Lapkas Anak Iship
Lapkas Anak Iship
LAPORAN KASUS
1.1 IDENTITAS
Berat badan : 10 kg
Agama : Islam
BAB cair
keluhan BAB cair sejak pagi ± 5 kali, warna hijau, lendir (-), darah (-
), bau busuk (+). 5 hari sebelum MRS pasien demam, hilang timbul.
1
malaria tertiana dan sudah mengkonsumsi obat malaria 3 kali, namun
ibu pasien tidak tau nama obat yang diminum. Batuk (-), pilek (-),
mual (+), muntah (+) sejak kemarin sebanyak 3 kali. Makan dan
Pasien lahir cukup bulan, dan lahir spontan serta pada saat dilahirkan,
2
Selama masih kecil pasien mendapatkan ASI sampai dengan umur 1
Penyakit Jantung (-), Hipertensi (-), Diabetes militus (-), Asma (-) dan
tetangga sekitarnya.
Kesadaran : Apatis
Saturasi O2 : 95%
Berat Badan : 10 kg
3
Kepala/Leher : Normosefal, rambut hitam, persebaran merata, tidak
T1
gallop (-)
Abdomen : Tampak datar, supel, bising usus (+) Normal, Hepar Lien
tidak teraba
- DDR : negatif
- GDS : 96
1.3 RESUME
Pasien anak berjenis kelamin laki-laki berumur 3 tahun 7 bulan, Berat badan
demam. Demam tinggi naik turun, mengigil (+) sesaat sebelum demam, dan
sudah pernah berobat ke puskesmas lalu diberi obat paracetamol sirup dan
obat batuk pilek,, tetapi belum ada perubahan. Pasien mengalami penurunan
4
nafsu makan tetapi masih mau minum susu. Keluhan lainnya muntah (+) 1x
sehari berisi air dan lendir selama 4 hari SMRS, batuk (+), lendir (+), ±5 hari/1
minggu, muntah (+) 1x ±4 hari sebelum masuk rumah sakit, berisi air,
lendir(+), BAB cair, 1x berisi ampas, darah (-). Menurut ibu pasien, pasien
sering minum es jasjus, satu hari 1-2x. Pada pemeriksaan fisik didapati
Demam
Muntah
BAB cair
Kesadaran: Apatis
- Demam tifoid
1.7 PERENCANAAN
Terapi:
5
- Inj diazepam 3 mg
- Pasang NGT
1.8 PROGNOSIS
6
FOLLOW UP
O : Kesadaran : Somnolen
RR: 32x/mnt
SB: 37,9 C
tidak teraba
7
Observasi kejang DD kejang demam simpleks
P :
O2 2 lpm
Paracetamol 4x 1cc
Zinc 1 x cth 1
Liprolac 1 x 1 sachet
Nifural 3x cth 1
- Leukosit : 14.500
- Trombosit : 46.000
- HCT: 34,4 %
8
- DDR negatif
FOLLOW UP
S : Mencret, panas
O : Kesadaran : Somnolen
RR: 28x/mnt
SB:36,7 C
tidak teraba
P :
9
O2 2 lpm
Paracetamol 4x 1cc
Zinc 1 x cth 1
Liprolac 1 x 1 sachet
Nifural 3x cth 1
- Leukosit : 11.700
- Trombosit : 50.000
- HCT: 30,9 %
- DDR negatif
- GDS : 135
- Natrium : 132,5
- Kalium : 3,05
10
- Klorida : 100,4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
P.vivax, P.ovale (dua jenis), dan P.malariae. Infeksi manusia dengan parasit
malaria monyet yaitu P.knowlesi dilaporkan dari Asia Tenggara dan kepulauan
Borrneo. 1,2,3,4
2.2 Epidemiologi
juta kasus. Batas dari penyebaran malaria adalah 64° lintang utara (Rusia) dan
adalah 400 meter di bawah permukaan laut (laut mati) dan 2600 meter di atas
yang paling luas, mulai dari daerah yang beriklim dingin, subtropik sampai ke
daerah tropis.2
11
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan utama dunia dan terjadi
dilebih dari 100 negara. Daerah transmisi utama terdapat di Asia, Afrika, dan
Tengah, India, Pakistan, dan Sri Lanka. P.vivax dan P.falciparum predominan diAsia
Gambar 1.DistribusiglobalspesiesPlasmodiumfalciparumdanPlasmodiumvivax1
1800 meter di atas permukaan laut. Spesies yang terbanyak dijumpai adalah
plasmodium falciparum dan plasmodium vivax. Air tergenang dan udara panas
12
berfluktuasi, pada tahun 2005 ,2006, dan 2007 tercatat 0,95‰, 0,19‰ dan
0,16‰. Sedangkan di luar Jawa dan Bali, Annual Malaria Incidence (AMI)
menurun dari 24,75‰ pada tahun 2005 menjadi 19,67‰ tahun 2007. Di Sumatera
Utara antara tahun 2000-2004, diperkirakan lebih dari 50.000 kasus setiap tahun
dengan 9-10 kasus kematian. Pada tahun 2010 WHO memperkirakan terdapat sekitar
600.000 kematian akibat malaria di seluruh dunia dan 86% adalah anak-anak
3
dibawah usia 5 tahun.
