Seminar Batusangkar Ruang Ponek 2019
Seminar Batusangkar Ruang Ponek 2019
PENDAHULUAN
dini yaitu disebabkan oleh HPV (Human Pappiloma Virus) dimana 95%
Faktor lainyangmenyebabkanterjadinyaketubanpecahdiniyaitu
statusparitasmultipara sebanyak 52,4%, nulipara 47,6%. Ibu bersalin dengan
(Fatkhiyah, 2008).
pecah dini adalah asfiksia pada bayi, dengan prevalensi 60,9%. Angka
glukosa yang akhirnya tanpa sisa dan langsung menjadi air dan
(Prawihardjo, 2009).
lain menyebutkan bahwa gawat janin dapat disebabkan oleh keadaan ibu
dengan berat badan 500 gram atau lebih atau kematian janin dalam rahim
2009).
berperan dalam deteksi terjadinya ketuban pecah dini secara dini supaya
2019”.
1.3 Tujuan
1.3.1 TujuanUmum
Batusangkar
1.4.1 Manfaatteoritik
kepada peneliti bahwa ada hubungan ketuban pecah dini dengan kejadian
1.4.2 ManfaatPraktis
a. Penelitian ini diharapkan pada tempat pelayanan kesehatan dapat
kejadian gawatjanin.
akan ada tindak lanjut penelitian baru yang masih berkaitan dengan
penelitianini.
asuhan kebidanan komprehensif pada ibu KPD dan fetal distres untuk
menyelamatkan ibu dan bayi. Oleh katena itu, Penulis melakukan penelitian di
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 1 Defenisi
persalinan. Bila Ketuban Pecah Dini terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu
2.1 2 Patofisiologi
Dalam keadaan normal ketuban pecah spontan paling sering terjadi sewaktu-
waktu pada persalinan aktif. Pecahnya ketuban secara khas tampak jelas sebagai
semburan cairan yang normalnya jernih atau sedikit keruh, hampir tidak bewarna
dengan jumlah yang bervariasi. Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda.
Namun pada trimester ketiga selaput ketuban mudah pecah. Pecahnya ketuban dalam
persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dean peregangan berulang.
Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang
pecah.
Sedangkan untuk terjadinya faktor resiko kejadian ketuban pecah dini adalah :
(MPP) yang dihambat inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease. Mendekati
2.1.3 Etiologi
Menurut Morgan, 2009 ketuban pecah dini dapat disebabkan oleh faktor resiko
yaitu :
a. Umur
mempengaruhi persalinan, Pada usia ibu dibawah 20 tahun. Sedangkan pada ibu
usia lebih dari 35 tahun usia mempengaruhi seseorang karena keelastisan dan
b. Sosial ekonomi
untuk mencapai status gizi ibu yang optimal banyak tidak terpenuhi.
c. Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak
beberapa kali dan pernah mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan
(helen,2008)
d. Anemia
Jika persedian zat besi minimal dalam kehamilan, maka akan menyebabkan
berkurangnya zat besi dalam tubuh ibu hamil dan menyebabkan anemia.
Dalam keadaan anemi mengakibatkan dampak pada ibu dan janin. Dampak
pada salah satunya ketuban pecah dini, sedangkan pada janin, cacat bawaan
e. Merokok
Dari pada wanita yang belum pernah mengalami ketuban pecah dini,
2. Aroma air ketuban berbau manis dan tidak berbau amoniak, mungkin
cairan ketuban tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat
3. Cairan tidak akan berhenti atau kering karena terus di reproduksi sampai
kelahiran.
4. Demam
6. Nyeri perut
2.1.5 Komplikasi
a. Persalinan prematur
Setelah ketuban pecah biasanya disusul oleh persalinan. Periode laten
jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu 50%
b. Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini, pada
sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini prematur, infeksi lebih
sering dari pada aterm. Secar umum infeksi sekunder padaketuban pecah
2.1.6 Penataklaksanaan
a. Konserpatif
pada ibu maupun pada janin) dan harus dirawat di rumah sakit.
3) Jika umur kehamilan ,< 32-37 minggu, rawat selama air ketuban
37 mingggu.
sudah 24 jam.
6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan
lakukan induksi.
uterin)
b. Aktif
seksio sesarea.
persalinan diakhiri.
kontraindikasi.
mungkinmenjadi pilihan.
korioamnionitis.
dari depan ke belakang, terutama setelah berkemih atau buang air besar.
seperti biasanya.
yang lemah.
2.2.1 Definisi
Fetal Distres (Gawat Janin) adalah kondisi hipoksia yang bila tidak dilakukan
jakarta: EGC,1999)
jakarta:EGC,2007)
2.2.2 Etiologi
dalamwaktu singkat)
3. Solusio plasenta.
1. Penyakit hipertensi
2. Diabetes melitus
2.2.3 Patofisiologi
oksigenpun berkurang.
mengurangi aliran pada vaskuler, dalam hal ini adalah pada plasenta,
sehingga janin tidak dapat memenuhi kebutuhan yang cukup akan nurisi
dan oksigen.
c. Diabetes militus (DM pada dasarnya gula dapat menjadikan suatu aliran
plasenta.
