Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH EVOLUSI

TEORI KEMUNCULAN DAN KEPUNAHAN


Sebagai Salah Satu Tugas makalah Evolusi yang Dibina Oleh

Dosen : Elga Araina,S.Si. , M.Pd

Oleh:

KELOMPOK : II (Dua)

SAID MUHAMMAD AKBAR ACD 115 079

DITO DWI SUMARSONO ACD 115 038

MUHAMMAD FAISAL ACD 115 072

Kelas A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS ILMU KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, atas
rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
sebagaimana mestinya. Makalah ini disusun sebagai salah tugas mata kuliah
Evolusi.
Penyusunan dan penulisan makalah tidak lepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak dalam bentuk bantuan dan bimbingan. Olehnya itu pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
Ibu Elga Araina,S.Si. , M.Pd sebagai dosen pengampu mata kuliah Evolusi yang telah
banyak memberikan curahan ilmu, petunjuk, pengarahan, bimbingan, saran,
kritikan dan motivasi selama ini.
Semoga segala bantuan, petunjuk, dorongan dan bimbingan yang telah
diberikan mendapatkan imbalan yang berlipat ganda dari Tuhan Yang Maha Esa.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk almamater khususnya Program Studi
Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA Universitas Palangka Raya dan para
pembaca.
Penulis menyadari bahwa, makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan demi
kesempurnaan makalah ini selanjutnya.

Palangkaraya, September 2018


Penyusun

i
DAFATAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang....................................................................................................
................................................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah .....................................................................................................
................................................................................................................... 2
C. Tujuan .......................................................................................................
................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Kemunculan Kelompok Organisme Tertentu ...................................... 3
B. Munculnya Kehidupan di Bumi............................................................. 3
C. Pembagian Waktu Geologi ..................................................................... 4
D. Teori tentang Kemunculan dan Kepunahan Reptilia Besar ............... 6
E. Terbentuknya Sel Telur Berdinding Ganda ......................................... 7
F. Kepunahan (termasuk Reptilia Besar – Dinosaurus) ......................... 8

BAB III PENUTUP


A. Simpulan................................................................................................... 15
B. Saran ......................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teori evolusi yang berkembang sekarang sudah sangat maju dan tidak seperti
yang dibayangkan orang. Banyak konsep yang sudah berubah, tidak menandakan
bahwa teori evolusi itu salah, tetapi konsep-konsep tersebut berbeda karena orang
dahulu mempunyai interpretasi yang berbeda atas dasar informasi yang minimum.
Proses keminculan dan kepunahan merupakan suatu proses alamiah seperi
kehidupan dan kematian. Adanya kematian merupakan kehilangan tetapi juga
sekaligus memberikan keuntungan bagi kelompok lain untuk dapat berkembang.
Proses evolusi yang menyangkut kehidupan di daratan pada dasarnya melibatkan
banyak sekali mekanisme, sehingga diperlukan proses yang relatif lama. Setelah
daratan berhasil dikuasai, maka sebagian besar organisme yang ada sekarang adalah
hasil dari perjuangan ini.
Proses kemunculan suatu kehidupan merupakan hal yang sangat penting.
Lamanya bumi ini kosong menunjukkan bahwa proses yang terjadi untuk
menghasilkan suatu kehidupan berlangsung sangat sulit. Banyaknya organisme
yang muncul tetapi kemudian punah juga menunjukkan bahwa proses yang terjadi
sangat sulit.
Kepunahan masal merupakan suatu bencana. Tetapi kepunahan masal pun
merupakan suatu anugerah bagi kelompok organisme lainnya. Adanya kepunahan
akan memberikan kesempatan pada kelompok organisme yang sebelumnya
tertekan perkembangannya dapat berevolusi.

B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang di atas, maka dalam makalah ini
dirumuskan beberapa masalah mengenai Kemunculan dan Kepunahan yaitu :
1) Bagaimana Kemunculan kelompok organisme tertentu dan munculnya
kehidupan di bumi ?
2) Bagaimana teori tentang kemunculan dan kepunahan,dalam hal ini Reptilia
besar (Dinosaurus) ?
3) Bagaimana terbentuknya sel telur berdinding ganda
4) Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya kepunahan (termasuk Reptilia
besar-Dinosaurus) ?

