Anda di halaman 1dari 27

8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Skizofrenia
1. Definisi Skizofrenia
Skizofrenia adalah bahwa penderita skizofrenia umumnya pikirannya
tidak konsisten demikian juga perilakunya. Jadi mereka ini tidak konsisten,
tidak rasional dan tidak pasti (LumbanTobing, 2007)
Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi
berbagai individu termasuk berfikir dan komunikasi, menerima dan
menginterprestasikan realitas, merasakan dan memajukan emosi serta perilaku
dengan sikap yang tidak bisa diterima secara sosial (Isaacs, 2005).
Skizofrenia pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang funda
mental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh efek yang tidak
wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih dan
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun deficit kognitif
tertentu dapat berkembang kemudian (Maslim, 1997 dalam sirait 2006).
Skizofrenia adalah gangguan yang benar-benar membingungkan dan
menyimpan banyak tanda tanya (teka-teki). Kadangkala skizofrenia dapat
berfikir dan berkomunikasi dengan jelas, memiliki pandangan yang tepat dan
berfungsi secara baik dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada saat yang
lain, pemikiran dan kata-kata terbalik, mereka kehilangan sentuhan dan
mereka tidak mampu memelihara diri mereka sendiri (Hoeksema, 2004).

2. Kriteria Diagnostik Skizofrenia


Kriteria diagnostik di Indonesia menurut PPDG-III yang menuliskan
bahwa walaupun tidak ada gejala-gejala patognomonik khusus, dalam praktek
dan manfaatnya membagi gejala-gejala tersebut ke dalam kelompok-

8
9

kelompok yang penting untuk diagnosis dan yang sering terdapat secara
bersama-sama yaitu:
a. Thought echo yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitas berbeda atau thought insertion or withdrawal yaitu isi pikiran
yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi
pikirannya diambil keluar oleh sesuatu diluar dirinya (withdrawal) dan
tought broadcasting yaitu isi pikiran tersiar keluar sehingga orang lain
mengetahuinya.
b. Waham atau Delusinasi
1) Delusion of control yaitu waham tentang dirinya sendiri dikendalilkan
oleh suatu kekuatan tertentu
2) Delusion of influen yaitu waham tentang dirinya sendiri dipengaruhi
oleh suatu kekuatan tertentu dari luar
3) Delusion of passivity yaitu waham tentang gerakan tubuh, pikiran
maupun tindakan tak berdaya terhadap suatu kekuatan dari luar.
4) Delusion of perception yaitu pengalaman indrawi yang tidak wajar
yang bermakna sangat khas dan biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
c. Halusinasi Auditorik
1) Suara halusinasi yang berkomentar terus menerus terhadap perilaku
pasien.
2) Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka senndiri (dia antara
berbagai suara yang berbicara).
3) Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budaya dianggap tidak
wajar dan mustahil seperti waham bisa mengendalikan cuaca. Atau paling
sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas.
e. Halusinasi yang menetap dari setiap panca indara baik disertai waham
yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
10

afektif yang jelas atau ide-ide berlebihan yang menetap atau terjadi setiap
hari selama bermingu-minggu atau berbulan-bulansecara terus menerus.
f. Arus fikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolasi)
yang berakibat inkoherenskiatau pembicaraan tidak relevan atau
neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh, gelisah (excitement) sikap tubuh
tertentu (posturing) atau fleksibilitas serea, negattivisme, mutisme dan
stupor.
h. Gejala-gejala negative seperti apatis, bicara jarang serta respon emosional
yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan social dan menurunnya kinerja social, tetapi harus jelas
bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
neuroleptika.Adanya gejala-gejala kas tersebut diatas telah berlangsung
selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
non psikotik prodormal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan
bermakna dalam muttu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek
perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri dan
penarikan diri secara social.
Selain itu ahli membagi skizofrenia menjadi dua bagian yaitu gejala
positif dan gejala negative.
a. Termasuk gejala positif adalah
1) Disorganisasi pikiran dan bicara : penderita bisa menceritakan keadaan
sedih denngan mimic muka yang gembira atau sebaliknya.
2) Waham : penderita merasa dirinya seorang pahlawan atau orang besar
dan bertindak seperti pahlawan atau orang besar.
3) Halusinasi : melihat, mendengar atau merasakan sesuatu yang
sebenarnya tidak ada.
11

4) Agitasi atau mengamuk : hal ini sering membuat penderita dikurung


atau dipasung.
b. Termasuk gejala negative adalah
1) Tidak ada dorongan kehendak atau inisiatif atau apatis.
2) Menarik diri dari pergaulan social : penderita merasa senang jika tidak
menjalani kehidupan social.
3) Tidak menunjukan reaksi emosional (Hawari, 2001).
Teori ini digunakan untuk memudahkan keluarga mengenal gejala-
gejala yang diialami oleh klien skizofrenia, sehingga dapat melakukan
penanganan.

