Anda di halaman 1dari 9

PENGUKURAN KAPILARITAS

LAPORAN PRAKTIKUM BIOFISIKA

Oleh :
Nama : Feni Wijayanti

NIM : 161810201034

Kelompok : 3-A

LABORATORIUM BIOFISIKA
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS JEMBER
2018
PENGUKURAN KAPILARITAS

I. Tujuan

1. Mengetahui pengaruh konsentrasi gula dan garam terhadap kepilaritas


2. Mengetahui perbandingan kapilaritas air biasa dengan kapilaritas larutan gula dan
garam

II. Teori Singkat

Kapilaritas adalah peristiwa naik atau turunnya permukaan zat cair di dalam
pipa kapiler (pipa sempit). Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut jika pipa kapiler
dimasukkan dalam zat cair yang membasahi dinding (θ< 90o), misalnya air, maka zat
cair di dalam pipa akan naik lebih tinggi dibandingkan dengan permukaan zat cair
yang ada di luar pipa. Sebaliknya , jika pipa kapiler dimasukkan ke dalam zat cair
yang tidak membasahi dinding (θ> 90o), misalnya raksa, maka zat cair dalam pipa
lebih rendah daripada permukaan zat cair di luar pipa (Desmukh, 1992)
Menurut Sears (2001), naik turunnya permukaan zat cair yang dipengaruhi
oleh gaya kohesi dan adhesi dan tegangan permukaan.Pipa kapiler dengan jari-jari r
dimasukkan ke dalam zat cair yang berada dalah bejana tegak lurus. Komponen
tegangan permukaan pada arah horizontal saling meniadakan. Gaya tegang yang
diperoleh yaitu F = γ 2π r cosθ. Gaya ini menarik air dalam pipa sehingga bergerak ke
atas. Jika jumlah gaya sama dengan nol, air akan berhenti naik
mg = F cosθ (2.1)
ρ Vg = γ l cosθ (2.2)
ρ π r2hg = γ 2π r cosθ (2.3)
Dengan menyelesaikan persaan diatas maka kita akan diperoleh persamaan
y = (2γcosθ)/ρgR (2.4)
Keterangan :
Y = naik turunnya permukaan zat cair dalam pipa kapiler (m)
γ= tegangan permukaan (N/m)
θ = sudut kontak
ρ massa jenis zat cair (kg/m3) ; g = percepatan grafitasi (m/s2)
r = jari-jari penampang pipa (m)
Permukaan air raksa dalam tabung akan turun atau lebih rendah daripada
permukaan air raksa dalam bejana. gejala kapiler tersebut dipengaruhi oleh
adanya adhesi dan kohesi. Air dalam pipa kapiler naik karena adhesi antara partikel
air dengan kaca lebih besar daripada kohesi antar partikel airnya. Berbeda dengan air
raksa, adhesi air raksa dengan kaca lebih kecil daripada kohesi antar partikel air
raksa. Oleh karena itu, sudut kontak antara air raksa dengan dinding kaca akan lebih
besar daripada sudut kontak air dengan dinding kaca. Zat cair akan naik di dalam pipa
kapiler apabila gaya adhesi lebih besar daripada gaya kohesi.Zat cair akan turun di
dalam pipa kapiler apabila gaya kohesi lebih besar daripada gaya adhesi (Desmukh,
1992).
Sudut kontak adalah sudut yang dibentuk oleh dinding tabung dengan bidang
singgung permukaan zat cair. Hal ini timbul akibat adanya gaya kohesi dan adhesi.
Gaya kohesi dan adhesi berperan dalam menentukan bentuk-bentuk permukaan zat
cair. Setetes air yang jatuh di permukaan kaca mendatar akan meluas permukaannya.
Hal ini disebabkan adhesi air-kaca lebih besar daripada kohesi air. Setetes air raksa
yang jatuh dipermukaan kaca mendatar akan mengumpul membentuk bola karena
adhesi raksa-kaca lebih kecil dibandingkan kohesi air raksa. Permukaan zat cair di
dalam tabung tidak mendatar, tetapi sedikit melengkung (Pauliza, 2008).
Menurut Ruwanto, 2007) Gejala melengkungnya permukaan zat cair di dalam
tabung disebut miniskus.Ada dua macam meniskus, yaitu meniskus cekung dan
meniskus cembung. Meniskus cekung terjadi pada permukaan zat cair dalam tabung
kaca yang sudut kontaknya kurang dari 90o (θ< 90o), sedangkan meniskus cembung
terjadi pada permukaan , zat cair dalam tabung kaca yang sudut kontaknya lebih besar
daripada 90o (θ> 90o).
Sudut Kontak yang terbentuk pada Dinding tabung Pipa Kapiler
(Sumber : Ruwanto, 2007)
Hipotesis : Konsentrasi cairan berbanding terbalik dengan kapilaritas, kapilaritas
garam lebih besar dari kapilaritas gula. Kapilaritas air lebihtinggi dari pada larutan
garam ataupun gula

III. Alat dan Bahan

1. 2 Pipa kapiler (besar dan kecil) untuk mengamati gejala kapilaritas.


2. Gula (C6H12O6) sebagai campuran larutan yang divariasi kosentrasinya.
3. Air (H2O) sebagai bahan untuk melarutkan senyawa.
4. Garam (NaCl) sebagai campuran larutan yang divariasi kosentrasinya.
5. Stopwatch untuk mengukur waktu kecepatan naiknya larutan.
6. Neraca digital, sebagai alat ukur massa.
7. Gelasbekker, sebagai alat ukur volume laruta.
8. Penggaris, sebagai alat ukur panjang.
9. Busur, sebagai alat ukur sudut.

IV. Tata laksana praktikum

4.4.1 Kapilaritas pada air:


1. Peralatan pipa kapiler disusun sesuai dengan gambar 3.1 dan diukur diameter
masing-masing pipa kapiler.
2. Air dimasukkankedalam wadah pipa kapiler(gelasbekker)sebanyak 200ml.
3. Kenaikan air pada pipa kapiler diamati dan dicatat kecepatan naik air pada
masing-masing pipa kapiler.
4. Ketinggian dan sudut cekungan pada masing-masing pipa diamati dan dicatat
hasil pengukurannya.

4.4.2 Kapilaritas pada air gula:


1. Peralatan pipa kapiler disusun sesuai dengan gambar 3.1
2. Gula sebanyak 1,8 gram dimasukkan ke dalam gelas bekker.
3. Air ditambahkan hingga mencapai skala 200 ml pada gelas bekker dan diaduk
sampai larut.
4. Larutan dimasukkan kedalam wadah pipa kapiler.
5. Kenaikan air pada pipa kapiler diamati dan dicatat kecepatan naik air pada
masing-masing pipa kapiler.
5. Ketinggian dan sudut cekungan pada masing-masing pipa diamati dan dicatat
hasil pengukurannya.
6. Langkah 2 sampai 5 diulangi dengan gula sebanyak 7,2 gram.

4.4.3 Kapilaritas pada air garam:


1. Peralatan pipa kapiler disusun sesuai dengan gambar 3.1
2. Garam sebanyak 3,6 gram dimasukkan ke dalam gelas bekker.
3. Air ditambahkan hingga mencapai skala 200 ml pada gelas bekker dan diaduk
sampai larut.
4. Larutan dimasukkan kedalam wadah pipa kapiler.
5. Kenaikan air pada pipa kapiler diamati dan dicatat kecepatan naik air pada
masing-masing pipa kapiler.
6. Ketinggian dan sudut cekungan pada masing-masing pipa diamati dan dicatat
hasil pengukurannya.
7. Langkah 2 sampai 5 diulangi dengan garam sebanyak 7,2 gram.
4.4.4 Set Up Alat
Gambar 4.1 Gejala kapilaritas pada pipa kapiler

V. HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1 Hasil
Tabel 5.1 Hasil yang diperoleh dari praktikum pengukuran kapilaritas adalaha sebagai
berikut

Pipa kapiler kecil Pipa kapiler besar

Larutan Konsentrasi Tegangan Tegangan


Sudut Tinggi Sudut Tinggi
Permukaan Permukaan
(θ) (h) (θ) (h)
(γ) (γ)

Air 200 ml 40𝑜 6,8 cm 0,89 N/m 60𝑜 6,1 cm 3,66 N/m

50 ml/mol 45𝑜 6,4 cm 0,91 N/m 55𝑜 6,1 cm 3,05 N/m


Gula
(𝐶𝐻3 𝐶𝑂𝑂𝐻) 200 ml/mol 60𝑜 6,5 cm 1,3 N/m 50𝑜 6,2 cm 2,9 N/m

Garam
100 ml/mol 58𝑜 6,6 cm 1,24 N/m 48𝑜 6,1 cm 2,69 N/m
(𝑁𝑎𝐶𝑙)
200 ml/mol 56𝑜 6,3 cm 1,13 N/m 59𝑜 6 cm 3,46 N/m

