Perencanaan program atau training plan merupakan alat alat yang penting bagi
pelatih untuk bisa melaksanakan program secara “Well Organized “. Tanpa kemahiran
pelatih dalam menyusun suatu program latihan, maka tidak mungkin bisa melaksanakan
training secara terorganisasi dengan baik sebab kalau perencanaannya tidak bagus,
hasilnya pun tak mungkin bagus. Sebaliknya kalau perencanaannya bagus, hasilnya pun
cenderung bagus dan prestasi prajurit akan meningkat. Berdasarkan latar belakang
diatas, kemampuan fisik bagi setiap prajurit merupakan faktor penting dan pendukung
utama dalam pelaksanaan tugas, demikian pula terhadap kesiapan fisik personel TNI
Angkatan Darat yang setiap saat siap digerakkan untuk kepentingan tugas, untuk itu
perlu adanya upaya pembinaan jasmani yang benar dan terukur. Agar kemampuan fisik
prajurit dapat ditingkatkan perlu dirumuskan atau dibuat program yang dapat dijadikan
sebagai pedoman dasar prajurit TNI Angkatan Darat yang dapat dilaksanakan baik
3
b. Frekwensi latihan. Latihan dalam dosis yang sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki akan menghasilkan peningkatan kemampuan, apabila dilakukan secara teratur
dan kontinyu. Sebaliknya apabila dilakukan dengan tidak teratur tidak menjamin akan
keberhasilan. Untuk mendapatkan kontinyuitas dan keteraturan diperlukan ulangan
latihan dalam sirkulasi waktu tertentu yang disebut frekwensi ulang latihan.Selanjutnya
aplikasi dalam melaksanakan latihan jasmani perlu dikenal jenis latihan yang akan
dilakukan dan diukur berat ringannya (intensitas) yang digunakan untuk disesuaikan,
kemudian berapa kali dilakukan dalam 1 minggu atau 1 bulan untuk jenis dan dosis
materi latihan yang bersangkutan.
c. Rumus latihan. Untuk mengetahui apakah seseorang melaksanakan latihan
dalam dosis latihan atau di luar dosis dapat dilihat rumus denyut nadi sebagai berikut :
Denyut nadi dalam puncak latihan. Denyut nadi maksimal tiap perorangan berbeda-beda
dan biasanya berdasarkan usia.
Program latihan pembinaan jasmani militer dirancang untuk jangka waktu satu tahun
(annual plan). Dalam menyusun suatu program latihan tahunan yang terbagi dalam 2
4
(dua) periodik harus dirancang sedemikian rupa sehingga kemampuan fisik, postur dan
ketangkasan prajurit menunjukkan perkembangan yang progresif. Karakteristik aspek-
aspek latihan di setiap tahun umumnya sama.
urutan sistimatika latihan secara benar terbagi dalam 5 (lima) langkah yaitu;
a.Pemanasan ( warming up). b. Peregangan ( strecthing). c. Latihan inti ( work ) d.
Pendinginan ( cooling down). e. Peregangan (strecthing). Dengan memahami
kepentingan pemanasan sebelum latihan serta pendinginan sesudah latihan, secara rinci
dijelaskan urutan latihan sebagai berikut : a. Pemanasan dilakukan secara aktif
dengan sifat gerakan ritmis dengan memulai aktifitas yang ringan selama 5 menit dengan
aktifitas jalan, joging sepeda stationer dengan tujuan untuk meningkatkan aliran darah ke
otot dan minimal menaikan suhu tubuh 1 derajat. b. Peregangan dengan melakukan
macam gerakan stretching dari anggota tubuh bagian atas dan bawah selama 5 menit.
c. Latihan inti sesuai program latihan yang dipilih dengan waktu yang dibutuhkan
antara 25 – 45 menit. d. Pendinginan dengan melakukan aktifitas ringan seperti jalan,
memutar lengan dan mengatur nafas, jangan sekali-kali langsung berhenti dan posisi
berbaring.
Berdasarkan pembahasan diatas , disis lain dalam rangka metoda tes kesegaran
jasmani Kolonel Inf Yusep Sudrajat Danpusdikif tahun 2012, telah membuat tulisan dan
menganalisa pelaksanaan tes kesegaran jasmani “A” , bahwa selama ini menggunakan
tes lari 3200 meter berdasarkan jarak yang dicapai, hal ini berpedoman pada pendapat
Keneth H Cooper dari USAF (United State Air Forces), dimana penilaiannya hanya
berdasarkan katagori pencapaian VO2 Max dan tidak berdasarkan pada T-Score 1-100.
