Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KONSEP SDG’S

Disusun Oleh:

Devi Rismayana Saputri(40001700006)


Eka Dewi Setianing Tyas(40001700007)
Kristina Wahyoida(40001700009)
Raudha Putri Kinanti(40001700013)
Siti Sarah(40001700016)
Zika Maulatul Rahmawati(40001700018)

DIII KEBIDANAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
Jl. Kaligawe Raya Km.4,Terboyo Kulon,Genuk,Kota Semarang,Jawa Tengah 50112
2018/2019

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

SDGs adalah sebuah kesepakatan pembangunan baru pengganti MDGs. Masa

berlakunya 2015–2030 sebuah dokumen setebal 35 halaman yang disepakati oleh lebih dari

190 negara berisikan 17 goals dan 169 sasaran pembangunan.

Tujuh belas tujuan dengan 169 sasaran diharapkan dapat menjawab ketertinggalan

pembangunan negara–negara di seluruh dunia, baik di negara maju (konsumsi dan produksi

yang berlebihan, serta ketimpangan) dan negara–negara berkembang (kemiskinan,

kesehatan, pendidikan, perlindungan ekosistem laut dan hutan, perkotaan, sanitasi dan

ketersediaan air minum).

Keberhasilan SDGs tidak dapat dilepaskan dari peranan penting pemerintah daerah.

Karena pemerintah kota dan kabupaten berada lebih dekat dengan warganya memiliki

wewenang dan dana dapat melakukan berbagai inovasi serta ujung tombak penyedia layanan

publik dan berbagai kebijakan serta program pemerintah.

Dari pengalaman era MDGs (2000–2015), Indonesia ternyata belum berhasil

menurunkan angka kematian ibu, akses kepada sanitasi dan air minum, Karena pemerintah

daerah tidak aktif terlibat di dalam pelaksanaan MDGs. Juga karena pemerintah daerah

kurang didukung. Bagaimana agar pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan lebih

siap dan lebih mampu melaksanakan SDGs? Salah satu upaya untuk mendorong

keberhasilan SDGs di daerah adalah melalui penyediaan informasi yang cukup bagi

pemerintah daerah.

2
1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah

1. Apa itu SDGs?

2. Apa Tujuan SDGs?

3. Apa target pembangunan nasional?

4. Apa targer SDGs bidang Kesehatan

5. Bagaimana analisis Kebijakan Pemerintah Indonesia dalam mencapai tujuan SDGs

di bidang Kesehatan ?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untyuk mengetahui bagaimana kebijakan

pemerintah dalam mencapai tujuan SDGs khususnya dibidang kesehatan dan bagaimana

kebijakan itu berjalan sampai saat ini serta bagaimana kendala dan rencana tindak lanjut dari

kebijakan tersebut

3
BAB II

ISI

2.1 Pengertian SDGs

Sidang umum Perserikatan Bangsa–Bangsa (PBB) pada 25 September 2015

lalu di New York, Amerika Serikat, secara resmi telah mengesahkan Agenda

Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs sebagai kesepakatan pembangunan global.

Sekurangnya 193 kepala negara hadir, termasuk Wakil Presiden Jusuf Kalla, turut

mengesahkan Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 untuk Indonesia. Mulai

tahun 2016, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2015–2030 secara resmi

menggantikan Tujuan Pembangunan Millennium (MDGs) 2000–2015. SDGs berisi

seperangkat tujuan transformatif yang disepakati dan berlaku bagi seluruh bangsa

tanpa terkecuali.

Pengertian SDGs adalah singkatan atau kepanjangan dari sustainable

development goals, yaitu sebuah dokumen yang akan menjadi sebuah acuan dalam

kerangka pembangunan dan perundingan negara-negara di dunia.Konsep SDGs

melanjutkan konsep pembangunan Millenium Development Goals (MDGs) di mana

konsep itu sudah berakhir pada tahun 2015.

2.2 Tujuan SDGs

SDGs berisi 17 Tujuan. Salah satu Tujuan adalah Tujuan yang mengatur tata

cara dan prosedur yaitu masyarakat yang damai tanpa kekerasan, nondiskriminasi,

partisipasi, tata pemerintahan yang terbuka serta kerja sama kemitraan multi–pihak.

4
Proses perumusan SDGs berbeda sekali dengan MDGs. SDGs disusun melalui

proses yang partisipatif, salah satunya melalui survei Myworld (boks 1). Salah satu

perubahan mendasar yang dibawa oleh SDGs adalah prinsip “tidak ada seorang pun

yang ditinggalkan”.