5.2 Pembahasan
Kapilaritas merupakan peristiwa naik dan turunya permukaan zat cair di
dalam pipa kapiler (Pipa sempit). Peristiwa tersebut disebabkan karena ada gaya
adhesi dan kohesi yang menentukan tegangan permukaan zat cair. Alat yang
digunakan dalam praktikum ini berupa pipa kapiler (sempit) yang digunakan dalam
menentukan kapilaritas zat cair. Pipa kapiler ada 2 macam yaitu pipa kapiler kecil dan
pipa kapiler besar. Zat cair yang digunakan pada percobaan adalah air, larutan gula,
dan larutan garam.
Zat cair yang digunakan adalah air sedangkan yang digunakan dalam variasi
penentuan kapilaritas menggunakan zat cair (gula dan garam) dengan ditambah air
sebanyak 200 ml dan variasi konsentrasi gula sebesar 50ml/mol dan 200ml/mol,
kemudian garam 100 ml/mol dan 200 ml/mol. Berdasarkan percobaan yang
dilakukan, dididapatkan hasil pengukuran terhadap konsentrasi yang terjadi pada
kapilaritas bahwa semakin kecil konsentrasi suatu zat cair maka kapilaritas akan
semakin besar dan tegangan permukaan akan semakin besar juga. Pada konsentrasi
50 ml/mol gula mengalami kapilaritas sebesar 6,4 cm dan pada kosentrasi 200 ml/mol
gula mengalami kapilaritas sebesar 6,5 gram. Sedangkan pada konsentrasi 100
ml/mol garam mengalami kapilaritas sebesar 6,6 cm dan 200 ml/mol mengalami
kapilaritas sebesar 6,3 cm pada pipa kapiler kecil. Pada pipa kapiler besar dengan
konsentrasi yang sama menghasilkan kapilaritas 6,1 cm dan 6,2 cm pada gula
sedangkan pada garam menghasilkan kapilaritas 6,1 cm dan 6 cm. Kapilaritas pada
gula mengalami keadaan yang terbalik dengan teori dan pada garam sesuai dengan
teori dengan kata lain konsentrasi berbanding terbalik dengan kapilaritas.
Kapilaritas pada air dengan larutan gula dan garam menunjukkan bahwa
kapilaritas air lebih tinggi daripada kapilaritas dari gula dan garam. Air dalam pipa
kapiler naik karena adhesi antara partikel air dengan kaca lebih besar daipada kohesi
antara partikel airnya. Kapilaritas pada air lebih tinggi ketika pada pipa kapiler kecil.
Pada pipa kapiler besar kapilaritas air lebih rendah daripada larutan gula dengan
kosentrasi sebesar 200 ml/mol sebesar 6,2 cm. Dalam keadaan pipa kapiler besar
adhesi larutan gula dengan kaca lebih besar daripada kohesi antar partikel larutan
gulanya.

VI. PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dalam praktikum tentang pengukuran kapilaritas
adalah sebagai berikut:
1.Konsentrasi cairan berbanding terbalik dengan kapilaritas, kapilaritas garam lebih
besar dari kapilaritas gula
2. Kapilaritas air lebihtinggi dari pada larutan garam ataupun gula

6.2 Saran
Praktikan mengecek semua perlengkapan, sudah benar dan berfungsi atau tidak,
sehingga tidak menghambat proses percobaan. Kapiler di bersihkan dahulun agar saat
praktikum air dapat naik dengan bebas. Segera hubungi asisten apabila mengalami
masalah dengan data yang telah didapat.
DAFTAR PUSTAKA

Desmukh, I. 1992. Kapilaritas Air. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia


Pauliza O. 2008. Fisika Kelompok Teknologi dan Kesehatan. Bandung : Grafindo.
Ruwanto B. 2007. Asas - Asas Fisika. Jakarta : Yudhistira
Sears, F. W. dan Zemansky, M.W. 2001. Fisika universitas jilid 1. Jakarta : Erlangga.
Tejoyuwono, Notohadiprawiro, dkk. 2010.Pengelolaan Kesuburan Tanah dan
Peningkatan Efisiensi Pemupukan. Yogyakarta: Ilmu Tanah Universitas
Gadjah Mada.

Anda mungkin juga menyukai