LAPORAN PENDAHULUAN Asma Bronkial
LAPORAN PENDAHULUAN Asma Bronkial
“ ASMA BRONKIAL”
DI SUSUN OLEH :
SHINTA BELLA
B.Etiologi
Penyebab terjadinya asma menurut Kowalak (2011) :
1) Faktor ekstrinsik: reaksi antigen-antibodi; karena inhalasi alergi (debu, serbuk-serbuk, bulu-
bulu binatang, spora jamur, dan tepung sari , rerumputan debu rumah , bantal kapuk atau bulu,
zat aditif pangan yang mengandung sulfit, zat lain yang menimbulkan sensitifitas
2) Faktor intrinsik: infeksi: para influenza virus, pneumonia, Mycoplasma, Kemudian dari fisik:
cuaca dingin, perubahan temperature atau kelembapan, faktor genetik, emosional; takut,
cemas, dan tegang, perubahan endokrin.
3) Iritan: kimia, polusi udara ( CO, asap rokok, parfum ).
4) Aktivitas yang berlebihan juga dapat menjadi faktor pencetus.
5) Obat-obatan: aspirin, NSAID, β-bloker.
C.Patofisiologi
Asma terjadi karena adanya penyempitan pada jalan nafas dan hipereaktif bronkus
terhadap bahan iritasi, alergen, atau stimulus lain. Dengan adanya bahan iritasi atau allergen otot-
otot bronkus menjadi spasme dan zat antibodi tubuh muncul ( immunoglobulin E atau IgE )
dengan adanya alergi. Mediator tersebut akan menyebabkan kontraksi otot polos yang
menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler, oedema mukosa,sekresi mukus meningkat
sehingga produksi sekret meningkat.
Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan
sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-
benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara
sebagai berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah
antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila
reaksi dengan antigen spesifikasinya.
Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru
yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen
maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah
terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan leukotrient), faktor
kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan
menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental
dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napas menjadi sangat meningkat.
D.Manifestasi klinis
1. penderita tampak bernafas cepat dan dalam
2. gelisah
3. sesak nafas, suara ( whezing ),
4. batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri dada
5. tachicardi dan pernafasan dangkal .
E.Pemeriksaan Diagnostik
pemeriksaan yang dilakukan pada penderita asma yaitu:
1) Pemeriksaan Fungsi Paru (Spirometri)
Pengukuran ini dilakukan sebelum dan sesudah pemberian bronkodilator aerosol golongan
adrenergik.
F.Komplikasi
G.Penatalaksanaan medis
2. Breathing
1. Kaji saturasi oksigen dengan menggunakan pulse oximeter, dengan tujuan
mempertahankan saturasi oksigen >92%
2. Berikan aliran oksigen tinggi melalui non re-breath mask
3. Pertimbangkan untuk menggunakan bag-valve-mask-ventilation
4. Ambil darah untuk pemeriksaan arterial blood gases untuk menkaji PaO2 dan
PaCO2
5. Kaji respiratory rate
6. Jika pasien mampu, rekam Peak Expiratory Flow dan dokumentasikan
7. Periksa system pernapasan – cari tanda:
a. Cyanosis
b. Deviasi trachea
c. Kesimetrisan pergerakan dada
d. Retraksi dinding dada
8. Dengarkan adanya:
a. Wheezing
b. pengurangan aliran udara masuk
c. silent chest
3. Circulation/Sirkulasi
1. Kaji denyut jantung dan rhytme
2. Catat tekanan darah
3. Lakukan EKG
4. Berikan akses IV dan pertimbangkan pemberian magnesium sulphat 2 gram dalam 20
menit
5. Kaji intake output
6. Jika potassium rendah makan berikan potassium
4. Disability
1. Kaji tingkat kesadaran dengan menggunakan AVPU
2. Penurunan tingkat kesadaran merupakan tanda ekstrim pertama dan pasien
membutuhkan pertolongan di ruang Intesnsiv
5. Exposure
Pada saat pasien stabil dapat di tanyakan riwayat dan pemeriksaan lainnya.
B.Diagnoasa
1) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
dan batuk tidak efektif.
2) Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan penyempitan saluran pernafasan
akibat bronkospasme
3) Perubahan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan gangguan aliran darah sekunder
akibat asma
C.Intervensi
DX 1 :
1. Amankan pasien ke tempat yang aman
R/ lokasi yang luas memungkinkan sirkulasi udara yang lebih banyak untuk pasien
2. Kaji tingkat kesadaran pasien
R/ dengan melihat, mendengar, dan merasakan dapat dilakukan untuk mengetahui
tingkat kesadaran pasien
3. Segera minta pertolongan
R/ bantuan segera dari rumah sakit memungkinkan pertolongan yang lebih intensif
4. Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga ke mulut pasien
R/ mengetahui tingkat pernapasan pasien dan mengetahui adanya penumpukan secret
5. Berikan teknik membuka jalan napas dengan cara memiringkan pasien setengah
telungkup dan membuka mulutnya
R/ memudahkan untuk mengeluarkan sputum pada jalan napas
DX 2 :
1. Kaji usaha dan frekuensi napas pasien
R/ mengetahui tingkat usaha napas pasien
2. Auskultasi bunyi napas dengan mendekatkan telinga pada hidung pasien serta pipi ke
mulut pasien
R/ mengetahui masih adanya usaha napas pasien
3. Pantau ekspansi dada pasien
R/ mengetahui masih adanya pengembangan dada pasien
DX 3 :
1. Pantau tanda – tanda vital ( nadi, warna kulit ) dengan menyentuh nadi jugularis
2. Kaji adanya tanda-tanda sianosis
Daftar Pustaka
Soemantri, Irman. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika
http://www.academia.edu/14889010/Lp_asma_bronkial