Anda di halaman 1dari 19

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang Akhlak dan Tasawuf.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah Akhlak dan Tasawuf ini dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jambi, 5 november 2018

penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
A. Latar belakang...............................................................................................................................3
B. Rumusan masalah..........................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................4
A. AKHLAK DAN AKTUALISASINYA DALAM KEHIDUPAN.....................................................4
1. Perilaku Manusia Yang Berhubungan Dengan Allah SWT........................................................4
2. Akhlak terhadap Rasulullah........................................................................................................5
3. Perilaku Manusia Yang Berhubungan Dengan Sesamanya........................................................6
B. JALAN MENUJU AKHLAKUL KARIMAH...............................................................................12
Akhlakul karimah dan kaitannya dengan fungsi hidup...............................................................14
BAB III.....................................................................................................................................................17
PENUTUP................................................................................................................................................17
A. Kesimpulan..................................................................................................................................17
B. Saran.............................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Akhlak memiliki peranan penting bagi perjalanan hidup manusia, dimanaakhlak


merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang kehadirannyahingga kini makin
dirasakan dan memandu perjalanan hidup manusia agarselamat di dunia dan akhirat.
Tidak berlebihan jika misi utama kerasulan Muhammad SAW. adalah untuk
menyempurnakan akhlak mulia, dan sejarahmencatat bahwa faktor pendukung
keberhasilan dakwah beliau antara lainadalah akhlaknya yang mulia.Maka kajian tasawuf
sangat dibutuhkan untuk merespon dan memprediksimasa depan tasawuf, dalam makalah
ini akan dibahas tentang pengertianakhlak, pengertian tasawuf, dasar-dasar tasawuf
dalam al-Qur’an dan hadis.Kajian ini setidaknya memberikan pandangan objektif
terhadap tasawuf.

Jika berbicara tentang pengertian tasawuf akan ditemukan banyak


sekalipengertian yang berbeda-beda dikalangan para ulama. Secara singkat bahwailmu
tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha membersihkan diri, berjuangmemerangi
hawa nafsu, mencari jalan kesucian dengan ma’rifat menujukeabadian, serta berpegang
teguh pada janji Allah dan mengikuti syariatRasulullah dalam mendekatkan diri dan
mencapai keridlaan-Nya.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana perilaku manusia yang berhubungan dengan Allah SWT?


2. Bagaimana akhlak terhadap rasulullah?
3. Bagaimana jalan menuju akhlakhul karimah?
BAB II
PEMBAHASAN

A. AKHLAK DAN AKTUALISASINYA DALAM KEHIDUPAN


Kata “akhlak” berasal dari bahasa arab yaitu ” Al-Khulk ” yang berarti tabeat, perangai,
tingkah laku, kebiasaan, kelakuan. Menurut istilahnya, akhlak ialah sifat yang tertanam di dalam
diri seorang manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang dan mudah tanpa adanya
suatu pemikiran dan paksaan. Dalam KBBI, akhlak berarti budi pekerti atau
kelakuan. Sedangkan menurut para ahli, pengertian akhlak adalah sebagai berikut:
Menurut Abu Hamid Al Ghazali : Akhlak ialah sifat yang terpatri dalam jiwa manusia yang
darinya terlahir perbuatan-perbuatan yang dilakukan dengan senang dan mudah tanpa
memikirkan dirinya serta tanpa adanya renungan terlebih dahulu.
Menurut Ahmad bin Mushthafa : Akhlak merupakan sebuah ilmu yang darinya dapat
diketahui jenis-jenis keutamaan, dimana keutamaan itu ialah terwujudnya keseimbangan antara
tiga kekuatan yakni kekuatan berpikir, marah dan syahwat atau
Ciri-Ciri Perbuatan Akhlak:
1) Tertanam kuat dalam jiwa seseorang sehingga telah menjadi kepribadiannya.
2) Dilakukan dengan mudah tanpa pemikiran.
3) Timbul dari dalam diri orang yang mengerjakannya tanpa ada paksaan atau tekanan dari
luar.
4) Dilakukan dengan sungguh-sungguh.
5) Dilakukan dengan ikhlas.

1. Perilaku Manusia Yang Berhubungan Dengan Allah SWT


Allah SWT. Menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna dan mulia.
Kesempurnaan dan kemuliaan itu melekat dengan seperangkat norma hokum yang wajib
dipatuhi oleh manusia, baik norma hokum yang berbentuk perintah maupun norma hokum yang
berbentuk larangan. Norma hokum adalah perintah dan larangan yang diperuntukan kepada
manusia.
Perilaku manusia yang berhubungan dengan Allah SWT adalah ucapan dan perbuatan
manusia. Oleh karena itu, akhlak manusia yang baik kepada Allah SWT adalah manusia yang
berbicara dan bertingkah laku yang terpuji kepada Allah SWT, baik ucapan melalui ibadah
langsung kepada Allah SWT seperti shalat, Puasa, zakat, haji, dan sebagainya, maupun melalui
perilaku tertentu yang mencerminkan hubungan manusia dengan Allah diluar ibadah tersebut.
Perilaku manusia sebagaimana dimaksud diatas tercermin dalam hal-hal antara lain sebagai
berikut:
a) Bersyukur
Yaitu manusia mengungkapkan rasa syukur kepada Allah atas nikmat yang telah
diperolehnya. Ungkapan syukur tersebut tampak melalui perkataan dan perbuatan.
Ungkapan syukur dalam bentuk kata-kata adalah mengucapkan kalimat Alhamdulillah
(segala puji bagi Allah) pada setiap saat, sedangkan bersyukur melalui perbuatan adalah
menggunakan nikmat Allah sesuai dengan jalan kebenaran, jalan agama, dan jalan
keridhaan-Nya. Manusia yang bersyukur adalah manusia yang snantiasa memaknai
segala karunia dan anugerah yang telah Allah berikan kepadanya dan menjadikan segala
karunia dan anugrah tersebut sebagai sarana baginya untuk beribadah dan mendekatkan
diri kepada Allah SWT.