3. Pola Perjalanan Penyakit


a. Skizofrenia paranoid
Kriteria umum diagnosis skizofrenia harus dipenuhi. Sebagai tambahan,
halusinasi dan waham harus menonjol, sedangkan gangguan afektif,
dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik secara relative
tidak nyata. Halusinasi yang mengancam atau member perintah halusinasi
pembauan atau pengecapan rasa, atau yang bersifat seksuaal. Waham
dapat berupa hampir setiap jenis tetapi waham dikendalikan, di pengaruhi
atau keyakinan dikejar-kejar beraneka ragam adalah yang paling kas.
b. Skizofrenia Hebefrenik
Kriteria umum skizofrenia yang harus dipenuhi. Biasanya diagnosis
hebefrenik untuk pertama kali hanya ditegakkan pada usia remaja atau
dewasa muda. Kepribadian premorbid secara kas, tetapi tidak selalu,
pemaludan menyendiri. Untuk diagnosis hebefrenik yang meyakinkan
umumnya diperlukan pengamatan kontinnu selama 2 atau 3 bulan
lamanya, untuk memastikan bahwa perilaku yang kas seperti perilaku
tidak tanggung jawab, mannerism, senyum sendiri memang benar
bertahan.
12

c. Skizofrenia katatonik
Kriteria suatu diagnosis skizofrenia dan katatonik yang harus dipenuuhi.
Gejala katatonik yang bersifat sementara dapat terjadi pada setiap subtype
skizofrenia, tetapi untuk diagnosis skizofrenia katatonik satau atau lebih
dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya : stupor
(amat berkurang aktivitas terhadap lingkungan dan gerakan, kegelisahan,
sikap tubuh yang tidak wajar, perlawanan terhadap intruksi, sikap tubuh
yang kaku, meterhadap perintah dan mempertahankan posisi tubuh yang
dilakukan dari luar dan gejala otomatisme terhadap perintah dan
preserverasi kata atau kalimat.
d. Skizofrenia tak terinci
Memenuhi criteria umum untuk diagnosis skizofrenia, tidak memenuhi
untuk kriterianskizofrenia paranoid, hebefrenik dan katatonik, tidak
memenuhi criteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca
skizofrenia.
e. Depresi pasca skizofrenia
Diagnosis ditegakkan hanya kalau pasien telah menderita skizofrenia
(memenuhi criteria umum skizofrenia selama 12 bulan terakhir), beberapa
gejala skizofrenia masih tetap ada dan gejala-gejala depresi yang
menonjool dan mengganggu, memenuhi sedikitnya episode depresi dan
telah ada untuk waktu sedikitnya 2 minggu.
f. Skizofrenia residual
Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus
dipenuhi :
1) Gejala negative skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan
psikomotor, aktivitas menurun, afek tumpul, sikap pasif, miskin dalam
kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal buruk seperti
kkontak mata, ekspresi muka, sikap tubuh, perawatan diri dan kinerja
social buruk.
13

2) Sedikitnya ada riwayat pisode psikotik yang jelas di masa lampau


yang memenuhi criteria diagnostic untuk skizofrenia.
3) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas
dan frekkuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah
sangat berkurang dan telah timbul sindrom negative skizofrenia.
4) Tidak dapat demensia atau penyakit otak organic lain, depresi kronis,
atau insttitusionalisasi yang dapat menjelaskan hendaya negative
tersebut.
g. Skizofrenia simpleks
Skizofrenia simpleks adalah suatu diagnosis yang sulit dibuat secara
meyakinkan, karena tergantung pada pemestian perkembangan yang
berjalan perlahan, profresif dari gejala negative yang kas dari skizofrenia
residual tanpa riwayat halusi nasi, waham atau manifestasi lain tentang
adanya suatu episode psikotik sebelumnya dan disertai perubahan perilaku
yang bermakna yang bermanifestasi sebagai kkehilangan minat yang
mencolok, kemalasan dan penarikan diri secara social.

4. Etiologi Skizofrenia
Penyebab skizofrenia sampai kini belum diketahui secara pasti dan
merupakan tantangan riset bagi pengobatan kontemporer. Telah banyak riset
dilakukan dan banyak factor predispposisi maupun pencetus yang diketahui
yaitu :
a. Faktor genetika
Faktor genetika telah dibuktikan secara meyakinkan. Resiko masyarakat
umum 1%, pada orang tua 5%, pada saudara kandung 8% dan pada anak
15%-20%, apabila salah satu orang tua menderita skizofrenia, walaupun
anak telah dipisahkan dari orang tua sejak lahir, anak dari kedua orang tua
skizofrenia 30-40%. Pada kembar monozigot 40% -50%, sedangkan
untuk kembar dizigot sebesar 5%-10%. Dari penelitian epidemologi
14

