Jtptunimus GDL Muntiarohn 6617 3 Babii PDF
Jtptunimus GDL Muntiarohn 6617 3 Babii PDF
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Skizofrenia
1. Definisi Skizofrenia
Skizofrenia adalah bahwa penderita skizofrenia umumnya pikirannya
tidak konsisten demikian juga perilakunya. Jadi mereka ini tidak konsisten,
tidak rasional dan tidak pasti (LumbanTobing, 2007)
Skizofrenia adalah sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi
berbagai individu termasuk berfikir dan komunikasi, menerima dan
menginterprestasikan realitas, merasakan dan memajukan emosi serta perilaku
dengan sikap yang tidak bisa diterima secara sosial (Isaacs, 2005).
Skizofrenia pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang funda
mental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh efek yang tidak
wajar (inappropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih dan
kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun deficit kognitif
tertentu dapat berkembang kemudian (Maslim, 1997 dalam sirait 2006).
Skizofrenia adalah gangguan yang benar-benar membingungkan dan
menyimpan banyak tanda tanya (teka-teki). Kadangkala skizofrenia dapat
berfikir dan berkomunikasi dengan jelas, memiliki pandangan yang tepat dan
berfungsi secara baik dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada saat yang
lain, pemikiran dan kata-kata terbalik, mereka kehilangan sentuhan dan
mereka tidak mampu memelihara diri mereka sendiri (Hoeksema, 2004).
8
9
kelompok yang penting untuk diagnosis dan yang sering terdapat secara
bersama-sama yaitu:
a. Thought echo yaitu isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun
kualitas berbeda atau thought insertion or withdrawal yaitu isi pikiran
yang asing dari luar masuk kedalam pikirannya (insertion) atau isi
pikirannya diambil keluar oleh sesuatu diluar dirinya (withdrawal) dan
tought broadcasting yaitu isi pikiran tersiar keluar sehingga orang lain
mengetahuinya.
b. Waham atau Delusinasi
1) Delusion of control yaitu waham tentang dirinya sendiri dikendalilkan
oleh suatu kekuatan tertentu
2) Delusion of influen yaitu waham tentang dirinya sendiri dipengaruhi
oleh suatu kekuatan tertentu dari luar
3) Delusion of passivity yaitu waham tentang gerakan tubuh, pikiran
maupun tindakan tak berdaya terhadap suatu kekuatan dari luar.
4) Delusion of perception yaitu pengalaman indrawi yang tidak wajar
yang bermakna sangat khas dan biasanya bersifat mistik atau mukjizat.
c. Halusinasi Auditorik
1) Suara halusinasi yang berkomentar terus menerus terhadap perilaku
pasien.
2) Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka senndiri (dia antara
berbagai suara yang berbicara).
3) Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah bagian tubuh.
d. Waham-waham menetap jenis lain yang menurut budaya dianggap tidak
wajar dan mustahil seperti waham bisa mengendalikan cuaca. Atau paling
sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas.
e. Halusinasi yang menetap dari setiap panca indara baik disertai waham
yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan
10
afektif yang jelas atau ide-ide berlebihan yang menetap atau terjadi setiap
hari selama bermingu-minggu atau berbulan-bulansecara terus menerus.
f. Arus fikiran yang terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolasi)
yang berakibat inkoherenskiatau pembicaraan tidak relevan atau
neologisme.
g. Perilaku katatonik seperti keadaan gaduh, gelisah (excitement) sikap tubuh
tertentu (posturing) atau fleksibilitas serea, negattivisme, mutisme dan
stupor.
h. Gejala-gejala negative seperti apatis, bicara jarang serta respon emosional
yang menumpul atau tidak wajar, biasanya mengakibatkan penarikan diri
dari pergaulan social dan menurunnya kinerja social, tetapi harus jelas
bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi atau
neuroleptika.Adanya gejala-gejala kas tersebut diatas telah berlangsung
selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
non psikotik prodormal). Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan
bermakna dalam muttu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek
perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri dan
penarikan diri secara social.
Selain itu ahli membagi skizofrenia menjadi dua bagian yaitu gejala
positif dan gejala negative.
a. Termasuk gejala positif adalah
1) Disorganisasi pikiran dan bicara : penderita bisa menceritakan keadaan
sedih denngan mimic muka yang gembira atau sebaliknya.
2) Waham : penderita merasa dirinya seorang pahlawan atau orang besar
dan bertindak seperti pahlawan atau orang besar.
3) Halusinasi : melihat, mendengar atau merasakan sesuatu yang
sebenarnya tidak ada.
11
c. Skizofrenia katatonik
Kriteria suatu diagnosis skizofrenia dan katatonik yang harus dipenuuhi.
Gejala katatonik yang bersifat sementara dapat terjadi pada setiap subtype
skizofrenia, tetapi untuk diagnosis skizofrenia katatonik satau atau lebih
dari perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya : stupor
(amat berkurang aktivitas terhadap lingkungan dan gerakan, kegelisahan,
sikap tubuh yang tidak wajar, perlawanan terhadap intruksi, sikap tubuh
yang kaku, meterhadap perintah dan mempertahankan posisi tubuh yang
dilakukan dari luar dan gejala otomatisme terhadap perintah dan
preserverasi kata atau kalimat.
d. Skizofrenia tak terinci
Memenuhi criteria umum untuk diagnosis skizofrenia, tidak memenuhi
untuk kriterianskizofrenia paranoid, hebefrenik dan katatonik, tidak
memenuhi criteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca
skizofrenia.
e. Depresi pasca skizofrenia
Diagnosis ditegakkan hanya kalau pasien telah menderita skizofrenia
(memenuhi criteria umum skizofrenia selama 12 bulan terakhir), beberapa
gejala skizofrenia masih tetap ada dan gejala-gejala depresi yang
menonjool dan mengganggu, memenuhi sedikitnya episode depresi dan
telah ada untuk waktu sedikitnya 2 minggu.
f. Skizofrenia residual
Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus
dipenuhi :
1) Gejala negative skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan
psikomotor, aktivitas menurun, afek tumpul, sikap pasif, miskin dalam
kuantitas atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal buruk seperti
kkontak mata, ekspresi muka, sikap tubuh, perawatan diri dan kinerja
social buruk.
13
4. Etiologi Skizofrenia
Penyebab skizofrenia sampai kini belum diketahui secara pasti dan
merupakan tantangan riset bagi pengobatan kontemporer. Telah banyak riset
dilakukan dan banyak factor predispposisi maupun pencetus yang diketahui
yaitu :
a. Faktor genetika
Faktor genetika telah dibuktikan secara meyakinkan. Resiko masyarakat
umum 1%, pada orang tua 5%, pada saudara kandung 8% dan pada anak
15%-20%, apabila salah satu orang tua menderita skizofrenia, walaupun
anak telah dipisahkan dari orang tua sejak lahir, anak dari kedua orang tua
skizofrenia 30-40%. Pada kembar monozigot 40% -50%, sedangkan
untuk kembar dizigot sebesar 5%-10%. Dari penelitian epidemologi
14
keluarga terlihat bahwa resiko untuk keponakan adalah 3%, masih lebih
tinggi dari populasi umum yang hanya 1%. Demikian juga dari penelitian
anak adopsi dikatakan anak penderita skizofrenia yang diadopsi orang tua
normal, tetap resiko 16,6% , sebaliknya anak sehat yang diadopsi
penderita skizofrenia resiko 1,6%, dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa semakin dekat hubungan keluarga biologis semakin tinggi resiko
terkena skizofrenia (Tomb, 2004).
b. Faktor biologis dan biokimia
Dari factor biologis dikenal suatu hipotesis dopamine yang menyatakan
bahwa skizofrenia disebabkan oleh aktivitas dopaminergik yang
berlebihan dibagian kortikal otak, dan berkaitan dengan gejala positif dari
skizofrenia. Penelitian terbaru juga menunjukkan pentingnya
neurotransmitter lain termasuk serotonin, norepinefrin, glutamate dan
GABA. Selain perubahan yang sifatnya ditemukan perubahan anatomi
otak seperti pelebaran lateral ventrikel, antropi koreteks atau atropi otak
kecil (cerebellum), terutama pada penderita kronis skizofrenia (Hawari,
2001).
c. Faktor psikososial
1) Teori perkembangan
Ahli teori seperti Freud, Sullivin, dan Erikkson mengemukakan bahwa
kurangnya perhatian yang hangat dan penuh kasih saying di awal
tahun kehidupan berperan dalam menyebabkan kurangnya identitas
diri, salah interpretasi terhadap realitas dan menarik diri dari hubungan
social pada penderita skizofrenia (Isaacs, 2005).
2) Teori belajar
Menurut ahli teori belajar (learning theory), anak-anak yang kemudian
menderita skizofrenia mempelajari reaksi dan cara berfikir irasional
orang tua yang mungkin memiliki masalah emosional yang bermakna.
15
psikoedukatif, dan sosial budaya, dan dari ketiga pilar tersebut dapat
diketahui kepribadian seseorang. Dalam melengkapi pendekatan holistik
tersebut, menambah satu pilar sehingga menjadi empat pilar yaitu
organobiologis, psikoedukatif, social budaya dan psikoreligius.
Upaya pencegahan yang dilakukan pada masing-masing pilar
dimaksudkan untuk menekan seminimal mungkin munculnya skizofrenia
dan kekambuhanya.
1) Organobiologis
a) Bila ada silsilah keluarga menderita skizofrenia sebaiknya menikah
dengan keluarga yang tidak memiliki silsilah skizofrenia.
b) Walaupun dalam keluarga tidak ada sil-silah menderita skizofrenia
sebaiknya tidak menikah dengan yang tidak memiliki silsilah
skizofrenia dan merupakan keluarga jauh.
c) Sebaiknya penderita atau bekas penderita skizofrenia tidak saling
menikah.
2) Psikoedukatif
Beberapa sikap yang harus diperhatikan orang tua dalam membina
mental-emosional dan mental-intelektual anak yaitu:
a) Sikap pertama adalah kemampuan untuk percaya pada kebaikan
orang lain.
b) Sikap kedua adalah sikap terbuka.
c) Sikap ketiga adalah anak mampu menerima kata tidak atau
kemampuan pengendalian diri terhadap hal-hal yang
mengecewakan, kalau tidak anak akan sulit bergaul dan belajar di
sekolah.
b. Pengobatan
Skizofrenia merupakan penyakit yang cenderung berlanjut (kronis
atau menahun) maka terapi yang diberikan memerlukan waktu relative
lama berbulan bahkan sampai bertahun, hal ini dimaksudkan untuk
18
B. Tingkat Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah suatu yang dikemukakan seseorang yang
merupakan hasil dari tahu. Hal ini dapat terjadi setelah individu melakukan
penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
pasca indera manusia. Rasa dan Raba. Sebagian besar pengetahuan manusia
diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terjadi melalui pasca indera manusia, yaitu
indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Manusia
diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk yang sadar,
kesadaran manusia dapat disimpulkan dari kemampuannya untuk berfikir,
berkehendak dan merasa dengan pikirannya manusia mendapat pengetahuan
(Sarjono, 2002).
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah
tangga karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling
berinteraksi satu dengan yang lainnya mempunyai peran masing-masing dan
menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Rasmun, 2001).
Pengetahuan keluarga adalah apa yang diketahui oleh keluarga dalam
memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan dan menjaga kesehatan
fisik dan mental dimana keluarga memiliki fungsi yaitu dalam memberikan
20
2. Tingkat Pengetahuan
a. Tahu (know)
Tahu diartikan hanya mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya, termasuk didalam pengetahuan. Tingkatan ini adalah
mengingat kembali recall (memanggil) terhadap suatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh
sebab itu tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu
dengan menyebutukan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan. Pada
masyarakat yang belum mengetahui tentang penyakit skizofrenia
(Notoatmodjo, 2005).
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasi materi tersebut
secara benar. Orang yang paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagai
objek yang dipelajari (Notoatmodjo, 2005).
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau ondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini
dapat diartikan aplikasi atau pengguna hukum-hukum, rumus, metode-
21
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain
(Notoatmodjo, 2005).
d. Analisis (Analysis)
Analis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen
yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi
bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai tingkat analisis adalah
apabila mengelompokan, objek tersebut ( Notoatmodjo, 2005).
e. Sintesis (synthetion)
Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
penyetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah suatu
formulasi-formulasi yang telah ada (Notoatmodjo, 2005).
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini
dengan sendirinya didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri
atau norma-norma masyarakat (Sunaryo, 2004).
C. Dukungan Keluarga
1. Definisi
Keluarga merupakan suatu sistem terbuka yang terdiri dari semua unsur
dalam sistem, mempunyai struktur tujuan atau fungsi dan mepunyai organisasi
24
internal, seperti sistem yang lain. Bila salah satu anggota keluarga mengalami
gangguan, hal ini akan mempengaruhi anggota keluarga yang lain (Indriyari,
2004).
Keluarga adalah sekelompok orang yang mendiami sebagian atau
seluruh bangunan yang tinggal bersama dan makan dari satu dapur kedapur
yang terbatas pada orang-orang yang mempunyai hubungan darah saja, atau
seseorang yang mendiami, sebagian/seluruh bangunan yang mengurus
keperluan kehidupannya sendiri (Nasution, 2011).
Keluarga adalah adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga
terhadap penderita yang sakit. Keluarga terdiri atas suami, istri, anak dan di
Indonesia dapat meluas mencakup saudara dari kedua belah pihak (Sukardi,
2002).
Dukungan keluarga adalah persepsi seseorang bahwa dirinya menjadi
bagian dari jaringan social yang didalamnya tiap anggotanya saling
mendukung (Kuncoro, 2002).
Dukungan keluarga yaitu informasi verbal atau non verbal, saran,
bantuan yang nyata atau tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang
akrab dengan subyek didalam lingkungan sosialnya atau yang berupa
kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau
pengaruh pada tingkah laku penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa
memperoleh dukungan social, secara emosional merasa lega karena
diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang menyenangkan pada dirinya
(Zaenudin, 2002).
Menurut Friedmen (2001) dukungan keluarga adalah, sikap, tindakan
dan penerimaan keluarga terhadap anggotanya. Keluarga juga berfungsi
sebagai system pendukung bagi annggotanya dan anggota keluarga
memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap memberikan
pertolongan dengan bantuan jika diperlukan
25
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi efektif
fungsi ini berhubungan dengan fungsi internal keluarga, dimana
merupakan fungsi-fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan
28
dan setelah pulang ke rumah. Perlu dikaji siapa yang utama akan
memberikan perawatan kepada pasien setelah pasien pulang dari rumah
sakit. Pada penelitian di rumah sakit jiwa Lawang dan Menurut (Widodo,
2000).
e. Fungsi perawatan keluarga
Keluarga memberikan perawatan kesehatan diatur, dilaksanakan, dan
diamankan. Keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat
preventif dan secara bersama-sama merawat anggota keluarga yang sakit.
Lebih jauh keluarga mempunyai tanggung jawab yang utama untuk
memulai dan mengkoordinasikan pelayanan yang diberikan oleh para
professional perawatan kesehatan. Apabila kebutuhan-kebutuhan
psikologis anggota keluarga tidak dirasakan dan dikemukakan secara
adekuat, maka konsekwensi yang biasa terjadi adalah munculnya gejala-
gejala yang tidak jelas yaitu dalam bentuk sinyal-sinyal distress dari satu
anggota keluarga atau lebih. Gejala disfungsi keluarga ini pada pembawa
gejala keluarga meliputi berbagai respon emosional seperti marah,
ansieatas dan depresi (Nasution, 2011).
D. Kerangka teori
Faktor yang
mempengaruhi
Pencegahan
predisposing
Skizofrenia
1. Faktor
Pengetahuan
Faktor Pendukung
(enabling factor): Skizofrenia
Status
ekonomi,pendidikan
E. Kerangka Konsep
Tingkat pengetahuan keluarga tentang skizofrenia dan dukungan keluarga pada
klien skizofrenia yang dipengaruhi oleh faktor predisposing, factor enabling, dan
factor Reinforcing. Faktor tersebut akan mempengaruhi apakah tingkat
pengetahuan keluarga tentang skizofrenia dan dukungan keluarga pada klien
skizofrenia baik atau buruk.
F. Variabel Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif yang mempunyai variabel tunggal
atau mandiri yaitu gambaran tingkat pengetahuan keluarga tentang skizofrenia
dan dukungan keluarga pada klien skizofrenia. Penelitian diskriptif adalah
penelitian yang dilakukan terhadap variabel satu dengan variabel lainnya
(Sugiono, 2007)
G. Hipotesa
Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan keluarga tentang skizofrenia dan
dukungan keluarga pada klien skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.
Amino Gondohutomo semarang.