Disusun Oleh:
Wisanggeni Yudha Satria
111.170.067
Kelompok 08
Disusun Oleh:
. Seseorang .
Yang Punya Jabatan
i
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 21
iv
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
Gambar 1: Sebaran fisiografi Pegunungan Selatan (dari Pannekoek, 1949; Van Bemmelen, 1949;
dengan modifikasi).
Secara fisiografis, Pegunungan Selatan Jawa Timur bagian barat (untuk selanjutnya
disebut secara singkat sebagai Pegunungan Selatan, untuk alasan kepraktisan) dapat
dibagi menjadi tiga zona. Bagian utara merupakan lajur-lajur pegunungan dengan relief
yang kuat. Lajur paling timur dibentuk oleh Lajur Kambengan dan Lajur Plopoh. Kedua
lajur tersebut dipisahkan oleh lembah Sungai Bengawan Solo. Lajur tengah dan barat
dibentuk oleh Lajur Baturagung. Bagian selatan dibentuk oleh topografi karst yang
ekstensif dan dicirikan oleh rangkaian perbukitan kerucut. Ciri terakhir ini membuat
daerah tersebut dikenal dengan nama Gunung Sewu yang menerus dari selatan
Yogyakarta hingga Teluk Pacitan. Di selatan Giritontro suatu lembah sungai kering
membelah topografi karst dengan arah UTL SBD. Lajur pegunungan di utara dan
topografi karst di selatan dipisahkan oleh depresi topografi yang membentuk Cekungan
Wonosari dan Cekungan Baturetno. Kedua cekungan tersebut dipisahkan oleh
Pegunungan Panggung (Panggung Massif). Aliran air sungai permukaan berkembang
dengan baik di kedua cekungan, dengan daerah aliran sungai (DAS) Oyo yang
berkembang di Cekungan Wonosari dan DAS Bengawan Solo yang berkembang
Cekungan Baturetno.
Dari kolom stratigrafi diatas dapat dijelaskan urutan serta hubungan stratigrafi
pegunungan selatan adalah sebagai berikut:
Formasi Kebo
Terdiri dari perselingan konglomerat, batupasir tufaan, serpih dan lanau. Di
beberapa tempat dijumpai adanya lava bantal dan intrusi diorit. Ketebalan formasi
ini sekitar 800 meter dan diendapkan di lingkungan laut, dan pada umumnya
memperlihatkan endapan aliran gravitasi (gravity-flow deposits). Formasi Kebo
merupakan perselingan antara batupasir dan batupasir kerikilan, dengan
sisipan batulanau, batulempung, tuf, dan serpih. Lava Bantal Nampurejo yang
berkomposisi basal dan berselingan dengan batupasir hitam vulkanik banyak
ditemukan pada bagian bawah Formasi Kebo.
Formasi Butak
Lokasi tipe formasi ini terdapat di Gunung Butak yang terletak di Sub-zona
Baturagung. Formasi Butak yang selaras dengan Formasi Kebo tersusun atas breksi
polimik dengan selingan batupasir, batupasir kerikilan, batulempung dan
batulanau/serpih. Struktur sedimen yang ditemukan berupa perlapisan normal,
permukaan erosi, imbrikasi fragmen dan burrow. Kepingan arang dan fosil
foraminifera banyak ditemukan pada bagian atas formasi ini dan menunjukkan ciri
endapan aliran gravitasi di lingkungan laut. Formasi ini berumur Oligosen. Ciri
Formasi Kebo dan Formasi Butak di beberapa tempat tidak begitu nyata sehingga,
pada umumnya beberapa peneliti menyebutnya sebagai Formasi Kebo-Butak yang
berumur Oligosen Atas (N1-N3).
Formasi Mandalika
Lokasi tipe formasi ini terdapat di Desa Mandalika. Formasi ini memiliki
ketebalan antara 80-200m. Formasi ini tersusun oleh lava andesitik-basaltik,
porphyry, petite, rhyolite dan dasit, lava andesitik, tuff dasit dengan dioritik dyke,
dan breksi andesitik yang ter-prophylite-kan, andesit, dasit, breksi vulkanik,
gamping kristalin, dengan interklastika dari batupasir dan batulanau yang
memperlihatkan ciri endapan darat. Satuan ini berbeda fasies secara menjari dengan
anggota tuff dari Formasi Kebo-Butak.
Formasi Semilir
Formasi ini tersingkap baik di Gunung Semilir di sekitar Baturagung, terdiri
dari perselingan tufa, tufa lapili, batupasir tufaan, batulempung, serpih dan
batulanau dengan sisipan breksi, sebagai endapan aliran gravitasi di lingkungan laut
dalam. Formasi ini berumur Oligosen Awal (N1-N2).
Formasi Nglanggeran
Lokasi tipenya adalah di Desa Nglanggeran. Formasi ini terdiri dari breksi
dengan sisipan batupasir tufaan, yang memperlihatkan sebagai endapan aliran
gravitasi pada lingkungan laut. Formasi ini berumur Oligosen Akhir (N3). Formasi
Nglanggeran, pada umumnya selaras di atas Formasi Semilir, akan tetapi di tempat-
tempat lainnya, kedua formasi tersebut saling menjari (Surono, 1989).
Formasi Sambipitu
Lokasi tipenya terdapat di Desa Sambipitu. Formasi ini tersusun oleh
perselingan antara batupasir tufaan, serpih dan batulanau, yang memperlihatkan ciri
endapan turbidit. Di bagian atas sering dijumpai adanya struktur slump skala besar.
Satuan ini selaras di atas Formasi Nglanggeran, dan merupakan endapan
lingkungan laut pada Miosen Awal bagian tengah - Miosen awal bagian akhir (N6
- N8).
Formasi Oyo
Formasi ini tersingkap baik di Kali Oyo sebagai lokasi tipenya, terdiri dari
perselingan batugamping bioklastik, kalkarenit, batugamping pasiran dan napal
dengan sisipan konglomerat batugamping. Satuan ini diendapkan pada lingkungan
paparan dangkal pada Miosen Tengah (N10-N12).
Formasi Wonosari
Formasi ini tersingkap baik di daerah Wonosari dan sekitarnya, membentuk
morfologi karst, terdiri dari batugamping terumbu, batugamping bioklastik berlapis
dan napal. Satuan batuan ini merupakan endapan karbonat paparan (carbonate
platform) pada Miosen Tengah hingga Miosen Akhir (N9-N18). Formasi Wonosari
ini mempunyai hubungan selaras di atas Formasi Oyo, tetapi di beberapa tempat,
bagian bawah formasi ini saling berhubungan silang jari dengan Formasi Oyo.
Formasi Kepek
Lokasi tipenya terdapat di Kali Kepek, tersusun oleh batugamping dan napal
dengan ketebalan mencapai 200 meter. Litologi satuan ini menunjukkan ciri
endapan paparan laut dangkal dan merupakan bagian dari sistem endapan karbonat
paparan pada umur Miosen Akhir (N15-N18).
PEMBAHASAN
Deskripsi Lapangan
Lokasi pengamatan 6 berada di bagian paling timur dari sungai. Stopsite ini
terletak pada bagian bawah dari air terjun yang pada saat dilakukan pengamatan
sedang kering. Pada stopsite ini ditemukan bidang sesar yang antara bidang sesar
dan bagian yang tidak terkena dampak sesar itu menunjukkan perbedaan yang
sangat kontras mulai dari warna hingga ukuran butirnya.
Gambar 4: Foto singkapan batuan di LP6, foto diambil oleh Randy (azimuth N149°E).
Deskripsi Litologi
Lapisan : 01
Jenis Bat. : Batuan Sedimen Silisiklastik
Deskripsi : Batulanau, hitam kelabu, lanau (1/16 – 1/256 mm), perlapisan.
Gambar 6: Foto litologi batupasir pada LP6.
Lapisan : 02
Jenis Bat. : Batuan Sedimen Silisiklastik
Deskripsi : Batupasir, abu-abu, pasir halus (1/4 – 1/8 mm), membundar, well
sorted, grain supported, perlapisan.
Data Pengukuran
Azimuth breksiasi :
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
?????
Albi D. 2011. Geologi dan Studi Lingkungan Pengendapan Satuan Batupasir Formasi
Semilir Daerah Patuk, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul,
Provinsi D.I. Yogyakarta. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Fakultas Teknologi
Mineral. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Husein, Salahuddin & Srijono. 2007. Tinjauan Geomorfologi Pegunungan Selatan
D.I.Y. dan Jawa Tengah: Telaah Peran Faktor Endogenik dan Eksogenik
Dalam Proses Pembentukan Pegunungan. Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada.
Noor, Djauhari. 2014. Pengantar Geologi. Yogyakarta: Deepublish.
Ragan, Donal M., 1973. Structural Geology: An Introduction to Geometrical
Techniques, Edisi Kedua, John Wiley and Sons, New York.
Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia, vol. I.A: General Geology of
Indonesia. Den Haag: Martinus Nyhoff.