SDGs juga mengandung prinsip yang menekankan kesetaraan antar–negara dan

antar–warga negara. SDGs berlaku untuk semua (universal) negara–negara anggota

PBB, baik negara maju, miskin, dan negara berkembang (lihat Boks 2, Perbedaan

MDGs dan SDGs).

Pada bulan Agustus 2015, 193 negara menyepakati 17 tujuan berikut ini :

a. Menghapuskan Kemiskinan ~ Mengakhiri kemiskinan dalam segala

bentuknya di semua tempat.

b. Menghapuskan Kelaparan ~ Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan

pangan dan perbaikan nutrisi, serta menggalakkan pertanian yang

berkelanjutan.

c. Hidup Sehat ~ Memastikan hidup yang sehat dan menggalakkan

kesejahteraan untuk semua usia.

d. Pendidikan Berkualitas ~ Memastikan pendidikan berkualitas yang terbuka

dan setara serta menggalakkan kesempatan untuk belajar sepanjang umur

hidup pada semua orang.

e. Kesetaraan Gender ~ Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan

semua wanita dan anak perempuan.

f. Air Bersih dan Sanitasi ~ Memastikan ketersediaan dan pengelolaan yang

berkesinambungan atas air dan sanitasi untuk semua orang.

5
g. Energi yang bisa diperbarui dan terjangkau ~ Memastikan akses pada energi

yang terjangkau, andal, berkelanjutan, dan modern bagi semua orang.

h. Ekonomi dan pekerjaan yang baik ~ Menggalakkan perkembangan ekonomi

yang berkesinambungan, terbuka, dan berkelanjutan, lapangan kerja yang

utuh dan produktif, serta pekerjaan yang layak bagi semua orang.

i. Inovasi dan infrastruktur yang baik ~ Membangun infrastruktur yang tahan

lama, menggalakkan industrialisasi yang berkesinambungan dan terbuka,

serta mendorong inovasi.

j. Mengurangi kesenjangan ~ Mengurangi kesenjangan di dalam dan di antara

negara.

k. Kota dan komunitas yang berkesinambungan ~ Membuat kota dan

pemukiman manusia terbuka, aman, tahan lama, serta berkesinambungan.

l. Penggunaan sumber-sumber daya yang bertanggung jawab ~ Memastikan

pola-pola konsumsi dan produksi yang berkesinambungan.

m. Tindakan iklim ~ Mengambil tindakan mendesak untuk memerangi

perubahan iklim dan pengaruhpengaruhnya.

n. Lautan yang berkesinambungan ~ Melestarikan dan menggunakan samudra,

laut, dan sumber-sumber daya maritim secara berkesinambungan untuk

pengembangan yang lestari.

o. Penggunaan tanah yang berkesinambungan ~ Melindungi, mengembalikan,

dan menggalakkan penggunaan yang lestari atas ekosistem daratan,

mengelola hutan secara berkesinambungan, memerangi penggundulan hutan,

dan memperlambat serta membalikkan degradasi tanah serta memperlambat

hilangnya keragaman hayati.

6
p. Kedamaian dan Keadilan ~ Menggalakkan masyarakat yang damai dan

terbuka untuk pengembangan yang lestari, memberikan akses pada keadilan

untuk semua orang dan membangun institusi yang efektif, bertanggung

jawab, serta terbuka di semua tingkatan.

q. Kemitraan untuk pengembangan Yang Lestari ~ Memperkuat cara-cara

penerapan dan menghidupkan kembali kemitraan global untuk

pengembangan yang berkesinambungan.

2.3 Target Pembangunan Nasional

Pembangunan global harus sejalan dengan pembangunan nasional, bahkan juga

ke pembangunan daerah Indonesia telah memiliki prioritas pembangunan, sesuai dengan

program dan prioritas dalam Nawacita dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

(RPJMN) 2015–2019. Terdapat konvergensi dan divergensi antara SDGs dan Nawacita.

Dalam hal pembangunan manusia dan upaya penurunan ketimpangan, kedua

dokumen selaras berjalan. Dalam hal pembangunan ekonomi, keduanya juga teman

7
seiring. Namun, dalam hal keberlanjutan, ekologi dan konservasi lingkungan hidup,

maka Nawacita dan RPJMN harus melakukan banyak penyesuaian (konsumsi dan

produksi yang berkelanjutan, penurunan kerusakan hutan, manajemen air, laut, dan

sebagainya).

