Anda di halaman 1dari 13

INFEKSI MATERNAL PENYAKIT

MENULAR SEKSUAL

MAKALAH

ROLAND YULIANDRA
NIM : 201801188

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Swt atas segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas berjudul “INEKSI MATERNAL
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL“ dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penyusunan tugas ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
keperawatan maternitas II
Dengan segala kerendahan hati Penulis selaku penyusun tugas ini
menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari pembaca demi kesempurnaan tugas yang serupa dimasa yang akan datang.

Demikian, Semoga segala yang tertulis di dalam tugas ini bermanfaat,


selebihnya mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Palu, 1 september 2018

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Masalah kesehatan reproduksi menjadi perhatian bersama dan bukan
hanya individu yang bersangkutan, karena dampaknya luas menyangkut
berbagai aspek kehidupan dan menjadi parameter kemampuan negara dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Dengan
demikian kesehatan alat reproduksi sangat erat kaitannya dengan angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian anak (AKA).
Penyakit kelamin adalah penyakit yang cara penularannya melalui
hubungan kelamin. Tempat terjangkitnya penyakit tersebut tidak semata-mata
pada alat kelamin saja, tetapi dapat terjadi diberbagai tempat diluar alat
kelamin. Dulu penyakit ini dikenal dengan nama “venereal diseases”, berarti
penyakit Dewi Cinta menurut versi Yunani. Yang tergolong penyakit ini
adalah sifilis, gonore, ulkus mola, limfogranuloma venereum, granuloma
inguinale.
Dalam penelitian lebih lanjut bahwa makin banyak penyakit yang timbul
akibat hubungan seksual, sehingga nama penyakit kelamin (veneral diseases)
berubah menjadi sexually transmitted diseases (STD) yang dalam bahasa
indonesia menjadi penyakit menular seksual (PMS). Dari sudut epidemiologi
ternyata penyakit menular seksual berkembang sangat cepat berkaitan dengan
pertambahan dan terjadinya migrasi penduduk, bertambahnya kemakmuran,
serta terjadi perubahan prilaku seksual yang semakin bebas tanpa batas.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran menyebabkan
diketahuinya bakteri, protozoa, jamuaan virus sebagai penyebab penyakit
hubungan seksual. Sebagian penyakit tersebut bisa disembuhkan kecuali
acquired immunodefisiency syndrome (AIDS). Di indonesia penyakit ini
sudah banyak menjalar dengan perkembangan penularan yang sangat cepat,
penyakit ini dapat melumpuhkan semua daya tahan tubuh terhadap berbagai
bakteri, protozoa, jamur dan virus lainnya.
1.2.Rumusan Masalah.
Dari latar belakang diatas penulis merumuskan :
1. Apa Pengertian Penyakit Menular Seksual?
2. Bagaimana Penyebaran Penyakit Menular Seksual?
3. Apa Saja Jenis-Jenis Penyakit Menular Seksual?
4. Bagaimana Cara Mencegah Penyakit Menular Seksual?
1.3.Tujuan Penulisan.
Tujuan dari penulisan makalah ini, dimaksudkan agar mahasiswa
mengetahui penyakit menular seksual, penyebaran penyakit menular seksual,
jenis penyakit menular seksual serta bagaimana cara dalam mencegah
penyebaran penyakit menular seksual.
BAB II
TINAJUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Penyakit Menular Seksual.


