Anda di halaman 1dari 33

SELF MANAJEMEN DEMAM PADA ANAK STUDI PADA IBU

DI DESA REJOSARI SAWAHAN MADIUN

Nama : Lina Fitriana

NIM : 201302032

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES BHAKTI HUSADA MULIA MADIUN

2017

1
`BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak bagi orang tua merupakan sesuatu yang berharga yang harus dijaga

dan di lindungi. Orang tua akan senang melihat anaknya tumbuh dan

berkembang secara sehat. Akan tetapi jika anak sedang sakit maka orang tua

akan menjadi khawatir dan menimbulkan ekspresi tingkah laku yang tidak

seperti biasanya (Notoatmodjo, 2007). Anak-anak merupakan suatu kelompok

yang mudah sekali terserang penyakit karena mereka masih memiliki daya

tahan tubuh (Imunitas) yang rendah. Penyakit yang umumnya menyerang anak

di antaranya adalah demam, batuk, pilek, dan diare. Demam pada anak adalah

manifestasi klinis yang akan menyebabkan ibu menjadi gelisah, karena

demam jika tidak segra ditangani maka akan menyebabkan anak mengalami

kejang demam (Tarigan dkk, 2007).

Demam pada anak merupakan alasan konsultasi tersering ke dokter anak

dan dokter umum, sekitar 30% dari seluruh total kunjungan. Demam

merupakan reaksi normal tubuh yang bermanfaat melawan kuman. Penyakit

yang diawali dengan gejala demam seperti flue, demam berdarah, campak,

rubela, batuk pilek dalam berbagai tingkat keganasan (Diantoro, 2013).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mempeperkirakan jumlah kasus demam

di seluruh Dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiapa

tahunnya (Setyowati, 2013). Data kunjungan ke fasilitas kesehatan pediatrik di

Brazil terdapat sekitar 19% sampai 30% anak diperiksa karena menderita

2
demam. Penelitian oleh Jalil Jumah & Al-Baghali (2007) di Kuwait

menunjukkan bahwa sebagian besar anak usia tiga bulan sampai 36 bulan

mengalami serangan dengan rata-rata enam kali pertahunnya (Setiawati,

2009).

Angka kejadian demam di Asia dilaporkan lebih tinggi dan sekitar 80-90%

dari seluruh demam sederhana tahun 2010, terdapat 86 pasien mengalami

demam sehingga menyebabkan kejang demam (Dewanti dkk, 2012 dalam

Irawan 2013). Di Indonesia penderita demam sebanyak 465 (91.0%) dari 511

ibu yang memakai perabaan untuk menilai demam pada anak mereka

sedangkan sisanya 23,1 saja menggunakan thermometer (Setyowati, 2013).

Sedangkan di Jawa Timur terdapat 2-3% dari 100 anak pada tahun 2009-2010

anak yang mengalami demam dan bisa berakibat terjadi kejang demam

(Wardani, 2012).

Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di TK Desa Rejosari

Sawahan Madiun pada tanggal 14 maret 2017 terdapat 10 ibu yang

mempunyai anak yang bersekolah di TK Rejosari. Dari 10 ibu tersebut

terdapat 6 ibu yang memakai perabaan untuk menilai demam pada anak

mereka, sedangkan sisanya hanya 4 saja yang menggunakan thermometer.

Sebagian besar anak-anak mengalami demam sebagai respon terhadap

infeksi virus yang bersifat self limited dan berlangsung tidak lebih dari 3 hari

atau infeksi bakteri yang tidak memerlukan perawatan dirumah sakit. Akan

tetapi sebagian kecil demam tersebut merupakan tanda infeksi yang serius dan

mengancam jiwa seperti pneumonia, meningitis, atritis septik dan sepsis

3
demam yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri yang dapat

menyebabkan demam tinggi dan dapat menjadi faktor penyebab dari kejang

demam terutama pada anak dibawah 5 tahun.

Untuk menurunkan suhu tubuh anak dan membantu menangani demam,

ada berbeda jenis thermometer yang dapat digunakan. Diantaranya adalah

digital thermometer, telinga thermometer, skrip thermometer, dan

thermometer kaca.

Penanganan demam pada anak sangat tergantung pada peran orang tua,

terutama ibu. Ibu adalah bagian integral dari penyelenggaraan rumah tangga

yang dengan kelembutannya dibutuhkan untuk merawat anak secara terampil

agar tumbuh dengan sehat. Ibu yang tahu tentang demam dan memiliki sikap

yang baik dalam memberikan perawatan, dapat menentukan pengelolaan

demam yang terbaik bagi anaknya. Pengelolaan demam pada anak yang terjadi

di masyarakat sangat bervariasi, mulai dari yang ringan yaitu berupa self

management, sampai yang serius dengan cara non self management yang

mengandalkan pengobatan pada tenaga medis. Pada dasarnya menurunkan

demam pada anak secara self management dapat dilakukan melalui terapi

fisik, terapi obat-obatn maupun kombinasi keduanya. Terapi secara fisik yang

sering dilakukan antara lain menempatkan anak dalam ruangan bersuhu

normal, memberikan minum yang banyak, dan melakukan kompres. Terapi

obat-obatan dilakukan dengan memberi antipiretik.