1
C. Tujuan
1) Mengetahui Kemunculan kelompok organisme tertentu dan munculnya
kehidupan di bumi.
2) Mengetahui teori tentang kemunculan dan kepunahan,dalam hal ini Reptilia
besar (Dinosaurus).
3) Mengetahui terbentuknya sel telur berdinding ganda.
4) Mengetahui Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya kepunahan
(termasuk Reptilia besar-Dinosaurus).

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Kemunculan Kelompok Organisme Tertentu


Evolusi sudah berlangsung sejak asal mula adanya kehidupan. Kapan
kehidupan mulai ada, tidak dapat diketahui dengan pasti. Satu-satunya data yang
dapat diperoleh mengenai hal ini adalah adanya fosil. Dari data yang dihimpun oleh
ahli paleontologi diketahui bahwa fosil yang tertua yang ditemukan berumur sekitar
490 juta tahun. Data inipun masih merupakan dugaan,karena pada masa itu, tentu
jumlah organisme masih sangat sedikit, sehingga fosil tidak mungkin dijumpai pada
lapisan tanah. Pada waktu itu, habitat yang mungkin ada adalah air. Dengan
demikian, dapat diperkirakan bahwa muka bumi masih dihuni oleh prokariot dan
organisme bersel satu, terutama ganggang biru yang kemudian diikuti oleh lumut
kerak dan lumut yang menghuni sekitar pantai. Suhu permukaan bumi pun
diperkirakan masih jauh lebih panas dan oksigen mungkin meliputi hanya sekitar
10% dari apa yang ada sekarang.
Lapisan yang mengandung fosil tertua (Stromatolites) berupa spora,
ditemukan di daerah pantai di Arabia dan Australia dan berumur sekitar 470 juta
tahun yang lalu. Hal ini berarti bahwa ekosistem yang ada baru terdapat sekitar 480
juta tahun yang lalu. Setelah periode itu baru ditemukan fosil yang lebih muda di
banyak daerah lain.

B. Munculnya Kehidupan di Bumi


Pemahaman tentang urutan munculnya kehidupan di bumi lebih didasarkan
pada sisa-sisa makhluk hidup yang memfosil. Fosil terbentuk dengan berbagai cara
dan berbagai proses, meskipun perlu dipahami bahwa semua makhluk hidup yang
sudah mati tidak selalu menjadi fosil. Fosil mungkin merupakan sisa-sisa bagian
tubuh yang keras , atau setelah organisme mati kemudian terkubur pasir-lumpur
ataupun endapan lain kemudian mengeras.
Menurut ahli geologi, sejarah bumi dapat dibedakan dalam banyak unit
waktu. Unit waktu terbesar disebut era, sedangkan era terbagi dalam periode dan
periode terbagi menjadi unit yang lebih kecil disebut zaman.
Pengetahuan akan kehidupan di bumi dikumpulkan dafri bukti fosil terutama
mulai dari era paleozoik, mesozoik, dan cenozoik. Era palezoik atau masa
kehidupan kuno kira-kira 570 juta tahun sampai 340 juta tahun lalu. Era mesozoik
atau era kehidupan pertama dikenal sebagai masa reptilia, mulai 230 juta tahun
sampai 165 juta tahun lalu, sedangkan era cenozoik adalah era kehidupan kera atau
masa mamalia dimulai kira-kira 63 juta tahun lalu.

3
C. Pembagian Waktu Geologi
PERIO KEHIDUPAN KEHIDUPAN
EON ERA KURUN
DE AIR DARAT
Kuarter Sekarang Semua kehidupan Manusia
ada
P Senozoik 0,5-3 Pleistosen Glasiasi, Terjadi evolusi
63 ± 2 juta juta 3 pergeseran benua kebudayaan
H (Tertier) tahun Amerika Utara manusia
lalu dan Eropa pertama
A Australia
Antartika terpisah
N Tersier Pliosen 5 Semua kehidupan Hominidae dan
65 ±2 ada Pongidae
E juta Miosen 24 Monyet dan
Oligosen kerabatnya
R 37 Radiasi
Eosen 54 adaptasi
O burang
Paleosen Mamalia
Z 65 modern,

