Anda di halaman 1dari 5

TENTANG EKSEPSI DALAM PERKARA BAPAK DJOKO

1. Eksepsi Obscuur Libel, yaitu eksepsi yang diajukan oleh Tergugat dalam hal gugatan
Penggugat tidak terang atau isinya tidak jelas, contohnya tidak jelas dasar
hukumnya, tidak jelas obyek sengketanya, petitum tidak rinci dijabarkan dan
permasalahan antara posita wanprestasi atau perbuatan melawan hukum.

Dalam gugatan tersebut yang menjadi objek sengketanya tidak jelas berapa jumlah
uang yang menjadi kerugian dari pihak penggugat. Penggugat dalam hal ini juga
terkesan mengada-ada dan tidak jelas, tampak pada pernyataan Penggugat pada
poin 4 dalam gugatannya yang menyatakan sejak pada akhir tahun 2012 semua
dana dukungan operasional dikirimkan oleh penggugat ke nomor rekening pribadi
tergugat. Setelah mengamati rekening koran milik tergugat, tergugat telah
menerima dana dari penggugat sebanyak 16 kali, namun anehnya dari ke 16 kali
transaksi tersebut penggugat berdalil bahwa ada 4 kali transaksi pengiriman yang
tidak dibayar oleh tergugat yang dimana ke 4 transaksi yang diklaim oleh pihak
penggugat tersebut terdapat beberapa jedah yang cukup jauh dari transaksi yang
satu terhadap transaksi yang lainnya, yang menjadi pertanyaannya mengapa
transaksi yang belum menerima pembayaran yang satu ke yang lainya berjarak jauh
namun pihak penggugat tidak ada upaya untuk terlebih dahulu memintakan
pengembalian transaksi yang telah lama belum dikembalaikan daripada menerima
pembayaran/pengembalian transaksi yang terbaru sehingga tidak menimbulkan
potensi yang sangat besar merugikan pihak penggugat,dikarenakan idealnya
seorang pengusaha akan dapat memikir dampak negatip yang akan terjadi pada
dirinya apabila membiarkan pelunasanya berlarut-larut. Contohnya ialah pada
transaksi dengan permohonan tertanggal 12 Nopember 2012 sebesar Rp.
260.500.000 tidak dibayar oleh penggugat sedangkan sebanyak 7 kali transaksi
setelah itu selalu dibayarkan oleh tergugat kepada penggugat hingga pada sampai
transaksi pada tanggal 12 september 2014 kembali pihak penggugat mengklaim
bahwa transaksi pada tanggal tersebut tidak dibayarkan oleh tergugat kepada
penggugat. Berulang kembali 2 kali transaksi (520 juta dan 316 juta) setelah itu
tergugat selalu membayar kepada penggugat,setelah itu juga transaksi tertanggal
19 desember 2014 kembali lagi penggugat mengklaim bahwa transaksi pada tanggal
tersebut tidak dibayar oleh tergugat. Berulang lagi setelah transaksi tersebut dimana
transaksi terjadi sebanyak 2 kali transaksi (497,5 juta dan 650 juta) namun
bagaimana bisa pengugat mengizinkan tergugat melakukan pembayaran tanpa
melunasi/mengembalikan transaksi-tarnsaksi yang sebelumnya belum dilunasi
tergugat? Hingga kemudian untuk terakhirkalinya berdasarkan surat permohon
tertangggal 18 april 2015 sejumlah Rp. 579.000.000 penggugat mengklaim bahwa
traksaksi tersebut tidak dilunasi/dikembali tergugat kepada penggugat. Berdasarkan
fakta-fakta tersebut sangat menimbulkan keraguan yang sangat besar akan dalil-
dalil penggugat dalam gugatan tersebut.
2. Eksepsi error in persona adalah eksepsi yang dilakukan oleh Tergugat dalam hal
Penggugat tidak memiliki kapasitas atau hak untuk mengajukan perkara tersebut,
atau pihak yang digugat adalah tidak memiliki urusan dengan perkara tersebut, atau
pihak yang digugat tidak lengkap.

Dalam gugatan penggugat poin ke-5 menyatakan bahwa tergugat memakai nomor
rekening pribadi menjadi tujuan transfer dana dukungan operasional semata mata
hanya untuk memudahkan pembayaran kepada pihak ketiga. Namun dalam hal ini
penggugat tidak menyatakan secara jelas pihak ketiga itu siapa dan apabila
memang ada pihak lain lagi semestinya yang dimaksudkan penggugat sebagai pihak
ketiga harus juga dicantumkan sebagai pihak tergugat dalam gugatanya dengan
kata lain para pihaknya kurang. Dan dalam hal ini Penggugat tidak layak mengjadi
penggugat dikarenakan Penggugat sendirilah melakukan perbuatan yang
mengakibatkan PT PELAYARAN TARUNA EXPLOSIVE mengalami kerugian. Dan
jikalau memang PT PELAYARAN TARUNA EXPLOSIVE ingin melakukan gugatan
terhadapa Tergugat semestinya yang menjadi Penggugat ialah pemilik saham PT
PELAYARAN TARUNA EXPLOSIVE itu sendiri. Termasuk juga pemilik saham PT
PELAYARAN TARUNA EXPLOSIVE seharusnya menggugat Direksinya sendiri yang
melakukan transfer dana ke rekening pribadi Direksi Perusahaan lain (Tergugat),
secara perbuatan Direksi PT PELAYARAN TARUNA EXPLOSIVE telah dapat dikatakan
perbuatan itikad tidak baik dalam menjalankan tugas sebgai direksi PT PELAYARAN
TARUNA EXPLOSIVE.

3. Exceptio dilatoria yaitu eksepsi yang dilakukan oleh Tergugat dalam hal gugatan
penggugat belum dapat diterima untuk diperiksa sengketanya di pengadilan, karena
masih prematur, dalam arti gugatan yang diajukan masih terlampau dini. Contohnya
belum sampai batas waktu untuk menggugat karena telah dibuat penundaan
pembayaran oleh kreditur atau berdasarkan kesepakatan antara kreditur dengan
debitur.

Dalam paktanya Tergugat telah memiliki itikad baik untuk mengembalikan uang dan
serta membuat surat pernyataan bersedia bertanggungjawab secara pribadi. Dalam
hal ini juga tergugat telah meminta waktu untuk pelunasan dana tersebut kepada
Penggugat tertanggal 10 Agustus 2018 namun tanggal 11 Desember 2018
Penggugat melayangkan gugatan. Jadi menurut saya gugatan tersebut terlalu dini
dan tempo yang diberikan sangat cepat mengingat jumlah utang Tergugat lebih dari
900 jutaan yang wajib dibayarkan Bapak Djoko secara pribadi. Dan semestinya
sebelum Penggugat melayangkan gugatannya kepada Tergugat terlebih dahulu
semestinnya penggugat melakukan teguran atau peringatan terhadap Tergugat
untuk secepatnya melakukan pelunasan/pengembalian dana tersebut, namun dalam
hal ini penggugat hanya mengirim surat perhitungan dana tersebut tanpa adanya
suatu teguran terhadap Tergugat.
Tentang Perbuatan Melawan Hukum yang dilakukan tergugat

Secara umum ketentuan pasal 1365 KUH Perdata tersebut mengatur tentang
perbuatan melanggar hukum atau onrechtmatige daad. Suatu perbuatan dikatakan
melanggar hukum, apabila memenuhi empat unsur, yaitu perbuatan, melanggar,
kesalahan, dan kerugian.
Pengertian perbuatan dalam pasal 1365 KUH Perdata tersebut, terjadi karena
tindakan atau kelalaian untuk melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan atau
tidak seharusnya dilakukan. Pengertian melanggar terjadi karena perkembangan
masyarakat dalam menyesuaikan dengan keadaan. Pengertian melanggar semula
diartikan dalam arti sempit, yaitu apabila yang dilanggar adalah hukum yang berlaku
yang terdapat dalam undang-undang dan hak orang lain. Selanjutnya, karena
perkembangan jaman, pengertian melanggar ditafsirkan secara luas, yaitu apabila
yang dilanggar :
- hukum yang berlaku yang terdapat dalam perundang-undangan.
- hak orang lain.
- kelalaian yang melanggar hal orang lain atau bertentangan dengan kewajiban
menurut hukum yang berlaku, kesusilaan, kecermatan dalam mengatur
masyarakat terhadap orang atau benda.
1. Kesalahan mempunyai dua pengertian, yaitu :
a. arti luas, meliputi adanya unsur kesengajaan.
b. arti sempit, sebatas pada kelalaian
Sedangkan unsur dari kesalahan adalah :
- Disengaja.
- Tidak disengaja.

Suatu perbuatan dikatakan mempunyai kesalahan, apabila memenuhi syarat-


syarat adanya suatu kesalahan, yaitu :
- Perbuatan yang dilakukan harus dapat dihindarkan.
- Perbuatan tersebut dapat dipersalahkan kepada si pembuat, artinya bahwa ia
menyadari atau dapat menduga tentang akibatnya.
- Suatu akibat dapat di duga atau tidak, haruslah diukur secara :
Obyek, yaitu apabila menurut manusia yang normal akibat tersebut dapat
diduga.Subyektif, yaitu jika akibat tersebut menurut keahlian seseorang dapat
diduga.

2. Kesengajaan adalah perbuatan yang dilakukan dengan diketahui dan


dikehendaki. Untuk terjadinya kesengajaan tidak diperlukan adanya maksud
untuk menimbulkan kerugian kepada orang lain. Cukup kiranya jika si pembuat,
walaupun mengetahui akan akibatnya, tetapi ia tetap melakukan perbuatan
tersebut.

3. Kelalaian adalah perbuatan, dimana si pembuatnya mengetahui akan


kemungkinan terjadinya akibat yang merugikan orang lain.
Dalam Perkara Bapak Djoko ;

- Tergugat telah memiliki itikad baik untuk mengembalikan uang dan serta
membuat surat pernyataan bersedia bertanggungjawab secara pribadi. Dalam
hal ini juga tergugat telah meminta waktu untuk pelunasan dana tersebut
kepada Penggugat tertanggal 10 Agustus 2018 namun tanggal 11 Desember
2018 Penggugat melayangkan gugatan. Jadi menurut saya gugatan tersebut
terlalu dini dan tempo yang diberikan sangat cepat mengingat posisi Tergugat
yang telah berhenti dari pekerjaannya dan jumlah utang Tergugat lebih dari
900 jutaan yang wajib dibayarkan Tergugat (Bapak Djoko) secara pribadi. Dan
semestinya sebelum Penggugat melayangkan gugatannya kepada Tergugat
terlebih dahulu Pengugat melakukan teguran atau peringatan terhadap
Tergugat untuk secepatnya melakukan pelunasan,melainkan sejauh ini hanya
ada berupa surat Perhitungan Kerjasama Pendanaan diantar kedua belapihak.
- Tergugat mengalami kerugian yang sangat besar dikarenakan dibebankan
untuk membayar pelunasan kepada Penggugat secara pribadi, seharusnya
pembayaran tersebut dilakukan secara tanggung renteng oleh semua direksi PT
FAJAR SEGARA MURNI.
- Tergugat dalam hal ini apabila dinyatakan bersalah maka seharusnya
pemegang saham yang mewakili paling sedikit 1/10 (satu persepuluh) bagian
dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan
melalui pengadilan negeri terhadap anggota Direksi (tergugat) yang karena
kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan (Pasal 97
ayat (6) UUPT). Namun dalam kenyataannya tergugat tidak digugat oleh pemilik
saham lainya.
- Tergugat telah mengambil tindakan untuk mencegah timbul atau berlanjutnya
kerugian tersebut dengan cara bersedia membayar dana tersebut secara pribadi.
- Adapun kerugian yang dialami oleh Penggugat diakibatkan kesalahan daripada
Direksi Penggugat (PT PELAYARAN TARUNA EXPLOSIVE), maka dalam hal ini
yang harus bertanggung jawab atas kerugian Penggugat ialah Direksi PT
PELAYARAN TARUNA EXPLOSIVE (Penggugat) bukan menjadikan
tanggungjawab dan menjadikan kesalahan terhadap Direksi PT FAJAR SEGARA
MURNI (Tergugat). Karena yang menjadi pengurus dan yang bertanggung
jawab mengenai pengurusan PT PELAYARAN TARUNA EXPLOSIVE (Penggugat)
ialah direksi Penggugat itu sendiri. Dengan kata lain seharusnya pemilik saham
PT PELAYARAN TARUNA EXPLOSIVE menggugat Direksinya sendiri dikarenakan
perbuatan Direksinya sendirilah yang mengakibatkan PT PELAYARAN TARUNA
EXPLOSIVE mengalami kerugian, yang mana Direksinya sendirilah yang
melakukan kesalahan telah mentrasfer dana tersebut ke rekening pribadi Direksi
PT FAJAR SEGARA MURNI (Tergugat).
- Dalam hal ini Direksi Penggugat berdasarkan Pasal 97 ayat (3) UUPT, Direksi
tersebut bertanggung jawab penuh secara pribadi atas kerugian perseroan
apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya
sebagaimana seharusnya. Ini karena baik akibat kelalaian, karena
ketidaktahuannya, maupun karena kesengajaan melakukan transfer ke rekening
Direktur PT FAJAR SEGARA MURNI (tergugat), semua adalah tindakan
pengurusan yang dilakukan tidak dengan itikad baik. Dikarenakan Direksi PT
PELAYARAN TARUNA EXPLOSIVE wajib melaksanakan pengurusan perseroan
dengan penuh tanggung jawab, yang meliputi aspek:
a. Wajib seksama dan hati-hati melakukan pengurusan (the duty of the due
care), yakni kehati-hatian yang biasa dilakukan orang (ordinary prudent
person) dalam kondisi dan posisi yang demikian yang disertai dengan
pertimbangan yang wajar (reasonable judgment) yang disebut juga kehati-
hatian yang wajar (reasonal care);
b. Wajib melaksanakan pengurusan secara tekun (duty to be diligent), yakni
terus menerus secara wajar menumpahkan perhatian atas kejadian yang
menimpa perseroan;
c. Ketekunan dan keuletan wajib disertai kecakapan dan keahlian (duty to
display skill) sesuai dengan ilmu pengetahuan dan pengetahuan yang
dimilikinya.

Anda mungkin juga menyukai