2.3 Etiologi
pada sel darah merah melalui nyamuk anopeles betina. Pada manusia,
Malaria dapat ditular melalui dua cara yaitu alamiah dan bukan alamiah.
betina, sedangkan bukan alamiah adalah melalui plasenta dan tali pusat (malaria
kongenital) serta melalui transfusi darah atau jarum suntik (secara mekanik).2
2.4 Patofisiologi
13
yaitu P.falciparum, P.malariae, P.vivax, P.ovale, dan P.knowlesi. Plasmodium knowlesi
siklus hidup yang kompleks. Parasit ini dapat bertahan hidup dilingkungan seluler
seksual). Replikasi Plasmodium terjadi melalui 2 tahap dalam tubuh manusia. Fase
eritrositik yang terjadi di dalam sel-sel hati dan fase eritrositik yang terjadi didalam sel
membentuk skizon. Setelah 1-2 minggu, sel-sel hepatosit ruptur dan mengeluarkan
P. knowlesi sekali ruptur tidak akan lagi berada dihati.Skizon spesies P. vivax dan
P.ovale ruptur dalam 6-9 hari dan ruptur sekunder pada skizon yang dorman
(hipnozoit) dapat terjadi setelah beberapa minggu, bulan atau tahun sebelum
14
Gambar 2. Siklus hidup Malaria
Fase eritrositik dimulai saat merozoit dari hati menginvasi sel darah
yang secara klinis ditandai dengan demam. Beberapa dari merozoit ini
gametosit betina ini dicerna oleh nyamuk Anopheles betina saat mengisap
darah dari manusia. Dalam perut nyamuk, gametosit jantan dan betina ini
parasit. Gejala yang paling mencolok adalah demam yang diduga disebabkan
oleh pirogen endogen, yaitu TNF dan interleukin-1. Akibat demam terjadi
Terjadinya kongesti pada organ lain peningkatan resiko terjadi ruptur limpa.3,4
15
plasmodium dan status imunitas pejamu. Anemia juga disebabkan oleh
hemolisis autoimun, sekuestrasi oleh limpa pada eritrosit ang terinfeksi maupun
yang normal, dan gangguan eritropoiesis. Pada hemolisis berat dapat terjadi
Dalam kasus ini pasien mengalami demam dengan suhu 39,20C dan juga
tropozoit yang berkembang biak secara aseksual yang kemudian ruptur dan
demam serta demam juga diakibatkan oleh TNF dan interleukin-1 yang
interval tertentu) yang diselingi oleh suatu periode (periode laten) bebas
demam. Sebelum demam biasanya merasa lemah, nyeri kepala, tidak ada nafsu
16
Periode paroksisme biasanya terdiri dari tiga stadium yang berurutan
yakni stadium dingin (cold stage), stadium demam (hot stage) dan stadium
gastroenteritis akut atau infeksi virus akut lainnya. Anak-anak yang berasal dari
tidak harus disertai demam, terutama bagi anak di daerah endemis. Pada anak
demam yang pertama didahului oleh masa inkubasi (intrinsik). Masa inkubasi
bervariasi antara 9-30 hari tergantung pada spesies parasit. Pada malaria akibat
tranfusi darah, masa inkubasi plasmodium vivax 16 hari. Masa inkubasi pada
plasmodium vivax 13-17 hari. Setelah lewat masa inkubasi, pada anak besar
dan orang dewasa timbul gejala demam yang terbagi dalam tiga stadium yaitu:2
1. Stadium dingin
Stadium ini diawali dengan gejala menggigil atau perasaan yang sangat dingin.
Gigi gemeretak dan pasien biasanya pasien menutupi tubuhnya dengan segala
macam pakaian dan selimut yang tersedia. Nadi cepat tetapi lemah, bibir dan
jari-jari pucat atau sianosis, kulit kering dan pucat, pasien mungkin muntah dan
pada anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15 menit
sampai 1jam.
17
Dalam kasus ini, pasien menggigil sesaat sebelum demam dengan suhu
badan 39,2 C.Hal ini sesuai dengan manifestasi klinis dari malaria yang
merupakan 1 dari tiga stadium yang berurutan yakni stadium dingin (cold
stage)
2. Stadium demam
Pada stadium ini pasien merasa kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa
sangat panas seperti terbakar, nyeri kepala, seringkali terjadi mual dan muntah,
nadi menjadi kuat lagi. Demam disebabkan oleh karena pecahnya skizon dalam
sel darah merah yang telah matang dan masuknya merozoit darah ke dalam
aliran darah. Pada plasmodium vivax, skizon dari tiap generasi menjadi matang
setiap 48 jam sekali, sehingga timbul demam setiap hari ke tiga terhitung dari
Dalam kasus ini, pasien mengalami demam dengan suhu badan 39,2 C. Dan
hal ini disertai dengan mual (+), muntah (+) 1x ±4 hari sebelum masuk
rumah sakit, berisi air, lendir(+). Hal ini sesuai dengan manifestasi klinis
dari malaria yang merupakan 1 daritiga stadium yaitu stadium demam (hot
stage).
3. Stadium berkeringat
Pada stadium ini pasien berkeringat banyak sekali, tempat tidurnya basah,
normal. Black water fever yang merupakan koplikasi berat adalah munculnya
hemoglobin pada urin sehingga menyebabkan warna urin berwarna tua atau
hitam. Limpa biasanya membesar pada serangan pertama yang berat atau
18
setelah beberapa serangan dalam periode yang cukup lama. Dengan pengobatan
Pada kasus ini, setelah demam pasien berkeringat) sampai bajunya basah.
Hal ini sesuai dengan manifestasi klinis dari malaria yang merupakan 1
Malaria tertiana jarang disertai anemia berat. Pada infeksi akut, beratnya anemia
Hati pada umumnya membesar dan teraba pada akhir minggu pertama. Limpa
bertambah besar selama serangan dan dapat teraba pada minggu kedua. Kejang
dapat terjadi pada saat demam tinggi pada usia 6 bulan sampai 5 tahun.
Pada kasus ini, tidak dijumpai adanya pembesaran hati dan juga limpa.
Namun, anemia dijumpai pada kasus ini dengan kadar Hb 6,3 gr/dl. Anemia
pada kasus ini dapat merupakan akibat dari tingginya parasitemia pada
darah pasien.
19
2.6 Diagnosa
epidemiologinya:3
Didaerah non endemis, diagnosis klinis malaria tidak harus didasarkan pada
24 jam terakhir dan atau adanya gejala anemia (pucat pada palmar
merupakan tanda paling reliabel pada anak yang lebih muda. Tetap perlu
splenomegali; dan gejala lain seperti nyeri kepala, mual-muntah, nyeri otot
tulang, riwayat kejang (terutama bayi < 1 tahun), diare (balita) dan nyeri
perut (anak > 5 tahun). Riwayat tinggal di daerah endemis malaria, riwayat
sakit malaria, riayat minum obat malaria satu bulan terakhir dan juga
Diagnosis pasti dengan pemeriksaan apusan darah tebal dan apusan darah tipis.
Apusan darah tebal dibuat dengan pewarnaan Giemsa atau fieldstain, sedangkan
apusan darah tipis dengan pewarnaan wright atau giemsa. Pemeriksaan apusan
20
Aapusan darah :5
- Dikatakan negatif jika tidak ditemukan parasit dalam 100 lapang pandang.
Hasil apusan darah negatif tunggal tidak meniadakan diagnosis malaria, karena
sebagian besar pasien bergejala akan menunjukkan hasil positif dalam 48 jam.
Pemeriksaan darah serial setiap 6 jam selama tiga hari berurutan dapat
yang dicurigai malaria harus diterapi berdasarkan hasil tes mikroskopik atau
RDT darah.1
Malaria Berat4
21
4. Kejang berulang lebih dari dua episode dalam 24 jam
6. Gagal sirkulasi atau syok: tekanan sistolik < 70 mmHg (Pada anak : < 50
mmHg)
7. Ikterus disertai adanya disfungsi organ vital. Bilirubin total > 50 umol/L
9. Perdarahan spontan
10. Edema Paru (secara radiologi) atau saturasi <92% dengan frekuensi nafas
>30/menit.
Gambaran Laboratorium :
4) Hemoglobinuri
parasit/Ul; daerah endemis tinggi > 5% atau > 250. 000 parasit /ul).
22
Untuk mendiagnosa malaria, dapat ditegakkan secara klinis dan
Demam tinggi yang naik turun, dan sesaat sebelum demam pasien
terdiri dari tiga stadium yang berurutan yakni stadium dingin (cold
stage).
Demam tifoid:4
masa inkubasi 7-14 hr (3-30 hr). Gejala klinis menyerupai penderita dewasa,
onset insidious, malaise, anoreksia, mialgia, sakit kepala, sakit daerah abdomen
(anak biasanya tidak dapat menunjukan daerah yang paling sakit/rasa tidak
nyaman difus), keluhan meningkat pada minggu kedua. Demam sampai hari ke-
4 bersifat remiten, dengan pola seperti anak tangga (stepwise fashion), sesudah
23
hari ke-5 atau paling lambat akhir minggu pertama pola demamberbentuk
Pada minggu kedua keluhan malaise, anoreksia, mialgia, sakit kepala, sakit
sakit.
Pada kasus ini, pasien mengalami demam dengan suhu badan 39,2 C. Dan
hal ini disertai dengan mual (+), muntah (+) 1x ±4 hari sebelum masuk
rumah sakit, berisi air, lendir(+). Namun pada pasien ini memiliki pola
demam naik turun, sedangkan pada demam tifoid memiliki pola seperti anak
Pengobatan Simptomatik
(berat badan 10 kg) dan segera rujuk ke rumah sakit, karena kejang merupakan
Suplementasi zat besi dengan atau tanpa zinc secara bermakna meningkatkan
24
kadar hemoglobin pada penderita malaria tropika di daerah endemis. Namun,
pemberian zat besi pada malaria dengan anemia ringan tidak dianjurkan, kecuali
Pengobatan Anti-malaria4
LINI PERTAMA :
tersedia dalam vial 60 mg yang berisi serbuk kering asam artesunik dan
sebanyak 3 kali jam 0, 12, 24. Selanjutnya diberikan 2,4 mg/kgBB intravena
setiap 24 jam perhari sampai penderita mampu minum obat. Bila penderita
diberikan dengan dosis 3,2 mg/kgBB secara IM dan diberikan hari berikan
hari berikutnya dengan dosis 1kali 1,6 mg/kgBB sampai penderita mampu
25
LINI KEDUA :
1. Kina drip bukan merupakan obat pilihan utama untuk malaria berat namun
dapat diberikan bila tidak tersedia artesunat atau artemeter dan pada ibu
hamil pada trimester pertama. Obat ini dikemas dalam bentuk ampul kina
dihidroklorida 25%. 1 ampul berisi 500 mg/2 ml. Pada anak kina HCL 25
