Anda di halaman 1dari 14

PENERAPAN METODE GROSS UP DALAM PENGHITUNGAN

PPH PASAL 21 SEBAGAI SALAH SATU STRATEGI


PERENCANAAN PAJAK

Hasmin Mahmud
Jurusan Akuntansi, Program Studi S1 Akuntansi, Universitas Negeri Gorontalo

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya beban pajak perusahaan
sebelum penerapan metode gross up dan sesudah penerapan metode gross up.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah data sekunder yaitu dengan mengumpulkan
dokumen-dokumen yang berupa daftar gaji dan laporan laba rugi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa besarnya beban pajak perusahaan sebelum
penerapan metode gross up adalah sebesar Rp.13.503.284,25. Sedangkan besarnya
beban pajak perusahaan sesudah penerapan metode gross up sebesar Rp.8.848.173.
Dan terdapat selisih sebesar Rp.4.665.111,25 atau dengan kata lain terjadi efisiensi
beban pajak sebesar 0,34%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan
metode gross up sangat menguntungkan perusahaan karena memberikan efisiensi atau
penghematan beban pajak yang lebih besar dibandingkan tanpa menggunakan metode
gross up.
Kata Kunci: Pajak Penghasilan Pasal 21, Perencanaan Pajak, Metode Gross Up

PENDAHULUAN
Salah satu upaya untuk melakukan penghematan pajak secara legal yang dapat
dilakukan dengan melalui manajemen pajak yaitu perencanaan pajak (tax planning)
(Suandy : 2011). Secara umum perencanaan pajak merupakan proses rekayasa usaha
dan transaksi wajib pajak agar utang pajak berada dalam jumlah seminimal mungkin
tetapi masih dalam ruang lingkup peraturan perpajakan. Dengan demikian tujuan
perencanaan pajak untuk mengoptimalkan perolehan laba serta efisiensi pembayaran
pajak dapat tercapai (Rosa, 2009).
Dalam hal perencanaan pajak PPh pasal 21 ada beberapa alternatif yang dapat
diterapkan PDAM Kabupaten Bone Bolango yang dapat mengefisienkan beban pajak
perusahaan salah satunya yaitu metode gross up. Metode gross up merupakan
pemberian tunjangan pajak dimana tunjangan pajak sama dengan jumlah PPh pasal 21
terutang. Jika karyawan diberikan tunjangan pajak maka tunjangan tersebut merupakan
penghasilan karyawan yang bersangkutan dan ditambahkan pada penghasilan yang
diterimanya. Walaupun penghasilan karyawan yang bersangkutan terlihat lebih besar
akibat penambahan tunjangan pajak namun disisi lain pihak perusahaan diuntungkan
karena PPh pasal 21 yang dapat dijadikan sebagai biaya yang dapat dikurangkan
sehingga tercipta efisiensi pajak. Selain itu dengan penggunaan metode gross up
karyawan akan merasa puas karena PPh pasal 21 ditanggung seluruhnya oleh
perusahaan dengan demikian karyawan akan merasa lebih diperhatikan sehingga
meningkatnya motivasi karyawan (Pohan, 2013).
Penelitian ini merujuk pada penelitian Ruchjana (2008), perbedaan penelitian ini
dengan penelitian Ruchjana yaitu pada lokasi penelitian. Dimana penelitian ini akan
dilakukan pada PDAM Kabupaten Bone Bolango sedangkan penelitian sebelumnya
dilakukan pada PT BPR. Selain itu penelitian ini hanya membandingkan penghitungan
PPh pasal 21 ditanggung karyawan yang diterapkan perusahaan dengan metode gross
up.
Berdasarkan fenomena dan penelitian terdahulu yang telah diuraikan diatas,
penulis merasa PDAM Kabupaten Bone Bolango perlu melakukan perencanaan pajak
dengan menerapkan metode gross up agar beban pajaknya dapat dihemat seminimal
mungkin. Oleh karena itu penulis mengambil judul “Penerapan Metode Gross Up
Dalam Penghitungan PPh Pasal 21 Sebagai Salah Satu Strategi Perencanaan
Pajak”

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada PDAM Kabupaten Bone Bolango dengan alamat
Jl. Nani Wartabone Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Waktu pelaksanaan
penelitian ini dimulai sejak bulan april 2013 sampai dengan selesai.
Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan penulis dalam penelitian
ini yaitu data sekunder. Yang berupa data daftar gaji dan laporan laba rugi tahun 2012
yang diperoleh dari bagian administrasi dan keuangan pada PDAM Kabupaten Bone
Bolango.