‫ش ر‬
‫كورر‬ ‫عيباد ديي ال ش‬
‫ن د‬
‫م ن‬ ‫ويقيدلي ل‬
‫ل د‬

“…dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang bersyukur (berterima kasih).”(QS.


Saba’/43:13)

b) Bertasbih
Yaitu manusia mensucikan Allah dengan ucapan. Manusia yang demikian akan selalu
mengucapkan kalimat subhanallah (maha suci Allah) dan menjauhkan perilakunya dari
perbuatan yang dapat mengotori kemaha sucian Allah. Tasbih pada hakikatnya
mengaggungkan kebesaran Allah, hanya Allah saja yang pantas untuk diagungkan,
sedangkan selainnya di hadapan Allah tidak memiliki kekuatan apa-apa. Memahami,
merenungi dan meresapi eksistensi dan kebesaran Allah, dan hal tersebut merupakan
sesuatu yang penting bagi umat Islam.

‫كا يبببت ي ش‬
‫وانببا‬ ‫هۥ ي‬
‫ننننإ ش دنن ر‬ ‫فنره ر‬
‫س ٱت يغن د‬ ‫مد د يرب ب ي‬
‫ك وي ن‬ ‫ح ن‬
‫ح بد ي‬ ‫في ي‬
‫سب ب ن‬
“maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya.
sesungguhnya dia adalah Maha Penerima taubat”.(QS. Al-Nashr/110:3)

c) Beristighfar
Yaitu manusia meminta ampun kepada Allah atas segala dosa yang telah dibuatnya, baik
disengaja maupun tidak. Manusia yang beristighfar adal manusia yang selalu
mengucapkan kalimat Astagfirullah al-‘azhim innahu kana ghaffara (aku memohon
ampun kepada Allah yang maha agung, sesungguhnya hanya dia maha pengampun).
Selain itu, beristighfar melalui perbuatan, yaitu manusia yang pernah melakukan dosa
kemudian menyesali perbuatanya dan bejanji tidak akan mengulangi lagi perbuatannya
itu serta selalu mengekalkan atau istiqomah dengan perbuatan-perbuatan baik dalam
hidupnya. Istighfar merupakan pintu masuk bagi hamba-hamba Allah yang ingin
bertaubat kepada-Nya, atas segala dosa, kesalahan dan kelalaian, baik yang disengaja
maupun tidak disengaja.

‫ن‬
‫وادبي ي‬
‫ب الت ش ش‬
‫ح ب‬ ‫ن الل ش ي‬
‫ه ير د‬ ‫إد ش‬
“sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat”.(QS. Al-baqarah/2:222)
2. Akhlak terhadap Rasulullah
a. Mengikuti atau menjalankan sunnah Rosul
mengacu kepada sikap, tindakan, ucapan dan cara Rasulullah menjalani Hidupnya atau garis-
garis perjuangan / tradisi yang dilaksanakan oleh Rasulullah. Sunnah merupakan sumber hukum
kedua dalam Islam, setelah Al-Quran.

b. Bersholawat Kepada Rosul


Mengucapkan puji-pujian kepada Rosulullah S.A.W.Sesungguhnya Tuhan beserta para
malaikatnya semua memberikan Sholawat kepada Nabi (dari Allah berarti memberi rakhmat, dan
dari malaikat berarti memohonkan ampunan). Hai orang-orang beriman, ucapkanlah Sholawat
kepadanya (AQ Al Ahzab : 56)

c. Mengikuti dan menaati rasul


Mengikuti dan mentaati Rasul merupakan sesuatu yang bersifat mutlak bagi orang-orang yang
beriman. Karena itu, hal ini menjadi salah satu bagian penting dari akhlak kepada Rasul, bahkan
Allah Swt akan menempatkan orang yang mentaati Allah dan Rasul ke dalam derajat yang tinggi
dan mulia, hal ini terdapat dalam firman Allah yang artinya: Dan barangsiapa yang mentaati
Allah dan Rasul, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat
oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, orang-orang yang benar, orang-orang yang mati syahid dan orang-
orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya(QS. An-nisa/4:69)

d. Mencintai dan memuliakan rasul


Keharusan yang harus kita tunjukkan dalam akhlak yang baik kepada Rasul adalah mencintai
beliau setelah kecintaan kita kepada Allah Swt. Penegasan bahwa urutan kecintaan kepada Rasul
setelah kecintaan kepada Allah disebutkan dalam firman Allah yang artinya:

Katakanlah, jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, keluarga, harta kekayaan


yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dasn (dari)
berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik (QS. At-taubat/ 9:24).

e. Melanjutkan misi rasul


Misi Rasul adalah menyebarluaskan dan menegakkan nilai-nilai Islam. Tugas yang mulia ini
harus dilanjutkan oleh kaum muslimin, karena Rasul telah wafat dan Allah tidak akan mengutus
lagi seorang Rasul. Meskipun demikian, menyampaikan nilai-nilai harus dengan kehati-hatian
agar kita tidak menyampaikan sesuatu yang sebenarnya tidak ada dari Rasulullah Saw.
Keharusan kita melanjutkan misi Rasul ini ditegaskan oleh Rasul Saw:
Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat, dan berceritalah tentang Bani Israil tidak ada
larangan. Barangsiapa berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia
mempersiapkan tempat duduknya di neraka (HR. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi dari Ibnu Umar).