keluarga terlihat bahwa resiko untuk keponakan adalah 3%, masih lebih
tinggi dari populasi umum yang hanya 1%. Demikian juga dari penelitian
anak adopsi dikatakan anak penderita skizofrenia yang diadopsi orang tua
normal, tetap resiko 16,6% , sebaliknya anak sehat yang diadopsi
penderita skizofrenia resiko 1,6%, dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa semakin dekat hubungan keluarga biologis semakin tinggi resiko
terkena skizofrenia (Tomb, 2004).
b. Faktor biologis dan biokimia
Dari factor biologis dikenal suatu hipotesis dopamine yang menyatakan
bahwa skizofrenia disebabkan oleh aktivitas dopaminergik yang
berlebihan dibagian kortikal otak, dan berkaitan dengan gejala positif dari
skizofrenia. Penelitian terbaru juga menunjukkan pentingnya
neurotransmitter lain termasuk serotonin, norepinefrin, glutamate dan
GABA. Selain perubahan yang sifatnya ditemukan perubahan anatomi
otak seperti pelebaran lateral ventrikel, antropi koreteks atau atropi otak
kecil (cerebellum), terutama pada penderita kronis skizofrenia (Hawari,
2001).
c. Faktor psikososial
1) Teori perkembangan
Ahli teori seperti Freud, Sullivin, dan Erikkson mengemukakan bahwa
kurangnya perhatian yang hangat dan penuh kasih saying di awal
tahun kehidupan berperan dalam menyebabkan kurangnya identitas
diri, salah interpretasi terhadap realitas dan menarik diri dari hubungan
social pada penderita skizofrenia (Isaacs, 2005).
2) Teori belajar
Menurut ahli teori belajar (learning theory), anak-anak yang kemudian
menderita skizofrenia mempelajari reaksi dan cara berfikir irasional
orang tua yang mungkin memiliki masalah emosional yang bermakna.
15

Hubungan interpersonal yang buruk dari penderita skizofrenia akan


berkembang karena mempelajari model yang buruk selama anak-anak
3) Teori keluarga
Teori-teori ini yang berkaitan dengan peran keluarga dalam
munculnya skizofrenia belum divalidasi dengan penelitian. Bagian
fungsi keluarga yang diimplikasikan dalam peningkatan kekambuhan
penderita skizofrenia antara lain ;
a) Faktor keluarga
Faktor keluarga yang dimaksutkan adalah factor stress yang
dialami anak dan r.emaja yang disebabkan kondisi keluarga yang
tidak baik yaitu:
(1) Hubungan kedua orang tua yang dingin atau penuh
ketegangan
(2) Kedua orang tua jarang dirumah dan tidak ada waktu untuk
bersama dengan anak-anak.
(3) Komunikasi antara orang tua dan anak yang tidak baik.
(4) Kedua orang tua berpisah atau bercerai
(5) Kematian salah satu atau kedua orang tua
b) Emosi yang diekspresikan atau disingkat EE (Expressed Emotion).
Dimana keluarga sering mengekspresikan emosi secara berlebihan
denngan sikap kkurang sabar, bermusuhan, pemarah, keras, kasar,
kritis dan otoriter (Chandra, 2005).
c) Status social ekonomi
Beberapa ahli teori telah menyatakan bahwa industrialisasi,
urbanisasi dan status ekonomi yang rendah sangat kuat
hubungannya dengan skizofrenia. Itu sebabnya banyak penderita
yang dijumpai pada masyarakat golongan menengah kebawah.
d) Stres
16

Karena bervariasinya presentasi sintom dan prognosis skizofrenia,


maka tidak ada factor etiologic tunggal yang menyebabkan
timbulnya skizofrenia. Ada model yang mengintegrasikan factor
biologis, factor psikososial dan factor lingkungan adalah model
stress diathesis. Model ini menyatakan bahwa seseorang mungkin
memiliki suatu kerentaan spesifik (diatesis) terhadap stress yang
memungkinkkan berkembang menjadi simtom skizofrenia. Model
interaksional yang mengatakan bahwa penderita skizofrenia
mempunyai kerentanan genetic dan biologic terrhadap stress dan
dianggap penyebab utama dalam menentukan onset dan keparahan
penyakit.
e) Kepribadian premorbid
Indikator premorbid (sebelum sakit) pada anak preskizofrenia
antara lain ketidakmampuan anak mengekspresikan emosi: wajah
dingin, jarang tersenyum, acuh tak acuh dan penyimpangan
komunikasi seperti anak sulit melakukan pembicaraan terarah.
Sedangkan pada remaja perlu diperhatikan kepribadian premobid
seperti kepribadian paranoid atau curiga berlebihan, menganggap
semua orang musuh, juga kepribbadian skizoid yaitu emosi dingin,
kurang mampu bersifat hangat dan ramah pada orang lain serta
selalu menyindiri (Chandra, 2005)
f) Rokok dan penyalahgunaan napza
Gangguan schizoid dapat dicetuskan atau disebabkan oleh
penggunaan kanabis ganja, gelek, marijuana (Chandra, 2005).