Meski begitu, secara keseluruhan banyak pihak sepakat bahwa terdapat beberapa

fokus SDGs yang dapat menjadi panduan pembangunan serta sesuai dengan sembilan

agenda prioritas Presiden Joko Widodo (Nawacita) di antaranya:

1. Keberlanjutan agenda pembangunan manusia seperti kemiskinan, kelaparan,

keadilan gender, serta pemenuhan akses terhadap air dan sanitasi sebagai isu yang

senantiasa strategis.

2. Peningkatan kesejahteraan dan pendidikan sesuai dengan agenda prioritas

peningkatan kualitas hidup manusia melalui jaminan sosial, pendidikan, kesehatan

serta reformasi agraria.

3. Pembangunan ekonomi berkelanjutan merupakan isu baru yang akan difokuskan

pada pertumbuhan ekonomi inklusif, serta industrialisasi yang berkelanjutan dan

pembangunan hunian serta kota yang berkelanjutan disertai penerapan pola produksi

dan konsumsi berkelanjutan.

4. Akses energi yang terjangkau, sebagai fokus baru yang dikombinasikan dengan

pembangunan infrastruktur seperti pembangunan pembangkit listrik, penggunaan

biofuel, bendungan, serta jalur transportasi. Pengalihan kepada sumber energi

terbarukan serta transparansi pengelolaan sektor energi turut menjadi fokus penting

serta tanggung jawab sosial sebagai bagian dari upaya lebih luas untuk menerapkan

tata kelola sumber daya berkelanjutan.

8
5. Perubahan iklim, di mana Indonesia telah secara sukarela menyatakan komitmennya

untuk menurunkan emisi gas rumah kaca. Komitmen ini dituangkan dalam Rencana

Aksi Nasional Penurunan Gas Rumah Kaca melalui Perpres No. 61/ 2011 dan 33

Rencana Aksi Daerah yang ditetapkan melalui peraturan gubernur. Langkah

penurunan emisi diiringi dengan langkah adaptasi. Pelaksanaan rencana mitigasi

dan adaptasi perubahan iklim di berbagai bidang terkait dituangkan di dalam

program lintas bidang dalam RPJMN 2015–2019 dengan target penurunan emisi gas

rumah kaca (GRK) sekitar 26 persen pada tahun 2019 dan peningkatan ketahanan

perubahan iklim di daerah.

Keselarasan SDGs atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030 dengan

visi dan misi Presiden Joko Widodo–Jusuf Kalla “Nawacita” diharapkan dapat

mengakselarasi pencapaian RPJMN 2014–2019 sekaligus melengkapi prioritas

strategi pembangunan terutama terkait dengan tujuan–tujuan yang berkaitan dengan

lingkungan, energi bersih serta upaya menangani perubahan iklim. Indonesia akan

menggunakan tiga indikator terkait dengan dokumen SDGs, yaitu pembangunan

manusia atau human development yang meliputi pendidikan dan kesehatan,

lingkungan dalam skala kecil atau social economic development dan lingkungan

yang besar atau environmental development berupa ketersediaan kualitas

lingkungan dan sumber daya alam yang baik.

9
2.4 Pembangunan Nasional di Bidang Kesehatan

Perhatian Khusus Sektor Kesehatan dalam TArger SDGs adalah

1. Pemberantasan Kemiskinan

yaitu mengakhiri segala bentuk kemiskinan Akses semesta terhadap jaminan

sosial

a. Peningkatan persentase penduduk yang menjadi peserta jaminan kesehatan

melalui SJSN bidang kesehatan

b. Kepersertaan penerima bantuan iuran (PBI)melalui jaminan kesehatan

nasional (JKN/Kartu Indonesia Sehat)