Penyakit menular seksual atau disingkat PMS adalah penyakit yang
ditularkan melalui hubungan seks. Penyakit menular seksual (PMS) atau
kadang-kadang disebut infeksi menular seksual (IMS) adalah penyakit yang
menyebar melalui hubungan seksual. Orang awam lebih sering menyebutnya
dengan penyakit kelamin. PMS ditularkan melalui cairan tubuh. Selain
melalui kontak seksual, PMS juga dapat menular melalui penggunaan jarum
suntik dan dari ibu ke anak sebelaum, selama, atau setelah persalinan.
PMS sangat beresiko bagi mereka yang sering berganti-ganti pasangan.
Resiko PMS bisa dikurangi dengan prilaku seks yang aman.PMS
mempengaruhi baik pria maupun wanita. Namun, masalah kesehatan dan
konsukuensi jangka panjang wanita sangat beresiko tinggi dan cenderung
mudah terkena penyakit menular seksual (PMS).
2.2.Penyebaran Penyakit Menular Seksual.
Setiap perbuatan seksual ataupun tidak melakukan perbuatan seksual
akan dalam tingkatan tertentu. Salah satu resiko dari melakukan hubungan
seksual adalah kemungkinan terjangkit penyakit menular seksual atau PMS.
Penyebaran penyakit menular seksual antara lain sebagai berikut.
1. Seks tanpa pelindung.
Meski kondom tidak seratus persen dapat melindungi, ia tetap
merupakan cara terbaik untuk menghindarkan diri kita dari infeksi.
Penggunaan kondom dapat menurunkan laju penularan PMS. Orang yang
tidak menggunakan kondom maka akan lebih cepat atau beresiko tinggi
untuk tertular penyakit menular seksual. Hal ini, dikarenakan berhubungan
seksual tanpa alat pelindung menjadikan pasangan yang sedang melakukan
hubungan seksual tidak memiliki proteksi diri serta kemungkinan besar
akan terjangkit penyakit menular seksual.
2. Berganti-ganti pasangan.
Orang yang sering berganti-ganti pasangan tentu akan sangat
beresiko tinggi terkena penyakit menular seksual hal ini dikrenakan orang
yang sering berganti-ganti pasangan tidak mengetahui bahwa salah satu
pasangannnya mengidap penyakit menular seksual atau tidak. Hal ini, jelas
sangat beresiko tertular penyakit menular seksual.
3. Penggunaan jarum suntik bersama-sama.
Penggunaan jarum suntik secara bersama-sama akan meningkatkan
dan sangat beresiko terkena penyakit menular seksual. Menggunakan
jarum suntik sangat rentan terkena penyakit HIV/AIDS terlebih jarum
suntik yang digunakan sudah terkena atau bekas orang yang terinfeksi
HIV/AIDS.
4. Penggunaan alkohol.
Konsumsi alkohol dapat berpengaruh terhadap kesehatan seksual.
Orang yang biasa minum alkohol, bisa jadi kurang selektif memilih
pasangan seksual dan menurunkan batasan. Alkohol dapat membuat
seseorang sulit untuk menggunakan kondom dengan benar, maupun sulit
meminta pasangannya untuk menggunakan kondom.
5. Penyalahgunaan obat-obatan.
Prinsipnya sama dengan alkohol, orang yang berhibungan seksual
dibawah pengaruh obat lebih besar kemungkinannya melakukan prilaku
seksual beresiko/tanpa pelindung. Pemakaian obat terlarang juga
memudahkan orang lain memaksa seseorang melakukan prilaku seksual
yang dalam keadaan sadar tidak akan dilakukan. Penggunaan obat dengan
menggunakan jarum suntik diasosiasikan dengan peningkatan resiko
penularan penyakit lewat darah seperti hepatitis, HIV, yang juga
ditransmisiskan lewat seks.
2.3. Jenis-Jenis Penyakit Menular Seksual.
1. Gonorrhea.
Gonorrhea atau GO juga dikenal dengan kencing nanah, dapat terjadi
pada laki-laki maupun perempuan. Penyakit ini disebabkan karena infeksi
bakteri Neissiria gonorrohoae. Bakteri ini menyerang selaput lendir dari
alat kelamin (saluran kencing), darah rahim, atau leher rahim, saluran tuba
falolopi, anus, kelopak mata,dan tenggorokan. Penyakit ini menular
melalui hubungan seksual.
1. Tanda dan gejala.
2. Keluar cairn putih dan kekuning-kuningan dari alat kelamin.
3. Terasa panas dan nyeri pas saat buang air kecil.
4. Terjadi pembengkakan pada testis (pria)
5. Keluhan dan gejala terkadang belum nampak meskipun keseluruhan
tuba faloppi (wanita).
6. Pengobatan.
Pengobatan gonorrhea yaitu dengan memberikan antibiotika. Seperti,
ceftriaxone, cefixisme, ciprofloxacin dan ofloxacin.
2. Sifillis (raja singa).
Siffilis adalah penyakit menular seksual yang sangat berbahaya. Hal
ini, dikarenakan sifillis dapat mengganggu otak dan fungsi organ lainnya,
disebabkan oleh treponema pallidium, penularannya terjadi lewat
hubungan seksual yang tidak sehat.
Tanda dan gejala.
 Muncul benjolan disekitar kelamin.
 Kadang-kadang disertai pusing dan nyeri tulang seperti flu,
yang akan hilang sendiri tanpa diobati.
 Ada bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6-12 minggu setelah
berhubungan seksual.
 Selam 2-3 tahun pertama, penyakit ini tidak menunjukan
gejala apapun. Namun, setelah 5-10 penyakit ini menyerang
susunan saraf otak, pembuluh darah, dan jantung.
 Pada perempuan penyakit ini dapat menular pada bayi yang
dikandung.
a. Pengobatan.
Pengobatan pada penderita sifillis yaitu dengan menggunakan atau
memberikan penisilin intra muskulus. Pada pasien hamil, diberikan
ertiromisin atau setriakson. Doksikilin atau tetrasikilin diberikan pada
pasien yang alergi penisilin tapi tidak hamil.
3. Herpes.
Penykit ini lebih dikenal dengan sebutan herpes genitalis (herpes
kelamin) penyebab herpes ini adalah virus herpes simplex. (HSV) dan
ditularkan melalui hubungan seksual, pakaian,
Gejala awal biasanya berupa gatal, kesemutan dan sakit. Lalu akan
muncul bercak kemerahan yang kecil. Dan diikuti oleh sekumpulan