5. Pencegahan dan Pengobatan Skizofrenia


a. Pencegahan
Pendekatan yang dilakukan dalam pencegahan skizofrenia dapat
bersifat “eklektik holistik” yang mencakup tiga pilar yaitu organobiologis,
17

psikoedukatif, dan sosial budaya, dan dari ketiga pilar tersebut dapat
diketahui kepribadian seseorang. Dalam melengkapi pendekatan holistik
tersebut, menambah satu pilar sehingga menjadi empat pilar yaitu
organobiologis, psikoedukatif, social budaya dan psikoreligius.
Upaya pencegahan yang dilakukan pada masing-masing pilar
dimaksudkan untuk menekan seminimal mungkin munculnya skizofrenia
dan kekambuhanya.
1) Organobiologis
a) Bila ada silsilah keluarga menderita skizofrenia sebaiknya menikah
dengan keluarga yang tidak memiliki silsilah skizofrenia.
b) Walaupun dalam keluarga tidak ada sil-silah menderita skizofrenia
sebaiknya tidak menikah dengan yang tidak memiliki silsilah
skizofrenia dan merupakan keluarga jauh.
c) Sebaiknya penderita atau bekas penderita skizofrenia tidak saling
menikah.
2) Psikoedukatif
Beberapa sikap yang harus diperhatikan orang tua dalam membina
mental-emosional dan mental-intelektual anak yaitu:
a) Sikap pertama adalah kemampuan untuk percaya pada kebaikan
orang lain.
b) Sikap kedua adalah sikap terbuka.
c) Sikap ketiga adalah anak mampu menerima kata tidak atau
kemampuan pengendalian diri terhadap hal-hal yang
mengecewakan, kalau tidak anak akan sulit bergaul dan belajar di
sekolah.
b. Pengobatan
Skizofrenia merupakan penyakit yang cenderung berlanjut (kronis
atau menahun) maka terapi yang diberikan memerlukan waktu relative
lama berbulan bahkan sampai bertahun, hal ini dimaksudkan untuk
18

menekan sekecil mungkin kekambuhan. Terapi yang komprehensif dan


holistic telah dikembangkan sehingga klien skizofrenia tidak lagi
mengalami diskriminasi dan lebih manusiawi dibandingkan dengan
pengobatan sebelumnya. Adapun terapi yang di maksut adalah :
1) Psikofarma
Obat anti psikotik yang sering disebut dengan neuroleptik ditujukan
untuk menghilangkan gejala skizofrenia. Golongan psikofarma yang
sering digunakan di Indonesia (2001) terbagi dua golongan typical dan
golongan atypical. kelebihan obat atypical antara lain : Dapat
menghilangkan gejala positif dan negatif, memulihkan fungsi koqnitif,
efek samping Extra pyramidal symptoms.
2) Electro Convulsive Terapy
Electro Convulsive Terapy diberikan kepada penderita skizofrenia
kronik. Tujuannya adalah memperpendek serangan skizofrenia,
mempermudah kontak dengan penderita, namun tidak dapat mencegah
serangan ulang (Maramis, 2004).
3) Psiko religius
Menurut Larson, penelitian yang termuat dalam Religious commitment
and Health menyatakan bahwa agama amat penting dalampencegahan
agar seorang tidak mudah jatuh sakit, meningkatkan kemampuan
mengatasi penderitaan dan mempercepat penyembuhan.
4) Psikososial
Agar tumbuh kembang anak sehat baik fisik, psikologik, social dan
spiritual, hendaknya diciptakan rumah tangga yang sehat dan bahagia
agar supaya kepribadian anak menjadi matang dan kuat sehingga tidak
mudah jatuh sakit. Dalam hal ini N. Stinnet J.De frain mengemukakan
enam criteria membina keluarga yang sehat dan bahagia yaitu :
a) Ciptakan kehidupan beragama dalam keluarga.
b) Adakan waktu bersama dalam keluarga.
19

c) Ciptakan hubungan yang baik antar anggota keluarga.


d) Keluarga sebagai unit social yang terkecil ikatannya harus erat dan
kuat, jangan longgar dan rapuh.
e) Harus saling menghargai sesama anggota keluarga.
f) Bila keluarga mengalami krisis, maka prioritas utama adalah
keutuhan keluarga dan bila diperlukan berkonsultasi dengan
ahlinya (Hawari, 2001).

B. Tingkat Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu yang dikemukakan seseorang yang
merupakan hasil dari tahu. Hal ini dapat terjadi setelah individu melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pasca indera manusia. Rasa dan Raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terjadi melalui pasca indera manusia, yaitu
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Manusia
diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk yang sadar,
kesadaran manusia dapat disimpulkan dari kemampuannya untuk berfikir,
berkehendak dan merasa dengan pikirannya manusia mendapat pengetahuan
(Sarjono, 2002).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling
berinteraksi satu dengan yang lainnya mempunyai peran masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Rasmun, 2001).
Pengetahuan keluarga adalah apa yang diketahui oleh keluarga dalam
memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan dan menjaga kesehatan
fisik dan mental dimana keluarga memiliki fungsi yaitu dalam memberikan
20

kasih sayang, perhatian, rasa aman, kehangatan kepada anggota keluarganya


sehingga memungkinkan keluarga tumbuh dan berkembang sesuai usia dan
kebutuhannya karena keluarga memberikan pengaruh yang sangat bermakna
bagi keadaan anggotanya. Peranan keluarga menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam keluarga, sekelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat
didalam keluarga (Rasmun, 2001).