2. Nol Kelaparan

Mengakhiri kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan meningkatkan

gizi, serta mendorong pertanian yang berkelanjutan

a. Peningkatan akses pangan yang aman bergizi dan mencukupi

b. Penurunan Stunting,wasting dan overweigh pada balita

c. Pemenuhan kebutuhan gizi remaja perempuan, wanita hamil dan menyusui

serta lansia

3. Kesehatan Yang Baik

Menjamin Kehidupan yang sehat dan mendorong kesejahteraan bagi

semua orang disegala usia

a. Penurunan AKI, AkBa, AKN

b. HIV/ AIDS, TB, Malaria

c. Akses kepada pelayanan Kesehatan reproduksi (termasuk KB dan

pencegahan Kehamilan pada remaja)

d. Kematian akibat PTM dan pengendalian tembakau

10
e. Penyalahgunaan NAPZA dan alkohol

f. Kematian dan cidera kecelakaan lalu lintas

g. Universal Health Coverage

h. Kontaminasi dan Polusi Air, Udara, TAnah

i. Penanganan Krisis dan kegawatdaruratan kesehatan

4. Kesetaraan Gender

Menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh wanita dan anak

perempuan

a. Pemenuhan hak pelayanan kesehatan reproduksi, termasuk Kb

b. Pendidikan dan informasi kesehatan seksual dan reproduksi untuk wanita dan

remaja

5. Air Bersih dan Sanitasi

Menjamin ketersediaan dan pengelolaan air serta sanitasi yang

berkelanjutan bagi semua orang

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat terkait :

a. Akses kepada air bersih

b. Akses sanitasi dasar layak

2.5 Analisis Kebijakan Pemerintah mengenai tujuan SDGs bidang Kesehatan

1. Nol Kelaparan ( Gizi Kesehatan Masyarakat)

a. Arah Kebijakan RPJMN 2015-2019

 pemantapan ketahanan pangan menuju kemandirian pangan dengan

peningkatan produksi pangan pokok;

11
 stabilisasi harga bahan pangan;

 perbaikan kualitas konsumsi pangan dan gizi masyarakat;

 mitigasi gangguan terhadap ketahanan pangan;

 peningkatan kesejahteraan pelaku usaha pangan terutama petani, nelayan,

dan pembudidaya ikan

 salah satu terobosan yang ditempuh sejak awal Repelita VI adalah

pengembangan Pojok Gizi (POZI) di puskesmas yang merupakan upaya

untuk mengoptimalkan pelayanan gizi, baik kualitas maupun kuantitasnya

 Pelaksanaan POS GIZI

b. Pelaksanaan sampai saat ini

Perbaikan kualitas konsumsi pangan masyarakat masih rendah karena

harga pangan yang masih tinggi sehingga masyarakat yang tingkat ekonominya

rendah tidak bisa mengkonsumsi pangan yang berkualitas/ sempurna. Sehingga

ditemukan anak-anak balita yang kurang gizi. Sehingga pemerintah membuat

kegiatan POS GiZI yang di danai APBN. Bagi daerah yang memiliki anak yang

terdapat penyimpangan positif akan dilaksanakan POS GIZI tersebut.dimana

petugas gizi membuat menu sehat selama 12 hari dan diberikan kepada anak

tersebut.Kemudian berat anak ditimbang, sehingga didapat ada peningkatan berat

badan anak

Dalam Penurunan Stunting,wasting dan overweigh pada balita

pemerintah selalu menggalakkan kegiatan posyandu sehingga masyarakat dapat

selalu memantau tumbuh kembang anak balita

12
c. Kendala

Kegiatan ini tidak rutin dilaksanakan dan belum merata di seluruh

Indonesia karena Dana Pemerintah yang masih terbatas

d. Solusi Kebijakan

Mengajak masyarakat memanfaatkan pekarangan dengan menanami

dengan tanaman pangan yang dibutuhkan untuk seharti-hari dalam rangka

pemenuhan kebutuhan pangan keluarga

2. Kesehatan yang baik ( SKN )

Sistem Kesehatan Nasional adalah Pengelolaan kesehatan yang

diselenggarakan oleh semua komponen bangsa Indonesia secara terpadu dan saling

mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-

tingginya

a. Kebijakan pemerintah

 Pelayanan kesehatan yang baik dimana masyarakatnya hidup dalam

lingkungan sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), mempunyai

kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara

adil dan merata dalam wilayah kesatuan Negara RI

 Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan strategi pembangunan

profesionalisme, desentralisasi dan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan

Masyarakat

 Upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat dilaksanakan

melalui program peningkatan perilaku hidup sehat, pemeliharaan lingkungan

sehat, pelayanan kesehatan dan didukung oleh sistem pengamatan,

Informasi dan manajemen yang handal.

