OLEH:
ALEX WAY
NIM 2015-69-029
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul EKSPLORASI AIR TANAH ini dapat
terselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam proses penyusunan makalah ini, Penulis banyak mengalami kesulitan. Untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari Dosen penanggung jawab
dan teman-teman sekalian. Agar makalah ini dapat bermanfaat untuk di pelajari kedepannya.
Akhir kata, penulis ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Kami mengucapkan banyak
terimakasih.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................... ..
B. Tujuan............................................................................................................ ..
C. Rumusan Masalah ......................................................................................... ..
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hidrologi………………………………………………………………………………
3.2 Saran……………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
A. Latar Belakang
Air bawah tanah adalah semua air yang terdapat pada lapisan pengandung
air (akuifer) di bawah permukaan tanah, termasuk mata air yang muncul di
permukaan tanah. Air tanah tersimpan dalam suatu wadah (akuifer), yaitu formasi
geologi yang jenuh air yang mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan
meloloskan air dalam jumlah cukup dan ekonomis.
Pentingnya penulis mengambil judul air tanah yaituh agar dapat menelitih
keterdapatan air tanah yang bisah dapat di gunakan oleh masyarakat dan juga
memberikan rekomendasi kepada pemerintah tentang keberadaan air tanah yang
baik dan tepat.
Karna air tanah sangat penting bagi kehidupan manusia maka permasalah sering
muncul yaitu jika Intensitas pengambilan air tanah yang cukup tinggi dan
melampaui jumlah rata-rata imbuhannya akan menurunkan muka air tanah dan
mengurangi potensi air tanah di dalam akuifer. Bila ini terjadi maka berbagai
dampak negatif akan muncul, seperti intrusi air laut, penurunan kualitas air tanah,
dan terjadinya tanah ambles.
Eksploitasi air tanah harus dilakukan dengan hati-hati serta mem pertimbangkan
keseimbangan antara discharge area (daerah lepasan) dan recharge area
(daerah imbuhan/ pengisian) agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi
lingkungan. Sebelum melakukan eksplorasi dan eksploitasi air tanah perlu
dilakukan deteksi untuk mengetahu
tempat keberadaan air tanah, potensi airnya, dan debitnya.
Maka itu penulis mengunakan Cara metode dipol-dipol,dengan alat geofisika
untuk mengetahui keterdapatan air tanah pada bawah permukaan bumi. Metode
dipole-dipol adalah metode yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui
keadaan bawah permukaan bumi, seperti penyelidikan air tanah dan keberadaan
suhu reservoar batuan-batuan dalam tanah.
B. Tujuan
C. Rumusan Masalah
1. Apa saja metode yang dapat di gunakan dalam eksplorasi air tanah?
2. Bagaimana ekplorasi air tanah dengan menggunakan alat geolistrik?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hidrologi
Menurut Herlambang (1996:5) air tanah adalahair yang bergerak di dalam tanah yang
terdapatdidalam ruang antar butir-butir tanah yangmeresap ke dalam tanah dan
bergabungmembentuk lapisan tanah yang disebut akifer.Lapisan yang mudah dilalui oleh air tanah
disebutlapisan permeable, seperti lapisan yang terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan
lapisan yangsulit dilalui air tanah disebut lapisanimpermeable, seperti lapisan lempung atau
geluh.Lapisan yang dapat menangkap dan meloloskanair disebut akuifer. Menurut Krussman
danRidder (1970) dalam Utaya (1990:41-42) bahwa macam-macam akuifer sebagai berikut:
a.Akifer Bebas (Unconfined Aquifer)
yaitu lapisan lolos air yang hanya sebagian terisioleh air dan berada di atas lapisan
kedap air.Permukaan tanah pada aquifer ini disebut denganwater table (preatik level),
yaitu permukaan air yang mempunyai tekanan hidrostatik samadengan atmosfer.