Beberapa studi terdahulu memperlihatkan adanya beberapa jenis

pengetahuan orang tua/ibu mengenai demam pada anak. Sedangkan penelitian

4
yang dilakukan oleh Youssef dkk di Saudi Arabia mengungkapkan bahwa

pengetahuan orang tua tentang demam meliputi pengetahuan terhadap

temperatur demam yang tidak perlu diterapi dan batasan temperatur untuk

memberikan terapi. Penelitian yang dilakukan oleh Kazeen dkk di Nigeria

menunjukkan bahwa yang dimaksud pengetahuan ibu tentang demam adalah

pengetahuan mengenai temperatur demam, penyebab demam, karakteristik

demam, dampak lanjut demam, dan cara menentukan bahwa seorang anak

mengalami demam.

Pengetahuan orang tua terhadap demam pada anak wajib dikuasai dengan

baik oleh para orang tua khususnya ibu. Para peneliti melaporkan 80% orang

tua menjadi cemas ketika anak mereka mengalami demam, hal ini dikarenakan

pengetahuan mereka tentang demam dan cara mengatasi demam tidak

memadai, sehingga sikap dan perilaku mereka cenderung berlebihan

(Soedjatmiko, 2005). Pengetahuan orang tua tersebut salah satunya dapat

dilatar belakangi oleh pendidikan (Cerah, 2010).

Menurut Tarigan (2007) di RS Dr. Pirngdi Medan mengungkapkan bahwa

pengetahuan ibu tentang demam meliputi pengetahuan mereka mengenai

kompres demam, sebanyak (46%) menggunakan kompres dingin dan (22%)

menggunakan kompres hangat untuk menurunkan suhu tubuh. Kebanyakan

ibu mengetahui lokasi yang diajarkan untuk kompres adalah di dahi sebanyak

(57%), dan ada juga yang di ketiak/selangkangan sebanyak (18%).

Dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu tentang demam di tiap negara

sangat bervariasi. Pengetahuan ibu yang berbeda ini akan mengakibatkan

5
pengelolaan demam pada anak yang berbeda pula. Tingkat pengetahuan ibu

tentang demam di Indonesia juga sangat bervariasi mengingat hal ini di

pengaruhi oleh banyak faktor. Penelitian mengenai hubungan antara tingkat

pengetahuan ibu terhadap pengelolaan demam anak di Indonesia masih

terbatas. Oleh karena itu, peneliti mencoba untuk meneliti hubungan antara

tingkat pengetahuan ibu tentang demam dengan pengelolaan demam pada

anak di Indonesia. Studi terdahulu memperlihatkan adanya beberapa jenis

pengetahuan orang tua/ibu mengenai demam pada anak. Penelitian yang

dilakukan oleh Dawood dkk (2010) di Malaysia, memperlihatkan bahwa

pengetahuan orang tua meliputi pengetahuan mengenai obat demam, efek

samping obat, dan bentuk sediaan obat yang bekerja baik untuk anak dengan

demam. Hasil penelitian didapatkan 80,7% bahwa orang tua telah mengetahui

obat yang tepat untuk menurunkan demam yaitu dengan antipiretik.

Hasil penelitian Nathalie,et al (2013) di Prancis mengatakan 89% ibu

mengetahui metode pengukuran suhu, 61% dapat menyebutkan definisi

demam, 15% penanganan demam menggunakan terapi fsik, 23%

menggunakan terapi obat. Penelitian yang dilakukan Dwijaya (2011) dari 100

koresponden yang melakukan tindakan self managemen terhadap demam pada

anak adalah sebanyak (82%). Berdasarkan hasil penelitian Riandita (2012) di

temukan sebanyak (52%) ibu memiliki pengetahuan yang rendah mengenai

penanganan demam. Namun dari penelitian lain di sebutkan bahwa banyak ibu

yang mengatakan kurang mengetahui konsep dari demam, penyebab-penyebab

demam dan dampak dari demam (Nanik, 2008).

6
Dari berbagai penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pengetahuan ibu

tentang demam di tiap negara sangat bervariasi. Pengetahuan ibu yang

berbeda ini akan mengakibatkan penanganan yang berbeda pula. Menurut

penelitian Riandita (2012) semakin tinggi pengetahuan ibu tentang demam

maka penanganan demam pada anak akan semakin baik pula dan kejadian

kejang demam pada anak dapat dicegah secara dini.

Berdasarkan latarbelakang diatas, maka penelit tertarik untuk mengadakan

penelitian tentang self management demam pada anak studi ibu di desa

kedungguwo magetan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah apakan ada hubungan pengetahuan ibu tentang demam

dengan self manajemen demam pada anak di Desa Rejosari Sawahan Madiun?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan ibu

tentang self manajemen penanganan demam pada anak.

7
1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi pengetahuan ibu tentang demam pada anak.

b. Mengidentifkasi self manajemen demam pada anak yang dilakukan

oleh ibu.

c. Menganalisis hubungan pengetahuan ibu tentang demam dengan self

manajemen demam pada anak.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil peneliti ini bermanfaat terhadap berbagai aspek, yaitu :

1. Manfaat bagi tempat penelitian

Sebagai salah satu bahan masukan khususnya bagi tenaga kesehatan di

masyarakat, untuk melakukan tindakan promotif seperti penyuluhan dan

memeberikan pendidikan kesehatan KIE (Komunikasi Informasi

Edukasi).

2. Manfaat bagi institusi pendidikan

Manfaat yang bisa diperoleh bagi instansi pendidikan adalah sebagai

dokumen dan bahan tambahan sumber bacaan bagi mahasiswi.

3. Manfaat bagi peneliti

Manfaat bagi peneliti adalah memperoleh pengetahuan dan wawasan

tentang self manajamen demam pada anak.

8
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan

2.1.1 Definisi Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses

sensoris khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu (Sunaryo,

2004). Menurut Ihsan (2010) pengetahuan merupakan segala sesuatu yang

diketahui oleh manusia yang ditangkap dari berbagai sumber.

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang ada dikepala kita. Kita

dapat mengetahui sesuatu berdasarkan pengalaman yang kita miliki. Selain

pengalaman, kita juga menjadi tahu karena kita diberitahu oleh orang lain.

Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007).

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007) pengretahuan dibagi menjadi 6 tingkatan

yaitu :

a. Tahu

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Oleh sebab itu tahu

ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja

untuk mengukur bahwa seseorang tahu apa yang dipelajari antara lain:

9
menyebutkan, mendefinisikan, menguraikan, menyatakan, dan

sebagainya.

b. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan

secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah

paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya

tehadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi ini

dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,

rumus metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi

yang lain.

d. Analisis

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan

memisahkan, dan mencari hubungan antara komponen-komponen

yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi

bahwa pengethauan seseorang telah sampai pada tingkat analisis

adalah apabila orang tersebut telah membedakan atau

mengelompokkan terhadap pengetahuanatas objek tersebut.

e. Sintesis

10
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dalam

komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain

sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun suatu pengetahuan

dari pengetahuan-pengetahuan yang telah ada.

f. Evaluasi

Evaluasi ini berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk

melakukan penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini

dengan sendirinya didasarkanpada suatu kriteria yang telah ditentukan

sendiri.

2.1.3 Proses Pengetahuan

Proses dari pengetahuan terdapat beberapa tahap diantaranya: awereness

(kesadaran) yaitu demam individu menyadari adanya stimulus, setelah itu individu

merasa interest (tertarik) terhadap stimulus, kemudian terjadi Evaluation

(menimbang-nimbang) individu tentang baik atau tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya, kemudian individu melakukan sesuatu yang baru sesuai dengan apa yang

dikehendaki (trial atau coba). Pada tahapan terakhir yaitu Adaption,individu telah

berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, sikap, dan kesadarannya terhadap

stimulus (Sunaryo, 2004).

11
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Budiman & Riyanto (2013) ada enam faktor yang mempengaruhi

pengetahuan :

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian

dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun

non formal), berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah

proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan

juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pelajaran dan

pelatihan. Pendidikan memengaruhi proses belajar, makin tinggi

pendidikan seseorang, makin mudah orang tersebut untuk menerima

informasi.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2012) tingkat

pendidikan mempengaruhi tigkat pengetahuan ibu dalam berperilaku

dan berupaya secara aktif guna mencegah terjadinya demam pada

anak.

2) Informasi

Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui, namun ada pula

yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Informasi

adalah suatu tehnik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan,

memenipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan

informasi denagn tujuan tertentu (UUD teknologi informasi dalam

12
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2012) terdapat

hubungan antara informasi dengan tingkat pengetahuan. Informasi

yang mudah diperoleh dapat membantu ibu dalam berperilaku dalam

upaya pencegahan dan kemampuan dalam perawatan anak dengan

demam.

3) Sosial, budaya, dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian,

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak

melakukan. Status ekonomi seseorang juag akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu

sehingga status sosial ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan

seseorang.

4) Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu,

baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan

berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam

individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena

adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang akan direspons

sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Kusumawati (2012)

terdapat pengaruh faktor lingkunagan dengan tingkat tingkat

pengetahuan yang dimiliki seseorang. Seseorang yang berada di

13
lingkungan yang didukung dengan akses informasi maka banyak

mendapatkan pengetahuan yang banyak dibandingkan dengan

seseorang yang berada di lingkungan dengan akses informasi yang

tertutup.

5) Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami oleh

seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Ada

kecenderungan pengalaman yang baik seseorang akan berusaha untuk

melupakan, namun jika pengalaman tersebut menyenangkan maka

secara psikologis akan timbul pesan yan membekas dalam emosi

sehingga menimbulkan sikap positif.

6) Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan terjadi perubahan

pada aspek psikis dan psikologis. Pertumbuhan fisik secara garis besar

ada empat kategori perubahan, yaitu perubahan ukuran, perubahan

proporsi, hilangnya ciri-ciri baru. Ini terjadi akibat pematangan fungsi

organ. Pada aspek psikis dan mental taraf berfikir seseorang semakin

matang dan deawasa.

Menurut penelitian yang dilakukanoleh Motto dkk (2013) terdapat

pengaruh anatara umur dengan tingkat pengetahuan seorang ibu,

semakin cukup umur seoarang ibu maka akan mempengaruhi proses

berfikirnya, sehingga pengetahuan yang diperoleh akan semakin baik.

14
Hal ini dipengaruhi oleh tingkat pengalaman kemampuan mental

masing-masing individu.

2.1.5 Cara Mengukur Pengetahuan

Pengkuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek

penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui

atau kiita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tigkat tersebut di atas

(Notoadmotjo, 2003).cara mengukur tingkat pengetahuan dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan, kemudahan dilakukan penilaian nilai 1 untuk jawaban

benar dan nilai 0 untuk jawaban salah.

Menurut Arikunto (2010) tingkat pengukuran dapat dapat ditentukan

dengan kriteria :

a. Baik jika menguasai kriteria ≥ 76-100%

b. Cukup jika menguasai materi ≥ 56-75%

c. Kurang jika menguasai materi < 56%

15
2.2 Konsep Demam

2.2.1 Pengertian Demam

Demam adalah suatu kondisi saat suhu tubuh lebih tinggi dari pada

biasanya atau di atas suhu normal. Umumnya terjadi ketika seseorang mengalami

gangguan kesehatan. Suhu tubuh normal manusia biasanya berkisar antara 36-

37°C. Jadi, seseorang yang menagalami demam, suhu badannya diatas 37°C

sebenarnya, suhu badan yang mencapai 37,5°C masih berada di ambang batas

suhu normal. Tentu saja sepanjang suhu tersebut tidak memiliki kecenderungan

untuk meningkat. Dengan kata lain, ketika suhu badan melebihi suhu normal

sudah selayaknya hal tersebjut mendapatkan perhatian yang lebih serius sehingga

kemungkinan melampaui batasnormal dapat dihindarkan (Widjaja, 2008).

Demam dapat didefinisikan baik secara patofisiologi dan secara klinis.

Demam secara patofisiologi yaitu peningkatan thermoregulathory set point dari

pusat hipotalamus yang diperantarai oleh interleukin (IL-1). Sedangakan demam

secara klinis yaitu peningkatan suhu tubuh 1°C atau lebih besar diatas nilai rerata

suhu normal (El Rahdi, 2009).

Bahren dkk (2014) mengatakan demam merupakan proses respon yang

normal terhadap berbagai kondisi, penyebab penyebab demam paling banyak

adalah infeksi mikroorganisme seperti virus, bakteri atau parasite.

Dan dapat disimpulkan dari beberapa pengertian diatas bahwa demam

adalah keadaan suhu tubuh di atas suhu normal, yaitu suhu tubuh di atas 38º C.

16
2.2.2 Penyebab Demam

Secara garis besar, ada dua kategori demam yang sering kali diderita

anak yaitu demam non-infeksi dan demam infeksi (Widjaja, 2008).

1. Demam non-infeksi

Demam non-infeksi adalah demam yang bukan disebabkan

oleh masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam ini jarang

diderita oleh manusia dalam kehidupan sehari-hari. Demam non-

infeksi timbul karena adanya kelainan pada tubuh yang dibawa sejak

lahir, dan tidak ditangani dengan baik. Contoh demam non-infeksi

antara lain demam yang disebabkan oleh adanya kelainan degeneratif

atau kelainan bawaan pada jantung, demam karena stress, atau demam

yang disebabkan oleh adanya penyakit-penyakit berat misalnya

leukimia dan kanker.

2. Demam infeksi

Demam infeksi adalah demam yang disebabkan oleh masukan

patogen, misalnya kuman, bakteri, viral atau virus, atau binatang kecil

lainnya ke dalam tubuh. Bakteri kuman atau virus dapat masuk

kedalam tubuh manusia melalui berbagai cara, misalnya melalui

makanan, udara, atai persentuhan tubuh. Imunisasi juga merupakan

penyebab demam infeksi karena saat melakukan imunisasi berarti

seseorang telah dengan senagaja memasukkan bakteri, kuman atau

virus yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh balita dengan tujuan

17
membuat balita menjadi kebal terhadap penyakit tertentu. Beberapa

penyakit yang dapat menyebabkan infeksi dan akhirnya menyebabkan

demam pada anak antara lain yantu tetanus, mumps atau parotitis

epidemik, morbili atau measles atau rubella, demam berdarah, TBC,

tifus dan radang paru-paru (Widjaja, 2008).

Menurut Febry dan Marendra (2010) penyebab demam

dibagi menjadi 3 yaitu:

1) demam infeksi, antara lain infeksi virus (cacar, campak dan

demam berdarah) dan infeksi bakteri (demam tifoid dan

pharingitis).

2) Demam non-infeksi, antara lain karena kanker, tumor, atau

adanya penyakit autoimun (penyakit uyang disebabkan sistem

imun tubuh itu sendiri).

3) Demam fisiologis, bisa karena kekurangan cairan (dehidrasi),

suhu udara terlalu panas dan kelelahan setelah bermain disiang

hari.

Dari ketiga penyebab tersebut yang paling sering

menyerang anak adalah demam akibat infeksi virus maupun

bakteri (Febry & Marendra, 2010).

Gejala penyerta yang dialami anak ketika demam adalah

muntah, lemah, rewel dan pucat (Lau Ass dkk, 2002 ; Ohsikoya

dkk, 2008).

18
2.2.3 Fisiologi Pengukuran Suhu Tubuh (Termoregulasi)

Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk

mempertahanka suhu internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditoler.

Mekanisme termoregulasi terjadi dengan mengatur keseimbangan antara

perolehan panas dengan pelepasan panas.

Termoregulasi manusia berpusat pada hypotalamus anterior terdapat tiga

komponen pengatur atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor,

hypotalamus, dan saraf eferen serta termoregulasi (Swenson, 1997).

Walaupun terjadi perubahan suhu tubuh, tetapi tibuh mempunyai

mekanisme homeostatis yang dapat dipertahankan dalam rentang normal. Suhu

tubuh yang normal adalah mendekati suhu tubuh inti yaitu sekitar 37°C. Suhu

tubuh manusia mengalami fluktuasi sebesar 0,5-0,7°C, suhu terendah pada malam

hari dan suhu tertinggi pada siang hari. Panas yang diproduksikan harus sesuai

dengan panas yang hilang (Bima, 2006).

Tubuh akan memiliki mekanisme penurunan temperatur bila suhu terlalu

panas. Sistem pengaturan temperatur menggunakan tiga mekanisme penting untuk

menurunkan panas tubuhnya yaitu:

1) Vasodilatasi

Pada hampir semua area tubuh, pembuluh darah

mengalami dilatasi dengan kuat. Hal ini disebabkan oleh

hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus posterior yang

menyebabkan vasokontriksi. Vasokontriksi penuh akan

19
meningkatkan kecepatan pemindahan panas ke kulit sebanyak

delapan kali lpat.

2) Berkeringat

Efek dsari pengkiatan temperatur yanga kan

menyebabkan kulit menjadi berkeringat. Peningkatan

temperatur tubuh 1°C menyebabkan keringat yang cukup

banyak untuk membuang 10 kali lebih besar kecepatan

metabolisme basal dari pembentukan panas tubuh.

3) Penurunan pembentukan panas

Mekanisme yang menyebabkan pembentukan panas

berlebihan, seperti menggigil dan termogenesis kimia,

dihambat dengan kuat (Guyton & Hall, 1997).

2.2.4 Mekanisme Demam

Demam mengacu pada peningkatan suhu tubuh yang berhubungan

langsung dengan tingkat sitokin pirogen yang diproduksi untuk mengatasi

berbagai rangsang (Sherwood, 2011). Sebagai respon terhadap rangsang

pirogenik, maka monosit, makrofag dan sel kupfer mengeluarkan sitokin yang

berperan sebagai pirogen endogen (IL-1, TNF-α, IL-6, dan interferon) yang

bekerja pada pusat thermoregulasi hipotalamus. Sebagai respon terhadap sitokin

tersebut maka terjadi sintesis prostaglandin, terutama prostaglandin E2 melalui

metabolisme asam arakidonat jalurs siklooksigenasi-2 (COX-2) dan menimbulkan

peningkatan suhu tubuh. Hipotalamus akan mempertahankan suhu sesuai patokan

yang baru dan bukan suhu normal (Ganong, 2002; Nelwa, 2006 ).

20
Mekanisme demam dapat juga terjadi melalui jalur non prostaglandin

melalui sinyal afferen nervus vagus yang dimediasi oleh produk lokal

Macrophage Inflammatory Protein-1 (MIP-1), suatu kemokin yang bekerja

langsung terhadap hipotalamus anterior. Berbeda dengan demam dari jalur

prostaglandin, demam melalui MIP-1 ini tidak dapat dihambat oleh antipiretik

(Nelwa, 2006). Menggigil ditimbulkan agar dengan cepat meningkatkan produksi

panas, sementara vasokonstriksi kulit juga berlngsung untuk dengan cepat

mengurangi pengeluaran panas. Kedua mekanisme tersebut mendorong suhu naik.

Dengan demikian, pembentukan sebagai respon terhadap rangsangan pirogenik

adalah sesuatu yang dialami dan bukan ileh kerusakan mekanisme termoregulasi

(Sherwood, 2013).

2.2.4 Metode Penanganan Demam

Pada prinsipnya demam dapat mengutungkan dan dapat merugikan,

menguntungkan karena pningkatan kemampuan sistem imunitas atau kekebalan

tubuh dalam melawan penyakit dan menurunkan kemampuan virus atau bakteri

dalam memperbanyak diri. Sedangkan merugikan karena demam menimbulkan

anak menjadi gelisah, tidak bisa tidur, selera makan dan minum menurun dan

bahkandapat menimbulkan kejang demam (Bahren, 2014).

Menurut penelitian Tarigan (2007), hal yang paling sering ditakutkan ibu

ketika anak demam yaitu anak dapat menjadi kejang demam, maka dari itu

demam perlu diketahui cara penanganannya. Penanganan demam pada anak

merupakan salah satu bentuk perilaku pemulihan kesehatan terhadap anak yang

21
mengalami demam. Menurut Plipat (2002) penanganan demam pada anak dapat

dilakukan dengan self management maupun non-self management.

1. Penanganan Demam Secara Self Management

Penanganan secara self management merupakan penanganan

demam yang dilakukan sendiri tanpa menggunakan jasa tenaga

kesehatan. Penanganan secara self management dapat dilakukan

dengan terapi fisik, terapi obat, maupun kombinasi keduanya (Pilpat,

2002). Menurut penelitian Oshikoya dkk (2008) sebanyak 66,7% ibu

melakukan penanganan demam dirumah dengan membuka baju anak,

memberikan aliran udara yang baik, tepid water spong dan

memberikan obat paracetamol.

a. Terapi Fisik

Trapi fisik merupakan upaya yang dapat dilakukan untuk

menurunkan demam dengan cara memberikan tindakan ataupun

perlakuantertentu secara mandiri. Adapun serangkaian tindakan

yang bisa dilakukan untuk mengurangi gejala demam pada anak,

menurut buku Clinical Manual of Fever in Chldren (2009):

memberikan lebih banyak cairan pada anak, sedikit-sedikit tapi

sering, hal ini merupakan cara untuk mencegah terjadinya

dehidrasi. Asupan cairan sangat penting karena demam

menyebabkan anak banyak kehilangan cairan tubuh dengan cepat.

Selain minum air putih, anak juga bisa diberi sup hangat atau jus.

22
Pakaian baju tipis dan tutupi anak dengan tipis saja. Jangan

selimuti anak dengan selimut tebal atau baju tebal. Pemakaian baju

atau selimut yang berlebihan membuat panas tubuh terperangkap

sehingga suhu tubuh malah naik. Secara umum, biarkan anak

makan jika anak mau, tak perlu memaksanya makan jika anak tak

ingin makan. Asalkan anak masih mau minum dan masih bisa

buang air kecil dengan normal.

Anak yang demam tentu harus mendapat istirahat yang

cukup. Tapi memaksa anak yang demam untuk terus menerus

istirahat di tempat tisur (bed rest), bukan hanya tak berpengaruh

untuk menurunkan demam, tapi secara psikologis juga dampaknya

buruk untuk anak. Seorang peneliti pernah meneliti terhadap 1082

anak yang demam, ternyata peneliti tidak menemukan bukti bahwa

istirahat terus menerus di tempat tidur bisa menurunkan panas

badan. Jadi minta anak untuk istirahat yang cukup, tapi tak perlu

memaksanya untuk selalu berbaring di tempat tidur. Di masa kini,

kompres yang diperbolehkan hanyalah mengompres anak yang

demam dengan air hangat. Kompres yang tidak direkomendasikan

lagi adalah kompres air dingin dan kompres dengan alkohol

(Harjaningrum, 2011).

a. Terapi Obat

Antipiretik seperti parasetamol, ibuprofen dan aspirin

merupakan obat yang sering orang tua gunakan untuk

23
menurunkan demam pada anak (Soedibyo, 2006).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ohsikoya dkk (2008),

60% orang tua menggunakan antipiretik untuk menurunkan

suhu tubuh anak. Menurut Suedibyo dkk (2006) informasi

penggunaan antipiretik didapatkan dari tenaga medis (88,3%).

Obat penurun panas hanya dapat di rekomendasikan bila

demam yang timbul menyebabkab nyeri badan dan rasa tidak

nyaman pada anak, biasanya anak dengan suhu badan kurang

dari 38,9°C tidak perlu obat penurun panas. Jika anak merasa

gelisah dan tidak nyaman, barulah obat penurun panas

diberikan. Anak bisa diberikan parasetamol (asetaminofen)

atau ibuprofen sesuai doses yang dihitung dari berat badan.

Tapi parasetamol merupakan obat pilihan pertama karena efek

dari parasetamol yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri

ringan sampai sedang. Menurut dr. Wiyarni (2016), obat

penurun panas diberikan ketika suhu 38,5°C atau lebih.

Penelitian yang dilakukan Alex-hart dkk (2011), tindakan

yang paling umum diambil oleh orang tua ketika anak demam

adalah dengan memberikan parasetamol (70,9%). Efek iritasi,

erosi, perdarahan lambung, gangguan pernafasan dn

keseimbangan asam basapun tidak terlihat pada paresatmol,

efek anti inflamasi dan reaksi alergi hampir tidak ada.

24
Mengingat ibuprofen memiliki efek samping lebih banyak

dan sangat diperhatikan untuk ibuprofen tidak

direkomendasikan untuk semua anak karena memiliki efek

samping yaitu mual, perut kembung, dan perdarahan, tetapi

lebih jarang dibanding dengan aspirin. Selain itu efek berat

yang dapat timbul dari obat ibuprofen yaitu agranulositosis

dan anemia aplastik, eritema kulit, sakit kepala, gagal ginjal

akut dan trombositepenia jarang terjadi (Wilmana, 2007).

Aspirin lenih baik dihindarkan karena bisa menyebabkan

reye’s syndrome (Harjaningrum, 2001). Selain itu efek

sampinya adalah merangsang lambung dan perdarahan usus

maka aspirin tidak dianjurkan untuk diberikan pada demam

yang ringan (Soedjatmiko, 2005).

Pemberian dosis obat harus disesuaikan dengan berat badan

supaya tidak terjadinya over dosis. Dosis obat parasetamol

adalah 15mg/kg BB, bisa diberikan 4 kali sehari. Dosis

ibuprofen adalah 10mg/kg BB, bisa diberikan 3-4 kali sehari,

tapi perlu diingatkan untuk tidak meminumkan obat ini saat

perut anak kosong (Harjaningrum, 2011). Dosis untuk aspirin

perhari tidak lebih dari 325 mg untuk menghindarkan dari

mual dan perdarahan saluran cerna.

25
b. Penanganan Demam Secara Non Self Management

Penanganan Non Self Management merupakan penanganan

demam dengan menggunakan jasa tenaga kesehatan (Plipat, 2002).

Rumah sakit atau puskesmas merupakan sarana fasilitaskesehatan

untuk mendapatkan pengobatan. Mengunjungi fasilitas kesehatan

merupakan salah satu jalan keluar untuk mendapatkan pengobatan

penanganan demam, namun belum tentu menjadi pilihan yang

terbaik sebab penanganan demam pada anak tidak bersifat mutlak

dapat dilihat dari tinggi suhu, keadaan umum, dan umur anak.

Beberapa kriteria anak demam untuk segera dibawa ke tenaga

medis yaitu, demam pada anak usia di bawah 3 bulan dengan suhu

tubuh 38°C, bila bayi berusia 3-6 bulan dengan suhu tubuh 38,5° C

dan anak berusia lebih dari 6 bulan, dengan suhu tubuh 40°C

(Pujiarto, 2008). Demam pada anak yang mempunyai riwayat

penyakit kronis dan defisiensi sistem imun, ketika mengalami

demam diberi obat tetapi tidak mengalami perubahan, demam pada

anak yang disertai gelisah, lemah atau sangat tidak nyaman dan

demam yang berlangsung leih dari 3 hari (>72 jam) (Faris, 2009 ;

Riandita, 2012).

26
2.2.5 Penanganan Demam

Penatalaksanaan demam menurut Shwoong (2010) untuk menurunkan

suhu tubuh dalam batas tanpa menggunakanobat yaitu dengan cara di kompres.

Pertama siapkan air hangat, selanjutnya mencelupkan waslap atau handuk kecil ke

dalam baskom dan mengusapnya ke tubuh, lakukan tindakan di atas beberapa kali

(setelah kulit kering), setelah itu keringkan tubuh dengan handuk dan hentikan

prosedur bila suhu tubuh sudah mendekati normal.

2.3 Konsep Self Management

2.3.1 Pengertian

Self management (pengelolahan diri) adalah prosedur dimana individu

mengatur perilakunya sendiri (Gantina, 2011).

Menurut Cornier & Nurius (2002; Watson & Tharp (2001) dalam Richard

Nelson Jones (2011) strategi self management adalah melibatkan membantu klien

untuk mengamati perilakunya, menetapkan tujuan bagi dirinya sendiri,

mengidentifikasi penguat yang cocok, merencanakan graded steps (langkah-

langkah yang diberi nilai) untuk mencapai tujuannya, dan menetapkan kapan

menerapkan konsekuensi.

2.3.2 Tujuan Teknik Self Management

Tujuan dari teknik self management (pengelolaan diri) yaitu agar individu

secara teliti dapat menempatkan diri dalam situasi-situasi yang menghambat

tingkah laku yang mereka hendak hilangkan dan belajar untuk mencegah

27
timbulnya perilaku atau masalah yang tidak dikehendaki. Dalam arti individu

dapat mengelola pikiran, perasaan dan perbuatan mereka sehingga mendorong

pada pengindraan terhadap hal-hal yang tidak baik dan peningkatan hal-hal yang

baik dan benar.

2.2.3 Manfaat Teknik Self Managemen

Manfaat dari pengelolaan diri, diantaranya yaitu:

1. Membantu individu untuk dapat mengelola diri baik pikiran, perasaan

atau perbuatan sehingga dapat berkembang secara optimal.

2. Dengan melibatkan individu secara aktif maka akan menimbulkan

perasaan bebas dari kontrol orang lain.

3. Dengan meletakkan tanggung jawab perubahan sepenuhnya kepada

individu maka dia akan menganggap bahwa perubahan yang terjadi

karena usahanya sendiri dan lebih tahan lama.

4. Individu dapat semakin mampu untuk menjalani hidup yang diarahkan

sendiri dan tidak tergandung lagi pada konselor untuk berurusan

dengan masalah mereka.

2.2.4 Prosedur Self Management

Dalam pelaksanaan tehnik ini biasanya diikuti dengan pengaturam

lingkungan untuk mempermudah terlaksanya pengelolahan diri. Pengaturan

lingkungan dapat berupa:

28
1. Mengubah lingkungan fisik sehingga perilaku yang tidak dikehendaki

sulit dan tidak mungkin terlaksana.

2. Mengubah lingkungan sosial sehingga lingkungan sosial ikut

mengontrol tingkah laku konseli.

3. Mengubah lingkungan atau kebiasaan sehingga perilaku yang

dikehendaki hanya dapat dilakukan pada waktu dan tempat tertentu

saja (Sukadji, 1993 dalam Gantina 2011).

2.2.5 Tahap-tahap Tehnik Self Management

1. Tahap monitor diri atau observasi diri

konseli mengamati tingkah lakunya sendiri dengan sengaja serta

mencatatnya dengan teliti. Catatan ini dapat menggunakan daftar ceka

atau catatan observasi kualitatif. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh

konseli dalam mencatat tingkah laku adalah frekuensi, intensitas, dan

durasi tingkah laku.

2. Tahap evaluasi diri

Konseli membandingakan catatan tingkah laku dengan target tingkah

laku yang dibuat oleh konseli. Perbandingan ini di buat untuk

mengevaluasi efektifitas dan efesiensi program. Bila program tidak

berhasil maka perlu ditinjau kembali program tersebut.

3. Tahap pemberanian penguatan, penghapusan atau hukuman

Konseli mengatur dirinya memberikan penguatan, menghapus dan

memberikan hukuman pada diri sendiri. Tahap ini merupakan tahap

yang paling sulit karena membutuhkan kemauan yang kuat dari konseli

29
untuk melaksanakan program yang telah dibuat secara kontinyu

(Sukadji, 1983 dalam Gantina, 2011).

30
BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESA

3.1 Kerangka konsep

Faktor-faktor yang mempengaruhi Faktor-faktor yang mempengaruhi


pengetahuan ibu demam

1) Pendidikan 1) Demam infeksi


2) Informasi a. Infeksi virus
3) Sosial, budaya dan ekonomi b. Infeksi bakteri
4) Lingkungan 2) Demam non-infeksi
5) Pengalaman 3) Demam fisiologis
6) Umur

Pengetahuan ibu Kemampuan penanganan self


manajemen demam pada anak

Keterangan :

31
: Di teliti

: Tidak diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Self Manajemen Demam pada Anak Studi pada

Ibu di Desa Rejosari kec. Sawahan kab. Madiun

Gambar 3.1 diatas dapat dijelaskan bahwa pengetahuan ibu segala sesuatu yang

diketahui oleh manusia yang ditangkap dari berbagai sumber (Ihsan,2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ibu Pendidikan, Informasi, Sosial,

budaya dan ekonomi, Lingkungan, Pengalaman, Umur, (Budiman &

Riyanto,2013). Faktor-faktor yang mempengaruhi demam Demam infeksi (Infeksi

virus, Infeksi bakteri), Demam non-infeksi,Demam fisiologis, (Mahendra,2013).

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah sebuah pernyataan tentang sesuatu yang di duga atau

hubungan yang diharapkan antara dua variabel atau lebih yang dapat di uji secara

empiris. Hipotesis atau dugaan (bukti) sementara diperlukan untuk memadu jalan

pikiran ke arah tujuan yang dicapai ( Notoadmodjo,2010 dalam Miftakul,2016).

Hа : Terdapat hubungan dengan pengetahuan ibu terhadap self management

demam pada anak studi ibu di Desa Rejosari kec. Sawahan kab. Madiun.

32
33

Anda mungkin juga menyukai