Anda di halaman 1dari 4

Orang dengan HIV&AIDS mengalami beban hidup yang berat dalam kesehariaannya

menghadapi beban penyakit yang diderita dan psikologis dari lingkungan sekitar. Hal ini
berdampak pada kualitas hidup yang harus dijalani seharihari. Stigma HIV&AIDS
menjadi masalah psikososial yang mempengaruhi banyak aspek dalam kehidupan
penderitanya. Adanya stigma akan berdampak pada tatanan sosial masyarakat dan akses
ke pelayanan kesehatan. Pengidap HIV&AIDS dapat kehilangan pergaulan sosial,
kehilangan pekerjaan dan sumber penghasilan yang pada akhirnya menimbulkan
kerawanan sosial dan mempengaruhi kualitas hidup mereka.
Pada ODHA, tidak hanya mengalami penderitaan fisik karena proses penyakit yang
mengakibatkan perubahan fisik yang progresif, melainkan juga penderitaan psikologis
dan sosial yang disebabkan oleh stigma dan diskriminasi (Vance & Denham, 2008;
Meade et al, 2010).
Stigma dan diskriminasi dapat menghambat upaya pencegahan dan pengobatan
HIV/AIDS dan menimbulkan dampak psikologis yang dapat menurunkan kualitas hidup
klien HIV/ AIDS.
Kejadian depresi lebih tinggi pada pasien yang tidak bekerja, tidak berpendidikan, tidak
menikah, memiliki pendapatan sedikit, dan memiki dukungan sosial yang buruk. Stigma
dapat merugikan secara sosial yang dapat mengakibatkan depresi (Raguram et al, 1996).
Kecenderungan untuk mengalami distress psikologi dipengaruhi berbagai faktor sosial
dan budaya, salah satunya adalah derajat stigma.
Hasil penelitian dari International Centre for Research on Women (ICRW) tahun 2012,
menemukan konsekuensi dari stigma terhadap orang dengan HIV antara lain kehilangan
pendapatan, diputusnya pekerjaan, kehilangan keluarga, kegagalan dalam pernikahan,
terhentinya keinginan mempunyai anak, miskin layanan kesehatan, mundur dari layanan
perawatan di rumah, hilangnya harapan hidup, dan perasaan yang sangat sedih, serta
kehilangan reputasi.
sebagai konsekuensi dari pemberian label negatif dan diskriminasi, ODHA memandang,
berpikiran, dan merasa negatif terhadap diri (e.g., putus asa, depresi, tidak berharga, tidak
berguna, tidak berdaya, menarik diri dari lingkungan, dan berkeinginan bunuh diri).
Berdasarkan hasil interview peneliti, label negatif dan diskriminasi yang diterima
ODHA mempengaruhi cara pandang ODHA terhadap dirinya atau konsep-diri. Konsep-
diri merupakan pandangan individu mengenai siapa dirinya dan diperoleh melaluin
informasi yang diberikan orang lain kepada dirinya (Mulyana, 2006). Label negatif dan
bentuk diskriminasi dari lingkungan yang diterima oleh ODHA dijadikan sebagai
informasi untuk menilai dirinya sendiri. Diskriminasi dan label negatif dapat
mengganggu kehidupan ODHA dengan mempengaruhi tekanan fisik, psikologi dan
kehidupan sosial bahkan depresi (KPA Strategi Nasional Penanggulangan HIV DAN
AIDS, 2007). Konsekuensi dari diskriminasi dan label negatif yang diterima ODHA
antara lain munculnya pemikiran negatif, mudah putus asa, tidak mau bersosialisasi
dengan warga kampung, pendiam, perasaan tertekan, memberontak dan penilaian diri
yang rendah. Kedua partisipan memiliki pandangan negatif tentang diri sendiri dan
merasa tertolak lingkungan sekitar karena sakit yang dideritanya sehingga kedua
partisipan memiliki pemikiran negatif, sikap putus asa, depresi, perasaan tertekan dan
keinginan mengakhiri kehidupan. Label negatif dan Diskriminasi yang diterima
membuat kedua partisipan cenderung memiliki konsep-diri negatif (merasa tidak
berharga, tidak berguna, tidak berdaya
Tingkat Depresi
Bathia & Munjal (2014) Kejadian depresi lebih tinggi pada pasien yang tidak bekerja,
tidak
berpendidikan, tidak menikah, memiliki pendapatan sedikit, dan memiki dukungan sosial
yang buruk. Faktor psikologi dan sosial berperan dalam terjadinya depresi pada pasien
HIV.
Terdapat hubungan antara stigma dan gejala depresi. Stigma dapat merugikan secara
sosial yang dapat mengakibatkan depresi (Raguram et al, 1996). Kecenderungan untuk
mengalami distress psikologi dipengaruhi berbagai faktor sosial dan budaya, salah
satunya adalah derajat stigma.