Teknik Analisis Data


Dalam penelitian ini teknik analisis/ pengolahan data yang diterapkan adalah
metode kuantitatif deskriptif tanpa menggunakan analisis statistik
Adapun teknik analisis data yang digunakan adalah:
1) Evaluasi terhadap penghitungan PPh pasal 21 yang diterapkan oleh PDAM
Kabupaten Bone Bolango. Penghitungannya adalah sebagai berikut:
PPh Pasal 21 = Penghasilan neto – PTKP) x tarif pasal 17 UU PPh
= (Penghasilan bruto – biaya jabatan – iuran pensiun
dan iuranTHT/JHT yang dibayar sendiri – PTKP) x
tarif pasal 17 UU PPh
Sumber : Mardiasmo (2011)
2) Membuat perencanaan pajak dengan metode gross up dalam penghitungan PPh
pasal 21. Rumus yang digunakan adalah:
Lapisan 1 PKP Rp.0 s/d Rp.50.000.000
Pajak = {PKP X 5%} / 0,95
Lapisan 2 PKP diatas Rp.50.000.000 s/d Rp.250.000.000
Pajak = {(PKP X 15%) – 5 juta} / 0,85
Lapisan 3 PKP diatas Rp.250.000.000 s/d Rp.500.000.000
Pajak = {(PKP X 25%) – 30 juta} / 0,75
Lapisan 4 PKP diatas Rp.500.000.000
Pajak = {(PKP X 35%) – 55 juta} / 0,70
Sumber : Pohan (2013)
3) Menghitung besarnya efisiensi beban pajak, rumus yang digunakan adalah:

T=
Sumber: Gloritho (2009)
Keterangan:
T = Besarnya % kenaikan (penurunan) perencanaan pajak
P0 = Besarnya pajak penghasilan sebelum perencanaan pajak
dengan metode gross up
P1 = Besarnya pajak penghasilan sesudah perencanaan pajak
dengan metode gross up
HASIL PENELITIAN
Penghitungan PPh Pasal 21 Atas Kebijakan Perusahaan
Dalam penghitungan PPh pasal 21 PDAM Kabupaten Bone Bolango
menggunakan penghitungan PPh pasal 21 ditanggung karyawan. Adapun untuk
menghitungan PPh pasal 21 adalah sebagai berikut:
PPh Pasal 21= Penghasilan neto – PTKP) x tarif pasal 17 UU PPh
= (Penghasilan bruto – biaya jabatan – iuran pensiun
dan iuranTHT/JHT yang dibayar sendiri – PTKP) x
tarif pasal 17 UU PPh