3. Perilaku Manusia Yang Berhubungan Dengan Sesamanya


Dalam hubungan manusia dengan sesama manusia, sangat banyak sekali akhlak dan
perilaku yang harus dijunjung tinggi sesuai dengan petunjuk dan ajaran Al-Quran dan sunnah
serta contoh tauladan yang diberikan oleh Rasulullah SAW. Dalam hal ini dapat dujelaskan
beberapa diantaranya sebagai berikut.
a. Perilaku Yang Berhubungan Dengan Diri Sendiri
Perilaku atau akhlak seseorang yang berhubungan dengan diri sendiri antara lain
terdiri atas;
(1), Sabar, sebagaimana yang diingatkan oleh Allah SWT dalam Alqur'an;
‫صاَّربرريِنن‬ ‫صنلرة إرصن ص ن‬
‫ا نمنع ال ص‬ ‫نيِاَّ أنييِنهاَّ الصرذيِنن آنمننوا ابسنترعيِننوا رباَّل ص‬
‫صببرر نوال ص‬
"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu,
sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar". (QS. Al-Baqarah/2: 153),
(2), Syukur, sebagaimana firman Allah SWT;
‫وهو ال شذي سخر ال نبحر لتأ ن‬
‫ه‬
‫من رن‬
‫جوا د‬ ‫خرد ر‬ ‫ما ط يردييا ويت ي ن‬
‫ست ي ن‬ ‫ب‬ ‫ح‬
‫ن‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ه‬
‫ر‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫م‬
‫د‬ ‫ر‬
‫لوا‬ ‫ر‬ ‫ك‬ ‫ي ش ي ي ن ي دي‬ ‫ي ر ي د‬
‫ن في ن‬
‫ضل دهد‬ ‫م ن‬ ‫خير دفيهد ويل دت يب نت يرغوا د‬ ‫وا د‬ ‫م ي‬
‫ك ي‬ ‫فل ن ي‬ ‫سون ييها ويت ييرى ال ن ر‬‫ة ت يل نب ي ر‬
‫حل ني ي ب‬
‫د‬
‫ن‬‫شك رررو ي‬ ‫م تي ن‬‫ويل يعيل شك ر ن‬
“Dan Dia-lah Allah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat
memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan
itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan
supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur”.
(QS. An-Nahl/16: 14)

(2),Tawadhu', sebagaimana firman Allah SWT;

‫ه يل‬ ‫ي‬
‫ننن الل ش ي‬
‫ننن إ د ش‬ ‫حا‬ ‫ش دفي انلنر دي‬
‫ضير ب‬ ‫م‬ ‫س وييل ت ي ن‬
‫م د‬ ‫ك دللشنا د‬‫خد ش ي‬‫صعبنر ي‬ ‫وييل ت ر ي‬
‫خورر‬ ‫لفي ر‬‫خيتا ر‬
‫م ن‬ ‫بك ر ش‬
‫ل ر‬ ‫ح ب‬‫ير د‬
“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan
janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri. (QS. Lukman/31: 18),

(3), Benar, sebagaimana firman Allah SWT;


‫ي‬
‫ن دبالل شهد‬
‫م ي‬
‫نآ ي‬ ‫حيرام د ك ي ي‬
‫م ن‬ ‫ج د د ال ن ي‬
‫س د‬ ‫مايرة ي ال ن ي‬
‫م ن‬ ‫ع ي‬‫ج وي د‬ ‫حا ب‬ ‫ة ال ن ي‬‫قاي ي ي‬‫س ي‬
‫م د‬ ‫جعيل نت ر ن‬
‫أ ي‬
‫ا نلنيِ بسنتنوو نن رعبن ند ص ر‬
‫ا‬ ‫نوابلنيِبو رم ابلرخرر نونجاَّنه ند رفي نسربيِ رل ص ر‬
‫ن‬
‫مي ي‬ ‫ظال د د‬‫م ال ش‬ ‫قون ي‬‫دي ال ن ي‬ ‫ه يل ي يهن د‬ ‫يوالل ش ر‬
“Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan
haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman
kepada Allah dan hari 77 Kemudian serta bejihad di jalan Allah? mereka tidak sama di
sisi Allah; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang zalim”. (QS. At-
Taubah/9 : 19)

Perilaku manusia yang berhubungan dengan individu manusia adalah seperangkat


norma hukum yang dibuat oleh Allah SWT yang diperuntukkan kepada makhluk
manusia. Norma hukum yang dimaksud bersifat mengatur hak perseorangan manusia dan
kewajiban yang harus dipikulnya. Hal ini, tercermin dalam hukum-hukum Al-Quran yang
merupakan hubungan manusia dengan dirinya sendiri.

Akhlak terhadap diri sendiri juga dapat meliputi:

a. Memelihara kesucian diri.


b. Menutup aurat
c. Jujur dalam perkataan dan berbuat ikhlas dan rendah hati.
d. Malu melakaukan perbuatan jahat
e. Menjauhi dengki dan dendam.
f. Berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain
g. Menjauhi dari segala perkataan dan perbuatan sia-sia.

