosa Keperawatan 3: ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan asupan makanan (efek kemoterapi) NOC: nutritional status food and fluid intake dan NIC:
manajemen nutrisi
Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi selama 5 hari, masalah nyeri rating outcome level 3 (gangguan sedang) dan
intervensi manajemen nyeri serta terapi analgetik dilanjutkan. Pasien memperlihatkan mobilitas di tempat
tidur dengan rating outcome level 3 (gangguan sedang) dan intervensi exercise therapy: joint mobility
dilanjutkan. Status nutrisi pasien rating outcome level 1 (inadekuat), intervensi edukasi manajemen nutrisi
dilanjutkan. Pasien program pengobatan paliatif, program discahrge planning.
26 Ny. S. 65 Tahun, Diagnosa Health Care Needs
medis : hepatoceluler Gejala awal dirasakan sejak Januari 2016, timbul benjolan di perut ke arah ulu hati sebesar 5 cm tapi
carsinoma (HCC) dibiarkan saja karena klien tidak mau ke dokter dan klien menjalani pengobatan alternatif. Namun perut
pasien semakin besar, tegang dan keras, sesak napas, dan begah. Kemudian klien baru mau dibawa ke dokter
dan disarankan ke RSKD. Pemeriksaan USG abdomen tampak multipel nodul di hepar, splenomegali, asites
dan kronik kolesistisis. Hasil pemeriksaan MSCT kesan hepatomegali dengan massa di hepar kanan-kiri
ukuran terbesar massa 12,43 x 6,7 cm sugestif multipel HCC, asites minimal rongga pelvis. HbsAg reaktif,
AFP 2400 UI/m, d-dimer 2704 mg/dL. Tidak ada riwayat alkohol, tidak ada riwayat DM, tidak ada riwayat
sakit kuning, tidak ada riwayat kanker dalam keluarga. Klien mengeluh nyeri perut kontinyu skala 9 dimulai
ulu hati sampai semua perut, seperti ditusuk-tusuk, lingkar perut 106 cm, palpasi abdomen keras dan tegang,
asites (+), pelebaran vena abdomen (+), dispnea, sklera ikterik, ECOG skala 2, begah, nafsu makan menurun,
lila 19 cm, edema ekstremitas (+3).
Comfort
Pasien mengatakan di keluarga tidak ada yang kanker. pasien menerima kondisi sakitnya dan mendapat
dukungan dari anak-anak pasien untuk menjalani pengobatan paliatif .
Comfort Intervention
Terapi: Ondansetron 3x4mg IV, Omeprazole 1x40mg IV, Infus Asering 500ml/8jam, Paracetamol 3x1tab po,
Ketorolac 3x1 Amp IV
Diagnosa keperawatan
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
33
Diagnosa keperawatan 1: Nyeri kronik berhubungan dengan agen cidera biologis NOC : pain kontrol dan
NIC: pain management
Diagnosa keperawatan 2: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakadekuatan asupan makanan NOC: Status nutrisi intake makanan dan cairan NIC Manajemen nutrisi
Diagnosa Keperawatan 3: Kelebihan volume cairan berhubungan dengan edema NOC: keseimbangan cairan
dan NIC: manajemen hipervolemia
Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi selama 5 hari, masalah nyeri rating outcome level 2 (gangguan berat) dan
intervensi manajemen nyeri serta terapi analgetik dilanjutkan. Masalah ketidakseimbangan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh rating outcome level 3 (gangguan sedang) dan intervensi manajemen nutrisi dilanjutkan.
Kelebihan volume cairan rating outcome level 1 (inadekuat), intervensi manajemen hipervolemia dilanjutkan.
27 Health Care Needs
Riwayat kelemahan sejak 2015, kemudian berobat ke RS Pasar minggu dan diberikan tranfusi darah saja
setiap bulan. Kemudian pasien dirujuk ke RSPAD Gatot Subroto dan dilakukan BMP (Hasil : ALL).