Dibawah ini adalah penghitungan PPh pasal 21 dari salah satu karyawan PDAM
Kabupaten Bone Bolango.
Nama : A (K/2)
Gaji setahun Rp. 30.801.600
Tunjangan-tunjangan:
Tunjangan Suami/istri Rp. 3.080.160
Tunjangan Anak Rp. 3.080.160
Tunjangan Beras Rp. 1.680.000
Tunjangan Lain-lain Rp. 21.180.000
Jumlah Tunjangan-tunjangan Rp. 29.020320
Jumlah Penghasilan Bruto Rp. 59.821.920
Pengurangan:
Biaya jabatan Rp. 1.296.000
Jaminan Hari Tua Rp. 240.000
Total penghasilan neto Rp. 58.285.920
PTKP:
K/2 (Rp.19.800.000)
PKP Rp. 38.485.920
PPh Pasal 21 Setahun = 5% x Rp. 38.485.920 = Rp. 1.924.296
Berdasarkan penghitungan PPh pasal 21 diatas dapat dilihat bahwa PPh pasal 21
yang ditanggung karyawan atau dipotong dari gaji karyawan sebesar Rp. 1.924.296 per
tahun. Karena PPh pasal 21 yang terutang dipotongkan dari gaji karyawan maka PPh
pasal 21 tersebut tidak boleh dikurangkan dengan Penghasilaln Kena Pajak (PKP) dari
perusahaan karena sudah dikenakan pada A sebagai wajib pajak PPh pasal 21. Dengan
Demikian, gaji yang dibawa pulang atau take home pay karyawan A adalah sebesar
Rp.57.897.624 (Rp.59.821.920 - Rp.1.924.296).
Berikut merupakan rekapitulasi penghitungan PPh pasal 21 karyawan tetap pada
PDAM Kabupaten Bone Bolango.
Rekapitulasi Penghitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap
No Nama Penghasilan PKP/ PPh Pasal Take Home
Bruto/ Tahun Tahun 21/ Tahun Pay/ Tahun
(Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp.)
1 A 59.821.920 38.485.920 1.924.296 57.897.624
2 B 48.938.880 27.602.880 1.380.144 47.558.736
3 C 55.270.200 36.574.200 1.828.710 53.441.490
4 D 51.293.280 29.957.280 1.497.864 49.795.416
5 E 51.293.280 29.957.280 1.497.864 49.795.416
6 F 45.425.640 26.729.640 1.336.482 44.089.158
7 G 48.938.880 27.602.880 1.380.144 47.558.736
8 H 50.138.880 28.802.880 1.440.144 48.698.736
9 I 41.182.260 21.166.260 1.058.313 40.123.947
10 J 31.495.680 14.155.680 707.784 30.787.896
11 K 29.934.816 8.634.816 431.741 29.503.075
12 L 22.430.400 5.264.880 263.244 22.167.156
13 M 27.456.480 6.156.480 307.824 27.148.656
14 N 31.194.960 11.214.960 560.748 30.634.212
15 O 32.256.480 10.956.480 547.824 31.708.656
16 P 22.430.400 5.264.880 263.244 22.167.156
17 Q 23.630.400 6.404.880 320.244 23.310.156
18 R 29.934.816 8.634.816 431.741 29.503.075
19 S 26.256.480 4.956.480 247.824 26.008.656
20 T 22.430.400 5.264.880 263.244 22.167.156
Jumlah 751.754.532 353.788.452 17.689.423 734.065.109
Sumber: Data Olahan (2013)
Dari tabel rekapitulasi diatas dapat dilihat bahwa penghasilan bruto per tahun
karyawan adalah sebesar Rp.751.754.532, sedangkan PPh pasal 21 yang terutang yang
disetor PDAM Kabupaten Bone Bolango tiap tahunnya adalah sebesar Rp.17.689.423.
Dimana PPh pasal 21 yang terutang tersebut akan dipotong dari penghasilan karyawan
yang bersangkutan sehingga take home pay karyawan per tahun adalah sebesar
Rp.734.065.109.

Strategi Perencanaan Pajak Dengan Metode Gross Up Dalam Penghitungan PPh


Pasal 21
Salah satu strategi perencanaan pajak adalah metode gross up. Metode gross up
merupakan pemberian tunjangan pajak yang diberikan sama besar dengan PPh pasal 21
yang terutang sehingga penghasilan karyawan tersebut akan bertambah akibat
penambahan tunjangan pajak tersebut. Untuk menghitung besarnya tunjangan pajak
tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan rumus berikut:
Lapisan 1 PKP Rp.0 s/d Rp.50.000.000
Pajak = {PKP X 5%} / 0,95
Lapisan 2 PKP diatas Rp.50.000.000 s/d Rp.250.000.000
Pajak = {(PKP X 15%) – 5 juta} / 0,85
Lapisan 3 PKP diatas Rp.250.000.000 s/d Rp.500.000.000
Pajak = {(PKP X 25%) – 30 juta} / 0,75
Lapisan 4 PKP diatas Rp.500.000.000
Pajak = {(PKP X 35%) – 55 juta} / 0,70