a
n=1
M A O B N
2
n=2
M A O B N
3
n=3
M A O B N
GAMBAR 1
KEDUDUKAN ELEKTRODA PADA VES
Walaupun demikian arus listrik yang menembus di lapisan homogen ini tidak
dapat digunakan sebagai pegangan yang berlaku untuk bumi yang tidak homogen
atau berlapis-lapis. Untuk bumi atau media heterogen dimana arus yang menembus
sampai kedalaman tertentu tergantung pada geometri susunan lapisan bumi.
b. Penerapan metode wenner merupakan kegiatan kombinasi antara kegiatan
lapangan dengan analisa laboratorium, hal yang terpenting adalah teknik
pengambilan data yang benar dan kemampuan interpreter yang menginterpretasi
data dari lapangan. Dengan mendapatkan data yang valid maka tingkat kesalahan
yang terjadi dapat diminimalkan sehingga akan didapatkan hasil pengukuran yang
mendekati nilai aslinya.
Kegunaan survey elektrik adalah untuk menentukan resistivitas di bawah
permukaan dengan melakukan pengukuran di permukaan. Dari pengukuran ini,
resistivitas sebenarnya pada bawah permukaan dapat diperkirakan. Resistivitas bumi
dipengaruhi oleh berbagai parameter geologi, kandungan mineral dan fluida, porositas
batuan, dan tingkat kejenuhan air di dalam batuan. Pada banyak studi kasus, keadaan
geologi bawah permukaan sebenarnya sangat kompleks dan resistivitas dapat berubah
dengan signfikan bahkan dalam jarak yang dekat (Keller dan Frischknecht 1966;
Daniels and Alberty 1966; dalam Srinivasamoorthy dkk., 2009) Arus listrik dapat
dihantarkan di bumi melalui kandungan air pada batuan maupun melalui pertukaran
kation pada mineral, biasanya mineral lempung. Resistivitas ini dinyatakan dalam
satuan ohm-m.
Pengukuran resistivitas biasanya dilakukan dengan menginjeksikan arus ke
tanah melalui dua elektroda arus, dan mengukur perbedaan voltase yang dihasilkan
melalui dua elektroda potensial. Berdasarkan nilai arus (I) dan voltase (V) maka nilai
resistivitas semu dapat dihitung (ρa):
ρa = k.V/I
Karena bumi bersifat tidak homogen dan isotrop, maka resistivitas yang terukur
bukanlah resistivitas yang sebenarnya melainkan disebut sebagai resistivitas semua
yaitu rata-rata nilai resistivitas sebenarnya dari suatu bagian penampang yang diukur.
Nilai k adalah faktor geometri yang bergantung kepada konfigurasi penyusunan
keempat elektroda. Untuk mendapatkan informasi perlapisan bawah permukaan yang
berupa harga resistivitas dan kedalamannya dilakukan metode Geolistrik Sounding.
Untuk keperluan pengambilan data sounding digunakan konfigurasi Schlumberger.
Pertimbangannya adalah untuk menghindari efek lateral yang mungkin muncul saat
pengambilan data resistivitas sounding. Dengan konfigurasi ini, elektroda di susun
secara simetris pada satu garis dengan elektroda arus pada bagian tepi (disebut
elektroda A dan B), dan elektroda potensial pada bagian dalam (disebut elektroda M
dan N). Selanjutnya elektroda arus akan digeser jaraknya semakin melebar secara
logaritmik untuk menambah kedalaman pengukuran resistivitas. Konfigurasi
Schlumberger dipilih karena kemudahannya karena sebenarnya hanya perlu melakukan
perpindahan terhadap elektroda A dan B saja. Namun pada prakteknya jika jarak antara
elektoda arus dan elektroda potensial terlalu besar, maka nilai pengukuran yang
didapatkan menjadi kurang dapat dipercaya. Untuk itu elektroda potensial perlu juga
diperlebar namun dengan frekuensi yang lebih rendah, umpamanya setelah tiga kali
perpindahan elektroda arus.
GAMBAR 2
KONFIGURASI SCHLUMBERGER
Salah satu cara untuk menginterpretasi data hasil pengukuran geolistrik adalah
dengan metode apa yang dikenal sebagai “curve matching” atau pencocokan kurva.
Grafik ini didapatkan dengan mengeplot nilai resistivitas semu dalam sumbu y dengan
jarak elektroda AB dibagi 2 (meter) pada sumbu x memakai skala logaritmik.