13
 Tenaga yang mempunyai sikap nasional, etis dan profesional, juga memiliki

semangat pengabdian yang tinggi kepada bangsa dan negara, berdisiplin,

kreatif, berilmu dan terampil, berbudi luhur dan dapat memegang teguh etika

profesi.

b. Pelaksanaan sampai saat ini

Sampai saat ini unit fasilitas kesehatan tingkat pertama (puskesmas)

pada umumnya sudah tersedia di setiap kecamatan. Contohnya di kabupaten

Pasaman, seluruh masyarakat bisa menggunakan fasilitas pelayanan

kesehatan di setiap Puskesmas secara gratis karena ada kebijakan pemerintah

yang disebut Total Convert.maksudnya walaupun masyarakat tidak terdaftar

sebagai anggota BPJS tetapi dapat berobat secara gratis di Puskesmas.

Akan tetapi kebijakan itu tidak berlaku untuk pelayanan kesehatan di

tingkat Lanjutan. Sehingga masyarakat yang tidak terdaftar BPJS harus

membiayai secara pribadi.

FKTP pada umumnya untuk sarana dan prasarana termasuk obat

masih banyak yang tidak lengkap, sehingga masyarakat menjadi memilih

pelayanan kesehatan swasta. Bagi masyarakat mampu mungkin itu bukan

masalah, tetapi bagi masyarakat miskin mereka lebih memilih tidak berobat

medis dan akhirnya pergi ke dukun sehingga masih ditemukan adanya

kematian Ibu dan Bayi.

c. Kendala

 upaya kesehatan belum menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan,

perhatian terhadap promotif dan preventif masih kurang. Meski telah

14
dibangun puskesmas di tiap kecamatan, upaya kesehatan belum

terjangkau secara merata.

 Pembiayaan kesehatan masih rendah. Alokasi dana dari pemerintah

belum efektif, masih banyak untuk kuratif. Belum terfokus bagi upaya

kesehatan masyarakat dan bantuan untuk keluarga miskin. Pembiayaan

kesehatan masih bersifat out of pocket. Yang memiliki jaminan

kesehatan kurang dari 20 persen penduduk.

 Menurunnya kondisi dan penggunaan fasilitas kesehatan publik serta

kecenderungan penyedia utama fasilitas kesehatan beralih ke pihak

swasta.

 Pembiayaan kesehatan yang rendah dan timpang. Pembiayaan

kesehatan saat ini lebih banyak dikeluarkan dari uang pribadi

d. Solusi Kebijakan

 Memusatkan penggunaan dana publik pada penyediaan kesehatan

publik (seperti imunisasi dan perawatan/untuk mengontrol penyakit

menular) dan tingkatkan kelayakan kondisi kesehatan prioritas

 Pemerintahan harus segera membentuk kelompok kerja yang bertugas

untuk merancang strategi pembiayaan kesehatan yang menyeluruh,

dimana asuransi kesehatan sosial termasuk didalamnya.

 Pengadaan dan peningkatan prasarana dan sarana kesehatan terus

dilanjutkan

15
3. Kesetaraan Gender (Akses Kespro , KB)

Kesetaraan gender dalam pembangunan kesehatan adalah kesamaan kondisi

bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan dan hak-haknya

sebagai manusia, agar mampu berperan dan berpartisipasi dalam kegiatan

pembangunan kesehatan serta kesamaan dalam memperoleh manfaat pembangunan

kesehatan. Keadilan gender adalah suatu proses untuk menjadi adil terhadap laki-laki

dan perempuan dalam pembangunan kesehatan

a. Kebijakan pemerintah

 Kegiatan Safari KB  Adalah pemasangan KB secara gratis yang

dilaksanakan pada momen tertentu seperti KB Kes TNI, bagi grender yang tidak

terdaftar BPJS bisa mendapatkan pelayanan secara gratis

 Kegiatan program PKPR (Program Kesehatan Reproduksi Remaja

Petugas Puskesmas telah melaksanakan kegiatan ini pada sekolah sekolah

mengenai pendidikan reproduksi dan pusksmas menyediakan layanan konsultasi

dengan petugas PKPR melalui sms center

b. Pelaksanaan sampai saat ini

Kegiatan ini sampai saat ini tetap terlaksana setiap tahunnya

c. Kendala

Pada saat kegiatan banyak masyarakat tidak tahu dengan pelaksanaan karena

kurangnya sosialisasi oleh petugas mengenai jadwal kegiatan, sehingga banyak

masyarakat yang tahu setelah kegiatan selesai dilaksanakan sehingga pelayanan

gratis tersebut tidak bisa didapatkan

16
d. Solusi Kebijakan

Agar pemerintah menetapkan Jadwal yang tetap untuk kegiatan

ini,mensosialisasikan melalui media elektronik atau media promosi lainnya

sehingga momen-momen seperti itu bisa dirasakan masyarakat dengan rata di

seluruh Indonesia.