Kemudian pasien disarankan ke RSCM dan dilakukan pemeriksaan Blood Smear Morfology (11/9/16)
dengan kesan: Leukosit jumlah meningkat. Blast 68%, trombosit kesan jumlah kurang. Bisitopenia,
Leukositosis sesuai Leukemia akut Kemudian pasien ke RSK Dharmais MRS (2/11/15) dirawat di ruang
Teratai kemudian dipindah ke RIIM (11/11/15) untuk diprogramkan perbaikan KU kemudian kemoterapi
agresif. Saat dikaji keluhan pasien badan lemas 1 hari SMRS, jika pilek kadang ada bercak darah. Tak ada
tanda perdarahan lainnya. Turgor kulit baik. Vital Sign TD 100/70mmHg, HR 100bpm, S 36 0C , RR 19tpm,
tampak anemis +/+, CRT < 3setik, akral hangat, nadi teraba kuat, pola bak dan bab normal, BSA 1.9, BB
79kg, TB 170cm. Hasil ECHO (3/11/15) EF 57.8%), Gambaran EKG (3/11/15) asymptomatis bradycardi.
Post ekstraksi gigi (6/11/15). Terpasang CVC (9/11/15) kondisi insersi baik. Hasil BMP di RSK Dharmais
(23/9/15): Blast 60%, AML M2 (kepadatan sel hipersellular. Aktivitas eritropoesis, granulopoesis dan
trombopoesis tertekan banyak sel blast, morfologi mieloblast. Diagnostik molekuler (Phenotyping) kesan
Mieloid Lineage sesuai AML). Hematologi : Hb 8.4gr%, HCt 27.5%, WBC 17.06.103/ µL, ANC 9.68, D-
dimer 2930, fibrinogen 326.
Comfort Intervention
Terapi : Kemoterapi agresif D3A7 start 12/11/15, Ceftazidime 2x1gr IV, Ciprofloxacin 2x500mg IV, Rantin
2x500mg IV, Metformin 3x500mg po, Diamicron 1x ½ (30mg) po, Candistin 3x1 tetes po, Acyclovir
3x400mg po, Heparin 10.000unit/24jam pararel Infus Infus NS 500ml/8jam
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
34
Comfort
Pasien masih rajin menjalankan sholat 5 waktu di bed, pasien ikhlas terhadap kondisi kesehatannya, pasien
tawakal menjalani proses pengobatan.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan 1 : risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder NOC :
Keparahan infeksi dan NIC : proteksi infeksi, kontrol infeksi
Diagnosa keperawatan 2 : intoleran aktivitas berhubungan dengan peningkatan metabolisme tubuh NOC :
activity intolerance dan NIC : manajemen energi, terapi aktivitas
Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 4 hari, masalah risiko infeksi rating outcome level 3
(kadang-kadang) dan intervensi perlindungan infeksi dan kontrol infeksi dilanjutkan.
Masalah intoleran aktivitas rating outcome level 4 (sering) dan intervensi terapi aktivitas dan manajemen
energi dilanjutkan.
28 Ny. M usia 55 tahun, Health Care Needs
Diagnosa Medis: Ca. Klien mengeluh nyeri, keluarga mengatakan Ny. M mempunyai benjolan di mulut menempel di rahang atas
Maxilla post op sebesar biji jagung. Benjolan tersebut muncul mulai tahun 2013. Tahun 2015 benjolan tersebut membesar
Maxilectomy dan flap sampai ke pipi kanan dengan diameter ± 5 cm. Klien mempunyai riwayat KB selama 10 tahun. Setelah
kelahiran anak kedua tahun 1993. Klien sudah menjalani operasi sebanyak 13 kali RS. Dharmais dan
dilakukan operasi pengangkatan sebagian rahang dan dilakukan kemoterapi 5 hari tiap bulan selama 3x
siklus. Rencana akan dilakukan 6x siklus namun karena benjolan tidak semakin mengecil kemo dihentikan.
Kemudian dilakukan radiasi 3x dihentikan karena benjolan semakin besar, rencananya radiasi akan dilakukan
sebanyak 30x. Selanjutnya dilakukan operasi kembali diankat benjolan (maxillectomy) dan pemasangan flap.
Namun karena flap tidak berhasil melekat pada wajah klien karena tidak baiknya aliran darah. Pasien
direncanakan akan dilakukan operasi pemasangan flap kembali pada tanggal 4 Mei 2017. EKG: tanggal
19/10/2015 Interpretasi: normal synus rythm Toraks foto: tanggal 27/4/2017 Interpretasi: tak tampak kelainan
jantung dan paru. Pemeriksaan PA adenoma pleomorfik
Comfort intervention
Ketorolac 30 mg dalam Ns 100cc, RL 500cc/24 jam, Combiflex 1000 cc/24 jam, Heparin 10000 ui/24 jam
Comfort
Pasien sudah pasrah dengan kondisinya saat ini, klien sudah ikhlas dan berusaha sabat dengan penyakitnya.
Klien mengatakan anak-anaknya selalu memberikan dukungan kepada klien agar klien kuat.
Diagnosa Keperawatan
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
35
Diagnosa 1 : Bersihan jalan nafas tidak efektif, NOC Respiratory status : airway patency NIC Airway
Suctioning
Diagnosa 2 : Nyeri kronis NOC Pain control NIC Pain Management
Diagnosa 3 : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh NOC Nutritional status : food and fluid
intake NIC Nutrition management
Diagnosa 4 : Kerusakan Integritas kulit, NOC Surgical recovery : convalescence NIC Wound care
Diagnosa 5 : Intoleransi aktivitas, NOC Energy conservation NIC Energy Management
Diagnosa 6 : Resiko infeksi, NOC Imune status NIC Infection control
Evaluasi:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 hari, masalah bersihan jalan nafas tidak efektif outcome
level 3 (kadang-kadang) dan intervensi airway suctioning dilanjutkan. Masalah nyeri kronis outcome level 3
(kadang-kadang) dan intervensi pain management dilanjutkan. Masalah kerusakan Integritas kulit outcome
level 2 (jarang) dan intervensi wound care dilanjutkan. Masalah intoleran aktivitas rating outcome level 4
(sering) dan intervensi terapi aktivitas dan manajemen energi dilanjutkan. Masalah resiko infeksi outcome
level 2 (jarang) dan intervensi Infection control dilanjutkan
29 Ny.N, usia 35 tahun, Health Care Needs
Diagnosa Medis: KNF Pasien mengatakan timbul benjolan di leher kiri samping sejak ± 2 tahun yang lalu, kemudian menghilang
sejak 1 tahun terakhir, timbul lagi benjolan yang sama di lokasi yang sama dan semakin membesar. Benjolan
di leher samping batas tidak jelas, pasien sudah berobat ke RSUD Suroto Pontianak ± bulan September 2016
dan dilakukan biopsi. Hasil PA : Undiffrentiated carsinoma (WHO type III). Kemudian pasien dirujuk ke RS
Kanker Dharmais untuk dilakukan CT Scan Nasofaring dengan hasil : massa pada nasofarings kanan kiri,
meluas ke retrofarings kanan kiri, parafaring kiri, kavum nasi posterior dan destruksi fossa media basis kranii.
Vital Sign TD 120/80mmHg, HR 80bpm, RR 16tpm, afebris. Hasil lab Hb 11.9, Leukosit 3.58. Saat dikaji
pasien tak ada keluhan, pasien memiliki pengalaman mual dan tidak nafsu makan kala dikemoterapi. Skore
ESAS < 3 (level ringan).
Comfort
Pasien memiliki pengalaman mual sedikit saat dikemoterapi.