2. Tingkat Pengetahuan
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk didalam pengetahuan. Tingkatan ini adalah
mengingat kembali recall (memanggil) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu
dengan menyebutukan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan. Pada
masyarakat yang belum mengetahui tentang penyakit skizofrenia
(Notoatmodjo, 2005).
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut
secara benar. Orang yang paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagai
objek yang dipelajari (Notoatmodjo, 2005).
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau ondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus, metode-
21

metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain
(Notoatmodjo, 2005).
d. Analisis (Analysis)
Analis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen
yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi
bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai tingkat analisis adalah
apabila mengelompokan, objek tersebut ( Notoatmodjo, 2005).
e. Sintesis (synthetion)
Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
penyetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
formulasi-formulasi yang telah ada (Notoatmodjo, 2005).
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini
dengan sendirinya didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri
atau norma-norma masyarakat (Sunaryo, 2004).

3. Cara Mencari Pengetahuan


a. Cara tradisional
Untuk memperoleh pengetahuan, cara kuno atau tradisioanal dipakai
orang memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya
metode ilmiah untuk metode penemuan secara sistematik dan logis.
b. Cara coba-coba
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan , bahkan
mungkin sebelum adanya peradapan. Pada waktu itu seseorang apabila
menghadapi persoalan untuk masalah, upaya pemecahannya dilakukan
dengan cara coba-coba saja. Dimana metode ini telah digunakan orang
22

dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah.


Bahkan sekarang ini metode coba-coba masih sering dipergunakan
terutama oleh mereka yang belum tahu atau tidak mengetahui cara
memecahkan masalah.
c. Kekuasaan atau otoriter
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan dan tradisi
yang dilakukan oleh orang tanpa melakukan penalaran apakah yang
dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan ini biasanya diwariskan
turun menurun dari generasi berikutnya. Dimana pengetahuan, diperoleh
berdasarkan otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah,
otoritas pimpinan agama dan otoritas pengetahuan.
d. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, dimana pengalaman itu merupakan
sumber pengetahuan, atau pengetahuan itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan. Perlu diperhatikan bahwa tidak
semua pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik
kesimpulan dengan benar, maka perlu berfikir kritis dan logis.
e. Melalui jalan pikir
Sejalan dengan pekembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir
manusiapun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Dengan
kata lain dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikirannya baik melalui induksi dan deduksi.
f. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau metodologi penelitian. Cara
ini mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala
alam atau kemasyarakat kemudian hasil pengamatannya tersebut
dikumpulkan dan diklasifikasi dan akhirnya diambil kesimpulan umum.
23

4. Cara Pengukuran Pengetahuan


Pengukurran pengetahuan dapat dilakukan dengan cara wawancara
atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang diukur dari subjek
peneliian atau responden kedalam pengetahuannya yang ingin kita ketahui
akan kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan tersebut diiatas
(Notoatmodjo, 2003).

5. Faktor-Faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan


Pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh factor internal
dan eksternal yang mempengaruhi pengetahuan meliputi factor jasmani dan
rohani. Faktor eksternal yang mempengaruhi tingkat pengetahuan adalah
pendidikan, paparan media massa, ekonomi, hubungan social, pengalaman.
Faktor yang pertama adalah tingkat pendidikan, tingkat pendidikan
berpengaruh dalam member respon yang dating dari luar (Sukmadinata,
2003).
a. Tingkat pendidikan
Semakin tinggi pendidikan seseorang maka ia akan mudah menerima dan
menyesuaikan hal-hal yang baru. Pada masyarakat yang mempunyai
pendidikan yang baik akan lebih cepat mudah dalam menerima informasi
tentanng penyakkit skizofrenia (Sukmadinata, 2003).
b. Informasi
Seseorang mempunyaai sumber iformasi banya akan memberikan
pengetahuan informasi tentang skizofrenia (Sukmadinata, 2003).

C. Dukungan Keluarga
1. Definisi
Keluarga merupakan suatu sistem terbuka yang terdiri dari semua unsur
dalam sistem, mempunyai struktur tujuan atau fungsi dan mepunyai organisasi
24

internal, seperti sistem yang lain. Bila salah satu anggota keluarga mengalami
gangguan, hal ini akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain (Indriyari,
2004).
Keluarga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau
seluruh bangunan yang tinggal bersama dan makan dari satu dapur kedapur
yang terbatas pada orang-orang yang mempunyai hubungan darah saja, atau
seseorang yang mendiami, sebagian/seluruh bangunan yang mengurus
keperluan kehidupannya sendiri (Nasution, 2011).
Keluarga adalah adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap penderita yang sakit. Keluarga terdiri atas suami, istri, anak dan di
Indonesia dapat meluas mencakup saudara dari kedua belah pihak (Sukardi,
2002).
Dukungan keluarga adalah persepsi seseorang bahwa dirinya menjadi
bagian dari jaringan social yang didalamnya tiap anggotanya saling
mendukung (Kuncoro, 2002).
Dukungan keluarga yaitu informasi verbal atau non verbal, saran,
bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang
akrab dengan subyek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa
kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau
pengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa
memperoleh dukungan social, secara emosional merasa lega karena
diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya
(Zaenudin, 2002).
Menurut Friedmen (2001) dukungan keluarga adalah, sikap, tindakan
dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Keluarga juga berfungsi
sebagai system pendukung bagi annggotanya dan anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan
pertolongan dengan bantuan jika diperlukan
25

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa


dukungan keluarga adalah suatu bentuk kepedulian dari keluarganya yaitu
orang tua, saudara, kerabat, bahkan teman dekat yang saling menghargai,
menyayangi, dan menerima kondisinya dalam bentuk penghargaan, materi,
informasi, dan secara emosional (Friedmen, 2001).