GAMBAR 3
CONTOH KURVA DATA GEOLISTRIK
Langkah pertama dalam menginterpretasinya adalah dengan melakukan
klasifikasi terhadap kurva resistivitas semu menjadi beberapa tipe. Klasifikasi ini
didasarkan kepada bentuk dari kurva tersebut, namun sebenarnya bentuk kurva ini juga
berkaitan dengan kondisi geologi dibawah permukaan lokasi pengukuran. Dari data ini,
dapat diperkirakan paramerter-parameter interpretasi yang selanjutnya akan digunakan
oleh komputer untuk melakukan proses iterasi. Dalam proses iterasi ini, data lapangan
akan dibandingkan dengan data model yang didapatkan dari hasil pencocokan kurva
sebelumnya. Proses diulang terus hingga didapatkan kesesuaian antara data dari model
dengan data dari lapangan. Sehingga akhirnya parameter-parameter, data lapangan,
data hasil kalkulasi, dan juga kurva teoritis menghasilkan penampang geolistrik yang
dapat digunakan untuk sebagai penunjuk penampang geologi.
Penampang geologi yang dihasilkan, berisi lapisan-lapisan dengan ketebalan
tertentu yang memiliki nilai resistivitas tertentu. Untuk mengetahui litologinya, nilai
resistivitas ini dapat dicocokkan dengan rentang nilai resistivitas untuk batuan yang
sudah diketahui dari berbagai penelitian. Teknik mencocokkan seperti ini sangat rentan
terhadap kesalahan karena nilai resistivitas batuan sangat bervariasi tergantung
kondisinya. Hal lainnya adalah beberapa batuan memiliki rentang nilai resistivitas yang
saling tumpang tindih sehinggga agak menyulitkan dalam menentukan jenis batuannya
ketika proses interpretasi.
GAMBAR 4
RENTANG RESISTIVITAS BERBAGAI BATUAN
Berdasarkan nilai tahanan jenis sebenarnya, dapat diinterpretasi jenis batuan,
kedalaman, ketebalan, dan kemungkinan kandungan air bawah tanahnya. Dengan
demikian dapat diperoleh gambaran daerah-daerah yang berpotensi mengandung air
tanah serta dapat ditentukan titik-titik pemboran. Untuk membatasi zona yang
berpotensi mengandung air tanah, dilakukan analisis spasial dengan memadukan peta
ketebalan akuifer dan overburden, peta kemiringan lereng (slope), peta kelurusan
(lineament), dan peta drainase sehingga menghasilkan peta potensi air tanah.
Dari hasil pengukuran geolistrik yang dilakukan, didapatkan pengetahuan
kondisi geologi di bawah permukaan daerah penelitian. Pengetahuan bawah permukaan
ini digunakan bersama dengan pengetahuan geologi permukaan dalam proses
interpretasi. Akhirnya dihasilkan model geologi dan sistem air tanah di daerah penelitian
yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
b. Metode Seismik Bias
Metode seismik sering digunakan dalam eksplorasi hidrokarbon, batubara,
pencarian air tanah (ground water), kedalaman serta karakterisasi permukaan batuan
dasar (characterization bedrock surface), pemetaan patahan dan stratigrafi lainnya
dibawah permukaan dan aplikasi geoteknik.
Metode seismik bias merupakan salah satu metode geofisika untuk
mengetahui penampang struktur bawah permukaan, merupakan salah satu metode
untuk memberikan tambahan informasi yang diharapkan dapat menunjang penelitian
lainnya. Metode ini mencoba menentukan kecepatan gelombang seismik yang
menjalar di bawah permukaan. Metode seismik refraksi didasarkan pada sifat
penjalaran gelombang yang mengalami refraksi dengan sudut kritis tertentu yaitu bila
dalam perambatannya, gelombang tersebut melalui bidang batas yang memisahkan
suatu lapisan dengan lapisan yang di bawahnya yang mempunyai kecepatan
gelombang lebih besar. Parameter yang diamati adalah karakteristik waktu tiba
gelombang pada masing-masing geophone.