4. Air Bersih dan Sanitasi

a. Kebijakan Pemerintah

Sampai 2019 Indonesia harus mencapai Universal akses yaitu 100% akses air

bersih dan sanitasi (jamban,sampah,SPAL) 0% daerah kumuh

b. Pelaksanaan Sampai Saat ini

Pemerintah kab/kota membuat kebijakan untuk sanitarian di Puskesmas yaitu

harus mengODF kan 1 Nagari/Kelurahan dalam 1 Tahun.

Saat ini menggunakan dua pendekatan yaitu berbasis masyarakat dan

berbasis institusi. Pendekatan berbasis masyarakat digunakan untuk skala

lingkungan atau komunitas, sedangkan pendekatan berbasis institusi

digunakan untuk skala daerah dengan lintas sektor.

Langkah-langkah yang dilakukan adalah :

1. Peningkatan Kesadaran Masyarakat (Edukasi Advokasi, Sosialisasi,

Promosi dan Kampanye).

2. Peningkatan Kepedulian, Komitmen dan Kesiapan Pemda (Advokasi

Pemda (Eksekutif & Legislatif)).

3. Peningkatan Kelembagaan & Kompetensi SDM (Bantuan teknis

kelembagaan dan Peningkatan Kapasitas SDM (Regulator & Operator)).

4. Peningkatan Sumber Pendanaan.

17
5. Kerjasama lintas sektor dan kemitraan (Sinkronisasi lintas sektor dalam

implementasi/pendanaan). Misalnya dengam KORAMIL dalam gerakan

seribu jamban

C. Kendala

 Pembangunan sanitasi belum menjadi prioritas pemerintah daerah. Saat ini

rata-rata anggaran sanitasi yang dialokasikan pemerintah daerah dalam

APBD masih di bawah satu persen, padahal sanitasi merupakan salah satu

kebutuhan dasar dari masyarakat dan memiliki dampak yang luas ketika

pembangunan sanitasi terabaikan.

 Masih minimnya kesiapan daerah dalam implementasi pembangunan

sanitasi. Kesiapan implementasi antara lain ditunjukkan dengan ketersediaan

dokumen perencanaan, kesiapan lahan maupun institusi pengelola. Dalam

hal ini, dikaitkan dengan infrastruktur sanitasi yang dibutuhkan sesuai

dengan identifikasi daerah tersebut.

 Terbatasnya pendanaan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam

pembangunan sanitasi. Keterbatasan anggaran untuk pembangunan sanitasi

memang merupakan kendala tersendiri dan berhubungan erat dengan

bagaimana pemerintah melihat sanitasi sebagai suatu hal yang perlu

mendapat perhatian serius.

 Kurangnya sinergi antara pemangku kepentingan, baik daerah maupun pusat,

bahkan antar lembaga terkait dalam perencanaan dan pelaksanaan di

lapangan.

 Terbatasnya SDM pengembangan sanitasi baik di daerah, di pusat, maupun

terbatasnya penyedia layanan.

18
 Kesiapan daerah yang kurang dalam menyerap peningkatan pendanaan dari

pemerintah pusat untuk sanitasi, baik dari pendanaan untuk pra

implementasi, paska pembangunan, pemeliharaan dan pembinaan maupun

dalam persiapan penyediaan lahan, software readiness criteria berupa

RTRW, Rencana Induk

e. Solusi

Untuk mengisi gap permasalahan dari kondisi eksisting dan target ideal

dalam pencapaian Universal Access ini perlu dibuat kebijakan terkait

pengembangan peraturan yang mendukung, pengembangan kelembagaan,

peningkatan akses layanan sanitasi, peningkatan dan pengembangan

alternatif pembiayaan, serta peningkatan peran serta masyarakat dan dunia

usaha. Sinergi lintas sektor sangat penting untuk menutup gap pendanaan.

Pelibatan setiap pemangku kepentingan secara aktif dalam pembangunan air

minum dan sanitasi harus berkontribusi secara optimal agar didapat

akselerasi yang maksimal.