2. faktor uteroplasental
Bentuk plasenta yang yang normal ialah ceper dan bulat. diameternya antara
15-20 cm dan tebal 1,5-3 cm. panjang tali pusat adalah sektar 55 cm.
anak,bergantung pada apakah plasenta terletak dibawah atau diatas. Tali psat
plasenta,persalinan tak maju dalam pengeluaran dan karena tali pusat tertarik
Memudahkan terjadinya lilitan tali pusat, lilitan tali pusat, biasanya terdapat
pada leher anak. Lilitn tali pusat menyebabkan tali pusat menjadi relatif
pendek dan mungkin juga menyebabkan letak defleksi. setelah kepala anak
Jakarta; EGC)
2) Trauma
a. kompresi tali pusat sehingga menghambat aliran darah dari ibu kejanin bisa
karena puntiran tali pusat yang menghambat ataupun karena prolaps tali pusat
Gawat janin iatrogenik adalah gawat janin yang timbul akibat tindakan medik
janin)
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul jika janin mengalami gawat janin yaitu :
a. Asfiksia
2.2.7 Penatalaksanaan
Jika denyut jantung janin diketahui tidak normal, lakukan hal-hal sebagai
berikut:
a. Istirahat baring
b. Banyak minum
a. Jika terdapat perdarahan dengan nyeri yang hilang timbul atau menetap,
c. Jika tali pusat terletak di bawah janin atau dalam vagina lakukan
4. Jika denyut jantung janin tetap abnormal atau jika terdapat tanda-tanda lain
TINJAUAN KASUS
A. Data Subjektif
1. Identitas
Istri suami
februari 2019.
3. Riwayat Obsetri
a. Riwayat menstruasi :
- Usia manarche : 13 th
b. Riwayat pernikahan
- Pernikahan ke :1
c. Riwayat kontrasepsi :
kehamilan pertama
a. Riwayat kehamilan sekarang
- HPHT :
- Trimester I
kesehatan
Tempat :
Keluhan :
Anjuran ;’
TT :
kesehatan
Frek ANC :
Tempat :
Keluhan :
anjuran :
TT :
- Trimester III
kesehatan
Tempat :
Keluhan :
Anjuran :
Obat obat :
- Pergerakan janin pertama kali dirasakan
b. Riwayat kesehatan
- Sistemik
5. Riwayat kontraksi
a. Mulai kontraksi : tidak ada
- Warna : jernih
- Bau: amis
c. Kekuatan : kuat
8. Istirahat terakhir
b. Lama : 8 jam
9. Makan terakhir
b. Porsi : sedang
b. Banyaknya : 8 gelas
b. Konsistensi : Lembek
e. Persiapan persalian
- Penolong persalinan :
- Pengambil keputusan :
- Tabungan :
- Donor darah :
- Transportasi :
B. Data objektif
2. Berat badan
a. Sebelum hamil : 45 kg
b. BB sekarang : 52 kg
6. Tanda-tanda vital
b. Nadi :82x/i
c. Pernafasan : 22x/i
d. Suhu: 36,4°c
7. Muka
8. Mata
9. Mulut
a. Pucat/ tidak : tidak ada
10. Leher
11. Payudara
d. Colostrum : ada
12. Abdomen
c. Palpasi Leopold
- Leopold I :
- Leopold II :
- Perlimaan : 2/5
d. TFU : 29 cm
- Frekuensi : 135x/i
- Irama : teratur
- Kekuatan : kuat
g. Ekstremitas
13. Genitalia
1. Pengeluaran vagina : air ketuban
7. Ketuban : jernih
8. Presentasi : Kepala :
C. Interpretasi Data
janin hidup tunggal intra uteri, letkep, puki, V, keadaan ibu dan janin
c. Kebutuhan :
2. Infornt consent
4. Kebutuhan Nutrisi
5. Kebutuhan Eliminasi
6. Kebutuhan Istirahat
7. Dukungan emosional
8. Penkes tanda bahaya pada ibu hamil trimester III
2. injeksi cefotasim 2x1 gr untuk jam 16.00 wib dan 04.00 wib
3. injeksi dexametason 2x2 gr untuk jam 16.00 wib dan 04.00 wib
f. Rencana Asuhan :
2. Infornt consent
4. Kebutuhan Nutrisi
5. Kebutuhan Eliminasi
6. Kebutuhan Istirahat
7. Dukungan emosional
g. Pelaksanaan
kesejahteraan janin
8. Penkes tanda bahaya pada ibu hamil yaitu bila ibu keluar darah
petugas.