b. Perilaku Yang Berhubungan Dengan Keluarga

Perilaku atau akhlak seseorang yang berhubungan dengan keluarga antara lain
meliputi:
(1), Berbuat baik kepada kedua orang tua, sebagaimana yang Allah SWT ingatkan
dalam Al-Quran:
‫ذي‬
‫سابنا ويب د د‬ ‫ح ي‬ ‫ن إد ن‬
‫وال دد يي ن د‬ ‫بننال ن ي‬‫ننن دوي‬ ‫ش دي نبئا‬‫كوا ب دهي‬‫شرد ر‬ ‫ه وييل ت ر ن‬ ‫دوا الل ش ي‬ ‫يواع نب ر ر‬
‫جارد‬‫ى يوال ن ي‬ ‫قنرب ي ى‬ ‫جارد دذي ال ن ر‬ ‫ن يوال ن ي‬ ‫كي د‬ ‫سا د‬ ‫م ي‬ ‫ى يوال ن ي‬ ‫م ى‬ ‫ى يوال ني ييتا ي‬
‫قنرب ي ى‬ ‫ال ن ر‬
‫ت أنبيِنماَّنننكبم‬
‫ب نواببرن الصسربيِرل نونماَّ نمنلنك ب‬ ‫ب رباَّبلنجبن ر‬ ‫صاَّرح ر‬ ‫ب نوال ص‬ ‫ابلنجنن ر‬
‫خوبرا‬ ‫خيتابل في ر‬ ‫م ن‬ ‫ن ر‬‫كا ي‬‫ن ي‬ ‫م ن‬‫ب ي‬ ‫ح ب‬ ‫ه يل ي ر د‬ ‫ن الل ش ي‬ ‫إد ش‬
"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukannya dengan sesuatupun.
Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapakmu, karib kerabat, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman
sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu, sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri". (QS. An-Nisaa/4: 36),
(2), Adil terhadap saudara, sebagai firman Allah SWT;
‫ن‬ ‫ع‬ ‫ى‬ ‫ه‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫و‬ ‫ى‬ ‫ب‬ ‫ر‬ ‫ر‬ ‫ق‬‫ن ويدإييتادء دذي ال ن‬ ‫سا‬ ‫ح‬ ‫ل يوا ن‬
‫ل‬ ‫د‬ ‫ع‬‫مرر دبال ن‬ ‫إن الل شه يأ ن‬
‫د‬ ‫ي‬ ‫ى‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫ى‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫د‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫د‬ ‫د‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ر‬ ‫ي ي‬ ‫د ش‬
‫م ت يذ يك شررو ي‬
‫ن‬ ‫م ل يعيل شك ر ن‬
‫ي ننن ي يعدننظ رك ر ن‬ ‫من نك ييواردل نب يغن د‬ ‫شادء يوال ن ر‬ ‫ح ي‬
‫ف ن‬‫ال ن ي‬
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran”. (QS. An-Nahl/16: 90),
(3), Membina dan mendidik keluarga, sebagaimana firman Allah SWT;
‫ي‬ ‫مرنوا رقوا أ ين ن ر‬ ‫ي‬
‫س‬
‫ها الشنا ر‬ ‫م ويأهندليك ر ن‬
‫م ينابرا ويرقود ر ي‬ ‫سك ر ن‬‫ف ي‬ ‫نآ ي‬ ‫ذي ي‬‫ييا أي بيها ال ش د‬
‫ي‬
‫م‬
‫ميرهر ن‬
‫ما أ ي‬
‫ه ي‬‫ن الل ش ي‬
‫صو ي‬‫داد ل يل ي يعن ر‬‫ش ي‬
‫ظ د‬ ‫ة دغيل ل‬ ‫ميلئ دك ي ل‬
‫جايرة ر ع يل يي نيها ي‬ ‫ح ي‬‫يوال ن د‬
‫ن‬
‫مررو ي‬ ‫ما ي رؤ ن ي‬ ‫ن ي‬‫فعيرلو ي‬ ‫ويي ي ن‬
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.
(QS. At-Tahrim/66: 6),
(4), Memelihara keturunan, sebagaimana firman Allah SWT;
‫ه ع يل ي‬ ‫ر‬ ‫ش بره أي ي‬ ‫ن ال ن ي‬
‫ن‬
‫هو ر‬
‫ى ر‬
‫ى‬ ‫ر‬ ‫ك‬‫س‬
‫د‬ ‫م‬
‫ن‬ ‫ر‬ ‫ماب ر ب ي د د‬
‫سودء ي‬
‫ن ر‬‫م ن‬
‫قونم د د‬ ‫م ي‬‫وايرىى د‬ ‫ي يت ي ي‬
‫ي‬ ‫ي‬
‫ن‬
‫مو ي‬ ‫حك ر ر‬ ‫ما ي ي ن‬‫سايء ي‬ ‫ب ننن أيلنن ي‬ ‫فيت بيرا د‬‫ه دال‬ ‫س ر‬‫م ي يد ر ب‬‫أ ن‬
“Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang
disampaikan kepadanya. apakah dia akan memeliharanya dengan menanggung
kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah,
alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (QS. An-Nahl/16: 59).

Akhlak terhadap keluarga juga dapat meliputi:


a. Saling membina rasa cinta dan kasih sayang dalam kehidupan keluarga
b. Saling menunaikan kewajiban untuk memperoleh hak
c. Berbakti kepada ibu bapak
d. Mendidik anak-anak dengan kasih sayang
e. Memelihara hubungan silaturahmi dan melanjutkan silaturahmi yang dibina
orang tua yang telah meninggal dunia.
c. Perilaku Yang Berhubungan Dengan Masyarakat.
Perilaku atau akhlak seseorang yang berhubungan dengan orang lain atau masyarakat
antara lain meliputi:
(1), Ukhuwwah/persaudaraan, sebagaimana yang Allah SWT ingatkan dalam Al-
Quran:
‫ي‬
‫قوا الل ش ي‬
‫ه‬ ‫ننناننت ش ر‬
‫وي‬ ‫م‬ ‫حوا ب يي نأ ي ي‬
‫خويي نك ر ن‬
‫ن‬ ‫خوية ل فيأ ن‬
‫صل د ر‬ ‫ن إد ن‬‫مرنو ي‬ ‫ما ال ن ر‬
‫مؤ ن د‬ ‫إ دن ش ي‬
‫ن‬‫مو ي‬‫ح ر‬‫م ت رنر ي‬ ‫ل يعيل شك ر ن‬
"Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara, karena itu damaikanlah
antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat
rahmat". (QS. Al-Hujarat/49: 10)
(2), Ta'awun/ tolong-menolong, sebagaimana firman AllahSWT;