O Angiospermae
yang berbatang
I basah
Mesozoik Kretasea Ikan bertulang Kepunahan
K 230 ± 10 juta 144 ± 5 Kepunahan Dinosaurus
juta Ammomit Timbulnya
Plesiosaurus Angiospermae
(Secobdary) Ichtyosaurus berkayu
Amerika Selatan
dan Afrika
berpisah
Jurasik Plesiosaurus & Dinosaurus
213±5 Ichtyosaurus, dominan
juta Ammonit Kadal
berlimpah pertama,Arche
P (Oolitic) Ikan bertulang opteryx
rawan dan ikan Serangga
H biasa berlimpah berlimpah

4
Pangea dan Angiospermae
A Gondwana mulai pertama
berpisah
N
Triasik Plesiosaurus Radiasi
E 248 ± 10 pertama reptilia, kura-
juta kura, buaya
R Ichtyosaurus, Thecodenta,
Ammonit therepsida,
O Ikan Bertulang Dinasaurus
Pertama,
Z Mammalia
Pertama
O Permian Punahnya Trilobit Cotylosaurus
286 ± 10 dan Placoderm dan
I Paleozoik juta Glasiasi dan Pelecosaurus
Kekeringan Reptilia lain
K dominan
Cycas, Gynko,
Conifera
Karbonif Pensylvani Ammonit Reptilia
era an Ikan Bertulang pertama
320 ± 10 pertama Rawa-rawa
juta Iklim panas dan Hutan
lembab Lycopsida,
Sphenopsida
dan paku
Paleozoik berbiji
Karbonif Mississipi Radiasi Adaptasi Amphibia
era an Hiu dominan
360 ± 10 Iklim panas dan Siput darat
juta lembab
(Eozoik) Devonia Placoderm, ikan Paku,Lycopsid
n pertama, a, Sphenopsida
405 ± 10 Ammonit,Nautilu Bryophyta,
juta s Gymnosperma
Iklim muka Bumi e dan
keringdan lautan serangga,
sangat meluas

5
Amphibia
pertama
Silurian Radiasi Adaptasi Tanaman darat
425 ± 10 dari Ostracoderm, (Psilopsida)
juta Eurypterids pertama,
Iklim sejuk,lautan labah-labah,
luas kalajengking
Ordovisi Vertebrata
an (Agnata) pertama ------------------
500 ± 10 (Ostracoderm),Na
juta utiloid,Pilina,
Mollusca
Air,Trilobid
daminan
Iklim sejuk,lautan
luas
Kambria Trilobid daminan,
n Eurypterid,Crusta
600 ± 50 cea,Mollusca, ----------------
juta Echinodermata,
Porifera,
Annelida,
Tunicata,
Cnidaria pertama
Glasiasi
Preka Proterozoik 2500 juta Protozoa ----------------
mbria Archean 3900 juta Sromatolit
n Hadean 4500 juta Bumi terbentuk

D. Teori tentang Kemunculan dan Kepunahan Reptilia Besar


Banyak orang menganggap bahwa Mammalia menguasai muka bumi,
namun hal ini dapat disebabkan karena dominasi manusialah yang merupakan
penyebab utama anggapan tersebut. Tidak dapat disangkal bahwa sebenarnya
Reptilia merupakan organisme yang paling sukses di muka bumi. Meskipun
Reptilia tidak lagi merajai permukaan bumi, namun jumlah yang kini masih hidup
di muka bumi tidak dapat dikatakan sedikit, dan kini hanya disaingi oleh kelompok
Pisces. Lamanya Reptilia menguasai permukaan bumi juga menunjukkan bahwa
kelompok ini merupakan pemula di daratan dan pernah menjadi penguasa daratan