h. Evaluasi
dilakukan
Pernafasan : 22x/i
6. ibu sudah istirahat total tempat tidur semua aktifvitas ibu berada
di tempat tidur
7. ibu dan keluarga semangat dan berdoa dalam menghadapi
PEMBAHASAN
Pasien Ny. V usia 22 tahun datang ke IGD rujukan dari puskesmas tanjung
emas usia kehamilan 36-37 minggu+ Tunggal Hidup +Ketuban Pecah Dini+Gawat
Janin
4.1. Anamnesis
teori ,yaitu pasien mengeluhkan keluar air-air dari jalan lahir sejak 1 hari yang lalu
hingga membasahi selembar sarung. Air-air tersebut keruh dan berbau amis. Selain
itu, pasien juga mengakui keluar lendir darah dari jalan lahir 1 hari yang lalu. Pasien
anamnesis didapatkan pasien merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan
yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas dan dilakukan uji
lakmus dan perlu juga diperhatikan warna keluarnya cairan tersebut. Belum ada serta
Teori Kasus
Pasien merasa basah pada vagina. Pasien datang dengan keluhan keluar
tiba dari jalan lahir. Riwayat keluar air ketuban dari jalan
darah dan berbau khas Cairan yang keluar keruh dan berbau
Pada kasus, pemeriksaan fisik secara umum dalam batas normal, baik
pemeriksaan tanda vital, maupun status generalisata dari pasien. Pada pasien tidak
didapatkan adanya tanda-tanda infeksi. Suhu pasien normal yaitu 37,5o C. Denyut
Berdasarkan teori, pemeriksaan fisik pada kasus KPD ini penting untuk
menentukan ada tidaknya tanda-tanda infeksi pada ibu. Hal ini terkait dengan
penatalaksanaan KPD selanjutnya dimana risiko infeksi ibu dan janin meningkat pada
KPD. Umumnya dapat terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Selain itu
Teori Kasus
Pada kasus, pasien ini hanya dilakukan pemeriksaan dalam pada saat pertama
kali datang untuk menentukan ada tidaknya pembukaan. Pada saat di lakukan
pemeriksaan dalam pada pasien ini didapatkan pembukaan (-), presentasi letak
kalau KPD yang sudah dalam persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan
pada pasien dengan KPD akan ditemukan selaput ketubannya negatif. Pemeriksaan
dalam pada saat pasien datang pertama kali adalah penting untuk menilai apakah
Teori Kasus
leukosit pasien dalam batas normal (16.400 / mm3) dan kesimpulannya bahwa air
Pada pasien ini dilakukan tes lakmus.Sekret vagina ibu hamil pHnya adalah 4-
5, dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning.Tes Lakmus (tes nitrazin),
jika kertas lakmus merah berubah menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban
Teori Kasus
biru
ketuban dalam kavum uteri.Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang
Interprestasi NST dikatakan reaktif jika terdapat paling sedikit 2 kali gerakan janin
dalam waktu 20 menit pemeriksaan yang disertai adanya akselerasi paling sedikit 10-
15 dpm, frekuensi dasar (baseline) denyut jantung janin diluar gerakan janin antara
kehamilan post-term, IUGR, ketuban pecah dini, gerakan janin berkurang, kehamilan
Pada kasus terdapat perbedaan usia kehamilan pada perhitungan HPHT ibu dan
USG. Dimana pada perhitungan manual ibu, usia kehamilan telah aterm, tetapi pada
USG masih prematur. Di literatur dikatakan bahwa jika terdapat perbedaan seperti ini,
Teori Kasus
1. Terdapat paling sedikit 2 kali NST pada kasus ini dilakukan dan
gerakan janin dalam waktu 20 menit dipatkan gerakan anak 4x/10 menit
2. Frekuensi dasar (baseline) denyut 17.30 wib DJJ pada bayi yakni 165-
Fetal distress dapat terjadi karena adanya gangguan sirkulasi uteroplasenter yang
mengakibatkan hipoksia pada janin. Pada kasus ini, hipoksia pada janin kemungkinan
bisa disebabkan oleh kehamilan postterm. Pada kehamilan postterm, plasenta sudah
tidak bagus lagi sehingga terjadi gangguan sirkulasi darah dari ibu ke janin. Di
samping itu fetal distress juga dapat diakibatkan oleh adanya ketuban pecah dini yang
mengakibatkan air ketuban berkurang, kemudian tali pusat tertekan oleh janin
Fetal distress atau yang sering disebut gawat janin ditegakkan ketika ditemukan
DJJ (+) 165-170 kali permenit. Hal ini menunjukkan hipoksia janin yang sudah tidak
bisa dikompensasi lagi (distress). Diagnosa ini dapat lebih tegas lagi ditegakkan
CTG
preaterm dan akibat dari ketuban pecah dini. Insufisiensi fungsi plasenta pada
4.7 Penatalaksanaan
Pada kasus ini, keluar air ketuban dari jalan lahir atau dalam hal ini pecahnya
ketuban dicurigai terjadi 1 hari yang sebelum masuk rumah sakit, sementara belum
ada tanda-tanda inpartu pada pemeriksaan dalam, pada pemeriksaan CTG pada jam
dalam mengambil sikap atau tindakan terhadap pasien KPD, yaitu umur kehamilan
dan ada tidaknya tanda-tanda infeksi pada ibu. Pemberian antibiotik profilaksis dapat
segera setelah diagnosis KPD ditegakkan. Dan dilakukan tindakan segera dengan
seksio sesarea.
Teori Kasus
dilakukan, pasien pada kasus ini didiagnosis sebagai KPD. Kasus yang ditemukan