2. Bentuk dukungan keluarga


a. Dukungan Penghargaan (Apprasial support)
Keluarga bertindak sebagai sebuah pembimbing umpan balik.
Membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber dan
validator identitas keluarga (Hawari, 2006).
b. Dukungan materi (Tangible Assistance)
Adalah berupa servis (pelayanan), bantuan keuangan dan pemberian
barang-barang. Pemberian dukungan materi dapat dicontohkan dalam
sebuah keluarga atau persahabatan (Kuncoro, 2002).
c. Dukungan informasi (Information Support)
Merupakan dukungan yang berupa pemberian informasi, saran dan umpan
balik tentang bagaimana seseorang untuk mengenal dan mengatasi
masalahnya dengan lebih mudah.
Bentuk dukungan keluarga yang diberikan oleh keluarga adalah dorongan
semangat, pemberian nasehat atau mengawasi tentang pola makan sehari-
hari dan pengobatan. Dukungan keluarga juga merupakan perasaan
individu yang mendapat perhatian, disenangi, dihargai dan termasuk
bagian dari masyarakat ( Utami, 2003)
d. Dukungan Emosional (Emosional Support)
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan
pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Merupakan
dukungan emosional yang mencakup ungkapan empati,kepedulian dan
26

perhatian terhadap orang yang bersangkutan misalnya penegasan, reward,


pujian, dan sebagainya (Kuncoro, 2002).
Pada keluarga yang mempunyai anggota keluarga dengan penyakit
Gangguan kejiwaan, mempunyai tuntutan pengorbanan ekonomi, sosial,
psikologis yang lebih besar dari pada keluarga yang normal. Dukungan
keluarga dalam mencegah terjadinya kekambuhan pada penderita
skizofrenia antara lain (Suliswati, 2005) :
1) Menciptakan lingkungan yang sehat jiwa bagi penderita.
2) Mencintai dan menghargai penderita .
3) Membantu dan memberi penderita.
4) Memberi pujian kepada penderita untuk segala perbuatannya yang
baik dari pada menghukumnya pada waktu berbuat kesalahan.
5) Menghadapi ketegangan dengan tenang serta menyelesaikan masalah
kritis atau darurat secara tuntas dan wajar yang berhubungan dengan
keadaan penderita.
6) Menunjukkan empati serta memberi bantuan kepada penderita.
7) Menghargai dan mempercayai pada penderita
8) Mau mengajak berekreasi bersama penderita dengan anggota keluarga
lainnya.
9) Mengikutkan penderita untuk kegiatan kebersamaan dengan sesama
anggota keluarga.
Menurut Suliswati (2005) Tugas keluarga dalam mengatasi kekambuhan
penderita gangguan jiwa antara lain:
1) Mengenal adanya gejala kekambuhan sedini mungkin.
2) Mengambil keputusan dalam mencari pertolongan.
3) Memberikan perawatan bagi penderita yang sedang mengalami
kekambuhan.
4) Memanfaatkan sumber yang ada dimasyarakat dalam memberikan
pertolongan.
27

3. Sumber Dukungan Keluarga


Menurut Rook & Dooley dalam Kuncoro (2002), ada dua sumberr
dukungan keluarga yaitu sumber natural dan sumber artificial. Dukungan
keluarga yang natural diterima seseorang melalui interaksi social dalam
kehidupannya secara spontan dengan orang-orang yang berada disekitarnya
misalnya anggota keluarga (anak, istri, suami, dan kerabat) teman dekat atau
ralasi. Dukungan keluarga ini bersifat non formal sementara itu dukungan
keluarga artificial adalah dukungan social yang di rancang kedalam kebutuhan
primer seseorang misalnya dukungan keluarga akibat bencana alam melalui
berbagai sumbangan social. Sehingga sumber dukungan keluarga natural
memiliki berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan dukungan keluarga
artificial perbedaan tersebut terletak pada:
a. Keberadaan sumber dukungan keluarga natural bersifat apa adanya tanpa
dibuat-buat sehinngga lebih mudah diperoleh dan bersifat spontan.
b. Sumber dukungan keluarga yang natural memiliki kesesuaian dengan
nama yang berlaku tentang kapan sesuatu harus diberikan.
c. Sumber dukungan keluarga yang natural berakar dari hubungan yang telah
berakar lama.
d. Sumber dukungan keluarga yang natural memiliki keragaman dalam
penyampaian dukungan social, mulai dari pemberian barang nyata hingga
sekedar menemui seseorang dengan menyampaikan salam.
e. Sumber dukungan keluarga natural terbebas dari bebas dan label
psiokologis.

4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi efektif
fungsi ini berhubungan dengan fungsi internal keluarga, dimana
merupakan fungsi-fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan
28

orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan


psikososial anggota keluarga. Keberhasilan fungsi efekrif akan tampak
melalui keluarga yang gembira dan bahagia. Anggota keluarga
mengembangkan gambaran diri yang positif, perasaan dimiliki, perasaan
yang berarti dan merupakan sumber kasih saying (Nasution, 2011).
b. Fungsi sosial
Fungsi mengembangkan dan melatih anak untuk kehidupan sosial dan
berhubungan dengan orang lain. Sosialisasi merupakan proses yang
berlangsung seumur hidup dimana individu secara kuntinue mengubah
perilaku mereka sebagai respon terhadap situasi yang terpola secara sosial,
yang mereka alami. Fungsi sosialisasi adalah proses interaksi dengan
lingkungan sosial yang dimulai sejak lahir dan berakhir setelah meninggal.
Anggota keluarga belajar disiplin, budaya, norma melalui interaksi dalam
keluarga sehingga individu mampu berperan di masyarakat. Kegagalan
bersosialisasi dalam keluarga, terutama jika norma dan perilaku yang
dipelajari berbeda dengan yang ada di masyarakat dapat menimbulkan
kegagalan bersosialisasi di masyarakat (Nasution, 2011)
c. Fungsi reproduksi
Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan
keturunan keluarga dan menambah sumber daya manusia (Dubois dan
Depanfilis, 2000).
d. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
keluarga. Demikian pula jika keluarga mempunyai kemampuan merawat
pasien di rumah akan mengurangi biaya perawatan dirumah sakit.
Penghasilan keluarga akan berkurang dengan adanya anggota keluarga
yang sakit (tidak produktif) ditambah anggota keluarga yang harus
menemani atau merawat pasien (tidak produktif). Seluruh fungsi keluarga
ini akan difasilitasi dalam mendukung perawatan pasien di rumah sakit
29

dan setelah pulang ke rumah. Perlu dikaji siapa yang utama akan
memberikan perawatan kepada pasien setelah pasien pulang dari rumah
sakit. Pada penelitian di rumah sakit jiwa Lawang dan Menurut (Widodo,
2000).
e. Fungsi perawatan keluarga
Keluarga memberikan perawatan kesehatan diatur, dilaksanakan, dan
diamankan. Keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat
preventif dan secara bersama-sama merawat anggota keluarga yang sakit.
Lebih jauh keluarga mempunyai tanggung jawab yang utama untuk
memulai dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh para
professional perawatan kesehatan. Apabila kebutuhan-kebutuhan
psikologis anggota keluarga tidak dirasakan dan dikemukakan secara
adekuat, maka konsekwensi yang biasa terjadi adalah munculnya gejala-
gejala yang tidak jelas yaitu dalam bentuk sinyal-sinyal distress dari satu
anggota keluarga atau lebih. Gejala disfungsi keluarga ini pada pembawa
gejala keluarga meliputi berbagai respon emosional seperti marah,
ansieatas dan depresi (Nasution, 2011).

5. Elemen struktur keluarga


a. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota
keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya dilingkungan masyarakat
atau peran formal dan informal.
b. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang
dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan
dengan kesehatan.
c. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola
komunikasi orang tua (ayah-ibu), orang tua dan anak, anak dan anak,
anggota keluarga lain dan anggota keluarga inti.
30

d. Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota


keluarga untuk mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk
megubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan (Citra, 2008).

6. Dukungan keluarga dalam perawatan klien skizofrenia


Keluarga merupakan sistem pendukung utama yang memberi perawatan
langsung pada setiap keadaan (sehat-sakit) klien. Umumnya, keluarga
meminta tenaga kesehatan jika mereka tidak sanggup merawatnya. Oleh
karena itu asuhan keperawatan yang berfokus pada keluarga bukan hanya
untuk memulihkan keadaan klien tetapi bertujuan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan
dalam keluarga tersebut (Yosep, 2007).
Keluarga yang mempunyai kemampuan mengatasi masalah akan dapat
mencegah perilaku maladaptif (pencegahan primer), menanggulangi perilaku
maladaptif (pencegahan sekunder) dan memulihkan perilaku adaptif
(pencegahan tersier) sehingga derajakesehatan klien dan keluarga dapat
ditingkatkan secara optimal (Keliat, 2005).
Sesuai dengan fungsinya, pemeliharaan kesehatan keluarga mempunyai
tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan yaitu :
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga, kesehatan merupakan kebutuhan
keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu
tidak akan berarti. Perubahan sekecil apapun yang dialami oleh anngota
keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian keluarga.
b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga, tugas ini
merupakan upaya keluarga yang utama, tindakan kesehatan yang
dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat
dikurangi atau bahkan teratasi.
31

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, perawatan dapat


dilakukan di rumah apabila keluarga telah memiliki kemampuan
melakukan tindakan untuk pertolongan pertama.
d. Memodifikasi keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.
e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga.

7. Perawatan skizofrenia oleh keluarga


1) Menurut (Setadi, 2007) beberapa hal penting yang harus dilakukan
keluarga dalam upaya penyesuaian diri dengan kehadiran skizofrenia dalam
system mereka dan cara mengatasinya.
a. Aktif mencari informasi atau psikoedukasi.
Informasi-informasi yang akurat tentang skizofrenia, gejala-gejalanya,
kemungkinan perjalanan penyakitnya, berbagai bantuan medis dan
psikologis yang dapat meringankan gejala skizofrenia merupakan
sebagai informasi vital yang sangat dibutuhkan keluarga. Informasi
yang tepat akan menghilangkan saling menyalahkan satu sama yang
lain, memberikan peganggan untuk dapat berharap secara realistis dan
membantu keluarga mengarahkan sumber daya yang mereka memiliki
pada usaha-usaha yang produltif. Pemberian informasi yang tepat
dapat dilakukan dengan suatu program psikoedukasi untuk keluarga.
b. Sikap yang tepat adalah SAFE ( Sense of humor, Accepting the illness,
family balance, Expectations which are realistic ).
c. Keluarga perlu memiliki sikap tepat tentang skizofrenia, disingkatnya
sikap-sikap yang tepat itu dengan SAFE.
d. Support group
Bila mana keluarga menghadapi skizofrenia dalam keluarga mereka
seorang diri, beban itu akan terasa sanngat berat, namun bila keluarga-
keluarga yang sama-sama memiliki anggota keluarga skizofrenia
bergabung bersama maka beban mereka akan terasa lebih ringan. Mereka
32

dapat saling menguatkan, berbagai informasi yang mutahir, bahkan


mungkin menggalang dana bersama bagi keluarga yang kurang mampu.
Upaya peradaan ketegangan emosional secara kelompok juga akan efektif
dan lebih murah.
e. Family therapy (Object relations family therapy)
Family therapy dapat menjadi bagian dari rangkaian upaya
membantu keluarga agar sebagai suatu system meningkat
kohensivitasnya dan lebih mampu melakukan penyesuaian diri.
Keluarga harus membantu menumbuhkan sikap mandiri dalam diri
si penderita seperti melibatkan dalam kegiatan sehari-hari dan
mereka harus sabar dan menerima kenyataan.
Dukungan keluarga dan teman merupakan salah satu obat
penyembuh yang sangat berarti bagi penderita skizofrenia.
Menerima kenyataan, menurut suryantha adalah kunci pertama
proses penyembuhan atau pengendalian skizofrenia. Keluarga harus
tetap bersikap menerima, tetap berkomunikasi dan tidak
mengasingkan penderita. Tindakan kasar, bentakan atau
mengucilkan malah akan membuat penderita semakin depresi
bahkan cenderung bersikap kasar. Akan tetapi terlalu dimanjakan
juga tidak baik.
Keluarga menanggung beban dan tanggung jawab merawat
anggota keluarga yang sakit, terutama mengatasi perilaku kacau
tanpa informasi, ketrampilan dan dukungan yang memadai. Akhir-
akhir ini perhatian para ahli beralih kepada pengaruh keluarga
terhadap timbulnya. Sikap keluarga terhadap penderita dapat
ditentukan dengan apa yang disebut EE (Emitional Expresion) yang
terdiri atas kritikan atau komentar negative, emosional over
involvement, permusuhan terhadap penderita, ketidak puasan dan
kehangatan.
33

D. Kerangka teori

Faktor yang
mempengaruhi
Pencegahan
predisposing
Skizofrenia
1. Faktor
Pengetahuan

Faktor Pendukung
(enabling factor): Skizofrenia
Status
ekonomi,pendidikan

Faktor Pendorong Pengobatan


1. Tingkat Skizofrenia
pengetahuan
keluarga
2. Dukungan
Keluarga

Skema : 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Nursalam (2007), dan Green dalam Notoatmodjo (2007)


34

E. Kerangka Konsep
Tingkat pengetahuan keluarga tentang skizofrenia dan dukungan keluarga pada
klien skizofrenia yang dipengaruhi oleh faktor predisposing, factor enabling, dan
factor Reinforcing. Faktor tersebut akan mempengaruhi apakah tingkat
pengetahuan keluarga tentang skizofrenia dan dukungan keluarga pada klien
skizofrenia baik atau buruk.

F. Variabel Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif yang mempunyai variabel tunggal
atau mandiri yaitu gambaran tingkat pengetahuan keluarga tentang skizofrenia
dan dukungan keluarga pada klien skizofrenia. Penelitian diskriptif adalah
penelitian yang dilakukan terhadap variabel satu dengan variabel lainnya
(Sugiono, 2007)

G. Hipotesa
Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan keluarga tentang skizofrenia dan
dukungan keluarga pada klien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.
Amino Gondohutomo semarang.

Anda mungkin juga menyukai