Keterbatasan metode ini adalah tidak dapat dipergunakan pada daerah
dengan kondisi geologi yang terlalu kompleks. Metode ini telah dipergunakan untuk
mendeteksi perlapisan dangkal dan hasilnya cukup memuaskan. Menurut Sismanto
(1999), asumsi dasar yang harus dipenuhi untuk penelitian perlapisan dangkal adalah:
1. Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan setiap lapisan menjalarkan gelombang
seismik dengan kecepatan yang berbeda-beda.
2. Semakin bertambah kedalamannya, batuan lapisan akan semakin kompak.
3. Panjang gelombang seismik lebih kecil daripada ketebalan lapisan bumi.
4. Perambatan gelombang seismik dapat dipandang sebagai sinar, sehingga mematuhi
hukum – hukum dasar lintasan sinar.
5. Pada bidang batas antar lapisan, gelombang seismik merambat dengan kecepatan
pada lapisan dibawahnya.
6. Kecepatan gelombang bertambah dengan bertambahnya kedalaman.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode seismik refraksi untuk
menghitung kecepatan rambat gelombang seismik dan kedalaman masing–masing
lapisan yang diturunkan dari kurva travel time sehingga akan didapatkan model struktur
bawah permukaan.
Secara umum metode interpretasi seismik refraksi dapat dikelompokkan
menjadi tiga kelompok utama, yaitu intercept time, delay time method dan wave front
method (Taib, 1984). Metode interpretasi yang paling mendasar dalam analisis data
seismik refraksi adalah intercept time (Tjetjep, 1995).
GAMBAR 5
METODE PENGAMBILAN DATA DENGAN TEMBAKAN MAJU
Hasil dari perhitungan gelombang seismik menggunakan metode Intercept Time
akan didapatkan nilai kedalaman lapisan pertama pada dua lintasan survei tersebut.
Kecepatan gelombang seismik pada lapisan pertama dan kecepatan gelombang
seismik pada lapisan kedua serta didapatkan dari kurva travel time. Pengolahan data
dilakukan menggunakan metode Intercept Time sehingga dapat dimodelkan
penampang bawah permukaan untuk setiap lintasan.
GAMBAR 6
3.1. Kesimpulan
1. Metode geofisika adalah metode yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengetahui
keadaan bawah permukaan bumi tanpa harus melihatnya ataupun menggalinya seperti
penyelidikan air tanah dan keberadaan suhu reservoar batuan-batuan dalam tanah.
2. Dalam melakukan eksplorasi air tanah, metode geolistrik tahanan jenis atau resistivitas
masih menjadi pilihan yang umum.
3. Secara garis besar metode ini dibagi menjadi 2 jenis, yaitu: mapping dan sounding.
Mapping digunakan untuk melihat variasi ke arah lateral sedangkan sounding digunakan
untuk melihat variasi reristivitas ke arah vertikal.
4. Metode seismik bias merupakan salah satu metode geofisika untuk mengetahui
penampang struktur bawah permukaan, merupakan salah satu metode untuk
memberikan tambahan informasi yang diharapkan dapat menunjang penelitian lainnya.
5. Metode geofisika mempunyai kelemahan dan batasan-batasan antara lain metodologi,
resolusi, noise, dan apabila tidak terdapat suatu perbedaan yang cukup signifikan
diantara sifat-sifat dari batuan-batuan yang diukur akibatnya perbedaan batuan ataupun
perbedaan karakternya yang ingin kita ketahui menjadi tidak terdeteksi.
3.2 Saran
1. Dalam pemilihan metode geofisika untuk menentukan air tanah sebaiknya memilih
metode geolistrik karena relatif sederhana, murah dan mudah dilakukan dilapangan
serta mampu memberikan data yang bisa diyakini.
2. Sebelum melakukan eksplorasi dan eksploitasi air tanah perlu dilakukan deteksi untuk
mengetahui tempat keberadaan air tanah, potensi airnya, dan debitnya.
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Deny Juanda Puradimaja. (2007). Slide power point eksplorasi dan pemetaan geologi:
Bandung. ITB.