‫لنن ت ييعاويرنوا ع ييلى انل دث نم د يوال نعرد نيوا د‬


‫ن‬ ‫قويىى ننن يوي‬ ‫ويت ييعاويرنوا ع ييلى ال نب د يبر‬
‫والت ش ن‬
‫ب‬ ‫قا د‬ ‫ديد ر ال نعد ي‬
‫ش د‬ ‫ننن الل ش ي‬
‫ه ي‬ ‫ننن إ د ش‬ ‫قوال ش ي‬
‫ه‬ ‫يوات ش رال‬
“...dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan
jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah
kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS. Al-Maidah/5: 2)
(3), Adil, sebagaimana firman Allah SWT;
‫ن‬ ‫ي‬ ‫ب‬ ‫م‬ ‫ت‬‫م‬‫ي‬ ‫ك‬‫ح‬ ‫ذا‬ ‫ي‬ ‫إ‬ ‫و‬ ‫ها‬ ‫د‬ ‫ل‬‫ن‬ ‫ه‬‫إن الل شه يأ نمرك رم أ ين تؤ يدوا انل يمانات إل يى أ ي‬
‫ي‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ر‬
‫ن ن‬ ‫ي‬ ‫ي يد‬ ‫ي ي د د ى‬ ‫ي ي ر ر ن ن ر ب‬ ‫د ش‬
‫ي‬
‫ننن‬‫م ننن إ د ش‬ ‫ما ي يعدظ ركب ر د ن‬
‫هد‬ ‫ننن الل ش ي‬
‫ه ن دعد ش‬ ‫ننن إ د ش‬ ‫موال نعيد ن د‬
‫ل‬ ‫حك ر ردبا‬‫ن تي ن‬
‫سأ ن‬ ‫الشنا د‬
‫صيبرا‬‫ميبعا ب ي د‬ ‫س د‬ ‫ن ي‬ ‫كا ي‬ ‫الل ش ي‬
‫ه ي‬
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak
menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran
yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi
Maha Melihat. (QS. An-Nisa/4: 58)
(4), Pemurah, sebagaimana firman Allah SWT;
‫يءر‬ ‫ن ي‬
‫ش ن‬ ‫م ن‬
‫قوا د‬
‫فر‬
‫ما ت رن ن د‬
‫وي ي‬ ‫ن‬
‫حببو ي‬
‫ما ر د‬
‫م شت‬
‫قوا د‬
‫فر‬
‫ى ت رن ن د‬ ‫ن ت يينارلوا ال نب دشر ي‬
‫حت ش ى‬ ‫لي ن‬
‫م‬
‫ه ب دهد ع يدلي ل‬ ‫ن الل ش ي‬ ‫فيإ د ش‬
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu
menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu
nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS. Ali Imran/3: 92)
(5), Penyantun, sebagaimana firman Allah SWT;
‫ت‬
‫مايوا ر‬‫س ي‬ ‫ضيها ال ش‬ ‫جن شةر ع ينر ر‬‫م وي ي‬‫ن يرب بك ر ن‬‫م ن‬‫فيرةر د‬ ‫مغن د‬ ‫ى ي‬ ‫ي‬
‫عوا إ دل ى‬ ‫سارد ر‬ ‫وي ي‬
‫ن‬
‫قي ي‬ ‫ت ل دل ن ر‬
‫مت ش د‬ ‫عد ش ن‬ ‫ض أر د‬ ‫ي‬
‫يوانلنر ر‬
‫ن ال نغيي ن ي‬
‫ظ‬ ‫مي ي‬‫كاظ د د‬‫ضشرادء يوال ن ي‬ ‫سشرادء يوال ش‬ ‫ن دفي ال ش‬ ‫قو ي‬ ‫ف ر‬
‫ن ي رن ن د‬
‫ذي ي‬ ‫ال ش د‬
‫ن‬
‫سدني ي‬ ‫ح د‬‫م ن‬‫ب ال ن ر‬‫ح ب‬‫ه ير د‬‫ننناننلل ش ر‬
‫وي‬ ‫س‬‫نشنا د‬ ‫ن ع يال د‬ ‫يوال نيعادفي ي‬
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa.
(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun
sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan)
orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. (QS. Ali Imran/3: 133-
134)
(6), Pema'af, sebagaimana firman Allah SWT;
‫ب‬‫قل ن د‬
‫ظ ال ن ي‬‫ظا غ يدلي ي‬ ‫ت في ي‬ ‫لننون ك رن ن ي‬‫ننن يوي‬ ‫م‬ ‫ن الل شهد ل دن نل ي يهر‬
‫ت ن‬ ‫م ي‬ ‫مة ر د‬ ‫ح ي‬
‫ما ير ن‬ ‫فيب د ي‬
‫م‬
‫شاودنرهر ن‬ ‫م وي ي‬ ‫فنر ل يهر ن‬ ‫ست يغن د‬‫م يوا ن‬ ‫ف ع ين نهر ن‬ ‫ننناننع ن ر‬‫في‬ ‫نونل د ي‬
‫ك‬ ‫حن‬
‫م ي‬‫ضوا د‬ ‫ف ب‬ ‫يلن ن ي‬
‫دانل ي‬
‫ب‬‫ح ب‬ ‫ه ير د‬‫ننن الل ش ي‬
‫لىل شهد ننن إ د ش‬ ‫ل ع ي يال‬ ‫ت فيت يويك ش ن‬ ‫م ي‬ ‫إننيذا ع ييز ن‬ ‫مرد ننن دفي‬ ‫في ن‬
‫مت يويك بدلي ي‬
‫ن‬ ‫ال ن ر‬
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap
mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka
menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah
ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
(QS. Ali Imran/3: 159)
(7), Menepati janji, sebagaimana firman Allah SWT;
‫نونل نتبقنرنبوا نماَّنل ابلنيِرتيِرم إرصل رباَّلصرتي رهني أنبحنسنن نحصتىى نيِببل ننغ أن ن‬
‫شصدهن‬
‫سرئوبل‬ ‫م ن‬ ‫ن ي‬‫كا ي‬‫ننن ال نعيهند ي ي‬ ‫فوال نعيهند د ننن إ د ش‬ ‫ويأ يون ردبا‬
“Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih
baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu
pasti diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al-Isra'/17: 34)
(8), Musyawarah (QS. Ali Imran/3: 159 & QS. Asy-Syuro/26: 38) yang telah
disebutkan sebelumnya.
(9), Berwasiat di dalam kebenaran, sebagaimana firman Allah SWT;
‫مرلوا‬
‫مرنوا ويع ي د‬
‫نآ ي‬ ‫( دإل ال ش د‬٢) ‫سرر‬
‫ذي ي‬ ‫خ ن‬
‫في ر‬ ‫نل ي د‬
‫سا ي‬
‫ن الن ن ي‬‫( إ د ش‬١) ‫صرد‬‫يوال نعي ن‬
٣) ‫صب نرد‬
‫وا دبال ش‬‫ص ن‬‫وا ي‬
‫حقب ويت ي ي‬‫وا دبال ن ي‬ ‫ص ن‬
‫وا ي‬ ‫ت ويت ي ي‬‫حا د‬‫صال د ي‬
‫ال ش‬
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati
supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”.
(QS. Al-'Ashr/103: 1-3)
Dalam hal hidup bertetangga, Islam mengajarkan agar saling menghargai, saling
tenggang rasa, saling tolong menolong, saling memberikan nasehat, saling menjaga
rasa persatuan dan kesatuan.