6
(diwakili oleh macam-macam Dinosaurus). Reptilia pernah mengusai air (diwakili
oleh Mesosaurus), daratan (Tyranosaurus), dan udara (Pteranodon).
Untuk mengkaji bagaimana Reptilia timbul dan hilang (terutama
Dinosaurus) dari muka bumi, kita dapat mempelajari konsekuensi-konsekuensi dari
kehidupan Reptilia sejak munculnya di muka bumi hingga punahnya. Sebagai
hewan Vertebrata yang pertama muncul sebagai hewan daratan, maka Reptilia
mempunyai konsekuensi untuk mengatasi masalah kekeringan.
Sejarah kemunculan Reptilia di daratan ditandai dengan :
 Terbentuknya sel telur berdinding ganda (telur Amniota)
 Kulit tubuh yang ditutupi perisai (misalnya kura-kura dan Dinosaurus) atau
sisik guna melindungi diri terhadap kekeringan.
 Terbentuknya sistem eksresi yang terpisah kalau dibandingkan dengan
hewan Vertebrata lainnya yang telah ada sebelumnya (Ikan, Amphibia).
 Terbentuknya anggota gerak.
 Terbentuknya alat indera pnglihatan, pendengaran, penciuman dan
pengecapan yang lebih baik.

E. Terbentuknya Sel Telur Berdinding Ganda


1) Kapan terbentuknya telur Amniota tidak dapat ditelusuri dengan baik,
karena sedikitnya data fosil.
2) Konsekuensi dari telur berdinding ganda (kapur dan selaput amnion)
mengharuskan fertilisasi internal sebagai ssatu-satunya alternatif
reproduksi. Dengan demikian alat kelamin sekunder jantan merupakan
struktur pertama yang muncul di kelompok Vertebrata pada Reptilia
(dalam bentuk sepasang Hemipenis)
3) Konsekuensi lain dari munculnya sel telur berdinding kapur memerlukan
suatu perubahan penting kalau dibandingkan dengan telur Amphibi atau
Pisces, karena kulit kapur tersebut harus dapat menghubungkan embrio
dengan dunia luar untuk pertukaran gas (Oksigen-Karbondioksida).
4) Telur Reptil ternyata ditunjang dengan terbentuknya membran amnion.
Membran ini berguna untuk menangkap Oksigen yang masuk melalui
dinding sel kapur tersebut. Hal ini memberikan konsekuensi bahwa telur
pertama tidak mungkin terlalu besar agar pertukaran gas dapat
berlangsung dengan baik.
5) Konsekuensi lainnya adalah digsntikannya insang dengan paru-paru
(tahapan ini sudah dilalui oleh Amphibia)
6) Naiknya Reptilia ke daratan memberikan konsekuensi pula pada alat
indera.
7) Mata yang dilindung dengan membran nictitans digantikan dengan mata
yang berkelopak, juga untuk melindungi dari bahaya kekeringan.

7
8) Alat pendengaran yang sebelumnya terdapat pada rahang bawah
(Pisces) mulai berangsur digantikan dengan telinga dalam, karena juga
menghadapi tantangan kekeringan. Fungsi telinga lebih diperlukan
apabila dibandingkan dengan kehidupan di dalam air, untuk mencari
mangsa dan menghindar dari predator.

F. Kepunahan (termasuk Reptilia Besar – Dinosaurus)


Kepunahan dalam biologi berarti hilangnya keberadaan dari
sebuah spesies atau sekelompok takson. Waktu kepunahan sebuah spesies ditandai
dengan matinya individu terakhir spesies tersebut, walaupun kemampuan untuk
berkembang biak tidak ada lagi sebelumnya. Tetapi dikarenakan wilayah sebaran
sebuah spesies atau takson yang bisa sangat luas, sehingga sangat sulit untuk
menentukan waktu kepunahan. Kesulitan ini dapat berujung kepada suatu
fenomena yang dinamakan takson Lazarus, dimana sebuah spesies dianggap telah
punah tetapi muncul kembali.
Kepunahan merupakan kejadian hilangnya keseluruhan spesies. Kepunahan
bukanlah peristiwa yang tidak umum, karena spesies secara reguler muncul melalui
spesiasi dan menghilang melalui kepunahan. Sebenarnya, hampir seluruh spesies
hewan dan tanaman yang pernah hidup di bumi telah punah, dan kepunahan
tampaknya merupakan nasib akhir semua spesies. Kepunahan telah terjadi secara
terus menerus sepanjang sejarah kehidupan, walaupun kadang-kadang laju
kepunahan meningkat tajam pada peristiwa kepunahan massal.