Untuk mengetahui pencapaian VO2 Max dapat menggunakan tes lari 1600 meter, 2400
meter dan tes lari 3200 meteryang diciptakan oleh Keneth H Cooper dari USAF (United
State Air Forces) yang kemudian digunakan sebagai alat untuk mengukur tingkat
kebugaran cardiovaskular militer Amerika Serikat dan selanjutnya digunakan oleh
Angkatan Bersenjata negara-negara lain (NATO) termasuk oleh TNI (TNI AD),
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi digunakan tes lari
12 menit dan selanjutnya berubah menjadi tes lari 3200 meter. Diberbagai negara yang
tingkat teknologinya sudah maju tidak lagi menggunakan baterai tes tersebut karena
dianggap terlalu berat untuk personel yang usianya diatas 50 tahun kemudian adanya
fakta korban personel pasca pelaksanaan tes kesegaran jasmani “A” lari 3200 meter. Tes
lari 3200 meter yang digunakan oleh TNI AD pada hakekatnya adalah untuk mengukur
6
sejauh mana kemampuan VO2 Max yang dimiliki oleh setiap prajurit sehingga dari
perolehan hasil tes tersebut tingkat kebugaran setiap prajurit dapat diketahui yang
selanjutnya sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian beban tugas. Pertimbangan
Ilmu Kesehatan Olahraga. Berdasarkan pertimbangan ilmu kesehatan olahraga bahwa
hubungan usia dan tingkat kesegaran jasmani dinyatakan bahwa pada usia anak-anak
sampai usia 20 tahun daya tahan kardiovaskular meningkat dan mencapai maksimal
pada usia 20-30 tahun (golden age). Kemudian untuk usia selanjutnya kesegaran
jasmani akan mengalami penurunan secara bertahap 1% s.d.3%/tahun. Kemudian untuk
usia selanjutnya kesegaran jasmani akan mengalami penurunan secara
bertahap.Pertimbangan-pertimbangan lainnya yaitu pertimbangan penurunan kekuatan
dan daya tahan otot karena pengaruh usia serta banyak terjadinya kerugian korban
personel setelah pemberlakuan tes kesegaran jasmani “A” lari jarak tempuh 3200 meter.
Umum. Dalam kajian tes kesegaran jasmani “A” bagi personel kategori usia 50
tahun ke atas merujuk pada konsep dan teori para ahli dengan melalui proses
penganalisaan pada VO2 Max yang selanjutnya diperhitungkan waktu tempuh untuk pria
maupun wanita. Cooper mengatakan : seseorang yang terlatih dengan baik dan
melakukan olahraga secara teratur, dalam keadaan istirahat frekuensi denyut jantungnya
= 60 denyut permenit atau kurang, sedangkan orang yang tidak terlatih, dalam keadaan
istirahat frekuensi denyut jantungnya = 80 denyut permenit ). Perlu dilakasanakan
beberapa tindakan, antara lain a. Analisa pengelompokan umur. Dari pendapat
para ahli di atas, puncak kesegaran jasmani berkisar pada umur 18-30 tahun ( golden
age), pada umur selanjutnya mulai terjadi penurunan. Dari pertimbangan tersebut
disarankan untuk mengkaji kembali pemberlakuan tes kesegaran jasmani “A” lari jarak
3200 meter bagi prajurit jajaran TNI AD khususnya kelompok umur ≥50 tahun dengan
alasan : 1) Sering terjadi kecelakaan fatal dalam pelaksanan tes kesegaran jasmani
“A” lari jarak 3200 meter (korban personel meninggal). 2) Masih ada alternatif alat
tes kesegaran jasmani yang lebih aman untuk kategori kelompok umur ≥50 tahun :
a) Tes jalan cepat jarak tempuh 4820 meter (Cooper). b) Tes bersepeda dalam
waktu 12 menit (Cooper).
Berdasarkan pembahasan diatas melalui tulisan dan analisa beberapa ahli, dapat
disimpulkan bahwa pelaksanaan dalam rangka mencegah terjadinya kecelakaan pada
7
tes kesegaran jasmani perlu dilaksanakan perencanaan yang baik melalui penelitian
secara ilmiah dalam menetukan metoda yang tepat dalam melaksanakan tes kesegaran
jasamani, dalam pelaksanaannya perlu dilaksanakan program latihan yang terarah,
terencana dan terpadu dihadapkan dengan faktor usia dan daya tahan tubuh prajurit,
yang disahkan oleh akademisi di bidang pembinaan fisik dan dikoordinir oleh Ditjasad
secara terpusat dan Jasdam secara tersebar.
Demikian tulisan ini dibuat sebagai bahan masukan guna mencegah terjadinya
kecelakaan dan korban dalam melaksanakan tes kesegaran jasmani, saran dan masukan
sangat dibutuhkan dalam kesemurnaan tulisan ini demi terwujudnya kondisi fisik prajurit
TNI AD yang prima dan samapta.
Penulis