Akhlak terhadap masyarakat juga dapat meliputi:


a. Memuliakan tamu
b. Menghormati nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat bersangkutan
c. Saling menolong dalam melakukan kebajikan dan taqwa
d. Memberi makanan fakir miskin dan berusaha melapangkan hidup dan
kehidupan
e. Bermusyawarah dalam segala urusan
f. Memtaati keputusan yang telah diambil
g. Menepati janji

d. Perilaku Yang Berhubungan Dengan Alam


Islam mengajarkan bahwa manusia harus menjaga alam ini dengan baik,
mengelolanya dengan baik, mengambil manfa'atnya untuk kemaslahatan hidup, dan
tidak boleh berbuat kerusakan terhadap alam, karena perbuatan merusak alam hanya
akan merugikan kehidupan manusia itu sendiri. Di dalam AlQuran Allah SWT telah
memberikan gambaran dan petunjuk yang sangat jelas mengenai alam dan
lingkungan, mulai dari deskripsi dan tujuan penciptaan alam, hubungan manusia dan
alam, kecenderungan dan watak manusia yang tidak baik kepada alam, bahkan
sampai kepada detil-detil parsial lingkungan seperti fungsi-fungsi air, udara, tanah
dan lain sebagainya. Allah SWT berfirman:
‫ض‬ ‫ر‬‫ت وما دفي انل ي‬ ‫وا‬ ‫ما‬ ‫س‬ ‫ال‬ ‫في‬ ‫ما‬ ‫م‬ ‫ر‬ ‫ك‬ ‫ي‬ ‫ل‬ ‫ر‬ ‫خ‬
‫ش‬ ‫س‬ ‫ه‬ ‫ش‬ ‫ل‬‫ال‬ ‫ن‬ ‫أ يل يم تروا أ ي‬
‫ن د‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫د‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫ش‬ ‫د‬ ‫ي‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫ش‬ ‫ن يي ن‬
‫ل دفي الل شهد دبغ‬
‫جاد د ر‬ ‫ي‬ ‫ر‬ ‫ي‬ ‫وأ ي‬
‫ن ير ي‬‫ن‬ ‫م‬
‫ي‬ ‫س‬‫د‬ ‫نا‬
‫ش‬ ‫ال‬ ‫ن‬
‫ي ي‬ ‫منن‬
‫و‬
‫د‬ ‫ننن‬ ‫ة‬
‫ب‬ ‫ي‬ ‫ن‬‫د‬ ‫ط‬ ‫با‬
‫ب‬ ‫ة‬
‫ي‬ ‫و‬‫ر‬
‫يي‬ ‫د‬ ‫ه‬ ‫ظا‬ ‫ه‬
‫ر‬ ‫م‬
‫ي‬ ‫ي‬ ‫ع‬ ‫د‬ ‫ن‬ ‫م‬‫ن‬ ‫ك‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ل‬‫ي‬ ‫ع‬ ‫ي‬ ‫غ‬‫ي‬ ‫ب‬‫س‬‫ن‬ ‫ي‬
‫مدنيرر‬ ‫ب ر‬ ‫دى وييل ك ديتا ر‬ ‫هر ب‬
“Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk
(kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan
untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah
tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa Kitab yang
memberi penerangan”. (QS. Luqman/31: 20)
Dalam tradisi spiritual Islam sebagai practical norms, Islam menerapkan etika
praktis dalam hubungan manusia dengan lingkungannya dengan konsep harmoni
antara Tuhan, manusia dan alam. Dan Islam mengenalkan berbagai aturan substantif
syari‘ah yang berhubungan dengan lingkungan. Aturan-aturan ini dapat ditemukan di
berbagai kitab fiqh dengan cakupan tema, antara lain: menghidupkan lahan kosong
(ihya‟ al-mawad), kawasan dilindungi (hima), penggunaan air untuk irigasi dan
sumber pangan (shirb), sewa lahan (ijarah), pemeliharaan (nafaqah), hukum
memburu dan menyembelih (sayd wa dzaba‟ih), harta benda (milk wa mal), transaksi
ekonomi (buyu‟), perdamaian (shulh), tanah wakaf (awqaf) dan lain-lain.

Manusia merupakan bagian dari alam dan lingkungan, karena itu umat islam
diperintahkan untuk menjalin hubungan yang baik dengan lingkungan hidupnya.
Sebagai makhluk yang ditugaskan sebagai kholifatullah fil ardh, manusia dituntut
untuk memelihara dan menjaga lingkungan alam. Karena itu, berakhlak terhadap
alam sangat dianjurkan dalam ajaran islam. Beberapa prilaku yang menggambarkan
akhlak yang baik terhadap alam antara lain, memelihara dan menjaga alam agar tetap
bersih dan sehat, menghindari pekerjaan yang menimbulkan kerusakan alam.