19
5. Perbedaan Millenium Development Goals (MDGs) dengan Sustainable

Development Goals (SDGs)

Pada dasarnya MDGs dan SDGs punya persamaan dan kesamaan tujuan yang

sama. Yakni, SDGs melanjutkan cita-cita mulia MGDs yang ingin konsen

menanggulangi kelaparan dan kemiskinan di dunia.

Namun, dokumen yang disepakati pimpinan dunia pada tahun 2000 tersebut

habis pada tahun 2015. Para pemimpin dunia merasa agenda Millenium

Development Goals perlu dilanjutkan, sehingga muncul sebuah dokumen usulan

bernama Sustainable Development Goals.

Menulis 7 alasan mengapa SDGs akan jauh lebih baik dari MDGs, yakni:

1) SDGs lebih global dalam mengkolaborasikan program-programnya. MDGs

sebelumnya dibuat oleh anggota negara OECD dan beberapa lembaga

internasional. Sementara SDGs dibuat secara detail dengan negosiasi

internasional yang juga terdiri dari negara berpendapatan menengah dan rendah.

2) Sekarang, sektor swasta juga akan memiliki peran yang sama, bahkan lebih

besar.

3) MDGs tidak memiliki standar dasar hak asasi manusia (HAM). MDGs

dianggap gagal untuk memberikan prioritas keadilan yang merata dalam bentuk-

bentuk diskriminasi dan pelanggaran HAM, yang akhirnya berujung kepada

masih banyaknya orang yang terjebak dalam kemiskinan. Sementara SDGs

dinilai sudah didukung dengan dasar-dasar dan prinsip-prinsip HAM yang lebih

baik.

4) SDGs adalah program inklusif. Tujuh target SDG sangat eksplisit tertuju

kepada orang dengan kecacatan, dan tambahan enam target untuk situasi darurat,

20
ada juga tujuh target bersifat universal dan dua target ditujukan untuk

antidiskriminasi.

5) Indikator-indikator yang digunakan memberikan kesempatan untuk

keterlibatan masyarakat sipil.

6) PBB dinilai bisa menginspirasi negara-negara di dunia dengan SDGs.

7) COP21 di Paris adalah salah satu kesempatan untuk maju.

21
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. SDGs adalah singkatan atau kepanjangan dari sustainable development

goals, yaitu sebuah dokumen yang akan menjadi sebuah acuan dalam

kerangka pembangunan dan perundingan negara-negara di

dunia.Konsep SDGs melanjutkan konsep pembangunan Millenium

Development Goals (MDGs) di mana konsep itu sudah berakhir pada

tahun 2015.

2. Pembangunan global harus sejalan dengan pembangunan nasional,

bahkan juga ke pembangunan daerah Indonesia telah memiliki prioritas

pembangunan, sesuai dengan program dan prioritas dalam Nawacita dan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2015–2019.

Terdapat konvergensi dan divergensi antara SDGs dan Nawacita

3. Perhatian Khusus Sektor Kesehatan dalam TArger SDGs adalah

pemberantasan kemiskinan, nol kelaparan,kesehatan yang baik,

kesetaraan gender, air bersih dan sanitasi layak

3.2 Saran

Demi tercapainya target SDGs maka harus ada dibuat kebijakan-kebijakan

pemerintah baik pusat maupun daerah yang harus disesuaikan dengan

keadaan wilayah.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Bappenas. 2012. Satu tahun tentang RAN-GRK. Jakarta: Kemenpan/Bappenas

http://www.bappenas.go.id/files/5413/5229/8518/a-year-in-progress-ran-

grk__20121226153604__0.pdf

2. BPS. 2014. Kajian Indikator Sustainable Development Goals (SDGs). Jakarta:

Badan Pusat Statistik.

3. PBB. 2013. Sebuah Kemitraan Global Yang Baru: Hapuskan Kemiskinan Dan

Transformasi Ekonomi Melalui Pembangunan Berkelanjutan.New York:

Perserikatan Bangsa-Bangsa.

4. PBB. 2016. Sustainable Development Goals. Tersedia dari:

https://sustainabledevelopment.un.org/sdgs [diakses pada 11 Februari 2016].

5. WHO. 2015. Health in 2015: from MDGs, Millennium Development Goals to

SDGs, Sustainable Development Goals. Geneva: World Health Organization.

23

Anda mungkin juga menyukai