Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN ACARA

EKSKURSI GEOLOGI STRUKTUR

Disusun Oleh:
Wisanggeni Yudha Satria
111.170.067
Kelompok 08

LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIS


SIE. GEOLOGI STRUKTUR
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2018
HALAMAN PENGESAHAN

“ LAPORAN ACARA EKSKURSI GEOLOGI STRUKTUR ”

Diajukan sebagai hasil akhir dari kegiatan ekskursi praktikum


Geologi Struktur pada Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi
Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta,
tahun ajaran 2018/2019.

Disusun Oleh:

.Wisanggeni Yudha Satria .


111.170.067

Yogyakarta, Desember 2018


Disahkan Oleh,

. Seseorang .
Yang Punya Jabatan

LABORATORIUM GEOLOGI DINAMIS


SIE. GEOLOGI STRUKTUR
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2018

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb.


Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas hidayah serta ridho-Nya,
karena kami dapat menyelesaikan “Laporan Acara Ekskursi Geologi Struktur”
Praktikum Geologi Struktur di Kecamatan Bayat, Klaten, Jawa Tengah. Ucapan terima
kasih kami sampaikan kepada:
1. Allah SWT.
2. Orang tua kami yang telah memberikan dukungan moral dan material.
3. Bapak Ir. Teguh Jatmiko, M.T. selaku dosen mata kuliah Sedimentologi yang
telah membimbing kami selama acara lapangan karbonat ini.
4. Para staff asisten Geologi Struktur, dan
5. Pihak-pihak lainnya yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Laporan Acara Ekskursi Geologi Struktur ini kami buat sebagai pelengkap tugas
praktikum yang telah dilaksanakan di Laboratorium Geologi Struktur Fakultas
Teknologi Mineral, Jurusan Teknik Geologi, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta, tahun akademik 2018/2019.
Namun kami menyadari bahwa tentunya masih terdapat beberapa kekurangan
dalam penyusunan laporan ini, baik dalam isinya maupun penyajiannya yang mungkin
kurang memuaskan bagi para pembaca. Oleh karena itu, kami meminta maaf kepada
para pembaca untuk segala kekurangan dan kesalahan penyusun.
Akhir kata, kami berharap semoga Laporan Acara Lapangan Karbonat ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca khususnya untuk menambah pengetahuan dan
perkembangan ilmu geologi pada umum nya. Terima kasih.
Wassalamualaikum, Wr. Wb.

Yogyakarta, Desember 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................................... i


KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 6
1.1. Latar Belakang ................................................................................................................ 6
1.2. Maksud dan Tujuan ......................................................................................................... 6
1.3. Batasan Masalah .............................................................................................................. 6
1.4. Geologi Regional............................................................................................................. 6
1.4.1. Fisiografi Pegunungan Selatan ................................................................................. 6
1.4.2. Stratigrafi Pegunungan Selatan ................................................................................ 8
1.4.3. Geomorfologi Daerah Pengamatan ........................................................................ 12
1.5. Dasar Teori .................................................................................................................... 13
1.5.1. Prinsip Dasar Mekanika Batuan ............................................................................. 13
1.5.2. Kekar (Fracture)..................................................................................................... 13
1.5.3. Sesar (Fault) ........................................................................................................... 14
1.5.4. Lipatan (Fold) ......................................................................................................... 14
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 16
2.1. Stop Site Trembono....................................................................................................... 16
2.1.1. Lokasi Pengamatan 1 .............................................................................................. 16
2.1.2. Lokasi Pengamatan 2 .............................................................................................. 16
2.1.3. Lokasi Pengamatan 3 .............................................................................................. 16
2.1.4. Lokasi Pengamatan 4 .............................................................................................. 16
2.1.5. Lokasi Pengamatan 5 .............................................................................................. 16
2.1.6. Lokasi Pengamatan 6 .............................................................................................. 17
2.1.7. Lokasi Pengamatan 7 .............................................................................................. 18
2.2. Stop Site Ngawen .......................................................................................................... 19
2.2.1. Lokasi Pengamatan 1 .............................................................................................. 19
2.2.2. Lokasi Pengamatan 2 .............................................................................................. 19
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 20
3.1. Kesimpulan.................................................................................................................... 20
3.2. Kritik dan Saran ............................................................................................................ 20

iii
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 21

iv
DAFTAR GAMBAR

No table of figures entries found.

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Geologi struktur adalah cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang bentuk
arsitektur batuan pada kerak bumi serta proses terjadinya. Beberapa kalangan
berpendapat bahwa geologi struktur lebih ditekankan pada studi mengenai unsur-unsur
struktur geologi, seperti perlipatan (fold), rekahan (fracture), dan patahan (fault).
Bentuk arsitektur susunan batuan di suatu wilayah pada umumnya merupakan hasil
deformasi akibat gaya yang bekerja pada wilayah tersebut. Deformasi pada batuan
dapat berbentuk lipatan maupun patahan. Proses yang menyebabkan batuan-batuan
mengalami deformasi adalah gaya yang dapat berasal dari proses tektonik maupun non-
tektonik (gravitasi).
Bagian selatan Pulau Jawa

1.2. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan dari diadakan acara ekskursi ini adalah untuk mengaplikasikan
ilmu yang telah diperoleh baik dari laboratorium maupun perkuliahan geologi struktur,
meliputi:
1. Mengidentifikasi kenampakan struktur-struktur geologi di lapangan.
2. Mengukur kedudukan dari struktur-struktur geologi.
3. Menentukan nama dari struktur geologi dengan menganalisis data lapangan.
4. Menginterpretasikan arah gaya utama pembentuk struktur-struktur geologi di
daerah pengamatan.
5. Mengetahui hubungan antar struktur-struktur geologi di daerah pengamatan
dengan keadaan tektonik regional.

1.3. Batasan Masalah


?????

1.4. Geologi Regional

1.4.1. Fisiografi Pegunungan Selatan


Daerah pengamatan yang berada di Dusun Trembono dan Dusun Ngawen,
Kecamatan Bayat, Jawa Tengah termasuk ke dalam Zona Pegunungan Selatan oleh Van
Bemmelen. Pegunungan Selatan merupakan satuan fisiografi regional di bagian selatan
Jawa yang membentang dari Teluk Ciletuh di Jawa Barat hingga Semenanjung
Blambangan di ujung timur (eastern spur atau oosthoek) Jawa Timur (Pannekoek,
1949; Van Bemmelen, 1949). Pegunungan Selatan tidak dijumpai di Jawa Tengah,
yaitu dari Teluk Cilacap hingga Yogyakarta, dimana dataran aluvial pantai
menggantikannya. Kondisi tersebut menyebabkan zona Pegunungan Selatan dapat
dibagi menjadi dua, yaitu Pegunungan Selatan Jawa Barat yang terbentang dari Teluk
Ciletuh hingga Nusakambangan dan Pegunungan Selatan Jawa Timur yang melampar
dari Yogyakarta hingga Semenanjung Blambangan.

Gambar 1: Sebaran fisiografi Pegunungan Selatan (dari Pannekoek, 1949; Van Bemmelen, 1949;
dengan modifikasi).

Secara fisiografis, Pegunungan Selatan Jawa Timur bagian barat (untuk selanjutnya
disebut secara singkat sebagai Pegunungan Selatan, untuk alasan kepraktisan) dapat
dibagi menjadi tiga zona. Bagian utara merupakan lajur-lajur pegunungan dengan relief
yang kuat. Lajur paling timur dibentuk oleh Lajur Kambengan dan Lajur Plopoh. Kedua
lajur tersebut dipisahkan oleh lembah Sungai Bengawan Solo. Lajur tengah dan barat
dibentuk oleh Lajur Baturagung. Bagian selatan dibentuk oleh topografi karst yang
ekstensif dan dicirikan oleh rangkaian perbukitan kerucut. Ciri terakhir ini membuat
daerah tersebut dikenal dengan nama Gunung Sewu yang menerus dari selatan
Yogyakarta hingga Teluk Pacitan. Di selatan Giritontro suatu lembah sungai kering
membelah topografi karst dengan arah UTL SBD. Lajur pegunungan di utara dan
topografi karst di selatan dipisahkan oleh depresi topografi yang membentuk Cekungan
Wonosari dan Cekungan Baturetno. Kedua cekungan tersebut dipisahkan oleh
Pegunungan Panggung (Panggung Massif). Aliran air sungai permukaan berkembang
dengan baik di kedua cekungan, dengan daerah aliran sungai (DAS) Oyo yang
berkembang di Cekungan Wonosari dan DAS Bengawan Solo yang berkembang
Cekungan Baturetno.

1.4.2. Stratigrafi Pegunungan Selatan


Penamaan satuan litostratigrafi Pegunungan Selatan telah dikemukakan oleh
beberapa peneliti. Perbedaan ini terutama antara wilayah bagian barat (Parangtritis-
Wonosari) dan wilayah bagian timur (Wonosari-Pacitan). Urutan stratigrafi
Pegunungan Selatan bagian barat diusulkan diantaranya oleh Bothe (1929) dan Surono
(1989), dan di bagian timur diantaranya diajukan oleh Sartono (1964), Nahrowi (1979)
dan Pringgoprawiro (1985), sedangkan Samodra (1989) mengusulkan tatanan
stratigrafi di daerah peralihan antara bagian barat dan timur. Untuk penjelasan sesuai
dengan hubungan stratigrafi tiap satuan batuan dapat dilihat pada kolom stratigrafi
pegunungan selatan dibawah ini.
Gambar 2: Stratigrafi Pegunungan Selatan, Jawa Tengah (Surono, et al. 1992) dan penarikan umur
absolut menurut peneliti terdahulu.

Dari kolom stratigrafi diatas dapat dijelaskan urutan serta hubungan stratigrafi
pegunungan selatan adalah sebagai berikut:

 Batuan Dasar Pra-Tersier


Batuan berumur Pra-Tersier tersingkap di Pegunungan Jiwo daerah Bayat,
Klaten, tersusun oleh batuan metamorfosa batusabak, sekis, genis, serpentinit dan
batugamping kristalin. Batugamping mengandung Orbitolina hadir sebagai lensa-
lensa (bongkah) dalam batulempung. Berdasarkan kesamaannya dengan satuan
batuan yang ada di daerah Luk Ulo, Kebumen, Jawa Tengah, kelompok batuan ini
diperkirakan berumur Kapur Atas (Verbeek dan Fenomena, op.cit. Bothe, 1929).
 Formasi Wungkal – Gamping
Formasi Wungkal dicirikan oleh kalkarenit dengan sisipan batupasir dan
batulempung, sedangkan Formasi Gamping dicirikan oleh kalkarenit dan batupasir
tufaan. Di daerah Gamping (sebelah barat Kota Yogyakata, sebagai tipe lokasi),
Formasi Gamping ini dicirikan oleh batugamping yang berasosiasi dengan gamping
terumbu. Surono et al. (1989) menyebutnya sebagai Formasi Gamping-Wungkal
yang merupakan satu formasi yang tidak terpisahkan. Formasi tersebut berumur
Eosen Tengah-Eosen Atas. Diatas Formasi Wungkal dan Formasi Gamping
ditutupi secara tidak selaras oleh sedimen vulkaniklastik.

 Formasi Kebo
Terdiri dari perselingan konglomerat, batupasir tufaan, serpih dan lanau. Di
beberapa tempat dijumpai adanya lava bantal dan intrusi diorit. Ketebalan formasi
ini sekitar 800 meter dan diendapkan di lingkungan laut, dan pada umumnya
memperlihatkan endapan aliran gravitasi (gravity-flow deposits). Formasi Kebo
merupakan perselingan antara batupasir dan batupasir kerikilan, dengan
sisipan batulanau, batulempung, tuf, dan serpih. Lava Bantal Nampurejo yang
berkomposisi basal dan berselingan dengan batupasir hitam vulkanik banyak
ditemukan pada bagian bawah Formasi Kebo.

 Formasi Butak
Lokasi tipe formasi ini terdapat di Gunung Butak yang terletak di Sub-zona
Baturagung. Formasi Butak yang selaras dengan Formasi Kebo tersusun atas breksi
polimik dengan selingan batupasir, batupasir kerikilan, batulempung dan
batulanau/serpih. Struktur sedimen yang ditemukan berupa perlapisan normal,
permukaan erosi, imbrikasi fragmen dan burrow. Kepingan arang dan fosil
foraminifera banyak ditemukan pada bagian atas formasi ini dan menunjukkan ciri
endapan aliran gravitasi di lingkungan laut. Formasi ini berumur Oligosen. Ciri
Formasi Kebo dan Formasi Butak di beberapa tempat tidak begitu nyata sehingga,
pada umumnya beberapa peneliti menyebutnya sebagai Formasi Kebo-Butak yang
berumur Oligosen Atas (N1-N3).

 Formasi Mandalika
Lokasi tipe formasi ini terdapat di Desa Mandalika. Formasi ini memiliki
ketebalan antara 80-200m. Formasi ini tersusun oleh lava andesitik-basaltik,
porphyry, petite, rhyolite dan dasit, lava andesitik, tuff dasit dengan dioritik dyke,
dan breksi andesitik yang ter-prophylite-kan, andesit, dasit, breksi vulkanik,
gamping kristalin, dengan interklastika dari batupasir dan batulanau yang
memperlihatkan ciri endapan darat. Satuan ini berbeda fasies secara menjari dengan
anggota tuff dari Formasi Kebo-Butak.

 Formasi Semilir
Formasi ini tersingkap baik di Gunung Semilir di sekitar Baturagung, terdiri
dari perselingan tufa, tufa lapili, batupasir tufaan, batulempung, serpih dan
batulanau dengan sisipan breksi, sebagai endapan aliran gravitasi di lingkungan laut
dalam. Formasi ini berumur Oligosen Awal (N1-N2).

 Formasi Nglanggeran
Lokasi tipenya adalah di Desa Nglanggeran. Formasi ini terdiri dari breksi
dengan sisipan batupasir tufaan, yang memperlihatkan sebagai endapan aliran
gravitasi pada lingkungan laut. Formasi ini berumur Oligosen Akhir (N3). Formasi
Nglanggeran, pada umumnya selaras di atas Formasi Semilir, akan tetapi di tempat-
tempat lainnya, kedua formasi tersebut saling menjari (Surono, 1989).

 Formasi Sambipitu
Lokasi tipenya terdapat di Desa Sambipitu. Formasi ini tersusun oleh
perselingan antara batupasir tufaan, serpih dan batulanau, yang memperlihatkan ciri
endapan turbidit. Di bagian atas sering dijumpai adanya struktur slump skala besar.
Satuan ini selaras di atas Formasi Nglanggeran, dan merupakan endapan
lingkungan laut pada Miosen Awal bagian tengah - Miosen awal bagian akhir (N6
- N8).

 Formasi Oyo
Formasi ini tersingkap baik di Kali Oyo sebagai lokasi tipenya, terdiri dari
perselingan batugamping bioklastik, kalkarenit, batugamping pasiran dan napal
dengan sisipan konglomerat batugamping. Satuan ini diendapkan pada lingkungan
paparan dangkal pada Miosen Tengah (N10-N12).

 Formasi Wonosari
Formasi ini tersingkap baik di daerah Wonosari dan sekitarnya, membentuk
morfologi karst, terdiri dari batugamping terumbu, batugamping bioklastik berlapis
dan napal. Satuan batuan ini merupakan endapan karbonat paparan (carbonate
platform) pada Miosen Tengah hingga Miosen Akhir (N9-N18). Formasi Wonosari
ini mempunyai hubungan selaras di atas Formasi Oyo, tetapi di beberapa tempat,
bagian bawah formasi ini saling berhubungan silang jari dengan Formasi Oyo.

 Formasi Kepek
Lokasi tipenya terdapat di Kali Kepek, tersusun oleh batugamping dan napal
dengan ketebalan mencapai 200 meter. Litologi satuan ini menunjukkan ciri
endapan paparan laut dangkal dan merupakan bagian dari sistem endapan karbonat
paparan pada umur Miosen Akhir (N15-N18).

1.4.3. Geomorfologi Daerah Pengamatan


Daerah pengamatan yang berlokasi di Dusun Trembono dan Dusun Ngawen yang
termasuk kedalam zona Pegunungan Selatan bagian utara
DAERAH INI MASUK PEG. SELATAN BAG. UTARA ATAU PEGUNUNGAN
JIWO??

Gambar 3: Fisiografi Pegunungan Selatan Jawa Timur bagian barat.


1.5. Dasar Teori

1.5.1. Prinsip Dasar Mekanika Batuan


Mekanisme pembentukan suatu struktur geologi dapat dikaitkan dengan
pemahaman prinsip-prinsip dasar mekanika batuan, yaitu:
1. Gaya (Force) merupakan suatu vektor yang dapat mengubah gerak dan arah
pergerakan suatu benda. Gaya dapat bekerja secara seimbang terhadap suatu
benda (seperti gaya gravitasi dan elektromagnetik) atau bekerja hanya pada
bagian tertentu dari suatu benda (misalnya gaya-gaya yang bekerja di sepanjang
suatu sesar di permukaan bumi).
2. Tegasan (Stress) adalah gaya yang bekerja pada suatu luasan permukaan dari
suatu benda. Tegasan juga dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi yang
terjadi pada batuan sebagai respons dari gaya-gaya yang berasal dari luar.
Sekiranya perbedaan gaya telah melampaui kekuatan batuan maka
retakan/rekahan akan terjadi pada batuan tersebut. Kekuatan suatu batuan
sangat tergantung pada besarnya tegasan yang diperlukan untuk menghasilkan
retakan/rekahan.
3. Tegangan (Strain) merupakan gaya yang dihasilkan oleh tegasan, dan
melibatkan perubahan panjang, bentuk (distortion) atau dilatasi (dilation) atau
ketiga-tiganya. Bila terdapat perubahan tekanan litostatis, suatu benda
(homogen) akan berubah volumenya (dilatasi) tetapi bukan bentuknya.

1.5.2. Kekar (Fracture)


Kekar adalah struktur retakan/rekahan terbentuk pada batuan akibat suatu gaya
yang bekerja pada batuan tersebut dan belum mengalami pergeseran. Struktur kekar
dapat dikelompokkan berdasarkan sifat dan karakter retakan/rekahan serta arah gaya
yang bekerja pada batuan tersebut. Kekar yang umumnya dijumpai pada batuan akan
membentuk pola sebagai berikut:
1. Shear Joint (Kekar Gerus) adalah retakan/rekahan yang membentuk pola saling
berpotongan membentuk sudut lancip yang searah dengan arah gaya utama.
Kekar jenis shear joint umumnya bersifat tertutup.
2. Tension Joint adalah retakan/rekahan yang berpola sejajar dengan arah gaya
utama, Umumnya bentuk rekahan bersifat terbuka.
3. Extension Joint (Release Joint) adalah retakan/rekahan yang berpola tegak
lurus dengan arah gaya utama dan bentuk rekahan umumnya terbuka.

1.5.3. Sesar (Fault)


Patahan / sesar adalah struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran yang
arahnya sejajar dengan bidang rekahan atau bidang sesar. Umumnya disertai oleh
struktur yang lain seperti lipatan dan rekahan.
Sesar dapat dibagi kedalam beberapa jenis/tipe tergantung pada arah relatif
pergeserannya. Selama patahan/sesar dianggap sebagai suatu bidang datar, maka
konsep jurus dan kemiringan juga dapat dipakai, dengan demikian jurus dan kemiringan
dari suatu bidang sesar dapat diukur dan ditentukan.
Anderson (1951) dan Ragan (1973) mengenali sifat dari arah tegasan utama, dalam
hubungannya dengan hukum Coulomb mengenai batas kekuatan suatu massa yang
menyiratkan bahwa sesar naik, mendatar dan normal terbentuk pada atau dekat
permukaan bumi, yang terdapat 3 arah tegasan dengan 2 arah tegasan horizontal dan 1
arah tegasan vertikal.
Secara genesis, pergerakan relatif sepanjang sesar, dibedakan menjadi lima jenis
sesar (Hardwood, 2009), yaitu:
1. Sesar Naik (thrust fault) adalah sesar yang blok di atas bidang sesar bergerak
relatif naik terhadap blok yang berada di bawah bidang sesar, dengan sudut
kemiringan bidang sesar kurang dari 30°.
2. Sesar Berbalik (reverse fault) adalah sesar yang blok di atas bidang sesar
bergerak relatif naik terhadap blok yang berada di bawah bidang sesar, dengan
sudut kemiringan bidang sesar antara 30° hingga 90°.
3. Sesar Turun (gravity atau normal fault) adalah sesar yang blok di atas bidang
sesar bergerak relatif turun terhadap blok yang berada di bawah bidang sesar,
dengan sudut kemiringan bidang sesar antara 30° hingga 90°.
4. Detachment Fault adalah sesar yang blok di atas bidang sesar bergerak relatif
turun terhadap blok yang berada di bawah bidang sesar, dengan sudut
kemiringan bidang sesar kurang dari 30°.
5. Sesar Mendatar (strike-slip fault) adalah sesar yang pergerakannya sejajar
terhadap arah jurus bidangnya.

1.5.4. Lipatan (Fold)


Lipatan adalah deformasi lapisan batuan yang terjadi akibat dari gaya tegasan
sehingga batuan bergerak dari kedudukan semula membentuk lengkungan.
Berdasarkan bentuknya lipatan dapat dibagi dua, yaitu:
1. Lipatan Sinklin adalah bentuk lipatan yang cekung ke arah atas.
2. Lipatan Antiklin adalah lipatan yang cembung ke arah atas.
Batuan yang berbeda akan memiliki sifat yang berbeda terhadap gaya tegasan yang
bekerja pada batuan tersebut, dengan demikian kita juga dapat memperkirakan bahwa
beberapa batuan ketika terkena gaya tegasan yang sama akan retak atau patah,
sedangkan yang lainnya akan terlipat. Ketika batuan-batuan yang berbeda tersebut
berada di area yang sama, seperti batuan yang bersifat lentur menutupi batuan yang
bersifat getas, maka batuan yang getas kemungkinan akan patah dan batuan yang lentur
mungkin hanya melengkung atau terlipat diatas bidang patahan. Demikian juga ketika
batuan-batuan yang bersifat lentur mengalami retakan dibawah kondisi tekanan yang
tinggi, maka batuan tersebut kemungkinan terlipat sampai pada titik tertentu kemudian
akan tersesarkan, membentuk suatu patahan.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Stop Site Trembono

2.1.1. Lokasi Pengamatan 1

2.1.2. Lokasi Pengamatan 2

2.1.3. Lokasi Pengamatan 3

2.1.4. Lokasi Pengamatan 4

2.1.5. Lokasi Pengamatan 5


2.1.6. Lokasi Pengamatan 6

 Deskripsi Lapangan
Lokasi pengamatan 6 berada di bagian paling timur dari sungai. Stopsite ini
terletak pada bagian bawah dari air terjun yang pada saat dilakukan pengamatan
sedang kering. Pada stopsite ini ditemukan bidang sesar yang antara bidang sesar
dan bagian yang tidak terkena dampak sesar itu menunjukkan perbedaan yang
sangat kontras mulai dari warna hingga ukuran butirnya.

Gambar 4: Foto singkapan batuan di LP6, foto diambil oleh Randy (azimuth N149°E).

 Deskripsi Litologi

Gambar 5: Foto litologi batulanau pada LP6.

Lapisan : 01
Jenis Bat. : Batuan Sedimen Silisiklastik
Deskripsi : Batulanau, hitam kelabu, lanau (1/16 – 1/256 mm), perlapisan.
Gambar 6: Foto litologi batupasir pada LP6.

Lapisan : 02
Jenis Bat. : Batuan Sedimen Silisiklastik
Deskripsi : Batupasir, abu-abu, pasir halus (1/4 – 1/8 mm), membundar, well
sorted, grain supported, perlapisan.

 Data Pengukuran
Azimuth breksiasi :

2.1.7. Lokasi Pengamatan 7


2.2. Stop Site Ngawen

2.2.1. Lokasi Pengamatan 1

2.2.2. Lokasi Pengamatan 2


BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
?????

3.2. Kritik dan Saran


?????
DAFTAR PUSTAKA

Albi D. 2011. Geologi dan Studi Lingkungan Pengendapan Satuan Batupasir Formasi
Semilir Daerah Patuk, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul,
Provinsi D.I. Yogyakarta. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Fakultas Teknologi
Mineral. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
Husein, Salahuddin & Srijono. 2007. Tinjauan Geomorfologi Pegunungan Selatan
D.I.Y. dan Jawa Tengah: Telaah Peran Faktor Endogenik dan Eksogenik
Dalam Proses Pembentukan Pegunungan. Yogyakarta: Universitas Gajah
Mada.
Noor, Djauhari. 2014. Pengantar Geologi. Yogyakarta: Deepublish.
Ragan, Donal M., 1973. Structural Geology: An Introduction to Geometrical
Techniques, Edisi Kedua, John Wiley and Sons, New York.
Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia, vol. I.A: General Geology of
Indonesia. Den Haag: Martinus Nyhoff.

Anda mungkin juga menyukai