Dibawah ini adalah penghitungan PPh pasal 21 dengan metode gross up dari
salah satu karyawan PDAM Kabupaten Bone Bolango.
Tahap - 1
Nama : A (K/2)
Gaji setahun Rp. 30.801.600
Tunjangan-tunjangan:
Tunjangan Suami/istri Rp. 3.080.160
Tunjangan Anak Rp. 3.080.160
Tunjangan Beras Rp. 1.680.000
Tunjangan Lain-lain Rp. 21.180.000
Jumlah Tunjangan-tunjangan Rp. 29.020320
Jumlah Penghasilan Bruto Rp. 59.821.920
Pengurangan:
Biaya jabatan Rp. 1.296.000
Iuran pensiun Rp. 2.400.000
Jaminan Hari Tua Rp. 240.000
Total penghasilan neto Rp. 58.285.920
PTKP:
K/2 (Rp.19.800.000)
PKP Rp. 38.485.920
Karena Penghasilan Kena Pajak ada dilapisan tarif yang ke 1, maka rumus gross
up yang dipakai adalah sebagai berikut:
Lapisan 1 PKP Rp.0 s/d Rp.50.000.000
Pajak = {PKP X 5%} / 0,95
( %)
Tunjangan pajak =
,
( . . %)
=
,
= 2.025.575
Tahap - 2
Gaji setahun Rp. 30.801.600
Tunjangan Pajak Rp. 2.025.575
Tunjangan-tunjangan:
Tunjangan Suami/istri Rp. 3.080.160
Tunjangan Anak Rp. 3.080.160
Tunjangan Beras Rp. 1.680.000
Tunjangan Lain-lain Rp. 21.180.000
Jumlah Tunjangan-tunjangan Rp. 29.020320
Jumlah Penghasilan Bruto Rp. 61.847.495
Pengurangan:
Biaya jabatan Rp. 1.296.000
Jaminan Hari Tua Rp. 240.000
Total penghasilan neto Rp. 60.311.495
PTKP:
K/2 (Rp. 19.800.000)
Penghasilan Kena Pajak Rp. 40.511.495
PPh Pasal 21 Setahun = 5% x Rp.40.511.495 = Rp.2.025.575
Berdasarkan penghitungan PPh pasal 21 dengan metode gross up diatas dapat
dilihat bahwa PPh pasal 21 yang terutang sama besar dengan jumlah tunjangan pajak
yaitu sebesar Rp.2.025.575. Dengan penggunaan metode gross up tidak ada PPh pasal
21 yang dipotong dari penghasilan karyawan yang bersangkutan. Dengan Demikian,
penghasilan yang dibawa pulang atau take home pay karyawan A adalah sebesar
Rp.59.821.920 (Rp.61.847.495 - Rp.2.025.575)
Berikut merupakan rekapitulasi penghitungan PPh pasal 21 karyawan tetap
dengan metode gross up pada PDAM Kabupaten Bone Bolango.
Rekapitulasi Penghitungan PPh Pasal 21 Karyawan Tetap
Dengan Metode Gross Up
PDAM Kabupaten Bone Bolango 2012
No Nama Penghasilan PPh Tunjangan PPh 21 yang Take Home
Bruto/ Pasal 21/ Pajak masih harus Pay/
Tahun Tahun dipotong Tahun
(Rp.) (Rp.) (Rp.) (Rp) (Rp.)
1 A 61.847.495 2.025.575 2.025.575 - 59.821.920
2 B 50.391.663 1.452.783 1.452.783 - 48.938.880
3 C 57.195.158 1.924.958 1.924.958 - 55.270.200
4 D 52.869.979 1.576.699 1.576.699 - 51.293.280
5 E 52.869.979 1.576.699 1.576.699 - 51.293.280
6 F 46.832.463 1.406.823 1.406.823 - 45.425.640
7 G 50.391.663 1.452.783 1.452.783 - 48.938.880
8 H 51.654.821 1.515.941 1.515.941 - 50.138.880
9 I 42.296.274 1.114.014 1.114.014 - 41.182.260
10 J 32.240.716 745.036 745.036 - 31.495.680
11 K 30.389.280 454.464 454.464 - 29.934.816
12 L 22.707.499 277.099 277.099 - 22.430.400
13 M 27.780.505 324.025 324.025 - 27.456.480
14 N 31.785.221 590.261 590.261 - 31.194.960
15 O 32.833.137 576.657 576.657 - 32.256.480
16 P 22.707.499 277.099 277.099 - 22.430.400
17 Q 23.967.499 337.099 337.099 - 23.630.400
18 R 30.389.280 454.464 454.464 - 29.934.816
19 S 26.517.347 260.867 260.867 - 26.256.480
20 T 22.707.499 277.099 277.099 - 22.430.400
Jumlah 770.374.977 18.620.445 18.620.445 - 751.754.532
Sumber: Data Olahan (2013)
Dari tabel rekapitulasi diatas dapat dilihat bahwa penghasilan bruto setahun
karyawan tetap adalah sebesar Rp.770.374.977. Sedangkan PPh pasal 21 yang terutang
yaitu sebesar Rp.18.620.445 yang diformulasikan sama besar dengan jumlah tunjangan
pajak yang dihitung dengan menggunakan rumus metode gross up. Dengan penggunaan
metode gross up maka tidak ada PPh pasal 21 yang terutang yang akan dipotong dari
penghasilan karyawan yang bersangkutan sehingga take home pay karyawan per tahun
adalah sebesar Rp.751.754.532.

Perbandingan PPh Pasal 21 Sebelum dan Sesudah Penerapan Metode Gross Up


Penghitungan PPh Pasal 21 pada Laporan Laba Rugi
Keterangan Sebelum penerapan Sesudah penerapan
metode gross up metode gross up
Pendapatan Usaha Rp.2.085.715.620 Rp. 2.085.715.620
Biaya Langsung Usaha (Rp. 856.510.512 ) (Rp. 856.510.512 )
Biaya Umum dan Administrasi (Rp.1.176.034.526 ) (Rp.1.176.034.526 )
Tunjangan PPh Pasal 21 - (Rp. 18.620.445 )
Pendapatan Lain-lain Rp. 1.337.092 Rp. 1.337.092
Biaya Lain-lain (Rp. 494.537 ) (Rp. 494.537 )
Laba Usaha Sebelum Pajak Rp. 54.013.137 Rp. 35.392.692
PPh Badan Terutang Rp 13.503.284,25 Rp. 8.848.173
Sumber: Data Olahan (2013)
Berdasarkan tabel diatas, dilihat bahwa beban pajak perusahaan sebelum
penerapan metode gross up adalah sebesar Rp.13.503.284,25 (Rp. 54.013.137 x 25%)
dan beban pajak perusahaan sesudah penerapan metode gross up sebesar Rp.8.848.173
(Rp 8.848.173x 25%).
Beban pajak sebelum penerapan metode gross up Rp. 13.503.284,25
Beban pajak sesudah penerapan metode gross up Rp. 8.848.173
Selisih Rp. 4.665.111,25
Besarnya efisiensi beban pajak, rumus yang digunakan adalah:
T=

Keterangan:
T = Besarnya % kenaikan (penurunan) perencanaan pajak
P0 = Besarnya pajak penghasilan sebelum perencanaan pajak
dengan metode gross up
P1 = Besarnya pajak penghasilan sesudah perencanaan pajak
dengan metode gross up

. . , . .
T=
. . ,
T = 0,34 %

Berdasarkan rumus yang digunakan diatas, terdapat selisih sebesar Rp.


4.665.111,25 atau dengan kata lain terdapat efisiensi beban pajak sebesar 0,34%.
Dengan penerapan metode gross up penghasilan yang dikenakan pajak menurun dan
beban pajak yang terutang juga menurun.
Dari hasil penghitungan yang telah dilakukan sehingga diperoleh kesimpulan
yang disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut.
Perbandingan Antara Sebelum dan Sesudah
Penerapan Metode Gross Up
Sebelum
Sesudah Penerapan
Keterangan Penerapan Selisih
Metode Gross Up
Metode Gross Up
Penghasilan Karyawan Rp.751.754.532 Rp. 770.374977 Rp.18.620.445
PPh Pasal 21 (Penerimaan Negara) Rp. 17.689.423 Rp. 18.620.445 Rp. 931.022
Take Home Pay Rp.734.065.109 Rp. 751.754.532 Rp. 36.309.868
Laba Sebelum Pajak Rp. 54.013.137 Rp. 35.392.692 Rp. 18.620.445
Beban Pajak Rp. 13.503.284,25 Rp. 8.848.173 Rp. 4.665.111,25
Sumber: Data Olahan (2013)

PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa perencanaan pajak
dengan metode gross up memberikan nilai yang positif atau signifikan yaitu dengan
memberikan keuntungan bagi karyawan, perusahaan dan negara.
Bagi karyawan sangat diuntungkan karena dengan penerapan metode gross up
memberikan penerimaan penghasilan yang lebih besar. Tidak ada lagi PPh pasal 21
yang terutang yang harus dipotong dari penghasilan tiap bulannya karena sudah
diberikan perusahaan dalam bentuk tunjangan pajak. Disamping itu, tingkat selisih
pajak yang dibayar menghasilkan take home pay yang lebih besar.
Bagi perusahaan dari segi komersial dengan menerapkan PPh pasal 21 secara
gross up akan terlihat memberatkan perusahaan karena bertambahnya penghasilan
karyawan akibat dari pemberian tunjangan pajak tersebut sehingga terlihat seperti
suatu pemborosan. Namun secara fiskal akan sangat diuntungkan karena PPh pasal 21
tersebut dapat dijadikan sebagai biaya pengurangan dari penghasilan kena pajak
sehingga laba sebelum pajaknya menjadi lebih kecil yaitu turun sebesar dan
selanjutnya beban pajakpun akan menjadi lebih kecil. Bahkan penurunan beban pajak
perusahaan lebih besar dari kenaikan PPh pasal 21, sehingga terjadi terjadi efisiensi atau
penghematan beban pajak lebih besar
Selanjutnya bagi negara juga tidak dirugikan karena dengan penerapan metode
gross up pajak yang disetor perusahaan menjadi lebih besar dari yang sebelumnya.
Hasil penelitian ini sama halnya dengan penelitian terdahulu sebagaimana yang
diteliti oleh Rini (2010), dengan judul penelitian “Analisis perbedaan penetapan pajak
terutang sebelum dan sesudah penerapan perencanan pajak penghasilan pasal 21 wajib
pajak pribadi berdasarkan metode gross up pada PT. Industri Telekomunikasi
Indonesia (Persero)” mengemukakan hasil penelitiannya bahwa terdapat perbedaan
yang signifikan dalam penetapan pajak terutang sebelum dan sesudah penerapan
perencanaan pajak penghasilan badan berdasarkan metode gross up. Dengan metode
gross up penghematan yang dapat diperoleh perusahaan dalam menurunkan jumlah PPh
Perusahaan adalah sebesar Rp 439.538.559,6.

SIMPULAN
Dari hasil pembahasan diatas, maka dapat dibuat beberapa kesimpulan antara
lain:
Besarnya beban pajak perusahaan sebelum penerapan metode gross up adalah
sebesar Rp.13.503.284,25. Sedangkan besarnya beban pajak sesudah penerapan metode
gross up sebesar Rp. 8.848.173. Sehingga terdapat selisih sebesar Rp.4.665.111,25 atau
dengan kata lain terjadi efisiensi beban pajak sebesar 0,34%.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan penerapan metode gross up sangat
menguntungkan perusahaan karena memberikan efisiensi atau penghematan beban
pajak yang lebih besar dibandingkan tanpa menggunakan metode gross up.

SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka selanjutnya ada beberapa saran yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi perusahaan dan dapat menjadi pertimbangan dan
masukan dan penelitian yang akan datang, antara lain:
Perusahaan sebaiknya mempertimbangkan untuk menggunakan metode gross up
dalam penghitungan PPh pasal 21. Dengan metode gross up akan menguntungkan
kedua belah pihak yaitu perusahaan dan karyawan. Bagi perusahaan, PPh pasal 21 dapat
dijadikan sebagai biaya pengurangan sehingga beban pajak yang terutang menjadi lebih
kecil. Dari sisi komersial mungkin akan terlihat memberatkan perusahaan karena
bertambahnya tunjangan pajak yang akan diberikan perusahaan namun dari sisi fiskal
beban tersebut dapat dijadikan sebagai biaya pengurangan sehingga akan tercipta
penghematan beban pajak yang lebih besar.
Bagi karyawan, dengan penggunaan metode gross up karyawan tidak perlu
menanggung PPh pasal 21-nya dan menerima penghasilannya tanpa dipotong pajak
sehingga menghasilkan take home pay yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, Intan Tri. (2009). Perencanaan Pajak Atas PPh Badan PDAM Surabaya.
Skripsi pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya.
Anggraeni, Fika Desi. (2007). Evaluasi penerapan perencanaan pajak atas PPh pasal
21 pada karyawan tetap sebagai upaya dalam meminimalisasi PPh yang terutang
pada CV. X. Skripsi pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya.
Anita. (2008). Analisa Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pegawai Tetap Dan
Pengaruhnya Terhadap Laporan Laba/Rugi. Skripsi pada Universitas Indonusa
Esa Unggul.
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Muljono, Djoko. (2010). Akuntansi Pajak. Yogyakarta: Andi.
Gloritho. (2009). Pengaruh Penerapan Perencanaan Pajak Biaya Pegawai pada PT
XYZ Untuk Meminimalkan Beban Pajak dan Hubungannya Dengan Kinerja
Perusahaan. Artikel pada Universitas Gunadarma.
Hardianto, Aloysius Taufan. (2012). Mekanisme Perhitungan Dan Pelaporan Pajak
Penghasilan (PPh) Pasal 21 Karyawan (Studi Pada PT. Dutacipta Pakarperkasa
Surabaya). Artikel pada Universitas Brawijaya Malang.
Keputusan Dirjen Pajak No. 31/PJ/2009 tentang Petunjuk pemotongan PPh pasal 21/26
Krisnawan, Tesar Andhi. (2009). Pengaruh Penyusutan Aktiva Tetap Menurut PSAK
No. 17 Dan UU No. 17 Tahun 2000 Terhadap Penghasilan Kena Pajak Pada PT.
Asuransi Dayinmitra Tbk. Jakarta. Skripsi pada Universitas Indonusa Esa
Unggul.
Mardiasmo. (2011). Perpajakan. Jakarta: Andi
Noor, Rohaya Md., Nur Syazwani M. Fadzillah., Nor’Azam Mastuki. (2010).
Corporate Tax Planning: A Study On Corporate Effective Tax Rates of Malaysian
Listed Companies. International Journal of Trade, Economics and Finance, Vol. 1,
No. 2, August, 2010-023X.
Pohan, Chairil Anwar. (2013). Manajemen Perpajakan. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Pudyatmoko, Sri. (2009). Hukum Pajak. Yogyakarta: Andi.
Purwono, Herry. (2010). Dasar-dasar Perpajakan & Akuntansi Pajak. Jakarta:
Erlangga.
Raedy, Jana Smith. (2009). Discussion of "Taxable Income as a Performance Measure:
The Effects of Tax Planning and Eamings Quality". Journal Contemporary
Accounting Research Vol. 2 26 No. 1 (Spring 2009) pp. 55-63.
Rini, Aristya. (2010). Analisis Perbedaan Penetapan Pajak Terutang Sebelum Dan
Sesudah Penerapan Perencanan Pajak Penghasilan Pasal 21 Wajib Pajak
Pribadi Berdasarkan Metode Gross Up Pada PT. Industri Telekomunikasi
Indonesia (Persero). Skripsi pada Universitas Pendidikan Indonesia.
Rosa, Inria Dina. (2009). Penerapan Perencanaan Pajak Atas PPh Badan Sebagai
Upaya Dalam Meminimalisasi PPh Badan Yang Terutang Pada PT. X Surabaya.
Skripsi pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya.
Ruchjana, Eva Theresna. (2008). Analisis Penerapan Metode Gross-up dalam
Perhitungan PPh 21 Sebagai Salah Satu Upaya Perencanaan Pajak (Studi Kasus
pada PT. BPR Tahun 2005). Jurnal Volume 6 Nomor 2 Maret 2008: 261-270.
Sabli, Nurshamimi., Rohaya Md Noor. (2012). Tax Planning And Corporate
Governance. Journal International Conference On Business And Economic
Research ISBN: 978-967-5705-05-2.
Suandy, Erly. (2011). Perencanaan Pajak. Yogyakarta: Salemba Empat
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R& D. Bandung:
Alfabeta.
Sumartaya, Dusa. (2011). Perencanaan Pajak PPh Badan melalui Metode-Metode
Pemotongan PPh Pasal2l (Studi Kasus pada PT. VMI di Batam). Jurnal Bisnis
Volume 6 Nomor 2 Desember 2011: 153-166 ISSN 1693-234X.
Supadmi Ni Luh., Andryani Wiwik. (2011). Analisis Tingkat Pemahaman Wajib Pajak
Orang Pribadi Pada Pelaksanaan Self Asessment System Dalam Melaksanakan
Kewajiban Perpajakan. Artikel pada Universitas Udayana.
Suryanti. (2010). Perencanaan pajak untuk meminimalkan pembayaran pajak pada PT.
Arta Design. Artikel pada Universitas Gunadarma.
Ulfa, Maria. (2009). Analisa Perhitungan PPh 21 Dengan Menggunakan Metode
Gross-Up Pada CV. Mustika Mojokerto. Skripsi pada Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi Malang.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008, Tentang Pajak
Penghasilan.
Wenas, Puput Andriany. (2013). Analisis Metode Penghitungan Dan Pemotongan
Pajak Penghasilan Pasal 21 Dalam Usaha Meminimalkan Beban Pajak
Perusahaan. Skripsi pada Universitas Negeri Gorontalo.

Anda mungkin juga menyukai