Dalam sejarah muka bumi telah tercatat adanya lima kali peristiwa
kepunahan besar- besaran, hal ini terjadi pada masa Kambrian, Ordovisian,
Devonian, Permian, dan Kretasea. Diantara kelima peristiwa kematian masal,
makaperistiwa kematian masal pada periode Permian merupakan kejadian yang
paling aburuk dalam sejarah bumi. Pada waktu itu sekitar 75% organisme punah.
Namun pada masa Kretasea sebelum peristiwa masal, jumlah organisme hidup
sudah melebihi keadaan sebelum peristiwa kematian Permian. Setelah kematian
Kretasea, maka kini jumlah organisme pun masih meningkat lagi sehingga
diperkirakan jumlahorganisme sudah dua kali lipat dari pada keadaan sebelum
peristiwa kematian Permian.
Adapun penyebab peristiwa tersebut yang dikemukakan oleh para ahli dan
kemungkinan besar beberapa teori dapat bekerja secara simultan atau merupakan
akibat dari kemungkinan terdahulu.

1) Teori Pergerakan Benua Dan Terbentuknya Pangea

8
Akibat bergeraknya benua, maka jumlahnya panjang pantai menjadi sangat
pendek dibandingkan dengan keadaan apabila bumi terdiri dari banyak benua. Hal
ini menyebabkan sejumlah besar organisme laut yang hidup di air dangkal akan
punah. Selain itu konsekuensi yang juga timbul adalah adanya satu daratan
menyebabkan timbulnya perubahan cuaca yang drastis. Sebagai contoh, semua
daratan diberbagai benua (Afrika, Asia, dan Amerika Utara) akan memiliki daerah
gurun. Daratan yanh luas dan datar menyebabkan daerah tengah tidak mendapat
cukup air hujan, karena hujan sudah turun di daerah yang tidak terlalu jauh dari
pantai. Akibat timbulnya gurun yang besar, maka sebagian besar iklim akan
menjadi berubah kering. Sebagian besar organisme daratan dan air akan punah.
2) Teori Vulkanisme
Mengingat contoh vulkanisme akan menimbulkan perubahan yang besar
suatu daerah. Letusan suatu gunung berapi dapat berlangsung berbulan-bulan dan
akibatnya paling tidak mempengaruhi sebagian muka bumi. Di Indonesia kita
mengenal beberapa kepunahan yang sangat besar dan garis tengahnya lebih dari 20
km, misalnay Danau Toba, Danau Tondano dan Daerah Dieng. Diperkirakan bahwa
letusan gunung tersebut beberapa ratus kali lebih dahsyat daripada letusan Gunung
Karakatau. Akibat letusan gunung Karakatau saja, banjir besar menimpa daerah
Negeri Belanda yang berjarak puluhan kilometer. Apabila ada sejumlah besar
gunung berapi sebesar gunung Karaukatau atau Tambora meletus, maka akan
timbul kegelapan selama berbuln-bulan. Hal ini akan menyebabkan perubahan
cuaca yang drastis. Pengaruh letusan gunung Galunggung saja telah hampir
memusnahkan beberapa spesies di Jawa. Di Pangandaran jumlah banteng tinggal 3
ekor dari sekitar 35 ekor sebelumnya. Menurut hasil visum, kebanyakan banteng
mati karena ada deposit debu vulkanis di paru-paru, dan sejumlah besar abu
vulkanis di dalam lambung yang tidak dapat dikeluarkan dengan feces, mungkin
karena terlalu berat.
3) Teori Meteorit atau Supernova
Meteorit berukuran sangat besar yang menabrak bumi akan menyebabkan
perubahan iklim global, selain menimbulkan gempa bumi, akan memberikan akibat
yang serupa dengan letusan gunung merapi, yang berarti perubahan cuaca ledakan
supernova bintang raksasa di luar angkasa akan menyebarkan debu bintang yang
mungkin menimbulkan kegelapan. Debu bintang dapat pula mempengaruhi
magnetik bumi. Apabila kutub magnetik bumi berubah, maka akan terjadi gempa
bumi, karena posos bumi mengalami. Perubahan menurut penelitian, kutub
magnetik bumi memang sudah tidak tepat dari yang diperhitungkan dahulu. Selain
itu meteorit atau supernova dapat membawa suatu unsur seperti logam berat
(misalnyaIridium) yang beracun bagi kehidupan di muka bumi.
Tabel : kadar Iridium setelah kepunahan massal