B. JALAN MENUJU AKHLAKUL KARIMAH

Potensi batiniyah yang dianugerahkan oleh Allah SWT berupa akal, qalb (hati) dan nafsu,
jika tidak mampu dibimbing secara benar, maka akan dapat menjerumuskan manusia kepada
akhlak yang tidak terpuji, moral yang rusak dan sifat-sifat diri yang tercela. Lebih-lebih
pengendalian diri dan nafsu. Nafsu, menurut para ulama sufi terbagi kepada tiga tingkatan (1)
Nafsu Ammarah, (Nafsu yang selalu cenderung kepada kejelekan, membangkang dan
kemaksiyatan) (2) Nafsu Lawwamah, (Nafsu yang pertengahan, kadang cenderung kepada
kebaikan kadang sebaliknya), dan (3) Nafsu Muthmainnah, (Nafsu yang selalu cenderung kepada
kebaikan, kepatuhan dan ketaatan). Dan Nafsu yang terakhir (Nafsu Muthmainnah) adalah yang
mendapat panggilan Tuhan.

Di dalam diri manusia ada tiga unsur nafsu, 1) Nafs Shahwaniyyah yaitu nafsu yang
cenderung kepada kelezatan yang bersifat fisik seperti makan, minum dan shahwat jasmaniah, 2)
Nafs Ghadabiyah nafsu ini cenderung kepada marah, merusak dan senang menguasai orang lain,
dan 3) Nafs Natiqah nafsu ini yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya di mana ia
mampu untuk mendorong manusia untuk berfikir, berzikir dan mengambil hikmah dari berbagai
fenomena alam di sekelilingnya.

Perbaikan akhlak adalah tujuan dari pendidikan dan kehidupan manusia secara
keseluruhan. Pendidikan secara individual dimaksudkan untuk membersihkan hati dari godaan
hawa nafsu (syahwat) dan amarah (ghadhab), hingga ia jernih bagaikan cermin yang dapat
menerima cahaya Tuhan. Imam Al-Ghazali mengemukakan tanda-tanda orang yang hatinya
bersih, beriman dan berakhlak mulia, yakni :

1). Khusyu‘ dalam shalatnya,


2). Berpaling dari hal-hal yang tidak bermanfaat,
3). Selalu kembali kepada Allah SWT,
4). Mengabdi hanya kepada Allah SWT,
5). Selalu memuji dan mengagungkan Allah SWT
6). Bergetar hatinya apabila disebut/diperdengarkan nama Allah SWT,
7). Tawadhu‘ dan tidak sombong,
8). Arif dalam menghadapi orang-orang awam,
9). Mencintai orang lain seperti mencintai dirinya sendiri,
10). Menghormati tamu,
11). Menghargai dan menghormati tetangga,
12). Berbicara selalu baik, santun dan penuh makna,
13). Tidak banyak bicara dan bersikap tenang dalam menghadapi segala persoalan, dan
14). Tidak menyakiti orang lain, baik dengan sikap maupun perbuatannya.

Jalan untuk memperbaiki sifat dan akhlak tercela menuju akhlak terpuji, atau upaya yang
harus dilakukan oleh manusia untuk memiliki akhlaq al-karimah itu dapat ditempuh dengan dua
cara ; yakni (1) Upaya spiritual/bathiniyyah dan (2) upaya zhahiriyyah. Upaya bathiniyyah
dilakukan dengan cara tazkiyat al-qalb (menyucikan hati), dan yang paling disepakati oleh para
sufi adalah dawam al-Zikr (selalu ingat kepada Tuhan). Zikir adalah ruh amal shaleh. Jika amal
shaleh lepas dari zikir laksana jasad tanpa ruh.

Untuk menambah rumusan upaya atau jalan keluar yang ditempuh untuk memperbaiki
akhlak dan sifat yang belum baik dalam diri agar memiliki nilai-nilai kemuliaan akhlak dalam
kehidupan, maka cara umum tentang bertaubat harusnya dapat dijadikan sebagai jalan menuju
kemuliaan akhlak itu, taubat mengajarkan kepada seorang Muslim untuk (1) menyesali
perbuatan, sikap dan akhlak tidak baik yang pernah dan telah dilakukan, kemudian (2) berjanji
untuk tidak mengulangi lagi perbuatan, sikap dan akhlak itu, dan (3) memperbanyak amal shaleh
dalam kehidupan dan mengekalkan melaksanakan perbuatan dan akhlak yang baik serta
mengekalkan pula untuk meninggalkan perbuatan dan akhlak yang tidak baik. Begitu juga
dengan rumusan upaya sufi berikut ini juga dapat ditempuh:

1). Takhalli, (Penyadaran diri)


Memiliki kesadaran dan keinginan untuk memperbaiki akhlak yang kurang baik dan/memiliki
akhlak yang mulia.

2). Tahalli, (Pengosongan/Penyucian diri)


Meninggalkan segala perbuatan, tingkah laku dan akhlak yang tidak baik.

3). Tajalli, (Pengisian diri)


Mengekalkan dan selalu melaksanakan perbuatan, tingkah laku dan akhlak yang baik.