Comfort Intervention
Pasien mendapatkan premedikasi Dexametason 10mg IV, OMZ 40mg IV dan Granon 1 Amp IV
Diagnosa Keperawatan : Risiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakadekuatan asupan makanan (efek kemoterapi) NOC: nutritional status food and fluid intake
dan NIC: manajemen nutrisi
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
36
Evaluasi : setelah dilakukan intervensi edukasi manajemen nutrisi rating outcome level 5 (adekuat)
30 Ny. R, usia 42 tahun, Health Care Needs
diagnosa medis Carsinoma Pasien mengatakan benjolan awalnya muncul di payudara kanan pada Desember 2014, pasien berobat ke RS
mamae Pertamina hasilnya ada tumor, kemudian pasien berobat ke RS Dharmais. Benjolan makin membesar dan ada
nyeri hilang timbul, pasien menjalani pemeriksaan biopsi PA di RS Kanker Dharmais dengan hasil : Invasive
carcinoma of no special type grade II dan pada pemeriksaan Histokimia (27/3/2016): estrogen reseptor postif
intensitas kuat >90%, progesteron resptor positif intensitas kuat < 60%, Cer B2 negatif, Ki67 positif < 30%
sel tumor. Pada bulan April 28/4/2016 : pasien menjalani Salphingo oovorectomy bilateral di RS Kanker
Dharmais. Pasien MRS saat dikaji untuk menjalani mastectomy yang dijadwalkan hari Selasa (22/12/2016)
Pasien merasa deg- degan sekalipun ini pengalaman oeprasi yang kedua. Saat ini kondisi pasien kesadaran
composmentis, GCS E4M6V5, Vital sign TD 110/80, HR 80 bpm, RR 17tpm, S: 36.8 0C, ESAS scale: 5,
benjolan dipayudara kanan dengan batas tegas sebesar ukuran 5cm x 6cm, keluhan nyeri intermitten skala
2/1, mobilisasi aktif jalan, low fall risk. Hasil laboratorium: CA 15-3: 94.8 (≤ 31.3 U/ml), Hb 12.6 (12 – 16
g/dL), WBC 5.41 (5 -10. 103/µL), Ca 8.2 (8.1-10.4 mg/dl), Mg 2.1 (1.9-2.5 mg/dl), APTT patient 29.5 (27.4-
39.3 s), APTT kontrol 34 (25-36 s), D-dimer 500 (< 500 ng/ml).
Comfort
Pasien ikhlas terhadap kondisi kesehatannya, selalu berikhtiar dalam menjalani pengobatan, berharap hasil
operasi yang baik dan tumor tidak tumbuh lagi.
Comfort Intervention
Terapi : Femara 1x1 tab po, cavit d3 1x1 tab po.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan 1: nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis : kanker mamae NOC : pain
kontrol dan NIC: pain management
Diagnosa keperawatan 2 : Ansietas berhubungan dengan status kesehatan NOC : cemas terkontrol dan NIC :
anxiety reduction
Diagnosa keperawatan 3: risiko ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan mikrovascular
skin graft NOC: perfusi jaringan perifer adekuat dan NIC : manajemen sensasi perifer
Diagnosa keperawatan 4: risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder NOC :
Keparahan infeksi dan NIC : proteksi infeksi, kontrol infeksi
Evaluasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 5 hari, masalah nyeri rating outcome level 3 (moderate) dan
intervensi manajemen nyeri serta terapi analgetik dilanjutkan. Ansietas rating outcome level 3 (kadang-
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017
37
kadang) dan intervensi anxiety reduction dilanjutkan. Perfusi jaringan perifer adekuat dan intervensi
manajemen sensasi perifer dipertahankan. Masalah risiko infeksi rating outcome level 0 (tidak ada) dan
intervensi perlindungan infeksi dan kontrol infeksi dipertahankan.
Universitas Indonesia
Analisis praktik..., Dewi Nurviana Suharto, FIK UI, 2017