lapuhan kecil yang nyeri. Lepuhan ini pecah dan bergabung membentuk
luka yang melingkar. Herpes timbul antara 3 sampai 10 hari setelah
berhubungan dengan orang yang mempunyai penyakit tersebut. Tetapi
antara 5-10 hari, gejala ini akan hilang dan muncul kembali. Gejala ini
timbul tergantung daya tahan tubuh orang yang terkena penyakit tersebut.
4. HIV/AIDS.
AIDS merupakan singkatan dari Acquired Immunodeficiency
Syindrome, suatu penyakit yang membuat tubuh sulit mencegah terjadinya
infeksi penyakit. Virus yang menyebabkan terjadinya AIDS yaitu Human
Immunodeficiency Virus (HIV), yang menyebabkan terjadinya penurunan
kekebalan tubuh pada manusia, menyebabkan AIDS dengan menginfeksi
dan merusak sebagian dari kekebalan tubuh terhadap penyakit.
HIV dapat ditularkan melalui kontak langsung dengan darah atau
cairan tubuh dari seseorang yang telah terinfeksi dengan virus. Kontak
tersebut umummnya terjadi karena penggunaan jarum suntik secara
bersama-sama, atau berhubungan seksual tanpa pelindung dengan orang
yang telah terinfeksi oleh virus HIV. Seorang bayi dapat tertular HIV dari
ibu yang terinfeksi. Meskipun ada obat untuk perawatan penderita HIV
dan AIDS, tidak ada vaksin atau obat untuk menyembuhkannya.
a. Tanda dan gejala.
Beberapa orang tidak mengalami gejala saat terinfeksi pertama kali.
Sementara yang lainnya mengalami gejala-gejala seperti flu, termasuk
demam, kehilangan nafsu makan, berat badan turun, lemah, dan
pembengkakan saluran getah bening. Gejala-gejala tersebut biasanya
menghilang dalam seminggu sampai sebulan, dan virus tetap ada
dalam kondisi tidak aktif (dormant) selama beberapa tahun. Namun,
virus tersebut secara terus menerus melemahkan sistem kekebalan,
menyebabkan orang yang terinfeksi semakin tidak dapat bertahan
terhadap infeksi-infeksi oportunistik.
Selain itu terdapat empat tahap gejala virus HIV yaitu :
Tahap I : belum ada gejala yang jelas, tetapi sedah dapat menularkan
AIDS. Tahap ini disebut window period yaitu virusnya sudah masuk
kedalam tubuh, tetapi belum terditeksi. Biasanya 3-6 bulan setelah virus
masuk kedalam tubuh.
Tahap II : ada tanda-tanda yang jelas namun menurut peneriksaan darah
(tes darah) sudah fositif.
Tahap III :
1) Keringat berlebihan pada waktu malam hari.
2) Diare terus menerus.
3) Berat badan terus berkurang.
4) Pembengkakan kelenjar getah bening.
5) Flu tidak sembuh-sembuh.
6) Infeksi jamur pada mulut.
Tahap IV : Muncul gejala AIDS akibat infeksi opportunistic tahap ini
sering juga di Sebut tahap penderita AIDS. Gejala ini yang lebih berupa
infeksi keganasan, gejala diare yang cukup lama, serta penurunan berat
badan biasanya bertahan 2 sampai bulan kemudian penderita meninggal
dunia.
b. Penularan HIV/AIDS.
Penularan penyakit HIV/AIDS sangat beragam antara lain :
1) Melakukan hubungan seks dengan orang yang terinfeksi HIV
AIDS.
2) Transfusi darah dengan orang yang terkena HIV.
3) Nyuntik dengan jarum yang tercemar HIV.
4) Dariibu yang terkena HIV kepada janinnya selama kehamilan,
persalinan atau menyusui.
5) Tindik/tato dengan jarim yang terkena HIV.
6) Penggunaan pisau cukur yang terkena HIV.
Namun, HIV/AIDS tidak dapat menular melalui :
1) Bersentuhan, bersenggolan, salaman, berpelukan dan cium pipi.
2) Alat-alat makan dan minum, seperti piring, gelas, sendok.
3) Gigitan nyamuk.
4) Terkena keringat, air mata, air kencing atau ludah.
5) Berenang dan WC umum, menggunakan telepon bersama-sama.
c. Cara Pencegahan HIV/AIDS.
Cara pencegahan dari penyakit HIV/AIDS yaitu :
1) Abstinensia” tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah,
pencegahan seperti ini terbukti sangat ampuh dalam mencegah
tertularnya dari penyakit HIV AIDS.
2) “Be Faithful” setia terhadap pasangan yang sah (suami-istri).
3) Tidak menerima transfuse darah yang tidak jelas HIV nya.
4) Pergunakan lah alat suntik, tindik, tato yang steril dan hanya sekali
pakai.
5) Jauhi narkotika, hindari mabuk-mabukan yang bisa membuat luba
diri sehingga melakukan perbuatan yang beresiko terkenaHIV
AIDS.
6) Berani menolak ajakan yang beresiko terkena HIV AIDS.
7) Mensterilkan alat-alat yang bersifat medis dan non medis setiap
sekali paki terutama yang berhubungan dengan cairan tubuh
manusia.
2.4. Cara Mencegah Penyakit Menular Seksual.
Beberapa cara yang bisa dilakukan dalam rangka pencegahan penyakit
menular seksual adalah:
1. Bersikap setia dengan pasangan.
Hampir 75% penyakit menular seksual diakibatkan karena seringnya
berganti-ganti pasangan. Seperti yang telah diketahui, terlalu sering
seseorang berganti-ganti pasangan sangat beresiko tinggi untuk terjadi atau
tertular pennyakit menular seksual.
2. Memastikan bahwa jarum suntik yang kita pakai ketika butuh untuk
disuntik steril.Ini sangat penting untuk diperhatikan, ketika kita memang
betul-betul perlu untuk disuntik. Maka, kita wajib memastikan apakah
jarum suntik yang digunakan tenaga medis tersebut steril atau tidak. Hal
ini, dimaksudkan supaya kita terhindr dari penyakit menular seksual
khususnya HIV/AIDS.
3. Membersihkan organ intim.
Ini sangat penting untuk dilakukan, pembersihan organ intim sangat
penting digunakan. Karena, menjaga lebih baik daripada mengobati.
Apabila kurang menjaga organ intim maka resiko terkena penyakit
menular seksual akan timbul dan jelas sangat membahayakan baik bagi
dirinya sendiri maupun orang lain.
BAB III
PENUTUP