Nacl 0,9% sebanyak 5-10 cc/kgBB. Diulang setiap 8 jam sampai penderita
dapat minum obat.4 Bila sudah dapat minum obat pemberian kina iv diganti
jam. Kina oral diberikan bersama doksisiklin atau tetrasiklin pada orang
dewasa / klindamisin pada ibu hamil. Dosis total kina selama 7 hari dihitung
dengan dosis 4 mg/kgBB/hari diberikan selama 3 hari. Obat anti malaria lini
hepar (tissue schizonticidal). Untuk plasmodium falcifarum khusus untuk anak >
diberikan untuk anak usia < 1 tahun, ibu hamil, dan defisiensi G6PD. Kondisi
klinis malaria pada anak dapat cepat memburuk. Edukasi oang tua pasien penting
26
sebagai partner pemantauan selama rawat jalan. Apabila anak tidak bisa
menoleransi obat oral atau muncul gejala-gejala malaria berat sebaiknya dirujuk
akibat malaria pada anak menurun dengan pemberian artesunat per rektal jika
D5 1/2 NS 1000cc/ 24 jam 40 tpm mikro. Inj. Ranitidin 2x10 mg (Intravena), pro
piretik supp 160 mg, Inj. Artesunat 24 mg (0 jam, 12jam, 24jam), puyer panas
3x1 pulv, Primakuin 1x 1/4 tablet selama 14 hari, darplex tab 1x1 (selama 3 hari),
Pro transfuse PRC serial 2x75cc, Inj. Pre lasix 5 mg (IV) pre transfusi PRC,
Pemberian transfusi pada pasien ini telah sesuai dengan pemberian per serial.
Pada kasus ini pasien diberikan IVFD D5 1/2 NS 1000cc/ 24 jam 40 tpm
rumus holiday segar yaitu 10 kg berat badan pertama dikali 100. Berat badan
Inj. Ranitidin 2x10 mg (Intravena), pro piretik supp 160 mg, puyer panas 3x1
pulv diberikan untuk mengatasi gejala simptomatik seperti demam dan juga
muntah.
27
Terapi antimalaria pada kasus ini yaitu Inj. Artesunat 24 mg (0 jam, 12jam,
24jam), Primakuin 1x 1/4 tablet selama 14 hari, dan DHP 1x1 tab (selama 3 hari)
yang diberikan sesuai dengan teori dimana dosis pemberiaan artesunat secara
mg. Pada kasus ini pasien diberikan Primakuin 1x ¼ tablet (3,75 mg) selama 14
hari, sesuai dengan dosis pemberian primakuin 0,2 mg/KgBB selama 14 hari.
Dosis pemberian DHP menurut teori 4 mg/KgBB, pemberian pada kasus ini
sesuai dengan dosis pemberiannya yaitu 1 tablet (40 mg) selama 3 hari. Pada
kasus ini Hb pasien > 5 g/dl (6,3g/dl) sehingga kami menggunakan rumus delta
2.9 Prognosis
Prognosis malaria yang disebabkan oleh P. vivax pada umumnya baik, tidak
berlangsung sampai 3 bulan atau lebih lama oleh karena mempunai sifat relaps.
Indikator klinis
o kejang berulang
o deserebrasi
28
o dijumpai disfungsi organ (gagal ginjal, edem paru)
o indikator laboratorium
o leukositosis
o hemoglobin <5g/dl
o antitrombin rendah
Prognosis pada kasus ini adalah bonam, karena tidak ditemukan adanya
29
2.10 Pencegahan2
keluar dari daerah endemik malaria, tiap minggu diberikan obat anti
malaria.
30
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
malaria tertiana.
Prognosis pada pasien ini yaitu bonam karena setelah mendapat pengobatan
31
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO. Guidelines for the Treatment of Malaria 3rd edition. 2015. p23-31
2. Soedarmo SP, Game H, Hadinegoro SS, Satari HI. Buku Ajar Infeksi dan
Pediatri Tropis. Edisi kedua. Jakarta. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2015.
p. 408-436
32