9
Periode Kepunahan Kadar Iridium
Tinggi sekali (3000
Kratasea - Paleosen Massal
ppt)
Eosen - Oligosen II Massal Sedikit
Eosen - Oligosen II Massal Sedikit
Eosen - Oligosen I Massal Sedikit
Permian - Triasik III Massal Sedikit
Permian - Triasik II Massal Normal
Permian - Triasik I Massal 10 kali lipat
Devonian -
Massal 3-7 kali lipat
Karboniferus II
Devonian -
Massal Sedikit
Karboniferus I
Ordivisisn - Silurian II Massal Normal
Ordivisisn - Silurian I Massal Normal
Prekambrian -
Massal Sedikit
KAmbrian II
Prekambrian -
Normal Sedikit
KAmbrian I

Dari tabel di bawah dapat dilihat bahwa kematian masal sering terjadi dalam
sejarah kehidupan muka bumi, tetapi hanya kematian masal ada periode
Kretasea,Paleosen,Devonian,Karoboniferus II dan Permian-Triasik I, jumlah
iridium jauh di atas normal jadi kematian masal akibat meteorit hanya mungkin
terjadi pada dua peristiwa saja.

Tabel : pengaruh yang ditimbulkan akibat kepunahan massal.

10
Kemungkinan Penyebab
Periode
Kepumahan Massal
Pendinginan (bumi glasiasi),
Eosen-Oligosen
pergantian arus laut
Akhir Kratasea Benturan meteorit
Akhir Triasik Kenaikan curah hujan
Meteotit, pendinginan bumi
Akhir Permian
(glasiasi), pangea
Meteorit, pendinginan bumi
Akhir Devonian
(glasiasi)
Vulkanisme, berkurangnya lapisan
Akhir Ordovisian
es di Gondwana

Adanya benturan meteorit dapat dibuktikan dengan adanya retakan pada


sejumlah besar yang ada. Retakan kristal yang dimaksudkan adalah suatu kristal
yang mempunyai banyak sekali retakan, meskipun tidak hancur. Salah satu bukti
kuat untuk menunjukkan adanya benturan meteorit adalah adanya kawah yang
besar.
4) Teori Glasiasi
Turunnya hujan salju selama satu minggu di kota Roma menjadi berita utama
di tahun 1987. hal ini disebabkan karena kota Roma tidak setiap tahun kedatangan
salju. Biasanya hujan salju yang turun di sana hanya berlangsung beberapa menit
sampai satu jam dan kejadian semacam itu hanya sepuluh tahun sekali. Pada tahun
1987, salju menumpuk sampai hampir 2 meter, lalu lintas terputus, listrik banyak
mengalami gangguan. Akibatnya puluhan orang meninggal dunia karena
kedinginan dan kelaparan. Gambaran peristiwa di atas dapat terjadi lebih parah lagi
di masa lalu. Apabila hal itu terjadi di kota, bagaimana pula keadaan alam terbuka.
Banyak satwa yang mati dan tanaman yang hancur. Adanya zaman es yang
menyebabkan cuaca bumi menurun secara drastis dan menimbulkan kematian
masal bagi organisme yang tidak teradaptasi. Menurunnya suhu bumi sebanyak satu
derajat saja sudah dapat memperluas lingkaran kutub menjadi beberapa puluh ribu
Km2, dan hal ini menyebabkan kematian sorganisme di sekitar daerah tersebut.
5) Adanya Air Bah
Air merupakan penyebab kepunahan yang paling umum dijumpai. Hujan
yang turun selama 4 atau 5 hari sudah menimbulkan banjir, tanah longsor,
kerusakan tempat penghunian, ladang dan hewan ternak. Akibat hujan beberapa
hari saja sudah dapat menaikkan air sampai beberapa meter dan di daerah muara
dapat sampai belasan meter. Akibat seperti yang kita lihat di Bangladesh,banyak
ternak yang mati, tananman pangan rusak total. Dan apabial hal ini berlangsung