3.1.Kesimpulan.
Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan
melalui hubungan seks. PMS ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh ,
selain melalui kontak seksual, PMS juga dapat menular lewatpenggunaan
jarum suntik secara bersama-sama, dan dari ibu keanak sebelaum, selama,
atau sesudah persalinan. PMS beresiko terutama pada orang yang suka
berganti-ganti pasangan. Penyakit menular seksual diantaranya adalah
Gonorrhea, sifillis, herpes HIV/AIDS. Diantara penyakit tersebut, HIV/AIDS
adalah penyakit yang sangat membahayakan dan sampai detik ini belum
ditemukan obat untuk menyembuhkan penyakit ini.
3.2.Saran.
Diharapkan untuk dapat menambah wawasan tentang hal-hal yang
berkaitan dengan penyakit menular seksual. Agar dapat mengurangi penyakit-
penyakit menular seksual lainnya yang disebabkan oleh pergaulan bebas
terutama dikalangan remaja. Dan untuk meningkatkan lagi pengetahuan seks
yaitu dengan mengikuti seminar-seminar kesehatan, membaca buku tentang
Penyakit Menular Seksual, dan media informasi lainnya agar tidak dapat
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti : pergaulan bebas, kehamilan
diluar nikah, pasangan tidak bertanggung jawab, dan PMS (Penyakit Menular
Seksual)
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati Eni. Dkk, (2009). Asuhan Kebidanan Komunitas. Nuha Medika.


Yogjakarta
Djuanda Adhi, dkk, (2007). Ilmu penyakit kulit dan kelamin. FKUI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai