PENDAHULUAN
1.1. Pengertian obat tetes mata
Obat tetes mata atau Guttae Opthalmicae adalah sediaan steril berupa larutan atau
suspensi, digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata di sekitar
kelopak mata dan bola mata. (Farmakope Indonesia edisi III, hal 10).
Larutan obat mata adalah larutan steril, bebas partikel asing. Larutan obat mata
merupakan sediaan yang dibuat dan dikemas sedemikian rupa sesuai digunakan pada mata.
(Farmakope Indonesia edisi IV, hal 12).
Dengan definisi resmi larutan untuk mata adalah larutan steril yang dicampur dan dikemas
untuk dimasukkan ke dalam mata. Selain steril preparat tersebut memerlukan pertimbangan
yang cermat terhadap faktor-faktor farmasi seperti kebutuhan bahan antimikroba, isotonisitas,
dapar, viskositas dan pengemasan yang cocok (Ansel hal 541).
Pembuatan tetes mata pada dasarnya dilakukan pada kondisi kerja aseptik dimana penggunaan
air yang sempurna serta material wadah dan penutup yang diproses dulu dengan anti bakterial.
Sejauh sterilitas sediaannya diragukan, sebaiknya dilakukan sterilisasi akhir (sterilisasi uap),
atau menyaring larutan dengan filter pembebas bakteri. Beberapa Farmakope memungkinkan
proses termokimia sebagai upaya membasmi mikroba.
b. Kejernihan
Persyaratan larutan bebas partikel yang tidak dimaksudkan untuk menghindari rangsangan
akibat bahan padat. Melalui filtrasi dengan menggunakan kertas saring atau kain wol tidak dapat
dihasilkan larutan bebas bahan melayang. Oleh karena itu sbagai material penyaring digunakan
leburan gelas, misalnya Jenner Fritten dengan ukuran pori G3-G5.
c. Pengawet
Karena sediaan tetes mata cenderung dosis ganda, maka akan ada kemungkinan kontaminasi
saat penggunaan oleh pasien. Dari sekian banyak bahan pengawet yang digunakan secara
farmasetika yang sering kali digunakan adalah thio mersal (0,002%), garam fenil merkuri
(0,002%), garam alkonium dan garam benzalkonium (0,002 - 0,01 %) dalam klorbutanol
(0,5%) dan benzyl alkohol (0,5 -1 %).
1
d. Tonisitas
Untuk sediaan tetes mata sebaiknya isotonis (memiliki tekanan osmotic yang setara dengan
tekanan cairan mata atau setara dengan larutan garam fisiologis atau NaCl 0,9%).
Mata dapat mentoleransi larutan dengan rentang nilai tonisitas ekivalen dengan 0,5%-1,6%
larutan NaCl tanpa menimbulkan rasa tidak nyaman.
e. Pendaparan
Pada pemakaian tetes biasa yang nyaris tanpa rasa nyeri adalah larutan dengan pH 7,3 – 9,7
daerah pH 5,5 – 11,4 masih dapat diterima. Pengaturan larutan dalam kondisi isohidri (pH= 7,4)
adalah sangat berguna untuk mencapai rasa bebas nyeri yan sempurna, meskipun hal ini sangat
sulit direalisasikan karena zat aktif memiliki stabilitas pada pH tertentu.
Penyeimbangan pH pada umumnya dilakukan dengan larutan dapar isotonis. Larutan dapar
berikut digunakan secara internasional:
- Dapar natrium asetat – asam borat, kapasitas daparnya tinggi dalam daerah asam.
- Dapar fosfat, kapasitas daparnya tinggi dalam daerah alkalis.
f. Viskositas dan aktivitas permukaan
Tetes mata dalam air mempunyai kerugian, oleh karena mereka dapat ditekan keluar dari saluran
konjungival oleh gerakan pelupuk mata. Oleh karena itu waktu kontaknya pada mata menurun.
Melalui peningkatan viskositas dapat dicapai distribusi bahan aktif yang lebih baik didalam
cairan dan waktu kontak yang lebih panjang. Lagi pula sediaan tersebut memiliki sifat lunak
dan licin sehingga dapat mengurangi rasa nyeri. Oleh karena itu sediaan ini sering dipakai pada
pengobatan keratokonjungtifis. Sebagai peningkat viskositas digunakan metil selulosa dan
pilivinilpirolidon (PVP).
2
BAB II
PREFORMULASI
2.2. Cholaramphenicolum
Laevomycetinum
Kloramfenikol mengandung tidak kurang dari 97,0 % dan tidak lebih dari 103,0 % C11H12Cl2N2O5,
dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.
3
Pemerian.
Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih hingga putih kelabu atau
putih kekuningan; tidak berbau; rasa sangat pahit. Dalam larutan asam lemah, mantap.
(FI Edisi III )
Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang; putih hingga putih kelabu atau
putih kekuningan; tidak berbau; rasa sangat pahit; larutan praktis netral terhadap lakmus;
stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam. (FI Edisi IV)
Kelarutan.
Menurut FI Ed IV
Sukar larut dalam air; mudah larut dalam etanol, dalam propilenglikol, dalam aseton dan
dalam etil asetat.
Menurut FI Ed III
Larut dalam lebih kurang 400 bagian air, dalam 2,5 bagian etanol (95 %) dan dalam 7
bagian propilenglikol; sukar larut dalam kloroform dan dalam eter.
Khasiat : Antibiotikum.
4
2.2.2 Acidum Boricum
Asam Borat
H3BO3 BM 61,83
Asam Borat mengandung tidak kurang dari 99,5% H3BO3
Pemerian : Hablur, serbuk hablur putih atau sisik mengkilap tidak berwarna; kasar;
tidak berbau; rasa gak asam dan pahit kemudian manis.
Kelarutan : Larut dalam 20 bagian air, dalam 3 bagian air mendidih, dalam 16 bagian
etanol (95%) P, dan dalam 5 bagian gliserol P
Kesempurnaan : Melarut 1 g larut sempurna dalam 30 bagian air, larutan jernih, dan
tidak berwarna
Keasaman Kebasaan : pH 3,8 sampai 4,8; penetapan dilakukan menggunakan larutan 3,0
g dalam 80 ml air mendidih, didinginkan dan diencerkan dengan
air secukupnya hingga 90,0 ml
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Khasiat : Pendapar
Literatur : Farmakope Indonesia halaman 49
5
Khasiat : Antiseptikum ekstern
Literatur : Farmakope Indonesia Edisi III hal 427
6
BAB III
FORMULASI
3.1 Formula
Formula yang diinginkan:
R/ Kloramfenikol
Sod. Eye . drop 10 ml
Mds. oc. ds. gtt III
Formula standar
Menurut Formularium Nasional Edisi ke dua halaman 65
Komposisi : tiap 10 ml mengandung:
Chloramphenicolum 50 mg
Acidum Boricum 150 mg
Natrii Tetraboras 30 mg
Phenylhydragyri Nitras 200 µg
Aqua destillata hingga 10 ml
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk.
Catatan : 1. Disterilkan dengan cara sterilisasi B atau C
2. Pada etiket harus juga tertera: Daluwarsa
Kelengkapan Resep :
OTT:
Usul: Aqua Destilata diganti dengan Aqua p.i
7
USUL PENYEMPURNAAN SEDIAAN
1. Zat aktif tidak larut dalam air sehingga perlu dilarutkan dalam pelarut netral atau agak asam
jadi dilarutkan dalam natrii tetraboras dan dikombinasikan dengan asam borak karena
merupakan larutan asam yang tidak terlalu kuat. Asam borak ditambahkan untuk
meningkatkan efektifitas natrii tetraboras.
2. Harus Isohidris digunakan dapar pH 7 Natrii tetraboras. Selain itu Natrii tetraboras juga
berfungsi sebagai buffering agent
3. Air mudah ditumbuhi jamur digunakan bahan pengawet Phenylhydrargyri Nitras.
3.2 Pehitungan
Perhitungan untuk 3 botol @ 10 ml
Volume = 10 x 3ml = 30 ml
= 30 ml + (20% x 30 ml)
= 30 ml + 6 ml = 36 ml
Chloramphenicolum = 50 mg x 36ml / 10 ml
= 180 mg
Acidum Boricum = 150 mg x 36 ml/ 10 ml
= 540 mg
Natrii Tetraboras = 30 mg x 36 ml/ 10 ml
= 108 mg
Phenylhydragyri Nitras = 200 µg x 36 ml/10ml
= 0,72 mg
Sediaan 1% = 0,00072 g/ 1 g x 100ml
= 0,072 ml x 20 tetes/ ml
= 1,44 tetes ~ 1 tetes
Aqua p.i ad 36 ml
3.3 Penimbangan
Chloramphenicolum = 180 mg
8
Acidum Boricum = 540 mg
Natrii Tetraboras = 108 mg
Phenylhydragyri Nitras = 0,72 mg = 1 tetes
Aqua p.i ad 36 ml
BAB IV
PELAKSANAAN
4.1.2 Bahan
Chloramphenicolum 180 mg
Acidum Boricum 540 mg
Natrii Tetraboras 108 mg
Phenylhydragyri Nitras 0,72 mg = 1 tetes
Aqua p.i ad 36 ml
Sterilisasi Alat
Nama alat Cara sterilisasi Waktu
Spatel logam, pinset logam, Flambir 20 detik
batang pengaduk, kaca arloji
Cawan penguap Oven 170⁰ C 30 menit
9
Gelas ukur, pipet, corong Autoklaf 121⁰ C) 15 menit
Karet pipet Rebus 30 menit
kertas saring lipat terpasang Autoklaf (115 - 116 ⁰ C) 30 menit
Erlenmeyer Oven 170⁰ C 30 menit
Beacker glass Oven 170⁰ C 30 menit
Wadah tetes mata tanpa tutup Direndam dengan alkohol
Tutup wadah tetes mata Direndam dengan alkohol
Aqua pi bebas CO2 Panaskan 30 menit
Larutan Obat Autoklaf 115-166° 30 menit
Klorampenikol Filtrasi 30 menit
4.3 Evaluasi
4.3.1. Uji Kejernihan ( Lachman Teori dan Praktek Farmasi Industri hal 1355 )
10
- Cara : Memeriksa wadah bersih dari dari luar di bawah penerangan cahaya yang baik
terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya dan menggunakan latar belakang
hitam putih dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar.
- Syarat : Semua wadah diperiksa secara visual dan tiap partikel yang terlihat
dibuang dari wadah, batas 50 partikel 10ųm dan lebih besar 5 partikel
≥25 ųm/ml volume wadah yang tertera pada etiket bila isi digabung.
4.4 Pengemasan
Wadah : Tiap Botol Tetes @10 ml
Etiket : Biru
Kemasan : Botol Tetes dalam dus
Dus dan brosur : Terlampir
11
BAB V
KESIMPULAN
Menurut Formularium Nasional Edisi kedua yang dimaksud dengan obat tetes (guttae)
adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi, atau suspense, yang dimaksudkan dengan obat
dalam atau luar, digunakan dengan cara meneteskan menggunakan penetes yang
menghasilkan tetesan setara dengan tetesan yang dihalsikan penetes baku yang
disebutkan dalam Farmakope Indonesia.
Obat mata (Guttae Opthalmicae) adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi
digunakan untuk mata, dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar
kelopak mata dan bola mata.
Peranan kloramfenikol sebagai obat tetes mata adalah antibiotik yang mempunyai aktifitas
bakteriostatik, dan pada dosis tinggi bersifat bakterisid.
Evaluasi pada obat tetes mata, yaitu pH sediaan akhir yaitu 7, dan jernih.
12
DAFTAR PUSTAKA
Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktik. Yogyakarta :Gadjah Mada
University. Press.
Ansel, H.C. 2008.Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi Keempat. Jakarta : UI Press.
Wattimena JR. Dasar- dasar pembuatan dan resep – resep obat suntik. 1968. Bandung :
Penerbit. Ternate.
James E.F Reynold. 1982. Martindale edisi 28.London : The Pharmaceutical press.
Lachman, L., H.A. Lieberman, dan J.L.Kanig. 2008. Teori dan Praktek Farmasi Industri.
Jakarta: UI Press.
13
LAMPIRAN
DUS
14
15
ETIKET BROSUR
V-COOL
Tetes Mata Kloramfenikol
Komposisi :
Tiap 10 ml mengandung :
Kloramfenikol ………………… 50 mg
Farmakologi:
Indikasi :
Kontra Indikasi :
Efek Sampng :
Aturan Pakai :
Kemasan :
1 Botol @ 10ml
Penyimpanan :
No.Batch : 19091990 16
Exp. Date : okt 2018
Jakarta - Indonesia