11
beberapa minggu saja, maka seluruh organisme di daerah akan mati. Sesudah banjir
biasanya penyakit mewabah, sehingga apa yang tertinggal ikut mati pula apabila
tidak ditangani.
Akibat glasiasi berakhir, maka seluruh dataran Sunda dan dataran Sahul
terendam air,meninggalkan daerah dataran tinggi saja dan menjadikan Indonesia
berbentuk kepulauan. Banyaknya organisme yang punah tidak dapat diperkirakan.
6) Teori Epidemi atau Pandemi
Kematian massal suatu organisme misalnya setelah glasiasi atau banjir selian
memusnahkan organisme yang terdapat di daerah tersebut, juga akan menimbulkan
penyakit lainnya. Ada proses pembusukan besar-besaran, dan penyakit berkembang
dengan pesat karena sanitasi yang buruk. Akibatnya banyak organisme lain yang
mati karena jumlah mikroba pembusukan meningkat dan menimbulkan infeksi pada
organisme yang hidup di sekitarnya.
7) Teori Naiknya Suhu Muka Bumi (Grenn House Effect)
Adanya jumlah CO2 yang besar akan menyebabkan temperatur muka bumi
naik. Hal ini disebabkan oleh karena CO2 akan membentuk lapisan yang
menghambat masuknya sinar matahari. Akibatnya setiap pemanasan pada siang
hari akan tetap tertahan pada malam hari., dan dengan demikian udara akan semakin
bertambah panas pula.
8) Teori Radiasi Ultra Violet dan Lubang Ozon
Lubang ozon menimbulkan mutasi pada organisme karena kemampuannya
menembus sel dan memotong-motong DNA. Rusaknya DNA umumnya
menyebabkan organisme yang terkena sinar ultraviolet mengalami mutasi yang
kemungkinan besar merugikan organisme sehingga dapat menyebabkan
kepunahan. Dengan adanya lubang ozon, maka suhu muka bumi akan naik dan
contoh pada masa kini adalah banyaknya organisme yang punah akibat naiknya
temperatur muka bumi.
9) Teori Berkembangnya Mammalia Kecil Setelah Perubahan Temperatur
Global
Mammalia kecil diperkirakan mulai berkembang di muka bumi tidak lama
setelah kemunculan Reptilia. Sebelumnya, Mammalia tertekan perkembangannya
karena bersaing dengan Dinosaurus. Namun pada waktu terjadi perubahan muka
bumi, keberadaan Mammalia tidak bayak terpengaruh, sebaliknya sebagian besar
Dinosaurus punah.
10) Teori Campur Tangannya Manusia
Hal ini terutama berlaku untuk buaya, penyu dan kura-kura besar.
Penyebabnya adalah karena over harvesting dan over exploiting untuk kesenangan
sekelompok orang dan rasa sekuriti kelompok yang lain.
Dari kesembilan penyebab utama yang disebutkan di atas, maka hanya 3
penyebab utama (epidemi, mammalia, dan manusia) yang tidak mempengaruhi