----------------
, tindakan diskriminasi ini juga menimbulkan efek psikologis yang pada akhirnya akan
menimbulkan depresi berlebihan oleh orang penyandang HIV&AIDS. Orang yang
hidup dengan HIV dapat menginternalisasi diri terhadap tanggapan negatif dan reaksi
orang lain. Pada ODHA hal ini dapat diwujudkan dalam perasaan malu, menyalahkan diri
sendiri, dan tidak berharga yang dihubungkan dengan perasaan terisolasi dari masyarakat,
depresi, dan keinginan untuk bunuh diri.Kurangnya penghargaan diri dan mudah putus
asa.
Stigma memiliki dampak negatif pada kehidupan ODHA termasuk perilaku kesehatan.
ODHA yang mengalami stigma mengatakan merasa malu, takut, perasaan bersalah,
kesepian, hidup sengsara, mengurung diri, mengurangi pertemuan sosial, minum alkohol,
merokok, isolasi sosial dan perilaku kekerasan. Stigma juga menyebabkan ODHA
mendapatkan penolakan, pengucilan, tidak mendapatkan dukungan dari keluarga,
kehilangan pekerjaan, perceraian, kegagalan menikah, pengusiran dari sekolah, dan
kerugian ekonomi. (Meade et al, 2010; Lekganyane & Plessis, 2012; Olalekan,
Akintunde, & Olatunji, 2014). Stigma mengakibatkan ODHA menjadi rendah diri, putus
asa, penurunan kualitas hidup, depresi, kecemasan, bahkan berpikir untuk melakukan
bunuh diri (Thi et al, 2008; Vance & Denham, 2008; Xia et al, 2014; Saadat, Behboodi, &
Saadat, 2015).

Stigma dan deskriminasi menimbulkan dampak psikologi yang berat bagaimana ODHA
memandang diri mereka. Kondisi ini dapat mendorong terjadinya depresi, kurang
penghargaan diri, keputusasaan, bahkan keinginan bunuh diri atau merusak dirinya.
Kurangnya dukungan dari lingkungan (dukungan material, informasional, emosional,
sosial, atau spiritual) akan membuat kualitas hidup ODHA memburuk (Enkabara, 2010).

----------------
Dengan demikian adanya tindakan diskriminasi justru akan mempersulit penanganan, dan
akhirnya membuka peluang bagi penyebaran yang meluas dan tidak terkendali.
Mengingat bahwa penangggulangan HIV&AIDS sangat penting, maka dari itu perlu
adanya kerjasama yang baik dari berbagai pihak yang terkait seperti masyarakat,
pemerintah dan NGO (Non-Government Organizations).
Selain itu, stigma mengganggu dukungan perawatan, pengobatan dan pencegahan
penyakit karena ODHA menunda atau menolak untuk melakukan tes, keengganan
mencari perawatan, ketidakpatuhan terhadap pengobatan antiretroviral, menyembunyikan
status dari pasangan, sehingga berkontribusi terhadap penyebaran penyakit dan dapat
memperburuk kondisi kesehatan ODHA. (Gaudine, Gien, Thuan, & Dung, 2010; Pharris
et al, 2011; Lifson et al, 2012; Hua et al, 2014; Karamouzian et al, 2015; Saki,
Kermanshahi, Mohammadi, & Mohraz, 2015).
Stigma dan diskriminasi membuat ODHA maupun keluarganya merasa takut atau malu
untuk mengakui dan mencari bantuan (Enkabara, 2010). Stigma dari lingkungan sosial
dapat menghambat proses pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS. ODHA tidak bersedia
melakukan tes karena cemas akan mendapatkan diskriminasi. ODHA juga dapat
menerima perlakuan yang tidak semestinya sehingga mereka menolak membuka status
mereka terhadap pasangan atau merubah perilaku mereka. ODHA akhirnya tidak mencari
pengobatan dan dukungan serta tidak berpartisipasi untuk mengurangi penyebaran
dikarenakan kekhawatiran mendapatkan stigma dan diskriminasi (Yusnita, 2012).
Selain itu, gejala depresi berhubungan dengan penurunan NK dan limfosit CD8+ pada
pasien HIV. Sel imun berperan dalam perlindungan terhadap perburukan infeksi HIV.
Depresi dan stress bisa memiliki implikasi klinis dalam perjalanan penyakit (Lesserman
et al, 1997).

Stigma sebagai hambatan pencarian pengobatan


Adanya stigma terhadap ODHA berdampak terhadap program pencegahan dan
penanggulangan HIV/AIDS. Kelompok yang berisiko akan takut melakukan test HIV
karena takut apabila status HIV mereka positif maka mereka akan dikucilkan. ODHA
cenderung menunda pengobatan karena adanya ketakutan untuk mengungkapkan status
HIV mereka. Stigma terhadap ODHA dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan
masyarakat tentang HIV/ AIDS. Apabila masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup
mengenai faktor risiko, transmisi, pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS maka stigma
terhadap ODHA dapat berkurang.19
Stigma adalah penghalang yang signifikan bagi ODHA untuk pencegahan dan
pengobatan infeksi HIV.10 Berbagai bentuk stigma, baik dari masyarakat maupun self
stigma mengarahkan individu untuk melabeli diri sebagai tidak dapat diterima untuk
mencari pengobatan.20 Individu yang merasa ter-stigma akan mengurangi kemungkinan
untuk mencari bantuan, mungkin juga akan memilih mengakhiri pengobatan, dan
mungkin akan mengurangi kepercayaan diri individu terhadap kemampuan mereka untuk
menolak adiksi narkoba.6

Anda mungkin juga menyukai