4). Riyadhah (Latihan)


Terus menerus latihan dan mengekalkan perbuatan baik dan meninggalkan perbuatan buruk

5). Istiqomah (Mantap dan Terus Menerus)


Merasa tenang dan bahagia bila berbuat baik dan menjadi kekal dalam diri.
Akhlakul karimah dan kaitannya dengan fungsi hidup
Akhlak Mahmudah adalah sifat-sifat terpuji, dan sifat-sifat ini merupakan kelakuan yang
seharusnya diamalkan dan dilaksanakan oleh seorang muslim dalam kehidupan sehari-hari.
Sifat-sifat yang dimaksud ialah:
a. Amanah
Seorang mukmin hendaknya berlaku amanat, jujur dalam segala anugrah Allah
SWT kepada dirinya, menjaga anggota lahir dan anggota bathin dari segala maksiat,
serta mengerjakan perintah-perintah Allah secara permanen. Ini merupakan suatu
jalan memperoleh kesuksesan, tidak saja dihadapan Allah juga pada akhirnya kawan
dan lawan akan menghargai serta menaruh respek dan simpati yang baik.
Amanah dalam kaca mata Islam memiliki makna yang sangat luas dan
mengandung pengertian yang sangat dalam. Ruang lingkup amanah mencakup semua
gerak-gerik seseorang dalam segala urusan yang dibebankan kepadanya. Parameter
amanah itu sendiri adalah adanya rasa tenggung jawab di hadapan Allah.

b. Jujur
Perbuatan yang jujur adalah sebuah perbuatan yang tidak disertai dengan unsur
keragu-raguan. Karena perbuatan yang jujur terlahir dari keyakinan, bukan barasal
dari hawa nafsu. Kejujuran merupakan sahabat karib keikhlasan. Dalam kejujuran dan
keikhlasan sama sekali tidak ada kecenderungan untuk menyimpang. Karena sumber
kejujuran dan keikhlasan adalah kebenaran.
Berkata jujur akan mendorong seseorang untuk bertingkah laku secara jujur pula.
Dengan demikian, kondisi kehidupannya akan lebih baik. Selain itu, keseriusan
seseorang untuk memelihara kejujuran akan menyebabkan hati dan pikiran tenang.

c. Rasa malu
Islam telah berwasiat kepada penganutnya agar menghiasi diri mereka dengan
rasa malu. Islam juga telah menjadikan rasa malu sebagai salah satu ciri khas misi
ajarannya. Rasululllah SAW telah bersabda, yang artinya:

“Setiap agama itu memiliki ciri khas sebuah akhlak. Dan akhlak yang menjadi ciri
khas agama Islam adalah rasa malu.” (HR. Malik)

Nabi SAW ingin menjadikan perasaan seorang muslim senantiasa tertarik kepada
sifat yang mulia dan menjauhi sifat yang hina. Hendaklah semua itu dilakukan
berlandaskan rasa malu, yakni malu kalau meninggalkan kebaikan dan malu kalau
sampai mengerjakan keburukan sekalipun tanpa mempertimbangkan adanya pahala
maupun siksa.

d. Ikhlas
Ikhlas artinya murni atau bersih, tidak ada campuran. Maksud bersih disini adalah
bersihnya sesuatu pekerjaan dari campuran motif-motif atau tujuan selain mencari
ridha Allah.

Hati yang kehilangan unsur ikhlas tidak akan bisa menghasilkan amal perbuatan
yang diterima oleh Allah. Hal ini sama dengan batu yang dibungkus tanah, selamanya
tidak akan bisa menumbuhkan tanaman yang kokoh. Dengan kata lain, permukaan
yang menipu sama sekali tidak akan memberikan manfaat pada bagian dalam yang
juga tidak berkualitas baik.

e. Merasa cukup (qana’ah)


Qana’ah artinya menerima dengan rela apa yang ada atau merasa cukup dengan
apa yang diberikan oleh Allah kepadanya. Qana’ah bisa dicapai dengan terlebih
dahulu mengendalikan nafsu. Qana’ah bukan berarti duduk berpangku tangan,
menganggur tanpa berusaha, qana’ah tidak identik dengan kemalasan.[9]
Qana’ah mengandung enam unsur yaitu:
1. Berusaha sekuat daya (Ikhtiar atau usaha)
2. Memohon tambahan nikmat yang pantas kepada Allah SWT
3. Ridha Menerima apa adanya
4. Sabar menerima ketentuan Allah SWT
5. Tawakal kepada Allah SWT
6. Tipu daya dunia tidak akan mampu mempengaruhinya
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari makalah yang telah kami buat dapat disimpulkan bahwa:
1. Perilaku manusia yang berhubungan dengan Allah SWT adalah ucapan dan perbuatan
manusia. Akhlak manusia yang baik kepada Allah SWT adalah manusia yang
berbicara dan bertingkah laku yang terpuji kepada Allah SWT, baik ucapan melalui
ibadah langsung kepada Allah SWT seperti shalat, Puasa, zakat, haji, dan sebagainya,
maupun perilaku bersyukur, bertasbih, dan beristighfar.
2. Akhlak terhadap rasul dapat meliputi
a. Mengikuti dan menjalankan sunah rasul
b. Bersolawat terhadap rasul
c. Menaati dan mengikuti rasul
d. Mencintai dan memuliakan rasul
e. Melanjutkan misi rasul
3. Jalan menuju akhlakul karimah atau menjadi muslim yang berakhlak mulia yaitu
dengan sungguh-sungguh menerapkan nilai,sikap dan perbuatan yang baik seperti
sabar, tawakal ikhlas, ramah, tawadhu, dan lain-lain, serta memiliki keinginan yang
kuat untuk meninggalkan yang buruk seperti sombong, dengki, iri hati, dendam, dan
lain-lain

B. Saran
Kami sebagai penulis sangat menyadari bahwa didalam makalah ini masih banyak
kekurangan, kami mohon maaf atas kekurangan pada makalah ini. Kami sangat berharap
atas kritikan dan saran dari pembaca yang bersifat membangun
DAFTAR PUSTAKA

Supian,dkk.2018. “Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter dan Moderasi


Islam”.jambi:Universitas Jambi

http://dalamislam.com/akhlak
MAKALAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
AKHLAK DAN TASAWUF

KELOMPOK 14:
1. Alvin Permanda (A1C318041)
2. Vivi Yetti Nurdanti (A1C318042)

DOSEN PENGAMPU:
Eva Iryani, S.Pd.I.,M.Pd

PRODI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2018/2019

Anda mungkin juga menyukai