12
perubahan temperatur muka bumi secara umum, kecuali zaman modern. Mengapa
naik turunnya temperatur muka bumi berpengaruh pada kepunahan Reptilia,
terutama Dinosaurus ?
a) Kebanyakan Reptilia tidak mengerami telurnya, tetapi menguburnya di
dalam tanah
b) Kebanyakan Reptilia mempunyai detrminasi seks yang bergantungkepada
temperatur. Hal ini berarti bahwa suhu lingkungan akan menentukan jenis
kelamin organisme yang akan menetas dari telur.
c) Mengapa keberadaan Mammalia menjadi ancaman bagi Reptilia ? Kalau
temperatur bumi turun, maka Reptilia memerlukan waktu yang lebih lama
untuk aktif, sedangkan Mammalia tidak demikian. Diperkirakan sifat
homoiterm merupakan kunci keberhasilan Mammalia. Karena kemampuan
termoregulasi, maka kenaikan suhu bumi, keberadaan Mammaliatidak
terpengaruh sebesar pengaruh yang terjadi pada organisme poikiloterm.
d) Kalau temperatur bumi naik, maka Reptilia harus bersembunyi kalau
mereka tidak dapat hiperaktifdan memerlukan energi tinggi, sehingga
ketersediaan mangsa menjadi masalah pokok. Hal ini disebabkan karena
Reptilia tidak mempunyaikemampuan termoregulasi yang baik. Mammalia
memang ikut menderitapada zaman glasiasi, tetapi dapat mengtur suhu
tubunya secara lebih mudah, sehingga tidak perlu menjadi hiperaktif.
e) Pada masa kepunahan, maka sebagian besar organisme punah, dan ini
berarti punahnya sebagian besar mangsa. Reptilia berukuranbesar akan
lebih sulitmencari mangsa, tetapi tidak demikian bagi Reptilia kecil dan
Mammalia. Mereka bersaing tetapi Mammalia dapat aktif siang atau malam,
sedangkan Reptilia lebih terbatas jam operasinya karena perlu penyesuaian
diri terhadap lingkungan yang waktunya lebih lambatd dibandingkan
Mammalia. Mammalia kecil yang lebih gesit mempunyai kemampuan
menyembunyikan dari Reptilia berukuran besar.
f) Telur Reptilia merupakan mangsa dari Reptilia lain dan Mammalia kecil,
sedangkan Mammalia tidak mempunyai telur yang bebas yang dapat
dimangsa organisme lain.
g) Mammalia menjaga anaknya sedangkan kebanyakan Reptilia tidak.
h) Konsekuensi dari determinasi seks yang bergantung kepada temperatur.
Reptilia mempunyai detrminasi seks yang bergantung pada temperatur.
Apabila kita kaji strategi reproduksi Reptilia, diketahui bahwa proses
pematangan telur ditentukan oleh penyinaran matahari. Disini tidak ada
masalah apakah temperetur muka bumi naik atau turun. Adanya perubahan
temperatur akan mengakibatkantimbulnya salah satu jenis kelamin saja,
jantan atau betina. Dengan demikian, semua telur yang memetas akan
menghasilkan salah satu jenis kelamin saja. Dengan demikian tidak ada

13
regenerasi atau generasi berikutnya. Dalam satu atau dua siklus reproduksi
saja, maka jenis tersebut dapat hilang dari muka bumi.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Masa lampau dapat diamati, direkonstruksi berdasarkan fosil, pollen, zat
radioaktif, maupun dengan menggunakan DNA dari organisme aktual. Waktu
geologi ditentukan oleh macam organisme dominan yang hidup pada masa tersebut.
Naiknya fauna dan flora ke daratan merupakan loncatan dalam evolusi, karena
memerlukan banyak hal untuk penyesuaian diri di daratan. Setiap organisme
mempunyai masa keberadaan masing-masing, karena bumi tidak dapat menampung
semua jenis organisme sekaligus
Proses kemunculan dan kepunahan sudah merupakan pola dari muka bumi ini
Ada banyak alasan yang dapat dikaji untuk menerangkan bagaimana suatu
organisme muncul dan punah. Munculnya kehidupan di muka bumi baru terjadi
kira-kira setelah bumi berumur relatif tua Prokariot muncul dan punah karena
kondisi bumi yang belum stabil. Pada waktu bumi terbentuk, Oksigen belum ada di
atmosfir, organisme berkhlorofillah yang memberikan kontribusi Oksigen di
Atmosfir. Bumi yang kita huni sebelumnya tidak sestabil sekarang. Ada banyak
perubahan muka bumi yang menyebabkan kepunahan masal.

B. Saran
Melalui makalah ini Penulis mengharapkan bagi para pembaca untuk bisa
mengembangkan makalah teori kemunculan dan kepunahan. Oleh karena itu teori
kemunculan dan kepunahan ini janganlah dijdikan sebuah momen untuk berperang
pemikiran karena akan menimbulkan perpecahan. Atas kritik dan sarannya penulis
sampaikan terima kasaih

15
DAFTAR PUSTAKA

Campbell. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid 2. Jakarta: Erlangga.


Fried, George. 2006. Biologi Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.
Iskandar,Dr Djoko T. 2001. Catatan Kuliah Evolusi. Bandung : ITB
Sukiya. 2005. Biologi Vertebrata. Malang : Universitas Negeri Malang.
Sukandarrumidi, Datun, M. 1980. Geologi Sejarah 2 . Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai